Anda di halaman 1dari 130

RENCANA

PENGAMANAN
AIR MINUM
(RPAM)
Manual:
Perencanaan,
Implementasi,
dan Monitoring-Evaluasi
Diterbitkan oleh
Satuan Kerja Direktorat Pengembangan Air Minum
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum

Alamat
Jalan Pattimura 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110

Pengarah
Danny Sutjiono
Oloan M. Simatupang
Meike Kencanawulan

Foto
PDAM Bandarmasih, Banjarmasin

Penyusun
PT. Padma Duta Consult
RENCANA
PENGAMANAN
AIR MINUM
(RPAM)
Manual:
Perencanaan,
Implementasi,
dan Monitoring-Evaluasi

2012
Daftar Isi

Daftar Isi i
Daftar Tabel iii
Daftar Gambar iv
Bab 1 Pendahuluan 2
1.1 Definisi, Tujuan, dan Batasan 2
1.2 Komponen RPAM Indonesia 3
1.3 Langkah Kerja Manual RPAM-Operator 4
Bab 2 M1 : Galang Komitmen Bersama 10
2.1 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tentang Pengamanan Air Minum 13
2.2 Tata Cara Penyusunan Lembar Komitmen 14
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 15
Bab 3 M2 : Susun Tim RPAM 16
3.1 Komposisi Tim RPAM 19
3.2 Deskripsi Tugas Tim RPAM 20
3.3 Tata Cara Penyusunan Tim RPAM 21
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 23
Bab 4 M3 : Gambarkan Rantai Pasok 26
4.1 Komponen Rantai Pasok 29
4.2 Lambang-Lambang Komponen Rantai Pasok 29
4.3 Tata Cara Penggambaran Rantai Pasok 29
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 31
Bab 5 M4 : Ketahui Bahaya dan Besarnya Risiko 34
5.1 Inventarisasi Kejadian Bahaya dan Risiko dengan 4K sebagai Acuan 37
5.2 Tata Cara Perhitungan Skor Risiko (Scoring) dengan Metode Matriks 39
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 61
Bab 6 M5 : Buat Daftar Tindakan Pengendalian 62
6.1. Tindakan Pengendalian dan Cara Validasinya 65
6.2. Tindakan Pengendalian dan Cara Validasinya 66
6.3. Tata Cara Pembuatan dan Pengisian Tabel Alternatif Tindakan Pengendalian (Multiple Barriers) dan
Cara Validasinya 68
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 70
Bab 7 M6 : Susun Daftar Prioritas 72
7.1. Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Kaji Ulang Kejadian Bahaya dan Risiko 75
7.2. Tata Cara Pembuatan Tabel Kaji Ulang dan Prioritas Risiko 79
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 81
Bab 8 M7 : Buat Rencana Perbaikan 82
8.1. Rencana Perbaikan dan Program Pendukung 85
8.2. Anggaran Biaya dan Waktu Rencana Pelaksanaan 86
8.3. Tata Cara Pembuatan Tabel Rencana Perbaikan dan Program Pendukung dan
Tabel Rencana Anggaran Biaya dan Waktu Pelaksanaan 87
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 89
Bab 9 M8 : Susun Strategi Komunikasi 90
9.1. Penyebaran Informasi di Kalangan Internal 93
9.2. Mendapatkan dan Menyebarkan Informasi kepada Pihak Eksternal 94
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 95
Bab 10 M9 : Susun Prosedur (SOP) dan Instruksi Kerja (IK) 98
10.1. SOP dan IK dalam Sistem Penyediaan Air Minum 101
10.2. Identifikasi dan Pembuatan SOP dan IK 103
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 105
Bab 11 M10 : Laksanakan Rencana Perbaikan dan Monitor 106
12.1. Pelaksanaan Rencana Perbaikan 109
12.2. Pemantauan/Monitoring Rencana Perbaikan 109
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 111
Bab 12 M11 : Lakukan Evaluasi RPAM 112
12.1. Evaluasi RPAM 115
12.2. Check-list Tertanganinya Kejadian Bahaya dan Risiko 116
12.3. Kajian Terpenuhinya 4K sebagai Acuan Risiko dan Kinerja Operator 116
12.4. Survey Kepuasan Pelanggan (SKP) 118
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 118
Daftar Tabel
Tabel 1 Komposisi Tim RPAM 22
Tabel 2 Jadwal Rencana Kerja RPAM 22
Tabel 3 Deskripsi dan Penanggung jawab Komponen Rantai Pasok 30
Tabel 4 Deskripsi Rantai Pasok PDAM Bandarmasih (Sub-Sistem 1) 33
Tabel 5 Contoh Kejadian Bahaya dan Risiko yang Ditimbulkan 38
Tabel 6 Skala Peluang Kejadian 39
Tabel 7 Skala Keparahan Risiko 40
Tabel 8 Matriks Penetapan Besarnya Risiko 40
Tabel 9 Potensi Kejadian Bahaya dan Skor Risiko 42
Tabel 10 Jenis Kejadian Bahaya yang Umum Terjadi pada Sistem Penyediaan Air Minum 44
Tabel 11 Contoh Daftar Tindakan Pengendalian 65
Tabel 12 Contoh Cara validasi Tindakan Pengendalian 67
Tabel 13 Alternatif Tindakan Pengendalian (Multiple Barriers) dan Cara Validasinya 69
Tabel 14 Contoh Penentuan Prioritas Risiko 76
Tabel 15 Kaji Ulang Kejadian Bahaya dan Prioritas Risiko 77
Tabel 16 Rencana Perbaikan dan Program Pendukung RPAM 80
Tabel 17 Tabel Rencana Anggaran Biaya dan Waktu Pelaksanaan 86
Tabel 18 Rencana Penyebaran Informasi Internal 88
Tabel 19 Rencana Komunikasi Eksternal 89
Tabel 20 Tipikal/Contoh SOP dan IK dalam Sistem Penyediaan Air Minum 93
Tabel 21 SOP dan IK yang dibutuhkan untuk Menangani Kejadian Bahaya dan Risiko 94
Tabel 22 Pelaksanaan dan Monitoring Rencana Perbaikan dan Program Pendukung 102
Daftar Gambar
Gambar 1 Komponen RPAM Indonesia 2
Gambar 2 Langkah Kerja Manual RPAM-Operator 3
Gambar 3 Lembar Komitmen Implementasi RPAM PDAM Bandarmasih 7
Gambar 4 Surat Tugas Penunjukan Tim RPAM PDAM Bandarmasih. 13
Gambar 5 Struktur Tim RPAM PDAM Bandarmasih. 14
Gambar 6 Rantai Pasok Penyediaan Air Minum PDAM Bandarmasih 18
Gambar 7 Sub-Sistem 1 Rantai Pasok Penyediaan Air Minum PDAM Bandarmasih 19
02

1
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Pendahuluan 03
04

Pendahuluan
1.1 efisiensi dan cakupan pelayanan air minum di
DEFINISI, TUJUAN, DAN BATASAN Indonesia.

Water Safety Plan (WSP) atau dapat diterjemahkan Ruang lingkup produksi yang dilakukan oleh Operator
sebagai Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) Penyedia Air Minum (selanjutnya disebut: Operator)
didefinisikan sebagai upaya pengamanan pasokan adalah pengolahan air baku yang berasal dapat berasal
air minum baik dari segi kualitasnya dengan upaya dari: 1) air permukaan, 2) mata air, dan 3) air tanah
perlindungan (prevention) sumber air dan pencegahan menjadi air minum. Serangkaian proses pengolahan
(protection) pencemaran badan air mulai maupun dari dilakukan oleh Operator baik secara fisika maupun
segi kuantitasnya mulai dari sumber (cathment) sampai kimiawi.
ke keran air (water-tap) penduduk yang dilakukan oleh
berbagai pihak secara terpadu dengan menggunakan Sebagai acuan penilaian besarnya risiko, acuan
pendekatan analisis dan manajemen risiko untuk hasil produksi dan juga acuan kinerja RPAM, 4K
mencapai standar kualitas air yang diterima oleh (Kualitas, Kuantitas, Kontinuitas dan Keterjangkauan)
semua pihak. didefinisikan sebagai berikut:
K1 (Kualitas) adalah acuan kualitas air minum yang
Tujuan utama dari pelaksanaan RPAM adalah untuk layak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. K1
menjamin keamanan penyediaan air minum kepada ini akan menggunakan standar air minum yang
pemanfaatnya/konsumen. Tujuan lain dari pelaksanaan diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.
RPAM adalah: 492/Menkes/Per./IV/2010 tentang Persyaratan
Menciptakan pengelolaan dan pelayanan air Kualitas Air Minum,
minum yang menjamin aspek 4K (Kualitas, K2 (Kuantitas) adalah acuan jumlah air yang dinilai
Kuantitas, Kontinuitas dan Keterjangkauan) air mencukupi bagi pola hidup/penggunaan air
minum, masyarakat. K2 ini akan menggunakan Standar
Dalam jangka menengah, untuk menciptakan Kebutuhan Pokok Air Minum yaitu sebesar 10 m3/
kepentingan yang seimbang antara konsumen kepala keluarga/bulan atau 60 liter/orang/hari,
dan penyedia jasa pelayanan air minum; dan K3 (Kontinyuitas) adalah acuan tidak terputusnya
Dalam jangka panjang, untuk meningkatkan aliran air ke dari instalasi pengolahan air minum
kepelanggan. K3 ini akan menggunakan standar Gambar di atas memperlihatkan komponen-komponen
lama pengaliran tak terputus selama 24 jam/hari RPAM Indonesia yang terdiri dari 3 (tiga) kelompok
dengan tekanan air minum (dinamis) di daerah yaitu: (1) RPA-Sumber, (2a) RPAM-Operator, (2b) RPAM-
pelayanan sebesar 1,5 5 bar (15 50 meter Konsumen dan 3) RPAM-Konsumen. Penjelasan tiap
kolom air), dan komponen dapat disampaikan sebagai berikut.
K4 (Keterjangkauan) adalah acuan harga air
minum yang layak bagi masyarakat. Tarif air RPAM-Sumber
minum memenuhi prinsip keterjangkauan apabila Komponen RPAM-Sumber merupakan komponen yang
pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi dapat terdiri dari unsur mata air, sungai, danau, bahkan
Standar Kebutuhan Pokok Air Minum tidak juga laut. Perlindungan dan pencegahan pencemaran
melampaui 4% dari pendapatan masyarakat/ sumber-sumber air minum tersebut perlu dilakukan.
pelanggan. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dan
penyelenggara penyediaan air minum olahan dalam
1.2 memanfaatkan sumber air tersebut sebagai air baku
KOMPONEN RPAM INDONESIA untuk air minum.

RPAM-Operator dan RPAM-Komunitas


RPAM Sumber Komponen ini dapat dibagi menjadi dua pengelola
1 yaitu: (1) dilakukan oleh Pemerintah Daerah, melalui
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan (2) yang
RPAM Operator dikelola oleh masyarakat (komunitas).
RPAM Komunitas
2 RPAM-Operator mencakup sejumlah hal, dimulai
dari: (1) intake atau penampungan air baku, (2) unit
RPAM Konsumen pengolah air minum dan (3) unit distribusi air minum
yang berupa sistem perpipaan yang mengantarkan
3 produk hasil olahan berupa air minum kepada
pengguna atau masyarakat.

05
06

LANGKAH KERJA RPAM

Galang Komitmen
Bersama (M1)

Lakukan Evaluasi
RPAM (M11)
Susun Tim RPAM
(M2)

Tim 1 Rantai Pasok Gambarkan Rantai Ketahui Bahaya dan


Pasok (M3) Besarnya Resiko (M4)
dan Tim Resiko

Tim 2 Buat Daftar Tindakan 1 2 Susun Daftar Prioritas


Tindakan Pengendalian Pengendalian (M5) 3 Resiko (M6)
Susun Tim RPAM (M2)

Tim 3 Manajemen dan Susun Strategi


Komunikasi Komunikasi (M8)
Susun Rencana Per-
baikan (M7)

Susun Prosedur (SOP) Laksanakan Rencana Per-


SOP dan Instruksi Kerja (M9) baikan dan Monitor (M10)

07
08

RPAM-Konsumen
Lingkup aktifitasnya terletak kepada upaya
perlindungan dan pencegahan pencemaran ulang
(rekontaminasi) air minum di tingkat rumah tangga,
promosi Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang
sangat erat hubungannya dengan tingkat kesadaran
dan pendidikan masyarakat.

Gambar di atas mengilustrasikan langkah kerja yang


perlu dilakukan oleh Operator dalam implementasi
Manual RPAM. Terdapat 11 (sebelas) langkah yang
perlu dilakukan, mulai dari Modul 1 (M1) sampai
dengan Modul 11 (M11). Kesebelas Modul ini harus
dilakukan berurutan.

Tim RPAM dibagi menjadi 3 (tiga) buah Tim Kerja dan


masing-masing Tim Kerja bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan beberapa Modul tertentu seperti terlihat
pada Gambar 2 di atas (kerja kelompok). Selain itu, ada
pekerjaan yang dilakukan oleh seluruh anggota Tim
RPAM (kerja seluruh tim).

Isi (target/tujuan, metode, alat & bahan, dan langkah


kerja/proses), penjelasan yang lebih detail, serta
pembelajaran dari uji coba yang pernah dilakukan
untuk tiap-tiap Modul tersaji pada serangkaian
penjelasan berikut ini.
09
10

GALANG
KOMITMEN
BERSAMA
Modul 1
Modul 1

Modul 1 11
12

Galang Komitmen Bersama


Tujuan: koran, majalah).
Mendapatkan komitmen bersama, terutama Presentasi dan diskusi umum mengenai konsep
manajemen puncak, untuk menyusun dan dan implementasi RPAM.
melaksanakan RPAM yang dijabarkan dalam satu Penjaringan aspirasi dan visi staf Operator dengan
Lembar Komitmen. melakukan diskusi kelompok berkaitan dengan
pengamanan air minum.
Keluaran: Penyusunan Lembar Komitmen.
Lembar Komitmen yang ditandatangani oleh
manajemen puncak (misalnya: Direktur Utama).

Metode:
Presentasi/pemaparan konsep RPAM.
Curah pendapat (brainstorming).
Diskusi kelompok.
Diskusi pleno.

Alat, Bahan dan, Materi Pendukung:


Ruang dan perlengkapan untuk diskusi
(komputer, LCD proyektor, papan dan kertas
plano, spidol warna, isolasi kertas, printer).
Bahan-bahan presentasi dan diskusi terkait
Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) dari
berbagai sumber.

Tahapan Pelaksanaan:
Pengumpulan informasi terkait dengan manfaat
RPAM melalui berbagai media (internet, seminar,

Modul 1
Operator Penyedia Air Minum (Operator) harus 2.1
berkomitmen penuh untuk menjaga 4K (kualitas, UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN
kuantitas, kontinyuitas, dan keterjangkauan) air minum PEMERINTAH TENTANG PENGAMANAN
yang diproduksi dan didistribusikan. Hal ini dilakukan AIR MINUM
untuk memenuhi harapan pelanggan, menjaga
kesehatan masyarakat dan dengan tetap menjaga Seluruh staf dan direksi Operator harus sadar bahwa
kelestarian lingkungan. penjaminan penyediaan air minum merupakan
kewajiban mereka sebagai Operator sesuai dengan:

Modul 1 13
14

Undang-Undang No. 8/1999 tentang komitmen ini juga dapat digabungkan dengan
Perlindungan Konsumen, khususnya pasal pasal: perangkat manajemen lain (misalnya: ISO 9001,
(4) Hak konsumen adalah Hak atas kenyamanan, ISO 14001) atau berdiri sendiri. Hal ini disesuaikan
keamanan, dan keselamatan dalam dengan kondisi dan praktek manajemen Operator.
mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Sebelum penyusunan Lembar Komitmen,
diperlukan satu tahapan internalisasi/pemahaman
dan, terhadap konsep RPAM kepada seluruh pihak/
Peraturan Pemerintah No. 16/2005 tentang staf Operator. Hal ini dapat dilakukan dengan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, mengadakan seminar, diskusi kelompok baik
khususnya Pasal 6 ayat: secara internal atau mengundang Operator lain
(1) Air minum yang dihasilkan dari SPAM yang
digunakan oleh masyarakat pengguna/pelanggan
harus memenuhi syarat kualitas berdasarkan
peraturan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
(2) Air minum yang tidak memenuhi syarat
kualitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilarang didistribusikan kepada masyarakat.

2.2
TATA CARA PENYUSUNAN LEMBAR
KOMITMEN

Apabila Operator telah memiliki rencana


pengembangan perusahaan (corporate plan) atau
jika telah memiliki visi perusahaan sebagai arahan
ke depan, Operator dapat mengadopsi corporate
plan atau visi perusahaan tersebut. Visi dan Misi

Modul 1
yang sedang atau telah berhasil menyusun dan dicapai. Sedangkan tujuan adalah pernyataan
melaksanakan RPAM. hasil akhir yang akan dicapai sesuai dengan cara
Komitmen ini harus dituangkan dalam satu yang dijelaskan oleh misi, dalam jangka waktu
dokumen khusus. Dokumen tersebut (atau dapat tertentu.
disebut sebagai Lembar Komitmen) sebaiknya
berisi: visi, misi, dan tujuan dari program RPAM. Total waktu pelaksanaan seluruh proses M1, mulai
Pada dasarnya, misi merupakan pernyataan dari sosialisasi konsep RPAM sampai penggalangan
dengan cara apa atau bagaimana visi akan komitmen ini diperkirakan berkisar antara 5 10 hari.

Studi Kasus PDAM Bandarmasih

Menularkan Komitmen Direksi ke Seluruh Jajaran


Manajemen PDAM Bandarmasih
Setelah mendapatkan berbagai info terkait seperti pentingnya konservasi daerah Ketua RPAM dan Direktur Utama PDAM
manfaat RPAM baik dari media massa, seminar daerah tangkapan air (daerah hulu Bandarmasih.
dan diskusi di tingkat nasional, manajemen sungai).
puncak PDAM Bandarmasih akhirnya berkomit- Perumusan isi lembar Komitmen, Selama proses, ada dua hal yang dinilai mem-
men untuk menerapkan RPAM. dilakukan dengan diskusi pada dua permudah proses penggalangan komitmen,
Namun demikian, tantangan selanjutnya kelompok untuk mempertimbangkan yaitu:
adalah bagaimana semangat manajemen poin-poin (hal-hal apa saja) yang perlu a) Jajaran direksi telah memahami konsep
puncak ini dapat ditangkap dan dipahami oleh dimasukkan ke dalam lembar Komit- RPAM, melalui keikutsertaannya dalam
seluruh jajaran di bawahnya. Untuk itu, direksi men. Seluruh peserta berpartisipasi aktif berbagai forum advokasi dan kampanye
berinisiatif untuk melaksanakan sejumlah dalam diskusi. Direksi tidak terlalu banyak di tingkat nasional. Forum ini menjadi
rangkaian kegiatan, yaitu: mengintervensi diskusi. Hal ini sengaja momentum bahwa RPAM ini menjadi
Diskusi awal; dilaksanakan bersama dilakukan untuk memahami keinginan perhatian bersama.
segenap manajer di lingkungan PDAM dan pendapat seluruh peserta diskusi. b) Manajemen PDAM Bandarmasih sudah
Bandarmasih. Pokok utama dalam diskusi Pembuatan Lembar Komitmen, rumusan menerapkan dan mendapatkan sertifi-
ini adalah menyangkut konsep RPAM, poin-poin yang perlu ada tersebut kasi Manajemen Mutu ISO 9001: 2008.
manfaat, dan bagaimana mengimple- kemudian dimasukkan ke dalam Lembar Hal ini sangat terbukti mempermudah
mentasikannya di PDAM. Selama proses Komitmen dengan diberi sedikit kalimat proses karena isu yang dibahas dalam
diskusi berlangsung banyak terlontar isu pengantar awal. Lembar Komitmen Manajemen Mutu mirip dengan isu yang
lain yang masih berkaitan dengan RPAM tersebut kemudian ditandatangani oleh terdapat di dalam RPAM.

Modul 1 15
16

PENYUSUNAN
TIM RPAM
Modul 2
Modul 2

Modul 2 17
18

Penyusunan Tim RPAM


Tujuan: Pengisian tabel komposisi Tim RPAM,
n

n Menyusun satu Tim RPAM yang bertanggung penggambaran struktur organisasi, dan
jawab dalam penyusunan, implementasi, dan pembuatan rancangan agenda kegiatan Tim
monitoring RPAM. RPAM yang disyahkan oleh manajemen puncak
(misalnya Direktur Utama).
Keluaran:
n Tabel Komposisi Tim RPAM.
n Surat Tugas penunjukan Tim RPAM dari

manajemen puncak (misalnya: Direktur Utama).


n Gambaran Struktur Tim RPAM.

n Rencana Agenda Kegiatan RPAM.

Metode:
n Diskusi kelompok terarah untuk identifikasi dan
inventarisasi personel Tim RPAM.
n Diskusi pleno.

Alat, Bahan, dan Materi Pendukung:


Ruang dan perlengkapan untuk diskusi
(komputer, LCD proyektor, papan dan kertas
plano, spidol warna, isolasi kertas, printer).

Tahapan Pelaksanaan:
n Identifikasi keahlian yang dibutuhkan dan
departemen/unit kerja harus terlibat dalam Tim
RPAM Operator.
n Diskusi dan penentuan orang departemen/unit

kerja yang akan masuk ke dalam Tim RPAM.

Modul 2
Tim RPAM dibentuk untuk memastikan adanya top dan middle management, perlu dipertimbangkan
penanggung jawab dari setiap kegiatan yang juga untuk melibatkan staf operator karena mereka
direncanakan dan untuk menjelaskan peran dan merupakan pihak yang paling memahami kondisi
tanggung jawab dari seluruh pihak yang terlibat dalam operasi dan permasalahan di lapangan.
RPAM. Tim RPAM harus dibentuk terlebih dahulu sebelum
implementasi RPAM dilakukan. Ketiga Tim Kerja tersebut akan bekerja bersama-
sama dibawah arahan dan koordinasi ketua Tim
RPAM. Masing-masing Tim Kerja memiliki seorang

3.1
KOMPOSISI TIM RPAM

Tim RPAM yang akan dibentuk merupakan satu


organisasi dengan komposisi 3 Tim Kerja. Tim RPAM
diketuai oleh seorang Ketua Tim RPAM dan dapat
dibantu oleh seorang Wakil Ketua Tim RPAM (jika
diperlukan).

Nama 3 Tim Kerja tersebut adalah:


n Tim 1 : Rantai Pasok dan Risiko,

n Tim 2 : Tindakan Pengendalian, dan

n Tim 3 : Manajemen dan Komunikasi.

Jumlah minimal anggota Tim RPAM adalah 4 (empat)


orang yang terdiri dari satu orang ketua dan 3
koordinator Tim Kerja. Tiap Tim Kerja dapat terdiri
dari beberapa anggota yang jumlahnya disesuaikan
dengan skala/besarnya dan kondisi Operator. Selain

Modul 2 19
20

koordinator. Para koordinator berada di bawah Tugas Tim RPAM yang diketuai oleh seorang Ketua Tim
koordinasi Ketua Tim RPAM. RPAM adalah:
n Melakukan penggalangan komitmen manajemen

Masing-masing Tim Kerja berisi personil-personil puncak dan seluruh staf Operator.
yang ditunjuk dan dianggap memiliki kemampuan n Menyusun daftar prioritas kejadian bahaya dan

serta berasal dari berbagai disiplin ilmu dan berbagai risiko yang telah ditetapkan oleh Tim 1, mulai dari
departemen/unit kerja. sumber/intake, transmisi, instalasi pengolahan air
dan jaringan distribusi.
Dalam menjalankan tugasnya, semua koordinator Tim n Membuat rencana-Rencana Perbaikan untuk

1, Tim 2, dan Tim 3 dan para anggotanya bertanggung dapat menanggulangi kejadian bahaya dan risiko.
jawab terhadap Ketua Tim RPAM. Setiap hasil/produk n Mengkoordinir pelaksanaan Rencana Perbaikan

dari Tim Kerja, harus dipresentasikan kepada Tim RPAM dan melakukan monitoring/pengawasan
untuk mendapatkan masukan dan persetujuan. terhadap proses dan hasil RPAM.
n Melakukan evaluasi pelaksanaan RPAM.

Apabila terdapat kesulitan yang dianggap


menghambat jalannya pelaksanaan sistem, Ketua Tim Dalam menentukan Ketua tim RPAM, kapabilitas yang
RPAM bertindak sebagai fasilitator yang mengorganisir diharapkan dan yang menjadi pertimbangan dari
dan menyampaikan kendala yang dihadapi untuk seorang Ketua Tim RPAM adalah:
kemudian dilakukan tindak lanjut. n Seorang yang memiliki pengetahuan dan

pemahaman tentang pengelolaan dan


3.2 pengolahan air minum.
DESKRIPSI TUGAS TIM RPAM n Memiliki sifat kepemimpinan yang baik.

n Termasuk di dalamnya adalah mengkoordinasi

Seperti tergambar pada bagian Langkah Kerja Manual para koordinator tim dan anggota tim-nya.
RPAM, ada tugas-tugas spesifik yang dilakukan n Memiliki akses cukup terhadap manajemen

oleh masing-masing Tim Kerja, dan ada tugas yang puncak dan para pemangku kepentingan
dilakukan secara bersama di bawah koordinasi (stakeholders) diluar Operator.
langsung Ketua Tim RPAM.

Modul 2
Tugas Tim 1: Rantai Pasok dan Risiko adalah: Perbaikan.
n Membuat konsep rantai pasok dan melakukan

verifikasi di lapangan. Keluaran dari kegiatan ini 3.3


adalah diagram alir dengan kode dan simbol yang TATA CARA PENYUSUNAN TIM RPAM
telah disepakati. n Langkah pertama adalah mengidentifikasi orang/
n Mengidentifikasi potensi kejadian bahaya dan staf Operator yang akan menjadi anggota Tim
menganalisis kemungkinan risiko yang mungkin RPAM.
diakibatkan pada tiap komponen rantai pasok. n Setelah para personil Tim RPAM teridentifikasi,

Faktor 4K (kualitas, kuantitas, kontinyuitas, dan ditentukan, disetujui maka langkah selanjutnya
keterjangkaun) air minum menjadi hal yang adalah melengkapi tabel berikut ini.
utama dalam penentuan risiko.

Tugas Tim 2: Tindakan Pengendalian adalah:


n Membuat daftar alternatif tindakan-tindakan

pengendalian terhadap kejadian bahaya dan


risiko.
n Menentukan dan jika perlu melakukan tindakan

validasi efektivitas tiap alternatif tindakan


pengendalian tersebut.

Tugas Tim 3: Manajemen dan Komunikasi adalah:


n Menyusun strategi komunikasi internal

dan eksternal Operator untuk mendukung


pelaksanaan RPAM.
n Membuat perencanaan dan identifikasi

kebutuhan Prosedur Operasi Standar/Standard


Operating Procedures (SOP) dan IK (Instruksi Kerja)
yang diperlukan dalam pelaksanaan Rencana

Modul 2 21
22

Tabel 1 Komposisi Tim RPAM


Departemen/Unit Peran dalam Tim
Nama Jabatan Telepon, email
Kerja RPAM
(1) (3) (5)
(2) (4)

dst dst dst dst dst

n Surat Tugas Penunjukan Tim RPAM oleh manajemen puncak harus dibuat untuk memformalkan dan menguatkan
fungsi Tim RPAM dalam manajemen Operator. Surat tugas ditandatangani oleh manajemen puncak (misalnya:
Direktur Utama).
n Gambaran Struktur Organisasi RPAM juga perlu dibuat sebagai lampiran dari Surat Tugas tersebut. Struktur dan

ukuran Tim RPAM yang akan dibentuk harus disesuaikan dengan kebutuhan dan besarnya/skala Operator. Fungsi
yang perlu ada di dalam satu struktur RPAM adalah: aspek perencanaan dan analisis sistem, aspek operasi dan
pemeliharaan termasuk di dalamnya adalah identifikasi risiko, dan aspek yang terkait dengan manajemen dan
komunikasi.
n Setelah Tim RPAM terbentuk dan diformalkan melalui pembuatan Surat Tugas serta hierarki-nya tergambar melalui

struktur organisasi, langkah selanjutnya adalah membuat satu jadwal kegiatan RPAM. Berikut tabel (Gantt Chart)
yang harus dibuat oleh Tim RPAM.

Tabel 2 Rencana Agenda Kegiatan RPAM


Waktu (bulan, tahun)
Aktivitas (7)
(6)
Juni Juli Agust. Sept. dst dst
Persiapan Tim dan Sosialisasi Awal

dst

Modul 2
Total waktu yang dibutuhkan dalam penyusunan M2 ini, mulai dari identifikasi personil sampai ke penyusunan jadwal
rencana kerja, diperkirakan 2 5 hari.

Perlunya Keberagaman Komposisi


Personel dalam Tim RPAM
Tim RPAM yang dibentuk oleh PDAM Bandarmasih merupakan satu tim yang
merupakan gabungan 3 Tim Kerja (Tim 1, Tim 2 dan Tim 3). Tim Kerja tersebut
berfungsi melaksanakan beberapa tugas spesifik.

Komposisi awal personil Tim RPAM disusun oleh jajaran Direksi PDAM
Bandarmasih. Usulan komposisi tersebut kemudian didiskusikan oleh segenap
personil yang terlibat. Salah satu masukan penting adalah perlunya keragaman
asal divisi atau departemen personil yang telibat. Hal ini dinilai penting karena
keragaman tersebut dinilai dapat mengingkatkan kinerja Tim RPAM karena isu
yang akan dihadapi juga akan akan beragam: mulai dari permasalahan operasi,
pemeliharaan, sampai administrasi dan komunikasi.

Bahkan usulan direksi tersebut mengalami beberapa perubahan. Beberapa


personil ditukar tempat/posisinya dalam usulan struktur dan juga ada beberapa
personil baru yang ditambahkan ke dalam struktur Tim RPAM.

Setelah semua sepakat, Direktur Utama PDAM Bandarmasih kemudian


membuat dan menandatangani satu Surat Keputusan (SK) pengangkatan Tim
RPAM. SK ini dinilai penting untuk memformalkan kerja Tim RPAM dan termasuk
dalam pengalokasian sumber daya dari setiap divisi atau departemen.

Modul 2 23
24

Gambar 0 Surat Tugas Penunjukan Tim RPAM PDAM Bandarmasih.


Modul 2
Tim dibentuk dan disetujui

Modul 2 25
26

GAMBARKAN
RANTAI
PASOK
Modul 3
Modul 3

Modul 3 27
28

Gambarkan Rantai Pasok


Tujuan: built drawing, peta situasi, dokumen ISO).
Mendapatkan gambaran mengenai rantai pasok
(diagram alir) sistem penyediaan air minum yang Tahapan Pelaksanaan:
dimiliki Operator. Pengumpulan data sekunder terkait dengan
Mendeskripsikan setiap komponen rantai pasok gambar/skema sistem penyediaan air minum.
yang telah dibuat. Penggambaran sistem penyediaan air minum.
Presentasi hasil penggambaran rantai pasok ke
Keluaran: Tim RPAM.
Rantai Pasok Sistem Penyediaan Air Minum
mulai dari sumber hingga ke sambungan rumah/
pelanggan air minum.
Tabel Deskripsi dan Penanggung jawab
Komponen Rantai Pasok .

Metode:
Inventarisasi dokumen terkait dengan Gambar
Sistem Penyediaan Air Minum eksisting.
Diskusi kelompok.
Diagram alir rantai pasok (flow chart) sistem
penyediaan air minum.
Diskusi pleno.

Alat, Bahan, dan Materi Pendukung:


Ruang dan perlengkapan diskusi (komputer, LCD
proyektor, papan dan kertas plano, spidol warna,
isolasi kertas, printer).
Dokumen-dokumen terkait gambar/skema sistem
penyediaan air minum (dokumen perencanaan, as

Modul 3
Rantai pasok/diagram alir proses dibuat melingkupi 4.2
keseluruhan proses produksi dan distribusi air minum LAMBANG-LAMBANG KOMPONEN
oleh Operator. Hal ini dilakukan dengan cara mencatat RANTAI PASOK
dan menggambarkan seluruh proses mulai dari
pengambilan air baku sampai distribusi air minum ke Rantai pasok dibuat dengan standar lambang/simbol
pelanggan. sebagai berikut:

Setelah rantai pasok tergambarkan, lengkapi


tabel berikut ini untuk semua komponen yang
4.1 tergambarkan. Jika diperlukan rantai pasok dapat
KOMPONEN RANTAI PASOK dibagi ke dalam beberapa sub-sistem.

Sistem yang digambarkan melingkupi keseluruhan 4.3


komponen penyediaan air minum, yaitu: TATA CARA PENGGAMBARAN RANTAI
Sumber air baku (walaupun bukan merupakan PASOK
tanggung jawab langsung Operator),
Sistem intake air baku, Dengan menggunakan dokumen-dokumen
Sistem transmisi air baku, terkait gambar/skema sistem penyediaan
Instalasi pengolahan air, air minum yang ada, Tim RPAM dapat
Sistem transmisi air minum dan reservoir, dan mulai menggambarkan kembali dengan
Jaringan pipa distribusi sampai ke sambungan menggunakan simbol-simbol standar untuk
rumah pelanggan air minum. RPAM. Penggambaran dapat dilakukan dengan
Rantai pasok yang dibuat harus dapat komputer atau pada kertas plano bersama-sama
menggambarkan keseluruhan proses dan tingkat dengan anggota Tim 1.
kedetailannya harus dibuat sedemikian rupa, sehingga Tiap komponen rantai pasok yang tergambarkan
nantinya dapat dimodifikasi untuk memasukkan diberi dengan kode lokasi berupa singkatan nama
kejadian bahaya dan risiko ke dalamnya. daerah pelayanan.
Setelah gambaran keseluruhan rantai pasok

Modul 3 29
30

dibuat dan disepakati, langkah selanjutnya adalah Kolom 11: pihak yang bertanggung jawab dalam
mendeskripsikan tiap komponen rantai pasok operasi komponen rantai pasok.
dalam satu tabel (tersaji di bawah).
Pada saat pembuatan rantai pasok, jika diperlukan, Total waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan M3
lakukan kunjungan lapangan terutama pada titik- ini, mulai dari pengumpulan dokumen terkait gambar
titik atau bagian-bagian yang terdapat perbedaan sistem eksisiting sampai ke verifikasi lapangan, berkisar
pendapat antara anggota Tim RPAM. antara 2 - 5 hari.
Keseluruhan hasil dipresentasikan ke seluruh
Tim RPAM untuk mendapatkan kesepakatan dan
persetujuan hasil akhir.

Tabel 3
Deskripsi dan Penanggung jawab
Komponen Rantai Pasok
Kode
Simbol Deskripsi Penanggung-
Lokasi
(9) (10) jawab (11)
(8)

dst dst dst dst

Petunjuk pengisian tabel:


Kolom 8: kode lokasi/singkatan yang telah
ditetapkan pada tiap komponen rantai pasok.
Kolom 9: simbol komponen, sama dengan yang
digambarkan pada diagram.
Kolom 10: deskripsi, proses apa yang terjadi pada
komponen rantai pasok tersebut.

Modul 3
Hasil Pelaksanaan M3 PDAM Bandarmasih
Melalui sekian diskusi, Tim 1 berhasil melakukan penggambaran rantai pasok seperti tersaji pada gambar-gambar di bawah ini.

Sungai
Tabuk (T)
Sungai
Saluran Blu (B)
52 Irigasi P.
Panjang (P)

LEGENDA Instalasi Sungai


TZ Blu (B)
Sungai Lulut (L)
proses
Intermiten
Transfer T3 5-4 T9
Booster
Kontinyu Pramuka K3
S-1 T4
Penampungan
T8 I-1 IPA
garis tebal, diluar A. Yani
kendali PDAM I2
T-1 Booster
Pramuka
T7

IPA SEI I-3 Booster


K2 R5
LULUT T6 Banua R1
Anyar
D3 T5 T10
D7
R4

R7 R5 D9
Booster Booster
D2 Gerilya S. Parman
D-1 D4
D6
BU D5 SR
D5 B8 Banjarmasin
SR Barat
Banjarmasin
KB SR Utara
BS KB BT Banjarmasin
Sambungan SR Timur
Rumah (SR) Banjarmasin
Selatan SR Kab. Banjar
Kab. Banjar

Modul 3 31
32

Sungai Lulut (L)

S-1

T1

LEGENDA
IPA SEI I-3
LULUT

Proses

R4

Transfer

D1
Penampungan

Intermiten
KB

Kontinyu
Sambungan
Rumah (SR) Diluar Kendali
Kab. Banjar PDAM

Modul 3
Tabel 4 Deskripsi Rantai Pasok PDAM Bandarmasih (Sub-Sistem 1)
Kode Lokasi Simbol Deskripsi Penanggungjawab
(8) (9) (10) (11)

L Sungai Lulut BBWS, Dinas SDA

S1 Intake air baku Sungai Lulut Departemen Produksi 2

Sistem pipa transmisi dari


Departemen TRD (Trans-
T1 Intake Sungai Lulut ke IPA
misi dan Distribusi)
Sei Lulut

Instalasi Pengolahan Air


I-3 Departemen Produksi 2
Sungai Lulut

R4 Reservoir Departemen Produksi 2

D1 Sistem perpipaan disitribusi Departemen Produksi 2

Sambungan RumahPelang- Departemen Pelayanan dan


KB
gan PDAM Kab. Banjar Pemasaran

Modul 3 33
34

KETAHUI
BAHAYA DAN
BESARNYA
RESIKO
Modul 4
Modul 4

Modul 4 35
36

Ketahui Bahaya Dan


Besarnya Resiko
Tujuan: kejadian padam listrik, data pemeriksaan kualitas
Mengidentifikasi dan mengiventarisir potensi air baku, rekaman kegiatan pembersihan sampah
kejadian bahaya yang dapat timbul pada rantai di barscreen).
pasok/penyediaan air minum yang dioperasikan
oleh Operator. Tahapan Pelaksanaan:
Memperkirakan risiko apa saja yang dapat Identifikasi dan buat daftar kejadian bahaya
ditimbulkan dari kejadian bahaya tersebut dan dengan diskusi kelompok. Identifikasi dan
memberikan skor/nilai terhadap setiap risiko. inventarisasi dilakukan pada semua komponen
rantai pasok mulai dari hulu hingga hilir.
Keluaran: Penentuan risiko dan jenisnya yang mungkin
Tabel Potensi Kejadian Bahaya dan Skor Risiko. timbul pada tiap komponen rantai pasok.
Perhitungan skor risiko dengan menggunakan
Metode: metode matriks.
Inventarisasi kejadian bahaya dan risiko.
Diskusi kelompok terarah.
Penilaian besarnya risiko dengan metode matriks.

Alat, Bahan, dan Materi Pendukung:


Ruang dan perlengkapan diskusi (komputer, LCD
proyektor, papan dan kertas plano, spidol warna,
isolasi kertas, printer).
Gambar Rantai Pasok dan Tabel Deskripsi
Rantai Pasok yang telah dihasilkan pada tahap
pelaksanaan modul sebelumnya (M3: Gambarkan
Rantai Pasok).
Jika tersedia, data rekaman kejadian bahaya dan
risiko yang telah lalu (misalnya: data rata-rata

Modul 4
Kejadian bahaya dan besarnya (skor) risiko perlu kemudian petimbangan terhadap pihak lain (Operator,
diketahui untuk menjadi referensi awal dalam lingkungan hidup, supplier).
pelaksanaan RPAM yang berpedoman pada prinsip
manajemen risiko. Untuk mengetahui keberhasilan Seperti yang telah dipaparkan pada Bab 1
RPAM, perubahan besarnya risiko-risiko tersebut (apakah Pendahuluan pada Manual ini, 4K menggunakan
risiko sudah hilang, berkurang atau bahkan bertambah beberapa standar yang sesuai dengan kondisi
nilainya), akan dievaluasi pada akhir tahapan Indonesia. Jika dihubungkan dengan jenis dan
pelaksanaan RPAM. besarnya risiko, maka:
Risiko terhadap K1 adalah tidak terpenuhinya
5.1 kualitas air minum hasil produksi atau yang
INVENTARISASI KEJADIAN BAHAYA didistribusikan/dikonsumsi oleh pelanggan sesuai
DAN RISIKO DENGAN 4K SEBAGAI dengan standar air minum Indonesia berdasarkan
ACUAN Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/
Per./IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Bahaya adalah kejadian baik yang bersifat fisik, Minum,
kimiawi, maupun biologi yang dapat mengancam Risiko terhadap K2 adalah kurangnya pasokan
tingkat keamanan air minum baik teknis maupun air minum dari Operator ke pelangggan yaitu
non-teknis. Kejadian bahaya dapat menimbulkan pasokan air minum kurang dari 60 liter/orang/
risiko. Risiko dalam RPAM adalah hal yang dapat hari,
mempengaruhi kualitas dan kuantitas air minum yang Risiko terhadap K3 adalah terputusnya/tidak
diproduksi, kontinyuitas aliran air minum minum, kontinyunya aliran air minum ke pelanggan dan/
dan keterjangkauan harga air minum oleh pelanggan atau kurangnya tekanan air minum di daerah
menjadi tidak sesuai standar. Faktor-faktor tersebut pelayanan (minimal 1,5 bar atau 15 meter), dan
disebut sebagai 4K (K1=Kualitas, K2=Kuantitas, Risiko terhadap K4 adalah tidak terjangkaunya
K3=Kontinyuitas, dan K4=Keterjangkauan). harga air minum oleh pelanggan. Hal ini dapat
dilakukan dengan melakukan kajian tarif air
Pihak yang paling dipertimbangkan dalam penentuan minum yang berlaku. Jika tarif air minum sudah
risiko adalah pelanggan/konsumen air minum, baru memenuhi syarat keterjangkauan, kejadian bahya

Modul 4 37
38

dan risiko dapat berupa faktor-faktor yang dapat Selain kejadian bahaya yang bersifat teknis, hal-hal
meningkatkan ongkos produksi Operator dalam non-teknis yang mungkin untuk diutarakan selama
memproduksi air minum. diskusi kelompok juga dapat disampaikan dan dicatat
sebagai risiko.
Idealnya inventarisasi kejadian bahaya dilakukan
dengan merujuk kepada data rekaman tertulis Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa risiko
mengenai kejadian bahaya yang pernah terjadi merupakan perbandingan antara kondisi eksisting atau
(misalnya dari rekaman kerusakan pompa, rekaman prediksi kejadian bahaya dengan kondisi ideal/standar.
kegiatan perbaikan kebocoran pipa, rekaman
perbaikan genset). Contoh kejadian bahaya dan risiko tersaji pada tabel
berikut ini.

Tabel 5 Contoh Kejadian Bahaya dan Risiko yang Ditimbulkan


Kejadian Bahaya Risiko Kondisi Ideal/Standar
Masuknya kotoran/ sampah dan Terganggunya aliran inlet, kerusakan Air sungai harus bebas dari sampah
adanya gulma ke sungai/saluran. pada impeller pompa karena dan gulma. Kalaupun ada sampah,
kotoran/sampah. bangunan intake harus dilengkapi
dengan screen.
Masuknya limbah industri dan Tercemarnya air air minum yang Air sungai idealnya tidak tercemar.
domestik ke sungai. disuplai ke pelanggan yang dapat Kalaupun tercemar, Operator harus
menimbulkan keracunan atau siap dengan bahan kimia (koagulan,
meningkatkan biaya bahan kimia flokulan) atau metode operasi
produksi air minum. alternatif untuk menghasilkan air
sesuai standar.
Pipa transmisi bocor karena Hilangnya air yang akan diolah, Penyalaan pompa pada sistem
kelebihan beban/tekanan/water kemungkinan masuknya pencemar transmisi harus mengikuti SOP.
hammer akibat SOP penyalaan ke dalam aliran air di dalam pipa Langkah kerja dalam Sop harus
pompa tidak dijalankan. transmisi, pemborosan biaya. terlihat jelas oleh operator di
lapangan.

Modul 4
Listrik dari PLN tiba-tiba padam. Tidak bekerjanya, pengurangan Idealnya tersedia generator set
umur/life time, atau bahkan rusaknya (genset) sebagai sumber listrik
alat-alat mekanis (pompa, panel- cadangan dengan sistem otomatis
panel listrik) yang menggunakan yang menyala saat listrik PLN padam.
energi listrik.

Inventarisasi kejadian bahaya dan risiko akan semakin terjadi (kemungkinan kejadian setiap hari, tiap
baik jika data yang digunakan merupakan fakta yang minggu, dst.). Dengan menggunakan Tabel
bersifat kuantitatif (dengan angka). Peluang Kejadian di bawah ini, pada tiap Kejadian
Bahaya yang telah ditetapkan, tentukan skala
5.2 kemungkinan terjadinya hal tersebut (masukkan
TATA CARA PERHITUNGAN SKOR RISIKO nilai 1 5) dengan kriteria sebagai berikut:
(SCORING) DENGAN METODE MATRIKS
Tabel 6 Skala Peluang Kejadian
Penetapan skor (scoring) bahaya dilakukan dengan Peluang Kejadian Skala
Metode Matriks melalui serangkaian langkah pelaksanaan Hampir selalu (peluang kejadian setiap 5
sebagai berikut ini: hari).
Sediakan peta rantai pasok/diagram alir yang Sering (setiap minggu). 4
disepakati (merupakan produk dari pelaksanaan Sedang (setiap bulan). 3
M3: Gambarkan Rantai Pasok).
Jarang (setiap tahun). 2
Inventarisasikan kejadian bahaya yang sering dan
Sangat jarang (lebih dari 1 tahun sekali). 1
yang berpotensi untuk terjadi pada tiap tahapan
rantai pasok/diagram alir mulai dari pengambilan
Tiap Kejadian Bahaya juga memiliki Tingkat
air baku sampai ke sambungan rumah pelanggan.
Keparahan risiko. Dengan menggunakan Tabel
Keparahan Risiko di bawah ini, pada tiap kejadian
Tabel Jenis Bahaya yang Umum Terjadi pada Sistem
bahaya yang telah ditetapkan, tentukan skala
Penyediaan Air Minum yang tersaji pada bagian akhir
besarnya risiko (masukkan nilai 1 5) dengan
Modul 4 ini dapat menjadi referensi.
kriteria sebagai berikut:
Tiap kejadian bahaya memiliki nilai peluang untuk

Modul 4 39
40

Tabel 7 Skala Keparahan Risiko Pada tahap ini, beberapa staff operator lapangan
Keparahan Risiko Skala sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dan
Katastrofik/sangat parah (dapat menyebab- 5 paling mengenal/mengetahui kondisi operasional
kan kematian secara tiba-tiba). instalasi sehari-hari, harus diikutsertakan dalam diskusi
Besar (dapat menyebabkan kesakitan pada 4 untuk memastikan bahwa tidak ada kejadian bahaya
masyarakat). yang tidak terinventasirasi oleh Tim RPAM.
Sedang (menimbulkan dampak estetika ter- 3 Seperti tertera pada Matriks Penetapan Besarnya
hadap air minum: berasa, berbau dan dinilai Risiko di bawah ini, kalikan nilai skala peluang
tidak aman). dengan keparahan risiko. Nilai yang didapat adalah
Kecil (menimbulkan dampak estetika ter- 2 skor resiko.
hadap air minum: berasa, berbau namum Penetapan skor risiko dilakukan dengan formula
masih dinilai aman dikonsumsi). sebagai berikut:
Sangat kecil/tak berarti/dampak tidak terde- 1
teksi.

Tabel 8 Matriks Penetapan Besarnya Skor Risiko


Peluang Kejadian
Matriks Risiko Hampir
Sering Sedang Jarang
Sangat
Selalu Jarang
Skala 5 4 3 2 1
Katastrofik 5 25 20 15 10 5
Keparahan

Besar 4 20 16 12 8 4
Risiko

Sedang 3 15 12 9 6 3
Kecil 2 10 8 6 4 2
Sangat Kecil 1 5 4 3 2 1

Modul 4
Tabel di atas menunjukkan bahwa skor risiko:

12, adalah risiko tinggi yang memerlukan


tindakan segera.
8 - <12 adalah batasan risiko sedang.
< 8 adalah batasan risiko rendah dan tidak
memerluan tindakan penanganan segera.

Setelah kejadian bahaya dan risiko telah diidentifikasi


dan terinventarisir, serta skor risiko telah dihitung oleh
Tim RPAM, maka langkah selanjutnya melengkapi tabel
isian berikut ini.

Modul 4 41
42

Tabel 9 Potensi Kejadian Bahaya dan Skor Risiko


Jenis
Kondisi Skala Skala
Kejadian Risiko (K1, Skor Risiko
No Kode Lokasi Risiko Ideal/Nilai Peluang Keparahan
Bahaya K2, K3 (18) =
(8) (13) Standar Kejadian Risiko
(12) atau K4) (16x17)
(14) (16) (17)
(15)
Sumber/Badan Air
Teknis
1
2
Non Teknis
3
4
Sistem Intake Air Baku
Bangunan Penyadap Air
Teknis
5
6
Non Teknis
7
Bak Pengumpul

dst dst dst dst dst dst dst dst

Modul 4
Petunjuk pengisian tabel:
Kolom 8: Nomor dan kode lokasi/singkatan yang telah ditetapkan pada tiap komponen rantai pasok (hasil pelaksanaan M3: Gambarkan Rantai
pasok).
Kolom 12: jenis kejadian bahaya yang berpotensi terjadi pada komponen rantai pasok.
Kolom 13: risiko yang mungkin ditimbulkan dari kejadian bahaya tersebut..
Kolom 14: Kondisi Ideal/Nilai standar yang diharapkan (bisa didapatkan dari berbagai standar teknis yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan
Umum misalnya Permen PU No. 18/2007 mengenai Penyelenggaraan Pengembangan Sistem penyediaan Air Minum, Standar Nasional Indonesia/
SNI terkait dengan perencanaan dan pengoperasian instalasi pengolahan air minum, kriteria desain yang digunakan oleh konsultan atau kontraktor,
atau standar lain terkait dengan pengoperasian instalasi dan pemeliharaan jaringan distribusi air minum).
Kolom 15: jenis risiko, apakah mengancam faktor: K1 (kualitas), K2 (kuantitas), K3 (kontinyuitas), dan/atau K4 (keterjangkauan). Ada kemungkinan
satu kejadian bahaya mengancam beberapa jenis risiko.
Kolom 16: skala peluang kejadian bahaya (penentuan skala merupakan hasil diskusi berdasarkan data kondisi eksisting; masukkan angka 1 - 5).
Kolom 17: skala keparahan risiko (penentuan skala merupakan hasil diskusi dan data kondisi ekssiting; masukkan angka 1 - 5).
Kolom 18: nilai hasil perkalian angka pada kolom 16 dan kolom 17.

Modul 4 43
44

Tabel 10 Jenis Kejadian Bahaya yang Umum Terjadi pada Sistem Penyediaan Air Minum
Jenis Risiko (K1,
Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
Sumber/Badan Air
Air Sungai
Teknis
1 Intrusi air laut masuk ke sungai. Meningkatnya kadar garam air sungai menjadi yang K1
dapat menyebabkan air tidak bisa/sulit/mahal untuk
diolah.
2 Curah hujan yang tinggi di daerah hulu sungai. Perubahan kuantitas dan kualitas air baku yang menda- K1, K2, K3
dak (terutama debit aliran dan kekeruhan). Jika terlalu
ekstrim, unit pengolahan tidak mampu mengolah air.
3 Adanya kegiatan pertambangan (misalnya: batubara Meningkatnya kekekeruhan air baku. Juga ada potensi K1
dan emas) dan kegiatan pembukaan lahan di daerah pencemaran air baku oleh logam berat.Jika sedimentasi
hulu sungai terjadi di bangunan intake, dapat merusak pompa.
4 Surutnya air sungai karena musim kemarau atau Berkurangnya ketersediaan air baku, terutama pada K2, K3
karena air laut surut. musim kemarau.
5 Meningkatnya keasaman (agresivitas) air sungai Kegagalan produksi (air tidak layak konsumsi). Biaya K1, K4
karena pembukaan area gambut di daerah hulu. produksi tinggi (konsumsi/dosis bahan kimia lebih
besar).
6 Intrusi air laut/air asin dari laut. Kegagalan produksi (air tidak layak konsumsi). Biaya K1, K4
produksi tinggi (konsumsi/dosis bahan kimia lebih
besar).
7 Banyaknya gulma dan tumbuhan air di saluran. Berkurangnya air baku di saluran yang masuk ke intake K2, K3
bahkan sampai tidak ada sama sekali.
8 Masuknya limbah kegiatan domestik dan pertanian Meningkatnya kadar pencemar di dalam air baku yang K1
dapat menyebabkan peningkatan/dosis bahan kimia.
9 Perebutan air irigasi dengan petani dan petambak di Berkurangnya air baku di saluran bahkan sampai tidak K2, K3
daerah hulu saluran irigasi. ada sama sekali.
Non Teknis
10 Kebiasaan masyarakat membuang sampah dan do- Meningkatnya kadar pencemar di dalam air baku s\dan K1, K2, K3
mestik imbah langsung ke dalam sungai. berkurangnya debit air karena tersumbat sampah.

Modul 4
Jenis Risiko (K1,
Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
Danau atau Rawa
Teknis
11 Masuknya bahan pencemar baik yang domestik Penurunan kualitas air baku sehingga akan sulit diolah. K1, K4
maupun industri.
12 Masuknya bahan pencemar pestisida dari aktivitas Penurunan kualitas air baku sehingga akan sulit diolah. K1, K4
pertanian.
13 Masuknya pencemar dari pakan ikan dari aktivitas Penurunan kualitas air baku sehingga akan sulit diolah. K1, K4
jaring apung.
14 Banyaknya sampah plastik dan gulma akibat aktivitas Berkurangnya pasokan air baku karena saringan kasar K2, K3
domestik. tertutupi oleh sampah plastik.
15 Banyaknya gulma dan menutupi saluran penyadap Berkurangnya pasokan air baku karena saringan kasar K2, K3
air baku. tertutupi oleh gulma.
16 Pendangkalan danau akibat meningkatnya erosi Berkurangnya volume sumber air baku terutama saat
maupun oleh sedimentasi. musim kemarau.
17 Curah hujan yang tinggi menyebabkan erosi di Peningkatan kekeruhan air baku di danau yang pada K1, K4
daerah tangkapan air dan sempadan danau sehingga skala tertentu akan sulit diolah.
kekeruhan air tinggi.
18 Air danau cenderung memiliki kekeruhan air rendah Kekeruhan yang rendah atau kandungan solid yang K1
dan kandungan solid yang rendah. rendah pada skala tertentu justru akan sulit diolah.
Non Teknis
19 Kurangnya kesadaran petambak untuk mengelola Penurunan kualitas air baku sehingga akan sulit diolah. K1
limbah aktivitas perikanan dengan baik.

Mata Air
Teknis
20 Debit air baku sangat dipengaruhi oleh musim. Musim kemarau, debit air baku sangat rendah. K1, K2
21 Bak penampung air baku tercemar oleh aktivitas Penurunan kualitas air baku. K1
domestik dan air tanah yang kotor.

Modul 4 45
46

Jenis Risiko (K1,


Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
Non Teknis
22 Perebutan, konflik, atau tidak jelasnya kepemilikan Ancaman terhadap/ketersediaan debit mata air yang K2, K4
dari mata air yang ada. akan diolah.

Air Tanah Dalam


Teknis
23 Muka air tanah yang semakin rendah akibat peman- Berkurangnya debit air baku K1, K2
faatan yang berlebihan maupun berkurangnya
daerah tangkapan air.
24 Intrusi air laut. Penurunan kualitas air baku yang pada level tertentu K1, K4
tidak bisa diolah dengan teknologi kovensional
25 Pencemaran air tanah akibat limbah domestik, Penurunan kualitas air baku yang menyebabkan air K1
pertambangan (logam berat) maupun pertanian sulit diolah dan membutuhkan biaya yang lebih besar
(pestisida).
Non Teknis
26 Tidak adanya kebijakan atau kurangnya pengawasan/ Berkurangnya debit air baku karena penurunan muka K2, K4
pengendalian dari pihak berwenang terhadap keg- air tanah,
iatan pengambilan air tanah

Air Hujan
Teknis
27 Kualitas air hujan yang bercampur dengan unsur- pH air baku menjadi rendah sehingga akan sulit diolah K1
unsur pencemar udara seperi NOx, SOx menyebabak atau membutuhkan biaya yang lebih besar
hujan asam.
28 Kurangnya kandungan solid. Kualitas air baku yang rendah dan akan sulit diolah K1
29 Sangat tergantung pada musim. Musim kemarau, volume air hujan sangat rendah K2, K3

Modul 4
Jenis Risiko (K1,
Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
30 Bak penampungan air tercemar oleh air limbah Penurunan kualitas air baku sehingga akan sulit diolah K1, K4
domestik.
Non Teknis
-

Instalasi Pengolahan Air


Unit Koagulasi (Rapid Mixing)
Teknis
31 Tidak tersedianya stok minimum koagulan. Berhentinya proses produksi air minum dan meng- K1, K4
gangu pelayanan.
32 Salah dalam penentuan dosis koagulan (kurang Ukuran flok terlalu kecil/ringan, flok pecah sehingga K1
dosis). masuk ke dalam unit filtrasi, frekuensi pembuangan
lumpur meningkat karena padatan yang masuk tinggi,
pencucian filter lebih sering, kualitas air produksi tidak
baik, dan biaya produksi meningkat.
33 Setting stroke pada pompa dosis tidak tepat. Membran pompa dosis sering rusak. K1, K4
34 Kebocoran bahan kimia pada pipa dan katup-katup. Kuantitas koagulan yang disuntikkan tidak sesuai K1, K4
dengan jar test yang dapat menimbulkan penurunan
kualitas air produksi.
35 Rapid mixer rusak. Proses koagulasi tidak berjalan baik (hasil produksi K1, K4
tidak memenuhi syarat kualitas air minum)
Non Teknis
36 Operator produksi kurang peduli terhadap proses Proses koagulasi dan proses produksi secara keseluru- K1, K4
koagulasi han bisa terganggu

Modul 4 47
48

Jenis Risiko (K1,


Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
37 Kurangnya koordinasi antara bagian produksi dengan Penentuan dosis tidak sesuai dengan kondisi air baku K1, K4
bagian laboratorium (quality control) (berdasarkan perkiraan) sehingga kualitas air proses
bisa berkurang atau dosisnya berlebih dari yang
seharusnya
38 Kurangnya koordinasi antara antara bagian produksi Bila terjadi kerusakan peralatan, tidak langsung diper- K1, K4
dengan bagian perawatan baiki sehingga mengancam proses produksi
39 Kurang koordinasi antara bagian produksi dengan Bila stok bahan kimia sudah minimum tapi tidak dikoor- K1, K4
bagian pengadaan bahan kimia dinasikan dengan bagian pengadaan maka proses
produksi bisa terganggu
40 Pengadaan sparepart utama peralatan koagulasi mis. Bila terjadi kerusakan pada peralatan koagulasi mis. K1, K4
Dosing Pump sangat lambat Dosing Pump, maka proses produksi bisa terganggu

Unit Flokulasi (Slow Mixing)


Teknis
41 Kekeruhan air baku yang akan diolah sangat rendah. Ukuran flok terlalu kecil/ringan, flok pecah sehingga K1
masuk ke dalam unit filtrasi, frekuensi pembuangan
lumpur meningkat karena padatan yang masuk tinggi,
pencucian filter lebih sering, kualitas air produksi tidak
baik, dan biaya produksi meningkat.
42 Kekeruhan air baku sangat tinggi (200 1000 NTU). Pengolahan tidak optimal sehingga memerlukan bahan K1, K4
kimia tambahan (PAC powder).
Non Teknis
43 Operator produksi kurang peduli terhadap proses Proses flokulasi dan proses produksi secara keseluruhan K1
flokulasi bisa terganggu
44 Kurangnya koordinasi antara antara bagian produksi Bila terjadi kerusakan peralatan misal mixer, tidak lang- K1, K4
dengan bagian perawatan sung diperbaiki sehingga mengancam proses produksi
45 Pengadaan sparepart utama peralatan flokulasi mis. Bila terjadi kerusakan pada peralatan flokulasi seperti K4
Slow mixer sangat lambat slow mixer maka proses produksi bisa terganggu

Modul 4
Jenis Risiko (K1,
Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
Unit Sedimentasi
Teknis
46 Temperatur luar saat siang hari tinggi. Flok yang telah mengendap di dasar pecah dan men- K1
gapung.
47 Scrapper lumpur bermasalah. Lumpur tidak terkumpul di sludge hopper. K1, K2
48 Kegiatan transfer lumpur dengan truk ke Instalasi Kemungkinan pencemaran lingkungan karena tumpa- K1, K4
lain karena lahan untuk penampungan lumpur tidak han dan meningkatnya biaya operasi.
tersedia.
49 Kerusakan alat pembuangan lumpur/densitas atau Flok pecah sehingga masuk ke dalam unit filtrasi, K1, K4
pengaturan waktu pembuangan yang salah. frekuensi pembuangan lumpur meningkat karena pa-
datan yang masuk tinggi, pencucian filter lebih sering,
kualitas air produksi tidak baik, dan biaya produksi
meningkat.
50 Kekeruhan air baku sangat tinggi (200 1000 NTU). Frekuensi pembuangan lumpur sangat tinggi/sering K1, K4
yang dapat menyebabkan bak pengumpul lumpur
luber.
51 Kerusakan pompa pembuangan lumpur. Lumpur pada bak pengumpul luber dan mengotori K1, K4
wilayah sekitar.
Non Teknis
52 Operator produksi kurang peduli terhadap proses Proses sedimentasi dan proses produksi secara keselu- K1
sedimentasi ruhan bisa terganggu
53 Kurangnya koordinasi antara antara bagian produksi Bila terjadi kerusakan peralatan seperti valve atau K1
dengan bagian perawatan scrapper, tidak langsung diperbaiki sehingga mengan-
cam proses produksi
54 Pengadaan sparepart utama peralatan sedimentasi Bila terjadi kerusakan pada peralatan sedimentasi K1, K4
seperti valve dan scarpper sangat lambat seperti valve dan scarpper maka proses produksi bisa
terganggu

Modul 4 49
50

Jenis Risiko (K1,


Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
Unit Flotasi (Dissolved Air Flotation)
Teknis
55 Kompresor udara bermasalah Volume udara yang dialirkan ke dalam DAF tidak sesuai K1, K2
dan proses Flotasi tidak berjalan dengan baik.
56 Rantai scrapper skim bermasalah. Proses pembuangan skim terganggu dan kualitas air K1, K2
olahan terganggu.
57 Motor scrapper skim bermasalah (vibrasi, temperatur Proses pembuangan skim terganggu dan kualitas air K1, K2
dan noise tinggi). olahan terganggu.
Non Teknis
58 Operator produksi kurang peduli terhadap proses Proses flotasi dan proses produksi secara keseluruhan K1, K4
flotasi bisa terganggu
59 Kurangnya koordinasi antara antara bagian produksi Bila terjadi kerusakan peralatan seperti kompresor, K1, K4
dengan bagian perawatan rantai tidak langsung diperbaiki sehingga mengancam
proses produksi
60 Pengadaan sparepart utama peralatan flotasi sangat Bila terjadi kerusakan pada peralatan flotasi maka K1, K4
lambat proses produksi bisa terganggu

Unit Saringan Lambat


Teknis
61 Kekeruhan air baku tinggi. Filter akan mudah tersumbat. K1
62 Scraper pembersih kotoran pada lapisan pasir paling Filter tidak mampu menyaring air secara normal. Debit K1
atas bermasalah. dan kualitas air olahan akan berkurang.
63 Volume pasir silika berkurang karena pencucian atau Kualitas air olahan akan menurun. K1, K2
saat pembersihan kotoran.
Non Teknis
64 Operator produksi kurang peduli terhadap proses Proses filtrasi dan proses produksi secara keseluruhan K1, K4
filtrasi bisa terganggu
65 Kurangnya koordinasi antara antara bagian produksi Bila terjadi kerusakan peralatan seperti valve dan nozzle K1, K4
dengan bagian perawatan tidak langsung diperbaiki sehingga mengancam proses
produksi

Modul 4
Jenis Risiko (K1,
Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
66 Pengadaan sparepart utama peralatan saringan Bila terjadi kerusakan pada peralatan saringan lambat K1, K4
lambat sangat lambat maka proses produksi bisa terganggu

Unit Saringan Cepat


Teknis
67 Pencucian filter yang terlalu sering (karena proses ko- Pemborosan energi listrik, naiknya kehilangan air, air K1, K4
agulasi, flokulasi, dan sedimentasi tidak berjalan baik). produksi terbuang, pasir dan bahan kimia terbuang.
68 Tabung pneumatic valve bermasalah (bocor, pecah). Proses pencucian filter keseluruhan tidak berfungsi. K1, K4
69 Pompa blower bermasalah. Proses backwashing media filter tidak sempurna. K1, K2
70 Sparepart PLC tidak tersedia. Proses auto filtrasi tidak berjalan. K1, K2, K3
71 Penyumbatan pada nozel dan pengerasan media filter Proses filtrasi memakan waktu lebih lama. K2, K3
(kerusakan nozel atau udara terjebak di dalam filter).
Non Teknis
72 Operator produksi kurang peduli terhadap proses Proses filtrasi dan proses produksi secara keseluruhan K2, K3
filtrasi bisa terganggu
73 Kurangnya koordinasi antara antara bagian produksi Bila terjadi kerusakan peralatan seperti valve dan nozzle K1, K4
dengan bagian perawatan tidak langsung diperbaiki sehingga mengancam proses
produksi
74 Pengadaan sparepart utama peralatan saringan cepat Bila terjadi kerusakan pada peralatan saringan cepat K1, K4
sangat lambat maka proses produksi bisa terganggu

Unit Saringan Cepat Bertekanan


Teknis
75 Pompa air inlet filter bermasalah (vibrasi, temperatur Debit air olahan rendah. K2, K3
dan noise tinggi).
76 Pompa backwash bermasalah (vibrasi, temperatur Proses bacwashing terganggu sehingga proses filtrasi K2, K3
dan noise tinggi). akan terganggu.
77 Tabung/tanki unit filtrasi korosif atau bocor. Proses filtrasi akan terganggu. K2, K3, K4

Modul 4 51
52

Jenis Risiko (K1,


Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
Non Teknis
78 Operator produksi kurang peduli terhadap proses Proses filtrasi dan proses produksi secara keseluruhan K1, K4
filtrasi bisa terganggu
79 Kurangnya koordinasi antara antara bagian produksi Bila terjadi kerusakan peralatan seperti valve dan nozzle K1, K4
dengan bagian perawatan tidak langsung diperbaiki sehingga mengancam proses
produksi
80 Pengadaan sparepart utama peralatan saringan cepat Bila terjadi kerusakan pada peralatan saringan cepat K1, K4
sangat lambat maka proses produksi bisa terganggu

Unit Netralisasi pH
Teknis
81 Dosing pump soda ash atau lime bermasalah. Dosis tidak normal, dan pH air olahan tidak normal. K1
82 Pengendapan pada jalur pipa pembubuhan. Dosis tidak normal, dan pH air olahan tidak normal. K1, K2
83 Pipa pecah karena endapan pada jalur pipa pem- Tidak ada pembubuhan sehingga pH air olahan masih K1, K2
bubuhan. rendah.
84 Sampah dari pembungkus bahan kimia (soda ash Dosis tidak normal, dan pH air olahan rendah. K1, K2
atau lime) masuk ke dalam tanki pelarutan sehingga
merusak dosing pump.
85 Proses pencampuran/mixing bahan kimia pembubuh pH air tidak sesuai dengan rencana (lebih rendah). K1
tidak sempurna. Dosis yang dibutuhkan lebih besar dari seharusnya.
Non Teknis
86 Operator produksi kurang peduli terhadap proses Proses netralisasi dan proses produksi secara keseluru- K1, K4
netralisasi han bisa terganggu
87 Kurangnya koordinasi antara bagian produksi dengan Penentuan dosis tidak sesuai sehingga pH air proses K1, K4
bagian laboratorium (quality control) lebih rendah atau dosisnya berlebih sehingga boros
bahan kimia
88 Kurangnya koordinasi antara antara bagian produksi Bila terjadi kerusakan peralatan pada dosing pump, K1, K4
dengan bagian perawatan tidak langsung diperbaiki sehingga mengancam proses
produksi

Modul 4
Jenis Risiko (K1,
Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
89 Kurang koordinasi antara bagian produksi dengan Bila stok bahan kimia sudah minimum tapi tidak dikoor- K1, K4
bagian pengadaan bahan kimia dinasikan dengan bagian pengadaan maka proses
produksi bisa terganggu
90 Pengadaan sparepart utama peralatan netrlisasi pH Bila terjadi kerusakan pada peralatan netralisai pH K1, K4
sangat lambat seperti Dosing Pump, maka proses produksi bisa
terganggu

Unit Desinfeksi dengan Klorin


Teknis
91 Pipa/pipa spiral instalasi sudah tua/keropos. Kebocoran gas, bisa menyebabkan kematian. K1, K4
92 Dosis desinfektan terlalu tinggi. Berbahaya bagi kesehatan dan pemborosan biaya. K1, K4
93 Dosis desinfektan terlalu rendah. Kualitas air tidak memenuhi standar. K1, K4
94 Suplai klorin terganggu. Dosis klorin terganggu. K1, K4
95 Paking/pembungkus gas klor sangat rapat/sulit Kebocoran gas klorin. K1, K4
dibuka.
96 Tempat penyimpanan dan pengamanan tabung gas Kesehatan operator terganggu (mual, iritasi, dan batuk- K1, K4
klor tidak aman dan tidak ada pemisahan tabung batuk).
dengan peralatan pompa dan panel.
Non Teknis
97 Operator produksi kurang peduli terhadap proses Proses disinfeksi dan proses produksi secara keseluru- K1, K4
disinfeksi han bisa terganggu
98 Kurangnya koordinasi antara bagian produksi dengan Penentuan dosis tidak sesuai sehingga sisa chlor lebih K1, K4
bagian laboratorium (quality control) rendah atau dosisnya berlebih sehingga boros bahan
kimia dan berakibat korosif pada peralatan

Modul 4 53
54

Jenis Risiko (K1,


Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
99 Kurangnya koordinasi antara antara bagian produksi Bila terjadi kerusakan peralatan injeksi chlroine seperti K1, K4
dengan bagian perawatan chlorinator, tidak langsung diperbaiki sehingga men-
gancam proses produksi
100 Kurang koordinasi antara bagian produksi dengan Bila stok bahan kimia sudah minimum tapi tidak dikoor- K1, K4
bagian pengadaan bahan kimia dinasikan dengan bagian pengadaan maka proses
produksi bisa terganggu
101 Pengadaan sparepart utama peralatan disinfeksi Bila terjadi kerusakan pada peralatan disinfeksi seperti K1, K4
sangat lambat chlorinator atau dosing pump, maka proses produksi
bisa terganggu

Sistem Penampungan (Reservoir) dan Pemompaan Distribusi


Penampungan (Reservoir)
Teknis
102 Selama proses perawatan, tutup manhole tidak terpa- Masuknya kotoran dari luar ke dalam reservoir (kotoran K2, K3
sang sempurna. binatang, debu, sampah ayng tertiup angin).
103 Terjadi luapan/overflow air bersih di reservoir. Kehilangan air. K2, K3, K4
104 Dinding reservoir retak Kebocoran dan kehilangan air, pemborosan.
105 Banyaknya sedimen yang mengendap di dasar tangki Kualitas air minum yang dialirkan ke pelanggan jelek K1, K4
reservoir (keruh).
Non Teknis
106 Kurangnya koordinasi antara antara bagian produksi Bila terjadi kerusakan peralatan seperti valve tidak lang- K1, K4
dengan bagian perawatan sung diperbaiki sehingga mengancam proses produksi
107 Pengadaan sparepart utama peralatan saringan cepat Bila terjadi kerusakan pada peralatan reservoir maka K1, K4
sangat lambat proses produksi bisa terganggu
108

Sistem Perpompaan Distribusi


Teknis

Modul 4
Jenis Risiko (K1,
Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
109 Kavitasi pada pompa didstribusi Berkurangnya debit aliran ai minum yang didistribusi- K2, K3, K4
kan ke pelangggan.
110 Gangguan pada motor pompa. Pengaliran air terhenti, pasokan ari berkurang. K2, K3, K4
111 Gangguan pada pompa, karena dudukan sudah Pengaliran air terhenti, pasokan air berkurang. K2, K3, K4
kendor dan pelumasan kurang.
112 Gangguan pada panel motor pompa. Pengaliran air terhenti, pasokan ari berkurang. K2, K3, K4
113 Tegangan listrik turun. Kinerja pompa tidak optimal dan kerusakan pada K2, K3, K4
pompa dan komponen lain.
114 Kesalahan pemasangan sistem perpompaan (pondasi Kurangnya debit aliran yang didistribusikan dan dapat K2, K3, K4
pompa, suction and discard pipe). menyebabkan umur pompa pendek.
Non Teknis
115 Operator produksi kurang peduli terhadap SOP atau Proses produksi secara keseluruhan bisa terganggu K2, K3, K4
IK pengoperasian pompa
116 Kurangnya koordinasi antara antara bagian produksi Bila terjadi kerusakan pada pompa distribusi tidak lang- K2, K3, K4
dengan bagian perawatan sung diperbaiki sehingga mengancam proses produksi
117 Pengadaan sparepart utama pompa sangat lambat Bila terjadi kerusakan pada peralatan pompa maka K2, K3, K4
proses produksi bisa terganggu
118
Sistem Kelistrikan (Electrical)
Power Plant/PLN
Teknis
119 Daya atau kapsitas trafo tidak sesuai kebutuhan. Pengoperasian sistem dan produktifitas sistem tidak K1, K2, K3
optimal.
120 Kapasitor Bank rusak atau tidak tersedia. Pemakaian listrik tidak efisien dan beban listrik menin- K1, K2, K3
gkat.
121 Bus Bar cut out tidak berfungsi. Terhambatnya pengoperasian sistem lain dan produkti- K1, K2, K3
vitas terganggu.

Modul 4 55
56

Jenis Risiko (K1,


Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
122 Padamya aliran listrik dari PLN saat jam puncak. Penggunaan bahan bakar meningkat, biaya produksi K1, K2, K3
meningkat, dan bahkan dapat menghentikan produksi.
123 Operation and Maintenance Trafo tidak terjadwal Trafo mati/trip atau rusak. Penggunaan genset pada K1, K2, K3
(misalnya: penggantian oli). saat normal.
Non Teknis
124 Operator produksi kurang peduli terhadap IK pengop- Proses produksi secara keseluruhan bisa terganggu K1, K4
erasian trafo
125 Kurangnya koordinasi antara antara bagian produksi Bila terjadi permasalahan pada trafo terlambat ditan- K1, K4
dengan bagian perawatan gani/diperbaiki sehingga mengancam proses produksi
126 Pengadaan sparepart atau service trafo sangat lambat Bila terjadi kerusakan pada trafo maka proses produksi K1, K4
akan terganggu
127
Power Plant/PLN
Teknis
128 Generator set tidak siap dioperasikan (aki tidak Produktivitas terganggu termasuk pelayanan air ke K2, K3
mampu start). pelanggan.
129 Kapasitas genset tidak sesuai kebutuhan real (jumlah Produktivitas terganggu termasuk pelayanan air ke K2, K3
kurang atau tidak ada cadangan). pelanggan.
130 Saluran inlet tangki penyimpanan solar bocor. Stok dan suplai bahan bakar terganggu dan boros K2, K3, K4
bahan bakar.
131 Over heat pada genset karena radiator kering. Genset berhenti beroperasi, gangguan pada pendis- K2, K3
tribusi air, dan menyebabkan generator set berusia
pendek.
132 Perubahan RPM engine genset secara tidak sengaja Tegangan listrik yang dihasilkan tidak sesuai dengan K2, K3
(ada part yang kendor). spec. Genset dan gangguan pendistribusian air.
133 Kualitas solar yang dibeli untuk genset tidak baik/ Gangguan pada engine genset dan memperpendek K2, K3, K4
standar. umur genset.
134 Pengiriman/supply solar sering terlambat. Gangguan pada engine genset dan mengganggu K2, K3, K4
distribusi air minum.
Non Teknis

Modul 4
Jenis Risiko (K1,
Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
135 Operator produksi kurang peduli terhadap IK pengop- Proses produksi secara keseluruhan bisa terganggu K1, K4
erasian genset
136 Kurangnya koordinasi antara antara bagian produksi Bila terjadi permasalahan pada genset terlambat ditan- K1, K4
dengan bagian perawatan gani/diperbaiki sehingga mengancam proses produksi
137 Pengadaan sparepart atau service genset sangat Bila terjadi kerusakan pada genset maka proses K1, K4
lambat produksi akan terganggu
138 Tenaga pelaksana perawatan berkala genset terbatas Bila terjadi permasalahan pada genset maka proses K1, K4
(outsourcing) produksi akan terganggu karena genset terlambat
ditangani
139
Panel Listrik
Teknis
140 Sirkulasi udara dalam panel dan ruangan kerja tidak Kerusakan pada komponen panel, pengoperasin pom- K1, K4
bebas. pa terganggu, dan debit suplai air minum berkurang.
141 Panel inverter/PLC trip (bisa dari setting inverter/PLC). Produktivitas dan pegoperasian pompa terganggu. K1, K4
142 Sparepart cadangan panel tidak tersedia. Jika panel rusak, terhambatnya proses O&M dan pen- K2, K3, K4
goperasian pompa terganggu.
Non Teknis
143 Operator produksi kurang peduli terhadap IK pengop- Proses produksi secara keseluruhan bisa terganggu K1, K4
erasian panel listrik
144 Kurangnya koordinasi antara antara bagian produksi Bila terjadi permasalahan pada panel listrik terlambat K1, K4
dengan bagian perawatan ditangani/diperbaiki sehingga mengancam proses
produksi
145 Pengadaan sparepart utama panel listrik sangat Bila terjadi kerusakan pada panel listrik maka proses K1, K4
lambat produksi akan terganggu
146
Jaringan Pipa Distribusi dan Pelanggan
Pipa Primer, Pipa Sekunder, dan Pipa Tersier

Modul 4 57
58

Jenis Risiko (K1,


Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
Teknis
147 Kebocoran pada pipa sekunder (sub-DMA). Terganggunya distribusi air pada wilayah pelayanan K1, K4
(sub-DMA), gangguan lingkungan (jalan rusak), kom-
plain dari pelanggan, kehilangan air meningkat, dan
citra perusahaan turun.
148 Kebocoran pada pipa tersier. Terganggunya distribusi air pada wilaya pelayanan, K1, K4
gangguan lingkungan (jalan rusak), komplain dari
pelanggan, kehilangan air meningkat, dan citra perusa-
haan turun.
149 Kualitas pipa yang dipasang kurang baik. Kemungkinan terjadi kebocoran, usia pendek, biaya K4
investasi tidak efisien.
150 Kualitas teknis pemasangan pipa tidak baik. Rawan terjadi kebocoran, gangguan lingkungan (jalan K4
rusak, lalu lintas terganggu), biaya operasi perbaikan
jaringan pipa tinggi, dan kehilangan air meningkat.
Non Teknis
151 Pencurian air distribusi Kebocoran air bertambah dan terganggunya distribusi K1, K4
air bersih
152 Kurangnya koordinasi antara antara bagian customer Bila ada laporan kebocoran pada pipa distribusi K1, K4
service dengan bagian distribusi terlambat ditangani/diperbaiki sehingga mengganggu
distribusi air bersih
153 Pengadaan perpipaan sangat lambat Bila terjadi kerusakan pada pipa distribusi maka proses K2, K3, K4
produksi akan terganggu

Sambungan Rumah
Teknis
154 Kebocoran pada boring. Terganggunya distribusi air pada wilayah pelayanan, K1, K4
gangguan lingkungan (jalan rusak), komplain dari
pelanggan, kehilangan air meningkat, dan citra perusa-
haan turun.

Modul 4
Jenis Risiko (K1,
Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
155 Kebocoran pada pipa persil. Terganggunya distribusi air pada wilayah pelayanan, K1, K4
gangguan lingkungan (jalan rusak), komplain dari
pelanggan, kehilangan air meningkat, dan citra perusa-
haan turun.
156 Kebocoran pada instalasi meter air. Terganggunya distribusi air pada wilayah pelayanan, K1, K4
gangguan lingkungan (jalan rusak), komplain dari
pelanggan, kehilangan air meningkat, dan citra perusa-
haan turun.
157 Kualitas bahan/asesoris yang dipasang tidak baik. Terjadi kebocoran air, kehilangan air meningkat, dan K4
biaya perbaikan tinggi.
158 Kualitas teknsi pemasangan tidak baik (tidak sesuai Terjadi kebocoran air, kehilangan air meningkat, dan K4
SOP). biaya perbaikan tinggi.
Non Teknis
159 Petugas pelaksana penyambungan rumah kurang Kualitas sambungan kurang baik dan berakibat pada K1, K4
peduli terhadap Instruksi Kerja sambungan rumah kebocoran air distribusi
160 Kurangnya koordinasi antara antara bagian customer Bila ada laporan kebocoran pada pipa distribusi K1, K4
service dengan bagian distribusi terlambat ditangani/diperbaiki sehingga mengganggu
distribusi air bersih
161 Kurang koordinasi antara bagian distribusi dengan Bila stok pipa sudah minimum tapi tidak dikoordinasi- K1, K4
bagian pengadaan perpipaan kan dengan bagian pengadaan maka proses penyam-
bungan rumah baru akan terganggu
162 Pengadaan perpipaan dan asesoris sangat lambat Bila terjadi kerusakan pada pipa distribusi maka distri- K1, K4
busi air bersih akan terganggu

Flowmeter
Teknis
163 Flow meter macet karena kotoran. Volume air distribusi tidak tercatat, NRW meningkat. K4
164 Flow meter macet karena spek awal tidak bagus/tidak Volume air distribusi tidak tercatat, NRW meningkat. K4
standard.

Modul 4 59
60

Jenis Risiko (K1,


Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
165 Flow meter rusak dan harus diganti di pipa dsitribusi Volume air distribusi tidak tercatat, NRW meningkat. K4
dan di pelanggan.
166 Flowmeter pelanggan buram, tertimbun, di dalam Kesulitan dalam pembacaan meter sehingga berpo- K4
rumah, terkunci sehingga tidak bisa di akses. tensi untuk menebak pemakaian air oleh pelanggan
(potensi NRW meningkat).
167 Saringan/strainer untuk pelanggan potensial tidak/ Tersumbatnya aliran air, pemakaian air pelanggan K4
jarang di cek. menurun, komplain palanggan, tekanan air terganggu,
dan meter air rawan rusak.
168 Pengawasan pemasangan flowmeter tidak sesuai Kinerja flowmeter tidak baik, dan estetika tidak ter- K4
ketentuan. penuhi.
169 Penggantian meter/tera tidak terjadwal berkala. Penurunan akurasi meter pelanggan dan meningkatnya K4
NRW.
Non Teknis
170 Meter pelanggan tidak dibaca secara rutin/hanya Angka pemakaian tidak real/perhitungan NRW tidak K4
ditaksir. akurat, merugikan pelanggan, penyebab kehilangan air
(non teknis), dan komplain pelanggan.
Tabel di atas merupakan bahan referensi saja. Kejadian bahaya dan risiko yang mungkin timbul pada satu sistem
penyediaan air minum dapat saja berbeda karena kondisi dan keunikan proses tiap Operator yang berlainan.

Modul 4
Studi Kasus PDAM Bandarmasih

Pentingnya Data Rekaman Kejadian untuk


Menentukan Nilai Peluang dan Skala Keparahan
Salah satu kelemahan penggunaan metode sering dan cukup parah. Data tahun karena saringan dan asesoris pompa
matriks dalam penilaian besarnya risiko adalah terakhir menunjukkan bahwa lebih dari keropos di unit intake dinilai jarang
potensi timbulnya perbedaan pendapat 180 hari air di saluran irigasi tersebut terjadi dimana rata-rata kejadian setahun
diantara anggota Tim RPAM. Untuk mengatasi debitnya berkurang dan membuat sekali (skala Peluang Kejadian Bahaya =
masalah tersebut, salah satu caranya adalah kapasitas intake turun menjadi 30%. 2). Skala Peluang Kejadian Bahaya terse-
merunut kembali data Kejadian Bahaya di Mempertimbangkan masalah tersebut, but didasarkan pada dokumen Laporan
masa lampau (bisa dari dokumen terkait miasl- Tim RPAM sepakat memberikan skala Kerusakan dan Perbaikan Pompa.
nya: pemeliharaan, pembelian alat dan bahan). Peluang Kejadian Bahaya sebesar 4 Sedangkan Tingkat Keparahan Risiko
Penilaian Tingkat Keparahan juga didasarkan (sering). Sedangkan untuk skala Tingkat dinilai besar (skala = 4) karena perbaikan
pada data real. Berikut contoh beberapa hal Keparahan Risiko, Tim RPAM sepakat rusaknya impleller pompa memerlukan
yang dipertimbangkan oleh Tim RPAM PDAM memberikan angka 3 (sedang) dengan waktu 2 6 jam, bahkan bisa lebih lama
Bandarmasih: mempertimbangkan besarnya biaya lagi kalau spare part tidak tersedia. Jadi,
Kejadian Bahaya perebutan air irigasi operasi generator set untuk mengopera- Tim RPAM PDAM Bandarmasih sepakat
antara PDAM dengan petani dan petam- sikan booster pump. Jadi total besarnya memberikan besarnya skor 2 x 4 = 8.
bak di daerah hulu saluran dinilai oleh Risiko tersebut adalah 4 x 3 = 12.
beberapa anggota Tim RPAM cukup Kejadian rusaknya impeller pompa

Modul 4 61
62

BUAT
DAFTAR
TINDAKAN
PENGENDALIAN
Modul 5
Modul 5

Modul 5 63
64

Buat Daftar Tindakan


Pengendalian Tahapan/Proses Pelaksanaan:
Identifikasi potensi kejadian bahaya yang
Tujuan: mungkin timbul dan risikonya.
Menyediakan daftar alternatif-alternatif tindakan
Penentuan jenis risiko pada tiap kejadian
pengendalian yang dapat dipakai untuk
bahaya tersebut dan tindakan pengendalian,
menanggulangi kejadian bahaya dan risikonya
baik eksisting maupun alternatif lain. Jika ada,
termasuk bagaimana cara validasi alternatif
tentukan cara validasi tiap tindakan pengendalian
tindakan-tindakan pengendalian tersebut.
tersebut.
Pengisian dan melengkapi tabel Alternatif
Keluaran: Tindakan Pengendalian (Multiple Barriers) dan
Tabel Alternatif Tindakan Pengendalian (Multiple
Cara Validasinya.
Barriers) dan Cara Validasinya.

Metode:
Inventarisasi tindakan pengendalian.
Diskusi kelompok terstruktur.

Alat, Bahan, dan Materi Pendukung:


Ruang dan perlengkapan diskusi (komputer, LCD
proyektor, papan dan kertas plano, spidol warna,
isolasi kertas, printer).
Buku referensi dan hasil studi terkait pengelolaan
dan pengolahan air minum yang pernah
dilakukan, pedoman operasi dan pemeliharaan
instalasi baik eksisting maupun yang dari referensi
luar, informasi/spesifikasi alat dan bahan kimia
dari supplier.

Modul 5
Salah satu prinsip RPAM adalah penanganan risiko harian, instruksi kerja harian), atau 2) jangka panjang
dengan beberapa alternatif tindakan pengendalian (seperti: peningkatan kesadaran pelanggan, isu
(multiple barriers). Hal ini dimaksudkan untuk menjamin yang berhubungan dengan perbaikan kualitas dan
jika ada satu tindakan pengendalian yang tidak bekerja/ kontinuitas sumber air, permasalahan ongkos produksi
gagal, maka tersedia tindakan pengendalian yang lain. dan harga jual air kepada pelanggan). Tabel berikut
menyajikan contoh alternatif tindakan pengendalian
dari beberapa kejadian bahaya.

6.1. Tabel 11 Contoh Daftar Tindakan Pengendalian


TINDAKAN PENGENDALIAN DAN CARA Kejadian Alternatif Tindakan-Tindakan
VALIDASINYA Bahaya Pengendalian
Masuknya Pemasangan bar-screen.
Tindakan pengendalian merupakan langkah- kotoran/ Pemasangan automatic fine
sampah dan screen.
langkah yang dilakukan untuk menghilangkan atau
adanya gulma Pembuatan SOP pembersihan
mengurangi kejadian bahaya dan risiko di dalam ke sungai/ sampah.
sistem rantai pasok penyediaan air minum yang dapat saluran.
menjamin tersedianya air minum yang aman. Masuknya Penyiapan bahan kimia tertentu
limbah industri (oksidator, misalnya klorin)
Daftar tindakan pengendalian ini perlu dibuat untuk dan domestik untuk menetralisir limbah/
menjadi referensi bagi Operator dalam menangani ke sungai. menurunkan kadar organik.
risiko. Daftar yang berisi pilihan/alternatif tindakan Penyiapan bio-indikator
(misalnya: spesies ikan tertentu)
pengendalian (multiple barriers) ini berguna
untuk deteksi dini adanya
untuk menjadi cadangan jika ada satu tindakan pencemar.
pengendalian gagal menangani kejadian bahaya dan
risiko.

Tindakan pengendalian yang digunakan dapat


bersifat: 1) jangka pendek (lebih terkait dengan tugas

Modul 5 65
66

Pipa transmisi Penyiapan pipa cadangan. Untuk tindakan pengendalian yang telah digunakan
bocor karena Melakukan penggantian (eksisting), proses validasi tidak diperlukan. Data
kelebihan pipa secara periodik dengan pengamatan kinerja tindakan pengendalian eksisting
beban/ spesifikasi lebih baik. tersebut dapat dijadikan sebagai dasar jika tindakan
tekanan/water Menghindari water hammer bila pengendalian ekssiting tersebut akan diganti dengan
hammer akibat suplai listrik dari PLN tiba-tiba
yang lain.
SOP penyalaan padam dengan penyediaan dan
pompa tidak pelaksanaan SOP terkait.
dijalankan. Validasi tindakan pengendalian bisa didapat dari:
Listrik dari Penyediaan genset. informasi/teori teknis,
PLN tiba-tiba Memastikan stok bahan bakar spesifikasi alat dari pabrik,
padam. cukup. informasi dari buku manual operasi,
Berkoordinasi dengan melakukan uji coba (pilot study) atau plant-test,
PLN untuk mengetahui rekaman data pemantauan operasi, atau bahkan
dan mendapatkan jadwal
hanya dengan
pemadaman.
penalaran logis para ahli/professional logic
judgement.
6.2.
TINDAKAN PENGENDALIAN DAN CARA
VALIDASINYA

Untuk meyakinkan bahwa tindakan pengendalian


yang akan digunakan efektif, maka perlu dilakukan
validasi. Validasi adalah proses untuk mendapatkan
bukti bahwa suatu tindakan pengendalian bekerja
efektif atau efektivitasnya sesuai dengan yang
diharapkan. Hal ini berbeda dengan monitoring, yang
lebih menekankan pada kegiatan untuk mengetahui
apakah suatu tindakan pengendalian telah bekerja
dengan baik.

Modul 5
Tabel 12 Contoh Cara validasi Tindakan Pengendalian
Alternatif Tindakan-Tindakan
Kejadian Bahaya Cara Validasi
Pengendalian
Pemasangan bar-screen (tindakan pengendalian
Evaluasi kinerja bar screen.
eksisting).
Masuknya kotoran/
Secara logis penggantian pipa akan
sampah dan adanya gulma ke
mengurangi masuknya kotoran/sampah.
sungai/saluran. Pemasangan automatic fine screen.
Informasi lebih lanjut didapat dari data teknis
dari supplier automatic fine screen.
Pembuatan SOP pembersihan sampah. Evaluasi pelaksanaan SOP.
(belum ada tindakan pengendalian eksisting). -
Menyiapkan bahan kimia tertentu (oksidator, Melakukan kajian/pilot studi terhadap jenis
misalnya klorin) untuk menetralisir limbah/ dan kadar bahan kimia yang cocok untuk
Masuknya limbah industri dan
menurunkan kadar organik. menetralisir limbah.
domestik ke sungai.
Menyiapkan bio-indikator (misalnya: spesies Melakukan kajian pustaka dan uji coba
ikan tertentu) untuk deteksi dini adanya terhadap jenis/spesies ikan yang cocok sebagai
pencemar. bio-indikator adanya kadar racun di air baku.
Menyiapkan pipa cadangan (tindakan Evaluasi kinerja proses penggantian pipa yang
pengendalian eksisting). pecah.
Secara logis penggantian pipa akan
Pipa transmisi bocor karena
mengurangi kebocoran pipa. Informasi lebih
kelebihan beban/tekanan/water Melakukan penggantian pipa secara periodik.
lanjut bisa didapat dari spesifikasi teknis pipa
hammer akibat SOP penyalaan
dari supplier.
pompa tidak dijalankan.
Menghindari water hammer bila suplai listrik
dari PLN tiba-tiba padam dengan penyediaan Evaluasi pelaksanaan SOP.
dan pelaksanaan SOP terkait.
Penyediaan genset (tindakan pengendalian
Evaluasi kinerja genset.
eksisting).
Memastikan stok bahan bakar cukup (tindakan Evaluasi pelaksanaan SOP penyediaan stok
pengendalian eksisting). bahan bakar.
Listrik dari PLN tiba-tiba padam.
Koordinasi dengan PLN dapat membuat
Berkoordinasi dengan PLN untuk mengetahui Operator lebih siap. Untuk hasil yang
dan mendapatkan jadwal pemadaman. lebih optimal diperlukan penyediaan dan
pelaksanaan SOP koordinasi.

Modul 5 67
68

6.3. sedang/sudah diterapkan (eksisting) maupun


TATA CARA PEMBUATAN DAN alternatif-alternatifnya.
PENGISIAN TABEL ALTERNATIF
TINDAKAN PENGENDALIAN (MULTIPLE Jika ada, tentukan cara validasi tiap tindakan
BARRIERS) DAN CARA VALIDASINYA pengendalian tersebut. Validasi adalah cara untuk
memastikan bahwa tindakan pengendalian
Berbarengan dengan berlangsungnya diskusi tersebut memang akan efektif.
kelompok/pelaksanaan M4: Ketahui Bahaya dan Risiko
yang dilakukan oleh Tim 1 RPAM Bandarmasih, Tim 2 Agar hasil yang didapatkan sejalan dengan
melaksanakan M5: Buat Daftar Tindakan Pengendalian apa yang akan didapatkan dari pelaksanaan
dengan langkah-langkah sebagai berikut: M4: Ketahui Bahaya dan Besarnya Risiko, maka
penyusunan kejadaan bahaya dan risiko juga
Jika telah tersedia, gunakan gambar rantai pasok dibuat berurutan mulai dari hulu hingga hilir (dari
yang telah dibuat pada tahap sebelumnya (M3: sumber air, intake air baku sampai ke sambungan
Gambarkan Rantai Pasok) untuk menyusun secara rumah pelanggan).
singkat kejadian bahaya dan risiko yang dapat
ditimbulkan pada rantai pasok. Susun informasi-informasi tersebut di atas dengan
melengkapi tabel berikut ini.
Tentukan juga jenis risiko menurut 4K (kualitas,
kuantitas, kontinyuitas, dan keterjangkauan) pada
tiap kejadian bahaya.

Dengan memanfaatkan pengetahuan dan


pengalaman para seluruh anggota Tim RPAM dan
juga dari sumber lain (misalnya: buku referensi,
data pengamatan operasi, spesifikasi teknis dari
pabrik), tentukan tindakan pengendalian pada
tiap kejadian bahaya dan risikonya baik yang

Modul 5
Tabel 13 Alternatif Tindakan Pengendalian (Multiple Barriers) dan Cara Validasinya
Kejadian Bahaya dan Jenis Risiko 4K (K1, K2, Alternatif Tindakan Pen- Validasi Tindakan Pen-
Risiko K3, atau K4) gendalian gendalian
(19) (20) (21) (22)

Sumber/Badan Air, Intake, dan Transmisi


Teknis

Non Teknis

Instalasi Pengolahan Air


Teknis

Non Teknis

Sistem Penampungan/Reservoir
Teknis

Non Teknis

dst dst dst dst

Modul 5 69
70

Petunjuk pengisian tabel:


Kolom 19: secara umum, tidak terlalu rinci, tentukan
kejadian bahaya dan risikonya dari tiap komponen
rantai pasok.
Kolom 20: jenis risiko, apakah mengancam faktor:
K1 (kualitas), K2 (kuantitas), K3 (kontinyuitas), dan/
atau K4 (keterjangkauan).
Kolom 21: tentukan alternatif tindakan
pengendalian, termasuk tindakan pengendalian
eksisting (jika ada).
Kolom 22: jika ada, tentukan bagai cara validasi
untuk meyakinkan bahwa tindakan pengendalian
tersebut dapat bekerja efektif.

Total waktu pelaksanaan seluruh M5 ini berkisar antara


1 3 hari.

Modul 5
Modul 5 71
72

1 2
3

SUSUN
DAFTAR
PRIORITAS
Modul 6
Modul 6

Modul 6 73
74

Susun Daftar Prioritas


Tujuan: Tahapan/Proses Pelaksanaan:
Melakukan kaji ulang terhadap kejadian bahaya Pengumpulan dan diskusi terhadap gambar dan
dengan mengunakan beberapa kriteria. tabel-tabel hasil pelaksanaan manual sebelumnya
Memberikan skor risiko yang baru terhadap (M3, M4, dan M5).
kejadian bahaya yang dikaji ulang tersebut. Kaji ulang dengan diskusi pleno membahas
seluruh kejadian bahaya dan risikonya.
Keluaran: Penetapan keputusan tim RPAM apakah skor risiko
Tabel Kaji Ulang Kejadian Bahaya dan Prioritas perlu diubah nilainya (menjadi lebih kecil atau
Risiko. lebih besar) atau tetap (tidak berubah).
Pengisian dan melengkapi Tabel Kaji Ulang
Metode: Kejadian Bahaya dan Prioritas Risiko.
Diskusi pleno Tim RPAM penyusunan prioritas
risiko.

Alat, Bahan, dan Materi Pendukung:


Ruang dan perlengkapan diskusi (komputer, LCD
proyektor, papan dan kertas plano, spidol warna,
isolasi kertas, printer).
Gambar Rantai Pasok Sistem Penyediaan Air
Minum, hasil pelaksanaan M3: Gambarkan Rantai
Pasok.
Tabel Potensi Kejadian Bahaya dan Skor Risiko,
hasil pelaksanaan M4: Ketahui Bahaya dan
Besarnya Risiko.
Tabel Alternatif Tindakan Pengendalian (Multiple
Barriers) dan Cara Validasinya, hasil pelaksanaan
M5: Buat Daftar Tindakan Pengendalian.

Modul 6
Dalam RPAM, Rencana Perbaikan dibuat dengan dipercaya/terbukti efektif?
mengacu pada kejadian bahaya dan risiko yang apakah ada kejadian luar biasa/istimewa
menimbulkan dampak paling besar. Untuk itu diperlukan belakangan ini yang dapat menaikkan skor risiko
suatu aktivitas pengkajian ulang terhadap seluruh kejadian bahaya tersebut?
kejadian bahaya dan risiko yang telah dibuat untuk apakah risiko tersebut masih di dalam kendali
mendapatkan susunan daftar kejadian bahaya dan risiko manajemen Tim RPAM?
mulai dari yang paling penting (prioritas) sampai yang
paling tidak penting. Hasil dari proses/diskusi kaji ulang ini adalah nilai
skor risiko baru yang disepakati oleh seluruh anggota
7.1. Tim RPAM. Angka nilai skor risiko yang baru ini bisa:
FAKTOR YANG PERLU 1) besarnya sama, 2) lebih kecil, atau 3) lebih besar
DIPERTIMBANGKAN DALAM KAJI dibandingkan dengan nilai/skor risiko sebelumnya.
ULANG KEJADIAN BAHAYA DAN RISIKO
Tabel berikut merupakan panduan untuk menentukan
Kegiatan kaji ulang untuk pembuatan daftar prioritas apakah nilai risiko tetap, naik, atau turun.
ini merupakan diskusi pleno yang dihadiri oleh
seluruh anggota Tim RPAM. Pelaksanaan M6 ini, pada
dasarnya merupakan penggabungan hasil dua proses
sebelumnya, yaitu hasil pelaksanaan M4: yang dilakukan
oleh Tim 1 dan M5: yang dilakukan oleh Tim 2.

Kaji ulang risiko yang bertujuan untuk menyusun


prioritas ini dilakukan dengan mempertimbangkan
beberapa faktor yaitu:
apakah tersedia tindakan pengendalian terhadap
kejadian bahaya dan risiko?
apakah tindakan pengendalian tersebut
merupakan pernah dilakukan sebelumnya dan

Modul 6 75
76

Tabel 14
Pertimbangan dalam Perubahan Skor Risiko
Faktor yang Dipertimbangkan Kondisi 1 Kondisi 2
Tindakan pengendalian sudah ada? Tersedia skor risiko tetap atau turun. Belum skor risiko naik.
Apakah tindakan pengendalian dipercaya Ya skor risiko tetap atau turun. Tidak skor risiko naik.
akan bekerja efektif?
Ada kejadian bahaya yang istimewa/ Ya skor risiko naik. Tidak skor risiko tetap atau turun.
besar terjadi baru-baru ini?
Apakah kejadian bahaya berada di bawah Ya skor risiko tetap atau turun. Tidak skor risiko naik.
kendali manajemen Operator?

Namun demikian, tetap yang menjadi prinsip adalah bahwa keputusan akhir mengenai apakah ada perubahan skor
pada risiko yang telah diidentifikasi sepenuhnya berdasarkan hasil kesepakatan Tim RPAM.

Sebagai catatan, ada kemungkinan bahwa satu risiko tidak atau belum memiliki Tindakan Pengendalian. Hal ini perlu
menjadi catatan bagi Tim RPAM dan perlu dipastikan risiko ini memiliki tindakan pengendalian sebelum pelaksaaan M
10: Laksanakan Rencana Perbaikan dan Monitor.

Tabel berikut merupakan contoh proses kaji ulang untuk menentukan apakah skor risiko berubah atau tidak.

Modul 6
Tabel 15 Contoh Perubahan Skor Risiko Hasil Kaji Ulang
Skor Skor
Alternatif Tindakan
Kejadian Bahaya Risiko Cara Validasi Kaji Ulang Risiko
Pengendalian
Lama Baru
Pemasangan bar-
screen (tindakan
Evaluasi kinerja bar screen.
pengendalian
eksisting). Sampah dan gulma
Masuknya kotoran/ Secara logis penggantian pipa cenderung menjadi
sampah dan adanya akan mengurangi masuknya permasalahan yang makin
4 12
gulma ke sungai/ Pemasangan kotoran/sampah. Informasi serius. Pemasangan fine
sa-luran. automatic fine screen. lebih lanjut didapat dari data screen dirasakan mendesak
teknis dari supplier automatic untuk dilakukan.
fine screen.
Pembuatan SOP
Evaluasi pelaksanaan SOP.
pembersihan sampah.

Modul 6 77
78

Skor Skor
Alternatif Tindakan
Kejadian Bahaya Risiko Cara Validasi Kaji Ulang Risiko
Pengendalian
Lama Baru
(belum ada tindakan
pengendalian -
eksisting).
Menyiapkan bahan Pembubuhan pre-klorinas
kimia tertentu sudah dilaksanakan
Melakukan kajian/pilot studi
(oksidator, misalnya dengan kinerja baik.
terhadap jenis dan kadar
Masuknya limbah klorin) untuk Namun demikian, karena
bahan kimia yang cocok untuk
industri dan 9 menetralisir limbah/ risiko dinilai masih 9
menetralisir limbah.
domestik ke sungai. menurunkan kadar tinggi karena kejadian
organik. bahaya pencemaran
Menyiapkan bio- Melakukan kajian pustaka dan berada dibawah kendali
indikator (misalnya: uji coba terhadap jenis/spesies manajemen PDAM.
spesies ikan tertentu) ikan yang cocok sebagai bio-
untuk deteksi dini indikator adanya kadar racun
adanya pencemar. di air baku.
Penyediaan
genset (tindakan
Evaluasi kinerja genset.
pengendalian
eksisting).
Memastikan stok Genset telah tersedia dan
bahan bakar bekerja dengan baik. Stok
Evaluasi pelaksanaan SOP
Listrik dari PLN tiba- cukup (tindakan bahan bakar selama ini tidak
16 penyediaan stok bahan bakar. 12
tiba padam pengendalian bermasalah. Jika koordinasi
eksisting). berjalan baik, risiko diyakini
Koordinasi dengan PLN dapat dapat di minimalisir.
Berkoordinasi dengan
membuat Operator lebih siap.
PLN untuk mengetahui
Untuk hasil yang lebih optimal
dan mendapatkan
diperlukan penyediaan dan
jadwal pemadaman.
pelaksanaan SOP koordinasi.

Modul 6
7.2.
TATA CARA PEMBUATAN TABEL KAJI ULANG DAN PRIORITAS RISIKO

Kaji ulang kejadian bahaya dan risiko ini dilakukan bersama-sama dalam diskusi pleno Tim RPAM dengan langkah
sebagai berikut:

Pada awal pelaksanaan sidang pleno, seluruh data hasil dari pelaksanaan M3, M4, dan M5 dari Tim 1 dan Tim 2
dikumpulkan dan dipelajari bersama-sama oleh seluruh anggota Tim RPAM.

Diskusikan tiap skor risiko kejadian bahaya yang telah ditetapkan oleh Tim 1 apakah perlu diubah atau tidak.

Setelah skor risiko yang baru didapat dan disepakati, langkah selanjutnya adalah mengurut risiko dari dengan
skor yang paling besar sampai ke skor yang paling rendah pada tiap lokasi muali dari sumber air baku sampai ke
sambungan rumah pelanggan air minum.

Selain itu, pada tahapan ini Tim RPAM sudah bisa mulai memperkirakan Program-Program Pendukung (supporting
programs) apa saja yang diperlukan. Program Pendukung adalah kegiatan yang bertujuan untuk mendukung
peningkatan pengetahuan dan keterampilan (knowledge and skill) seluruh staff Operator, komitmen terhadap
implementasi RPAM, dan peningkatan kapasitas Operator untuk menyediakan air minum. Program Pendukung ini
akan menjadi salah satu kegiatan Rencana Perbaikan.

Berikut Tabel Kaji Ulang Kejadian Bahaya dan Prioritas Risiko yang harus dilengkapi pada tahapan ini oleh Tim RPAM.

Modul 6 79
80

Tabel 16 Kaji Ulang Kejadian Bahaya dan Prioritas Risiko


Tindakan Skor
No. Kode Kejadian Skor Risiko Cara Validasi
Pengendalian Kaji Ulang (23) Risiko
Lokasi (8) Bahaya (12) Lama (17) (21)
(20) Baru (24)

Sumber/Badan Air Baku


2 16
3 8
1 6
Instalasi Pengolahan Air
4 12
5 4
dst dst dst Dst dst dst dst

Petunjuk pengisian tabel:

Kolom 8: Nomor dan kode lokasi/singkatan yang telah ditetapkan pada tiap komponen rantai pasok (urutan nomor
urut bisa berubah sesuai dengan skor risiko yang baru pada kolom 24).
Kolom 12: jenis kejadian bahaya yang berpotensi terjadi pada komponen rantai pasok.
Kolom 17: nilai skor risiko yang telah dihitung sebelumnya oleh Tim 1.
Kolom 20: tentukan alternatif tindakan pengendalian yang akan digunakan untuk mengatasi kejadian bahaya dan
risiko tersebut. Sebaiknya alternatif tindakan pengendalian labih dari satu (multiple barriers).
Kolom 21: cara validasi tiap alterntif tindakan pengendalian.
Kolom 23: Poin-poin diskusi Tim RPAM, hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan pakah skor risiko tetap
atau berubah.
Kolom 24: nilai skor risiko yang baru setelah diskusi (diurut dari yang paling besar).

Total waktu pelaksanan M6 ini berkisar antara 2 5 hari.

Modul 6
Studi Kasus PDAM Bandarmasih

Informasi dari kegiatan terkini dapat menjadi


masukan untuk kaji ulang risiko
Pada tahapan sebelumnya, kegiatan penan- lumpur selama dalam perjalanan. Skor risiko treatment plant sehingga kegiatan transfer
ganan lumpur yang berasal dari tangki sedi- yang diberikan sebelumya tergolong risiko lumpur berkurang bahkan cenderung tidak
mentasi menjadi masalah yang cukup besar yang berat. ada lagi. Tindakan pengendalian ini merupakan
bagi Bandarmasih. Lumpur hasil pengendapan informasi terkini yang membuat Tim RPAM ber-
yang masih mengandung kadar air yang sepakat untuk menurunkan skor risiko menjadi
Namun demikian, didapat informasi terbaru
tinggi, selama ini ditransfer ke instalasi lain risiko yang sedang.
dari anggota Tim RPAM yang lain bahwa
dengan menggunakan truk untuk diolah. Hal
lumpur tersebut telah diolah ditempat (on-
ini menimbulkan risiko terjadinya tumpahan
site treatment) dengan menggunakan mini

Modul 6 81
82

BUAT
RENCANA
PERBAIKAN
Modul 7
Modul 7

Modul 7 83
84

Buat Rencana Perbaikan


Tabel Kaji Ulang Kejadian Bahaya dan Prioritas
Risiko hasil pelaksanaan M6: Susun Daftar
Tujuan: Prioritas.
Menyusun Rencana Perbaikan dan Program
Pendukung (Supporting Programs) yang akan Tahapan/Proses Pelaksanaan:
dilakukan oleh Operator untuk menangani Pengumpulan kejadian bahaya dan risiko yang
kejadian bahaya dan risiko yang telah sejenis, baik jenis dan/atau lokasi dalam satu
diidentifikasi dan diprioritaskan pada tahapan kelompok.
sebelumnya. Penetapan tema besar pada tiap kelompok
Menyusun anggaran biaya dan rencana waktu kejadian bahaya dan risiko.
pelaksanaan pada tiap Rencana Perbaikan. Penetapan Rencana-Rencana Perbaikan dari tiap
tema besar, termasuk anggaran biaya dan rencana
Keluaran: waktu pelaksanaan.
Tabel Rencana Perbaikan dan Program Pendukung Pengisian Tabel Rencana Perbaikan dan Program
RPAM. Pendukung RPAM dan Tabel Rencana Anggaran
Tabel Rencana Anggaran Biaya dan Waktu Biaya dan Waktu Pelaksanaan tiap seluruh
Pelaksanaan. Rencana Perbaikan tersebut.

Metode:
Pengelompokkan dan Check-list terhadap risiko
yang harus ditangani oleh Rencana Perbaikan.
Diskusi pleno.

Alat, Bahan, dan Materi Pendukung:


Ruang dan perlengkapan diskusi (komputer, LCD
proyektor, papan dan kertas plano, spidol warna,
isolasi kertas, printer).

Modul 7
Beberapa kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya, memastikan Program Perbaikan yang akan
mulai dari penggambaran rantai pasok, identifikasi dilakukan tidak menghasilkan masalah/timbulnya
kejadian bahaya dan risiko, serta identifikasi tindakan risiko baru yang mungkin lebih besar.
pengendalian, pada akhirnya akan bermuara pada apa
saja tindakan yang akan diambil untuk menangani Rencana Perbaikan yang dikembangkan dapat berupa
risiko-risiko tersebut. Rangkaian tindakan pengendalian kegiatan yang sifatnya jangka pendek, menengah, atau
tersebut dinamai Rencana Perbaikan. jangka panjang. Karena berbagai jenis sumberdaya
diperlukan untuk pelaksanaan Rencana Perbaikan ini,
8.1. maka rencana ini perlu dibuat secara detail termasuk
RENCANA PERBAIKAN DAN PROGRAM pentahapannya.
PENDUKUNG
Dalam prakteknya, akan ditemui banyak kejadian
Rencana Perbaikan yang akan dilakukan tidak selalu bahaya dan risiko yang mirip satu sama lain, baik jenis
merupakan kegiatan-kegiatan besar (misalnya: upgrade maupun lokasi kejadiannya. Untuk itu, pengelompokkan
sistem) yang membutuhkan alokasi biaya dan waktu kejadian-kejadian bahaya dan risiko ini perlu dilakukan
yang besar. Rencana Perbaikan dapat hanya berupa untuk memudahkan Tim RPAM dalam menyusun
kegiatan review dokumen atau pembuatan dan Rencana Perbaikan. Pengelompokkan tersebut bisa
formalisasi Standard Operating Procedure (SOP) & disebut sebagai tema besar kejadian bahaya dan risiko.
Instruksi Kerja (IK).
Contoh pengelompokkan dan penyusunan Rencana
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam perbaikan tersaji pada tabel berikut ini.
penyusunan Rencana Perbaikan ini adalah:
pilihan/alternatif Rencana Pengendalian yang
tersedia.
siapa yang akan bertanggungjawab dalam
pelaksanaan Rencana Perbaikan.
permasalahan ketersediaan sumber dana.
kebutuhan pelatihan staff jika diperlukan.

Modul 7 85
86

Tabel 17 Contoh Tema Besar dan Rencana Perbaikan dari Check List Risiko
Kejadian-Kejadian Bahaya Tema Besar Kejadian Bahaya Rencana Perbaikan
Pelaksanaan lokakarya/seminar tentang perlu-
nya pengamanan sumber air baku (melibatkan
Sungai tercemar limbah. beberapa stakehoders luar).
Debit sungai tidak stabil.
Pemasangan automatic motorised fine screen
Kekeruhan sungai meningkat drastis saat hujan. Aktivitas manusia di hulu dan pinggir sungai
Banyak sampah dan sungai. untuk perbaikan sistem intake dalam rangka
yang menyebabkan perubahan kualitas dan mengurangi sampah yang masuk.
Banyak gulma.
Bar screen rusak karena tertabrak sampan/perahu kuantitas air baku dan pengamanan intake.
Pemasangan papan peringatan untuk pen-
penduduk.
dst... gamanan dan pencegahan kerusakan bar screen
pada seluruh intake air baku.
Pemasangan CCTV untuk pengamanan intake
air baku.
Koagulan sering habis. Penyiapan database spare part dan bahan kimia
Spare part PLC tidak tersedia. yang dikategorikan memerlukan cadangan
Suplai klorin tidak tersedia. Tidak terjaminnya ketersediaan spare part minimum (minimum stock) din instalasi.
Cadangan motor pompa tidak tersedia.
Capasitor bank cadangan tidak tersedia.
cadangan dan stok bahan kimia.
Perbaikan sistem stock barang di pergudangan
Membran pompa dosis cadangan tidak tersedia.
(follow-up hasil penyiapan database spare part
dst...
dan bahan kimia).

Selain Rencana perbaikan, Tim RPAM sudah bisa 8.2.


menentukan Program Pendukung yang perlu dilakukan. ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU
Program Pendukung adalah kegiatan yang bertujuan PELAKSANAAN RENCANA PERBAIKAN
untuk mendukung peningkatan pengetahuan dan
keterampilan (knowledge and skill) seluruh staff Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan
Operator, komitmen terhadap implementasi RPAM, dan anggaran adalah:
peningkatan kapasitas Operator untuk menyediakan air Berapa besarnya dana yang dibutuhkan? Apakah
minum. memungkinkan untuk didanai oleh Operator?
Apakah ada alternatif sumber pendanaan lain
selain dari internal Operator?
Apakah mungkin pendanaan dimasukkan ke dalam

Modul 7
rencana kerja rutin Operator (misalnya: Rencana 8.3.
Kerja Perusahaan/RKP (tahunan). TATA CARA PEMBUATAN TABEL
RENCANA PERBAIKAN DAN PROGRAM
Sedangkan, hal yang perlu dipertimbangkan dalam PENDUKUNG & TABEL RENCANA
penyusuan waktu pelaksanaan adalah: ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU
Apakah Rencana Perbaikan merupakan jangka PELAKSANAAN
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang?
Hal ini dapat menjadi masukan bagi Operator Rencana Perbaikan dibuat dengan cara sebagai berikut:
ke dalam dokumen perencanaan yang telah Pelajari tabel hasil pelaksanaan M6 yang memuat
dimiliki (misalnya RKP (tahunan), corporate plan prioritas risiko yang harus ditangani.
(5 tahunan), atau bahkan master plan (15-25 Lakukan pengelompokkan kejadian bahaya
tahunan). dan risiko yang mirip dari segi jenis dan lokasi
Apakah Rencana Perbaikan memerlukan proses kejadiannya. Namakan kelompok in dalam satu
persiapan? (misalnya: studi, desain awal, survey tema besar.
pendahuluan). Jika ya, maka implementasi Rencana Tentukan Rencana Perbaikan yang akan dilakukan.
Perbaikan akan lebih lama. Lakukan juga chec klist kejadian bahaya dan
risiko mana yang dapat diatasi oleh tiap Rencana
Perbaikan. Jika memungkinkan seluruh risiko
mulai dari yang pentign (prioritas) sampai yang
tidak penting ter-cover oleh seluruh Rencana
Perbaikan yang disusun. Jika tidak, pastikan seluruh
risiko dengan skor risiko 12 (risiko dengan
prioritas tinggi) masuk ke dalam rencana program
perbaikan.
Buat dan lengkapi Tabel Rencana Perbaikan
dan Program Pendukung RPAM dan Tabel Tabel
Rencana Anggaran Biaya dan Waktu Pelaksanaan
berikut ini.

Modul 7 87
88

Tabel 18 Rencana Perbaikan dan Program Pendukung RPAM


Penanggung
Referensi kejadian bahaya yang Jawab: Departe-
Tema besar dari Kejadian Rencana Perbaikan Jenis Risiko 4K (K1,
No. ditangani (lihat nomor dalam men/Bagian (dan
Bahaya (25) (26) K2, K3, atau K4) (28)
kolom 8 tabel hasil M6) (27) Person-in-Charge)
(29)
(nomor digolongkan sesuai hasil
penilaian M6)

1 Prioritas tinggi (misalnya: 1, 6, 17)


Prioritas sedang (misalnya: 2, 3, 9)
Prioritas rendah (misalnya: 8, 16, 27)
2
3
dst dst dst dst dst

Petunjuk pengisian tabel:


Kolom 25: tema besar (misalnya: isu penanganan air baku, isu operasi instalasi, isu pengadaan SOP & IK, atau isu pengadaan barang) yang didapat dari
menggabungkan beberapa kejadian bahaya dan risiko yang mirip satu sama lain, baik jenis maupun lokasi kejadiannya.
Kolom 26: susun beberapa Rencana Perbaikan yang terkait dengan tema besar.
Kolom 27: dengan melihat tabel hasil pelaksanaan M6 (Tabel Kaji Ulang Kejadian Bahaya dan Prioritas Risiko) lakukan check list terhadap semua risiko.
Pastikan seluruh risiko yang skor-nya 12 telah tertangani oleh Rencana Perbaikan yang disusun.
Kolom 28: tentukan jenis risiko yang di tangani oleh Rencana Perbaikan (kualitas, kuantitas, kontinyuitas, dan/atau keterjangkauan air minum).
Kolom 29: tetapkan penanggung jawab (departemen/bagian dalam struktur organisasi Operator dan orang yang bertanggung jawab/Person-in-charge)
yang akan mengkoordinir pelaksanaan Rencana Perbaikan.

Modul 7
Tabel 19 Tabel Rencana Anggaran Biaya dan Waktu Pelaksanaan
Sub Total Waktu Sumber
Rencana Sub-Kegiatan Harga Satuan
No. Jumlah (31) Satuan (32) [Kolom 31 x Pelaksanaan Pembiayaan
Perbaikan (26) (30) (33)
kolom 33] (34) (35) (36)

dst dst dst dst dst dst dst dst dst

Petunjuk pengisian tabel: Studi Kasus PDAM Bandarmasih


Kolom 26: susun beberapa Rencana Perbaikan yang terkait dengan
tema besar. RPAM menjadi masukkan
Kolom 30: tetapkan tahapan kegiatan dari tiap Rencana
Perbaikan yang tertulis pada kolom 26, terutama kegiatan yang
terhadap dokumen
membutuhkan biaya. perencanaan lain.
Kolom 31: tentukan jumlah unit kegiatannya (isi dengan angka). Beberapa rencana perbai- master plan PDAM yang akan
Kolom 32: tentukan satuan/unitnya (misalnya kali, buah, set, m3). kan yang telah disusun dan datang. Hal ini dimungkinkan
disepakati pelaksanaannya karena ke-unik-an dari RPAM
Kolom 33: tentukan harga satuan-nya (isi dengan satuan uang).
oleh Tim RPAM Bandarmasih yaitu: 1) dalam hal penggu-
Kolom 34:.kalikan jumlah (kolom 31) dengan harga satuan (kolom ternyata dapat menjadi masu- naan prinsip identifikasi dan
34). kan bagi beberapa dokumen manajemen risiko, dan 2) sifat
perencanaan lain. Beberapa RPAM yang fleksibel (adanya
Kolom 35: tentukan waktu pelaksanaan Rencana Perbaikan yang rencana kegiatan jangka perbaikan menerus) yang
akan dilaksanakan oleh Operator. Jika memungkinkan, waktu pendek akan dimasukkan ke akan di-update dalam jangka
dalam Rencana Kerja perusa- waktu tertentu.
dimulainya kegiatan sampai dengan berakhir). Lebih detail lebih
haan (RKP) tahun anggaran
baik. selanjutnya, rencana jangka
Dengan demikian hal-hal
Kolom 36: tentukan sumber pembiayaan pelaksanaan Rencana menengah akan dimasukkan
yang direncanakan di dalam
ke dalam corporate plan yang
Perbaikan apakah dari Operator atau dari sumber lain. dokumen RPAM dapat
berumur 5(lima) tahun, dan
menjadi pelengkap dokumen
rencana jangka panjang akan
perencananan lain tanpa
dicoba kemungkinannya un-
Total waktu pelaksanan M7 ini berkisar antara 2 5 hari. harus merusak tatanan yang
tuk masuk ke dalam dokumen
sudah ada.

Modul 7 89
90

SUSUN
STRATEGI
KOMUNIKASI
Modul 8
Modul 8

Modul 8 91
92

Susun Strategi
Komunikasi
Tujuan: RPAM di dalam (internal) Operator dengan
Menyusun strategi penyebaran informasi ke dalam melengkapi Tabel Rencana Penyebaran Informasi
(internal) organisasi Operator untuk memastikan Internal.
seluruh informasi terkait RPAM diketahui semua Identifikasi kebutuhan komunikasi eksternal yang
pihak terkait. diperlukan untuk mendukung Rencana Perbaikan
Menyusun strategi penyampaian informasi dan dan Program Pendukung yang dihasilkan dari
pengambilan informasi ke dan/atau dari pihak pelaksanaan M7. Lengkapi Tabel Rencana
luar (eksternal) Operator. Komunikasi Eksternal.

Keluaran:
Tabel Rencana Penyebaran Informasi Internal.
Tabel Rencana Komunikasi Eksternal.

Metode:
Diskusi kelompok.
Diskusi pleno.

Alat, Bahan, dan Materi Pendukung:


Ruang dan perlengkapan diskusi (komputer, LCD
proyektor, papan dan kertas plano, spidol warna,
isolasi kertas, printer).
Hasil pelaksanaan Modul-Modul RPAM yang telah
terlaksana dan bahan/material terkait dengan
komunikasi eksternal.

Tahapan/Proses Pelaksanaan:
Perencanaan penyebaran informasi terkait

Modul 8
Seluruh dokumen hasil dari pelaksanaan seluruh tahap lainnya.
RPAM, baik itu dokumen perencanaan maupun dokumen
hasil pelaksanaan dan evaluasi harus dikomunikasikan Melalui diskusi kelompok dan diskusi pleno Tim RPAM
ke seluruh anggota Tim RPAM, direksi dan juga staf lengkapi tabel di bawah ini.
operator. Selain itu, Operator juga perlu menjalin
komunikasi dengan pihak luar/eksternal. Untuk itu Tabel 20 Rencana Penyebaran Informasi Internal
diperlukan suatu strategi dan protokol komunikasi yang Jenis Frekuensi Penerima Media
Penanggung
Informasi update informasi Penyampaian
dibuat dan dilaksanakan oleh Tim RPAM. jawab (39)
(37) (38) (40) (41)

9.1.
PENYEBARAN INFORMASI DI dst dst dst dst dst
KALANGAN INTERNAL
Petunjuk pengisian tabel:
Tim RPAM harus memastikan bahwa komunikasi di
Kolom 37: tentukan informasi yang akan disebarkan di kalangan
dalam organisasi Operator berjalan dengan baik. Untuk
internal Operator (misalnya: hasil pelaksanaan M4: Identifikasi
itu perlu dibuat satu strategi komunikasi penyampaian
Bahaya dan Besarnya Risiko, Hasil Survey Kepuasan Pelanggan) .
informasi kepada:
Kolom 38: tentukan frekuensi penyebarannya (tiap hari, tiap bulan,
tiap tahun).
Direksi, senior manajer (manajemen puncak)
Kolom 39: tentukan penanggung jawab yang akan melaksanakan
terutama informasi yang terkait dengan dengan
penyebaran.
permasalahan kebijakan, komitmen RPAM, dan
Kolom 40: tentukan penerima informasinya (direksi, manajer,
termasuk komitmen pendanaan.
supervisor, atau staff/operator).
Manajer (manajemen tengah), terutama informasi
Kolom 41: tentukan media yang akan digunakan (rapat, mading,
terkait dengan permasalahan evaluasi pencapaian
selebaran, lembar SOP & IK).
RPAM.
Supervisor dan staff operator lapangan, terutama
informasi yang terkait dengan pelaksanaan
Rencana Perbaikan di lapangan dan hal teknis

Modul 8 93
94

9.2.
MENDAPATKAN DAN MENYEBARKAN INFORMASI KEPADA PIHAK EKSTERNAL

Pengambilan informasi yang dilakukan oleh Tim RPAM bertujuan untuk:


mengetahui harapan pelanggan/masyarakat terhadap Operator baik dari segi kualitas dan kuantitas/tekanan air
yang disalurkan,
mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap kualitas air minum yang didistribusikan dan servis yang
diberikan,
mengetahui komplain/keluhan dari pelanggan atau masyarakat terhadap pelayanan Operator.
Sedangkan penyebaran informasi ke kalangan eksternal Operator bertujuan untuk:
menginformasikan kegiatan Operator yang perlu diketahui oleh pelanggan/masyarakat, misalnya: jadwal
perbaikan pipa, kemungkinan adanya gangguan aliran air minum pada hari dan jam tertentu.
menjadi alat marketing operator baik dalam hal penambahan sambungan baru maupun dalam hal peningkatan
citra Operator (misalnya dengan pemasangan iklan layanan masyarakat di media cetak dan elektronik).
menjadi alat pendidikan dan peningkatan kesadaran pelanggan (misalnya permasalahan bau klor di air minum,
pentingnya penghematan air minum).

Dengan pertimbagan tujuan tersebut, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan oleh Tim RPAM adalah melengkapi tabel
di bawah ini.

Tabel 21 Rencana Komunikasi Eksternal

Media/Cara
Jenis Informasi
Rencana waktu Penanggung jawab Penerima/ sumber Penyampai-an/
yang ingin didapat/ Bentuk Kegiatan (43)
pelaksanaan (44) (45) informasi (46) Pengam-bilan
disampaikan (42)
Infromasi (47)

dst dst dst dst dst dst

Modul 8
Petunjuk pengisian tabel: Kolom 45: tentukan penanggung jawabnya.
Kolom 42: tentukan informasi yang ingin didapat Kolom 46: tentukan penerima atau sumber
atau yang ingin disampaikan ke kalangan informasi (pelanggan, media massa, LSM).
eksternal Operator (misalnya: harapan pelanggan, Kolom 47: tentukan media/cara untuk
tingkat kepuasan pelanggan, keluhan pelanggan). menyampaikan atau mendapatkan informasi
Kolom 43: tentukan bentuk kegiatannya dari pihak eksternal (selebaran, media massa,
(sosialisasi, survey). pengumuman).
Kolom 44: tentukan jadwal pelaksanaannya.

Studi Kasus PDAM Bandarmasih

Strategi Komunikasi PDAM Bandarmasih


Dalam hal penyelenggaraaan pertemuan-pertemuan koordinasi dan evaluasi, Tim RPAM akan berkoordinasi dengan kegiatan ISO 9001 yang
sudah berjalan beberapa tahun. Materi pembahasan RPAM akan dimasukkan ke dalam agenda pertemua Tim ISO 9001 jika memungkinkan.

Tabel berikut ini menyajikan rencana penyebaran informasi RPAM di kalangan internal PDAM Bandarmasih.
Frekuensi update Penanggung jawab Penerima informasi Media Penyampaian
Jenis Informasi (37)
(38) (39) (40) (41)
Direksi dan Senior
Meeting koordinasi
Ketua Tim RPAM Manajer (SM) dan
RPAM
Manajer
Hasil Pelaksanaan M1
1 x / tahun Manajer/Koordinator Tim
- M2. Supervisor Meeting Bagian
Kerja RPAM
Meeting & Pengumuman
Supervisor Karyawan
di papan
Ketua Tim RPAM SM dan Manajer Meeting koordinasi
Hasil Pelaksanaan M3 RPAM
Tiap 3 bulan
s.d. M7. Manajer/Koordinator Tim Supervisor Meeting Bagian
Kerja RPAM

Modul 8 95
96

Frekuensi update Penanggung jawab Penerima informasi Media Penyampaian


Jenis Informasi (37)
(38) (39) (40) (41)
Manajer/Koordinator Tin Antar departemen atau Distribusi dokumen
Prosedur/SOP dan Kerja RPAM bagian Meeting Evaluasi
Insidentil
Instruksi Kerja/IK (M9). RPAM

Ketua Tim RPAM SM & Manajer Meeting koordinasi


RPAM
Hasil Pelaksanaan (M10). 1 x / bulan
Manajer/Koordinator Tim Supervisor Meeting Bagian
Kerja RPAM
Ketua Tim RPAM Manajer Meeting koordinasi
RPAM
Evaluasi RPAM (M11). Tiap 6 bulan
Manajer/Koordinator Tim Supervisor Meeting Bagian
Kerja RPAM
Ketua Tim RPAM Manajer Kuesioner dan/atau
Laporan Hasil Survey

Hasil Survey Kepuasan Manajer/Koordinator Tim Manajer Laporan Survey


1 x /tahun Kerja RPAM Kepuasan Pelanggan
Pelanggan.
Meeting Evaluasi
RPAM

Ketua Tim RPAM Manajer Meeting Evaluasi Tim


Laporan Keluhan Harian/Saat terjadi RPAM
Pelanggan. Keluhan Manajer/Koordinator Tim Supervisor Meeting Bagian
RPAM
Ketua Tim RPAM Manajer Meeting Evaluasi RPAM
Hasil Sosialiasi
1 x / bulan Manajer/Koordiantor Tim Supervisor Meeting Bagian
Pelanggan.
RPAM

Modul 8
Sedangkan Rencana Komunikasi Eksternal tersaji pada tabel di berikut ini.
Jenis Informasi Media
yang ingin Bentuk Kegiatan Rencana waktu Penanggung Sumber Pengambilan/
didapat/di- (43) pelaksanaan (44) jawab (45) informasi (46) Penyampaian
sampaikan (42) (47)
Kepuasan Pelang- Survey Kepuasan 1 x / tahun Manajer Pelayanan Pelanggan Kuesioner.
gan. Pelanggan dan Pemasaran
Keluhan Pelanggan. Penangan-an Kelu- Saat terjadi keluhan Manajer Pelayanan, Pelanggan, media Langsung, telepon,
han pelanggan dan Pemasaran sms, email, media
cetak, media elek-
tronik.
Gangguan pelayan- Sistem Informasi Saat terjadi gang- Manajer Pelayanan Produksi dan TRD SMS, Media cetak,
an distribusi karena Gangguan guan terencana dan Pemasaran, (transmisi dan distri- media elektronik,
perbaikan teknis. Humas busi), pelaksana surat/selebaran.
Kebijakan dan Sosialisasi kepada Tiap 2 minggu Manajer Pelayanan Produksi dan TRD, Media cetak, media
Pemberitahu-an dari Pelanggan dan Pemasaran, pelaksana elektronik.
PDAM. Humas

Modul 8 97
98

SOP

SUSUN PROSEDUR
(SOP) DAN INSTRUKSI
KERJA (IK)
Modul 9
Modul 9

Modul 9 99
100

Susun Prosedur (SOP)


dan Instruksi Kerja (IK)
Tujuan: Jika telah ada, SOP dan IK yang telah dimiliki/
Mengidentifikasi Prosedur Kerja Standar (SOP) dijalankan selama ini.
dan Instruksi Kerja (IK) yang dibutuhkan untuk
mendukung pelaksanaan Rencana Perbaikan dan Tahapan/Proses Pelaksanaan:
Program Pendukung. Kaji Tabel Kaji Ulang Kejadian Bahaya dan Prioritas
Membuat dan melaksanakan SOP-SOP dan IK-IK Risiko hasil dari pelaksanaan M6: Susun Daftar
tersebut di atas. Prioritas dalam satu diskusi pleno.
Penentuan kejadian-kejadian bahaya dan
Keluaran: risikonya yang memerlukan SOP dan IK sebagai
Tabel SOP dan IK yang Dibutuhkan untuk tindakan pengendaliannya.
Menangani Kejadian Bahaya dan Risiko. Pembuatan Tabel SOP dan IK yang dibutuhkan
SOP-SOP dan dan IK-IK terkait. untuk Menangani Kejadian Bahaya dan Risiko,
baik yang sudah ada atau yang perlu dibuat atau
Metode: yang memerlukan perbaikan.
Diskusi Kelompok.
Diskusi pleno.
Check-list kejadian bahaya dan risiko yang
memerlukan tindakan pengendalian berupa
pembuatan SOP dan IK.

Alat, Bahan, dan Materi Pendukung:


Ruang dan perlengkapan diskusi (komputer, LCD
proyektor, papan dan kertas plano, spidol warna,
isolasi kertas, printer).
Tabel Kaji Ulang Kejadian Bahaya dan Prioritas
Risiko hasil pelaksanaan M6: Susun Daftar
Prioritas.

Modul 8
Prosedur Operasi Standar (Standard Operating Procedures/SOPs) dan Instruksi Kerja (IK), merupakan dokumen yang
mencatat tahapan kegiatan yang akan dilakukan oleh Operator baik pada saat operasi normal maupun saat keadaan
emergency. SOP & IK ini merupakan satu bagian penting dalam pelaksanaan RPAM. Seluruh prosedur yang diperlukan
tersebut harus ditulis oleh staff yang telah berpengalaman dan di revisi/update jika diperlukan.

10.1.
SOP DAN IK DALAM SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

Standard Operating Procedure (SOP) adalah tahapan rinci dari suatu kegiatan sebagai panduan operasi. Instruksi Kerja
terkadang telah tercakup dalam SOP, namun pada skala organisasi atau Operator yang besar, SOP perlu penjabaran rinci
dalam bentuk IK.

Beberapa contoh SOP dan IK yang diperlukan untuk menjalankan sistem penyediaan air minum denga benar tersaji pada
tabel di bawah ini.

Modul 8 101
102

Tabel 22 Tipikal/Contoh SOP dan IK dalam Sistem Penyediaan Air Minum


Kategori SOP IK
Pengoperasian Bangunan Pengambilan Pengoperasian pompa intake.
Sistem intake air baku.
Air Baku. Pemeliharaan screen intake.
Pengoperasian pompa transfer.
Sistem transmisi air baku. Pengoperasian Pipa Transmisi Air Baku.
Pengoperasian pompa booster.
Pengoperasian genset.
Pencucian filter.
Pengoperasian Bangunan Instalasi
Pembuangan lumpur.
Pengolahan Air Minum.
Pengoperasian klorinator.
Pengoperasian pompa.
Pelarutan kaporit.
Pelarutan PAC powder.
Pengoperasian Peralatan Pembubuhan
Pelarutan PAC liquid.
Instalasi pengolahan air minum. Bahan Kimia.
Pelarutan soda ash.
Jas-test.
Pengambilan dan pengawetan sampel.
Pengukuran sampel di lapangan (pH,
Pengambilan Sampel untuk Pengukuran
turbidity, suhu).
Kualitas Air Minum .
Pengukuran sampel air minum di
laboratorium (in-organik, organik).
Pengoperasian Panel Listrik. -
Pengoperasian pompa transfer.
Pengoperasian Pipa Distribusi dan Pengoperasian pompa booster.
Sistem transmisi air minum dan reservoir.
Reservoir. Pemeliharaan reservoir.
Pengurasan pipa distribusi.

Modul 8
Kategori SOP IK
Servis blower.
Servis klorinator.
Servis kompresor.
Servis genset.
Pemeliharaan Rutin dan Berkala.
Servis pompa dosing/kimia.
Servis pompa sentrifugal.
Servis pompa vakum.
Servis trafo.
Test Performance Pompa dosing
Prosedur Kalibrasi dan Verifikasi. Kalibrasi Turbidimeter
Kalibrasi Spektrofotometer.
Kegiatan operasi umum dan kegiatan penunjang. Pengoperasian Sistem Keamanan dan -
Keselataman.
Penganggaran. -
Pengadaan Barang. -
Penerimaan dan Pengambalian Barang. -
Penerimaan dan Pengeluaran Barang. -
Kesigapan Tanggap-Darurat.
Penanganan Keluhan Pelanggan. -
Pengukuran Kepuasan Pelanggan. -

10.2.
IDENTIFIKASI DAN PEMBUATAN SOP DAN IK

Selanjutnya, Tim RPAM dapat membuat daftar kebutuhan SOP dan IK dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
daftar resiko yang menjadi prioritas untuk ditangani yang merupakan hasil dari pelaksanaan modul RPAM
sebelumnya,
peraturan perundangan Indonesia terkait dengan air minum,
petunjuk teknis pelaksanaan pengolahan air minum yang dikeluarkan kementerian dan lembaga terkait
pengolahan air minum, dan

Modul 8 103
104

sumber daya yang dimiliki oleh Operator (sumber yang perlu dibuat).
daya manusia, finansial). Kolom 49: tentukan SOP-SOP dan IK-IK yang dibutuhkan
untuk menangani kejadian bahaya dan risiko (baik
Lengkapi tabel berikut untuk mengetahui SOP dan IK yang sudah ada maupun yang perlu dibuat).
yang dibutuhkan.

Tabel 23
SOP dan IK yang dibutuhkan untuk Menangani
Kejadian Bahaya dan Risiko
Referensi kejadian bahaya
yang ditangani (lihat SOP dan IK yang
nomor dalam kolom 8 dibutuhkan (49)
tabel hasil M6) (48)
Yang sudah ada:

dst
Yang perlu dibuat:

dst

Petunjuk pengisian tabel:


Kolom 48: dengan melihat tabel hasil pelaksanaan M6
(Tabel Kaji Ulang Kejadian Bahaya dan Prioritas Risiko)
lakukan check list terhadap semua risiko. Pastikan
seluruh risiko yang skor-nya 12 telah tertangani oleh
program perbaikan (yang berupa pembuatan dan
pelaksanaan SOP dan IK baik yang sudah ada atau

Modul 8
Studi Kasus PDAM Bandarmasih

Pemanfaatan SOP dan IK


dari kegiatan ISO 9001
Salah satu keunggulan dari organisasi yang telah ber-
sertifikat ISO 9001 adalah telah tersedianya SOP dan IK di
dalam organisasi. Tim PDAM Bandarmasih mencatat banyak
SOP dan IK dari ISO 9001 yang dapat dimanfaatkan untuk
menanggulangi kejadian bahaya dan risiko. Beberapa kejadi-
an bahaya yang memerlukan SOP atau IK sebagai tindakan
pengendaliannya, namun belum tersedia, menjadi catatan
bagi Tim RPAM Bandarmasih untuk melakukan update, revisi
atau penambahan terhadap SOP dan IK yang sudah ada. Ter-
catat hampir 60 persen SOP dan IK untuk penanggulangan
kejadian bahaya dan risiko berasal dari kegiatan manajemen
kualitas (ISO 9001).

Dengan demikian terlihat bahwa skema manajemen ISO


9001 dan RPAM ternyata dapat bersinergi, tidak menghambat
satu sama lain.

Modul 8 105
106

LAKSANAKAN
RENCANA PERBAIKAN
DAN MONITOR
Modul 10
Modul 10

Modul 10 107
108

Laksanakan Rencana
Perbaikan dan Monitor
Tujuan: pelaksanaan M7: Buat Rencana Perbaikan.
Melaksanakan Rencana Perbaikan yang telah Penentuan batas kritis dan bagaimana melakukan
disusun pada tahapan pelaksanaan sebelumnya. monitoring/pemantauan terhadap seluruh
Melakukan pemantauan/monitoring terhadap sub-kegiatan Rencana Perbaikan, termasuk
proses dan hasil pelaksanaan Rencana Perbaikan. tindakan koreksi yang perlu dilakukan jika ada
penyimpangan.
Keluaran: Lengkapi Tabel Pelaksanaan dan Monitoring
Tabel Pelaksanaan dan Monitoring Rencana Rencana Perbaikan dan Program Pendukung dan
Perbaikan dan Program Pendukung. setelah kegiatan berjalan lengkapi Tabel Progress
Tabel Progres Kegiatan Pelaksanaan Rencana Kegiatan Pelaksanaan Rencana Perbaikan.
Perbaikan.

Metode:
Diskusi pleno.
Kegiatan pelaksanaan Rencana Perbaikan di
lapangan.

Alat, Bahan, dan Materi Pendukung:


Ruang dan perlengkapan diskusi (komputer, LCD
proyektor, papan dan kertas plano, spidol warna,
isolasi kertas, printer).
Alat dan bahan yang berkaitan dangan
pelaksanaan Rencana Perbaikan.

Tahapan/Proses Pelaksanaan:
Penulisan seluruh daftar Rencana Perbaikan
yang akan dilaksanakan sesuai dengan hasil

Modul 10
Seluruh Rencana Perbaikan yang telah disusun pada komunikasi (hasil pelaksanaan M8: Susun Strategi
akhirnya dilaksanakan sesuai dengan prioritasnya. Komunikasi) dan seluruh SOP dan IK (hasil pelaksanaan
Pelaksanaan Rencana Perbaikan memerlukan M9: Susun Prosedur/SOP dan Instruksi Kerja/IK).
pemantauan/monitoring untuk menjamin hasilnya
sesuai dengan yang apa yang direncanakan. Pelaksanaan Rencana Perbaikan dilakukan sesuai
Pemantauan ini merupakan hal penting dalam dengan prioritas dan ketersediaan sumberdaya
pelaksanaan konsep manejemen resiko yang merupakan Operator. Ketua Tim Operator juga harus mengetahui
prinsip implementasi RPAM siapa penanggung jawab tiap sub-kegiatan dan target
waktu penyelesaiannya.
11.1.
PELAKSANAAN RENCANA PERBAIKAN 11.2.
Standard Operating Procedure (SOP) adalah tahapan PEMANTAUAN/MONITORING RENCANA
rinci dari suatu kegiatan sebagai panduan operasi. PERBAIKAN
Instruksi Kerja terkadang telah tercakup dalam SOP, Jumlah dan jenis tindakan pengendalian pada tiap
namun pada skala organisasi atau Operator yang besar, sistem akan berbeda. Hal ini tergantung pada sering
SOP perlu penjabaran rinci dalam bentuk IK. atau tidaknya kejadian bahaya dan risiko yang
ditimbulkannya dan jenisnya. Monitoring diperlukan
Beberapa contoh SOP dan IK yang diperlukan untuk untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara target
menjalankan sistem penyediaan air minum denga benar dan hasil yang didapatkan sehingga tindakan koreksi
tersaji pada tabel di bawah ini. (corrective actions) dapat dilakukan.

Seluruh Rencana Perbaikan yang dibuat (hasil Monitoring yang efektif sangat tergantung pada
pelaksanaan M7: Buat Rencana Perbaikan) harus beberapa hal berikut ini:
dilaksanakan sesuai dengan prioritasnya. Pelaksanaan Apa yang dimonitor?
Rencana Perbaikan ini perlu didukung oleh satu strategi Bagaimana cara memonitornya?
Waktu atau frekuensi monitoring (tiap hari, bulan,
tahun)?
Dimana lokasi monitoring dilakukan?

Modul 10 109
110

Siapa yang akan melakukan monitoring? termasuk siapa yang akan melakukan analisis?
Siapa yang akan menerima laporan hasil monitoring dan siapa yang akan menindaklanjutinya?
Monitoring sederhana biasanya merupakan aktivitas harian yang tidak memerlukan sumberdaya dan waktu yang banyak,
misalnya: observasi harian, pengecekan kekeruhan, pengecekan integritas bangunan dan struktur secara visual. Tiap
Rencana Perbaikan juga perlu ditentukan titik kritisnya, yaitu suatu keadaan/ukuran/nilai yang memuat tujuan dari
Rencana Perbaikan tidak tercapai.
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Tim RPAM kemudian melengkapi tabel di bawah ini.
Tabel 24 Pelaksanaan dan Monitoring Rencana Perbaikan dan Program Pendukung
Rencana Sub Apa yang Dimana Kapan Bagaimana cara Siapa yang Tindakan
Batas Kritis
No. Perbaikan Kegiatan dimonitor? dimonitor? dimonitor? Memonitornya? Memonitor? koreksi, jika
(50)
(26) (30) (51) (52) (53) (54) (55) diperlukan (55)

dst dst dst dst dst dst dst dst dst

Petunjuk pengisian tabel: intake).


Kolom 26: susun beberapa Rencana Perbaikan yang Kolom 52: tentukan di mana dilakukan monitoring
terkait dengan tema besar. (misalnya: air minum di pipa distribusi, di bak
Kolom 30: tetapkan tahapan kegiatan dari tiap intake).
Rencana Perbaikan yang tertulis pada kolom 26, Kolom 53: tentukan kapan dilakukan monitoring
(hasil M7: Buat Rencana Perbaikan). (misalnya: harian, bulanan, tahunan).
Kolom 50: tentukan batas kritis yang tidak boleh Kolom 54: tentukan bagaimana cara memonitornya
dilampaui oleh tiap Rencana Perbaikan (misalnya (misalnya: dengan pemeriksaan air di laboratorium,
konsentrasi klor kurang dari 2 ppm, ada sampah dengan melihat/visual).
yang masuk ke bak intake karena bar screen Kolom 55: tentukan siapa yang akan memonitor
rusak, genset rusak karena tidak dilaksanakannya (misalnya: staf laboratorium, operator intake).
pemeliharaan). Kolom 56: tentukan tindakan koreksi yang perlu
Kolom 51: tentukan apa yang dimonitor (msalnya: dilakukan (misalnya: menaikan debit pompa dosing
konsentrasi klor di dalam air minum, sampah di bak klor, memperbaiki bar screen di intake).

Modul 10
Tabel 24 di atas pada intinya merupakan rencana (hasil M7: Buat Rencana Perbaikan).
pelaksanaan kegiatan Rencana Perbaikan yang akan Kolom 56: dapatkan laporan dari penganggung
dilakukan oleh Tim RPAM. Hasil pelaksaan tersebut jawab kegiatan mengenai statu progress
harus terus dimonitor status capainannya yang pelaksanaan Rencana Perbaikan.
kemudian akan menjadi bahan masukan bagi Tim Kolom 57: berdasarkan informasi mengenai status
RPAM untuk menyusun tindak lanjut agar tisp Rencana progress kegiatan, tentukan tindak lanjut yang pelu
Perbaikan terlaksana. Waktu pelaksanaan review dilakuakn terhadap Rencana Kegiatan.
progress/status kegiatan ini dilakukan secara berkala
oleh Tim RPAM sesuai dengan jadwal komunikasi yang Studi Kasus PDAM Bandarmasih
telah disusun/disepakati (hasil pelaksanaan M8: Susun
Strategi Komunikasi). Memulai dari Skala Kecil
dan Jangka Pendek
Tabel 25
Dari sekian kegiatan Rencana Perbaikan yang disusun,
Progress Kegiatan Pelaksanaan Rencana Tim RPAM PDAM Bandarmasih berinisiatif untuk memulai
Perbaikan kegiatan pelaksanaan Rencana Perbaikan dari skala yang
kecil dan jangka waktu pendek. Hal ini dilakukan karena
Rencana sumberdaya yang diperlukan untuk kegiatan tersebut tidak
Rencana Status
Sub Keg- Tindak terlalu besar sedangkan dampak yang dihasilkan (risiko yang
No. Perbaikan Capaian dapat dihindarkan) tidak kecil. Contoh dari beberapa kegiatan
iatan (30) Lanjut
(26) (56) dilakukan adalah:
(57)
Pemasangan papan peringatan untuk pengamanan
1 dan pencegahan kerusakan bar screen pada seluruh
intake air baku.
2
Penyusunan beberapa SOP (SOP Sosialisasi Pelanggan,
3 SOP Pembacaan Meter pelanggan, SOP Pengelolaan
Lumpur).
Meminta penawaran dari supplier terhadap automatic
Petunjuk pengisian tabel: motorised fine screen.
Kolom 26: susun beberapa Rencana Perbaikan yang Mulai mencari informasi konsultan yang dapat melaku-
kan kegiatan audit pompa dan audit flowmeter.
terkait dengan tema besar.
Penyusunan Surat Keputusan Tim K3 untuk mendu-
Kolom 30: tetapkan tahapan kegiatan dari tiap kung dimulainya pengembangan sistem K3 PDAM.
Rencana Perbaikan yang tertulis pada kolom 26,

Modul 10 111
112

LAKSANAKAN
RENCANA PERBAIKAN
DAN MONITOR
Modul 11
Modul 11

Modul 11 113
114

Lakukan Evaluasi RPAM


Tujuan: pelaporan.
Mengetahui apakah kejadian bahaya dan risiko
yang diidentifikasi pada tahap sebelumnya telah Alat, Bahan, dan Materi Pendukung:
teratasi. Tabel hasil pelaksanaan manual RPAM sebelumnya
Mengetahui apakah faktor 4K (kualitas, kuantitas, terutama M4: Ketahui Bahaya dan Besarnya Risiko
kontinyuitas, dan keterjangkauan) air minum yang dan M7: Buat Rencana Perbaikan.
didistribusikan ke pelanggan telah terpenuhi. Ruang dan perlengkapan diskusi (komputer, LCD
Mengetahui tingkat kepuasan pelanggan air proyektor, papan dan kertas plano, spidol warna,
minum terhadap layanan Operator. isolasi kertas, printer).
Alat & Bahan pelaksanaan pengambilan dan
Keluaran: pengukuran sampel air minum di pelanggan.
Tabel Checklist Tertanganinya Kejadian Bahaya Data terkait dengan produksi air minum, jumlah
dan Risiko. pelanggan PDAM, dan jumlah penduduk daerah
Studi terpenuhinya faktor 4K. pelayanan.
Laporan Survey Kepuasan Pelanggan (SKP). Alat & Bahan pelaksanaan pengukuran tekanan air
minum di pelanggan.
Metode: Data terkait dengan tarif air minum termurah
Checklist kejadian bahaya risiko dengan diskusi dan besarnya Upah Minimum Regional daerah
pleno. pelayanan Operator.
Pengambilan dan pengukuran sampel air minum Alat & Bahan untuk Pelaksanan SKP, termasuk
di pelanggan (K1). kuesioner dan surveyor lapangan.
Perhitungan perbandingan jumlah air produksi
dan jumlah penduduk/pelanggan (K2). Tahapan/Proses Pelaksanaan:
Pengukuran tekanan air minum di pelanggan (K3). Lakukan checklist dan terhadap dan
Kajian perbandingan tarif air minum terhadap diskusikan dengan Tim RPAM apakah risiko telah
pendapatan masyarakat (K4). hilang, berkurang, atau bahkan bertambah.
Survey lapangan (penyebaran kuesioner) dan Lakukan kajian terhadap terpenuhinya

Modul 11
4K (Kualitas, Kuantitas, Kontinyuitas, dan Hasil pelaksanaan seluruh rencana kegiatan yang
Keterjangkauan) air minum. pada akhirnya harus dinilai efektivitasnya dalam suatu
Persiapkan tim dan lakukan Survey Kepuasan kegiatan evaluasi. Evaluasi ini merupakan tahapan
Palanggan (SKP). terakhir pada kerangka kerja RPAM. Hasil dari kegiatan
Dengan hasil-hasil evaluasi yang telah didapat, evaluasi ini akan menjadi masukan bagi kegiatan
lakukan siklus RPAM yaitu pelaksanaan M4: Identifikasi Kejadian Bahaya dan Risiko yang telah
Ketahui Bahaya dan Besarnya Risiko. dilakukan sebelumnya. Dengan demikian, terjadi satu
rangkaian siklus RPAM yang diharapkan berjalan terus
dengan harapan menjadikan sistem penyediaan air
minum menjadi lebih baik.

12.1.
EVALUASI RPAM
Evaluasi RPAM bertujuan untuk mengetahui apakah
sistem penyediaan air minum baik desain maupun
operasinya telah secara konsisten mengalirkan air yang
aman (sesuai dengan standar kualitas air menurut
kesehatan). Jika tidak, maka program/Rencana
Perbaikan yang telah disusun dan dilaksanakan perlu
ditingkatkan/diperbaiki.

Ada tiga pertanyaan yang menjadi dasar dalam evaluasi


kegiatan RPAM, yaitu:
Apakah kejadian bahaya dan risiko telah tertangani?
Apakah 4K sebagai acuan risiko dan kinerja
Operator telah terpenuhi?
Apakah pelanggan air minum telah puas dengan
layanan yang diberikan oleh Operator?

Modul 11 115
116

12.2. Kolom 59: Diskusikan dan berikan catatan terhadap


CHECK-LIST TERTANGANINYA KEJADIAN kejadian bahaya dan risiko. Jadikan catatan ini
BAHAYA DAN RISIKO masukan bagai kegiatan M4: Ketahui Bahaya dan
Idealnya, pelaksanaan seluruh rencana kegiatan dapat Beasarnya Risiko (M4).
menghilangkan/menangani seluruh kejadian bahaya
dan risiko. Untuk mengetahuinya, lakukan proses Jadwal/waktu pelaksanaan kegiatan ini (evaluasi:
checklist terhadap seluruh kejadian bahaya dan risiko check list tertanganinya kejadian bahaya dan risiko),
dengan melengkapi tabel di bawah ini. disesuaikan dengan rencana komunikasi internal yang
telah disusun pada tahap sebelumya (M8: Susun Strategi
Tabel 26 Komunikasi).
Checklist Tertanganinya Kejadian Bahaya dan
Risiko 12.3.
Referensi kejadian Apakah KAJIAN TERPENUHINYA 4K SEBAGAI
No
Rencana
Perbaikan
bahaya yang
ditangani (lihat
Kejadian Bahaya
Telah Teratasi?
Catatan /
Rekomendasi
ACUAN RISIKO DAN KINERJA OPERATOR
(26) nomor dalam kolom (Sudah, Belum) (59) Terpenuhinya 4K merupakan salah satu ukuran
8 tabel hasil M6) (27) (58)
keberhasilan dari pelaksanaan RPAM. Tiap komponen
dari 4K ini perlu dikaji sejauh mana pencapaian
pemenuhannya dengan skema kajian sebagai berikut.

K1 (Kualitas)
Petunjuk pengisian tabel:
K1 (Kualitas) adalah acuan kualitas air minum yang layak
Kolom 26: Rencana Perbaikan yang terkait dengan
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. K1 ini akan
tema besar (lihat tabel 16 hasil pelaksanaan M7:
menggunakan standar air minum yang diatur dalam
Buat Rencana Perbaikan).
Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per./
Kolom 27: kejadian bahaya dan risiko (lihat tabel 16
IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
hasil pelaksanaan M7: Buat Rencana Perbaikan).
Kolom 58: Diskusikan dan tentukan apakah kejadian
Data untuk evaluasi terpenuhinya kualitas air minum
bahaya dan risiko telah tertangani? Apakah ada
yang didistribusikan ke pelanggan ini didapatkan
kejadian luar biasa yang terjadi akhir-akhir ini?.

Modul 11
dengan melakukan kegiatan pengambilan contoh pelanggan air minum (orang).
(sampling) dan pengukuran kualitas air minum di
pelanggan. Sampling ini dilakukan berdasarkan pada Jika hasil perhitungan = X liter/orang/hari, maka K2
peraturan terkait yaitu: Peraturan Menteri Kesehatan terpenuhi jika X > 60 liter/orang/hari.
RI No. 736/Menkes/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana
Pengawasan Kualitas Air Minum. Pada lampiran K3 (Kontinyuitas)
peraturan tersebut dijelaskan tentang jumlah dan K3 (Kontinyuitas) adalah acuan tidak terputusnya aliran
frekuensi pengambilan sampel air minum pada kegiatan air ke dari instalasi pengolahan air minum kepelanggan.
pengawasan eksternal di sistem penyediaan air minum K3 ini akan menggunakan standar lama pengaliran tak
dengan sistem jaringan perpipaan. terputus selama 24 jam/hari dengan tekanan air minum
(dinamis) di daerah pelayanan sebesar 1,5 5 bar (15
Selanjutnya setelah contoh/sampel air minum didapat, 50 meter kolom air).
pengukuran kadar tiap parameter air minum baik
fisika, kimia, maupun paramater biologi dilakuakn Studi evaluasi terpenuhinya kontinyuitas ini dilakukan
dengan mengikuti metode sesuai SNI (Standar Nasional dengan pengukuran tekanan air minum pelanggan
Indonesia). langsung di lapangan. Untuk itu, SOP dan Alat & Bahan
untuk kegiatan pengukuran tekanan harus disiapkan.
K2 (Kuantitas)
K2 (Kuantitas) adalah acuan jumlah air yang dinilai Karena belum ada peraturan pemerintah atau SNI
mencukupi bagi pola hidup/penggunaan air yang mengatur mengenai masalah pengukuran
masyarakat. K2 ini akan menggunakan Standar tekanan ini dan dengan mempertimbangkan
Kebutuhan Pokok Air Minum yaitu sebesar 10 m3/ banyaknya sambungan rumah pelanggan, maka
kepala keluarga/bulan atau 60 liter/orang/hari. data hasil pelaksanaan SKP daapt digunakan sebagai
pembanding/masukan. Dengan demikian, pertanyaan
Untuk mengetahui besarnya konsumsi real (yang mengenai kontinyuitas tekanan air minum harus
sebenarnya) air minum adalah dengan membagi ditanyakan/masuk ke dalam kuesioner SKP.
data rata-rata air minum yang didistribusikan per-hari
(m3/hari) atau per-bulan (m3/bulan) dengan jumlah

Modul 11 117
118

K4 (Keterjangkauan) Tabel 27
K4 (Keterjangkauan) adalah acuan harga air minum Ringkasan (Resume) Capaian Pemenuhan 4K
yang layak bagi masyarakat. Tarif air minum memenuhi Catatan /
Capaian Saat Ini
prinsip keterjangkauan apabila pengeluaran rumah Acuan Risiko Rekomendasi
(60)
(61)
tangga untuk memenuhi Standar Kebutuhan Pokok
K1 (Kualitas)
Air Minum tidak melampaui 4% dari pendapatan
K2 (Kuantitas)
masyarakat/pelanggan.
K3 (Kontinyuitas)
K4 (Keterjangkauan)
Keterjangkauan dilakukan dengan menganalisis tarif air
minum yang berlaku dibandingkan dengan besarnya
pendapatan masyarakat. Petunjuk pengisian tabel:
Kolom 60: Masukkan nilai atau deskripsi capaian
K4 ini akan menggunakan formula: saat ini.
Harga air minum yang layak (H) = 10 m3 air Kolom 61: Masukkan catatan atau rekomendasi
minum x tarif rendah/bersubsidi yang dibayar oleh hal yang dilakukan untuk memperbaiki atau
masyarakat pelanggan berpenghasilan rendah meningkatkan capaian.
(MBR).
Nilai H yang didapat harus lebih kecil dari 4% nilai Waktu pelaksanaan kajian ini ditentukan oleh Tim RPAM
(UMR) Upah Minimum Regional di daerah tersebut. pada pertemuan yang telah direncanakan pada tahap
penyusunan M8: Susun Strategi Komunikasi atau paling
Dari seluruh datah asil kajian terpenuhinya 4K tersebut, tidak dilakukan minimal satu tahun sekali.
Tim RPAM selanjutnya adlah melengkapi tabel
Ringkasan (resume) capaian pemenuhan 4K di bawah 12.4.
ini berikut penjelasan/catatan dan rekomendasinya. SURVEY KEPUASAN PELANGGAN (SKP)
Kepuasan pelanggan adalah satu keadaan dimana
keinginan, harapan dan keperluan pelanggan dipenuhi.
Satu pelayanan dinilai memuaskan bila ia dapat
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggannya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan

Modul 11
pelanggan adalah: 1) ketepatan waktu layanan, 2) manajemen risiko untuk penyediaan air minum yang
layanan yang dapat dipercaya, 3) kemampuan teknis aman.
pemberi layanan, 4) layanan yang dapat diharapkan, 5)
layanan yang berkualitas, dan 6) harga layanan/produk
yang sepadan/pantas.

Pemerintah Indonesia telah memiliki satu pedoman


untuk pengukuran kepuasan pelanggan, yaitu:
Keputusan MENPAN Nomor: Kep/25/M.PAN/2/2004
tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat Unit Pelyanan Instansi Pemerintah.
Pedoman tersebut menyarankan penyebaran kuesioner
ke pelanggan untu mengetahui kepuasan pelanggan.
Kuesioner yang dibuat dapat dimodifikasi atau
ditambahkan dengan input lain misalnya kuesioner
dari program benchmarking Operator atau lainnya.
Hasil dari kegiatan ini adalah Laporan Survey Kepuasan
Pelanggan.

Setelah seluruh data dan hasil evaluasi RPAM dilakukan,


maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh
Tim RPAM adalah meninjau kembali/review kejadian
bahaya dan risiko yang telah diidentifikasi pada
tahap sebelumnya. Hal ini menjadikan siklus kegiatan
kembali ke Modul M4: Ketahui Bahaya dan Besarnya
Risiko. Demikian seterusnya, siklus ini diharapkan
dapat memberikan perbaikan menerus (continual
improvement) kepada Operator terutama dalam hal

Modul 11 119
120
Diterbitkan
Satuan Kerja Direktorat Pengembangan Air Minum
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum
Alamat
Jalan Pattimura 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110

Anda mungkin juga menyukai