DESA LOLEO
KECAMATAN WEDA SELATAN
KABUPATEN HALMAHERA TENGAH
PROVINSI MALUKU UTARA
Daftar Tabel
TEAM GEOPHYSICS i
Bandung, September 2019
LAPORAN AKHIR GEOLISTRIK
Daftar Gambar
Lampiran-Lampiran
1. Lampiran Kurva
2. Lampiran Foto Kegiatan
TEAM GEOPHYSICS ii
Bandung, September 2019
LAPORAN AKHIR GEOLISTRIK
Penyebaran air tanah tidak hanya terdeskripsikan secara vertical, untuk mengetahui secara
horizontal dapat diketahui melalui penyebaran formasi geologi yang bertindak sebagai akuifer.
Akuifer merupakan lapisan batuan yang dapat bertindak sebagai pembawa air (permeable) yaitu
batuan yang mempunyai susunan butiran sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air.
Sebaliknya lapisan kedap air (Impermeable) atau akuiclud adalah batuan yang dapat menyimpan
air tanah tetapi tidak dapat mengalirkan dalam jumlah yang berarti. Sedangkan lapisan batuan yang
tidak dapat menyimpan dan mengalirkan air disebut akuifug. Kondisi lapisan akuifer dipengaruhi
oleh sifat batuan terutama tingkat porositas dan tingkat permeabilitas.
Kita ketahui bersama air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi kehidupan manusia, baik
untuk kebutuhan sehari-hari, pertanian, perternakan, dan juga perindrustrian. Sejalan dengan
pertambahan penduduk dan perkembangan pembangunan, kebutuhan akan air juga semakin
meningkat, sedangkan ketersediaanya sangat terbatas.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka untuk mengetahui kondisi geologi dan hidrogeologi perlu
dilakukan suatu kajian studi dengan menggunakan suatu metoda yang dapat mempelajari kondisi
lapisan batuan, meliputi jenis dan sifat batuan serta penyebaranya. Metoda yang digunakan disini
ialah metoda pendugaan geolistrik.
Keterangan
Titik duga geolistrik
2.2 HIDROGEOLOGI
Bila dikaitkan dengan geologi regional maka hidrogeologi atau muka air tanah daerah
penyelidikan berkaitan dengan kondisi batuan yang terbentuk di sekitar daerah ini. Kondisi
hidrogeologi, umumnya berkaitan erat dengan sistem akuifer tertentu.
Hasil pengamatan hidrologi setempat, termasuk ke dalam sistem akuifer dengan aliran
melalui ruang antar butir. Akuifer produktif sedang. (Aliran airtanah terbatas pada zona celahan dan
saluran pelarutan, debit sumur dan mataair beragam).
Lokasi Penyelidikan
Dalam penentuan kualitas air untuk berbagai keperluan, seperti air minum, industri dan pertanian
maka kualitas air tersebut harus diuji (tes) terlebih dahulu. Pada umumnya pengujian kualitas air
meliputi unsur kimia, fisika, biologi dan radiology. Hasil pengujian kemudian dibandingkan dengan
ketentuan/standar yang berlaku sesuai dengan kebutuhan, karena ada kalanya air yang memenuhi
syarat untuk air minum tidak sama dengan syarat untuk air tambak dan sebagainya.
Berdasarkan perlakuan batuan terhadap airtanah (menyimpan dan meloloskan air) batuan dapat
dibedakan menjadi:
1) Akuifer
Akuifer adalah lapisan pembawa air, lapisan batuan ini mempunyai susunan sedemikian
rupa sehingga dapat menyimpan dan mengalirkan air yang cukup berarti di bawah kondisi lapang.
Batuan dari akuifer ini bersifat permeable, contoh batuan permeable adalah pasir, kerikil, batu pasir
yang retak-retak batu gamping yang berlobang-lobang.
2) Akuiklud (aquiclude)
Akuiklude adalah lapisan batuan yang jenuh (dapat menyimpan air) tetapi tidak dapat
meloloskan air dalam jumlah yang berarti. Contoh lempung, shale, tuf halus, silt dan berbagai
batuan yang berstruktur lempung.
3) Aquifug (aquifuge)
Akuifug adalah lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan air, dan meloloskan air. Contoh
granit dan batuan yang kompak dan padat.
4) Akuitar
Akuitar adalah lapisan atau formasi batuan yang dapat menyimpan air tetapi hanya dapat
meloloskan air dalam jumlah yang terbatas
setiap jenis batuan yang berbeda akan mempunyai harga tahanan jenis yang berbeda pula. Hal ini
tergantung pada beberapa faktor, diantaranya umur batuan, kandungan elektrolit, kepadatan
batuan, jumlah mineral yang dikandungnya, porositas, permeabilitas dan lain sebagainya.
Berdasarkan hal tersebut di atas apabila arus listrik searah (Direct Current) dialirkan ke
dalam tanah melalui 2 (dua) elektroda arus A dan B, maka akan timbul beda potensial antara kedua
elektroda arus tersebut. Beda potensial ini kemudian diukur oleh pesawat penerima (receiver)
Dalam penyelidikan geolistrik ini telah digunakan susunan elektroda dengan menggunakan
susunan aturan Schlumberger dimana kedua elektroda potensial MN selalu ditempatkan diantara 2
Sumber
arus
I
Potensiometer V
Electrode Arus
Electroda Permukaan
Electrode
Potensial Bumi
Arus M N B
A
M
Garis arus
Garis Ekipotensial
LK/IV/2002
Pada setiap pengukuran, elektroda arus AB selalu dipindahkan sesuai dengan jarak yang
telah ditentukan, sedangkan elektroda potensial MN hanya bisa dipindahkan pada jarak-jarak
Oleh karena jarak elektroda selalu berubah pada setiap pengukuran, maka Hukum Ohm
yang digunakan sebagai dasar setiap penyelidikan geolistrik dalam memperoleh harga tahanan
jenis semu harus dikalikan dengan faktor jaraknya (K-Factor). Sehingga rumus untuk memperoleh
AB 2 MN 2 V
ρa= ) −(
[( ) ]
2( MN ) 2 2 I
V
ρa = K .
I
dimana :
BATUAN UBAHAN
LEMPUNG
SERPIH LUNAK
SERPIH KERAS
PASIR
BATUPASIR
GAMPING POROS
GAMPING PADAT
dan hidrogeologi setempat, di daerah penyelidikan pendugaan geolistrik ini bertahanan jenis antara
0.94 – 6974 Ohm-meter. Dan dari kisaran harga tahanan jenis tersebut secara umum dapat
Untuk mendapat gambaran yang jelas mengenai keadaan lapisan batuan dibawah tanah
secara vertikal, maka dapat dibuat gambar penampang tegak tahanan jenis masing-masing titik
duga geolistrik.
6974
2974
10 10 10 10
20 86420 20 20
219
30 30 30 30
40 40 40 40
50 50 50 50
1.26
60 60 0.94 60 60
70 70 70 70
0.00
80 80 80 80
90 90 90 90
6.34 10.26
120 120 120 120
Keterangan:
Tanah penutup
Napal
Batugamping
Gamping terumbu
Tabel 4.2 Hasil Penafsiran dan korelasi antara geologi, hidrogeologi dan pendugaan geolistrik di
lokasi penyelidikan
Hasil Penafsiran
Titik Perkiraan Perkiraan
Lapisan Tahanan
Duga Kedalaman Litologi Hidrogeologi
Jenis
1 0.00 − 2.38 1722.28 Tanah penutup
2 2.38 − 12.43 6974.15 Gamping terumbu
GL.1 3 12.43 − 28.39 864.39 Batugamping
4 28.39 − 86.12 1.26 Pasir lempungan Akuifer (Asin)
5 86.12 − ~ 6.34 Napal
1 0.00 − 2.46 94.32 Tanah penutup
2 2.46 − 15.17 2974.24 Gamping terumbu
GL.2 3 15.17 − 34.41 218.67 Batugamping
4 34.41 − 85.26 0.94 Pasir lempungan Akuifer (Asin)
5 85.26 − ~ 10.26 Napal
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil penafsiran dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Pendugaan geolistrik telah dapat memberikan gambaran tentang keadaan lapisan batuan baik
2. Kondisi hidrogeologi di daerah penyelidikan, termasuk dalam sistem Akuifer produktif sedang
3. Batuan yang diharapkan dapat bertindak sebagai akuifer tawar tidak ditemukan.
4. Dari hasil penyelidikan pendugaan geolistrik, dapat diketahui lapisan akuifer, yaitu :
5.2 SARAN
Dari hasil pengukuran geolistrik di lokasi dan yang telah dianalisa di lapangan serta disesuaikan
dengan peta hidrogeologi setempat, bahwa lokasi pengukuran geolistrik tidak dapat dilakukan
pengeboran sumur dalam di sekitar titik duga geolistrik karena tidak ditemukan adanya lapisan
1000
Rho (ohm-m)
100
10
1
1 10 100 1000
Spacing (m)
10000
GL.2 Depth Resistivity
2.46 94.32
15.17 2974.24
34.41 218.67
85.26 0.94
10.26
1000
Rho (ohm-m)
100
10
94 2974 219 1 10
1
1 10 100 1000
Spacing (m)
LAMPIRAN Foto Pengukuran Geolistrik
FOTO KEGIATAN GEOLISTRIK
GL.01
GL.02