PROSIDING
Seminar Nasional Geofisika 2016
“Peran Geofisika dalam Eksplorasi Migas dan Tambang sebagai Upaya
Optimasi SDA Indonesia”
ISBN: 978-602-1034-45-3
Susunan Editorial :
Penanggungjawab
Prof. Dr. Zaenuri, S.E., M.Si. Akt.
Tim Editor
Dr. Prof. Dr. Supriyadi, M.Si.
Dr. Khumaedi, M.Si.
Cover Layout
Rif’ul Mazid Maulana
Penerbit :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas tersusunnya buku Prosiding
Seminar Nasional Geofisika 2016 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNNES
dengan tema: “Peran Geofisika dalam Eksplorasi Migas dan Tambang sebagai Upaya
Optimasi SDA Indonesia”. Seminar berlangsung pada hari Sabtu, 19 November 2016 di
Gedung D4 Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang.
Peserta seminar yang terdiri dari: mahasiswa, guru, dosen dan masyarakat umum dari
jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi dari berbagai propinsi di Indonesia. Tiga
narasumber utama yang hadir dalam seminar nasional ini, yaitu: Ir. Hadi Ismoyo, Dr. Eng.
Udi Harmoko, M.Si., Agus Pajrin Jaman, S.T.
Selain itu, pemakalah pendamping yang mempresentasikan artikel hasil penelitian dan
konseptual tentang ilmu bumi dalam berbagai bidang. Seminar Nasional Geofisika ini
ditujukan sebagai sarana mengkomunikasikan dan memfasilitasi pertukaran informasi antara
peserta seminar dengan narasumber yang kompeten.
Panitia mengucapkan terimakasih pada berbagai pihak yang telah membantu
penyelenggaraan seminar, yaitu:
Prof. Dr. Zaenuri, S.E., M.Si. Akt.. (Dekan FMIPA Unnes),
Narasumber utama yang telah berkenan hadir,
Peserta dan pemakalah pendamping atas partisipasinya,
Segenap rekan panitia yang telah bekerja keras hingga terselenggaranya seminar.
Semoga penerbitan prosiding ini memberikan sumbangan bagi kemajuan ilmu pengetahuan,
khususnya Ilmu Kebumian dan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi pemakalah dan
pembaca.
Tim Editor
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
Abstrak. Sesar Cimandiri adalah sesar aktif yang terdapat di Selatan Sukabumi. Sesar
Cimandiri ini berarah Barat Daya – Timur Laut. Sesar Cimandiri dari Pelabuhan Ratu
mengikuti aliran sungai Cimandiri dan menerus ke timur laut sampai ke Lembang. Sesar
Cimandiri sulit di jumpai tanda-tandanya dengan jelas di lapangan, dan diperkirakan sifat
gerakannya berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain. Metode AMT (audio
magnetotelurik) adalah salah satu metode geofisika yang digunakan untuk memetakan
bawah permukaan menggunakan sumber pasif dan menghasilkan peta sebaran resistivitas.
Dengan metode AMT dimaksudkan untuk memperkirakan zona sesar yang dibentuk oleh
Sesar Cimandiri serta melihat penyebaran nilai resistivitas pada daerah penelitian dengan
menggunakan metode audio magnetotellurik. Pengukuran dilakukan di sekitar Pelabuhan
Ratu dengan menggunakan 50 stasiun yang terdiri dari 31 stasiun berarah Utara - Selatan
dan 19 stasiun berarah Timur – Barat. Data TM dapat menggambarkan penyebaran nilai
resistivitas struktur yang lebih baik dari pada data TE karena data TE hanya
menggambarkan penyebaran nilai secara lateral saja. Sedangkan model gabungan antara
TM dan TE yang dihasilkan tidak dapat menggambarkan model struktur sesar dengan baik,
hal ini mungkin diakibatkan oleh terpengaruh oleh data TE. Dari model diatas dapat
dilihat terdapat nilai resistivitas rendah yang diapit oleh nilai resistivitas tinggi. Nilai pada
daerah konduktif tersebut diperkirakan adalah zona sesar yang merupakan daerah hancuran
yang diakibatkan oleh pergerakan dari sesar tersebut. Pada daerah – daerah dikisaran 0
meter banyak terdapat nilai resistivitas rendah yang diinterpretasi merupakan lapisan soil
yang terpengaruh oleh air karena pengukuran dilakukan disekitar daerah sungai.
Kata kunci : audio magnetotelurik, sesar cimandiri, model, resistivitas
medan listrik yang paralel dengan struktur dan waktu mobilisasi ± 1 jam untuk satu
utama, sedangkan disebut juga titik pengukuran, pengukuran dilakukan
Transverse Magnetic (TM) karena pada siang hari. Noise pada metode ini
mengandung informasi medan magnet yang dapat berupa aktifitas manusia baik berupa
paralel dengan struktur utama. getaran maupun penggunaan perangkat
Sesar (fault) atau patahan adalah rekahan elektronik, gardu listrik, pemancar sinyal
pada batuan yang telah mengalami dan aktifitas pemboran.
pergeseran melalui bidang rekahnya. Sesar Pengukuran resistivity dilakukan per titik
dapat berupa bidang rekahan tunggal atau dengan susunan tiap stasiun tegak lurus
berupa suatu zona rekahan pada kerak bumi terhadap strike pada daerah pengukuran.
yang merupakan tempat terjadinya Pengukuran ini dilakukan pada daerah
pergerakan yang cukup besar sejajar dengan Pelabuhan Ratu untuk mendapatkan
bidang atau zona rekahan tersebut. Sesar gambaran tentang Sesar Cimandiri pada
memisahkan blok-blok yang saling daerah ini. Pengukuran AMT ini dilakukan
bergerak, dan pergerakan blok yang satu secara single site sehingga tidak
akan menyebabkan kerusakan blok lainnya membutuhkan remote reference.
pada permukaan sesar. Sesar adalah rekahan Pengukuran resistivitas pada daerah
gerus (shear fracture), dan istilah Pelabuhan Ratu ini menggunakan alat
penggerusan (shearing) seringkali MTU-5A dengan susunan porouspot
digunakan sebagai sinonim untuk menghadap kearah utara – selatan dan timur
pensesaran (faulting). Sesar terdapat pada – barat dan koil berarah utara – selatan dan
batuan yang paling keras dan kuat seperti timur – barat tanpa menggunakan koil
granit, pada batuan yang lebih lunak, dan berarah vertikal karena data yang diambil
pada material bumi yang tidak seragam hanya digunakan untuk permodelan 2-D.
seperti perselingan batupasir dan
batulempung.
A. B.
GAMBAR 2. A. Sesar berskala regional,
dengan panjang berpuluh-puluh kilometer.
B. Sesar berskala kecil (singkapan) dengan
pergeseran 60 cm.
LOKASI PENELITIAN
Pengukuran data resistivitas dengan GAMBAR 3. Layout pengukuran dalam
metode MT membutuhkan waktu ± 1 jam metoda AMT. Peletakan arah sumbu-x dan
ISBN : 978-602-1034-45-3 5
PROSIDING SNG 2016
Smoothing Data
Model Akhir
REFERENSI
1. Grandis, H., 2000, Buku Ajar Inversi
Geofisika, Program Studi Geofisika
FIKTM, ITB.
ISBN : 978-602-1034-45-3 11
PROSIDING SNG 2016
(a) (b)
TABEL 1. Hasil uji konduktivitas listrik 0.04 S/m. Sedangkan rentang nilai
pada sampel debu konduktivitas logam berat adalah 4.55×106 -
Konduktivitas 5.96×107 S/m yang merujuk pada penelitian
Sampel Lokasi sebelumnya, jenis logam berat yang
(S/m)
Tanjung Mas, terkandung dalam debu adalah Zn, Pb, Cu,
1 159.2356688 Cr, Cd, Co, dan Ni (Acosta et al., 2015;
Semarang Utara
2 208.833664 Tamabakrejo González et al.,2016; Moreki et al., 2013).
Terboyo Kulon,
3 118.5009628
Genuk
4 149.8688647 Terboyo Wetan
Genuk, Kota
5 137.7173352
Semarang
6 94.3618778 Tambak Mas Raya
Purwosari, Semarang (a) (b)
7 70.77140835 GAMBAR 4 debu dengan konduktivitas
Utara
listrik (a) rendah, (b) Tinggi
8 84.92569002 Tawangsari
9 212.3142251 Tugurejo
KESIMPULAN
10 175.7083242 Depan Unisula Adapun kesimpulan yang dapat diambil
adalah :
Berdasarkan tabel 1, didapatkan nilai 1. Metode electrical conductivity dapat
konduktivitas debu paling tinggi pada digunakan untuk monitoring pencemaran
sampel 9 yaitu 212.3142251 S/m yang udara dengan memanfaatkan
diambil di kawasan Tugurejo Kecamatan karakteristik logam berat pada sampel
Tugu. Hal ini menjadi indikasi bahwa debu.
pencemaran udara paling tinggi di kawasan 2. Pencemaran udara paling tinggi di
utara Semarang berada di daerah tersebut. kawasan utara Semarang berada di
Kawasan Tugurejo menjadi kawasan dengan daerah Tugurejo Kecamatan Tugu
kepadatan kendaraan bermotor tinggi karena dengan nilai konduktivitas listrik debu
daerah tersebut terdapat akses utama ke kota sebesar 212.3142251 S/m
Kendal dan ke bandara Internasional Ahmad
Yani. Sedangkan daerah dengan tingkat UCAPAN TERIMA KASIH
pencemaran udara terendah berada di Ucapan terima kasih kami sampaikan
Purwosari Kecamatan Semarang Utara kepada pihak Laboratorium Kemagnetan
dengan nilai konduktivitas listrik debu Bahan Gedung D9 FMIPA Unnes yang
70.77140835 S/m. memberikan kesempatan untuk melakukan
Kontribusi nilai konduktivitas pada penelitian dan memberi izin untuk
sampel debu diduga dikarenakan oleh logam menggunakan alat-alat yang mendukung
berat yang dikandung sampel debu. Karena penelitian kami.
nilai konduktivitas listrik aquades dan debu
murni berturut-turut 5.5 × 10−6 S/m dan 0.0–
ISBN : 978-602-1034-45-3 15
PROSIDING SNG 2016
Abstrak. Pemodelan fisis skala lapangan metode Time Domain Induced Polarization
(TDIP) dilakukan untuk mengetahui respon TDIP hasil pemodelan inversi terhadap
model subsurface yang sudah diketahui dan mengetahui resolusi hasil pemodelan
inversi konfigurasi Dipole-dipole dan Wenner mana yang paling mengambarkan model
subsurface yang sudah diketahui. Pemodelan dilakukan dengan membuat model
geologi ideal serta memvariasikan model subsurface. Pengukur menggunakan IRIS
instrument tipe SYSCAL Junior dengan konfigurasi Dipole-dipole spasi a=10cm serta
n=8, konfigurasi Wenner spasi a=10cm serta n=6, dan panjang lintasan 200cm untuk
semua model subsurface. Data diolah menggunakan software Res2Dinv versi 3.54.
Hasil berupa sayatan 2D berdasarkan parameter resistivitas dan chargeabilitas yang
dikorelasikan dengan model subsurface yang digunakan. Hasilnya dapat disimpulkan
bahwa terdapat korelasi yang baik antara respon TDIP terhadap keberadaan mineral
logam. Respon chargeabilitas tinggi menunjukan keberadaan model mineral logam.
Sedangkan respon resistivitas tidak dapat menunjukan keberadaan model mineral logam
karena range resistivitas model subsurface dengan medium yang digunakan hampir
sama. Konfigurasi Dipole-dipole mempunyai resolusi lebih baik dari pada konfigurasi
Wenner, karena resolusi hasil pemodelan inversi konfigurasi Dipole-dipole sesuai
dengan model subsurface yang digunakan.
Kata kunci: TDIP, Dipole-dipole, Wenner, Logam, Pemodelan.
Model Homogen
GAMBAR 3. Hasil pemodelan inversi Dipole-dipole tanpa model (a) resistivitas dan (b)
chargeabilitas
ISBN : 978-602-1034-45-3 19
PROSIDING SNG 2016
GAMBAR 4. Hasil pemodelan inversi Wenner tanpa model (a) resistivitas dan (b)
chargeabilitas
Hasil pemodelan inversi model homogen yang tidak menggambarkan model homogen,
pada konfigurasi Dipole-dipole (GAMBAR anomali chargeabilitas pada range (1-
3) ter-dapat anomali resistivitas tinggi 1,5)msec menunjukan model homogen.
dengan range (1800-5200)Ωm, yang berupa Dari hasil model subsurface pertama ini
perlapisan pada kedalaman (8-23,1)cm. parameter resistivitas tidak bisa dijadikan
Pada keadaan sebenar-nya model homogen acuan untuk menentukan keberadaan
akan menunjukan respon resistivitas yang mineral logam, karena terdapat anomali
cenderung seragam. Sedangkan anomali resistivitas tinggi pada model homogen.
chargeabilitas relatif rendah berada pada Sedangkan chargeabilitas menunjukan
range (0-1)msec yang menunjukan ke- respon anomali dan resolusi yang lebih
homogenan medium yang sesuai dengan sesuai dengan model homogen. Sehingga
keadaan yang sebenarnya. Pada hasil parameter chargeabilitas ini bisa dijadikan
pemodelan inversi konfigurasi Wenner acuan untuk menentukan keberadaan dari
(GAMBAR 4) juga terdapat anomali mineral logam dan respon TDIP yang
resistivitas tinggi dengan range (1800- dihasilkan bisa terlihat.
5200)Ωm pada kedalaman (15,9-28,7)cm
GAMBAR 5. Hasil pemodelan inversi Dipole-dipole bola tunggal (a) resistivitas dan (b)
chargeabilitas
ISBN : 978-602-1034-45-3 20
PROSIDING SNG 2016
GAMBAR 6. Hasil pemodelan inversi Wenner bola tunggal (a) resistivitas dan (b)
chargeabilitas
GAMBAR 7. Hasil pemodelan inversi Dipole-dipole bola ganda (a) resistivitas dan (b)
chargeabilitas
ISBN : 978-602-1034-45-3 21
PROSIDING SNG 2016
GAMBAR 8. Hasil pemodelan inversi Wenner bola ganda (a) resistivitas dan (b)
chargeabilitas
Hasil pemodelan inversi model dua bola 10)msec, yang menunjukan keberadaan dari
konfigurasi Dipole-dipole (GAMBAR 7) model dua bola. Pada model dua bola
dan Wenner (GAMBAR 8) menunjukan perbedaan dari konfigurasi Dipole-dipole
adanya respon anomali resistivitas tinggi dan Wenner sudah terlihat, dimana resolusi
tetapi tidak menunjukan keberadaan dari hasil pemodelan inversi antara kedua
model dua bola. Hasil pemodelan inversi konfigurasi ini hasilnya sangat berbeda.
konfigurasi Dipole-dipole terdapat anomali Konfigurasi Dipole-dipole bisa menunjukan
Chargeabilitas dengan range (1-30)msec, keberadaan model dua bola yang terpisah,
yang menunjukan model dua bola dititik - tetapi konfigurasi Wenner hanya dapat
40cm menunjukan adanya model bola besar menunjukan keberadaan model bola saja
dan dititik 40cm menunjukan keberadaan dan tidak bisa menunjukan model dua bola
model bola kecil. yang terpisah.
Chargeabilitas konfigurasi Wenner
terdapat respon anomali pada range (1-
Model parit
GAMBAR 9. Hasil pemodelan inversi Dipole-dipole parit (a) resistivitas dan (b)
chargeabilitas
ISBN : 978-602-1034-45-3 22
PROSIDING SNG 2016
GAMBAR 10. Hasil pemodelan inversi Wenner parit (a) resistivitas dan (b) chargeabilitas
Hasil pemodelan inversi model parit Banyak faktor yang menyebabkan nilai
konfigurasi Dipole-dipole (GAMBAR 9) resistivitas berbeda misalnya suhu,
dan Wenner (GAMBAR 10) terdapat kompaksi, densitas, porositas, kandungan
anomali resistivitas tinggi dengan nilai fluida dan lain-lain. Nilai chargeabilitas
resistivitas > 1600Ωm yang menunjukan hanya dipengaruhi oleh kandungan logam,
keberadaan model tersebut. Resolusi kedua semakin banyak kandungan logam maka
konfigurasi cukup baik dan dapat proses polarisasi akan lebih lama. Respon
menunjukan keberadaan model parit, namun resistivitas bisa bermacam-macam, tetapi
konfigurasi Dipole-dipole mempunyai chargeabilitas menunjukan nilai yang
resolusi yang lebih sesuai dengan model berkaitan dengan modelnya. Karena metode
yang di buat dari pada konfigurasi Wenner. TDIP yang menjadi acuan itu adalah nilai
Tidak terdapat respon chargeabilitas karena chargeabilitasnya. Nilai resistivitas bisa jadi
model yang dibuat ini tidak mengandung lebih tinggi, bisa jadi lebih rendah ditempat
logam. yang lain dan bisa jadi tidak ada. Tetapi
DISKUSI setiap ada chargeabilitas yang tinggi itu
Hasil pemodelan inversi resistivitas ada menunjukan bahwa disitu ada kandungan
tinggi dan rendah hal ini berkaitan dengan mineral logam, sehingga model subsurface
responnya. Dalam pemodelan fisis untuk bola konduktif teridentifikasi dengan baik.
menghasilkan respon resistivitas yang baik Untuk mengetahui respon TDIP terhadap
(ρ2/ρ1 >> 0,01) [4]. Ini berarti range benda variasi anomali resistivitas yang tidak
model dengan medium harus besar, ini bisa terlihat pada bola konduktif, maka dibuat
dilihat dari hasil di model parit (GAMBAR model parit. Hasil pemodelan inversi parit
9). Jika resistivitas medium hampir sama konfigurasi Dipole-dipole dan Wenner
dengan targetnya maka respon tidak akan memiliki respon anomali resistivitas tinggi
terlihat (GAMBAR 5). Hasil pemodelan sehingga pengaruh anomali yang
inversi resistivitas model bola konduktif ditimbulkan oleh model parit jelas terlihat.
kurang baik karena syaratnya kurang Resistivitas parit lebih tinggi dari bola
terpenuhi. konduktor, hal ini yang menyebabkan hasil
Nilai resistivitas pada logam tidak ada ukur parit lebih bagus dan jelas terlihat dari
polanya karena bisa tinggi dan bisa rendah. pada bola konduktor. Model bola konduktor
ISBN : 978-602-1034-45-3 23
PROSIDING SNG 2016
tidak mempunyai respon anomali resistivitas yang baik, sedangkan model parit
mempunyai respon anomali yang baik REFERENSI
terhadap medium disekitarnya. Dari model 1. Yatini, dkk. 2013. Respon Polarisasi
bola konduktif, dan model parit Terinduksi dalam Kawasan Waktu
diidentifikasi bahwa benda model dengan (TDIP) pada Medium Air Tanah.
medium latar mempunyai range anomali Seminar Nasional Kebumian-VIII
terlalu kecil sehingga respon anomali yang 2. Yatini, dkk. 2014. Studi Pemodelan
ditimbulkan oleh benda model tidak terlihat. Respon Polarisasi Terinduksi dalam
Respon anomali resistivitas akan terlihat Kawasan Waktu (TDIP) terhadap
jika variasi antara benda model dan medium Kandungan Mineral Logam, Sebuah
latar mempunyai selisih range nilai Hasil Awal. Indonesian Journal of
resistivitas yang cukup besar [5]. Applied Physics (2014) Vol.4 No.2 Hlm
162.
KESIMPULAN 3. Telford, W.M., Geldart, L.P., Sherff,
Terdapat korelasi yang baik antara R.E., 1990, Applied Geophysics, Second
respon TDIP terhadap keberadaan mineral Edition, Cambridge Univ.Press, London
logam, respon chargeabilitas tinggi 4. Apparao. Ankaraboyina, 1997,
menunjukan keberadaan model mineral Development in Geoelectrical Methods,
logam. Respon resistivitas tidak dapat A.ABalkema Publs, OldPostRoad,
menunjukan keberadaan model mineral Brookfield UT 05036, USA
logam karena range resistivitas model 5. Sarma, V.S., Rajest, R., Rajendra P.,
subsurface dengan medium yang digunakan 2002, Spectral Induced polarisation
hampir sama. Konfigurasi Dipole-dipole (SIP) a significant Geophysical Tool for
mempunyai resolusi yang lebih baik dari Mineral detection and Discrimination,
pada konfigurasi Wenner, karena resolusi Seminar Council For Geosciences, India
hasil pemodelan inversi konfigurasi Dipole-
dipole sesuai dengan model subsurface yang
digunakan.
ISBN : 978-602-1034-45-3 24
PROSIDING SNG 2016
Bawuran, Desa Bawuran, Kecamatan Pleret, itu, pada daerah penelitian berkembang juga
ISBN : 978-602-1034-45-3 26
PROSIDING SNG 2016
Rendahnya nilai berat jenis breksi pumis kelebihan dari penggunaan breksi pumis
tersebut dipengaruhi oleh komposisi pumis Gunung Bawuran, yaitu:
yang relatif besar yaitu 27,3% dan sedikit 1. Memiliki nilai kuat tekan yang cukup
litik andesit yaitu 16%. Semakin besar tinggi.
kandungan pumis, maka semakin kecil nilai a. Untuk penggunaan bahan dinding
berat jenis batuan. Hal ini disebabkan nilai bangunan sebagai pengganti batu
berat jenis pumis yang sangat kecil, yaitu bata, berdasarkan persyaratan kuat
0,8 gr/cm3. Untuk besarnya daya serap air tekan bata merah pejal menurut Pasal
dipengaruhi oleh banyaknya komposisi 27 PUBI-1982, maka breksi pumis
gelas yang dimiliki breksi pumis Gunung Gunung Bawuran setara dengan batu
Bawuran sebesar 48%. Selain itu, adanya bata merah pejal kelas 25.
fragmen pumis yang cukup banyak juga b. Untuk penggunaan bahan dinding
sangat mempengaruhi nilai daya serap air, bangunan sebagai pengganti batu
karena fragmen pumis tersebut bersifat beton pejal, berdasarkan syarat-syarat
porous. fisis bata beton pejal menurut SNI 03-
6861.1-2002, maka breksi pumis
TABEL 2. Hasil analisis uji sifat Gunung Bawuran setara dengan batu
keteknikan breksi pumis Gunung Bawuran. beton pejal tingkat mutu III.
No.
Berat Daya Kuat 2. Memiliki berat jenis yang jauh lebih
Jenis Serap Air Tekan kecil dibandingkan dengan material-
Sampel
(gr/cm3) (%) (Mpa)
material lain, sehingga sangat sesuai
BxP
1,04 34,5 4,85 untuk bangunan bertingkat.
1
BxP 3. Memiliki daya serap yang cukup tinggi
1,14 27,3 4,86
2 untuk breksi pumis, sehingga apabila
BxP dipakai sebagai bahan dinding bangunan
1,43 17,3 8,41
3
akan mudah menyerap kelembaban
Rata-
1,2 26,4 6,04 udara sehingga menyejukkan ruangan.
Rata
4. Selain itu, dengan daya serap yang cukup
PEMANFAATAN tinggi tersebut, breksi pumis dapat
Berdasarkan hasil analisis sifat berfungsi sebagai peredam suara, dan
keteknikan breksi pumis Gunung Bawuran sangat sesuai digunakan untuk bahan
tidak layak untuk digunakan sebagai bahan dinding gedung pertemuan.
pondasi bangunan karena nilai uji kuat tekan
dan daya serap batuannya tidak memenuhi Namun, apabila digunakan sebagai
persyaratan berdasarkan SNI 03-6861.1- bahan bangunan disarankan tidak terkena
2002 . sinar matahari dan air hujan secara
Namun, breksi pumis Gunung Bawuran langsung, karena bersifat porous. Hal
dapat digunakan sebagai bahan dinding tersebut dapat mengurangi kuat tekannya.
bangunan menggantikan bata merah pejal Sehingga untuk tempat yang terkena sinar
ataupun bata beton pejal dengan kualitas matahari dan air hujan secara langsung
yang lebih baik. Berikut adalah beberapa harus diplester terlebih dahulu.
ISBN : 978-602-1034-45-3 28
PROSIDING SNG 2016
TABEL 3. Breksi pumis Gunung Bawuran baik. Kelebihan dari breksi pumis Gunung
dan syarat mutu batu alam untuk bahan Bawuran sebagai bahan dinding bangunan
bangunan berdasarkan SNI 03-6861.1-2002 adalah sangat sesuai untuk bangunan
bertingkat, mudah menyerap kelembaban
udara sehingga dapat menyejukkan ruangan,
dan dapat berfungsi sebagai peredam suara
sehingga sangat sesuai digunakan untuk bahan
dinding gedung pertemuan.
REFERENSI
1. Sanjoto, Siwi. 2009. Kwalitas Breksi
TABEL 4. Breksi pumis Gunung Bawuran
Pumis sebagai Bahan Bangunan
dan syarat-syarat fisis bata beton pejal
Kecamatan Piyungan, Pleret, Imogiri
berdasarkan SNI 03-6861.1-2002.
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Teknologi, Volume 2
No. 1 Institut Sains & Teknologi
AKPRIND
2. Sukandarrumidi. 2009. Bahan Galian
Industri. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
TABEL 5. Breksi pumis Gunung Bawuran 3. Rahardjo, Wartono., Sukandarrumidi,
dan persyaratan kuat tekan bata merah pejal Rosidi, H.M.D. 1977. Peta Geologi
berdasarkan Pasal 27 PUBI-1982. Lembar Yogyakarta skala 1:100.000.
Direktorat Geologi, Departemen
Pertambangan Republik Indonesia.
4. Dirjen Cipta Karya. 1989. Spesifikasi
Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam). Direktorat
Pekerjaan Umum, Bandung
5. Efendi, W.V., dkk. 2014. Stratigrafi
KESIMPULAN Formasi Semilir di Dusun Krakitan, Desa
Breksi pumis Gunung Bawuran memiliki Candirejo, Kecamatan Semin, Kabupaten
nilai rata-rata berat jenis 1,2 gr/cm3, daya Gunung Kidul, Daerah Istimewa
serap batuan 26,35 %, dan kuat tekan 6,04 Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional
MPa. Berdasarkan hasil analisis tersebut Kebumian ke-7 hal. 858-873, Teknik
breksi pumis Gunung Bawuran tidak Geologi, Fakultas Teknik, Universitas
memenuhi persyaratan untuk dijadikan Gadjah Mada
sebagai bahan pondasi bangunan. Namun, 6. Wadiyana. 2009. Kajian Karakteristik
berdasarkan Pasal 27 PUBI-1982 dan SNI 03- Batu Alam Lokal Kabupaten Gunungkidul
6861.1-2002, breksi pumis Gunung Bawuran Sebagai Alternatif Pengganti Bata Merah
dapat digunakan untuk bahan dinding Untuk Pembangunan Dan Rehabilitasi
bangunan sebagai pengganti bata merah dan Rumah Sederhana. Tesis, Program Studi
bata beton dengan kualitas yang jauh lebih Magister Teknik Sipil, Universitas Sebelas
Maret Yogyakarta.
ISBN : 978-602-1034-45-3 29
PROSIDING SNG 2016
Abstrak. Kantung magma Gunung Merapi terbentuk karena rekahan dari aktivitas
vulkanisme yang berfungsi sebagai tempat akumulasi magma sebelum menerobos naik
ke permukaan. Identifikasi kantung magma dilakukan menggunakan metode magnetik
yaitu dengan menganalisis nilai intensitas kemagnetan batuan. Pada bulan Mei tahun
2016, penelitian dengan metode geomagnetik dilakukan untuk mengetahui batas
kantong magma di Desa Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa
Tengah. Penelitian dilakukan sebagai langkah awal monitoring geometri kantung
magma setelah terjadi erupsi pada tahun 2010. Pengukuran dilakukan dengan metode
base rover dengan luas area 1.5 x 1.5 km. Peta Total Magnetic Intensity menunjukkan
nilai dominan negatif antara -542.7 nT hingga 168.4 nT dengan sebaran merata kecuali
pada bagian selatan peta yang diinterpretasikan sebagai kantung magma. Upward
continuation dilakukan dengan kelipatan 100 sebanyak tiga kali untuk menggambarkan
anomali regional. Batas kantung magma dianalisa dengan Tilt Derivative Filter dan
didapatkan batas pada bagian utara dan selatan. Batas kantung magma memiliki nilai tilt
derivative sebesar 0.1-1.1 rad. Terindikasi terjadi perluasan kantung magma akibat
erupsi pada tahun 2010 arah barat dan timur.
Kata Kunci : Kantung Magma, Metode geomagnetik, Tilt Derivative Filter.
metode pasif seismik, gravity, magnetik, kemagnetan tinggi. Batuan akan kehilangan
deformasi dll. sifat kemagnetan jika dipanaskan melewati
Pada identifikasi batas kantung magma temperatur curie sehingga akan memliki
ini digunakan metode geomagnetik karena respon kemagnetan rendah jika
metode ini memiliki respon yang baik untuk diaplikasikan untuk mendeliniasi batas
mengidentifikasi struktur dan panas kantung magma.
dibawah permukaan. Penelitian ini Gaya Magnetik
bermaksud untuk mengetahui geometri Dalam kemagnetan dikenal dua jenis
kantung magma setelah terjadi erupsi pada muatan, yaitu muatan positif dan muatan
tahun 2010 sehingga dapat menjadi negatif. Kedua muatan ini memenuhi hukum
gambaran energi yang dapat disimpan oleh Coloumb. Muatan atau kutub yang
Gunung Merapi. berlawanan jenis akan tarik menarik
sedangkan muatan yang sejenis akan tolak
DASAR TEORI menolak dengan gaya F.
Kantung magma Gunung Merapi menempatkan persamaan di tempat yang
merupakan jenis kantung magma dangkal baru.
atau dekat dengan permukaan. Suplay m1.m2
F .r
magma dari dapur magma ke kantung r 2
magma yang terjadi terus menerus
(1)
menyebabkan kantung magma mengalami
Dimana: µ = permeabilitas magnetik.
kelebihan tekanan kemudian terjadi erupsi.
F = gaya Coloumb (N)
m1 & m2 = kuat kutub magnet
(A/m)
r = jarak kedua kutub (m).
terhadap data [7]. Ketika jendela waktu perhitungan AIC (k) yang telah dimodifikasi
yang dipilih sudah tepat, AIC dapat Andy, St-Onge [2] adalah sebagai berikut :
digunakan untuk melakukan picking fase
waktu tiba gelombang P dengan sangat ( ) ( ( ( )))
akurat [8]. ( ) ( ( ( (
Penelitian ini difokuskan pada pengujian ))) ) (1)
metode Akaike Information Criterion untuk
kejadian gempa mikro (magnitude kurang dengan k adalah index data, y adalah data,
dari 3 Skala Richter) dan gempa kuat dan nsamp merupakan banyak data.
dengan batasan magnitude di atas 4.5 Skala Gambar 1 menunjukkan sampel dari data
Richter. Hasil pengujian selanjutnya gempa mikro dari komponen tunggal
dibandingkan dengan dengan data arrival vertikal geophone. Pembagian dari titik k
yang direkam oleh stasiun-stasiun gempa membatasi dua deret waktu dengan sifat
milik Badan Meteorologi Klimatologi dan statistik. Random noise berada pada sampel
Geofisika (BMKG). Tingkat ketepatan 1 hingga k, dan gerak energi (energi motion)
penentuan waktu tiba gelombang P direkam dari sampel k+1 hingga nsamp.
bermanfaat dalam pengolahan data lanjutan Untuk data yang masih memiliki banyak
seperti penentuan hiposenter gempa dan noise, perlu dilakukan proses filtering
studi pencitraan struktur bawah permukaan terlebih dahulu menggunakan model filter
bumi dengan metode tomografi seismik. yang ada. Proses filtering ini bertujuan agar
ambiguitas yang dideteksi dari minimum
METODE PENELITIAN global atau lokal suatu kejadian gempa
Data yang dipergunakan dalam dapat diminimalisir. Untuk meningkatkan
penelitian adalah waveform dari 10 gempa ketelitian dalam melakukan proses
mikro dengan magnitude kurang dari 3 penentuan waktu tiba gelombang P, dapat
Skala Richter (SR) dan 3 gempa kuat dilakukan perbesaran kurva hasil metode
dengan magnitude lebih dari 4.5 SR selama AIC pada minimum lokal kejadian gempa
bulan Agustus 2015. Waveform gempa yang sehingga diperoleh waktu tiba gelombang P
dipergunakan dalam format SAC maupun yang lebih akurat. Waveform yang telah
miniSEED. Waveform dari gempa mikro difilter selanjutnya diubah ke dalam format
dan gempa kuat tersebut selanjutnya ASCII untuk diproses menggunakan
digunakan dalam pengujian metode AIC. program GUI AIC dengan bantuan software
AIC diperkenalkan oleh Akaike [9]. Matlab hingga diperoleh ploting data
Metode AIC dapat menentukan waktu tiba sebelum diolah oleh metode AIC atau masih
gelombang (arrival time) berdasarkan dalam bentuk waveform yang telah difilter
variansi data. Algoritma AIC berdasarkan dan hasil setelah diolah dengan metode
konsep karakteristik non stasioner sinyal AIC. Dari hasil AIC dilakukan penentuan
seismik yang bisa didekati dengan membagi waktu tiba gelombang P yang ditunjukkan
sebuah trace yang diukur ke dalam beberapa oleh minimum global atau minimum lokal
segmen lokal stasioner, dimana setiap suatu kejadian gempa. Hasil penentuan
segmen tersebut bertindak sebagai sebuah waktu tiba gelombang P tersebut
proses autoregresif [8]. Formula
ISBN : 978-602-1034-45-3 37
PROSIDING SNG 2016
selanjutnya dibandingkan dengan data 2.45 detik. Sementara untuk gempa kuat
arrival dari BMKG [11] dengan cara diperoleh selisih 0 hingga 0.64 detik.
menghitung selisih waktunya. Gambaran
singkat alur penelitian ditunjukkan pada
diagram alir Gambar 2.
GAMBAR 3. Hasil deteksi waktu tiba gelombang P pada dua kejadian gempa mikro.
GAMBAR 4. Hasil deteksi waktu tiba gelombang P pada dua kejadian gempa kuat.
ISBN : 978-602-1034-45-3 39
PROSIDING SNG 2016
TABEL 1. Perbandingan hasil metode AIC dengan data arrival dari BMKG untuk gempa
mikro.
TABEL 2. Perbandingan hasil metode AIC dengan data arrival dari BMKG untuk gempa
kuat.
ISBN : 978-602-1034-45-3 40
PROSIDING SNG 2016
(a) (b)
GAMBAR 5. Histogram selisih waktu tiba gelombang P hasil metode AIC dengan data
arrival BMKG untuk gempa mikro (a) dan untuk gempa kuat (b).
clay, loam,
dll.
Jenis < 2,5 Batuan Ketebalan
I alluvial, sedimen
yang permukaan
terbentuk sangat tebal.
dari
sedimentas
i delta, top
soil,
lumpur,
dll. GAMBAR 1. Peta geologi daerah
Dengan penelitian (Sumber : Peta geologi kota
kedalaman Semarang lembar Magelang-Semarang)
30 m atau
lebih. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
Ketebalan Lapisan Sedimen 1. Seismometer 3 komponen merek MAE
Ketebalan lapisan sedimen 2. Data Logger
menggambarkan ketebalan lapisan yang 3. Laptop
lunak atau lapuk pada lapisan permukaan 4. Global Positioning System (GPS)
tanah diatas batuan dasar. Ketebalan lapisan 5. Kompas Geologi
sedimen mempengaruhi kecepatan dari 6. Log Book
penjalaran gelombang badan. Menurut 7. Perangkat lunak yang terdiri dari:
Nakamura (2008) ketebalan lapisan sedimen a. Geopsy
(h) berhubungan dengan frekuensi natural b. Seg2conv
(Fo) dan kecepatan gelombang S pada c. Surfer 10
permukaan (Vs), sehingga dapat dirumuskan d. Microsoft Excel
persamaan sebagai berikut:
(4) HASIL DAN PEMBAHASAN
Ketebalan lapisan sedimen di daerah
METODE PENELITIAN Unnes cukup bervariasi, mulai dari 20 m
Lokasi penelitian berada di Universitas hingga 40 m seperti yang ditunjukkan pada
Negeri Semarang kampus Sekaran, Gambar 2.
Gunungpati dengan batas wilayahnya
berada pada 703‟22” – 703‟26” LS dan
110023‟38” – 110024‟25” BT yang
ditunjukkan pada Gambar 1.
ISBN : 978-602-1034-45-3 45
PROSIDING SNG 2016
(c)
(d)
GAMBAR 3. Ploting sayatan lokasi GAMBAR 4. Sayatan 2D lapisan tanah
penelitian bawah permukaan (a) sayatan AB (b)
sayatan CD (c) sayatan EF dan (d) sayatan
GH
ISBN : 978-602-1034-45-3 46
PROSIDING SNG 2016
Abstrak. Eksplorasi mineral telah dilakukan secara intensif di Banten yang merupakan
daerah dengan sumberdaya mineral yang cukup besar. Penelitian dilakukan di Kecamatan
Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten dengan menggunakan metode
resistivity dan Induced Polarization konfigurasi dipole-dipole sebanyak 9 lintasan dengan
orientasi barat-timur dengan panjang lintasan 1000 meter. Metode resistivity dan Induced
Polarization sebagai metode geofisika dangkal diaplikasikan untuk memperjelas target
zona mineralisasi yang merupakan sistem epitermal sulfida rendah. Korelasi penampang
hasil resistivity, Percent Frequency Effect (PFE) dan Metal Factor (MF) menunjukkan
daerah telitian diperoleh zona alterasi propilitik, silisifikasi, dan argilik. Pemodelan 3
Dimensi resistivity dan Induced Polarization diintegrasikan sebagai penentuan zona
potensial mineralisasi sulfida pada alterasi propilitik yang merupakan alterasi dominan
pada daerah penelitian dengan nilai resistivitas antara 21.5 hingga 123 ohm.m, nilai
Percent Freqency Effect 12 hingga 14% dan metal factor 1417 hingga 2535 m.hos.
Kata Kunci : Resistivity, Induced Polarization, Mineralisasi.
(b)
Gambar 3. (a) Peta Lokasi daerah Penelitian (Atlas Indonesia, 2012 ), (b) Desain survei
daerah penelitian.
Gambar 5. Lintasan 7 pengukuran Geolistrik (a) Resistivitas, (b) Percent Frequency Effect,
(c) Metal Factor
Percent
Zona Resistivitas Metal Factor
Freqency Effect Mineralisasi
Alterasi (Ohm.m) (mhos/m)
(% )
Argilik 3.77 - 21.5 14 -16 2538 - 4547 Lemah
Silisifikasi 123 - 220 16 - 18 123 - 220 Lemah
Propilitik 21.5 - 123 12 -14 1417 -2535 Kuat
Penampang korelasi digunakan untuk pada lintasan 6, 7 dan 8 pada jarak 100
mengetahui sebaran mineralisasi secara hingga 400 meter memiliki nilai
menyeluruh (Gambar 6). Zona mineralisasi resistivitas rendah dengan nilai Percent
pada daerah pengukuran terlihat menyebar Freqency Effect dan Metal Factor yang
dikarenakan zona mineralisasi sulfida tinggi. Zona propilitik sebagai zona
rendah memiliki karakter vein tipis. Secara potensial tersebar pada tiap-tiap lintasan
umum, zona alterasi argilik berkembang dengan persentase yang lebih kecil.
mendominasi daerah penelitian terlihat
Gambar 6. 2D correlation lintasan pengukuran (a) Resistivitas, (b) Percent Frequency Effect,
(c) Metal Factor
Pemodelan 3 dimensi digunakan untuk dimensi harus selalu dikontrol dengan data
melihat sebaran mineral sulfida dengan korelasi 2 dimensi dikarenakan pada
lebih jelas, namun data dari model 3 model 3 dimensi, software akan
ISBN : 978-602-1034-45-3 55
PROSIDING SNG 2016
melakukan interpolasi nilai yang sama dan mineral sulfida. Model 3 dimensi PFE
tanpa memperhatikan kondisi geologi. dan MF menunjukkan sebaran yang lebih
Pada peta resistivitas, nilai resistivitas sempit karea nilai IP hanya berpengaruh
rendah masih menempati volume yang oleh polarisasi membran dan polarisasi
cukup luas, hal ini disebabkan karena nilai elektroda (Gambar 7).
resistivitas masih dipengaruhi banyak
faktor. nilai resistivitas tersebut
diinterpretasikan sebagai mineral lempung
Gambar 7. 3 dimensi lintasan pengukuran (a) Resistivitas, (b) Percent Frequency Effect, (c)
Metal Factor.
Abstrak. Coal Bed Methane (CBM) sebagai gas metana yang terkandung dalam matriks
dan cleat batubara kini mulai berkembang sehingga menarik untuk dieksplorasi dan
dieksploitasi. Eksplorasi CBM menargetkan batubara dengan kualitas sub-bituminous
hingga bituminous. Metode seismik refleksi dalam eksplorasi CBM biasanya digunakan
karena memiliki penetrasi yang dalam, tetapi eksplorasi dengan metode seismik refleksi
kurang ekonomis sehingga diperlukan metode lain untuk menghemat biaya eksplorasi
tanpa mengurangi keakuratan data. Metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner-
Schlumberger merupakan satu konfigurasi yang dapat diaplikasikan untuk melihat
pelamparan batubara dengan hasil hingga 800 meter. Pengukuran data geolistrik kemudian
diintegrasikan dengan pengukuran well logging untuk memastikan keberadaan batubara.
Integrasi kedua metode ini diharapkan mampu menjadi model baru eksplorasi CBM di
Indonesia.
Kata Kunci: Coal Bed Methane, Wenner-Schlumberger, Well logging.
sering dikenal dengan sebutan sweet gas berbentuk setengah bola. Penjalaran arus
dikarenakan kandungan hydrogen sulfide tersebut digambarkan oleh Gambar 1
yang rendah. dengan sumber arus tunggal.
Gas dalam batubara mulai terbentuk
saat proses pembentukan batubara
(coalification), yang merupakan proses
perubahan material organik menjadi
gambut, lignit, subbituminous, bituminous
hingga antrasit, sebagai akibat dari tekanan
dan temperatur.
Gas dalam batubara dapat terbentuk
dari dua cara yaitu: Biogenic Gas berperan Gambar 1. Penjalaran arus dari satu
pada pembentukan Methane (CH4) dan sumber elektroda arus dan hasil
carbon dioxide (CO2) hasil dari penguraian penyebaran potensial (Loke, 2004).
bahan organik oleh mikrooganisme dan
Thermogenic Gas yaitu pengaruh dari suhu Dari Gambar 1 dapat dilihat penjalaran
atau temperatur yang akan meningkatkan arus dari sumber elektroda arus tunggal
peringkat (rank). serta hasil penyebaran potensial di bawah
Batubara memiliki matriks yaitu permukaan. Elektroda arus terletak
mikropori dan rekahan-rekahan (face & ditengah, sedangkan potensial menyebar
butt cleats) pada tempat-tempat inilah gas ke segala arah dengan muka equipotensial
tersebut melekat dan teradsorbsi pada berbentuk setengah bola dan saling
batubara sehingga untuk melepaskannya berpotongan.
harus menggunkan metode desorb. Potensi
reservoir CBM ditentukan oleh gas yang Well logging
tersimpan pada lapisan batubara karena Metode ini bekerja dengan cara
batubara mempunyai kapasitas serap. memasukkan alat perekam ke dalam sumur
Faktor-faktor yang mempengaruhi bor baik aktif maupun pasif untuk
kapasitas serap antara lain : tekanan, mendapatkan parameter fisik secara lebih
temperatur, kandungan mineral, detail. Well logging merupakan grafik hasil
kandungan air, peringkat batubara, perekaman sebagai fungsi kedalaman atau
komposisi maseral batubara. waktu dari satu set data yang menunjukkan
parameter yang diukur secara
Metode geolistrik berkesinambungan di dalam sebuah sumur
Resistivitymeter memberikan nilai (Harsono, 1997). Terdapat berbagai
resistensi (R), dan dapat dihitung dengan macam fungsi dan tujuan dilakukannya
persamaan : well logging. Salah satunya yaitu untuk
melakukan korelasi antar sumur pemboran.
(1)
METODE PENELITIAN
Metode geolistrik biasanya hanya
Dengan: digunakan untuk kedalaman yang tidak
V = Potensial terlalu dalam, namun belakangan sudah
I = Arus mulai diikembangkan metode geolistrik
untuk penetrasi yang lebih (II.2)
dalam yang
Konsep penjalaran arus dalam geolistrik sebenarnya diproyeksikan untuk
merupakan suatu arus kontinyu yang melakukan monitoring dewatering CBM di
masuk ke dalam medium isotrop dan Indonesia. Instrumen yang disebut dengan
ISBN : 978-602-1034-45-3 59
PROSIDING SNG 2016
Gambar 6. Pemodelan geologi kemenerusan batubara dari hasil penampang geolistrik. (R. Sukhyar,2012)
KESIMPULAN
Data log yang digunakan untuk Berdasarkan hasil diskusi dan studi
mengidentifikasi lapisan batubara yaitu log pustaka disimpulkan bahwa eksplorasi
densitas, log gamma ray, log neutron, log CBM dapat dilakukan dengan
density, dan log resistivity. Namun, dari menggunakan metode geolistrik
semua log, yang paling menunjukkan konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan
keberadaan batubara yaitu log gamma ray kedalaman maksimal 800 m, untuk
dan log resitivitas. Masing-masing data log mendapatkan target yang lebih dalam
akan menggambarkan karakteristik dari metode geolistrik digunakan sebagai dasar
lapisan batubara. Pada log Gamma ray, pembuatan pemodelan geologi dengan
sebagai contoh lapisan batubara pada salah menggunakan asumsi homogen isotropik.
satu sumur di cekungan Sumatera Selatan, Pengambilan data loging akan digunakan
ditandai dengan defleksi kurva gamma ray sebagai pendukung pemodelan geologi
ke arah kiri atau bernilai rendah, 0 – 60 sehingga dapat memastikan keterdapatan
API. lapisan yang di targetkan.
Pada eksplorasi minyak dan gas bumi,
log resistivitas akan menunjukkan respon DAFTAR PUSTAKA
yang tinggi apabila pada suatu reservoir 1. Sukhyar R, dkk. 2012. Potensi dan
terdapat hidrokarbon. Sama halnya dengan Pengembangan Coal bed Methane
lapisan batubara yang mengandung gas, Indonesia. Bandung: Badan Geologi dan
respon log resistivity akan menunjukkan Kementerian Energi dan Sumber Daya
defleksi ke kanan. Log neutron dan density Mineral.
memberikan respon yang rendah pada
2. Rider, Malcolm. 2002. The Geological
lapisan batubara.
Interpretation of Well Logs. Sutherland:
Log lain yang biasa digunakan adalah
log sonic. Log ini bekerja dengan Whittles Publishing.
memanfaatkan gelombang p untuk 3. Krygowski, Daniel A. 2003. Guide To
kemudian diterima oleh transmitter. Log Petrophysical Interpretation. Texas
sonic berfungsi untuk mengetahui USA.
porositas batuan. Batubara akan 4. Telford, W.M., L.P. Geldart, R.E. Shriff,
menunjukkan defleksi rendah. & D.A Keys. 1982. Applied Geophysic.
London: Cambridge University Press.
5. Loke, M.H. 2004. 2-D and 3-D Electrical
Imagine Surface.
ISBN : 978-602-1034-45-3 64
PROSIDING SNG 2016
Average Sedimentary
0 – 50000
rocks
Mineral Non-Magnetik
Calcite (CaCO3) (-7.5) - (-39)
Graphit ( C ) (-80) - (-200)
Magnesite (MgCO3) -15
Quartz (SiO2) (-13) - (-17)
Helite (NaCl) (-10) - (-16)
Galena (PbS) -33
Serpentinite
3.100 – 75.000
(Mg3Si2O5(OH)4)
Forsterite (Mg2SiO4) -12
Mineral Magnetik
Magnetite (Fe3O4) 1,000,000 - 5,700,000
Hematite (αFe2O3) 500 - 40,000
Maghemite (γFe2O3) 2,000,000 - 2,500,000
Ilminite (FeTiO3) 2,200 - 3,800,000
Pyrite (FeS2) 35 - 5,000
a c
Gambar 2. (a). Peta geologi daerah penelitian, (b). Singkapan bijih dan pasir besi, (c). Profil
mineralisasi keterdapatan bijih besi di daerah penelitian (Rusli, 2007)
Timur ini terdapat Bukit Sampoi yang besi dengan ukuran bongkah.
dapat ditemukan banyak singkapan bijih
Sebelum melakukan pemodelan 0,001 diinterpretasikan sebagai batuan
disoftware Mag2DC, maka dilakukan slice ultrabasa. Batuan ultrabasa merupakan
pada peta anomali magentik lokal. Proses batuan tertua di wilayah studi. Batuan
slice ini dimaksudkan untuk membuat profil ultrabasa yang terdapat di daerah penelitian
anomali magnetik. Selain itu pula dibuat terdiri atas batuan dengan mineral calcite,
penampang slice yang saling berpotongan magnesite, forsterite, dan quartz. Nilai bodi
agar didapatkan pola sebaran bijih besi yang dengan kisaran nilai antara 0,0022 sampai
terdapat di daerah penelitian dan 0,0442 diinterpretasikan sebagai batuan
mengakuratkan data ketika pemodelan 3D- dengan mineral hematite, mineral hematite
nya. ini yang diidentikkan sebagai bijih besi
Nilai bodi hasil pemodelan memiliki (Gambar 4).
nilai dengan kisaran antara -0,028 sampai -
a b c
Gambar 3. (a). Peta medan magnet hasil observasi pengukuran di lapangan, (b). Peta anomali
magnetic, (c). Peta anomali magnetik residual (lokal)
a b
ISBN : 978-602-1034-45-3 71
PROSIDING SNG 2016
Gambar 4. (a). Gabungan penampang interpretasi anomali magnetik, (b). Model 3D Sebaran
Nilai Suseptibilitas Tiap Kedalaman
Pada Gambar 4b pemodelan 3 dimensi, 2. Volume bijih besi yang terkandung pada
warna hijau hingga kuning menunjukan daerah pengukuran diperkirakan
batuan dengan kandungan mineral mencapai ± 916.150.000 m3.
hematite, warna biru menunjukan batuan
yang belum diketahui kandungannya, dan REFERENSI
warna merah menunjukan batuan dengan 1. Hunt, C. P., Moskowitz, B. M.,
kandungan mineral calcite, magnesite, Banerjee, 1995, Magnetik properties of
forsterite, dan quartz yang merupakan rock and minerals. In: Ahrens, Rock
batuan pada formasi ultrabasa. Pemodelan Physics and Phase Relations, A
3 dimensi yang dilakukan mencapai Handbook of Physical Contants,
penetrasi kedalaman 200 m, sesuai dengan American Geophysical Union
pemodelan dengan menggunakan 2. Rusli, Muhammad, 2007, Penelitian
Mag2DC. Volume bijih besi yang Potensi Bahan Magnet Alam Di Desa
terkandung pada daerah pengukuran Uekuli Kecamatan Tojo Kabupaten
diperkirakan mencapai ± Tojo Unauna Provinsi Sulawesi
916.150.000 m3 dan tonase bijih besi yang Tengah, Jurnal Sains Materi Indonesia
diperkirakan sekitar ± 499.210.135 ton. 3. Simandjuntak, T. O., Surono dan J. B.
Supandjono, 1991, Peta Geologi
KESIMPULAN Lembar Poso (skala 1 : 250.000),
Berdasarkan hasil penelitian yang telah PPPG, Bandung.
diperoleh, dapat ditarik kesimpulan 4. Telford, W M, L.P. Geldart, and R.E.
sebagai berikut : Sherriff , 1996, Applied Geophysics
1. Berdasarkan hasil pemodelan dengan Second Edition, Cambridge University
menggunakan software Mag2DC, bodi Press, Australia
dengan kisaran nilai antara 0,0022 5. Tamba, Ramses. J., 2006, Pemodelan
sampai 0,0442 diinterpretasikan Tubuh Bijih Besi di daerah Gunung
sebagai batuan dengan mineral Puben, Pulau Belitung Berdasarkan
hematite. Mineral hematite pada bodi Data Magnetik dan Geologi, Institut
ini yang diidentikkan sebagai bijih Teknologi Bandung, Bandung
besi.
ISBN : 978-602-1034-45-3 72
PROSIDING SNG 2016
Abstrak. Shale Oil atau minyak nonkonvensional adalah hydrocarbon yang berasal dari
batuan jenis sedimen mudstone atau siltsone yang kaya kerogen. Kerogen adalah zat padat
bersifat mineral dan bitumen yang terdapat dalam serpih minyak. Tempat terjadinya shale
oil berbeda dengan tempat berlangsungnya minyak konvensional, yakni berada di lapisan
bebatuan (shale formation) di kedalaman lebih 1500 meter yang merupukan lebih dalam
dibandingkan dengan minyak konvensional yang hanya + 800 meter. Hydrocarbon yang
terkandung di dalam shale oil ini berbentuk padat sehingga tidak bisa langsung diekstrak
seperti halnya crude oil. Seperti halnya crude oil konvensional, natural gas, dan batu bara,
shale oil adalah bahan bakar fossil yang terbentuk dari sisa algae,spores,plants, pollen, dan
berbagai organisme yang hidup pada jutaan tahun lalu. Proses pengambilan shale oil
adalah dengan teknik rekah hidrolik (hydraulic fracture) yaitu dengan melakukan
pemboran secara vertikal maupun horisontal dengan menggunakan air atau dengan kata
lain “memaksa” gas tersebut keluar dari batuan. Di Indonesia sendiri potensi shale oil
cukup menjanjikan karena di beberapa daerah seperti, Sumatra, Jawa, Sulawesi,
Kalimantan dan Papua . Produksi shale oil diyakini dapat mengatasi permasalahan
produksi miyak dan gas bumi Indonesia yang dalam kurun waktu 2010-2015 menunjukkan
tren yang menurun. Penurunan ini disebabkan beberapa hal, yakni semakin tuanya
lapangan minyak yang ada di Indonesia,belum ditemukannya cadangan lapangan minyak
dan gas yang baru. Maka dari itu dengan memproduksi shale oil diyakini dapat mengatasi
produksi minyak dan gas yang ada di Indonesia.
Kata kunci: migas, shale oil, kerogen
organik dalam shale oil yang tidak dapat potensinya tidak diketahui secara
larut dalam pelarut organik biasa dan menyeluruh serta perbedaan metode
tersusun oleh partikel-partikel yang estimasi untuk menentukannya. Data yang
dinamakan maseral. Sedangkan untuk diperoleh menurut Kongres Geologi
bitumen merupakan senyawa hidrokarbon Internasional ke-27 pada tahun 1984,
dengan sedikit mengandung sulfur, perkiraan sumber daya shale oil mencapai
oksigen, dan klor. 11,5 triliun ton. Potensi shale oil dan shale
gas di Indonesia sendiri cukup besar yakni
Migas Non-Konvensional Sebagai sekitar 574 TCF (Triliun Cubic Feet).
Energi Baru Sedangkan di Amerika Utara sendiri
Migas non-konvensional juga disebut mencapai 100 TCF yang mana dapat
sebagai energi baru dikarenakan dalam memenuhi kebutuhan gas Amerika selama
proses untuk mengambilnya yaitu 50 tahun.
menggunakan teknik khusus yakni, rekah Potensi shale oil di Indonesia
hidrolik (hydraulic fracture atau fracking) diperkirakan masih bisa bertambah lagi hal
yaitu dengan memasukkan pipa secara ini dikarenakan shale oil yang ada di
vertikal kedalam permukaan bumi lalu Indonesia masih dalam tahap riset dan
ditambah dengan pipa yang mengarah eksplorasi. Dengan memproduksi shale oil
horizontal dan membuat rekahan pada dan shale gas dapat mengurangi
formasi batuan tersebut. Energi baru ini ketergantungan dalam menggunakan
menjadi potensi yang sangat besar, minyak bumi konvensional dan batu bara.
terutama pada shale oil yang bisa menjadi
solusi atas permasalahan energi di Teknik untuk mendapatkan Shale Oil
Indonesia. Pengembangan shale oil sendiri lebih
sulit dibandingkan minyak konvensional.
Metode eksplorasi shale oil ini secara
umum dimulai dengan akuisisi seismik,
pengolahan data seismik, intrepretasi
geologi, analisis petrophysic, rock physic,
geomekanik, maturase, porositas, dan
saturasi batuan, serta aplikasi lebih lanjut
untuk mengetahui perseberan shale oil.
Sedangakan untuk metode pengeboran
(drilling) dari shale oil sendiri dilakukan
teknik pengeboran horisontal (horizontal
GAMBAR 3. Produksi shale oil selama drilling) dan hydraulic fracturing atau
120 tahun terakhir di beberapa endapan sering disebut juga fracking. Fracking
terpilih merupakan suatu proses dimana campuran
air, pasir, dan cairan kimia tertentu yang
Sumber daya shale oil di dunia tidak diinnjeksikan dengan tekanan yang sangat
dapat ditentukan dengan pasti karena tinggi ke dalam tanah (dimana shale
berada), untuk memecahkan lapisan batuan
ISBN : 978-602-1034-45-3 75
PROSIDING SNG 2016
dan melepaskan (release) minyak dan gas injeksi harus dilakukan berulang-ulang
yang terjebak di dalamnya. Fracking karena tight oil tidak membentuk suatu
dilakukan dengan cara melakukan reservoir. Semakin banyak pengulangan,
pengeboran ke dalam lapisan yang kaya maka akan semakin besar pula biaya yang
akan tight oil (lapisan oil rich shale). dibutuhkan untuk memproduksi shale oil.
Kedalaman lapisan oil rich shale ini dapat Material yang digunakan untuk melakukan
mencapai hingga 5000 feet (1525 meter). injeksi (air, pasir, cairan kimia, dan
Sumur bor dilapisi dengan steel casing sebagainya) juga diperlukan dalam jumlah
untuk mencegah kontaminasi ke dalam air yang besar. Selain itu, faktor community
tanah (groundwater). Ketika pengeboran impact , seperti kerusakan lingkungan dan
sudah mencapai lapisan oil rich shale prasarana akibat aktivitas pengeboran,
pengeboran akan dibelokkan kea rah hingga environmental risk seperti
horisontal sepanjang kurang lebih 1 mile terlepasnya beberapa zat kimia berbahaya
(1600 meter). dalam tanah ke udara bebas juga memiliki
Selanjutnya, semacam perforated gun peran besar dalam memperbesar biaya
yang dilenkapi dengan bahan peledak keseluruhan untuk melakukan proses
dimasukkan ke dalam dasar sumur bor fracking.
yang ketika diledakkan akan membuat
retakan-retakan kecil dalam lapisan oil rich Potensi Shale Oil di Indonesia
shale. Kemudian fluida campuran air-
pasir-bahan kimia diinjeksikan ke dalam
sumur bir dengan tekanan yang sangat
tinggi. Tekanan tinggi tersebut akan
memperbesar retakan, dan pasir akan
menahan retakan tersebut tetap
terbuka lebar. Bahan kimia yang
diinjeksikan akan membantu
mengeluarkan minyak (ataupun gas) dari
lapisan oil rich shale tersebut. Air dan
bahan kimia yang telah diinjeksikan ke
GAMBAR 4 Perkembangan sumber daya
dalam sumur bor akan dipompa kembali ke
shale oil oleh pusat Sumber daya Geologi-
permukaan untuk selanjutnya dibuang atau
Badan Geologi
diolah lebih lanjut (disposal treatment).
Minyak dan gas yang telah terbebas dari
Sumber daya shale oil Indonesia
kemudian akan ikut mengalir ke
hingga tahun 2011 menunjukkan angka
permukaan yang selanjutnya akan dialirkan
11,4 milyar ton. Potensi ini berdasarkan
melalui pipeline untuk pengolahan lebih
nilai kandungan minyak yang dihasilkan
lanjut.
selama proses analisis retort sangat
Proses fracking memerlukan injeksi
bervariasi. Potensi sumber daya shale oil
tekanan secara berlangsung berulang-ulang
masih sangat awal dan masih akan terus
untuk dapat memecahkan lapisan
bertambah seiring dengan kegiatan
batuan dan melepaskan shale oil. Proses
ISBN : 978-602-1034-45-3 76
PROSIDING SNG 2016
penyelidikan yang masih dilakukan oleh syukur kepada Allah SWT karena atas
Pusat Sumber Daya Geologi – Badan nikmat dan karunia-Nya yang telah
Geologi. diberikan. Yang kedua kepada kedua orang
Kebijakan energi nasional tahun 2025 tua yang senantiasa memberikan semangat
yang mensyaratkan kontribusi nyata dan motivasi terus menerus. Yang
sumber-sumber energi alternatif di luar selanjutnya terimakasih untuk Ketua
minyak dan gas bumi konvensional, masih Program Studi Geofisika Dr. Asep Harja,
belum memberikan ruang yang cukup lalu kepada Bambang Wijatmoko, S.Si,
supaya shale oil bisa menjadi kontributor M.Si selaku dosen. Lalu tak lupa juga
yang meyakinkan. kepada Bapak Dr. Sartono yang telah
Di tingkat persaingan energi global, membimbing penulis dalam menyelesaikan
perkembangan shale oil dan shale gas ini paper ini. Juga kepada Lia Maryani selaku
secara signifikan telah membawa berbagai partner yang sama-sama lolos dalam
dampak sosial, politik, dan ekonomi, di Seminar Nasional Geofisika Unnes yang
belahan bumi lain termasuk di Indonesia. telah memberikan arahan selaku senior
Bahkan pengembangan shale gas di geofisika. Tak lupa juga kepada teman-
Amerika telah mengubah pasar energi teman yang senantiasa memberikan
global, sehingga menyebebabkan Amerika dukungan baik moral maupun material.
tidak perlu lagi mengimpor gas lagi. Jika
cadangan proven shale oil maupun shale REFERENSI
gas di Indonesia mencapai 1000-2000 TCF 1. Biro Riset LM FE UI, Analisis Industri
maka mungkin saja Indonesia akan Minyak dan Gas di Indonesia,2012.
menjadi negara dengan potensi shale oil 2. Fikriyantito, Hanif, Shale Oil, 2016.
dan shale gas terbesar di dunia. Hali ini 3. Anonim, Migas Non-konvensional
tentu saja akan bermanfaat bila digunakan sebagai Solusi Energi Indonesia.
sebaik-baiknya. 4. Metro tv news, Lapangan Migas
semakin tua penyebab produksi
UCAPAN TERIMA KASIH menurun,
Penulis mengucapkan terima kasih http://ekonomi.metrotvnews.com/energi
kepada pihak-pihak yang telah membantu /Rb17a6XK-lapangan-migas-semakin-
penulis dalam menyelesaikan paper ini. tua-penyebab-produksi-menurun
Yang pertama penulis mengucapkan (diakses tanggal 26 Oktober 2016)
ISBN : 978-602-1034-45-3 77
PROSIDING SNG 2016
Abstrak. Penggunaan data seismik untuk interpretasi kondisi bawah permukaan telah
banyak dipergunakan secara luas, terutama untuk penarikan batas horison suatu formasi
maupun patahan. Selain itu, data seismik juga dapat dipergunakan untuk memahami
perkembangan sedimentasi bawah permukaan melalui interpretasi konfigurasi internal
dan eksternal seismik. Akan tetapi, penggunaan data seismik untuk memahami
sedimentasi suatu daerah masih banyak terkendala dikarenakan ketersediaan data
seismik yang masih kurang memadai. Begitu pula dengan daerah Aru, cekungan
Sumatera Utara. Daerah ini memiliki potensi keterdapatan hidrokarbon yang sangat
potensial, terbukti dengan terdapatnya beberapa lapangan yang masih berproduksi
hingga saat ini. Akan tetapi ketersediaan data seismik masih tergolong minim. Data
seismik yang tersedia merupakan data seismik dua dimensi berupa print out, tanpa data
digital yang memadai. Data seismik ini walaupun tergolong tua, akan tetapi masih
memiliki potensi untuk digali lebih dalam. Berdasarkan hasil analisis stratigrafi sekuen
dengan menggunakan 39 lintasan seismik dan 2 data sumuran di daerah telitian terdiri
atas 3 runtunan pengendapan atau sekuen pengendapan, yaitu sekuen I yang terdiri atas
endapan high stand system track I, sekuen II yang terdiri atas endapan transgressive
system tract II dan lowstand system tract II, serta sekuen III yang terdiri atas endapan
transgressive system tract III. Sumber klastika dari endapan ini diintepretasikan berasal
dari arah selatan – barat daya yaitu dari Bukit Barisan yang pada saat itu mulai
mengalami pengangkatan. Dari hasil penelitian ini dapat diaplikasikan untuk
mengetahui zona prospek untuk dikembangkan sebagai lapangan minyak baru.
Kata kunci: Seismik Stratigrafi, Formasi Baong, Aru, Sumatera Tengah
PEMBAHASAN
Bagian bawah Batupasir Baong bagian
tengah ini dibatasi oleh endapan Serpih
Baong Bagian Bawah, sedangkan bagian
atas dibatasi oleh Serpih Baong Bagian
Atas. Penafsiran jenis litologi dan satuan
batuan penyusun daerah telitian dilakukan
dengan melihat data sumuran yang
kombinasikan dengan kenampakan refleksi
GAMBAR 6. Stratigrafi Regional
dari data penampang seismiknya, sehingga
Cekungan Sumatera Utara (Caughey &
didapatkan hasil bahwa endapan di daerah
Wahyudi, 1993 (dalam Herman & Hasan,
telitian merupakan endapan lowstand berupa
IAGI, 2000
silisiklastik yang mempunyai penyebaran
cukup luas dari barat hingga timur serta
Formasi Baong diendapkan bersamaan
daerah tinggian pada saat diendapkan
dengan terjadinya fase genang laut regional.
berada pada bagian utara dari daerah
Hal ini ditujukan dengan adanya kenaikan
telitian.
muka air laut global pada sekitar 15,5 juta
Pada interval batupasir Baong Bagian
tahun yang lalu (N8-N9) dan ditunjang
Tengah ini terdapat empat fasies seismik
dengan adanya perubahan lingkungan
yang dapat diidentifikasi (Natasia, 2016).
pengendapan dari paralik ke bathyal yang
Keempat fasies tersebut dibagi berdasarkan
berkaitan erat dengan terjadinya penurunan
kesamaan terminasi dan konfigurasi internal
dasar cekungan yang terjadi secara regional
seismik, yaitu (Gambar 4):
mengakibatkan perubahan tingkat
a. Fasies I. Merupakan lapisan paling
kedalaman pada cekungan. Formasi Baong
bawah pada endapan batupasir Baong
terdiri atas lempung dan serpih laut dalam
Bagian tengah ini. Dicirikan dengan adanya
berwarna abu-abu atau kecoklatan dengan
terminasi downlap dan konfigurasi berupa
ketebalan mencapai 750-2500 meter dengan
progradasi sigmoid. Fasies ini dapat
kisaran umur formasi dari Miosen Awal
dijumpai pada setiap lintasan seismik,
sampai awal Miosen Akhir(N8 – N16) .
menyebar dengan ketebalan yang hampir
sama disetiap lintasan seismik. Dari
terminasi dan konfigurasi internal yang
ISBN : 978-602-1034-45-3 80
PROSIDING SNG 2016
menyusun fasies ini, fasies ini dapat parallel. Fasies ini berkembang disemua
diidentifikasikan sebagai endapan highstand lintasan seismik. Dari konfigurasi yang
system tract. terlihat pada lapisan ini, dapat
b. Fasies II. Merupakan lapisan ke dua diidentifikasikan bahwa endapan ini berupa
pada Batupasir Baong bagian Tengah ini. transgressive system tract.
Dicirikan dengan konfigurasi internal sub Dari analisis penampang seismik,
parallel. Fasies ini tidak berkembang diketahui pada daerah telitian terdapat tiga
disemua lintasan seismik, beberapa sekuen pengendapan yaitu Sekuen – I yang
pembajian dapat diidentifikasi pada terdiri dari highstand system tract (HST)– 1,
penampang seismik. Fasies ini menyebar di Sekuen – II yang terdiri dari Transgressive
daerah utara-timurlaut daerah penelitian system tract (TST )– II, dan Sekuen – III
dengan pembajian kearah selatan-baratdaya. yang terdiri dari Low stand system tract
Dari konfigurasi yang terlihat pada lapisan (LST)– III,dan Transgressive system tract
ini, dapat diidentifikasikan bahwa endapan (TST )– III (gambar 5).
ini berupa transgressive system tract. Penyebaran dari masing – masing system
c. Fasies III. Merupakan lapisan ketiga tract pada daerah ini relatif sama, menyebar
pada Batupasir Baong bagian Tengah ini. di hampir diseluruh lokasi penelitian, hal ini
Dicirikan dengan terminasi downlap. Fasies dikarenakan lokasi pengendapan yang sama
ini berkembang hampir disemua lintasan dan pada waktu yang relatif tidak begitu
seismik, beberapa pembajian dapat berbeda. Pola penyebaran ini dipengaruhi
diidentifikasi pada penampang seismik. oleh geometri dari alas pengendapan yaitu
Fasies ini menyebar di daerah utara- bagian atas dari Serpih Baong Bagian
timurlaut daerah penelitian dengan Bawah. Secara umum daerah tinggian
pembajian kearah selatan-baratdaya. Dari terdapat di bagian selatan / barat daya
konfigurasi yang terlihat pada lapisan ini, sedangkan daerah rendahan didominasi di
dapat diidentifikasikan bahwa endapan ini bagian relatif utara / timur laut. Hal ini juga
berupa lowstand system tract. mempengaruhi ketebalan dari system tract
d. Fasies IV. Merupakan paling atas yang cenderung menebal kearah timur laut
pada Batupasir Baong bagian Tengah ini. mengisi pada bagian rendahan.
Dicirikan dengan konfigurasi internal sub
ISBN : 978-602-1034-45-3 81
PROSIDING SNG 2016
Orientasi arah struktur sesar mengalami diintepretasikan berasal dari erosi daerah
perubahan dari orientasi yang terbentuk tinggian yang berada di selatan di selatan /
pada Batuandasar pra-Tersier dan Formasi barat daya dan selanjutnya diendapkan pada
Belumai yang berorientasi barat laut – daerah rendahan yang terletak di utara /
tenggara dan utara – selatan. Sedangkan timur laut daerah telitian (Natasia,2016)
sesar yang berkembang pada Miosen (Gambar 6.).
Tengah diinterpretasikan berupa sesar-sesar Salah satu tujuan analisis stratigrafi
yang berarah baratlaut-tenggara yang Batupasir Baong Bagian Tengah di daerah
sebagian besar merupakan hasil rektifasi telitian adalah untuk menentukan daerah
dari struktur yang ada sebelumnya. Pola prospek hidrokarbon yaitu untuk
sesar ini mengontrol struktur tinggian yang mengetahui penyebaran fasies (system tract)
berkembang. Dibagian selatan/barat daya yang berpotensi sebagai batuan induk
dan struktur rendahan yang berada dibagian (source rock), batuan reservoar dan batuan
utara / timur laut daerah telitian. Endapan penutup (cap rock). System tract yang
Batupasir Baong Bagian Tengah berkembang pada Batupasir Baong Bagian
ISBN : 978-602-1034-45-3 82
PROSIDING SNG 2016
Tengah juga dapat bertindak sebagai karena endapan transgressive system tract
batuan reservoar hidrokarbon, baik untuk yang merupakan endapan berbutir halus.
perangkap-perangkap struktur maupun Sedangkan yang bertindak sebagai batuan
perangkap stratigrafi. Endapan yang dapat reservoir yaitu endapan lowstand system
bertindak sebagai batuan reservoar yang tract yang pada umumnya memiliki ukuran
baik adalah antara lain endapan-endapan butir kasar dan mempunyai porositas dan
lowstand system tract dan endapan-endapan permeabilitas yang besar sehingga
highstand system tract. hidrokarbon dapat tersimpan, karena
endapan ini terbentuk pada saat muka air
laut mengalami penurunan dan
menyingkapkan daerah paparan sehingga
terjadi erosi dan material hasil erosi
terendapkan menjadi endapan ini.
Dari model play hidrokarbon ( Gambar
7) dapat dilihat bahwa Anggota Batupasir
Baong Bagian Tengah berpotensi sebagai
reservoar. Anggota Batupasir Baong Bagian
Tengah ini disusun oleh perselingan
batupasir – serpih yang didominasi oleh
batupasir.
Reservoir Anggota Batupasir Baong Bagian
Tengah ini memiliki porositas berkisar
GAMBAR 9. Skematik konfigurasi struktur antara 15 – 20% dan permeabilitas antara 5
daerah telitian pada Miosen Tengah (N 13- mD sampai 1000 mD (sumur Duyung
N16) (Natasia, 2016) 1)(Soejono Martodjojo.,dkk., 1999),
ditemukan berada dibagian baratdaya daerah
Sementara endapan - endapan transgressive telitian dengan batuan tudung (seal) berupa
system tract bertindak sebagai batuan serpih Baong Bagian Atas (Upper Baong
tudung (cap rocks) atau bahkan bisa menjadi Shale) dan batuan induknya (source rock)
batuan asal / induk (source rocks) dari berupa Serpih Baong Bagian Bawah (Lower
hidrokarbon itu sendiri, hal ini disebabkan Baong Shale) (Gambar 7).
ISBN : 978-602-1034-45-3 83
PROSIDING SNG 2016
Dilihat dari hasil analisis sikuen Terdapat dua batuan induk utama yang
stratigrafi pada daerah telitian, maka sangat baik pada Cekungan Sumatera Utara,
terdapat dua system tract yang dapat yaitu pada Formasi Baong (Miosen) dan
bertindak sebagai reservoar yaitu endapan Formasi Bampo (Oligosen – Miosen
highstand system tract I dan lowstand Awal).(Phillip R. Davies, 1984). Interfal
system tract III. Kedua endapan ini dapat batuan induk yang paling baik pada Formasi
diintepretasikan berpotensi mengandung Baong adalah Serpih Baong Bagian Bawah
cadangan hidrokarbon yang baik karena dimana diendapkan pada lingkungan neritik
kemungkinan disusun oleh material sedimen atas sampai bathyal. (Mulhadiono et al.,
klastika yang relatif lebih kasar dan 1977; kingstone, 1978). Serpih Baong
mempunyai porositas yang relatif lebih baik Bagian Bawah ini sebenarnya tidak
jika dibandingkan dengan endapan memenuhi syarat sebagai batuan induk jika
transgressive system tract yang tersusun hanya ditinjau dari angka total organic
oleh endapan halus (serpih). content nya yang Berkisar 1.5 % - 1.7%,
tetapi ketebalan dari formasi ini yang sangat
ISBN : 978-602-1034-45-3 84
PROSIDING SNG 2016
Abstrak. Penilaian bahaya gempabumi untuk area umum perlu dilakukan, salah
satunya untuk kawasan kampus. Salah satu kampus yang rawan terhadap bahaya
gempabumi di Jawa Barat adalah Universitas Padjajaran (Unpad) Jatinangor. Makalah
ini merangkum penilaian bahaya gempabumi berdasarkan pendekatan probabilistik
untuk kawasan Unpad Jatinangor. Data yang digunakan adalah historis gempabumi
dengan magnitude Mw ≥ 5 selama 115 tahun terakhir dari tiga model sumber
gempabumi yaitu megathrust, shallow crustal dan background. Penilaian bahaya
gempabumi dilakukan dengan metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA).
Hasil PSHA untuk Kawasan Unpad Jatinangor dalam bentuk peta bahaya gempabumi
menunjukkan rentang percepatan tanah maksimum (PGA) di batuan dasar berkisar
antara 0,576 hingga 0,604 g, spektra percepatan tanah pada periode T=0,2 dan T=1
detik masing-masing berkisar antara 1,402 hingga 1,479 g dan 0,528 hingga 0,571 g
untuk probabilitas terlampaui 2 persen dalam 50 tahun. Bahaya gempabumi bernilai
rendah di sebelah barat daya dan berangsur naik ke arah timur laut. Hasil di atas
bersesuaian dengan letak patahan Lembang yang berada di sebelah timur laut kampus
Unpad Jatinangor.
Kata kunci: Penilaian bahaya, gempabumi, PSHA, Unpad Jatinangor, PGA, spektra
percepatan.
Universitas Winaya Mukti (Unwim), Institut bahaya dari suatu lokasi terhadap berbagai
Koperasi Indonesia (Ikopin). Secara sumber gempa [8].
geologi, kawasan Jatinangor relatif dekat Penelitian ini membahas penilaian
dengan kemenerusan patahan Lembang bahaya gempabumi untuk kawasan
yang melintang di sebelah utara Gunung Universitas Padjajaran (Unpad) Jatinangor
Manglayang [4]. Patahan Lembang berdasarkan pendekatan probabilistik. Hasil
merupakan patahan aktif yang terletak di analisis diharapkan memberikan manfaat
utara Cekungan Bandung berarah barat- bagi penilaian keamanan struktur bangunan
timur sepanjang 22 km [5]. serta dapat menjadi acuan dalam desain
Keberadaan patahan aktif Lembang bangunan tahan gempa di kawasan tersebut.
memberikan pengaruh kegempaan yang
relatif tinggi di wilayah cekungan Bandung METODE PENELITIAN
dan sekitarnya hingga menyebabkan Katalog gempa yang dipergunakan
wilayah tersebut rawan gempabumi. Fakta dalam penelitian ini berasal dari BMKG dan
tersebut menjadikan mitigasi bencana USGS dari tahun 1900 – 2015 [9, 10]
gempabumi penting untuk dilakukan. Kajian dengan kriteria magnitude ≥ 5, kedalaman
bahaya gempabumi di kawasan Unpad ≤ 300 km dan jarak tidak lebih dari 500 km.
Jatinangor dan sekitarnya menjadi penting Katalog gempa diseragamkan kedalam
untuk dilakukan mengingat sejarah mencatat moment magnitude (Mw) menggunakan
bahwa kawasan Jatinangor pernah formula Scordilis [11]. Data yang telah
merasakan gempabumi hebat pada tahun diseragamkan dalam Mw selanjutnya
1972 dan 2000 [4]. Hasil penelitian yang dipisahkan dari gempa pendahuluan
termuat dalam revisi peta gempa Indonesia (foreshocks) dan gempa susulan
2010 menunjukkan bahwa patahan (aftershocks) menggunakan algoritma
Lembang yang berdekatan dengan kawasan Gardner and Knopooff [12] dan bantuan
Jatinangor diperkirakan mampu software ZMAP [13]. Gambaran singkat
menghasilkan gempabumi dengan kekuatan analisis yang dipergunakan dalam penelitian
6,6 SR [6]. ini ditunjukkan dalam diagram alir
Secara umum, analisis bahaya penelitian pada Gambar 2.
gempabumi dapat dilakukan menggunakan Pemodelan sumber gempa dalam
Deterministic Seismic Hazarad Analysis penelitian ini dikelompokkan dalam tiga
(DSHA) maupun Probabilistic Seismic jenis sumber gempa meliputi subduksi
Hazard Analysis (PSHA). PSHA merupakan (megathrust), sumber gempabumi patahan
metode yang cukup popular dipergunakan. (shallow crustal) serta sumber gempa
Keunggulan metode PSHA antara lain background. Sumber gempa subduksi
memberikan kemungkinan untuk meliputi megathrust South Sumatera,
memperhitungkan pengaruh faktor-faktor megathrust Jawa 1 dan megathrust Jawa 2.
ketidakpastian dalam analisis seperti halnya Sumber gempa shallow crustal yang
ketidakpastian ukuran, lokasi dan frekuensi diperhitungkan adalah patahan Lembang,
kejadian gempa [7]. Keunggulan lain dari Cimandiri, Baribis, Bumiayu dan Sunda,
PSHA adalah mampu mengintegrasikan sedangkan sumber gempa background yang
ISBN : 978-602-1034-45-3 87
PROSIDING SNG 2016
dilibatkan meliputi shallow background dan gempa shallow crustal dan subduksi
deep background (Gambar 3). diperlihatkan pada Tabel 1 dan 2.
Hingga saat penelitian ini dilangsungkan
belum tersedia fungsi atenuasi yang
diturunkan secara spesifik untuk wilayah
penelitian. Dengan demikian pemakaian
fungsi atenuasi yang diturunkan dari
wilayah lain tidak dapat dihindari. Namun
demikian, penentuan fungsi atenuasi
dilakukan dengan tetap memperhatikan
kesamaan kondisi geologi dan tektonik dari
wilayah dimana fungsi atenuasi itu dibuat.
Pada penelitian ini, fungsi atenuasi yang
digunakan sebagian besar sudah
menggunakan fungsi atenuasi NGA (Next
Generation Attenuation) dimana atenuasi ini
dalam pembuatannya sudah menggunakan
data gempa global (worldwide data) [6].
Fungsi atenuasi yang dipergunakan
dibedakan berdasarkan sumber gempa.
Untuk sumber gempa shallow crustal dan
shallow background dipergunakan fungsi
atenuasi Boore-Atkinson NGA [17],
Campbell-Bozorgnia NGA [18], serta
Chiou-Youngs NGA [19]. Untuk sumber
gempa subduksi (megathrust) digunakan
fungsi atenuasi Youngs et al., SRL [20],
Atkinson-Boore BC rock and global source
GAMBAR 2. Analisis yang dipergunakan subduction [21] dan Zhao et al. [22]. Untuk
dalam penelitian . sumber gempa deep background digunakan
fungsi atenuasi Atkinson-Boore, Cascadia
Data dan parameter masing-masing [21], Youngs et al. [20] dan Atkinson-
sumber gempa ditentukan berdasarkan Boore, Wordwide [21].
pengolahan data dan hasil penelitian Penilaian bahaya gempa menggunakan
sebelumnya. Selanjutnya ditentukan nilai-a pendekatan probabilistik akan
dan nilai-b untuk sumber gempa subduksi memperhitungkan semua ketidakpastian
berdasarkan data katalog gempa yang telah atau kemungkinan seperti halnya
diolah sebelumnya. Data dan parameter ketidakpastian magnitude maksimum,
sumber gempa shallow crustal didasarkan model perulangan gempa, fungsi atenuasi
pada beberapa hasil penelitian sebelumnya dan sebaginya. Untuk mengatasi hal tersebut
[6, 14, 15, 16]. Data dan parameter sumber dipergunakan metode logic tree. Metode
logic tree memungkinkan menggabungkan
ISBN : 978-602-1034-45-3 88
PROSIDING SNG 2016
KESIMPULAN
Penilaian bahaya gempabumi melalui
pendekatan probabilistik di kawasan Unpad
Jatinangor untuk probabilitas terlampaui 2
persen dalam 50 tahun memberikan hasil
percepatan tanah maksimum (PGA) berkisar
0,576 – 0,604 g, spektra percepatan tanah
pada periode T=0,2 berkisar 1,402 – 1,479 g
serta pada T=1 detik berkisar 0,528 – 0,571
g.
Bahaya gempabumi yangberasosiasi
dengan nilai PGA relatif meningkat kearah
timur laut dikarenakan faktor lokasi yang
relatif lebih dekat dengan sumber
GAMBAR 6. Spektra percepatan kawasan gempabumi (patahan Lembang).
Unpad Jatinangor dan sekitarnya pada
periode T=0.2 detik untuk 2% PE 50 tahun. UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada Puslitbang BMKG atas
kesempatan dan fasilitas yang diberikan
guna mendukung penelitian ini.
REFERENSI
1. A. Gatignon, L. N. V. Wassenhove, A.
Charles, The Yogyakarta earthquake:
Humanitarian relief through IFRC's
decentralized supply chain, Int. J.
Production Economics 126, 102-110
(2010).
2. A. M. Haifani, “Manajemen Resiko
Bencana Gempa Bumi (Studi Kasus
Gempabumi Yogyakarta 27 Mei 2006),”
Seminar Nasional IV SDM Teknologi
Nuklir, Yogyakarta, 25 - 26 Agustus
2008.
3. A. Lisantono, Y. Arfiadi, “Lesson
Learned from 27th May 2006
ISBN : 978-602-1034-45-3 91
PROSIDING SNG 2016
Gambar 4. Penampang 2D L1 (a) Resistivitas, (b) Chargeabilitas, (c) Zona Potensi Mangan
Gambar 5. Penampang 2D L5 (a) Resistivitas, (b) Chargeabilitas, (c) Zona Potensi Mangan.
yang sejajar dengan L1 dan L2, 1400) Ohm-meter dan chargeabilitas tinggi
kemudian L5 juga nampak zona sebaran sebesar (25-110) msec. Dengan pendekatan
mangan yang berpotongan dengan L1, L2, solid, maka dapat dihitung volume potensi
dan L4. Hal ini ditandai dengan solid yang mangan di area survei yaitu sebesar 35.000
berwarna kuning yang merupakan zona m3. Densitas rata-rata mangan sebesar 4.32
potensi mangan. g/cm3 [5]. Hal ini diperoleh estimasi sumber
Penetuan potensi mangan yaitu melihat daya mineral mangan didaerah kasihan
nilai resistivitas dan chargeabilitas yang sebesar 151200 ton. Hal ini dapat dikatakan
sudah di interpretasikan. Nilai yang potensi cadangan mangan cukup besar.
merupakan potensi mangan pada penelitian
yaitu nilai resistivitas tinggi sebesar (100-
Abstrak. Indonesia bagian Timur didominasi batuan berkarbonat yang memiliki porositas
yang baik dan berpotensi hidrokarbon. Salah satu metode Geofisika yang digunakan untuk
pencarian hidrokarbon adalah metode Magnetotellurik (MT). Metode MT menggunakan
gelombang Elektromagnetik (EM) yang dapat menembus ruang hampa (misalnya batuan
berongga). Dalam hal ini metode MT sangat membantu dalam kegiatan eksplorasi
hidrokarbon di wilayah tersebut. Penelitian metode MT telah dilakukan di cekungan Buton,
Sulawesi Tenggara dengan 16 titik pengukuran. Dengan rentang frekuensi yang lebar,
metode MT merekam data untuk deret waktu (Time Series) 3, 4 dan 5. Untuk
menghasilkan interpretasi yang baik, nilai koherensi harus lebih dari 75%. Maka dilakukan
analisis Time Series untuk semua titik, dan kualitas data mengalami peningkatan hingga
93.28%.
Kata Kunci: Magnetotellurik, Koherensi, Time Series, Hidrokarbon, Buton
”
dan magnetik menghasilkan 2 jenis modus
pengukuran, yaitu TE (Transverse Electric)
mode dimana komponen medan listrik
searah dengan strike dan TM (Transverse
Magnetic) mode yang komponen medan
magnetnya tegak lurus dengan strike, atau
sebaliknya. Parameter yang dianalisa adalah
GAMBAR 1. Lokasi Pengukuran tahanan jenis semu, fasa dan impedansi Zxy,
(Junursyah, 2011) Zyx.
terdiri dari medan listrik dan medan magnet, dengan C merupakan kerapatan antara
dan dibagi dalam dua auto spektrum yaitu: spektrum medan listrik (Cxx) dan medan
y2xy: ( | | )i≠j magnet (Cyy), (Mwakirani. 2012).
Proses robust dilakukan dengan software ini digunakan software Synchro Time-Series
SSMT2000. Pada software ini ada beberapa Viewer yang menampilkan data respon
parameter yang harus ditentukan, listrik dan magnet yang terbaca pada alat
diantaranya nilai crosspower (pencuplikan) (Ex, Ey, Hx, Hy, Hz) terhadap waktu.
dan koherensi. Pada penelitian ini Pengukuran dilakukan selama 12 jam.
digunakan nilai crosspower sebesar 100,
dengan koherensi 0.95 dan 0.75. Output
yang dihasilkan dari proses ini adalah file
berekstensi MTH dan MTL. Selanjutnya
data tersebut digabungkan dan kemudian
dibuka oleh perangkat lunak MT-EDITOR
sehingga data dapat dilihat dalam bentuk GAMBAR 2. Time Series
grafik tahanan jenis semu, fase dan
koherensi yang dibandingkan dengan Data MT terdiri dari 3 rentang frekuensi
frekuensi. yaitu TS3 (40-320 Hz), TS 4 (5.6-33 Hz),
dan TS5 (0.00034-4.7 Hz). TS 3 dan TS4
Adapun macam-macam Robust, memiliki frekuensi yang tinggi (dekat
diantaranya: permukaan) sehingga berisi data/sinyal yang
a. No Weight (Raw data) diinginkan. Sedangkan TS 5 berisi noise.
Tidak adanya pembobotan.
b. Rho variance METODE PENELITIAN
Pembobotan yang didasarkan pada Penelitian ini dilakukan dalam dua
banyaknya suatu data tahanan jenis tahapan, yaitu tahap pengambilan data Oleh
yang terbaca pada data MT setelah Tim MT Pusat Survei Geologi (PSG) dan
dicuplik sebanyak nilai cross power tahap pengolahan data. Tahap pengambilan
yang diinginkan. data di lapangan dilakukan di 16 titik
c. Ordinary Coherency pengukuran, pada 2011 yang berada di
Pembobotan yang didasarkan nilai wilayah Pulau Buton. Untuk tahap
yang koheren terhadap channel E pengolahan data secara sekunder dilakukan
dan H. di Pusat Survei Geologi, dimulai dari Bulan
Juli 2016 sampai dengan September 2016.
Analisis Deret Waktu (Analisis Time
Parameter yang dihasilkan dari pengukuran
Series)
metode MT ini adalah Rho, Fase dan
Data yang terukur dalam survei MT ini
Skindepth. Sedangkan pada pengolahan data
berupa variasi medan listrik dan medan
dihasilkan koherensi dan robust processing
magnet terhadap waktu atau berupa time
sebelum dilakukan time series.
series. Analisis time series merupakan
proses pereduksian noise. Dalam penelitian
ISBN : 978-602-1034-45-3 104
PROSIDING SNG 2016
(hijau) mengalami outliers yang sangat jauh, time series, kualitas data mengalami
namun setelah dilakukan robust, kurva TE peningkatan secara kualitatif dan kuantitatif.
mendekati kurva TM. koherensi pada Secara kuantitatif data mengalami
rentang frekuensi 0.1 Hz – 1 Hz. Setelah peningkatan hingga 87.11%, artinya data
melakukan langkah pengolahan data MT memenuhi nilai minimal dan dianggap
yang terdiri dari proses robust dan seleksi layak untuk dilakukan proses inversi.
(4a) (4b)
GAMBAR 4. Grafik tahanan jenis semu dan fasa terhadap frekuensi dengan No Weight
(4a), dan grafik koherensi stasiun BT-13 (4b)
(5a) (5b)
GAMBAR 5. Grafik tahanan jenis semu dan fasa terhadap frekuensi dengan Ordinary
Coherency (5a), dan grafik koherensi stasiun BT-13 (5b)
ISBN : 978-602-1034-45-3 106
PROSIDING SNG 2016
(6a) (6b)
GAMBAR 6. Grafik tahanan jenis semu dan fasa terhadap frekuensi dengan Time
Series (6a), dan grafik koherensi stasiun BT-13 (6b)
Tabel di bawah ini menggambarkan data untuk semua lintasan pengukuran. Kualitas
yang telah diolah mengalami peningkatan kurva MT juga dilihat berdasarkan trend
kualitas data. Proses Time Series dilakukan dan error barnya
TABEL 1. Perubahan kualitas data dari Raw Data, Robust terbaik dan Time Series
Studi Pendahuluan Sistem Panas Bumi Manifestasi Mata Air Panas Paguyangan
Bumiayu dengan Metode Geofisika Audio Magnetotelluric (AMT)
Lilik Wulandari, Muhammad Syarif Muhtadi, Djati Wicaksono Sadewo, Muhammad Nurfajri
Widhatama, Triana, Agus Setyawan, Yoga Aribowo*
*Email: lilikwulandari@st.fisika.undip.ac.id
Mulai
Resistivitas semu,
beda fase dan
GAMBAR 1. Peta Lokasi Brebes koherensi sebagai
(Nurhadi dkk,2009) fungsi frekuensi
KESIMPULAN
Manifestasi panas bumi berupa mata air
panas dikontrol oleh struktur, Litologi yang
GAMBAR 6 A. Hasil Peta Kontur terdapat pada daerah penelitian berupa batu
Resistivitas Line 1 pasir vulkanik, batu pasir karbonat, dan
batu lempung, serta Potensi hanya dapat
dimanfaatkan secara langsung seperti
wisata pemandian air panas dan konsumsi
air minum.
REFERENSI
1. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Semarang, 2013, Angka sementara
hasil sensus pertanian 2013,
www.st2013.bps.go.id, Diakses pada 14
GAMBAR 6 B. Hasil Peta Kontur Oktober 2013.
Resistivitas Line 2 2. Bujung, C. A. N., 2011, Identifikasi
Prospek Panas Bumi Berdasarkan Fault
and Fracture Density (FFD): Studi
Kasus Gunung Patuha, Jawa Barat.
Jurnal Lingkungan dan Bencana
Geologi. 2, (1), 67-75.
3. Hochstein, M.P., Ovens, S. A., dan
Bromley, C., 1996, Thermal Springs at
Hot Water Beach (Coromandel
Peninsula, NZ), Proceedings of the 18th
GAMBAR 6 C. Hasil Peta Kontur NZ Geothermal Workshop, New
Resistivitas Line 3 Zealand.
ISBN : 978-602-1034-45-3 112
PROSIDING SNG 2016
Abstrak. Sebaran batuan, jenis litologi dan geomorfologi yang memiliki potensi
bahan galian industri telah diidentifikasi di daerah Gunung Wungkal dan sekitarnya
menggunakan metode geofisika resisitivitas dan pemetaan geologi. Korelasi dari
kedua data tersebut menunjukkan sebaran batuan yang merupakan produk dari
intrusi batuan beku dengan sebaran cukup luas, serta terdapat lempung (6,6-9,0
ohm.meter), lempung pasiran (13-27 ohm.meter), dan lapukan batuan Diorit (39-53
ohm.meter) pada kedalaman yang berbeda. Keberadaan intrusi Diorit diperkirakan
berada di kedalaman mulai dari 35 meter di bawah permukaan. Morfologi
perbukitannya merupakan perbukitan intrusi terdenudasi dan dataran Alluvial
dengan proses pelapukan dan alterasi yang intensif (alterasi argilik). Litologinya
merupakan intrusi Diorit yang kaya akan mineral plagioklas, Breksi Andesit dan
endapan Alluvial (endapan Merapi Muda). Keterdapatan sebaran litologi intrusi
andesit porfiri juga ditemukan di permukaan yang berarah relatif Utara-Selatan.
Berdasarkan sayatan penampang peta geologi, ketebalan batuan di permukaan
sekitar 225-231 meter dengan arah sebaran dari Barat Laut-Tenggara. Produk
lapukan dari intrusi Diorit mayoritas tergolong bahan galian C yang dapat
dimanfaatkan sebagai aneka bahan bangunan dan kerajian, sehingga bisa
memberikan nilai ekonomi bagi warga sekitar.
Kata kunci: intrusi diorite, bahan galian C, geolistrik, data geologi, gunung wungkal
Breksi Andesit (3,32 % dari daerah 80,16% Dataran alluvial dari daerah
penelitian), intrusi Diorit ( 16,52 % dari penelitian (gambar 4).
daerah penelitian) dan Endapan Daerah penelitian ini memiliki arah
Campuran Merapi Muda (80,16% dari kekar yang relatif utara–selatan dengan
daerah penelitian). Pada peta geologi terlihat dari data kekar yang di ambil
daerah penelitian terdapat dua sayatan pada lokasi pengamatan 3 didapat arah
penampang A-A‟ dan B-B‟ yang kedudukan kekar dengan nilai pada
menunjukkan ketebalan intrusi Diorit ± Tabel 1. Hasil pengolahan data dengan
212-225 meter dan breksi andesit software dips menunjukkan arah kekar
memiliki ketebalan ± 106 meter membentuk sudut lancip dominan
(Gambar 3). utara-selatan, sehingga arah gaya
Daerah penelitian memiliki 3 tegasan yang membentuk kekar
Subsatuan geomorfologi yaitu tersebut adalah orientasi gaya berasal
Perbukitan intrusi terdenudasi, dari utara-selatan yang orientasinya
Perbukitan terdenudasi dan Dataran sama dengan arah tegasan utama dari
alluvial. Ketiga Subsatuan kompleks Pegunungan Kulonprogo.
geomorfologi memiliki sebaran di Keberadaan kekar-kekar tersebut
daerah penelitian sebesar Perbukitan merupakan salah satu faktor yang
intrusi terdenudasi 16,52 %, mendukung instensnya pelapukan yang
Perbukitan terdenudasi 3,32 % dan terjadi di daerah penelitian (Gambar 5).
dan 100-125 meter Keberadaan pasiran yang berada „di atas‟ lapukan
lapukan batuan diorit diduga berada di Diorit diduga karena proses pelapukan
kedalaman mulai dari 30 meter hingga yang intensif. Kenampakan model
ke bawah dengan kisaran nilai Schlumberger yang dikorelasikan
resistivitas 39-53 ohm.meter (Gambar morfologi keadaan di lapangan
5). Keberadaan lempung dan lempung dimodelkan pada Gambar 6.
GANBAR 6. Model 3D posisi data pengukuran GANBAR 7. Model 3D posisi data pengukuran
dipole-dipol di lapangan konfigurasi Schlumberger dengan Progress
(kanan) ( Penyusun, 2016)
Abstrak. Analisis potensi tanah longsor sebagai upaya awal mitigasi bencana di
Desa Sidoharjo telah dilakukan berdasarkan kondisi lereng, batuan penyusun dan
tanah. Metode yang digunakan adalah studi pustaka, pengambilan data lapangan
dan pengolahan data. Kondisi lereng daerah penelitian memiliki kemiringan yang
agak curam hingga terjal dengan rata-rata lebih dari 30°. Litologi yang dominan
adalah breksi andesit. Berdasarkan uji kuat tekan pada sampel batuan memiliki
nilai kurang dari 800 kg/cm2 serta daya serap air lebih dari 5%, sehingga tidak
layak sebagai bahan bangunan dan hal ini menujukkan kurang resitennya batuan di
daerah penelitian. Karakteristik tanah memiliki material yang dominan halus, serta
laju pelapukannya kuat. Hal ini dikarenakan pada tebing terdapat vegetasi yang
rimbun, semak belukar dan rerumputan, sehingga sistem perakaran menjadi salah
satu faktor penyebab resapan air masuk ke dalam rekahan dan pori-pori batuan.
Tanah coklat tua mencirikan daerah tersebut tidak resisten serta mengalami proses
pelapukan sangat intens. Analisis kondisi lereng, batuan, tanah, vegetasi dan data
sekunder curah hujan berdasarkan Permen PU No.22/PRT/M/2007, daerah
penelitian masuk ke dalam zona berpotensi terjadinya longsor yang tinggi dengan
nilai bobot total kisaran 2,55; 2,56 dan 2,58.
Kata kunci : kestabilan lereng, tanah longsor, mitigasi bencana, Samigaluh, Kulon
Progo
beragam (Van Bemmelen, 1949)[1]. Hal penelitian tentang zonasi potensi tanah
ini dimungkinkan menjadi salah satu longsor dengan aspek lereng, batuan
faktor penyebab terjadinya bencana penyusun dan tanah yang dilakukan sebagai
tanah longsor di wilayah tersebut. upaya awal kegiatan mitigasi bencana
dengan memprediksi potensi tanah longsor
Permen PU No.22/ PRT/M/2007 [2]
yang akan membantu dan menambah
menentukan kelas tipe zona berpontesi
informasi daerah rawan longsor dengan
longsor berdasarkan tingkat kerawanan bebagai tipe kerawanan, sehingga
ditetapkan dua kelompok kriteria diharapkan masyarakat lebih bijak ketika
berdasarkan aspek fisik alami dan aspek membangun pemukiman dan melakukan
aktivitas manusia. Masing-masing faktor aktivitas keseharian di daerah penelitian.
fisik alami memiliki indikator tingkat
kerawanan tanah longsor yaitu
kemeringan lereng (30%), kondisi tanah
(15%), batuan penyusun lereng (20%),
curah hujan (15%), dan vegetasi (10%),
kegempaan (3%) serta tata air lereng
(7%). Penilaian tingkat kerawanan zona
tanah longsor menjadi tiga aspek
penilaian antara lain :
a. Tingkat kerawanan zona berpotensi GAMBAR 1. Peta Geologi Regional
longsor tinggi apabila total nilai bobot Daerah Penelitian tanpa skala ( Rahardjo
tertimbang berada pada kisaran 2,40- dkk, 1995 [3] dimodifikasi penyusun,
3,00 2016)
b. Tingkat kerawanan zona berpotensi
METODOLOGI
longsor sedang apabila total nilai bobot
Metode penelitian mencakup studi
tertimbang berada pada kisaran 1,70-
pustaka, tahap pengambilan data
2,39 lapangan, dan tahap pengolahan data
c. Tingkat kerawanan zona berpotensi lapangan. Studi pustaka mencakup
longsor rendah apabila total nilai bobot kondisi geologi regional dari literatur
tertimbang berada pada kisaran 1,00- dan website. Tahap pengambilan data
1,69. lapangan dengan pemetaan geologi
Pemikiran tentang hubungan antara permukaan secara langsung dengan
bencana longsor yang diakibatkan oleh melakukan pengambilan data di 40
faktor –faktor tersebut di daerah Samigaluh lokasi lintasan pengamatan. Tahap
belum banyak dikaji. Berdasarkan informasi pengolahan data lapangan untuk
geologi regional dan data-data pendukung menganalisis kondisi lereng, batuan dan
yang didapat dari pemerintah daerah tanah dengan cara deskriptif, dan uji kuat
setempat menjadi dasar dilakukannya tekan. Adapun diagram aliran penelitian
dapat dilihat pada (Gambar 2).
ISBN : 978-602-1034-45-3 123
PROSIDING SNG 2016
Mulai
Studi Pustaka
GANBAR 4. Peta Kelerengan dan Titik Zona Kerawanan Longsor (Penyusun, 2016)
KESIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH
Analisis kondisi lereng, batuan, Penulis mengucapkan terima kasih
tanah, vegetasi dan data sekunder kepada Tim HMTG “GAIA” yang
curah hujan berdasarkan Permen PU telah membantu pengambilan data di
No.22/PRT/M/2007[2], daerah lapangan kurang lebih selama satu
penelitian yaitu Desa Samigaluh dan bulan.
Sekitarnya masuk ke dalam zona
berpotensi terjadinya longsor yang REFERENSI
tinggi dengan nilai bobot total kisaran 1. Anonim, Curah Hujan Rata-Rata dan
seperti Tabel 6. Hari Hujan Rata-Rata 2005-2010
dalam Buku Putih Sanitasi Tahun 2012,
TABEL 6. Kesimpulan Nilai Bobot Stasiun Hujan Kabupaten Kulon Progo,
Kisaran Zona Kerawanan longsor di 2012, Hal:15-16.
daerah penelitian 2. Dirjen Penataan Ruang, Permen PU
Bobot Tingkat Data LP
No. 22/PRT/M, Pedoman Penataan
Kisaran Kerawanan
Longsor Ruang Kawasan Rawan Bencana
2,55 Tinggi LP 12, LP 30 Longsor, Departemen Pekerjaan Umum
dan LP 39 Jakarta, 2007, Hal:25-36.
2,56 Tinggi LP 2 dan LP 8 3. Rahardjo, Wartono., Sukandarrumidi,
2,58 Tinggi LP 1, LP 3-LP Rosidi, H.M.D, Peta Geologi Lembar
7, LP 9-LP 11, Yogyakarta skala 1:100.000. Direktorat
LP 13-LP 29,
LP 31-LP 38 Geologi, 1995, Departemen
dan LP 40 Pertambangan Republik Indonesia.
ISBN : 978-602-1034-45-3 128
PROSIDING SNG 2016
LANDASAN TEORI
Landasan teori mengenai metode
gravitasi yaitu hukum gravitasi newton.
Perhatikan gambar berikut :
METODE
GAMBAR 12. Prinsip dasar hukum Pengambilan data dilakuan pada bulan
gravitasi Newton. Mei 2015 dan Oktober 2015 di daerah
Gaya yang dialami m karena adanya Parangwedang Parangtritis Bantul DIY.
m0 : Proses pengolahan data dimulai dari
m m r r0 mengoreksi nilai skala bacaan sampai
F r G 0 2 (1) didapatkan nilai anomali Bouguer lengkap
r r0 r r0
di bidang datar. Proses pemisahan nilai
Dalam metode gravitasi, yang terukur anomali menggunakan metode kontinuasi
adalah medan gravitasi yang besarnya gaya keatas. Setelah didapatkan anomali regional
per satuan massa. Medan yang dialami m0 dan residual, interpretasi kualitatif dan
adalah : kuantitatif dilakukan pada peta anomali
F r m0 r r0 (2) residual dan dilakukan pemodelan 2.5D.
E G Analisis derivative dilakukan pada peta
m r r0
2
r r0
anomaly residual untuk menentukan batas
Dengan menganggap bumi homogeny dan jenis struktur di daerah penelitian.
berbentuk sferis da tidak berotasi, maka Kriteria penentuan jenis sesar pada proses
dapat diasumsikan m0 adalah massa bumi Second Vertical Derivatif adalah sebagai
berikut :
dan Re adalah jari-jari bumi. Sehingga
2 g 2 g
persamaannya percepatan gravitasi bumi 2
2
Sesar Normal (4)
menjadi : z maks z min
ISBN : 978-602-1034-45-3 131
PROSIDING SNG 2016
GAMBAR 9. Peta persebaran sesar daerah GAMBAR 10. Peta perkiraan sesar
Parangtritis dan sekitarnya Parangkusumo
ISBN : 978-602-1034-45-3 134
PROSIDING SNG 2016
Proses analisis First Horizontal sesar yang terjadi apakah sesar tersebut
Derivative (FHD) dan Second Vertical turun, naik atau mendatar (tabel 1).
Derivative (SVD) dilakukan dengan
analisis sayatan pada penampang FHD dan TABEL 1. Hasil analisis sayatan pada
SVD seperti pada gambar (13A) dan SVD
(13B). Bidang kontak struktur terlihat pada No.
SVD Min SVD Maks
penampang FHD dengan nilai maksimum Sayatan
atau minimum dan nilai nol pada 1 3,17 105 5, 7 105
penampang SVD. Berikut adalah Grafik
hasil sayatan analisis sesar dari penampang
Berdasarkan hasil analisis horizontal
SVD dan FHD arah 135o.
derivatif yang dilakukan pada arah 135o
dan kemudian dikorelasikan dengan data
Jarak terhadap FHD 135o hasil perhitungan SVD yang menghasilkan
0 nilai nol atau ekivalen dengan nol, maka
FHD (mGal/m)
Pemodelan
Untuk melihat perlapisan bawah
permukaan pada daerah penelitian
dilakukan pemodelan kedepan 2.5 D pada
peta anomali residual. Dalam penelitian ini
dilakukan 1 sayatan (gambar 14). Dalam
GAMBAR 13B. Grafik Jarak terhadap
proses pemodelan, data anomali residual
SVD
dikorelasikan dengan data analisis
derivatif dan data geologi beserta data
Hasil sayatan yang dilakukan pada
pendukung lain sehingga didapatkan hasil
penampang SVD dapat dilihat pada kurva
pemodelan yang baik.
perbandingan antara SVD maksimum dan
Hasil dari sayatan yang dilakukan pada
minimumnya. Hasil perbandingan tersebut
peta anomali residual menunjukkan
digunakan untuk mengidentifikasi jenis
adanya beberapa jenis batuan bawah
ISBN : 978-602-1034-45-3 136
PROSIDING SNG 2016
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian yaitu menggabungkan antara
metode kajian geologi dan geofisika dalam
hal ini gravity dengan berlandaskan konsep
konsep pembentukan sumberdaya alam baik
mineral, hydrocarbon, geothermal serta
sumberdaya lainnya.
a. Geologi GAMBAR 1. Fisiografi Pulau Jawa bagian
Kajian Geologi digunakan untuk timur. (Modifikasi dari van Bemmelen,
mengetahui variasi sebaran batuan, struktur 1949)
geologi dan sejarah geologi pada daerah
Jawa Timur. Tektonik regional di daerah Jawa Timur
b. Geofisika merupakan hasil interaksi pergerakan dari
Kajian geofisika yang digunakan dalam lempeng Eurasia, Australia, dan Pasifik.
penelitian ini yaitu dengan metode gravity. Jawa timur terletak pada bagian tepi
Metode ini digunakan untuk mengetahui tenggara dari lempeng Sundaland dan
variasi sebaran batuan, keberadaan struktur merupakan zona tektonik yang aktif sebelum
geologi berdasarkan nilai densitas dari umur Tersier. Pada periode Kapur Akhir–
batuan pada daerah Jawa Timur. Tersier Awal pergerakan lempeng australia
ke arah NE menghasilkan penunjaman di
HASIL DAN DISKUSI bawah lempeng mikro Sunda dengan pola
a. Geologi Jawa-Meratus yang terekam di sepanjang
Secara fisiografis, menurut van selatan daerah sumatera, jawa, hingga
Bemmelen(1949) Jawa Timur dapat dibagi tenggara kalimantan. Hal ini menyebabkan
menjadi 7 satuan fisiografi (gambar 1), terjadinya proses rifting di daerah Jawa
satuan tersebut dari selatan ke utara adalah Timur dan mengakibatkan perubahan batas
Pegunungan Selatan, Busur Vulkanik lempeng yang mempengaruhi trend
Kuarter, Zona Pusat Depresi Jawa, Zona cekungan.
Kendeng, Zona Depresi Randublatung, Zona Pada umur oligosen-miosen kecepatan
Rembang-Madura, Dataran Aluvial Utara lempeng lempeng Australia mengalami
Jawa. Fisiografi di Jawa Timur sangat penurunan dan perubahan posisi
dipengaruhi oleh aktifitas tektonik yang penunjaman di selatan jawa menghasilkan
menghasilkan suatu tatanan tektonik dan tatanan tektonik hingga saat ini. Pergerakan
kondisi geologi yang beragam. ini juga diikuti oleh aktivitas magmatik di
seluruh wilayah selatan pulau Jawa dan
membentuk cekungan belakang busur (Back
Arc Basin) pada bagian utara.
ISBN : 978-602-1034-45-3 140
PROSIDING SNG 2016
LAMPIRAN