Anda di halaman 1dari 23

RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

BAB III

RENCANA PENGELOLAAN IRIGASI

Dokumen pengesahan RP2I adalah dokumen yang memuat aspek legalitas dokumen RP2I,
dimana Kepala Dinas PU Sumber Daya Air atau pihak lain yang membutuhkan dokumen
RP2I sebagai acuan rencana strategis pelaksanaan irigasi di wilayah kewenangan masing-
masing menanda tangani dokumen dimaksud. Sedangkan dokumen pelaporan isi RP2I
adalah dokumen yang memuat rencana pengembangan dan pengelolaan seluruh daerah
irigasi (DI) dan urutan prioritas penanganannya per tahun sesuai kewenangannya masing-
masing.

RP2I disusun berdasarkan perubahan Paradigma Pembangunan (perencanaan dari


topdown menuju bottom up, sentralistik ke desentralistik dll) lebih diarahkan pada
pendekatan perencanaan pembangunan partisipatif melalui musyawarah pembangunan
daerah, adanya perubahan kebijakan dan regulasi di Pemerintahan daerah dan Sektor
Sumber Daya Air dan Irigasi, dimana telah diterbitkannya beberapa legal aspek sehingga
mendasari pelaksanaan program Pengembangan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif
(PPSIP) dengan melibatkan masyarakat setempat dan lembaganya, disamping itu perlu
adanya kejelasan arah perencanaan pembangunan daerah termasuk perencanaan
pengembangan dan pengelolaan irigasi di daerah dalam Kerangka Rencana
Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi (RP2I)

3.1. Latar Belakang

Pengelolaan irigasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam menunjang produksi
pertanian dan ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, system irigasi perlu dikelola
dengan baik, dan dikembangkan sesuai dengan tuntutan dan aspirasi masyarakat,
berdasarkan prinsip dan pendekatan partisipasi masyarakat.

Proses penyusunan program pengelolaan irigasi diawali dengan konsultasi publik, berupa
pertemuan antara wakil dari Komisi Irigasi, Dinas yang membidangi irigasi, Petani
(P3A/GP3A/IP3A) dan perwakilan masyarakat, untuk membahas dan identifikasi masalah-
masalah yang ada tentang irigasi dalam kabupaten yang bersangkutan, serta merumuskan
upaya pemecahannya.

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-1


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

Dari hasil diskusi tersebut, serta data dan informasi yang digambarkan mulai dari sub-bab II
diatas, telah disusun suatu ringkasan identifikasi masalah dalam bentuk matriks bersama
upaya pemecahannya dan instansi yang bertanggung jawab. Ringkasan tersebut yang
disusun oleh Tim Penyusun RP2I disajikan dalam SUB FORMAT 6.01 Ringkasan masalah
tentang irigasi dan upaya pemecahannya

Informasi ini dipakai sebagai dasar penyusunan program dalam RP2I.

3.2. Bappeda
3.1.1. Kelembagaan Pengelolaan Irigasi (KPI)
3.1.1.1. Penyiapan Kerangka Hukum untuk PPSI

Setelah ditetapkannya putusan MK Nomor 85/PUU-XI/2013 tanggal 18 Februari 2015


menyatakan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air bertentangan
dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, maka Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dinyatakan tidak berlaku dan kembali
menggunakan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan. Karena dengan
kondisi tersebut maka Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 03 Tahun 2009
tentang irigasi tentu juga tidak berlaku dan membutuhkan pencabutan sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomor 02 Tahun 2017 dan
penyusunan Peraturan Daerah kembali sesuai dengan regulasi.

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2019 tentang Sumber Daya Air mencabut dan tidak
memberlakukan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran
Negara Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046) menjadi hal
awal dalam penyusunan Peraturan Daerah Tentang Irigasi yang baru akan tetapi Undang-
undang Nomor 17 tersebut belum mempunyai turunan Regulasi berupa Peratuan
Pemerintah sehingga menjadi dasar Pemerintah Daerah untuk melakukan penyusunan
Peraturan Daerah untuk Irigasi.

Dalam penyusunan RP2I ini, Tim Penyusun mengasumsikan Peraturan Pemerintah tersebut
telah tersusun di tahun 2023 sehingga Instansi Teknis Dinas Pekerjaan Umum Provinsi
Jawa Timur melakukan pendaftaran untuk Propem Perda di tahun 2023 dan dilakukan
penyusunan Ramperda dan Naskah Akademik di tahun 2024. Sehingga diharapkan
Bappeda dapat melakukan Sosialisasi pada tahun 2025.

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-2


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

Tabel 3.1. Rencana Penyusunan dan Penetapan Perda Tentang Irigasi di Provinsi Jawa
Timur

INSTANSI PENANGGUNGJAWAB TAHUN


NO URAIAN KEGIATAN
PUSDA BAPPEDA PERTANIAN 2021 2022 2023 2024 2025
Penyusunan dan Penetapan Peraturan Daerah Tentang
I
Irigasi
1 Pendaftaran untuk Propem Perda √
Penyusunan dan Pembahasan Rancangan Materi

2 Ranperda
3 Konsultasi Publik √
4 Pembahasan dan Penetapan √
5 Sosialisasi √

Sumber : Bappeda Jatim

3.1.1.2. Penguatan KPI

Kelembagaan Pengelolaan Irigasi (KPI) terdiri dari tiga unsur kelembagaan, yaitu

(1) kelembagaan instansi pemerintah, baik Pemerintah Pusat, pemerintah provinsi maupun
unsur pemerintah kabupaten/kota yang membidangi irigasi, (2) kelembagaan perkumpulan
petani pemakai air, baik P3A, GP3A, maupun IP3A dan (3) kelembagaan Komisi Irigasi
(Komir), baik Komisi Irigasi provinsi, Komisi Irigasi antar provinsi, dan Komisi Irigasi
kabupaten/kota.

Ketiga unsur kelembagaan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang
lainnya bila ditinjau dari segi keanggotaanya. Kelembagaan instansi pemerintah baik
Pemerintah Pusat, pemerintah provinsi maupun unsur pemerintah kabupaten/kota yang
membidangi irigasi para anggotanya semua berasal dari unsur pemerintah, sedangkan
kelembagaan Komisi Irigasi (Komir), baik Komisi Irigasi provinsi, Komisi Irigasi antar
provinsi, dan Komisi Irigasi kabupaten/kota para anggotanya berasal dari gabungan
antara unsur pemerintah dan unsur non-pemerintah (pemangku kepentingan lainnya),
sedangkan kelembagaan perkumpulan petani pemakai air, baik P3A, GP3A, maupun IP3A
para anggotanya semua berasal dari unsur masyarakat petani.

Perkembangan kelembagaan irigasi telah banyak mewarnai pergeseran sistem


kelembagaan dan dinamika sosial ekonomi masyarakat pedesaan, dan fenomena ini akan
terus berlangsung. Interaksi teknologi (irigasi) dan kelembagaan mewujudkan suatu
proses pembentukan kelembagaan baru. Atas dasar ini,kelembagaan diwujudkan
sebagai aturan main untuk mengatur pelaku ekonomi dalam suatu komunitas.

Untuk penguatan Kelembagaan Pengelola Irigasi, Bappeda akan melakukan beberapa


pelatihan-pelatihan yang melibatkan unsur unsur Pengelola Irigasi terutama sosialisasi
Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Timur terkait irigasi sebagai produk turunan Peraturan

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-3


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

Daerah tentang Irigasi yang direncanakan di sosialisasikan pada tahun 2025. Oleh karena
itu Bappeda akan melakukan Sosialisasi Peraturan Gubernur tersebut di tahun ke dua pada
Tahapan RP2I kedua yang belum di uraikan pada tahap RP2I saat ini. Penguatan KPI pada
tahap ini hanya fokus kepada Pelatihan Unsur KPI dan Pengadaan Supporting Staff untuk
mendukung pelaksanaan penguatan KPI di Bappeda yang dilakukan setiap tahunnya yang
secara rinci dapat dilihat pada Form 10.05.

3.1.1.3. Penyusunan Rencana PPSI (RP2I)

Penyusunan dokumen RP2I dilakukan selama periode lima tahun sehingga penyusunan
RP2I tahap berikutnya akan dilakukan pada tahun 2025. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan akan dilakukan review dokumen RP2I pada tahun berjalan. Pada tahun 2025,
Bappeda bertugas untuk melakukan hal hal sebagai berikut:

a. penyusunan Surat Keputusan tentang Tim penyusunan RP2I.

b. Sosialisasi Dokumen RP2I

c. Penetapan RP2I

Tabel 3.2. Rencana Penyusunan RP2I di Provinsi Jawa Timur

INSTANSI PENANGGUNGJAWAB
NO URAIAN KEGIATAN
PUSDA BAPPEDA PERTANIAN
I Penyusunan RP2I Provinsi Jawa Timur
1 SK Tim RP2I Provinsi Jawa Timur √
2 Sosialisasi √
3 Pembahasan dan Penetapan √ √ √

Sumber : Bappeda Jawa Timur

3.1.1.4. Komisi Irigasi (KOMIR)

Sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 81 Tahun 2009 tentang Wewenang, tugas dan
tanggungjawab Kelembagaan Pengelolaan Irigasi dan Keputusan Gubernur Jawa Timur
Nomor: 188/164/KTPS/013/2019 Tentang Komisi Irigasi Provinsi Jawa Timur Periode
Tahun 2019-2022 tertanggal 20 Maret 2019, Komisi Irigasi Provinsi Jawa Timur periode
2019-2022 akan habis kepengurusannya di tahun 2022, sehingga Pembentukan dan
Penetapan SK Gubernur akan dilakukan pada tahun 2023. Komisi Irigasi Provinsi Jawa
Timur juga melakukan Sidang/Rapat Komir paling sedikitnya dua kali dalam setahun.
Sampai Pada tahun 2025, Bappeda bertugas untuk melakukan hal hal sebagai berikut:

a. Pembentukan & Penetapan SK tentang Komisi Irigasi

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-4


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

b. Sidang Komisi Irigasi

c. Evaluasi Kinerja Komisi Irigasi

Tabel 3.3. Rencana Penyusunan RP2I di Provinsi Jawa Timur

Instansi Penanggung Jawab Tahun


No URAIAN KEGIATAN
Bappeda PUSDA Pertanian I II III IV V
Pembentukan dan Penetapan SK Kepala
1 √
Bappeda tentang KOMIR
2 Evaluasi Kinerja Komisi Irigasi √
3 Sidang/Rapat Komisi Irigasi √
4 Rapat Bidang Komisi Irigasi √

Sumber : Bappeda Jawa Timur

Tahapan tersebut tidak terlepas dengan tahapan KOIMIR dilakukan oleh Dinas PUPR
sebagai Sekretariat Komisi Irigasi. Tahapan Komisi Irigasi ini terurai dalam lampiran
dokumen ini pada Form 10.05.

3.1.1.5. Evaluasi Kinerja PPSI

Reformasi pengembangan dan pengelolaan irigasi dilakukan dengan ditandai

adanya beberapa perubahan paradigma; salah satunya adalah kesetaraan antara


emerintah (sebagai penyedia) dengan masyarakat tani (sebagai penerima manfaat).
erkembangan lebih lanjut diharapkan peran serta (partisipasi) masyarakat dalam
pengembangan dan pengelolaan irigasi. Dengan berperan serta dimaksudkan agar
petani mempunyai rasa memiliki dan rasa tanggung jawab.

Evaluasi kinerja PPSI merupakan tahapan evaluasi semua program terkait Kelembagaan
Pengelolaan Irigasi. Evaluasi ini melibatkan semua unsur kelembagaan baik dari Pihak
Pemerintah dan Non Pemerintah. Kegiatan ini direncanakan untuk dilakukan setiap tahun
diakhir pelaksaan semua kegiatan/akhir tahun.

3.1.2. Pemberdayaan TPM


3.1.2.1. Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM)

Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) mempunyai tugas yang sangat penting dalam
pelaksanaan pendampingan dan fasilitasi petani didalam proses penguatan KPI. Terdapat
beberapa tugas dan fugsi TPM adalah:

 Memfasilitasi instrumen monitoring dan evaluasi kinerja organisasi P3A/GP3A


Daerah Irigasi Prioritas.

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-5


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

 Memfasilitasi program kerja P3A/GP3A D.I Prioritas dalam kegiatan pemberdayaan


dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif.

 Aktif dalam kegiatan Komisi Irigasi (KOMIR).

 Membantu dan Menfasilitasi Penyusunan PSETK di Daerah Irigasi Prioritas

 Membantu penyegaran, pembentukan dan pengembangan organisasi P3A dan


GP3A D.I Prioritas.

 Fasilitasi pengadaan sekertariat dan pendampingan administrasi P3A. Untuk


sekretariat belum terlaksana.

 Memfasilitasi bentuk pertemuan rutin yang efektif dan efisien diantara pengurus
GP3A dengan P3A, dan antara P3A/GP3A dengan Tim KPL pada daerah irigasi
Prioritas.

 Membantu menciptakan peluang serta akses yang diperlukan oleh P3A/GP3A bagi
pengembangan organisasi, teknis pengairan, teknik pertanian dan wirausaha (usaha
ekonomi produktif). Koordinasi yang baik antara TPM dengan GP3A/P3A sangat
diperlukan sehingga informasi, masalah atau kendala yang ada bisa dicari solusinya,
termasuk informasi dari TPM untuk GP3A/P3A dalam hal pengembangan
organisasinya, termasuk usaha ekonomi produktif bisa dicarikan akses untuk
kelompok.

 Sosialisasi iuran P3A/GP3A. iuran adalah hal yang sering disampaikan dalam setiap
pertemuan P3A/Poktan karena iuran ini bisa menunjang jalannya organisasi P3A,
karena ada anggaran dan pembagiannya yang sudah disepakati bersama dalam
AD/ART.

 Sosialisasi OP dan rehabilitasi P3A/GP3A. Kegiatan OP dan rehabilitasi merupakan


hal yang sangat perlu diketahui sebagai dasar pengetahuan bagi petani dalam hal
OP dan rehab, sehingga jika ada proyek yang masuk dilokasinya petani bisa
mengetahui teknisnya ataupun jika dalam melakukan rehab saluran yang bocor,
petani bisa mengetahui standar teknisnya.

 Fasilitasi keterlibatan P3A/GP3A secara partisipatif dalam pemanfaatan irigasi (


Sekolah lapang petani, pelatihan Penguatan Kelembagaan P3A/GP3A).

 Membantu penanganan manajemen konflik dalam pengembangan dan pengelolaan


sistem irigasi partisipatif.

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-6


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

 Membantu pelaksanaan kegiatan sosialisasi, apresiasi, dan diseminasi PPSIP dan


hal lainnya yang berkaitan dengan PPSIP pada tingkat masyarakat petani pemakai
air yang ada di daerah irigasi setempat. Peran serta TPM dalam sosialisasi di
lapangan itu dibutuhkan, mulai dari persiapan sampai kelancaran pelaksanaan
kegiatan tidak lepas dari peran aktif TPM.

 Membantu mendorong pengarusutamaan Gender dalam pemberdayaan dan


pengelolaan sistem irigasi partisipatif. Ini menjadi tantangan kedepannya agar dalam
setiap kegiatan keterlibatan perempuan sangat diharapkan, hal yang dilakukan yaitu
sosialisasi pengarustamaan Gender untuk mengubah pola pikir kaum ibu-ibu agar
mau berperan aktif dalam setiap kegiatan organisasi.

 Fasilitasi pertemuan P3A/GP3A, Kelompok tani dan komisi irigasi dikabupaten dan
Propinsi. Ini merupakan salah satu tugas TPM untuk membantu fasilitasi pertemuan
baik itu GP3A/P3A/Poktan ataupun Komisi Irigasi.

 Membantu persiapan dan pelaksanaan kegiatan pelatihan, penyusunan Dana


Pengelolaan Irigasi, dan penyusunan kerjasama pengelolaan irigasi (KSP) atau Nota
Kesepahaman pada daerah irigasi setempat. Kegiatan yang dilapangan tentunya
menjadi tanggungjawab TPM yang bertugas di wilayah setempat, termasuk jika ada
kegiatan yang akan dilaksanakan di wilayah dampingan maka TPM harus
memfasilitasi hal tersebut.

 Kegiatan Bekerjasama dengan PPL untuk membantu pemberdayaan


Poktan/Gapoktan. Selama ini di lapangan TPM bukan hanya P3A/GP3A yang
didampingi, tetapi Poktan/Gapoktan juga. Kegiatan musyawarah tani maupun
pemantapan kelompok tani, TPM bersama dengan penyuluh saling koordinasi untuk
kelancaraan kegiatan tersebut.

 Fasilitasi keterlibatan P3A dalam kegiatan perencanaan irigasi (rencana tata tanam
detail, Tudang Sipulung dan lainnya). Hal ini sudah berjalan di lapangan, setiap ada
musyawarah tani maka P3A juga akan diundang untuk mengikuti pertemuan.

 Membantu penciptaan kader fasilitator dari masyarakat petani sebagai Petani


Pemandu (Petandu) sebagai penerus keberlanjutan tugas program pendampingan.
Dengan adanya kegiatan sosialisasi pengarusutmaan gender, ini merupakan salah
satu upaya untuk menumbuhkan bibit-bibit petani muda yang bisa menjadi motifator
bagi petani lainnya untuk maju dan berkembang.

 Memfasilitasi pelatihan penguatan Wanita Tani. Salah satu langkah di lapangan


nantinya dengan membentuk kelompok Wanita Tani, yang tentunya dengan program

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-7


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

kegiatan yang lebih bermanfaat dan menarik minat ibu-ibu, hal ini bisa kerjasama
dengan ibu-ibu PKK di desa setempat untuk pelaksanaan kegiatan tersebut.

 Pembuatan Succes Story (cerita keberhasilan). Kegiatan di lapangan tentunya


diharapkan adanya poin penting yang didapatkan, dalam hal ini dengan organisasi
P3A/GP3A yang mandiri dan sukses, bahkan bisa menciptakan generasi muda yang
aktif itu merupakan keberhasilan TPM, karena nantinya meskipun TPM sudah tidak
bertugas di lapangan, maka organisasi P3A/GP3A tetap bisa jalan bahkan lebih maju
dan berkembang.

Mengingat tugas dan fungsi Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) diatas, maka Bappeda
tetap melakukan pengadaan TPM di setiap tahunnya dengan jumlah mengikuti luas Daerah
Irigasi atau Jumlah DI yang menjadi Prioritas disetiap tahunnya.

Tahapan Pemberdayaan TPM ini terurai dalam lampiran dokumen ini pada Form 9.06 dan
10.05.

3.1.2.2. Pelatihan KTPM dan TPM

Partisipasi merupakan unsur yang sangat penting. Salah satu cara untuk mewujudkannya
adalah melalui pemberdayaan, baik di kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A)/Gabungan P3A (GP3A) dan Induk P3A (IP3A) maupun kelompok tani
(Poktan/Gapoktan). Oleh karena itu, keberadaan Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM)
dalam irigasi menjadi hal yang tidak bisa dihilangkan. TPM berperan sebagai fasilitator,
katalisator, motivator, dan dinamisator untuk meningkatkan kinerja pemberdayaan.
Mengingat pentingnya peran TPM/KTPM tersebut, maka diperlukan suatu panduan
pendampingan TPM/KTPM untuk menjalankan peran dan fungsi tugasnya dalam
pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A maupun Poktan/Gapoktan yang dapat mengarahkan
pencapaian tujuan pengelolaan irigasi yang berkelanjutan menuju kemandirian dan
peningkatan partisipasi dalam kegiatan PPSI di Daerah sesuai dengan yang telah ditetapkan
dalam rencana program tahunan.

Dalam upaya meningkatkan kualitas TPM, pelatihan KTPM dan TPM diprogramkan untuk di
laksanakan disetiap tahun untuk memaksimalkan kinerja TPM dan KTPM dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya. Harapan kegiatan pelatihan ini dapat memberikan
pengalaman dan masukan terkait tugas dilapangan untuk bekal kesuksesan dalam
pengelolaan irigasi secara maksimal. Tahapan Pelatihan TPM ini terurai dalam lampiran
dokumen ini pada Form 9.06 dan 10.05.

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-8


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

3.1.3. Pelatihan dan Penyusunan PSETK

PSETK dimaksudkan untuk menyediakan data dan informasi mengenai kondisi sosial,
ekonomi, teknis, dan kelembagaan yang dibutuhkan dalam program pemberdayaan
organisasi P3A/GP3A/IP3A menuju peningkatan kinerja pengelolaan irigasi partisipatif pada
suatu daerah irigasi.

Sedangkan tujuan PSETK adalah untuk mendapatkan data dan informasi yang tepat serta
aktual sebagai masukan dalam proses perencanaan program pemberdayaan organisasi
P3A/GP3A/IP3A menuju peningkatan kinerja pengelolaan irigasi partisipatif pada suatu
daerah irigasi berdasarkan potensi sumber daya lokal melalui kegiatan- kegiatan sebagai
berikut :

 Penyusunan profil sosial ekonomi dan mengidentifikasi potensi sumber daya lokal;

 Penyusunan profil teknis pengelolaan irigasi (operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi


jaringan irigasi);

 Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dalam rangka meningkatkan kemampuan


organisasi P3A/GP3A/IP3A baik pada aspek teknis, kelembagaan maupun usaha
tani dan usaha ekonomi produktif.

3.1.3.1. Pelatihan PSETK

PSETK adalah gambaran informasi atau data mengenai keadaan sosial, ekonomi, teknis,
dan kelembagaan pada suatu daerah irigasi yang dibutuhkan oleh Kelembagaan Pengelola
Irigasi (KPI) untuk proses perencanaan program pemberdayaan organisasi P3A/GP3A
dalam upaya meningkatkan kinerja pengelolaan irigasi partisipatif. PSETK ini akan berguna
bagi setiap unsur KPI. Bagi masyarakat P3A/GP3A akan berguna untuk proses
perencanaan kegiatan pengembangan organisasi, penyusunan program kerja pengelolaan
irigasi partisipatif, pengembangan legalisasi badan hukum organisasi, penyusunan
kebutuhan pelatihan, penetapan iuran pengelolaan irigasi, peningkatan pelayanan
kebutuhan organisasi, dan untuk penyusunan usulan. Bagi Komisi Irigasi akan berguna
untuk penyusunan dan pelaksanaan koordinasi perencanaan, merumuskan kebijakan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kondisi dan fungsi jaringan irigasi, serta untuk
merumuskan pola dan rencana tata tanam. Sedangkan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah
PSETK akan berguna untuk penyusunan strategi pengelolaan irigasi partisipatif, fasilitasi
kegiatan pembinaan dan pengembangan organisasi P3A/GP3A, dan untuk penyusunan
program kerja pengelolaan irigasi partisipatif di tingkat sistem utama (primer dan sekunder).

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-9


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

Mengingat pentingnya penyusunan dokumen PSETK dalam pengembangan dan


pengelolaan irigasi maka perlu diberdayakan mereka yang terlibat secara langsung melalui
pelatihan PSETK. Pelatihan diperlukan selama paling tidak 4 tahun pertama RP2I, supaya
staf Bappeda, Dinas PU/SDA, Pertanian dan TPM memahami cara pelaksanaan PSETK.
Untuk rencana Program pelatihan PSETK dapat disajikan dalam Format 10.05

3.1.3.2. Pelaksanaan PSETK

Pelaksanaan PSETK telah dilakukan di 36 Daerah Irigasi yang dilakukan secara bertahap
yaitu 11 (sebelas) daerah irigasi di tahun 2019 yang merupakan Daerah Irigasi kesepakatan,
8 (delapan) daerah irigasi non kesepakatan di tahun 2020 dan 17 (tujuh belas) daerah irigasi
non lesepakatan di tahun 2021. Dalam jangka dua tahun PSETK tersebut dibutuhkan review
untuk memastikan kondisi terkini daerah irigasi prioritas. Oleh karenanya pelaksanaan
PSETK akan dilaksanakan dimulai tahun 2021 dan akan dilaksanakan tiap tahun disajikan
dalam Format 10.05.

3.3. Bidang Pekerjaan Umum (PU)

3.3.1. Penguatan Kapasitas Staf PU

Gambaran yang lebih rinci mengenai rencana pelatihan SDM di instansi-instansi pemerintah
diuraikan pada sub-bab ini.

Informasi yang diuraikan setidaknya meliputi :

 Gambaran umum kondisi kemampuan dan kesiapan staf dalam menjalankan tugas-
tugasnya untuk mewujudkan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
partisipatif;

 Jenis-jenis pelatihan yang akan diselenggarakan dan sasarannya;

 Jumlah staf/personil dan instansinya yang akan dilatih;

 Tahapan dan jadwal waktu pelaksanaan pelatihan selama 5 tahun.

Untuk Dinas PU/SDA, jenis pelatihan yang biasannya dilaksanakan termasuk:

i) desain partisipatif,

ii) konstruksi partisipatif,

iii) O&P partisipatif.

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-10


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

Keberadaan SDM pada instansi-instansi pemerintah dalam pengelolaan irigasi saat ini
masih belum memenuhi syarat ideal, baik kuantitas maupun kapasitas SDM nya.
Kekurangan jumlah personil tertinggi adalah untuk Petugas Pintu Air (PPA) dan
Pekerja/Pekerja Saluran (PS), seperti yang digambarkan pada Tabel di bawah ini dan
FORMAT 3.04.

Tabel 3.4. Status SDM pada UPT PSDA WS Brantas perwakilan Jombang
KELEMBAGAAN
KELEMBAGAAN OPERASIONAL
PETANI
STATUS DI Jml
NAMA DI (Sesuai LUAS Kepala Jml Jml Jml Jml Jml.
Wilayah UPTD (UTUH/LINTAS petugas Jml. Jml. Jml.
Abjad) (ha) UPTD/ Mantri Petugas Pekerja Staf Pekerja
OP IP3A GP3A P3A
KABUPATEN) Pengamat /Juru PPA saluran UPTD bendung
Bendung
org org org org org org org bh bh bh
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
UPT PSDA WS
1 Brantas di Kediri 1 D.I. Jatimlerek Utuh 1812 2 2 1 13
10 1
2 D.I. Slumbung Utuh 1182 1 2 2 1 3 14
5 5 1
3 D.I. Badas Lintas 17 1 1 1 1 5
2 2 1
4 D.I. Tawangsari Lintas 34 1 1 1
1 1
5 D.I. Kejagan Lintas 211 1 1
1 1
6 D.I. Kaweden Lintas 46 1 1
1 1
7 D.I. Mernung Lintas 117 1 1 1
2 1 1
JUMLAH : 3419 8 12 25 7 2 6 36

Sumber : UPT PSDA WS Brantas

3.3.2. Operasionalisasi unit PTGA – WRKMC (B/BWS)

Dalam rangka meningkatkan kapasitas pengelola irigasi khususnya berbagai tingkat,


pelaksana OP, maka perlu dibentuk suatu Unit Pusat Pengetahuan Sumberdaya Air. Fungsi
Knowledge Management yang bertugas dalam urusan akuisisi, asimilasi, internalisasi,
sosialisasi, transformasi, eksploitasi/pemanfaatan, koordinasi, kolaborasi, dan komunikasi.
Penggunaan Knowledge Management System dapat mendukung berjalannya kegiatan
teknisi dan jaringan dalam melakukan akses informasi, knowledge sharing, dan
ketersediaan sistem yang terkait dengan pengetahuan teknisi dan jaringan.

Pada unit ini juga dirancang berbagai pelatihan peningkatan kompetensi para petugas mulai
dari petugas lapangan (PS, PPA,Juru/mantri, Pengamat), seperti sekolah juru, pelatihan
irigasi, dan pelatihan keahlian lainnya. Contoh lain seperti pelatihan pengembangan
software, pelatihan sertifikasi irigasi, pelatihan penyuluhan (coaching), dan lainnya.

Adapun output yang diharapkan setelah terbentuknya Operasional unit PTGA adalah
sebagai berikut.

a. Meningkatnya kapasitas P3A/GP3A/IP3A

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-11


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

b. Komisi Irigasi Provinsi, Kabupaten/Kota aktif

c. Tata kelola jaringan utama dan tersier terlaksana dengan baik

d. Petugas OP pengairan handal

e. Para pengurus P3A/GP3A/IP3A aktif

f. Teknik budidaya pertanian hemat air dipahami petani pemakai air.

Unit WRKMC ini masih dalam pengajian oleh Dirtorat Bina OP dan IRWA. Akan tetapi,
sambal menunggu pengkajian ini, perlu disusun rencana Operasional Water Resources
Knowglade Management Centre (WRKMC). Rencana Operasional ini seperti Pegadaan
Barang: Komputer, Laptop, dll

(sebutkan rencana kegiatan program WRKMC selama 5 tahun kedepan dan sumber
pendanaannya khusus B/BWS)

3.3.3. Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A

Berikut ini dijelaskan tentang kegiatan yang masuk kategori Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A
sesuai dengan tupoksi.

Program pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A harus difokuskan pada DI-DI prioritas yang telah
dipilih untuk periode 5 tahun kedepan. Dalam penyusunan RP2I, daftar DI yang ditentukan
sebagai DI prioritas dalam FORMAT 3.05 untuk mempermudah penyusunan program
pemberdayaan P3A tahunan.

3.3.3.1. Program Pembentukan dan Legalisasi P3A/GP3A

Sub-bab ini menjelaskan tentang kebutuhan P3A/GP3A, jumlah P3A/GP3A yang sudah
terbentuk, serta program fasilitasi pembentukan dan legalisasi P3A/GP3A. Program fasilitasi
pembentukan dan legalisasi P3A/GP3A difokuskan pada DI-DI yang menjadi sasaran dalam
5 tahun periode RP2I.

1. Kebutuhan P3A/GP3A/IP3A.

Dari jumlah dan luas DI yang masuk program tiap tahun diperkirakan jumlah P3A
dan jumlah P3A/GP3A/IP3A yang dibutuhkan, menggunakan FORMAT 2.03 Jumlah
IP3A yang dibutuhkan diperkirakan dengan asumsi pada kondisi ideal setiap saluran
Induk, Jumlah GP3A yang diperlukan dalam 1 jaringan sekunder terdapat satu unit
GP3A. Untuk P3A, pada kondisi ideal terdapat satu P3A untuk setiap 150 ha. Khusus
untuk DI kecil (luas < 100 ha), tentunya diperlukan satu P3A untuk setiap DI tersebut.

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-12


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

2. Jumlah P3A/GP3A/IP3A Eksisting

Data tentang jumlah P3A/GP3A yang ada serta status hukumnnya untuk tiap DI
prioritas disajikan dalam FORMAT 2.01

3. Kebutuhan Reorganisasi/Pembentukan Baru/Legalisasi P3A/GP3A/IP3A

Dari data diatas, dihitung kebutuhan untuk tiap DI,program disajikan menggunakan
FORMAT 2.01

Ringkasan volume kegiatan untuk reorganisasi/pembentukan/legalisasi P3A, GP3A


dan IP3A langsung masuk ke FORMAT 2.01

3.3.3.2. Pelatihan untuk P3A/GP3A/IP3A

Pelatihan P3A/GP3A/IP3A dapat dikelompokan dari tiga aspek yaitu aspek kelembagaan,
aspek teknis, dan aspek ekonomi. Pelatihan ini akan dilaksanakan oleh Dinas PU/SDA
kabupaten, sesuai dengan kewewenangnya. Jenis pelatihan yang direncanakan termasuk:

1. Pelatihan aspek Kelembagaan & Teknis Pertanian:

 Penguatan kelembagaan P3A;

 Penguatan kelembagaan GP3A/IP3A;

 Intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi tanaman;

 Sistem pengelolaan irigasi;

 Akses kredit, input dan agribisnis;

 ADT;

 Studi banding ke pusat penelitihan pertanian;

 Program petukaran petani ke provinsi / kabupaten lain;

 Studi banding ke provinsi / kabupaten lain.

2. Pelatihan Aspek Teknis Irigasi:

 Pelatihan desain partisipatif;

 Pelatihan konstruksi partisipatif;

 Pelatihan O&P.

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-13


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

Program pelatihan difokuskan pada DI-DI yang menjadi sasaran dalam 5 tahun periode
RP2I. Dari jumlah dan luas DI yang masuk program tiap tahun diperkirakan jumlah P3A dan
jumlah peserta yang perlu dilatih, dalam FORMAT 2.03 Jumlah kegiatan pelatihan
(angkatan) yang diprogramkan telah mempertimbangkan jumlah peserta P3A/GP3A/IP3A
yang dapat dilatih dalam setiap angkatan. Untuk merencanakan jumlah angkatan,
berdasarkan kriteria setiap angkatan pelatihan maksimal 30 orang.

Program pelatihan P3A/GP3A/IP3A disajikan menggunakan FORMAT 2.03

Ringkasan volume kegiatan untuk pelatihan P3A/GP3A/IP3A terlihat dalam FORMAT 2.03

3.3.4. Evaluasi Kinerja P3A/GP3A/IP3A

Evaluasi Kinerja merupakan bagian dari kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan
Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A.

Evaluasi kinerja adalah rangkaian kegiatan untuk mengukur capaian pelaksanaan tugas dan
fungsi P3A/GP3A/IP3A. Evaluasi kinerja P3A/GP3A/IP3A bertujuan untuk mengetahui
kinerja kelembagaan, Pendanaan, usaha tani, kondisi Jaringan serta menghasilkan
rekomendasi dalam manajemen sistem irigasi dalam penanggulangan permasalahan-
permasalahan yang terjadi dengan melihat kondisi aset irigasi dan karakteristik fisik jaringan
irigasi serta kondisi lembaga P3A pada jaringan irigasi tersebut. Dari hasil penilaian kinerja
didapat kondisi Baik (B), Belum berkembang (BB), Sedang Berkembang (SB) sampai pada
tahap Mandiri (M).

Program evaluasi kinerja P3A/GP3A/IP3A disajikan menggunakan FORMAT 2.01 (Ceritakan

Kondisi P3A/GP3A/IP3A pada saat ini sesuai dengan table yang telah dibuat)

3.3.5. Penyusunan Rencana PPSI (RP2I)

Kegiatan penyusunan RP2I sebagai arah dan acuan kegiatan pengelolaan irigasi 5 (lima)
tahun kedepan dilaksanakan pada tahun 2021, dengan 3 kegiatan utama, yaitu:

1. Sosialisasi RP2I

2. Pelatihan Staff Pemerintah, dan

3. Penyusunan RP2I

Dalam kegiatan penyusunan RP2I ini perlu di dukung dengan dana seperti honor tim
penyusun, penetapan dan pemutahiran RP2I perlu direncanakan dalam RP2I supaya dana
dapat disediakan.

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-14


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

3.3.6. Operasi Jaringan Irigasi

Kegiatan operasi jaringan irigasi meliputi :

1. Pengumpulan data (debit, curah hujan, luas tanam, dll);

2. Kalibrasi alat pengukur debit;

3. Pembuatan Rencana Penyediaan Air Tahunan, Pembagian dan

4. Pemberian Air Tahunan, Rencana Tata Tanam Tahunan, Rencana

5. Pengeringan, dll.;

6. Pelaksanaan pembagian dan pemberian air (termasuk pekerjaan :

7. membuat laporan permintaan air, mengisi papan operasi, mengatur

8. bukaan pintu);

9. Pengaturan pintu-pintu air pada bendung pada saat sungai banjir;

10. Pengaturan pintu kantong lumpur;

11. Koordinasi antar instansi terkait;

12. Monitoring dan Evaluasi kegiatan Operasi Jaringan Irigasi

Perencanaan Operasi Jaringan Irigasi Pelaksanaan Operasi Jaringan Irigasi Pemanfaatan


Sumber Air Lain Monitoring dan Evaluasi, Kelembagaan & Sumber Daya Manusia

3.3.7. Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Pemeliharaan jaringan irigasi diperlukan untuk menjamin kelancaran operasi jaringan dan
untuk mempertahankan fungsi yang tepat dan umur fasilitas jaringan. Pemeliharaan pada
dasarnya adalah proses menjaga berbagai fasilitas jaringan dalam kondisi yang baik,
sehingga O&P yang efisien dapat dilaksanakan.

Ruang lingkup kegiatan pemeliharaan meliputi:

 Inventarisasi kondisi jaringan irigasi

 Perencanaan dan pemrograman

 Implementasi

 Monitoring and evaluasi

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-15


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

Persyaratan pemeliharaan dikategorikan menjadi pekerjaan rutin, berkala dan darurat,


dalam hal yang berkenaan dengan frekuensi dan skala pekerjaan, tingkat kesulitan, waktu
dan metode pelaksanaan

 Pemeliharaan Rutin

Pemeliharaan rutin merupakan kegiatan sehari-hari yang umumnya dilakukan oleh


personel sendiri dari kantor UPT. Tapi beberapa pekerjaan kecil yang tidak
memerlukan tambahan tenaga kerja terampil harus dilaksanakan dengan Swakelola.
Pada dasarnya ini merupakan pekerjaan pemeliharaan skala kecil yang secara
sporadis tersebar di seluruh jaringan. Hal ini dilakukan sering kali secara teratur
sepanjang tahun.

Pemeliharaan rutin adalah yang paling kritis dengan biaya yang hemat di antara
berbagai kategori pemeliharaan. Kinerja yang baik dari pemeliharaan rutin ini akan
mengurangi kerusakan/degradasi dan karenanya mempertahankan fungsi jaringan,
dan akhirnya meminimalkan kebutuhan pekerjaan perbaikan berkala dan darurat.

Kategori pekerjaan pemeliharaan ini biasanya tidak memerlukan teknik tinggi.


Gambar purna-laksana (as-built drawings) saluran dan bangunan dapat
dimanfaatkan, dan untuk menyelesaikan pekerjaan biasanya tidak memakan banyak
waktu. Selain itu, pekerjaan ini membutuhkan sedikit bahan dan hanya
menggunakan alat atau peralatan sederhana yang dipakai sehari-hari.

Frekuensi pemeliharaan rutin, tergantung pada kondisi saluran dan bangunan dan
sifat aliran di saluran, mungkin sesingkat harian sampai dengan selama bulanan.

 Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan berkala mencakup pekerjaan perbaikan yang terlalu besar atau rumit
atau membutuhkan sumber daya yang lebih besar daripada yang tersedia di tingkat
kantor UPT. Kebutuhan kategori pemeliharaan ini akan diidentifikasi oleh kantor UPT
dan dilaporkan ke Kantor Dinas SDA, yang bertanggung jawab untuk survei, desain
dan pelaksanaan pekerjaan.

 Perbaikan Darurat

Perbaikan darurat harus segera dilakukan oleh kantor UPT dibantu oleh Kantor
Dinas SDA tanpa penundaan ketika insiden kritis tiba-tiba terjadi. Mereka sering
dibantu oleh desa terdekat atau anggota P3A. Pekerjaan perbaikan darurat bisa
perbaikan bagian saluran yang rusak karena tanah longsor, membersihkan blokade

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-16


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

mendadak dalam saluran oleh puing-puing atau sampah yang volumenya besar dari
tanggul saluran, bobolnya tanggul saluran akibat limpasan, dll.

 Pengamanan Jaringan Irigasi

Pengamanan jaringan irigasi adalah upaya untuk mencegah dan menanggulangi


kerusakan yang disebabkan oleh aliran air, hewan, atau manusia untuk
mempertahankan fungsi jaringan.

(diceritakan rencana Pembiayaan Program Pemeliharaan, kendala, hambatan serta


strategi nya )

3.3.8. Rehabilitasi Jaringan Irigasi

Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna mengembalikan
fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula.

Pelaksanaan Konstruksi partisipatif harus sesuai dengan Undang-undang (UU) No. 11/1974
tentang Pengairan dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 tahun 1983 tentang Irigasi,
dengan pendekatan berpartisipasi dalam pengembangan dan pengelolaan irigasi dan
sumber daya air. Salah satu tujuan proyek adalah memberdayakan dan meningkatkan
kemampuan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A/GP3A/IP3A) agar dapat berperan-serta
secara effektif dalam pengelolaan irigasi.

Dalam pelaksanaan konstruksi partisipatif, maka akan senantiasa melibatkan masyarakat


petani melalui Perkumpulan Petani Pemakai Air atau P3A. Masyarakat petani adalah
kelompok masyarakat yang bergerak dalam bidang pertanian, baik yang telah tergabung
dalam organisasi perkumpulan petani pemakai air (P3A) maupun petani lainnya yang belum
tergabung dalam organisasi perkumpulan petani pemakai air.

Dalam menyusun rehabilitasi jaringan irigasi untuk periode 5 tahun kedepan, yang
merupakan masa perencanaan untuk RP2I, terdiri dari DI-DI yang dipilih sebagai DI
prioritas.

Prioritas ditentukan dengan kriteria sbb:

Prioritas 1: DI-DI yang telah disiapkan desain (SID) untuk rehabilitasi, namun konstruksi
belum dilaksanakan.

Prioritas 2: DI-DI yang perlu rehabilitasi, dilihat dari kondisi aset fisik irigasi yang ada
sekarang.

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-17


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

DI-DI yang telah direhabilitasi (perbaikan fisik) dalam 5 tahun terakhir tentunnya tidak dipilih
lagi sebagai DI prioritas untuk 5 tahun kedepan.

Dari Format RP2I terdapat daftar DI yang ada yang belum direhabilitasi jaringan irigasi
utamanya selama 5 tahun terakhir, dalam FORMAT PU-10 Daftar DI tersebut merupakan
calon DI prioritas untuk diseleksi dalam periode 5 tahun kedepan.

3.3.8.1. Sosialisasi & Konsultansi Publik

Tahap pertama kegiatan rehabilitasi partisipatif adalah Pertemuan Konsultasi Masyarakat


(PKM). Hal ini dilakukan dengan cara menawarkan kepada petani hal-hal yang menyangkut
keputusan penting dalam pengembangan dan pengelolaan irigasi dalam forum yang disebut
pertemuan konsultasi masyarakat.

Proses ini akan menaikkan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab (sense of belonging and
sense of responsibility) masyarakat tani atas keberadaan jaringan irigasi di sekitarnya.
Sehingga semangat partisipasi dapat lebih dibangkitkan setelah PKM. Atau setidaknya
dapat menghilangkan perilaku vandalisme. Pelaksanakan PKM dilakukan secara bertahap,
yaitu:

a) Tahap awal sebelum perencanaan rehab dimulai untuk menampung aspirasi


masyarakat

b) Tahap sebelum perencanaan berakhir untuk menawarkan jalan keluar dalam


menampung aspirasi masyarakat.

Aspirasi masyarakat dapat ditampung dalam PKM ini. Namun tentu tidak semua aspirasi
dapat ditampung. Jadi ada aspirasi yang sepenuhnya dapat ditampung, ada yang dapat
ditampung sebagian, dan ada yang tidak bisa diterima. Dalam forum PKM kompromi dapat
dilakukan antara pemerintah dan petani.

3.3.8.2. Survei, Investigasi dan Disain

Pada FORMAT PU-10 tentang Survei, Investigasi dan Disain juga terdapat informasi tentang
DI-DI yang telah disiapkan desain rehabilitasi (SID-P), namun perbaikan fisik belum
dilaksanakan. DI-DI tersebut perlu diberikan prioritas pertama untuk pekerjaan fisik, karena
P3A seharusnya sudah dilibatkan dalam proses desain, dan sudah ada persiapan kearah
partisipasi mereka dalam konstruksi.

DI-DI yang masuk daftar kemungkinan besar tidak bisa ditangani semua untuk rehabilitasi
dalam periode 5 tahun karena keterbatasan dana, dan mungkin ada DI yang masih dalam

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-18


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

kondisi baik sehingga tidak perlu diprogramkan untuk rehabilitasi. Untuk menyusun program,
langkah pertama adalah ranking DI-DI Prioritas.

(diceritakan juga tentang rencana PKM dan safeguard tentang penapisan lingkungan dan
sosial sebelum pelaksanaan konstruksi serta rencana keterlibatan P3A/GP3A/IP3A dalam
SID.)

3.3.8.3. Pengadaan Tanah

Pengadaan tanah dilakukan untuk kegiataan Pengembangan Irigasi seperti pengembangan


jaringan baru atau pembangunan jaringan baru. Dalam Permen PUPR No.30 Tahun 2015
menjelaskan bahwa masyarakat petani air dapat berpartisipasi dalam pengadaan tanah
seperti memberikan informasi mengenai status, hak, dan sejarah kepemilikan tanah, atau
dengan menyumbangkan secara sukarela sebagian tanah miliknya.

(sebutkan rencana Pengadaan Tanah terhadap Daerah irigasi yang dikelola Jika ada seperti
sumbangan suarela dari masyarakat.)

3.3.8.4. Pelaksanaan Konstruksi

Pelaksanaan Konstruksi ini apabila apabila fungsi jaringan irigasi sudah sangat rendah
(<40%) sehingga tidak akan efisien lagi bila dilakukan operasi. Untuk keperluan rehabilitasi
ini harus dilakukan perencanaan secara menyeluruh terhadap jaringan irigasi, dan dihitung
kebutuhan biaya untuk pembuatan desain dan konstruksinya. Pembiayaan rehabilitasi cukup
besar, sehingga harus disesuaikan dengan kemampuan keuangan pemerintah, kecukupan
sumber daya manusianya dan efisiensi pemanfaatan airnya.

Masyarakat Petani Pemakai air dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan pekerjaan pada
daerah irigasinya berdasarkan kesepakatan bersama yang ditandatangani oleh penanggung
jawab kegiatan dan wakil masyarakat petani P3A/GP3A/IP3A.

Pelaksanaan Konstruksi ini haruslah berbasis Partisipatif. Konstruksi Partisipatif adalah


adalah pekerjaan konstruksi yang berbasis peran serta masyarakat petani melalui
perkumpulan petani pengelola air (P3A/GP3A/IP3A) sebagai bagian dari sistem
pengembangan dan pengelolaan irigasi (PPSI)”

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-19


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

3.3.8.5. Persiapan Operasi dan Pemeliharaan

Maksud dari kegiatan adalah dalam rangka Persiapan Pelaksanaan O&P di PU SDA apakah
jaringan yang sudah dilakukan perbaikan-perbaikan dapat berfungsi sebagai mana
mestinya.

Tujuan dari Persiapan O&P ini adalah untuk :

a. Memastikan kegiatan O&P Partisipatif dalam berjalan sebagaimana mestinya

b. Memastikan keberlanjutan pembiayaan O&P

c. KOMIR dapat berfungsi penuh

Sebagaimana didefinisikan dalam keputusan diatas, proyek dianggap lengkap dan


fungsional jika telah berfungsi sistem secara lengkap dan sudah sesuai dengan spesifikasi
untuk pekerjaan tersebut.

Kegiatan selama persiapan O & P akan memastikan:

1. Partisipasi bagian O&P dari SDP selama tahap terminal konstruksi.

2. Menyelesaikan seluruh saluran utama, saluran tersier dan sistem drainase,


memeriksa dan memperbaiki yang cacat.

3. Menyusun susunan organisasi O&P dengan staf yang diperlukan.

4. Penyediaan fasilitas pendukung untuk O&P.

5. Persiapan data, peta, dan Pedoman O&P

Dalam penyusunan anggaran PROMP selama 5 tahun ke depan ini, dapat dilihat pada
Format PU-10 tentang Rencana Pengelolaan Irigasi Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi.

3.4. Bidang Pertanian


3.4.1. Pengembangan Pertanian

Kegiatan ini terdiri dari:

1. Pengadaan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan)

Pengadaan PPL, yang perlu dilaksanakan setiap tahun sekali, termasuk


pemasangan iklan, wawancara dan seleksi PPL, serta pembuatan kontrak kerja
untuk periode 1 tahun.

2. Pelatihan peningkatan kapasitas PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan)

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-20


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi sebagai penyuluh. Pelaksanaan pelatihan ini di tidak saja dengan
memberi materi untuk peningkatan kompetensi, namun juga memberi materi terkait
pembinaan karakter guna peningkatan disiplin para penyuluh pertanian dalam
menjalankan tugasnya di lapangan. Salah satu tugas penyuluh pertanian adalah
melaksanakan program kebijakan pemerintah terkait Upsus (upaya khusus) dan
optimalisasi pemanfaatan alsintan serta kebijakan lainnya dibidang hortikultura,
perkebunan, dan yang lainnya.

3. Pengadaan peralatan kerja PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan)

Ringkasan peralatan kerja PPL yang perlu dilaksanakan setiap tahun sekali, seperti
alat bantu speaker/microphone, Penyediaan foto, film dan ilustrasi penunjang proses
belajar untuk periode 1 tahun.

3.4.2. Pemberdayaan Poktan dan Gapoktan

Pembentukan Poktan dan Gapoktan merupakan langkah awal untuk meningkatkan


kemampuan setiap anggotanya dalam melaksanakan fungsinya, mengembangkan agribisnis
serta menguatkan kelompok tani menjadi organisasi yang kuat dan mandiri. Adapun strategi
yang dilakukan dalam proses pemberdayaan petani adalah memberikan wewenang dan
mengembangkan kapasitas petani. Strategi yang dilakukan oleh pemerintah dalam
memperdayakan poktan/Gapoktan agar berfungsi yang berfungsi sebagai:

1. Unit usaha produksi,

2. Unit usaha sarana produksi pertanian,

3. Unit usaha pengolahan,

4. Unit usaha pemasaran dan

5. Unit usaha keuangan mikro.

Sementara itu, efektivitas Gapoktan dapat dilihat dari beberapa kriteria berikut, seperti :
peningkatan hasil produksi, kemampuan adaptasi, kepuasan kerja, kemampuan untuk
meraih laba dan pencarian sumber daya. Kata Kunci : Gapoktan Sumber Harapan, Strategi
Pemberdayaan, Kapasitas, Efektivitas.

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-21


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

3.4.3. Penyusunan RTTG & RTTD

RTTD (Rencana tata tanam detail) adalah rencana tata tanam yang menggambarkan
rencana luas tanam pada suatu daerah irigasi dan terperinci per petak tersier sedangkan
RTTG (Rencana tata tanam global) adalah rencana tata tanam yang menggambarkan
rencana luas tanam pada suatu daerah irigasi, belum terperinci per petak tersier sehingga
yang terlihat hanya total rencana luas tanam per daerah irigasi

Maksud dan tujuan dari Pekerjaan Penyusunan Rencana Tata Tanam ini adalah :

a. Dapat digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan OP jaringan irigasi sehingga


tidak terjadi hambatan pada saat pelaksanaan;

b. Petani dapat mempersiapkan diri sebelum musim tanam yang ditentukan dimulai;

c. Pemerataan ketersediaan air;

d. Acuan pola dan Jadwal tanam pada suatu daerah irigasi dalam 1 tahun

3.4.4. Peningkatan Pendapatan Usaha Tani

A. Fasilitasi Akses Informasi dan Kredit Pertanian

Program Pembiayaan dan Akses Kredit yang akan dilaksanakan di


kabupaten Jombang antara lain :

1) Program pelatihan petani dalam rangka usaha peningkatan akses kredit usaha tani

2) Fasilitasi akses kredit dengan perbankan melalui kredit Program KKP-E maupun
KUR

3) Pengembangan Lembaga Ekonomi Mikro ditingkat petani, melalui poktan maupun


gapoktan dan juga koperasi.

B. Bantuan Teknis Sistem Stimulan (Benih, Puput, dan lain-lain)

Adapun rencana capaian Kinerja bantuan sarana dan prasarana pertanian serta
pengelolaan jaringan irigasi Tahun 2021 Kabupaten Jombang sebagaimana tersaji
pada Lampiran.

C. Jaminan Keberlanjutan Pertanian

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian serta Bappeda kabupaten terdiri
dari:

• Peningkatan daya guna lahan dan air;

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-22


RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)

• Penyusunan mekanisme insentif/disinsentif alih fungsi lahan;

• Penegakan hukum untuk mencecah alih fungsi lahan.

D. Peningkatan Daya Guna Lahan dan Air

Tata guna lahan adalah sebuah pemanfaatan lahan dan penataan lahan yang
dilakukan sesuai dengan kodisi eksisting alam. Tata guna lahan berupa: Kawasan
permukiman, Kawasan perumahan, Kawasan perkebunan, Kawasan pertanian.

E. Melaksanakan Usaha Tani Hemat Air

Pelaksanaan Usaha tani hemat Air untuk Pengurus P3A/Poktan bertujuan: memahami
prinsip dan manfaat serta menguasai pengetahuan dan praktek cara penentuan
rekomendasi teknologi hemat air dalam budidaya padi sawah. Sehingga meningkatnya
motivasi, pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan P3A/GP3A/IP3A dalam kegiatan
pertanian hemat air.

F. Penegakan Hukum untuk Mencegah Alih Fungsi Lahan

Hingga saat ini kebijakan pemerintah tersebut untuk mengendalikan alih fungsi lahan
dalam suatu produk hukum masih banyak ditemukan kendala oleh belum terwujudnya
sistem perencanaan yang matang, lemahnya koordinasi antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah dan sebaliknya, dan kendala dalam pelaksanaan
kebijakan.

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PROVINSI JAWA TIMUR | Di KABUPATEN JOMBANG III-23

Anda mungkin juga menyukai