BAB III
Dokumen pengesahan RP2I adalah dokumen yang memuat aspek legalitas dokumen RP2I,
dimana Kepala Dinas PU Sumber Daya Air atau pihak lain yang membutuhkan dokumen
RP2I sebagai acuan rencana strategis pelaksanaan irigasi di wilayah kewenangan masing-
masing menanda tangani dokumen dimaksud. Sedangkan dokumen pelaporan isi RP2I
adalah dokumen yang memuat rencana pengembangan dan pengelolaan seluruh daerah
irigasi (DI) dan urutan prioritas penanganannya per tahun sesuai kewenangannya masing-
masing.
Pengelolaan irigasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam menunjang produksi
pertanian dan ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, system irigasi perlu dikelola
dengan baik, dan dikembangkan sesuai dengan tuntutan dan aspirasi masyarakat,
berdasarkan prinsip dan pendekatan partisipasi masyarakat.
Proses penyusunan program pengelolaan irigasi diawali dengan konsultasi publik, berupa
pertemuan antara wakil dari Komisi Irigasi, Dinas yang membidangi irigasi, Petani
(P3A/GP3A/IP3A) dan perwakilan masyarakat, untuk membahas dan identifikasi masalah-
masalah yang ada tentang irigasi dalam kabupaten yang bersangkutan, serta merumuskan
upaya pemecahannya.
Dari hasil diskusi tersebut, serta data dan informasi yang digambarkan mulai dari sub-bab II
diatas, telah disusun suatu ringkasan identifikasi masalah dalam bentuk matriks bersama
upaya pemecahannya dan instansi yang bertanggung jawab. Ringkasan tersebut yang
disusun oleh Tim Penyusun RP2I disajikan dalam SUB FORMAT 6.01 Ringkasan masalah
tentang irigasi dan upaya pemecahannya
3.2. Bappeda
3.1.1. Kelembagaan Pengelolaan Irigasi (KPI)
3.1.1.1. Penyiapan Kerangka Hukum untuk PPSI
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2019 tentang Sumber Daya Air mencabut dan tidak
memberlakukan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran
Negara Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046) menjadi hal
awal dalam penyusunan Peraturan Daerah Tentang Irigasi yang baru akan tetapi Undang-
undang Nomor 17 tersebut belum mempunyai turunan Regulasi berupa Peratuan
Pemerintah sehingga menjadi dasar Pemerintah Daerah untuk melakukan penyusunan
Peraturan Daerah untuk Irigasi.
Dalam penyusunan RP2I ini, Tim Penyusun mengasumsikan Peraturan Pemerintah tersebut
telah tersusun di tahun 2023 sehingga Instansi Teknis Dinas Pekerjaan Umum Provinsi
Jawa Timur melakukan pendaftaran untuk Propem Perda di tahun 2023 dan dilakukan
penyusunan Ramperda dan Naskah Akademik di tahun 2024. Sehingga diharapkan
Bappeda dapat melakukan Sosialisasi pada tahun 2025.
Tabel 3.1. Rencana Penyusunan dan Penetapan Perda Tentang Irigasi di Provinsi Jawa
Timur
Kelembagaan Pengelolaan Irigasi (KPI) terdiri dari tiga unsur kelembagaan, yaitu
(1) kelembagaan instansi pemerintah, baik Pemerintah Pusat, pemerintah provinsi maupun
unsur pemerintah kabupaten/kota yang membidangi irigasi, (2) kelembagaan perkumpulan
petani pemakai air, baik P3A, GP3A, maupun IP3A dan (3) kelembagaan Komisi Irigasi
(Komir), baik Komisi Irigasi provinsi, Komisi Irigasi antar provinsi, dan Komisi Irigasi
kabupaten/kota.
Ketiga unsur kelembagaan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang
lainnya bila ditinjau dari segi keanggotaanya. Kelembagaan instansi pemerintah baik
Pemerintah Pusat, pemerintah provinsi maupun unsur pemerintah kabupaten/kota yang
membidangi irigasi para anggotanya semua berasal dari unsur pemerintah, sedangkan
kelembagaan Komisi Irigasi (Komir), baik Komisi Irigasi provinsi, Komisi Irigasi antar
provinsi, dan Komisi Irigasi kabupaten/kota para anggotanya berasal dari gabungan
antara unsur pemerintah dan unsur non-pemerintah (pemangku kepentingan lainnya),
sedangkan kelembagaan perkumpulan petani pemakai air, baik P3A, GP3A, maupun IP3A
para anggotanya semua berasal dari unsur masyarakat petani.
Daerah tentang Irigasi yang direncanakan di sosialisasikan pada tahun 2025. Oleh karena
itu Bappeda akan melakukan Sosialisasi Peraturan Gubernur tersebut di tahun ke dua pada
Tahapan RP2I kedua yang belum di uraikan pada tahap RP2I saat ini. Penguatan KPI pada
tahap ini hanya fokus kepada Pelatihan Unsur KPI dan Pengadaan Supporting Staff untuk
mendukung pelaksanaan penguatan KPI di Bappeda yang dilakukan setiap tahunnya yang
secara rinci dapat dilihat pada Form 10.05.
Penyusunan dokumen RP2I dilakukan selama periode lima tahun sehingga penyusunan
RP2I tahap berikutnya akan dilakukan pada tahun 2025. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan akan dilakukan review dokumen RP2I pada tahun berjalan. Pada tahun 2025,
Bappeda bertugas untuk melakukan hal hal sebagai berikut:
c. Penetapan RP2I
INSTANSI PENANGGUNGJAWAB
NO URAIAN KEGIATAN
PUSDA BAPPEDA PERTANIAN
I Penyusunan RP2I Provinsi Jawa Timur
1 SK Tim RP2I Provinsi Jawa Timur √
2 Sosialisasi √
3 Pembahasan dan Penetapan √ √ √
Sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 81 Tahun 2009 tentang Wewenang, tugas dan
tanggungjawab Kelembagaan Pengelolaan Irigasi dan Keputusan Gubernur Jawa Timur
Nomor: 188/164/KTPS/013/2019 Tentang Komisi Irigasi Provinsi Jawa Timur Periode
Tahun 2019-2022 tertanggal 20 Maret 2019, Komisi Irigasi Provinsi Jawa Timur periode
2019-2022 akan habis kepengurusannya di tahun 2022, sehingga Pembentukan dan
Penetapan SK Gubernur akan dilakukan pada tahun 2023. Komisi Irigasi Provinsi Jawa
Timur juga melakukan Sidang/Rapat Komir paling sedikitnya dua kali dalam setahun.
Sampai Pada tahun 2025, Bappeda bertugas untuk melakukan hal hal sebagai berikut:
Tahapan tersebut tidak terlepas dengan tahapan KOIMIR dilakukan oleh Dinas PUPR
sebagai Sekretariat Komisi Irigasi. Tahapan Komisi Irigasi ini terurai dalam lampiran
dokumen ini pada Form 10.05.
Evaluasi kinerja PPSI merupakan tahapan evaluasi semua program terkait Kelembagaan
Pengelolaan Irigasi. Evaluasi ini melibatkan semua unsur kelembagaan baik dari Pihak
Pemerintah dan Non Pemerintah. Kegiatan ini direncanakan untuk dilakukan setiap tahun
diakhir pelaksaan semua kegiatan/akhir tahun.
Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) mempunyai tugas yang sangat penting dalam
pelaksanaan pendampingan dan fasilitasi petani didalam proses penguatan KPI. Terdapat
beberapa tugas dan fugsi TPM adalah:
Memfasilitasi bentuk pertemuan rutin yang efektif dan efisien diantara pengurus
GP3A dengan P3A, dan antara P3A/GP3A dengan Tim KPL pada daerah irigasi
Prioritas.
Membantu menciptakan peluang serta akses yang diperlukan oleh P3A/GP3A bagi
pengembangan organisasi, teknis pengairan, teknik pertanian dan wirausaha (usaha
ekonomi produktif). Koordinasi yang baik antara TPM dengan GP3A/P3A sangat
diperlukan sehingga informasi, masalah atau kendala yang ada bisa dicari solusinya,
termasuk informasi dari TPM untuk GP3A/P3A dalam hal pengembangan
organisasinya, termasuk usaha ekonomi produktif bisa dicarikan akses untuk
kelompok.
Sosialisasi iuran P3A/GP3A. iuran adalah hal yang sering disampaikan dalam setiap
pertemuan P3A/Poktan karena iuran ini bisa menunjang jalannya organisasi P3A,
karena ada anggaran dan pembagiannya yang sudah disepakati bersama dalam
AD/ART.
Fasilitasi pertemuan P3A/GP3A, Kelompok tani dan komisi irigasi dikabupaten dan
Propinsi. Ini merupakan salah satu tugas TPM untuk membantu fasilitasi pertemuan
baik itu GP3A/P3A/Poktan ataupun Komisi Irigasi.
Fasilitasi keterlibatan P3A dalam kegiatan perencanaan irigasi (rencana tata tanam
detail, Tudang Sipulung dan lainnya). Hal ini sudah berjalan di lapangan, setiap ada
musyawarah tani maka P3A juga akan diundang untuk mengikuti pertemuan.
kegiatan yang lebih bermanfaat dan menarik minat ibu-ibu, hal ini bisa kerjasama
dengan ibu-ibu PKK di desa setempat untuk pelaksanaan kegiatan tersebut.
Mengingat tugas dan fungsi Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) diatas, maka Bappeda
tetap melakukan pengadaan TPM di setiap tahunnya dengan jumlah mengikuti luas Daerah
Irigasi atau Jumlah DI yang menjadi Prioritas disetiap tahunnya.
Tahapan Pemberdayaan TPM ini terurai dalam lampiran dokumen ini pada Form 9.06 dan
10.05.
Partisipasi merupakan unsur yang sangat penting. Salah satu cara untuk mewujudkannya
adalah melalui pemberdayaan, baik di kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A)/Gabungan P3A (GP3A) dan Induk P3A (IP3A) maupun kelompok tani
(Poktan/Gapoktan). Oleh karena itu, keberadaan Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM)
dalam irigasi menjadi hal yang tidak bisa dihilangkan. TPM berperan sebagai fasilitator,
katalisator, motivator, dan dinamisator untuk meningkatkan kinerja pemberdayaan.
Mengingat pentingnya peran TPM/KTPM tersebut, maka diperlukan suatu panduan
pendampingan TPM/KTPM untuk menjalankan peran dan fungsi tugasnya dalam
pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A maupun Poktan/Gapoktan yang dapat mengarahkan
pencapaian tujuan pengelolaan irigasi yang berkelanjutan menuju kemandirian dan
peningkatan partisipasi dalam kegiatan PPSI di Daerah sesuai dengan yang telah ditetapkan
dalam rencana program tahunan.
Dalam upaya meningkatkan kualitas TPM, pelatihan KTPM dan TPM diprogramkan untuk di
laksanakan disetiap tahun untuk memaksimalkan kinerja TPM dan KTPM dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya. Harapan kegiatan pelatihan ini dapat memberikan
pengalaman dan masukan terkait tugas dilapangan untuk bekal kesuksesan dalam
pengelolaan irigasi secara maksimal. Tahapan Pelatihan TPM ini terurai dalam lampiran
dokumen ini pada Form 9.06 dan 10.05.
PSETK dimaksudkan untuk menyediakan data dan informasi mengenai kondisi sosial,
ekonomi, teknis, dan kelembagaan yang dibutuhkan dalam program pemberdayaan
organisasi P3A/GP3A/IP3A menuju peningkatan kinerja pengelolaan irigasi partisipatif pada
suatu daerah irigasi.
Sedangkan tujuan PSETK adalah untuk mendapatkan data dan informasi yang tepat serta
aktual sebagai masukan dalam proses perencanaan program pemberdayaan organisasi
P3A/GP3A/IP3A menuju peningkatan kinerja pengelolaan irigasi partisipatif pada suatu
daerah irigasi berdasarkan potensi sumber daya lokal melalui kegiatan- kegiatan sebagai
berikut :
Penyusunan profil sosial ekonomi dan mengidentifikasi potensi sumber daya lokal;
PSETK adalah gambaran informasi atau data mengenai keadaan sosial, ekonomi, teknis,
dan kelembagaan pada suatu daerah irigasi yang dibutuhkan oleh Kelembagaan Pengelola
Irigasi (KPI) untuk proses perencanaan program pemberdayaan organisasi P3A/GP3A
dalam upaya meningkatkan kinerja pengelolaan irigasi partisipatif. PSETK ini akan berguna
bagi setiap unsur KPI. Bagi masyarakat P3A/GP3A akan berguna untuk proses
perencanaan kegiatan pengembangan organisasi, penyusunan program kerja pengelolaan
irigasi partisipatif, pengembangan legalisasi badan hukum organisasi, penyusunan
kebutuhan pelatihan, penetapan iuran pengelolaan irigasi, peningkatan pelayanan
kebutuhan organisasi, dan untuk penyusunan usulan. Bagi Komisi Irigasi akan berguna
untuk penyusunan dan pelaksanaan koordinasi perencanaan, merumuskan kebijakan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kondisi dan fungsi jaringan irigasi, serta untuk
merumuskan pola dan rencana tata tanam. Sedangkan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah
PSETK akan berguna untuk penyusunan strategi pengelolaan irigasi partisipatif, fasilitasi
kegiatan pembinaan dan pengembangan organisasi P3A/GP3A, dan untuk penyusunan
program kerja pengelolaan irigasi partisipatif di tingkat sistem utama (primer dan sekunder).
Pelaksanaan PSETK telah dilakukan di 36 Daerah Irigasi yang dilakukan secara bertahap
yaitu 11 (sebelas) daerah irigasi di tahun 2019 yang merupakan Daerah Irigasi kesepakatan,
8 (delapan) daerah irigasi non kesepakatan di tahun 2020 dan 17 (tujuh belas) daerah irigasi
non lesepakatan di tahun 2021. Dalam jangka dua tahun PSETK tersebut dibutuhkan review
untuk memastikan kondisi terkini daerah irigasi prioritas. Oleh karenanya pelaksanaan
PSETK akan dilaksanakan dimulai tahun 2021 dan akan dilaksanakan tiap tahun disajikan
dalam Format 10.05.
Gambaran yang lebih rinci mengenai rencana pelatihan SDM di instansi-instansi pemerintah
diuraikan pada sub-bab ini.
Gambaran umum kondisi kemampuan dan kesiapan staf dalam menjalankan tugas-
tugasnya untuk mewujudkan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
partisipatif;
i) desain partisipatif,
Keberadaan SDM pada instansi-instansi pemerintah dalam pengelolaan irigasi saat ini
masih belum memenuhi syarat ideal, baik kuantitas maupun kapasitas SDM nya.
Kekurangan jumlah personil tertinggi adalah untuk Petugas Pintu Air (PPA) dan
Pekerja/Pekerja Saluran (PS), seperti yang digambarkan pada Tabel di bawah ini dan
FORMAT 3.04.
Tabel 3.4. Status SDM pada UPT PSDA WS Brantas perwakilan Jombang
KELEMBAGAAN
KELEMBAGAAN OPERASIONAL
PETANI
STATUS DI Jml
NAMA DI (Sesuai LUAS Kepala Jml Jml Jml Jml Jml.
Wilayah UPTD (UTUH/LINTAS petugas Jml. Jml. Jml.
Abjad) (ha) UPTD/ Mantri Petugas Pekerja Staf Pekerja
OP IP3A GP3A P3A
KABUPATEN) Pengamat /Juru PPA saluran UPTD bendung
Bendung
org org org org org org org bh bh bh
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
UPT PSDA WS
1 Brantas di Kediri 1 D.I. Jatimlerek Utuh 1812 2 2 1 13
10 1
2 D.I. Slumbung Utuh 1182 1 2 2 1 3 14
5 5 1
3 D.I. Badas Lintas 17 1 1 1 1 5
2 2 1
4 D.I. Tawangsari Lintas 34 1 1 1
1 1
5 D.I. Kejagan Lintas 211 1 1
1 1
6 D.I. Kaweden Lintas 46 1 1
1 1
7 D.I. Mernung Lintas 117 1 1 1
2 1 1
JUMLAH : 3419 8 12 25 7 2 6 36
Pada unit ini juga dirancang berbagai pelatihan peningkatan kompetensi para petugas mulai
dari petugas lapangan (PS, PPA,Juru/mantri, Pengamat), seperti sekolah juru, pelatihan
irigasi, dan pelatihan keahlian lainnya. Contoh lain seperti pelatihan pengembangan
software, pelatihan sertifikasi irigasi, pelatihan penyuluhan (coaching), dan lainnya.
Adapun output yang diharapkan setelah terbentuknya Operasional unit PTGA adalah
sebagai berikut.
Unit WRKMC ini masih dalam pengajian oleh Dirtorat Bina OP dan IRWA. Akan tetapi,
sambal menunggu pengkajian ini, perlu disusun rencana Operasional Water Resources
Knowglade Management Centre (WRKMC). Rencana Operasional ini seperti Pegadaan
Barang: Komputer, Laptop, dll
(sebutkan rencana kegiatan program WRKMC selama 5 tahun kedepan dan sumber
pendanaannya khusus B/BWS)
Berikut ini dijelaskan tentang kegiatan yang masuk kategori Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A
sesuai dengan tupoksi.
Program pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A harus difokuskan pada DI-DI prioritas yang telah
dipilih untuk periode 5 tahun kedepan. Dalam penyusunan RP2I, daftar DI yang ditentukan
sebagai DI prioritas dalam FORMAT 3.05 untuk mempermudah penyusunan program
pemberdayaan P3A tahunan.
Sub-bab ini menjelaskan tentang kebutuhan P3A/GP3A, jumlah P3A/GP3A yang sudah
terbentuk, serta program fasilitasi pembentukan dan legalisasi P3A/GP3A. Program fasilitasi
pembentukan dan legalisasi P3A/GP3A difokuskan pada DI-DI yang menjadi sasaran dalam
5 tahun periode RP2I.
1. Kebutuhan P3A/GP3A/IP3A.
Dari jumlah dan luas DI yang masuk program tiap tahun diperkirakan jumlah P3A
dan jumlah P3A/GP3A/IP3A yang dibutuhkan, menggunakan FORMAT 2.03 Jumlah
IP3A yang dibutuhkan diperkirakan dengan asumsi pada kondisi ideal setiap saluran
Induk, Jumlah GP3A yang diperlukan dalam 1 jaringan sekunder terdapat satu unit
GP3A. Untuk P3A, pada kondisi ideal terdapat satu P3A untuk setiap 150 ha. Khusus
untuk DI kecil (luas < 100 ha), tentunya diperlukan satu P3A untuk setiap DI tersebut.
Data tentang jumlah P3A/GP3A yang ada serta status hukumnnya untuk tiap DI
prioritas disajikan dalam FORMAT 2.01
Dari data diatas, dihitung kebutuhan untuk tiap DI,program disajikan menggunakan
FORMAT 2.01
Pelatihan P3A/GP3A/IP3A dapat dikelompokan dari tiga aspek yaitu aspek kelembagaan,
aspek teknis, dan aspek ekonomi. Pelatihan ini akan dilaksanakan oleh Dinas PU/SDA
kabupaten, sesuai dengan kewewenangnya. Jenis pelatihan yang direncanakan termasuk:
ADT;
Pelatihan O&P.
Program pelatihan difokuskan pada DI-DI yang menjadi sasaran dalam 5 tahun periode
RP2I. Dari jumlah dan luas DI yang masuk program tiap tahun diperkirakan jumlah P3A dan
jumlah peserta yang perlu dilatih, dalam FORMAT 2.03 Jumlah kegiatan pelatihan
(angkatan) yang diprogramkan telah mempertimbangkan jumlah peserta P3A/GP3A/IP3A
yang dapat dilatih dalam setiap angkatan. Untuk merencanakan jumlah angkatan,
berdasarkan kriteria setiap angkatan pelatihan maksimal 30 orang.
Ringkasan volume kegiatan untuk pelatihan P3A/GP3A/IP3A terlihat dalam FORMAT 2.03
Evaluasi Kinerja merupakan bagian dari kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan
Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A.
Evaluasi kinerja adalah rangkaian kegiatan untuk mengukur capaian pelaksanaan tugas dan
fungsi P3A/GP3A/IP3A. Evaluasi kinerja P3A/GP3A/IP3A bertujuan untuk mengetahui
kinerja kelembagaan, Pendanaan, usaha tani, kondisi Jaringan serta menghasilkan
rekomendasi dalam manajemen sistem irigasi dalam penanggulangan permasalahan-
permasalahan yang terjadi dengan melihat kondisi aset irigasi dan karakteristik fisik jaringan
irigasi serta kondisi lembaga P3A pada jaringan irigasi tersebut. Dari hasil penilaian kinerja
didapat kondisi Baik (B), Belum berkembang (BB), Sedang Berkembang (SB) sampai pada
tahap Mandiri (M).
Kondisi P3A/GP3A/IP3A pada saat ini sesuai dengan table yang telah dibuat)
Kegiatan penyusunan RP2I sebagai arah dan acuan kegiatan pengelolaan irigasi 5 (lima)
tahun kedepan dilaksanakan pada tahun 2021, dengan 3 kegiatan utama, yaitu:
1. Sosialisasi RP2I
3. Penyusunan RP2I
Dalam kegiatan penyusunan RP2I ini perlu di dukung dengan dana seperti honor tim
penyusun, penetapan dan pemutahiran RP2I perlu direncanakan dalam RP2I supaya dana
dapat disediakan.
5. Pengeringan, dll.;
8. bukaan pintu);
Pemeliharaan jaringan irigasi diperlukan untuk menjamin kelancaran operasi jaringan dan
untuk mempertahankan fungsi yang tepat dan umur fasilitas jaringan. Pemeliharaan pada
dasarnya adalah proses menjaga berbagai fasilitas jaringan dalam kondisi yang baik,
sehingga O&P yang efisien dapat dilaksanakan.
Implementasi
Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin adalah yang paling kritis dengan biaya yang hemat di antara
berbagai kategori pemeliharaan. Kinerja yang baik dari pemeliharaan rutin ini akan
mengurangi kerusakan/degradasi dan karenanya mempertahankan fungsi jaringan,
dan akhirnya meminimalkan kebutuhan pekerjaan perbaikan berkala dan darurat.
Frekuensi pemeliharaan rutin, tergantung pada kondisi saluran dan bangunan dan
sifat aliran di saluran, mungkin sesingkat harian sampai dengan selama bulanan.
Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala mencakup pekerjaan perbaikan yang terlalu besar atau rumit
atau membutuhkan sumber daya yang lebih besar daripada yang tersedia di tingkat
kantor UPT. Kebutuhan kategori pemeliharaan ini akan diidentifikasi oleh kantor UPT
dan dilaporkan ke Kantor Dinas SDA, yang bertanggung jawab untuk survei, desain
dan pelaksanaan pekerjaan.
Perbaikan Darurat
Perbaikan darurat harus segera dilakukan oleh kantor UPT dibantu oleh Kantor
Dinas SDA tanpa penundaan ketika insiden kritis tiba-tiba terjadi. Mereka sering
dibantu oleh desa terdekat atau anggota P3A. Pekerjaan perbaikan darurat bisa
perbaikan bagian saluran yang rusak karena tanah longsor, membersihkan blokade
mendadak dalam saluran oleh puing-puing atau sampah yang volumenya besar dari
tanggul saluran, bobolnya tanggul saluran akibat limpasan, dll.
Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna mengembalikan
fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula.
Pelaksanaan Konstruksi partisipatif harus sesuai dengan Undang-undang (UU) No. 11/1974
tentang Pengairan dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 tahun 1983 tentang Irigasi,
dengan pendekatan berpartisipasi dalam pengembangan dan pengelolaan irigasi dan
sumber daya air. Salah satu tujuan proyek adalah memberdayakan dan meningkatkan
kemampuan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A/GP3A/IP3A) agar dapat berperan-serta
secara effektif dalam pengelolaan irigasi.
Dalam menyusun rehabilitasi jaringan irigasi untuk periode 5 tahun kedepan, yang
merupakan masa perencanaan untuk RP2I, terdiri dari DI-DI yang dipilih sebagai DI
prioritas.
Prioritas 1: DI-DI yang telah disiapkan desain (SID) untuk rehabilitasi, namun konstruksi
belum dilaksanakan.
Prioritas 2: DI-DI yang perlu rehabilitasi, dilihat dari kondisi aset fisik irigasi yang ada
sekarang.
DI-DI yang telah direhabilitasi (perbaikan fisik) dalam 5 tahun terakhir tentunnya tidak dipilih
lagi sebagai DI prioritas untuk 5 tahun kedepan.
Dari Format RP2I terdapat daftar DI yang ada yang belum direhabilitasi jaringan irigasi
utamanya selama 5 tahun terakhir, dalam FORMAT PU-10 Daftar DI tersebut merupakan
calon DI prioritas untuk diseleksi dalam periode 5 tahun kedepan.
Proses ini akan menaikkan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab (sense of belonging and
sense of responsibility) masyarakat tani atas keberadaan jaringan irigasi di sekitarnya.
Sehingga semangat partisipasi dapat lebih dibangkitkan setelah PKM. Atau setidaknya
dapat menghilangkan perilaku vandalisme. Pelaksanakan PKM dilakukan secara bertahap,
yaitu:
Aspirasi masyarakat dapat ditampung dalam PKM ini. Namun tentu tidak semua aspirasi
dapat ditampung. Jadi ada aspirasi yang sepenuhnya dapat ditampung, ada yang dapat
ditampung sebagian, dan ada yang tidak bisa diterima. Dalam forum PKM kompromi dapat
dilakukan antara pemerintah dan petani.
Pada FORMAT PU-10 tentang Survei, Investigasi dan Disain juga terdapat informasi tentang
DI-DI yang telah disiapkan desain rehabilitasi (SID-P), namun perbaikan fisik belum
dilaksanakan. DI-DI tersebut perlu diberikan prioritas pertama untuk pekerjaan fisik, karena
P3A seharusnya sudah dilibatkan dalam proses desain, dan sudah ada persiapan kearah
partisipasi mereka dalam konstruksi.
DI-DI yang masuk daftar kemungkinan besar tidak bisa ditangani semua untuk rehabilitasi
dalam periode 5 tahun karena keterbatasan dana, dan mungkin ada DI yang masih dalam
kondisi baik sehingga tidak perlu diprogramkan untuk rehabilitasi. Untuk menyusun program,
langkah pertama adalah ranking DI-DI Prioritas.
(diceritakan juga tentang rencana PKM dan safeguard tentang penapisan lingkungan dan
sosial sebelum pelaksanaan konstruksi serta rencana keterlibatan P3A/GP3A/IP3A dalam
SID.)
(sebutkan rencana Pengadaan Tanah terhadap Daerah irigasi yang dikelola Jika ada seperti
sumbangan suarela dari masyarakat.)
Pelaksanaan Konstruksi ini apabila apabila fungsi jaringan irigasi sudah sangat rendah
(<40%) sehingga tidak akan efisien lagi bila dilakukan operasi. Untuk keperluan rehabilitasi
ini harus dilakukan perencanaan secara menyeluruh terhadap jaringan irigasi, dan dihitung
kebutuhan biaya untuk pembuatan desain dan konstruksinya. Pembiayaan rehabilitasi cukup
besar, sehingga harus disesuaikan dengan kemampuan keuangan pemerintah, kecukupan
sumber daya manusianya dan efisiensi pemanfaatan airnya.
Masyarakat Petani Pemakai air dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan pekerjaan pada
daerah irigasinya berdasarkan kesepakatan bersama yang ditandatangani oleh penanggung
jawab kegiatan dan wakil masyarakat petani P3A/GP3A/IP3A.
Maksud dari kegiatan adalah dalam rangka Persiapan Pelaksanaan O&P di PU SDA apakah
jaringan yang sudah dilakukan perbaikan-perbaikan dapat berfungsi sebagai mana
mestinya.
Dalam penyusunan anggaran PROMP selama 5 tahun ke depan ini, dapat dilihat pada
Format PU-10 tentang Rencana Pengelolaan Irigasi Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi.
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi sebagai penyuluh. Pelaksanaan pelatihan ini di tidak saja dengan
memberi materi untuk peningkatan kompetensi, namun juga memberi materi terkait
pembinaan karakter guna peningkatan disiplin para penyuluh pertanian dalam
menjalankan tugasnya di lapangan. Salah satu tugas penyuluh pertanian adalah
melaksanakan program kebijakan pemerintah terkait Upsus (upaya khusus) dan
optimalisasi pemanfaatan alsintan serta kebijakan lainnya dibidang hortikultura,
perkebunan, dan yang lainnya.
Ringkasan peralatan kerja PPL yang perlu dilaksanakan setiap tahun sekali, seperti
alat bantu speaker/microphone, Penyediaan foto, film dan ilustrasi penunjang proses
belajar untuk periode 1 tahun.
Sementara itu, efektivitas Gapoktan dapat dilihat dari beberapa kriteria berikut, seperti :
peningkatan hasil produksi, kemampuan adaptasi, kepuasan kerja, kemampuan untuk
meraih laba dan pencarian sumber daya. Kata Kunci : Gapoktan Sumber Harapan, Strategi
Pemberdayaan, Kapasitas, Efektivitas.
RTTD (Rencana tata tanam detail) adalah rencana tata tanam yang menggambarkan
rencana luas tanam pada suatu daerah irigasi dan terperinci per petak tersier sedangkan
RTTG (Rencana tata tanam global) adalah rencana tata tanam yang menggambarkan
rencana luas tanam pada suatu daerah irigasi, belum terperinci per petak tersier sehingga
yang terlihat hanya total rencana luas tanam per daerah irigasi
Maksud dan tujuan dari Pekerjaan Penyusunan Rencana Tata Tanam ini adalah :
b. Petani dapat mempersiapkan diri sebelum musim tanam yang ditentukan dimulai;
d. Acuan pola dan Jadwal tanam pada suatu daerah irigasi dalam 1 tahun
1) Program pelatihan petani dalam rangka usaha peningkatan akses kredit usaha tani
2) Fasilitasi akses kredit dengan perbankan melalui kredit Program KKP-E maupun
KUR
Adapun rencana capaian Kinerja bantuan sarana dan prasarana pertanian serta
pengelolaan jaringan irigasi Tahun 2021 Kabupaten Jombang sebagaimana tersaji
pada Lampiran.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian serta Bappeda kabupaten terdiri
dari:
Tata guna lahan adalah sebuah pemanfaatan lahan dan penataan lahan yang
dilakukan sesuai dengan kodisi eksisting alam. Tata guna lahan berupa: Kawasan
permukiman, Kawasan perumahan, Kawasan perkebunan, Kawasan pertanian.
Pelaksanaan Usaha tani hemat Air untuk Pengurus P3A/Poktan bertujuan: memahami
prinsip dan manfaat serta menguasai pengetahuan dan praktek cara penentuan
rekomendasi teknologi hemat air dalam budidaya padi sawah. Sehingga meningkatnya
motivasi, pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan P3A/GP3A/IP3A dalam kegiatan
pertanian hemat air.
Hingga saat ini kebijakan pemerintah tersebut untuk mengendalikan alih fungsi lahan
dalam suatu produk hukum masih banyak ditemukan kendala oleh belum terwujudnya
sistem perencanaan yang matang, lemahnya koordinasi antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah dan sebaliknya, dan kendala dalam pelaksanaan
kebijakan.