Anda di halaman 1dari 24

PDAM MAKASSAR

16.1. Kebutuhan Air Baku

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Makassar mengalami krisis air, berdampak
pada kebutuhan masyarakat dibeberapa daerah yang tidak terpenuhi secara merata.
Ketersediaan atau stok air baku saat ini mengalami kekurangan, sejak musim kemarau
berlangsung. Akan tetapi, kondisi tersebut tidak membuat layanan dan suplai air bersih ke
masyarakat menjadi terganggu. Kabag Humas PDAM Makassar, Muh Idris Tahir
mengatakan, pihaknya memanfaatkan sumber air melalui aliran sungai untuk memberikan
pelayanan maksimal kepada masyarakat pengguna air bersih PDAM.
"Sekarang ketersediaan air tergantung kondisi air laut, kalau airnya pasang mempengaruhi
kadar air. Air sungai menjadi asin. Saat ini alternatif (di musim kemarau) memanfaatkan air
Sungai Moncongloe, itu terusan air sungai tello yang lokasinya di Moncongloe.
Dia mengakui, ketersediaan air baku di Bendungan Lekopancing, Kabupaten Maros
mengalami kekeringan sejak Agustus 2019 lalu. Sehingga dijelaskan kembali suplai air
mengalami gangguan untuk wilayah jangkauan Instalasi Penjernihan Air (IPA) Panaikang

188
dan Antang. Sementara air baku di Bendungan Bili-bili dan Sungai Jeneberang melayani
wilayah barat, selatan dan sebagian wilayah utara kota Makassar.
Di musim kemarau ini, berdampak terhadap suplai air di beberapa wilayah. Seperti di
Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Wajo, Bontoala, Ujung Tanah. Dan sebagian di
wilayah Kecamatan Manggala, Panakukkang dan Makassar.
Pelaksana Tugas (Plt) Dirut PDAM Makassar, Hamzah Ahmad meminta maaf kepada
masyarakat atas ketidaknyamanan layanan yang dialami. Pihaknya terus berupaya
memaksimalkan pelayanan meski dalam kondisi keterbatasaan suplai air baku.
"Memang kondisinya kemarau, tetapi tidak bisa kita hindari. Pelayanan tetap harus berjalan.

16.2. Pola Jaringan Distribusi

Tabel 1. Distribusi Kualitas Fisik Air Bersih PDAM Makassar Tahun

Ya Tidak Total
No Kualitas Fisik
n % n % n %
1 Berwarna 40 20,1 159 79,9 199 100
2 Berasa 20 10,1 179 89,9 199 100
3 Berbau 25 12,6 174 87,4 199 100
Sumber : Data Primer 2015

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Gangguan Kualitas Fisik Air Bersih PDAM Ma-

Gangguan Selalu Sering Jarang Total


No
Kualitas Fisik n % n % n % n %
1 Berwarna 1 2,5 7 17,5 32 80 40 100
2 Berasa 7 35 13 65 0 0 20 100
3 Berbau 2 8 7 28 16 64 25 100
Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 1, mengenai kualitas fisik air bersih PDAM kota Makas- sar
yang tertinggi sebanyak 20% (40 Kepala keluarga) yang mengatakan air ter- sebut
berwarna sedangkan 10,1 (20 kepala keluarga) yang mengatakan berasa, dan 12,6 (25
kepala keluarga) yang mengatakan berbau dari 199 kepala keluarga yang menggunakan
PDAM kota Makassar.
Berdasarkan tabel 2, mengenai seberapa sering gangguan kualitas fisik air terdapat 32
kepala keluarga yang menga- takan jarang dan 1 kepala keluarga yang mengatakan selalu

189
dari 40 kepala keluarga yang mengatakan air PDAM berwarna. Un- tuk Air PDAM yang
berasa dari 20 kepala keluarga yang mengatakan air PDAM be- rasa sebanyak 13 kepala
keluarga yang mengatakan sering dan 7 kepala keluarga yang mengatakan selalu,
sedangkan untuk kepala keluarga yang mengatakan air PDAM berbau sebanyak 16 kepala
keluarga yang mengatakan jarang dan 2 kepala keluarga yang mengatakan air PDAM
selalu berbau.
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 199 kepala keluarga pelanggan PDAM kota
Makassar mengenai pemerik- saan kekeruhan (turbidity) pada air didapat- kan kekeruhan
(turbidity) air 0-1 NTU sebanyak 47,2% atau 94 KK, sebanyak 39,7% atau 79 KK
kekeruhan (turbidity) airnya 1,1-2 NTU, sebanyak 9,6% atau 19 KK kekeruhan (turbidity)
airnya 2,1-3 NTU, sebanyak 3% atau 6 KK kekeruhan (turbidity) airnya 3,1-4 NTU, dan
sebanyak 0,5% atau 1 KK kekeruhan (turbidity) airn ya 4,1-5 NTU. Jadi sebanyak 199
KK kekeruhan (turbidity) pada airnya memen- uhi syarat kesehatan dan tak ada KK yang
kekeruhan (turbidity) pada airnya tak me- menuhi syarat kesehatan.

Tabel 3. Distribusi Kekeruhan Air PDAM Makassar Tahun

Jumlah
No Tingkat Kekeruhan (NTU)
n %
1 0-1 94 47,2
2 1,1-2 79 39,7
3 2,1-3 19 9,5
4 3,1-4 6 3
5 4,1-5 1 0,5
Total 199 100
Sumber : Data Primer 2015

mengenai pemeriksaan sisa chlor pada air didapatkan kadar chlor 0 mg/l sebanyak
39,2% atau 78 KK, sebanyak 3% atau 6 KK
sisa chlor 0,1 mg/l, sebanyak 32,7% atau 65 KK sisa chlor 0,2 mg/l, sebanyak 9,5%
atau
19 KK sisa chlornya 0,3 mg/l, sebanyak 5,5% atau 11 KK sisa chlornya 0,5 mg/l,
sebanyak 8,5% atau 17 KK sisa chlornya 0,6 mg/l dan 1,5% atau 3 KK sisa chlornya 1
mg/l. Jadi sebanyak 104 KK sisa chlor pada airnya tak memenuhi syarat kesehatan dan
95 KK sisa chlor pada airnya memenuhi syarat kesehatan.

Sistem penyediaan air bersih meru- pakan salah satu komponen prasarana kota. Prasarana
kota memegang peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan suatu

190
kota, karena prasarana dapat memberi dampak terhadap pening- katan taraf dan mutu
kehidupan masyara- kat, pola pertumbuhan dan prospek perkembangan ekonominya. Air
bersih merupakan salah satu hal yang penting dan mendapat prioritas dalam perencanaan
kota (Catanese dan Snyder, 1996).
Tabel 4. Distribusi Sisa Chlor Air PDAM Makassar Tahun

Jumlah
No Kadar Chlor (mg/L)
n %
1 0 78 39,2
2 0,1 6 3
3 0,2 65 32,7
4 0,3 19 9,5
5 0,5 11 5,5
6 0,6 17 8,5
7 1 3 1,5
Total 199 100

16.3. Peta Lokasi PDAM kota Makassar

denah lokasi PDAM Makassar Lokasi PDAM Makassar

Lokasi PDAM Makassar berada di Jl. Dr. Ratulangi No. 3, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

16.4. Karakteristik Penggunaan Air

191
Pemakaian air di setiap kota bisa berbeda tergantung pada ciri-ciri masalah
lingkungan hidup, penduduk, industrialisasi dan faktor–faktor lainnya. Besarnya pemakaian
air dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah jumlah anggota keluarga yang ada
disetiap rumah.
PDAM kota Makassar mempunyai 5 instalasi pengolahan air dengan daerah
pelayanan sebanyak 42 zona. Pembagian daerah pelayanan PDAM Kota Makassar. Salah
satu instalasi pengolahan air PDAM Kota Makassar adalah instalasi II Panaikang yang
dibangun pada tahun 1977 untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih yang
semakin meningkat. Instalasi pengolahan air Panaikang mempunyai kapasitas 500
liter/detik dan peralatan yang dalam kondisi eksiting secara umum lebih baik. Instalasi II
Panaikang memanfaatkan sumber air baku dari Bendung Lekopancing Sungai Maros dan
sebagian dari Sungai Jeneberang. Untuk memenuhi kebutuhan air yang semakin meningkat
maka pada tahun 1989 kapasitas instalasi II Panaikang ditingkatkan menjadi 1000
liter/detik. Kecamatan Tamalanrea memanfaatkan sistem penyediaan air bersih dari
Instalasi II Panaikang.
Dari survey wawancara yang dilakukan peneliti untuk responden yang diperoleh
dari total populasi adalah sebanyak 300 KK. Akan tetapi dari 300 KK sampel sebanyak
199 KK yang dalam kesehariannya menggunakan air PDAM, sehingga dari total Kepala
Keluarga yang menggunakan PDAM tersebut dijadikan jumlah sampel peneliti untuk
diwawancarai. Sejalan dengan salah satu penelitian terhadap pihak PDAM Kota Makassar,
kondisi pada keseluruhan tempat penyediaan air yang ada dapat dikatakan dalam kondisi
normal, masih sesuai dengan standar perencanaan. Jaringan transmisi hanya sebagian sesuai
standar perencanaan atau kondisi fisik kurang terawat dan bocor. Hasil penilaian terhadap
kondisi jaringan ransmisi adalah kategori kurang baik. Hasil penilaian terhadap kondisi
Instalasi Pengolahan.
Hasil penilaian terhadap kondisi reservoir Kota Makassar adalah baik, ini
dikarenakan konstruksi sesuai standar perencanaan yang sedang saja dan kondisi fisik
bersih. Konstruksi jaringan distribusi tidak sesuai dengan standar perencanaan dan tingkat
kehilangan air lebih dari 40% dari jumlah ai bersih yang diproduksi oleh IPA. Hasil
penilaian terhadap jaringan distribusi Kota Makassar adalah tidak baik.

Adapun kualitas fisik air bersih, dalam hal ini yang menjadi indikator dari air bersih
adalah kualitas warna, kualitas bau dan kualitas rasa. Sebagian besar masyarakat yaitu
lebih dari 70% tidak mengalami gangguan fisik air berupa warna, bau dan rasa. Namun

192
beberapa kepala keluarga mengalami gangguan dari kualitas warna air sebanyak 20% (40
Kepala keluarga), kualitas rasa air sebanyak 10,1% (20 kepala keluarga) dan gangguan
kualitas bau air sebanyak 12,6% (25 kepala keluarga) dari total sampel 199 kepala
keluarga. Hal ini sejalan dengan salah satu penelitian oleh Sutrisno Jabar (2014) tentang
Tingkat Pelayanan Air Minum Zona 33 dan 38 Kota Makassar yang juga meneliti perihal
kualitas air PDAM Makassar didapatkan hasil PDAM Kota Makassar rata-rata mampu
mendistribusikan air yang tidak memiliki bau, tidak memiliki rasa, jernih, dan tidak
berwarna.
Dari segi kualitas air, PDAM rata- rata mampu mendistribusikan air yang tidak
memiliki bau, tidak memiliki rasa, jernih, dan tidak berwarna. Hal tersebut telah
memenuhi standar berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/
Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air.

Dari berbagai gangguan diatas lebih dari 50% masyarakat yang kurang
mengeluhkan gangguan kualitas berupa kekeruhan dan bau. Namun untuk gangguan
rasa bisa disebabkan oleh sumber air maupun kadar chlor yang digunakan dalam
pengelolaan air dari sumbernya oleh PDAM. Sedangkan untuk hasil pengukuran
kekeruhan (turbidity) air pada pelanggan PDAM kota Makassar didapatkan sebanyak
199 KK kekeruhan (turbidity) pada airnya memenuhi syarat kesehatan dan tak ada KK
yang kekeruhan (turbidity) pada airnya tak memenuhi syarat kesehatan yang mana hal
tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI NO. 907/
MENKES/SK/VII/2002 tentang Persyaratan Kualitas Air dimana syarat kekeruhan
(turbidity) air adalah 5 NTU. Hasil ini sesuai dengan hasil gangguan kualitas fisik
sebelumnya dimana keluhan terhadap kekeruhan dan warna air sangat kurang
dibandingkan dengan gangguan kualitas rasa air. Ini juga membuktikan bahwa
penyediaan air bersih oleh PDAM Kota Makassar sudah cukup baik dilihat dari kualitas
fisiknya.

Kekeruhan (Turbidity) menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan


banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan- bahan yang terdapat di dalam
air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan
terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus). Air yang memiliki nilai kekeruhan rendah
biasanya memiliki nilai warna tampak dan warna sesungguhnya yang sama dengan warna
standar (anonim,2013). Tingginya nilai kekeruhan berhubungan dangan padatan terlarut
dan tersuspensi. Semakin tinggi nilai padatan terlarut dan tersuspensi, maka nilai kekeruhan

193
juga semakin tinggi. Akan tetapi,tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan
tingginya kekeruhan. Hal ini menunjukkan bahwa total padatan terlarut yang terdapat
dalam sampel air tidak melewati kadar maksimum yang sudah ditentukan oleh SK
MENKES NO. 907/ MENKES/SK/VII/2002, yaitu sebesar 5 NTU. Kekeruhan pada air
dapat dikurangi melalui penerapan metode koagulasi dan flokulasi. Koagulasi merupakan
proses destabilisasi muatan negatif partikel-partikel koloid pad air dengan penambahan
koagulan (zat yang mengkoagulasi) kationik, sehingga terbentuk agregat- agregat.
Sisa chlor yang terdapat dalam air tidak boleh berlebih atau kurang dari syarat yang
ditetapkan yaitu 0,2-0,5 ppm. Jika sisa chlor dalam air berlebih maka dapat berikatab
dengan ion natrium sehingga menimbulkan rasa asin dan merusak pipa- pipa air.
Sedangkan jika sia chlor kurang dalam air bersih maka tidak dapat membunuh bakteri
patogen dalam air sehingga dapat menyebarkan penyakit melalui air (Depkes RI, 1991)

Berdasarkan hasil pengukuran sisa chlor terhadap air pelanggan PDAM kota Makassar
didapatkan sebanyak 104 KK sisa chlor pada airnya tak memenuhi syarat kesehatan dan
95 KK sisa chlor pada airnya memenuhi syarat kesehatan. Sebagaimana syarat kadar
chlor sesuai dengan Peraturan Nomor: 416/MenKes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat
Dan Pengawasan Kualitas Air yaitu tak kurang dari 0,2 dan tak lebih dari 0,5 mg/l.
Hasil diatas membuktikan bahwa proses disenfeksi air PDAM Kota Makassar masih
belum optimal. Hal ini tentunya cukup berbahaya karena apabila sisa chlor pada air
kurang maka bakteri- bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit dalam air tidak
mati.

16.5. Kinerja PDAM Kota Makassar

Berkaitan penentuan kesehatan perusahan daerah air minum di Indonesia berdasarkan


pada penilaian tingkat keberhasilan pengelolaan PDAM ini diukur melalui proses penilaian
terhadap kinarja yang didasarkan pada variabel kinerja penyelenggaraan pengembangan
SPAM meliputi: aspek keuangan, operasional, pelayanan pelanggan dan sumber daya
manusia sesuai dengan ketentuan di dalam pasal 59 Permen PU No.18/PRT/M/2007.
Masing-masing aspek dirinci ke dalam beberapa variabel penilaian melalui pendekatan BSC,
sesuai dengan keputusan ketua pendukung pengembangan sistem penyedia air minum
No.002/KPST/K-6/IV/2010, dengan keputusan poin pertama yaitu penilaian kinerja
pelayanan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum PDAM dilakukan
dengan menggunakan pendekatan balanced secorecard dengan pengukuran terhadap aspek

194
keuangan, pelayanan, oprasi dan sumber daya manusia. Adapun indicator-indikator penilaian
kinerja masing-masing perspektif yang menjadi standar pengukuran dalam penelitian ini
dapat dilihat pada pedoman BPPSPAM.

Tabel 4. Derajat pengelolaan Kinerja Perspektif Pelanggan


Aktual Aktual
Indikator Pelanggan 2014 2015
Rasio Nilai Derajat Rasio Nilai Derajat
Cakup Pelayanan Teknis 68% 4 Baik 67,7,7% 4 Baik
Pertumbuhan Pelanggan 1,6% 1 Tidak Baik 0,4% 1 Tdk Baik
Penyelesaian Pengaduan 100% 5 Sangat Baik 100% 5 Sangat Baik
Kualitas Air 100% 5 Sangat Baik 100% 5 Sangat Baik
19,6(m3/bln 20,5
Konsumsi Air Domestik 2 Kurang Baik 3 Cukup Baik
) (m3/bln)
Jumlah 7 18
Rata- Baik Baik
rata 3,4 3,6
Sumber: Data Primer, 2016

Cakupan pelayanan teknis digunakan untuk mengukur berapa besar presentase jumlah
penduduk terlayani oleh PDAM Kota Makas ar berbanding jumlah penduduk di wilayah
pelayanan perusahaan. Cakupan pelayanan teknis menghasilkan persentase 68%. Pada tahun
2014 dan 67,7% pada tahun 2015 berkategori baik. Hal ini mengindikasikan bahwa PDAM
Kota Makassar telah memenuhi jumlah penduduk yang harus terlayani di wilayah pelayanan.
Tetapi cakupan ini dinilai belum cukup sebab sesuai dengan target Millenium Development
Goals (MGDs) Tahun 2015, bahwa pelayanan air minum perpipaan di Indonesia ditargetkan
sebesar 80% untuk wilayah perkotaan (Ali Masduki, 2007).

Hal tersebut juga berdampak terhadap rasio pertumbuhan pelanggan dimana rasio
tersebut digunakan untuk mengukur berapa persentase peningkatan jumlah pelanggan dalam
satu tahun. Melalui pengukuran tersebut menghasilkan rasio pertumbuhan pelanggan 1,6%
pada tahun 2014 dan 0,4% pada tahun 2015 berkategori tidak baik. Hasil ini mengindikasikan
bahwa PDAM kota Makassar belum mampu melakukan ekspansi usaha di wilayah
pelayanannya. Minat untuk berlangganan yang masih rendah dari masyarakat akibat
sempitnya pelayanan perihal jaringan distribusi juga diyakini merupakan faktor penting
mengapa pertumbuhan pelanggan PDAM Kota Makassar masih kurang dalam 2 tahun
terakhir.

Beberapa faktor masalah teknis yang dialami seperti ditribusi air yang terbatas,
kuantitas produksi yang tidak cukup, serta ketersediaan air baku yang terbatas sehingga
PDAM Kota Makassar sulit melakukan ekspansi usaha. Hal tersebut bisa terjadi karena
195
pengembangan air minum belum menjadi prioritas karena anggaran dana pengembangan air
minum masih terbatas. Selain itu, sumber air baku dan unit produksi yang masih terbatas juga
menajdi kendala serta jaringan distribusi belum dapat menjangkau seluruh wilayah
pelayanan.

Usulan perbaikan yang dapat dilakukan PDAM Kota Makassar dapat berupa
penambahan anggaran untuk pengembangan distribusi air minum oleh pemerintah daerah
sebagai pemilik. Sehingga dengan adanya penambahan anggaran tersebut, hingganya dapat
mengembangkan dan memperluas jaringan distribusi yang berdampak pada ketersediaan
produk air dan pelayanan yang lebih luas. Selain itu yang tak kalah penting juga berupa
meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan sebagai consumer jasa perusahaan.

Indikator pemasalahan tingkat penyelesaian pengaduan juga sangat penting, dimana


indikator tersebut mengukur kualitas pelayanan yang diberikan oleh PDAM Kota Makassar
yaitu dengan cara mengetahui sejauh mana kemampu menangani keluhan pelanggan dalam
satu tahun. Berdasarkan data perhitungan, tingkat penyelesaian pengaduan di wilayah
pelayanan PDAM kota Makassar mencapai 100% di dua tahun terakhir. Hal ini menunjukkan
komitmen untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di masyarakat terkait pelayanan dan
kendala teknis yang terjadi.

Perihal kualitas air pelanggan yang didistribusikan PDAM Kota Makassar dijadikan
tolak ukur apakah kualitas air yang didistribusikan kepada pelanggan telah memenuhi
kualitas air minum seperti yang ditetapkan oleh menteri kesehatan. Formulasi indikator
kualitas air pelanggan adalah jumlah uji yang memenuhi syarat merupakan banyaknya hasil
uji kualitas (sampel) air di titik pelanggan yang telah memenuhi syarat kualitas air minum
menurut Permenkes No.492/MENKES/ PER/ IV/ 2010

tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Hasil pengukuran menghasilkan rasio kualitas
air pelanggan sebesar 100% di dua tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa PDAM Kota
Makassar telah mendistribusikan air yang layak untuk masyarakat kota Makassar berdasarkan
uji laboratorium. Tetapi hal berbeda diutarakan Direktur Umum Pak Asdar Ali bahwa
terdapat 5% pelanggan yang masih memperoleh distribusi air dengan kualitas yang masih
kurang.

Begitupula dengan indikator konsumsi air domestik yang berdasar pada rata-rata jumlah
air terjual untuk pelanggan domestik pada periode tertentu (m³/bln) dimana banyaknya air

196
yang dikonsumsi oleh pelanggan domestik selama dengan periode evaluasi. Dari hasil
perhitungan, konsumsi air Pelanggan PDAM Kota Makassar pada tahun 2014 sebesar 19,6
m3/bulan per pelanggan dengan kategori kurang baik, yang naik di tahun 2015 sebesar 20,5
m3/bulan dengan kategori cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa pelanggan PDAM Kota
Makassar masih menggunakan air dalam kategori sedikit. Potensi permasalahan dapat
bersumber dari distribusi air ke pelanggan yang tidak lancar, jumlah pelanggan yang tidak
seimbang dengan kemampuan pipa distribusi, tingkat kehilangan air yang besar atau
pelanggan yang sengaja membatasi pemakaian air karena indikasi tarif yang mahal. Usulan
perbaikan yang dapat dilakukan terkait mengoptimalkan konsumsi air domestik adalah
dengan memperbaharui manajemen sistem tekanan air, mengevaluasi dan memperbaiki
sistem jaringan distribusi, (penggantian pipa yang sudah lewat usia teknis), menambah sistem
jaringan pipa distribusi, mengganti dan memperbaiki pipa-pipa air yang pecah/rusak dan
memasang meter induk, meningkatkan volume produksi dan meninjau tarif air.Adapun rata-
rata hasil pengukuran perspektif pelanggan (internal) sebesar 3,4 untuk tahun 2014 dan 3,6
untuk tahun 2015 dengan kategori baik. Perhitungannya kinerja BPPSPAM dapat dilihat pada
tabel berikut ini:

Tabel 5. Kinerja Perspektif Pelanggan


Bobot 201 2015
Perspektif Pelanggan (Internal)
Indikator 4
(0,25) Nilai Skor Nilai Skor
Cakupan Pelayanan Teknis 0,05 4 0.2 4 0.2
Pertumbuhan Pelanggan 0,05 1 0.05 1 0.05
Penyelesaian Pengaduan 0,05 5 0.25 5 0.25
Kualitas Air Pelanggan 0,075 5 0.375 5 0.375
Konsumsi Air Domestik 0,025 2 0.05 3 0.075
Total 0.92 0.95
Scorecard
Sumber : Data Primer, 2016

Hasil tersebut menunjukkan sumbangan scorecard dari perspektif pelanggan untuk total
keseluruhan scorecard dinilai cukup tinggi.

16.6. Tirta PDAM Kota Makassar

197
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Makassar, terus menerus mengalami
perkembangan melalui tahap demi tahap dalam lintasan sejarah yang cukup panjang, berawal
pada tahun 1924 dengan dibangun Instalasi Pengolahan Air (IPA) I Ratulangi oleh
pemerintah Hindia Belanda dengan nama Waterleidjding Bedrijf kapasitas produksi
terpasang 50 l/d, kemudian pada jaman pendudukan Jepang tahun 1937 ditingkatkan menjadi
100 l/d, Air baku diambil dari Sungai Jeneberang terletak 7 km disebelah selatan kota,
dipompa melalui saluran tertutup ke Instalasi Ratulangi.

Instalasi Pengolahan Air I Ratulangi

  Jl. DR. Ratulangi No. 3

Dibangun sejak tahun 1924 oleh Belanda

Kapasitas produksi terpasang 50 l/d

Intake Sungguminasa Kab. Gowa

Sumber Air Baku: Sungai Jeneberang.

Tahun 1976 perubahan status PDAM, dari Dinas Air Minum menjadi Perusahaan Air Minum
Kodya Ujung Pandang sesuai dengan Perda No. 21/P/II/1976, dengan kapasitas produksi
terpasang PDAM turun menjadi 50 l/d, disebabkan karena usia.

198
Instalasi Pengolahan Air II Panaikang

Jl. Urip Somohardjo No.    (. 442335

Kapasitas produksi terpasang 1000 l/d

Intake : Jl. Abdullah Dg. Sirua

Sumber Air Baku : Sungai Lekopanccing Kab. Maros

Melayani Zone di daerah Makassar :


1,2,11,12,17,24,25,26,27,29,30,31,32,33,36,37,39,40,41,42

Ground Reservoir : 10.000    m3

Untuk memenuhi kebutuhan air bagi penduduk Kota Makassar yang makin meningkat, maka
pada tahun 1977 dibangun Instalasi Pengolahan Air (IPA) II Panaikang dengan kapasitas
tahap pertama 500 l/d. Sumber Air baku diambil dari Bendung Lekopancing Sungai Maros
sejauh 29,6 Km dari Kota Makassar, kemudian tahun 1989 IPA Panaikang ditingkatkan
kapasitasnya menjadi 1000 l/d.

199
Instalasi Pengolahan Air III Antang

Jl. Antang Raya

Kapasitas produksi terpasang 90 l/d

Intake  Sal. Air baku IPA II

Melayani Zone 34

Ground Reservoir : 106,5 m3

Tahun 1985 melalui paket pembangunan Perum Perumnas dibangun Instalasi Pengolahan Air
(IPA) III Antang dengan kapasitas awal 20 l/d, kemudian tahun 1992 dibangun IPA Antang 2
(dua) dengan demikian total kapasitas IPA Antang menjadi 40 l/d, dari 2 (dua) Instalasi
Pengolahan Air.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih khususnya pada wilayah pelayanan IPA Antang
dimana jumlah pelannggan terus bertambah, maka pada tahun 2003 PDAM Kota Makassar
menambah kapasitas produksi IPA Antang dari 40 liter/d menjadi 90 liter/d.

200
Instalasi Pengolahan Air IV Maccini Sombala

Kapasitas Produksi Terpasang 200 l /d

Intake : Malengkeri

Sumber Air Baku: Sungai Jeneberang

Melayani Zone, 16,10

Ground Reservoir : 400 m3

Tahun 1993 lewat paket bantuan hibah pemerintah pusat, dibangun Instalasi Pengolahan Air
(IPA) IV Maccini Sombala kapasitas terpasang 200 l/, sumber air baku Sungai Jeneberang.

201
Instalasi Pengolahan Air V Somba Opu

Jl. Poros Malino (Batang Kaluku) Kab. Gowa

Kapasitas produksi terpasang 1000 l/d

Intake Dam Bili-Bili

Sumber Air Baku : Dam Bili-Bili

Sebelum dialirkan ke pelanggan, air baku melalui serangkaian proses pengolahan di IPA
(lihat Dimanakah Air Baku untuk Air Bersih Jakarta Diolah?) hingga menjadi air bersih.
Terdapat 5 tahap proses pengolahan sampai menjadi air bersih. Tahapan proses pengolahan
tersebut adalah koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi.
16.7. Proses Air Baku Menjadi Air Bersih di Kota Makassar

Tahap pertama adalah koagulasi yaitu proses pencampuran bahan kimia (koagulan) dengan
air baku sehingga membentuk campuran yang homogen dengan disertai pengadukan cepat.
Tipe koagulator terdiri dari tipe hidrolis dan tipe mekanis. Koagulan yang digunakan antara
lain Aluminium Sulfat dan Polyaluminium Chloride (PAC). Waktu pengadukan 30 – 120
detik dengan nilai gradien kecepatan (G/detik) > 750.
Tahap kedua adalah flokulasi yaitu proses pembentukan partikel flok yang besar dan padat
dengan cara pengadukan lambat agar dapat diendapkan. Tipe flokulator terdiri dari tipe

202
hidrolis, mekanis, dan clarifier. Waktu kontak berkisar 20 – 100 menit. Nilai G/detik berkisat
100 – 5.
Tahap ketiga adalah sedimentasi yaitu proses pemisahan padatan dan air berdasarkan
perbedaan berat jenis dengan cara pengendapan. Tipe bak sedimentasi terdiri dari bak persegi
(aliran horizontal), bak persegi aliran vertikal (menggunakan pelat/tabung pengendap), bak
bundar (aliran vertikal – radial dan kontak padatan), serta tipe clarifier. Kedalaman bak
berkisar antara 3 – 6 meter (bak persegi dan bak bundar) serta 0,5 – 1 meter (clarifier). Waktu
retensi 1 – 3 jam (untuk tipe bak persegi horizontal dan bak bundar), 0,07 jam (waktu retensi
pada pelat/tabung pengendap), dan 2 – 2,5 jam (tipe clarifier).
Tahap keempat adalah filtrasi (saringan pasir cepat) yaitu proses pemisahan padatan dari air
melalui media penyaring seperti pasir dan antrasit. Jenis saringan terdiri dari saringan biasa
(gravitasi), saringan dengan pencucian antar saringan, dan saringan bertekanan. Kecepatan
penyaringan 6 – 11  m/jam (saringan biasa dan saringan dengan pencucian antar saringan)
dan 12 – 33 m/jam (saringan bertekanan).
Tahap kelima adalah desinfeksi yaitu proses pembubuhan bahan kimia untuk mengurangi
zat organik pada air baku dan mematikan kuman/organisme. Desinfektan yang digunakan
antara lain gas khlor dan kaporit.

16.8. Company Profile PDAM Kota Makassar

203
Visi & Misi Mar 24, 2017

o Visi

Menjadi Perusahaan Derah Air Minum yang SEHAT, UNTUNG & TERKEMUKA di
Indonesia serta memiliki daya saing global

o Misi

 Memberikan pelayanan air minum yang terbaik bagi masyarakat

 Menunjang pembangunan dan pelayanan

 Mewujudkan professionalisme pengelolaan perusahaan


16.9. Perencanaan Tarif PDAM

Berkaitan penentuan tingkat kesehatan PDAM di Indonesia berdasarkan pada penilaian


tingkat kinerja PDAM yang diatur dalam standar dasar perhitungan masing-masing variabel
dan indikator penilaian tingkat kinerja PDAM sesuai surat keputusan Ketua BPPSPAM
No.002/KPTS/K-6/IV/2010 tentang pedoman kinerja PAM dapat dilihat pada tabel berikut
ini:

Tabel 1. Bobot Perhitungan Perspektif Balanced Scorecard

204
Aspek Objek Key Peformance Indokators (KPI) Bobot Desima
l
1. Retun On Equity (ROE) 5,5% 0,055
2. Rasio Oprasi 5,5% 0,055
Keuanga Internal 3. Rasio Kas 5,5% 0,055
n (Rasio) 4. Efektifitas Penagihan 5,5% 0,055
(25%) 5. Solvabilitas 3% 0,03
Total 25% 0,25
1. Cakupan Pelanggan Teknis 5% 0,05
Pelangga 2. Tingkat Penyelesaian Pengaduan 2,5% 0,025
n Internal 3. Pertumbahan Pelanggan 5% 0,05
(25%) (Rasio) 4. Kualitas Air Pelanggan 7,5% 0,075
5. Konsumsi Air Domestik 5% 0,05
Total 25% 0,25
1. Efisiensi Produksi 8,6% 0,086
Proses 2. Air Tak Berekening 8,6% 0,086
Bisnis Internal 3. Jam Oprasi Pelayanan 9,6% 0,096
Internal (Rasio) 4. Penggantian Meter Air Pelanggan 8,2% 0,082
(35%) Total 35% 0,35
Perumbuhan 1. Rasio Pegawai Terhadap 1000 7% 0,07
dan Pelanggan
2. Rasio Diklat Pegawai 4% 0,04
Pembelajaran Internal (Rasio)
(SDM) 3. Rasio Beban Diklat Terhadap Pegawai 4% 0,04
(15%)
Total 15% 0,15
Total Scorecard 100% 1

Perspektif Keuangan

Pendapatan atau laba (net income) per tahun yang dihasilkan oleh PDAM Kota
Makassar akan menjadi cadangan (laba ditahan) serta 10% dari laba akan dibagikan kepada
pimpinan dan karyawan sebagai dividen (jasa produksi), sebagaimana diutarakan oleh Ibu
Kartia (Direktur Keuangan PDAM Makassar, 2016), hal tersebut merujuk kepada
Permendagri No. 2 Tahun 2007 tentang Organ dan Kepegawaian PDAM dan Peraturan
daerah Nomor 6 Tahun 1974 tentang pendirian PDAM. Dalam hal kepemilikan, pemerintah
daerah memiliki status sebagai pemilik (owner).

Berdasarkan hasil analisis kinerja perspektif keuangan PDAM Kota Makassar tahun
2014 dan 2015 diperoleh gambaran sejauh mana peran konstribusi perspektif keuangan
ditinjau dari sudut tingkat rasio profitabilitas, rasio likuiditas, dan rasio solvabilitas. Hasil
analisis menunjukkan bahwa keadaan masing-masing derajat pengelolaan penilaian kinerja
menunjukkan angka yang bervariasi hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

205
Tabel 2. Derajat pengelolaan Kinerja Pepektif Keuangan
Aktual Aktual
Indikator Keuangan 2014 2015
Rasio Nilai Derajat Rasio Nilai Derajat
1. Profitabilitas
Sangat Sangat
a.ROE 88,6% 5 84% 5
Baik Baik
b.Operasi 0,58 4 Baik 0,52 4 Baik
2. Likuiditas
a.Rasio Kas 13% 1 Tidak Baik 35% 1 Tidak Baik
b.Efektivitas Penagihan 107% 5 Sangat 100,5 5 Sangat
Baik % Baik
Kurang Cukup
3. Solvabilitas 110% 2 140% 3
Baik Baik
Jumlah 17 18
Rata- 3,4 Baik 3,6 Baik
rata
Sumber: Data Primer, 2016

Rasio profitabilitas mengukur kemampuan PDAMKota Makassar dalam menciptakan


keuntungan dan menjamin going concern perusahaan. Penilaian aspek ini juga bertujuan
untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional
perusahaannya. Aspek ini mencakup rasio Return On Equity (ROE) dan rasio operasi.Return
On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur besarnya pendapatan bersih yang diperoleh
dari ekuitas yang dimilikinya. Indikator ROE pada PDAM Kota Makasar menghasilkan
persentase 88,6% pada tahun 2014 dan persentase 84% tahun 2015 dengan kategori sangat
baik menurut standar penilaian BPPSPAM. Nilai ROE sebesar 84% pada tahun 2015
mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba bersih yang nilainya 84%
dari nilai ekuitas sehingga jika semakin besar nilai rasio yang dihasilkan maka akan semakin
besar pula dana yang dapat dikembalikan dari ekuitas menjadi laba dimana hal ini
berimplikasi pada semakin besarnya laba bersih yang diperoleh dari modal yang dimiliki
PDAM Kota Makas ar sendiri. Begitupula dengan rasio operasi yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar efisiensi biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan
pendapatan, dalam hal ini PDAM Kota Makas ar mampu menghasilkan rasio operasi sebesar
0,58 pada tahun 2014 dan 0,52 pada tahun 2015 dengan kategori baik. Hal ini
mengindikasikan bahwa PDAM Kota Makassar telah melakukan efisiensi biaya operasi
sebesar 58% pada tahun 2014 dan efisiensi biaya produksi sebesar 52% pada tahun 2015.

Berbeda dengan rasio profitabilitas dalam perusahaan, rasio likuiditas digunakan untuk
mengukur tingkat kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek atau kemampuan
dalam memenuhi kewajiban atau utang yang harus segera dibayar dengan harta lancar. Aspek

206
ini mencakup rasio kas dan rasio efektifitas penagihan. Rasio kas mengukur tingkat
kemampuan kas yang dimilikinya dalam rangka menjamin kewajiban jangka pendeknya.
Sesuai dengan hasil perhitungan menghasilkan rasio kas sebesar 13% tahun 2014 dan 35%
tahun 2015 berkategori tidak baik menurut standar penilaian BPPSPAM. Hal ini
mengindikasikan bahwa PDAM Kota Makassar tidak dapat memenuhi kewajiban atau
utangnya yang sudah jatuh tempo sehingga dinilai sebagai perusahaan yang tidak liquid
(Illiquid) dalam hal pemenuhan kewajiban atau utang jangka pendeknya. Potensi masalah
terjadinya kondisi Illiquid dapat bersumber dari jumlah kas dan setara kas yang masih rendah
serta jumlah kewajiban lancar perusahaan yang sangat tinggi. Faktor penyebabnya bisa
berupa utang yang dimiliki perusahaan cukup besar serta akumulasi utang jangka panjang
jatuh tempo yang tidak berbayar. Proporsi utang terbesar PDAM Kota Makassar digunakan
untuk membangun Intalasi Pengelolaan Air (IPA). Adanya rencana penghapusan utang
PDAM Kota Makassar merupakan salah satu usulan perbaikan yang dapat dilakukan oleh
pemerintah untuk membenahi sistem keuangan terkait struktur utang. Selain itu, internal
Perusahaan juga dapat melakukan perbaikan dengan meningkatkan kualitas pelayanan,
melakukan pengendalian terhadap arus kas, merestrukturisasi utang serta melakukan
penambahan modal kedalam perusahaan untuk memperbaiki struktur permodalan. Rasio
likuiditas lainnya menunjukkan hasil yang sangat baik yaitu rasio efektifitas penagihan yang
mengasilkan rasio sebesar 107% tahun 2014 dan 100,5% tahun 2015. Hal ini menunjukkan
pencapaian yang sangat baik dimana PDAM Kota Makassar telah melakukan efektivitas
kegiatan penagihan atas hasil penjualan air dengan sangat baik.

Indikator terakhir yaitu rasio solvabilitas dimana rasio ini bertujuan untuk mengukur tingkat
kemampuan dalam melunasi seluruh utang yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang
dimilikinya. Lebih lanjut lagi bahwa rasio solvabilitas yang dimaksud dalam hal ini yaitu
untuk mengukur kemampuan PDAM Kota Makassar dalam menjamin kewajiban-kewajiban
jangka panjangnya dari aset yang dimiliki perusahaan. Tahun 2014, menghasilkan rasio
solvabilitas sebesar 110% yang dinilai kurang baik tetapi mengalami peningkatan pada tahun
2015 yang menghasilkan rasio solvabilitas sebesar 140% yang dinilai cukup baik. Adanya
proporsi hutang PDAM yang cukup banyak menyebabkan perusahaan kurang optimal dalam
menjamin kewajiban jangka panjangnya. Walaupun pada tahun 2015, telah dinilai cukup
mampu menjamin kewajiban-kewajiban jangka panjangnya tetapi dirasa belum cukup
optimal. Faktor-faktor penyebab bisa bersumber dari rendahnya aset yang dimiliki oleh
perusahaan serta perusahaan mempunyai utang dalam jumlah yang banyak. Adanya wacana

207
penghapusan utang PDAM bisa menjadi alternatif usulan perbaikan kinerja serta
memperbaiki komposisi permodalan dengan menambah penyertaan modal pemerintah juga
bisa menjadi alternatif perbaikan dalam upaya peningkatan kinerja PDAM. Secara
keseluruhan dimana rata – rata nilai indikator perspektif keuangan menghasilkan nilai sebesar
3,4 untuk tahun 2014 dan 3,6 untuk tahun 2015 dengan kategori baik. Setelah
menganalisis indikator dari perspektif yang menghasilkan nilai indikator, maka tahap
selanjutnya yaitu mengalikan nilai indikator perspektif keuangan yang dihasilkan tersebut
dengan bobot indikatornya dengan iktisar perhitungan yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Kinerja Perspektif Keuangan


Bobot 2014 2015
Perspektif Keuangan Indikator
(0,25) Nilai Skor Nilai Skor
0.27
Return On Equity (ROE) 0,055 5 5 0.275
5
Rasio Operasi 0,055 4 0.22 4 0.22
0.05
Rasio Kas 0,055 1 1 0.055
5
0.27
Efektifitas Penagihan 0,055 5 5 0.275
5
Rasio Solvabilitas 0,03 2 0.06 3 0.09
Total
0.88 0.91
Scorecard
Sumber: Data Primer, 2016

KESIMPULAN

208
1. Pentingnya pemahaman tentang pengelolaan sumber daya air dan pemanfaatan secara
adil dan merata bagi masyarakat adalah dasar dilakukannya penelitian ini. Sumber
daya air merupakan kebutuhan mendasar yang meliputi upaya penyediaan air baku
untuk air minum, irigasi pertanian, usaha pertanian, peternakan, dan pembangunan.
Air merupakan sumber daya alam yang dapat menimbulkan konflik dalam
pengelolaan dan pemanfaatannya.
2. Kepala keluarga yang menga- takan jarang dan 1 kepala keluarga yang mengatakan
selalu dari 40 kepala keluarga yang mengatakan air PDAM berwarna. Un- tuk Air
PDAM yang berasa dari 20 kepala keluarga yang mengatakan air PDAM be- rasa
sebanyak 13 kepala keluarga yang mengatakan sering dan 7 kepala keluarga yang
mengatakan selalu, sedangkan untuk kepala keluarga yang mengatakan air PDAM
berbau sebanyak 16 kepala keluarga yang mengatakan jarang dan 2 kepala keluarga
yang mengatakan air PDAM selalu berbau.
3. Lokasi PDAM Makassar berada di Jl. Dr. Ratulangi No. 3, Kota Makassar, Sulawesi
Selatan.
4. Pemakaian air di setiap kota bisa berbeda tergantung pada ciri-ciri masalah
lingkungan hidup, penduduk, industrialisasi dan faktor–faktor lainnya. Besarnya
pemakaian air dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah jumlah anggota
keluarga yang ada disetiap rumah.
5. Berkaitan penentuan kesehatan perusahan daerah air minum di Indonesia berdasarkan
pada penilaian tingkat keberhasilan pengelolaan PDAM ini diukur melalui proses
penilaian terhadap kinarja yang didasarkan pada variabel kinerja penyelenggaraan
pengembangan SPAM meliputi: aspek keuangan, operasional, pelayanan pelanggan
dan sumber daya manusia sesuai dengan ketentuan di dalam pasal 59 Permen PU
No.18/PRT/M/2007.
6. Perusahaan Daerah Air Minum Kota Makassar, terus menerus mengalami
perkembangan melalui tahap demi tahap dalam lintasan sejarah yang cukup panjang,
berawal pada tahun 1924 dengan dibangun Instalasi Pengolahan Air (IPA) I Ratulangi
oleh pemerintah Hindia Belanda dengan nama Waterleidjding Bedrijf kapasitas
produksi terpasang 50 l/d, kemudian pada jaman pendudukan Jepang tahun 1937
ditingkatkan menjadi 100 l/d, Air baku diambil dari Sungai Jeneberang terletak 7 km
disebelah selatan kota, dipompa melalui saluran tertutup ke Instalasi Ratulangi.

209
7. Tahap pertama adalah koagulasi yaitu proses pencampuran bahan kimia (koagulan)
dengan air baku sehingga membentuk campuran yang homogen dengan disertai
pengadukan cepat. Tipe koagulator terdiri dari tipe hidrolis dan tipe mekanis.
Koagulan yang digunakan antara lain Aluminium Sulfat dan Polyaluminium Chloride
(PAC). Waktu pengadukan 30 – 120 detik dengan nilai gradien kecepatan (G/detik) >
750.
Tahap kedua adalah flokulasi yaitu proses pembentukan partikel flok yang besar dan
padat dengan cara pengadukan lambat agar dapat diendapkan. Tipe flokulator terdiri
dari tipe hidrolis, mekanis, dan clarifier. Waktu kontak berkisar 20 – 100 menit. Nilai
G/detik berkisat 100 – 5.
Tahap ketiga adalah sedimentasi yaitu proses pemisahan padatan dan air berdasarkan
perbedaan berat jenis dengan cara pengendapan. Tipe bak sedimentasi terdiri dari bak
persegi (aliran horizontal), bak persegi aliran vertikal (menggunakan pelat/tabung
pengendap), bak bundar (aliran vertikal – radial dan kontak padatan), serta tipe
clarifier. Kedalaman bak berkisar antara 3 – 6 meter (bak persegi dan bak bundar)
serta 0,5 – 1 meter (clarifier). Waktu retensi 1 – 3 jam (untuk tipe bak persegi
horizontal dan bak bundar), 0,07 jam (waktu retensi pada pelat/tabung pengendap),
dan 2 – 2,5 jam (tipe clarifier).
Tahap keempat adalah filtrasi (saringan pasir cepat) yaitu proses pemisahan padatan
dari air melalui media penyaring seperti pasir dan antrasit. Jenis saringan terdiri dari
saringan biasa (gravitasi), saringan dengan pencucian antar saringan, dan saringan
bertekanan. Kecepatan penyaringan 6 – 11  m/jam (saringan biasa dan saringan
dengan pencucian antar saringan) dan 12 – 33 m/jam (saringan bertekanan).
Tahap kelima adalah desinfeksi yaitu proses pembubuhan bahan kimia untuk
mengurangi zat organik pada air baku dan mematikan kuman/organisme. Desinfektan
yang digunakan antara lain gas khlor dan kaporit.
8. Memberikan pelayanan air minum yang terbaik bagi masyarakat
Menunjang pembangunan dan pelayanan
Mewujudkan professionalisme pengelolaan perusahaan

9. Berkaitan penentuan tingkat kesehatan PDAM di Indonesia berdasarkan pada


penilaian tingkat kinerja PDAM yang diatur dalam standar dasar perhitungan masing-
masing variabel dan indikator penilaian tingkat kinerja PDAM sesuai surat keputusan
Ketua BPPSPAM No.002/KPTS/K-6/IV/2010 tentang pedoman kinerja PAM

210
Tabel 2. Derajat pengelolaan Kinerja Pepektif Keuangan
Aktual Aktual
2014 2015
Indikator Keuangan
Nila
Rasio Nilai Derajat Rasio Derajat
i
1. Profitabilitas
Sangat Sangat
a.ROE 88,6% 5 84% 5
Baik Baik
b.Operasi 0,58 4 Baik 0,52 4 Baik
2. Likuiditas
Tidak Tidak
a.Rasio Kas 13% 1 35% 1
Baik Baik
b.Efektivitas Penagihan 107% 5 Sangat 100,5 5 Sangat
Baik % Baik
Kurang Cukup
3. Solvabilitas 110% 2 140% 3
Baik Baik
Jumlah 17 18
Rata- Bai
3,4 Baik 3,6
rata k
Sumber: Data Primer, 2016

211

Anda mungkin juga menyukai