Anda di halaman 1dari 150

i

PROSIDING
Seminar Nasional Geofisika 2016
“Peran Geofisika dalam Eksplorasi Migas dan Tambang sebagai Upaya
Optimasi SDA Indonesia”
ISBN: 978-602-1034-45-3

Susunan Editorial :

Penanggungjawab
Prof. Dr. Zaenuri, S.E., M.Si. Akt.

Tim Editor
Dr. Prof. Dr. Supriyadi, M.Si.
Dr. Khumaedi, M.Si.

Cover Layout
Rif’ul Mazid Maulana

Penerbit :
ii

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas tersusunnya buku Prosiding
Seminar Nasional Geofisika 2016 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNNES
dengan tema: “Peran Geofisika dalam Eksplorasi Migas dan Tambang sebagai Upaya
Optimasi SDA Indonesia”. Seminar berlangsung pada hari Sabtu, 19 November 2016 di
Gedung D4 Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang.
Peserta seminar yang terdiri dari: mahasiswa, guru, dosen dan masyarakat umum dari
jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi dari berbagai propinsi di Indonesia. Tiga
narasumber utama yang hadir dalam seminar nasional ini, yaitu: Ir. Hadi Ismoyo, Dr. Eng.
Udi Harmoko, M.Si., Agus Pajrin Jaman, S.T.
Selain itu, pemakalah pendamping yang mempresentasikan artikel hasil penelitian dan
konseptual tentang ilmu bumi dalam berbagai bidang. Seminar Nasional Geofisika ini
ditujukan sebagai sarana mengkomunikasikan dan memfasilitasi pertukaran informasi antara
peserta seminar dengan narasumber yang kompeten.
Panitia mengucapkan terimakasih pada berbagai pihak yang telah membantu
penyelenggaraan seminar, yaitu:
Prof. Dr. Zaenuri, S.E., M.Si. Akt.. (Dekan FMIPA Unnes),
Narasumber utama yang telah berkenan hadir,
Peserta dan pemakalah pendamping atas partisipasinya,
Segenap rekan panitia yang telah bekerja keras hingga terselenggaranya seminar.
Semoga penerbitan prosiding ini memberikan sumbangan bagi kemajuan ilmu pengetahuan,
khususnya Ilmu Kebumian dan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi pemakalah dan
pembaca.

Semarang, Januari 2017

Tim Editor
iii

DAFTAR ISI

Seminar Nasional Geofisika 2016


“Peran Geofisika dalam Eksplorasi Migas dan Tambang sebagai Upaya Optimasi SDA
Indonesia”

KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

Makalah Seminar Paralel


Kode Judul Halaman
Prediksi Keberadaan dan Arah Sesar Cimandiri Berdasarkan Data
GS-01 1
Magnetotelurik, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat
Aplikasi Metode Electrical Conductivity untuk Monitoring Tingkat
GS-02 11
Pencemaran Udara di Kawasan Utara Kota Semarang
Pemodelan Fisis Skala Lapangan Metode Time Domain Induced
GS-03 16
Polarization (TDIP) Untuk Identifikasi Keberadaan Mineral Logam
Studi Karakteristik Petrologi dan Sifat Keteknikan Breksi Pumis
Formasi Semilir di Gunung Bawuran Kecamatan Pleret Kabupaten
GS-04 24
Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Material
Konstruksi Bangunan
Identifikasi Batas Kantung Magma Gunung Merapi Berdasarkan
GS-05 Metode Magnetik Analisis Tilt Derivative (Studi Kasus: Setelah 29
Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010)
Pengujian Metode Akaike Information Criterion (AIC) untuk Deteksi
GS-06 35
Waktu Tiba Gelombang P Pada Kasus Gempa Mikro dan Kuat
Studi Ketebalan Lapisan Sedimen Daerah Kampus Unnes dengan
GS-07 42
Menggunakan Metode Mikroseismik
Pemodelan Resistivity dan Induced Polarization 3 Dimensi untuk
GS-08 Penentuan Zona Mineralisasi (Studi Kasus: Kecamatan Cibaliung, 48
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten)
Usulan Metode Eksplorasi Coal Bed Methane Berdasarkan Integrasi 57
GS-09
Wenner-Schlumberger dan Well Logging
Identifikasi Potensi Bijih Besi di Desa Uekuli dengan
GS-10 64
Menggunakan Metode Geomagnet
Upaya Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Untuk Memenuhi
GS-11 72
Kebutuhan dalam Negeri dengan Memproduksi Shale Oil
Seismik Stratigrafi sebagai Interpretasi Awal Potensi Cebakan
GS-12 Stratigrafi pada Formasi Baong Bagian Tengah, Daerah Aru, 77
Cekungan Sumatera Utara
GS-13 Pendekatan Probabilistik untuk Penilaian Bahaya Gempabumi 85
iv

kawasan Universitas Padjajaran Jatinangor


Eksplorasi Mineral Mangan Menggunakan Metode Polarisasi
GS-14 Terinduksi di Daerah Kasihan, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten 93
Pacitan
Analisis Deret Waktu (Time Series) Metode Magnetotellurik Pada
GS-15 101
Cekungan Buton, Sulawesi Tenggara
Studi Pendahuluan Sistem Panas Bumi Manifestasi Mata Air Panas
GS-16 Paguyangan Bumiayu dengan Metode Geofisika Audio 108
Magnetotelluric (AMT)
Identifikasi Sebaran Batuan sebagai Survei Awal Eksplorasi Bahan
Galian berdasarkan Analisis Korelasi Data Geologi Permukaan dan
GS-17 Data Geolistrik: Studi Kasus di Daerah Gunung Wungkal dan 113
Sekitarnya, Kecamatan Godean Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta
Analisis Kestabilan Lereng Berdasarkan Kondisi Lereng, Batuan
Penyusun dan Tanah untuk Memprediksi Potensi Tanah Longsor 121
GS-18
sebagai Upaya Awal Mitigasi Bencana di Desa Sidoharjo Kecamatan
Samigaluh Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta
Pemodelan Anomali Gravitasi Daerah Manifestasi Panasbumi
GS-19 128
Parangwedang Bantul DIY
Sebaran Potensi Cebakan Mineral & Energi Berdasarkan Kajian
GS-20 138
Geologi Dan Geofisika Daerah Jawa Timur
ISBN : 978-602-1034-45-3 1
PROSIDING SNG 2016

Prediksi Keberadaan dan Arah Sesar Cimandiri Berdasarkan Data


Magnetotelurik, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat
M. Kurniawan Alfadli1, Hendra Grandis2, Undang Mardiana1, Nanda Natasia1, Febriwan Mohammad1,
M. Imaduddin1
1
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor 45363
2
Program Studi Teknik Geofisika Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha no. 10, Lb. Siliwangi, Coblong, Bandung 40132
*Email : m.kurniawan@unpad.ac.id

Abstrak. Sesar Cimandiri adalah sesar aktif yang terdapat di Selatan Sukabumi. Sesar
Cimandiri ini berarah Barat Daya – Timur Laut. Sesar Cimandiri dari Pelabuhan Ratu
mengikuti aliran sungai Cimandiri dan menerus ke timur laut sampai ke Lembang. Sesar
Cimandiri sulit di jumpai tanda-tandanya dengan jelas di lapangan, dan diperkirakan sifat
gerakannya berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain. Metode AMT (audio
magnetotelurik) adalah salah satu metode geofisika yang digunakan untuk memetakan
bawah permukaan menggunakan sumber pasif dan menghasilkan peta sebaran resistivitas.
Dengan metode AMT dimaksudkan untuk memperkirakan zona sesar yang dibentuk oleh
Sesar Cimandiri serta melihat penyebaran nilai resistivitas pada daerah penelitian dengan
menggunakan metode audio magnetotellurik. Pengukuran dilakukan di sekitar Pelabuhan
Ratu dengan menggunakan 50 stasiun yang terdiri dari 31 stasiun berarah Utara - Selatan
dan 19 stasiun berarah Timur – Barat. Data TM dapat menggambarkan penyebaran nilai
resistivitas struktur yang lebih baik dari pada data TE karena data TE hanya
menggambarkan penyebaran nilai secara lateral saja. Sedangkan model gabungan antara
TM dan TE yang dihasilkan tidak dapat menggambarkan model struktur sesar dengan baik,
hal ini mungkin diakibatkan oleh terpengaruh oleh data TE. Dari model diatas dapat
dilihat terdapat nilai resistivitas rendah yang diapit oleh nilai resistivitas tinggi. Nilai pada
daerah konduktif tersebut diperkirakan adalah zona sesar yang merupakan daerah hancuran
yang diakibatkan oleh pergerakan dari sesar tersebut. Pada daerah – daerah dikisaran 0
meter banyak terdapat nilai resistivitas rendah yang diinterpretasi merupakan lapisan soil
yang terpengaruh oleh air karena pengukuran dilakukan disekitar daerah sungai.
Kata kunci : audio magnetotelurik, sesar cimandiri, model, resistivitas

PENDAHULUAN cukup kompleks. Untuk itu dibutuhkan


Ilmu Geofisika merupakan salah satu metoda eksplorasi yang efektif dan efisien.
cabang ilmu kebumian yang cukup pesat Salah satu metoda survey geofisika yang
perkembangannya. Hal ini disebabkan oleh dapat digunakan untuk keperluan eksplorasi
fakta bahwa sumber daya alam bernilai adalah metoda elektromagnetik (EM).
ekonomis tinggi sebagian besar terdapat di Metoda EM biasanya digunakan untuk
bawah permukaan bumi. Sementara itu, eksplorasi material konduktif seperti
perkiraan struktur dan potensi bawah mineral serta panas bumi dengan
permukaan merupakan permasalahan yang memanfaatkan perubahan komponen medan
listrik dan medan magnet akibat adanya
ISBN : 978-602-1034-45-3 2
PROSIDING SNG 2016

variasi atau distribusi konduktifitas/


resistivitas material bumi tersebut. Metoda
magnetotellurik (MT) merupakan salah satu
metoda elektromagnetik, yang
memanfaatkan gelombang elektromagnetik
alam yang berfrekuensi rendah sehingga
penetrasi yang dalam.
Patahan atau sesar sering dikarakterisasi
sebagai zona hancuran (fracture) dimana
fluida dapat mengisi ruang kosong dalam
jumlah yang signifikan. Hal tersebut
menyebabkan terdapatnya kontras
resistivitas sehingga metode magnetotellurik
dapat digunakan untuk memetakan zona
sesar tersebut.
Data MT dari suatu daerah tertentu perlu GAMBAR 1. Skema sederhana proses
dimodelkan untuk memperoleh distribusi induksi gelombang elektromagnetik
dari nilai resistivitas bawah permukaan agar terhadap bumi yang bersifat konduktif.
dapat diinterpretasi secara benar. Pada
pemodelan 1 dimensi (1-D) setiap data Keempat Hukum Maxwell ini ditemukan
sounding MT dianggap bervariasi terhadap secara terpisah namun kemudian
kedalaman pada setiap titik pengukuran digabungkan oleh Maxwell karena
yang akan digunakan sebagai korelasi hasil. keterkaitannya. Maka untuk mempermudah
Pemodelan MT 1-D pada titik – titik yang pemaparan, penjelasan dari keempat hukum
tersebar pada suatu lintasan pengukuran ini dilakukan secara terpisah.
akan memberikan gambaran penampang ⃗
⃗ (2.1)
resistivitas di bawah lintasan tersebut. Pada
pemodelan 2 dimensi (2-D) akan ⃗
memberikan gambaran untuk penyebaran ⃗ (2.2)
nilai resistivitas secara vertikal dan lateral
⃗ (2.3)
untuk setiap lintasan daerah pengukuran.
⃗ (2.4)
TEORI DASAR dengan :
Magnetotellurik menggunakan ⃗ : Medan magnet (Ampere / meter),
gelombang elektromagnet sebagai media ⃗ : Medan listrik (Volt / meter),
untuk mengetahui struktur resistivitas
⃗ : Induksi magnet (Weber / meter²),
bawah permukaan. Perilaku gelombang
⃗ : Displacement current (Ampere /
elektromagnetik dideskripsikan dalam
hukum Maxwell yang merupakan gabungan meter²)
dari beberapa hukum kelistrikan dan : Rapat arus (Ampere / meter²)
kemagnetan yang telah ada sebelumnya. q : Densitas muatan listrik (Coulomb /
meter³)
ISBN : 978-602-1034-45-3 3
PROSIDING SNG 2016

Deskripsi hubungan medan magnet dan untuk 1-D, dan


listrik terhadap medium adalah :
⃗ ⃗ (2.5) untuk 2-D, dan
⃗ ⃗ (2.6)
⃗ (2.7) dan untuk pemodelan struktur yang lebih
dengan : rumit, dan
: permitivitas material (Farad / meter) .
; Salah satu variabel penting berikutnya
: permitivitas ruang vakum (8.85 x dalam MT adalah resistivitas (ρ). Informasi
-12
10 ) (Farad / meter) resistivitas didapatkan melalui pengukuran
: permitivitas relatif medium respon gelombang elektromagnetik yang
: permeabilitas magnetik material merambat melalui medium. Dalam lingkup
(Henry / meter) eksplorasi resistivitas yang diharapkan
: permeabilitas magnetik ruang adalah resistivitas medium bawah
vakum (4 x 10-7) (Henry / meter) permukaan bumi. Persamaan yang
: permeabilitas magnetik relatif mendeskripsikan resistivitas dari
medium perambatan gelombang elektromagnetik
: konduktivitas material (Siemen / didapatkan dari persamaan telegrapher
meter) mengenai perilaku gelombang terhadap
Salah satu komponen medium yang kedalaman. Berikut adalah relasi resistivitas
mendeskripsikan resistensi terhadap dengan medan magnet maupun listrik :
gelombang EM adalah impedansi (Z). | |
| | (2.12)
Impedansi merupakan tensor yang | |
menghubungkan medan listrik dengan | |
| | (2.13)
medan magnet. | |
⃗ ⃗ (2.8)
| |
Dengan diperhitungkannya dimensi | | (2.14)
medan listrik maupun magnet, maka | |
dimensi Z pun diperhitungkan. Cantwell | |
| | (2.15)
(mengacu pada buku Simpson, F., | |
Practically Magnetotellurics) memodifikasi dimana i menyatakan selisih fase medan
persamaan (2.16) untuk struktur lateral listrik dengan medan magnetik.
inhomogen : Pada metode MT resistivitas yang diukur
[ ] [ ][ ] (2.9) merupakan komponen real maka komponen
imajiner (i) tidak diikutsertakan dalam
maka didapatkan : pengukuran.
(2.10) Namun hanya , , fase(Φ)xy dan
(2.11) fase(Φ)yx yang digunakan karena juga
≈ 0. disebut juga Transverse
dimana : Electric (TE) karena mengandung informasi
ISBN : 978-602-1034-45-3 4
PROSIDING SNG 2016

medan listrik yang paralel dengan struktur dan waktu mobilisasi ± 1 jam untuk satu
utama, sedangkan disebut juga titik pengukuran, pengukuran dilakukan
Transverse Magnetic (TM) karena pada siang hari. Noise pada metode ini
mengandung informasi medan magnet yang dapat berupa aktifitas manusia baik berupa
paralel dengan struktur utama. getaran maupun penggunaan perangkat
Sesar (fault) atau patahan adalah rekahan elektronik, gardu listrik, pemancar sinyal
pada batuan yang telah mengalami dan aktifitas pemboran.
pergeseran melalui bidang rekahnya. Sesar Pengukuran resistivity dilakukan per titik
dapat berupa bidang rekahan tunggal atau dengan susunan tiap stasiun tegak lurus
berupa suatu zona rekahan pada kerak bumi terhadap strike pada daerah pengukuran.
yang merupakan tempat terjadinya Pengukuran ini dilakukan pada daerah
pergerakan yang cukup besar sejajar dengan Pelabuhan Ratu untuk mendapatkan
bidang atau zona rekahan tersebut. Sesar gambaran tentang Sesar Cimandiri pada
memisahkan blok-blok yang saling daerah ini. Pengukuran AMT ini dilakukan
bergerak, dan pergerakan blok yang satu secara single site sehingga tidak
akan menyebabkan kerusakan blok lainnya membutuhkan remote reference.
pada permukaan sesar. Sesar adalah rekahan Pengukuran resistivitas pada daerah
gerus (shear fracture), dan istilah Pelabuhan Ratu ini menggunakan alat
penggerusan (shearing) seringkali MTU-5A dengan susunan porouspot
digunakan sebagai sinonim untuk menghadap kearah utara – selatan dan timur
pensesaran (faulting). Sesar terdapat pada – barat dan koil berarah utara – selatan dan
batuan yang paling keras dan kuat seperti timur – barat tanpa menggunakan koil
granit, pada batuan yang lebih lunak, dan berarah vertikal karena data yang diambil
pada material bumi yang tidak seragam hanya digunakan untuk permodelan 2-D.
seperti perselingan batupasir dan
batulempung.

A. B.
GAMBAR 2. A. Sesar berskala regional,
dengan panjang berpuluh-puluh kilometer.
B. Sesar berskala kecil (singkapan) dengan
pergeseran 60 cm.

LOKASI PENELITIAN
Pengukuran data resistivitas dengan GAMBAR 3. Layout pengukuran dalam
metode MT membutuhkan waktu ± 1 jam metoda AMT. Peletakan arah sumbu-x dan
ISBN : 978-602-1034-45-3 5
PROSIDING SNG 2016

sumbu-y disesuaikan dengan kondisi titik


pengukuran.

Pengukuran resistivitas ini dilakukan di


daerah Pelabuhan ratu dengan sasaran untuk
mengetahui kedalaman Sesar Cimandiri.
Pelabuhan Ratu merupakan daerah yang
terdapat pada daerah barat kepulauan Jawa
(Gambar 3.3). Kepulauan ini merupakan
kepulauan forearc yang terkompresi akibat GAMBAR 5. Penggambaran umum
proses subduksi lempeng Indo – Australia. mengenai tektonik daerah Sesar Cimandiri
Terdapat geologi, yang menyatakan dimana Sesar Cimandiri merupakan bagian
bahwa Sesar Cimandiri ini terbentuk akibat dari jaringan daerah bagian barat.
kompensasi dari proses subduksi tersebut.
Studi geologi sebelumnya menyatakan
bahwa jenis sesar yang terdapat pada Sesar
Cimandiri adalah sesar sinistral – slip.
Bagian utara dari sesar ini bergerak kearah
barat daya yang relatif terhadap bagian
selatannya (Setyadji dan Ichiro, 1997).
Sesar ini diperkirakan merupakan
perpajangan dari sesar Pelabuhan Ratu yang
terjadi pada lantai samudra akibat
pertambahan zona prisma pada zona
subduksi. Sesar ini memanjang dari daerah
jurang di Pelabuhan Ratu sampai ke
Sukabumi. GAMBAR 6. Titik lokasi pengukuran
Audio Magnetotellurik.

DATA DAN PENGOLAHAN


Data hasil pengukuran ini awalnya
berupa data time series. Namun pada
pengolahan data AMT yang akan digunakan
adalah data frekuensi dan resistivitas maka
data tersebut nantinya akan dilakukan
fourier transform untuk mendapatkan dalam
domain frekuensi.
GAMBAR 4. Lokasi dari Sesar Cimandiri Sebagai permulaan pengolahan data, data
dan penggambaran tektonik daerah sekitar. lapangan yang diperoleh tersebut harus di
kalibrasi terlebih dahulu untuk
ISBN : 978-602-1034-45-3 6
PROSIDING SNG 2016

menyesuaikan antara hasil pengukuran


dengan kondisi keadaan sekitar pengukuran.
Diagram alir (flowchart) pengolahan data
untuk mendapatkan nilai resistivitas adalah
seperti pada gambar 7.

Data Lapangan yang berformat


.TBL dan .TS serta .CLC

GAMBAR 8. Contoh time series dari


Penyesuaian data lapangan dengan parameter yang pengukuran lapangan.
telah diukur di lapangan

Setelah semua proses tersebut dijalankan


Data hasil pengolahan dengan
penyesuaian terhadap parameter lapangan
maka kita akan mendapatkan hasil
perhitungan dan penyusunan dalam bentuk
fie yang berformatkan .EMT dan .MMT.
TS to FT untuk mengubah dari time series menjadi
frekuensi domain Hasil yang diperoleh berupa kurva
sounding yang berisikan data apparent
resistivity, phase, serta nilai frekuensi dari
Edit PRM untuk mengatur parameter processing
robust pengukuran lapangan. Kemudian data
tersebut dapat diubah dalam bentuk format
Pemprosesan dengan PFT untuk mengatur
yang lain agar lebih mempermudah
parameter fourier transform dari data lapangan pembacaan setelah processing ini. Gambar 9
menunjukkan gambar hasil akhir dari
Dijalankan proses perhitungan untuk mendapatkan pengolahan data.
data apparent resistivity, phase dan frekuensi

Data hasil processing yang berbentuk


.EMT dan .MMT

GAMBAR 7. Diagram alir pengolahan data


AMT

Data lapangan tersebut akan dipanggil


dalam software dan kita dapat melihat isi
dari data lapangan yang diperoleh. Gambar
8 menunjukkan selang dari time series dari
data hasil pengukuran di lapangan.
GAMBAR 9. Contoh salah satu kurva
sounding hasil processing data Audio
Magnetotelluric di daerah Pelabuhan Ratu.
ISBN : 978-602-1034-45-3 7
PROSIDING SNG 2016

Sebelum memulai permodelan untuk lapangan. Apabila pemodelan 1-D tidak


memetakan bawah permukaan bumi dapat menggambarkan pemodelan dari
dibutuhkan data yang baik agar permodelan lapangan yang diukur maka pemodelan 2-D
dapat digambarkan dengan baik pula. harus dilakukan untuk melihat sesuatu yang
Smoothing data dapat dilakukan dengan ingin diinterpretasi pada lapangan yang
mematikan titik – titik nilai partial apparent diukur.
resistivity magnitude. Nilai apparent Pemodelan audio magnetotellurik yang
resistivity ini merupakan nilai rata – rata dilakukan sesuai dengan diagram alir
dari titik partial apparent resistivity (flowchart) dibawah ini
magnitude. Untuk smooting data kurva yang
Data
dihasilkan harus disesuaikan dengan bentuk
umum kurva. Dari gambar 10 adalah contoh
data yang belum dismoothing, masih
terdapat lonjakan – lonjakan dari titik – titik Pengolahan data menggunakan
SSMT2000
apparent resistivity. Sedangkan pada
gambar 10 adalah contoh gambar untuk data
yang sudah di smoothing.
Kurva Sounding

Smoothing Data

Modelling dengan IP2WIN


MT

Model Akhir

GAMBAR 11. Diagram alir pemodelan


GAMBAR 10. Contoh salah satu kurva audio magnetotellurik 1-D.
sounding yang telah di smoothing.
Output yang diperoleh dari diagram alir
HASIL DAN ANALISIS yang dikerjakan adalah model sebaran 1-D
Dari data lapangan yang diperoleh, kita dari data AMT yang dibuat dengan arah
dapat memodelkan dalam dua jenis Utara-Selatan dan Timur Barat. Kedua
pemodelan yaitu 1-D dan 2-D. penampang juga dikerjakan menggunakan
Pemodelan 1-D dapat digunakan untuk Rhoxy dan Rhoyx untuk melihat perbedaan
melihat perlapisan dan penyebaran dari nilai dari kedua transien tersebut (Gambar 12 dan
resistivitas dari hasil pengukuran lapangan, 13).
namun hasil pemodelan 1-D belum tentu
dapat digunakan untuk interpretasi data
ISBN : 978-602-1034-45-3 8
PROSIDING SNG 2016

interpretasi geologi yang telah dilakukan.


Untuk memperlihatkan gambaran yang lebih
jelas lagi maka dilakukan pemodelan 2-D
untuk menggambarkan keberadaan struktur
Sesar Cimandiri agar lebih baik (Gambar
14, 15, 16). Dari hasil prediksi pemodelan
1-D arah struktur hanya tergambarkan untuk
penampang berarah utara-selatan, sehingga
pemodelan 2-D hanya dilakukan untuk
GAMBAR 12. Pemodelan 1-D arah Utara- penampang berarah utara-selatan saja.
Selatan dan Timur-Barat menggunakan Data
Rhoxy.

GAMBAR 13. Pemodelan 1-D arah Utara-


Selatan dan Timur-Barat menggunakan Data GAMBAR 14. Pemodelan 2-D arah Utara-
Rhoyx. Selatan menggunakan Rhoxy dengan phase
(A) tanpa phase (B).
Hasil pemodelan 1-D untuk data Rhoxy
dan Rhoyx menunjukkan sebaran nilai yang
hampir sama walaupun rentang nilai yang
dihasilkan cukup berbeda jauh. Dengan data
TE (Rhoxy) nilai resistivitas paling besar
dari hasil inversi hanya sampai 300 ohm.m
sedangkan untuk TM (Rhoyx) nilai
resistivitas terbesar adalah 1000 Ohm.m.
Dari Gambar 12 dan 13 pada bagian
pemodelan untuk arah utara-selatan terdapat
nilai resistivitas rendah yang mendekati
bagian utara dari wilayah pengukuran. Nilai
ini diinterpretasi sebagai keberadaan
struktur cimandiri yang disesuaikan dengan
ISBN : 978-602-1034-45-3 9
PROSIDING SNG 2016

terisi oleh air. Nilai lapisan yang


mengandung air pada umumnya memiliki
nilai yang rendah, oleh karena itu pada zona
resistivitas rendah tersebut diperkirakan
sebagai sesar.
Untuk interpretasi kedalaman dari sesar
tersebut masih sulit untuk ditentukan karena
pada hasil inversi interpretasi hanya dapat
dilakukan secara kualitatif sehingga nilai –
nilai yang menggambarkan kedalaman tidak
dapat menggambarkan keadaan kedalaman
yang sebenarnya. Pada daerah – daerah
dekat permukaan banyak terdapat nilai
resistivitas rendah yang diinterpretasi
GAMBAR 15. Pemodelan 2-D arah Utara- merupakan lapisan soil yang terpengaruh
Selatan menggunakan Rhoyx dengan phase oleh air karena pengukuran dilakukan
(A) tanpa phase (B). disekitar daerah sungai.
Sebagai perbandingan data TM dan TE
dapatdilihat bahwa penyebaran nilai
resistivitas sangat berbeda jauh. Data TM
dapat menggambarkan penyebaran nilai
resistivitas struktur yang lebih baik dari
pada data TE. Sedangkan data TE hanya
menggambarkan penyebaran nilai
resistivitas secara lateral saja. Joint mode
merupakan model yang dihasilkan dari data
TE dan TM namun model yang dihasilkan
tidak dapat menggambarkan model struktur
sesar dengan baik, hal ini mungkin
diakibatkan oleh terpengaruh oleh data TE
GAMBAR 16. Pemodelan 2-D arah Utara- sehingga penggambaran struktur kurang
Selatan menggunakan Joint Mode dengan baik.
phase (A) tanpa phase (B). Data phase pada permodelan yang
digunakan tidak terlalu baik namun dapat
Dari model diatas dapat dilihat terdapat memberikan hasil yang lebih baik untuk
nilai konduktif yang bernilai sekitar 1 ohm permodelan, hal tersebut dapat dilihat dari
meter dalam skala log. Nilai konduktif hasil misfit data yang dihasikan pada model
tersebut diinterpretasi sebagai sesar karena menggunakan phase lebih kecil
seperti yang diketahui bahwa sesar dibandingkan model yang tidak
merupakan zona hancuran dari pergesekan menggunakan phase.
antar batuan yang berkemungkinan dapat
ISBN : 978-602-1034-45-3 10
PROSIDING SNG 2016

KESIMPULAN secara baik, namun model 1-D dapat


Setelah melakukan pengolahan data dan memberikan gambaran awal tentang
pemodelan 1-D dan 2-D, maka penulis penyebaran nilai resistivitas pada titik
menarik kesimpulan : pengukuran secara vertikal
1. Pemodelan 1-D pada penelitian kali ini
tidak dapat menggambarkan zona sesar
2. Data phase yang diperoleh pada 2. Simpson, F., dan Bahr, K., 2005,
penelitian ini kualitasnya kurang baik Practical Magnetotellurics, Cambridge
sehingga gambaran struktur sesar University Press.
diperoleh secara lebih jelas dari inversi 3. Sapiie, B., 2005, Buku Kuliah Geologi
TM tanpa data phase. Struktur, Program Studi Teknik Geologi
3. Pemodelan 2-D dapat digunakan untuk FIKTM, ITB.
melihat zona sesar dengan adanya daerah 4. Seong, Kon L., 2007, MT2DInvMatlab,
konduktif yang diakibatkan oleh zona Geothermal Resources Research Group,
hancuran yang terisi oleh fluida Kigam, Korea.
4. Dari pemodelan yang dilakukan didapat 5. Grandis, H., dan Widarto, D. S., 2009,
bahwa data TM lebih baik dalam Metoda Magnetotelurik Dalam Geofisika
penggambaran keadaan struktur vertikal Eksplorasi, Workshop Eksplorasi
bawah permukaan seperti sesar. Data TE Elektromagnetik, Bandung.
lebih baik menggambarkan struktur 6. Setyadji, B. dan Ichiro, M., 1997,
berlapis horinzontal Analysis of GPS Measurement in West
Java, Indonesia, Junal.

REFERENSI
1. Grandis, H., 2000, Buku Ajar Inversi
Geofisika, Program Studi Geofisika
FIKTM, ITB.
ISBN : 978-602-1034-45-3 11
PROSIDING SNG 2016

Aplikasi Metode Electrical Conductivity untuk Monitoring Tingkat Pencemaran


Udara di Kawasan Utara Kota Semarang
Andya Satya Purnomo Putro1*, Teguh Maulana Mukromin1, Mohamad Sobirin1,
Muhammad Alifudin Maulana1, Junaedi Harmiansyah1, dan Agus Yulianto1
1
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang
* Email: andyasatyaputra@gmail.com

Abstrak. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat pencemaran udara di


kawasan utara Kota Semarang melalui metode electrical conductivity. Tingkat
pencemaran udara ditentukan berdasarkan parameter kadar logam berat yang berada
pada sampel debu. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel debu pada 10
titik koordinat lokasi yang mewakili seluruh kawasan utara Kota semarang. Sampel
debu yang didapatkan diukur massanya dengan timbangan digital untuk didapatkan
massa sampel sebesar 0.35 mg yang selanjutnya dicampur dengan 1 ml aquades dan
diuji nilai konduktivitas listriknya. Untuk mengukur konduktivitas sampel debu
tersebut, tim kami berinovasi membuat alat pengukur konduktivitas listrik, sehingga
proses pengukuran dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien. Hasil uji
konduktivitas listrik menunjukkan daerah Tugurejo, Semarang memiliki tingkat polisi
paling tinggi dengan nilai konduktivitas debu sebesar 212.3142251 S/m. Daerah dengan
tingkat pencemaran terendah berada di daerah Purwosari, Kecamatan Semarang Utara
dengan nilai konduktivitas listrik debu sebesar 70.77140835 S/m.
Kata kunci: electrical conductivity, debu, Semarang, logam berat.

PENDAHULUAN udara tersebut. Semakin banyak kendaraan


Pencemaran udara adalah suatu kondisi bermotor dan alat-alat industri yang
dimana kualitas udara menjadi rusak dan mengeluarkan gas yang mencemarkan
terkontaminasi oleh zat-zat baik yang tidak lingkungan akan semakin parah pula
berbahaya maupun yang membahayakan pencemaran udara yang terjadi.
kesehatan tubuh manusia. Pencemaran udara Aktivitas transportasi khususnya
dalam beberapa tahun terakhir telah kendaraan bermotor merupakan sumber
meningkat pesat sebagai akibat dari utama pencemaran udara di daerah
meningkatnya aktivitas manusia seperti perkotaan. Berdasarkan data Direktorat Lalu
pembakaran bahan bakar fosil, dan emisi gas Lintas Kepolisian Daerah Jawa Tengah,
buang industri dan otomotif (Amusan et al., jumlah kendaraan bermotor di Kota
2003). Pencemaran udara biasanya terjadi di Semarang pada tahun 2009 mencapai
kota-kota besar dan juga daerah padat 8.593.911 unit, yang terdiri atas 7.421.603
industri yang menghasilkan gas-gas yang kendaraan roda dua dan 1.172.308
mengandung zat diatas batas kewajaran. kendaraan roda empat. Data Oktober 2010,
Salah satu indikasi udara yang tercemar jumlah tersebut bertambah menjadi
adalah terkandungnya logam berat dalam 9.405.924 unit kendaraan, dengan rincian
ISBN : 978-602-1034-45-3 12
PROSIDING SNG 2016

8.156.429 kendaraan roda dua dan Kementerian Lingkungan Hidup


1.249.495 kendaraan roda empat. menyebutkan, polusi udara dari kendaraan
bermotor bensin (spark ignition engine) Kawasan utara Kota Semarang meliputi
menyumbang 70 persen karbon monoksida empat kecamatan yaitu Genuk, Semarang
(CO), 100 persen plumbum (Pb), 60 persen Utara, Semarang Barat, dan Tugu. Di daerah
hidrokarbon (HC), dan 60 persen oksida tersebut diduga mengalami polusi udara
nitrogen (NOx). Bahkan, beberapa daerah yang cukup tinggi akibat aktivitas
yang tinggi kepadatan lalu lintasnya kendaraan bermotor. Sehingga perlu
menunjukkan bahan pencemar seperti Pb, dilakukan monitoring untuk mengetahui
dan CO telah melampaui ambang batas yang tingkat polusi di daerah tersebut.
ditetapkan dalam PP Nomor 41 Tahun 1999 Dengan metode monitoring electrical
tentang pengendalian pencemaran udara. conductivity maka dapat ditentukan tingkat
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa pencemaran diwilayah tersebut melalui
ulasan melaporkan bahwa emisi lalu lintas parameter kadar logam berat. Maka dari
memberikan kontribusi yang signifikan permasalahan yang telah di uraikan di atas
untuk partikel atmosfer di daerah perkotaan tersebut, perlunya diketahui bagaimana
dan industri (Thorpe and Harrison, 2008; tingkat pencemaran di kawasan utara Kota
Wik and Dave, 2009; Franco et al., 2013; Semarang sehingga nantinya dapat diambil
Kumar et al.,2013; Pant and Harrison, 2013; langkah-langkah atau kebijakan untuk
Amato et al., 2014). Setelah terdeposisi dari menanggulangi polusi udara di daerah
atmosfer, logam berat dapat berada di tersebut. Proses monitoring pencemaran
permukaan tanah dan debu disekitar jalan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
daerah perkotaan. Berdasarkan penelitian untuk menentukan tingkat pencemaran di
sebelumnya bahwa polutan seperti As, Cd, wilayahnya dengan metode sederhana.
Cr, Cu, Ni, Pb dan Zn karena lalu lintas yang
padat sehingga berada pada tingkat METODE PENELITIAN
konsentrasi yang tinggi di lokasi yang dekat Pengambilan Sampel Debu
dengan tanah pinggir jalan raya dan debu Penelitian ini dilakukan dengan
yang mempengaruhi kualitas udara mengambil sampel debu pada 10 titik
lingkungan (Raj et al.,2013; Culbard et koordinat. Sampel didapatkan dari debu
al,1988). Padahal logam berat tersebut yang menempel pada tembok yang berada di
adalah zat beracun dan karsinogen pinggir jalan, maupun di beberapa tempat
meskipun dalam konsentrasi yang rendah lain yang tampak banyak terdapat debu.
(Dinis, 2010). Pengambilan debu menggunakan kuas
Monitoring pencemaran udara dengan maupun mini vacuum cleaner sehingga
metode sederhana electrical conductivity jumlah debu yang didapatkan opimal.
memanfaatkan sifat fisika dari suatu bahan. Setelah itu, sampel dimasukkan kedalam
Sifat fisika tersebut adalah konduktivitas tube yang telah disediakan dan dilakukan
listrik, yaitu respon suatu bahan ketika arus proses labeling.
listrik melaluinya.
ISBN : 978-602-1034-45-3 13
PROSIDING SNG 2016

Dengan bantuan pemicu tegangan (adaptor)


12 volt dari alat electrical conductivity
didapatkan nilai tegangan pada masing-
masing sampel debu tersebut.

(a) (b)

GAMBAR 1 (a) Pengambilan sampel debu,


1(b) Proses labeling sampel

Uji Konduktivitas Sampel Debu


Sampel debu yang didapatkan diukur (a) (b)
massanya dengan timbangan digital untuk
didapatkan massa sampel sebesar 0.35 mg GAMBAR 3 (a) alat tampak depan, (b) alat
tampak atas
yang selanjutnya dipakai untuk menguji nilai
konduktivitasnya. Sampel debu kemudian
dicampur dengan 1 ml aquades untuk Berdasarkan hukum ohm,untuk mendapatkan
didapatkan sampel dalam bentuk pasta. nilai resistansi digunakan persamaan
V= I.R
dimana

Sehingga nilai konduktivitas nya dapat


diperoleh melalui persamaan berikut :
(a) (b)
GAMBAR 2 (a) menimbang massa sampel
debu, 1(b) debu yang telah dicampus aquades HASIL DAN DISKUSI
Hasil Uji Konduktivitas Debu
Untuk mengukur konduktivitas sampel Tingkat pencemaran pada debu diketahui
debu tersebut, tim kami berinovasi membuat menggunakan alat uji electrical conductivity
alat pengukur konduktivitas listrik, sehingga yang tim kami buat yang berprinsip pada
proses pengukuran dapat dilakukan secara sifat fisika dari materi yang terkandung pada
lebih efektif dan efisien. Alat tersebut secara debu tersebut. Alat tersebut menampilkan
umum tersusun di dalamnya sebuah nilai tegangan dari sampel debu yang
rangkaian convert arus ac – dc yang selanjutnya dilakukan pengolahan data
terhubung oleh proximity (detektor logam), untuk didapatkan nilai konduktivitasnya.
saklar sebagai pemutus/pengaktifan daya Berdasarkan hasil pengolahan data,
arus ac, Indikator lampu deteksi logam, didapatkan nilai konduktivitas debu yang
tranduser dan multimeter high impedance. dipaparkan dalam tabel 1.
ISBN : 978-602-1034-45-3 14
PROSIDING SNG 2016

TABEL 1. Hasil uji konduktivitas listrik 0.04 S/m. Sedangkan rentang nilai
pada sampel debu konduktivitas logam berat adalah 4.55×106 -
Konduktivitas 5.96×107 S/m yang merujuk pada penelitian
Sampel Lokasi sebelumnya, jenis logam berat yang
(S/m)
Tanjung Mas, terkandung dalam debu adalah Zn, Pb, Cu,
1 159.2356688 Cr, Cd, Co, dan Ni (Acosta et al., 2015;
Semarang Utara
2 208.833664 Tamabakrejo González et al.,2016; Moreki et al., 2013).
Terboyo Kulon,
3 118.5009628
Genuk
4 149.8688647 Terboyo Wetan
Genuk, Kota
5 137.7173352
Semarang
6 94.3618778 Tambak Mas Raya
Purwosari, Semarang (a) (b)
7 70.77140835 GAMBAR 4 debu dengan konduktivitas
Utara
listrik (a) rendah, (b) Tinggi
8 84.92569002 Tawangsari
9 212.3142251 Tugurejo
KESIMPULAN
10 175.7083242 Depan Unisula Adapun kesimpulan yang dapat diambil
adalah :
Berdasarkan tabel 1, didapatkan nilai 1. Metode electrical conductivity dapat
konduktivitas debu paling tinggi pada digunakan untuk monitoring pencemaran
sampel 9 yaitu 212.3142251 S/m yang udara dengan memanfaatkan
diambil di kawasan Tugurejo Kecamatan karakteristik logam berat pada sampel
Tugu. Hal ini menjadi indikasi bahwa debu.
pencemaran udara paling tinggi di kawasan 2. Pencemaran udara paling tinggi di
utara Semarang berada di daerah tersebut. kawasan utara Semarang berada di
Kawasan Tugurejo menjadi kawasan dengan daerah Tugurejo Kecamatan Tugu
kepadatan kendaraan bermotor tinggi karena dengan nilai konduktivitas listrik debu
daerah tersebut terdapat akses utama ke kota sebesar 212.3142251 S/m
Kendal dan ke bandara Internasional Ahmad
Yani. Sedangkan daerah dengan tingkat UCAPAN TERIMA KASIH
pencemaran udara terendah berada di Ucapan terima kasih kami sampaikan
Purwosari Kecamatan Semarang Utara kepada pihak Laboratorium Kemagnetan
dengan nilai konduktivitas listrik debu Bahan Gedung D9 FMIPA Unnes yang
70.77140835 S/m. memberikan kesempatan untuk melakukan
Kontribusi nilai konduktivitas pada penelitian dan memberi izin untuk
sampel debu diduga dikarenakan oleh logam menggunakan alat-alat yang mendukung
berat yang dikandung sampel debu. Karena penelitian kami.
nilai konduktivitas listrik aquades dan debu
murni berturut-turut 5.5 × 10−6 S/m dan 0.0–
ISBN : 978-602-1034-45-3 15
PROSIDING SNG 2016

REFERENSI 6. Pant, P., Harrison, R.M., 2013.


1. Amato, F., Pandolfi, M., Viana, M., Estimation of the contribution of road
Querol, X., Alastuey, A., Moreno, T., traffic emissions to particulate matter
2009. Spatial and chemical patterns of concentrations from field measurements:
PM10 in road dust deposited in urban a review. Atmos. Environ. 77(2013):78-
environment. Atmos. Environ. 97.
43(9):1650-1659. 7. Raj, S. P., & Ram, P. A. 2013.
2. Amusan, A. A., Bada, S. B., & Salami, Determination and contamination
A. T. 2003. Effect of traffic density on assessment of Pb, Cd and Hg in roadside
heavy metal content of soil and dust along Kathmandu-Bhaktapur road
vegetation along roadsides in Osun state, section of Arniko Highway, Nepal. Res J
Nigeria. West African Journal of Applied Chem Sci, 3(9):18-25.
Ecology, 4(1):107-114 8. Thorpe, A., Harrison, R.M., 2008.
3. Culbard E.B., Thornton I., Watt J., Sources and properties of non-exhaust
Wheatley M. and Moorcroft S., particulatematter from road traffic: a
Thompson M. 1988. Metal review. Sci. Total Environ. 400(1): 270-
contamination in British urban dusts and 282.
soils. J Environ Qual.17(1988):226–234. 9. Wik, A., Dave, G., 2009. Occurrence and
4. Franco, V., Kousoulidou, M., Muntean, effects of tire wear particles in the
M., Ntziachristos, L., Hausberger, S., environment: a critical review and an
Dilara, P., 2013. Road vehicle emission initial risk assessment. Environ.
factors development: a review. Atmos. Pollut.157(1):1-11.
Environ. 70(2013):84-97 10. Dinis, M. D. L., Fiúza, A., 2010. Geo-
5. Kumar, P., Pirjola, L., Ketzel, M., Environment and Resources Research
Harrison, R.M., 2013. Nanoparticle Center (CIGAR), Faculty of
emissions from 11 non-vehicle exhaust Engineering, University of Porto :
sources a review. Atmos. Environ. Portugal
67(2013):252-277.
ISBN : 978-602-1034-45-3 16
PROSIDING SNG 2016

Pemodelan Fisis Skala Lapangan Metode Time Domain Induced Polarization


(TDIP) Untuk Identifikasi Keberadaan Mineral Logam
Ary Hidayatullah1*, Muhammad Faizal Zakaria1 dan Yatini2
1
Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi,UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2
Program Studi Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta
* Email: aryhidayatullah.12@gmail.com

Abstrak. Pemodelan fisis skala lapangan metode Time Domain Induced Polarization
(TDIP) dilakukan untuk mengetahui respon TDIP hasil pemodelan inversi terhadap
model subsurface yang sudah diketahui dan mengetahui resolusi hasil pemodelan
inversi konfigurasi Dipole-dipole dan Wenner mana yang paling mengambarkan model
subsurface yang sudah diketahui. Pemodelan dilakukan dengan membuat model
geologi ideal serta memvariasikan model subsurface. Pengukur menggunakan IRIS
instrument tipe SYSCAL Junior dengan konfigurasi Dipole-dipole spasi a=10cm serta
n=8, konfigurasi Wenner spasi a=10cm serta n=6, dan panjang lintasan 200cm untuk
semua model subsurface. Data diolah menggunakan software Res2Dinv versi 3.54.
Hasil berupa sayatan 2D berdasarkan parameter resistivitas dan chargeabilitas yang
dikorelasikan dengan model subsurface yang digunakan. Hasilnya dapat disimpulkan
bahwa terdapat korelasi yang baik antara respon TDIP terhadap keberadaan mineral
logam. Respon chargeabilitas tinggi menunjukan keberadaan model mineral logam.
Sedangkan respon resistivitas tidak dapat menunjukan keberadaan model mineral logam
karena range resistivitas model subsurface dengan medium yang digunakan hampir
sama. Konfigurasi Dipole-dipole mempunyai resolusi lebih baik dari pada konfigurasi
Wenner, karena resolusi hasil pemodelan inversi konfigurasi Dipole-dipole sesuai
dengan model subsurface yang digunakan.
Kata kunci: TDIP, Dipole-dipole, Wenner, Logam, Pemodelan.

PENDAHULUAN dengan baik jika hanya menggunakan


Indonesia mempunyai sumberdaya alam metode resistivitas. Salah satu parameter
yang cukup melimpah salah satunya adalah yang terukur pada metode IP yaitu
mineral logam. Metode Induced chargeabilitas, dapat dipakai untuk
Polarization (IP) termasuk bagian dari membedakan sifat polarisabel bawah
metode Geofisika, yang banyak digunakan permukaan. Chargeabilitas yang tinggi
untuk eksplorasi mineral logam karena merupakan indikasi adanya kandungan
dapat mendeteksi adanya fenomena mineral logam [1,2]. Semakin besar nilai
polarisasi yang terjadi pada suatu medium Chargeabilitas yang terukur maka semakin
batuan dan sangat sensitif terhadap material banyak terjadi efek polarisasi dalam batuan,
yang bersifat konduktif. Fenomena semakin banyak juga kandungan mineral
polarisasi tersebut menandakan keberadaan logam dalam batuan tersebut [3].
kandungan mineral logam di bawah Pemodelan fisis dilakukan untuk
permukaan yang tidak dapat dideteksi memperoleh hasil ukur respon TDIP kondisi
ISBN : 978-602-1034-45-3 17
PROSIDING SNG 2016

bawah permukaan yang diketahui dengan


pasti. Awalnya dilakukan pembuatan model
fisis bawah permukaan (subsurface) yang
mencontoh model geologi ideal dan
mengukur respon TDIP-nya. Dengan cara
mengubah parameter fisis dan membuat
variasi target pada model fisis lalu
mengukur respon TDIP-nya, akan
dihasilkan berbagai variasi anomali dengan
berbagai variasi target. Pada penelitian ini
dilakukan pencocokan model subsurface, GAMBAR 1. (a) Ilustrasi dari potential
data fisis dari medium latar dan target decay arus dimatikan (b) efek dari IP decay
dengan respon TDIP hasil pengukuran terhadap waktu pada injeksi arus gelombang
lapangan. kotak [3]
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
Mengetahui respon TDIP hasil pemodelan
inversi terhadap model subsurface dan
mengetahui resolusi hasil pemodelan inversi
konfigurasi Dipole-dipole dan Wenner mana
yang paling mengambarkan model
subsurface.
METODE
Time Domain Induced Polarization(TDIP)
GAMBAR 2. Pengukuran IP kawasan
Pengukuran respon IP dalam kawasan
waktu dimana Vc adalah potensial ketika
waktu dengan cara mengirimkan arus DC
arus dan Vt adalah integral dari luas A
melalui 2 elektroda arus dan mengukur
sebagai hasil dari potential decay [3].
potensial pada 2 elektroda potensial. Pada
saat arus DC dikirimkan dalam selang
Cara paling sederhana untuk mengetahui
waktu tertentu. potensial tidak langsung
efek IP dalam fungsi waktu adalah
terbaca, tetapi nilainya menuju maksimum
membandingkan potensial residual (Vs)
untuk selang waktu tertentu. Pada saat arus
yang tersisa pada waktu (t) setelah arus
diputus, potensial yang terbaca juga tidak
diputus dan potensial yang terukur pada
langsung menunjukkan nilai nol, tetapi
kedua potensial yang terukur pada kedua
turun sedikit demi sedikit dalam selang
elektroda potensial selama arus mengalir
waktu tertentu menuju nilai nol (GAMBAR
(Vt). Saat sumber arus diputus akan terjadi
1). Parameter terukur yaitu chargeabilitas,
penurunan beda potensial pada kedua
Chargeabilitas adalah kemampuan suatu
elektroda potensial. Nilai beda potensial saat
bahan atau medium untuk menyimpan arus
tidak adanya arus yang mengalir dicatat
listrik.
sebagai beda potensial sekunder dalam
fungsi waktu (Vp), seperti yang ditunjukkan
pada (GAMBAR 2).
ISBN : 978-602-1034-45-3 18
PROSIDING SNG 2016

Respon IP dalam kawasan waktu, Setting Percobaan


didefinisikan besaran M disebut dengan Penelitian ini bersifat eksperimen yang
chargeabilitas yang merupakan berupa pemodelan fisis dengan skala
pengintegralan waktu luruh (potential lapangan sehingga model dan peralatan
decay) terhadap beda potensial sebelum arus yang digunakan di atur dalam skala
dimatikan, chargeabilitas dapat dirumuskan lapangan. Pengukuran respon TDIP
dalam bentuk persamaan, yaitu: dilakukan dengan membuat model geologi
1
t2
A ideal dan memvariasikan target atau model
M 
V p t1
V (t )dt =
Vp
(msec) (1) subsurface. Model subsurface atau target
yang digunakan yaitu model homogen,
Efek polarisasi terinduksi dalam batuan, model satu bola, model dua bola dan model
dengan cara mengintegralkan selama selang parit. Bola yang digunakan adalah bola besi
waktu setelah pemutusan arus sampai pada pejal. Pengukur menggunakan IRIS
tegangan yang menuju harga nol. Jika instrument tipe SYSCAL Junior dengan
interval sangat kecil (singkat), maka nilai konfigurasi Dipole-dipole spasi a=10cm
integral waktu dapat berarti merupakan hasil serta n=8, konfigurasi Wenner spasi a=10cm
ukur tegangan efektif pada waktu yang serta n=6, dan panjang lintasan 200cm
berbeda. Besaran M merupakan hasil untuk semua model subsurface.
integral untuk selang waktu t1 sampai t2. Hal HASIL DAN DISKUSI
ini berarti besarnya nilai merupakan luasan Penelitian ini menggunakan metode
yang diarsir pada (GAMBAR 2), maka TDIP dengan hasil penelitian berupa variasi
besarnya nilai chargaebilitas bergantung nilai resistivitas dan chargeabilitas.
selang waktu yang digunakan. Biasanya Berdasarkan hasil pengolahan data
selang waktu ini berkisar antara 1 sampai 2 diperoleh sayatan 2D resistivitas dan
detik, bergantung alat IP Meter yang chargeabilitas. Respon TDIP untuk masing-
digunakan. Berikut contoh nilai masing model subsurface adalah senagai
chargaebilitas [3]. berikut:

Model Homogen

GAMBAR 3. Hasil pemodelan inversi Dipole-dipole tanpa model (a) resistivitas dan (b)
chargeabilitas
ISBN : 978-602-1034-45-3 19
PROSIDING SNG 2016

GAMBAR 4. Hasil pemodelan inversi Wenner tanpa model (a) resistivitas dan (b)
chargeabilitas

Hasil pemodelan inversi model homogen yang tidak menggambarkan model homogen,
pada konfigurasi Dipole-dipole (GAMBAR anomali chargeabilitas pada range (1-
3) ter-dapat anomali resistivitas tinggi 1,5)msec menunjukan model homogen.
dengan range (1800-5200)Ωm, yang berupa Dari hasil model subsurface pertama ini
perlapisan pada kedalaman (8-23,1)cm. parameter resistivitas tidak bisa dijadikan
Pada keadaan sebenar-nya model homogen acuan untuk menentukan keberadaan
akan menunjukan respon resistivitas yang mineral logam, karena terdapat anomali
cenderung seragam. Sedangkan anomali resistivitas tinggi pada model homogen.
chargeabilitas relatif rendah berada pada Sedangkan chargeabilitas menunjukan
range (0-1)msec yang menunjukan ke- respon anomali dan resolusi yang lebih
homogenan medium yang sesuai dengan sesuai dengan model homogen. Sehingga
keadaan yang sebenarnya. Pada hasil parameter chargeabilitas ini bisa dijadikan
pemodelan inversi konfigurasi Wenner acuan untuk menentukan keberadaan dari
(GAMBAR 4) juga terdapat anomali mineral logam dan respon TDIP yang
resistivitas tinggi dengan range (1800- dihasilkan bisa terlihat.
5200)Ωm pada kedalaman (15,9-28,7)cm

Model Satu Bola

GAMBAR 5. Hasil pemodelan inversi Dipole-dipole bola tunggal (a) resistivitas dan (b)
chargeabilitas
ISBN : 978-602-1034-45-3 20
PROSIDING SNG 2016

GAMBAR 6. Hasil pemodelan inversi Wenner bola tunggal (a) resistivitas dan (b)
chargeabilitas

Hasil pemodelan inversi resistivitas dan Wenner respon chargeabilitas terhadap


model satu bola pada kedua konfigurasi model satu bola telihat baik, terdapat
yaitu Dipole-dipole (GAMBAR 5) dan anomali chargeabilitas pada range (2-
Wenner (GAMBAR 6), terdapat anomali 70)msec dititik 0cm yang menunjukan
resistivitas tinggi pada range (600-2000)Ωm adanya model satu bola. Resolusi
yang berada dibawah model satu bola konfigurasi Dipole-dipole dan Wenner
dengan kedalaman 18cm. Respon anomali masih terlihat sama serta belum
resistivitas tidak menunjukan adanya model memperlihatkan perbedaan yang signifikan.
satu bola. Pada konfigurasi Dipole-dipole

Model Dua Bola

GAMBAR 7. Hasil pemodelan inversi Dipole-dipole bola ganda (a) resistivitas dan (b)
chargeabilitas
ISBN : 978-602-1034-45-3 21
PROSIDING SNG 2016

GAMBAR 8. Hasil pemodelan inversi Wenner bola ganda (a) resistivitas dan (b)
chargeabilitas

Hasil pemodelan inversi model dua bola 10)msec, yang menunjukan keberadaan dari
konfigurasi Dipole-dipole (GAMBAR 7) model dua bola. Pada model dua bola
dan Wenner (GAMBAR 8) menunjukan perbedaan dari konfigurasi Dipole-dipole
adanya respon anomali resistivitas tinggi dan Wenner sudah terlihat, dimana resolusi
tetapi tidak menunjukan keberadaan dari hasil pemodelan inversi antara kedua
model dua bola. Hasil pemodelan inversi konfigurasi ini hasilnya sangat berbeda.
konfigurasi Dipole-dipole terdapat anomali Konfigurasi Dipole-dipole bisa menunjukan
Chargeabilitas dengan range (1-30)msec, keberadaan model dua bola yang terpisah,
yang menunjukan model dua bola dititik - tetapi konfigurasi Wenner hanya dapat
40cm menunjukan adanya model bola besar menunjukan keberadaan model bola saja
dan dititik 40cm menunjukan keberadaan dan tidak bisa menunjukan model dua bola
model bola kecil. yang terpisah.
Chargeabilitas konfigurasi Wenner
terdapat respon anomali pada range (1-

Model parit

GAMBAR 9. Hasil pemodelan inversi Dipole-dipole parit (a) resistivitas dan (b)
chargeabilitas
ISBN : 978-602-1034-45-3 22
PROSIDING SNG 2016

GAMBAR 10. Hasil pemodelan inversi Wenner parit (a) resistivitas dan (b) chargeabilitas

Hasil pemodelan inversi model parit Banyak faktor yang menyebabkan nilai
konfigurasi Dipole-dipole (GAMBAR 9) resistivitas berbeda misalnya suhu,
dan Wenner (GAMBAR 10) terdapat kompaksi, densitas, porositas, kandungan
anomali resistivitas tinggi dengan nilai fluida dan lain-lain. Nilai chargeabilitas
resistivitas > 1600Ωm yang menunjukan hanya dipengaruhi oleh kandungan logam,
keberadaan model tersebut. Resolusi kedua semakin banyak kandungan logam maka
konfigurasi cukup baik dan dapat proses polarisasi akan lebih lama. Respon
menunjukan keberadaan model parit, namun resistivitas bisa bermacam-macam, tetapi
konfigurasi Dipole-dipole mempunyai chargeabilitas menunjukan nilai yang
resolusi yang lebih sesuai dengan model berkaitan dengan modelnya. Karena metode
yang di buat dari pada konfigurasi Wenner. TDIP yang menjadi acuan itu adalah nilai
Tidak terdapat respon chargeabilitas karena chargeabilitasnya. Nilai resistivitas bisa jadi
model yang dibuat ini tidak mengandung lebih tinggi, bisa jadi lebih rendah ditempat
logam. yang lain dan bisa jadi tidak ada. Tetapi
DISKUSI setiap ada chargeabilitas yang tinggi itu
Hasil pemodelan inversi resistivitas ada menunjukan bahwa disitu ada kandungan
tinggi dan rendah hal ini berkaitan dengan mineral logam, sehingga model subsurface
responnya. Dalam pemodelan fisis untuk bola konduktif teridentifikasi dengan baik.
menghasilkan respon resistivitas yang baik Untuk mengetahui respon TDIP terhadap
(ρ2/ρ1 >> 0,01) [4]. Ini berarti range benda variasi anomali resistivitas yang tidak
model dengan medium harus besar, ini bisa terlihat pada bola konduktif, maka dibuat
dilihat dari hasil di model parit (GAMBAR model parit. Hasil pemodelan inversi parit
9). Jika resistivitas medium hampir sama konfigurasi Dipole-dipole dan Wenner
dengan targetnya maka respon tidak akan memiliki respon anomali resistivitas tinggi
terlihat (GAMBAR 5). Hasil pemodelan sehingga pengaruh anomali yang
inversi resistivitas model bola konduktif ditimbulkan oleh model parit jelas terlihat.
kurang baik karena syaratnya kurang Resistivitas parit lebih tinggi dari bola
terpenuhi. konduktor, hal ini yang menyebabkan hasil
Nilai resistivitas pada logam tidak ada ukur parit lebih bagus dan jelas terlihat dari
polanya karena bisa tinggi dan bisa rendah. pada bola konduktor. Model bola konduktor
ISBN : 978-602-1034-45-3 23
PROSIDING SNG 2016

tidak mempunyai respon anomali resistivitas yang baik, sedangkan model parit
mempunyai respon anomali yang baik REFERENSI
terhadap medium disekitarnya. Dari model 1. Yatini, dkk. 2013. Respon Polarisasi
bola konduktif, dan model parit Terinduksi dalam Kawasan Waktu
diidentifikasi bahwa benda model dengan (TDIP) pada Medium Air Tanah.
medium latar mempunyai range anomali Seminar Nasional Kebumian-VIII
terlalu kecil sehingga respon anomali yang 2. Yatini, dkk. 2014. Studi Pemodelan
ditimbulkan oleh benda model tidak terlihat. Respon Polarisasi Terinduksi dalam
Respon anomali resistivitas akan terlihat Kawasan Waktu (TDIP) terhadap
jika variasi antara benda model dan medium Kandungan Mineral Logam, Sebuah
latar mempunyai selisih range nilai Hasil Awal. Indonesian Journal of
resistivitas yang cukup besar [5]. Applied Physics (2014) Vol.4 No.2 Hlm
162.
KESIMPULAN 3. Telford, W.M., Geldart, L.P., Sherff,
Terdapat korelasi yang baik antara R.E., 1990, Applied Geophysics, Second
respon TDIP terhadap keberadaan mineral Edition, Cambridge Univ.Press, London
logam, respon chargeabilitas tinggi 4. Apparao. Ankaraboyina, 1997,
menunjukan keberadaan model mineral Development in Geoelectrical Methods,
logam. Respon resistivitas tidak dapat A.ABalkema Publs, OldPostRoad,
menunjukan keberadaan model mineral Brookfield UT 05036, USA
logam karena range resistivitas model 5. Sarma, V.S., Rajest, R., Rajendra P.,
subsurface dengan medium yang digunakan 2002, Spectral Induced polarisation
hampir sama. Konfigurasi Dipole-dipole (SIP) a significant Geophysical Tool for
mempunyai resolusi yang lebih baik dari Mineral detection and Discrimination,
pada konfigurasi Wenner, karena resolusi Seminar Council For Geosciences, India
hasil pemodelan inversi konfigurasi Dipole-
dipole sesuai dengan model subsurface yang
digunakan.
ISBN : 978-602-1034-45-3 24
PROSIDING SNG 2016

Studi Karakteristik Petrologi dan Sifat Keteknikan Breksi Pumis Formasi


Semilir di Gunung Bawuran Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Material Konstruksi Bangunan
Azmi Maulana1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains & Teknologi AKPRIND,
Jl.Kalisahak, No. 28 Komplek Balapan, Yogyakarta
*Email: azmii.maulana@yahoo.co.id

Abstrak. Daerah Gunung Bawuran, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah


Istimewa Yogyakarta telah lama dijadikan sebagai tempat penambangan breksi pumis atau
batu putih yang sering dikatakan oleh masyarakat sekitar. Breksi pumis tersebut
dimanfaatkan sebagai material konstruksi bangunan oleh masyarakat sekitar atau bahkan
dari luar daerah. Untuk itu dilakukan penelitian mengenai petrologi dan sifat keteknikan
breksi pumis Gunung Bawuran meliputi pengambilan sampel yang kemudian dilanjutkan
dengan analisis petrografi, analisis berat jenis, analisis daya serap batuan, dan analisis kuat
tekan. Hasil yang diperoleh dari penelitian diketahui breksi pumis Gunung Bawuran
memiliki nilai rata-rata berat jenis 1,2 gr/cm3, daya serap batuan 26,35 %, dan kuat tekan
6,04 MPa. Berdasarkan hasil analisis tersebut breksi pumis Gunung Bawuran tidak
memenuhi persyaratan untuk dijadikan sebagai bahan pondasi bangunan. Namun,
berdasarkan Pasal 27 PUBI-1982 dan SNI 03-6861.1-2002, breksi pumis Gunung Bawuran
dapat digunakan untuk bahan dinding bangunan sebagai pengganti bata merah dan bata
beton dengan kualitas yang jauh lebih baik. Kelebihan dari breksi pumis Gunung Bawuran
sebagai bahan dinding bangunan adalah sangat sesuai untuk bangunan bertingkat, mudah
menyerap kelembaban udara sehingga dapat menyejukkan ruangan, dan dapat berfungsi
sebagai peredam suara sehingga sangat sesuai digunakan untuk bahan dinding gedung
pertemuan.
Kata kunci: breksi pumis, Gunung Bawuran, petrologi, sifat keteknikan, konstruksi
bangunan.

PENDAHULUAN Umumnya material konstruksi bangunan


Semakin berkembangnya zaman dan yang sering digunakan untuk dinding
pertumbuhan penduduk, maka semakin bangunan adalah material jenis batubata dan
meningkat pula kebutuhan akan batako. Sedangkan untuk pondasi bangunan
infrastruktur-infrastruktur untuk menunjang umumnya menggunakan andesit, basalt, dan
pertumbuhan tersebut. Infrastruktur yang jenis batuan beku lainnya. Namun, seiring
paling vital dalam menunjang pertumbuhan dengan berkembangnya zaman perlu juga
tersebut salah satunya adalah bangunan, untuk dicari material konstruksi bangunan
baik itu rumah, gedung, hotel, dan lain lain yang dapat dijadikan sebagai alternatif
sebagaimya. Hal tersebut jelas atau bahkan menggantikan material-material
membutuhkan material konstruksi yang tersebut. Sehingga perlu adanya penelitian
jumlahnya sangat besar dan kualitas terhadap jenis-jenis batuan lain yang dapat
material yang baik.
ISBN : 978-602-1034-45-3 25
PROSIDING SNG 2016

digunakan sebagai material konstruksi Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa


bangunan. Yogyakarta. Secara geografis lokasi
Daerah Gunung Bawuran, Kecamatan penelitian terletak pada koordinat
Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa 07o52‟48,40” LS dan 110o25‟24,59” BT.
Yogyakarta telah lama dijadikan sebagai Lokasi penelitian tersebut berada di sebelah
tempat penambangan breksi pumis atau batu tenggara dari Kota Yogyakarta dengan jarak
putih yang sering dikatakan oleh masyarakat 17 km.
sekitar. Breksi pumis tersebut merupakan
bagian dari Formasi Semilir yang banyak
dimanfaatkan sebagai material konstruksi
bangunan oleh masyarakat sekitar atau
bahkan dari luar daerah. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penilitian untuk mengetahui
kualitas breksi pumis sebagai material
konstruksi bangunan.

MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui komposisi batuan dan sifat
keteknikan breksi pumis, yang meliputi nilai
berat jenis, kuat tekan, daya serap air.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah GAMBAR 2. Lokasi dan letak daerah
untuk mengetahui kualitas dari breksi pumis penelitian.
Gunung Bawuran, Kecamatan Pleret,
Kabupaten Bantul sebagai material HASIL DAN PEMBAHASAN
konstruksi bangunan. Geologi
Secara regional daerah penelitian ini
METODE PENELITIAN termasuk dalam Cekungan Pegunungan
Metode penelitian yang dilakukan Selatan. Dalam Peta Geologi Lembar
diawali dengan studi pustaka, kemudian Yogyakarta (Rahardjo, dkk., 1977) daerah
dilanjutkan dengan pengambilan data dan penelitian termasuk ke dalam Formasi
sampel di lapangan. Setelah itu, dilakukan Semilir. Dari hasil penelitian di lapangan
analisis petrografi, analisis berat jenis daerah penelitian tersusun atas perselingan
batuan, analisis daya serap air, dan analisis breksi pumis, batupasir tufan, dan tuf. Pada
kuat tekan uniaksial. Berdasarkan data-data jalur litologi terukur dengan ketebalan
tersebut maka akan diketahui kualitas breksi singkapan 101 meter, tebal breksi pumis
pumis Gunung Bawuran sebagai material yang prospektif lebih dari 0,5 meter sebesar
konstruksi bangunan. 63% atau 63,63 meter (Sanjoto, 2009).
Daerah penelitian termasuk ke dalam
LOKASI PENELITIAN perbukitan bergelombang sedang-kuat
Lokasi penelitian berada di Gunung dengan kemiringan lereng 15 -30o. Selain
o

Bawuran, Desa Bawuran, Kecamatan Pleret, itu, pada daerah penelitian berkembang juga
ISBN : 978-602-1034-45-3 26
PROSIDING SNG 2016

struktur geologi berupa kekar, dan sesar Andesit (%) 12 16 20 16


minor. Gelas (%) 53 44 47 48
Petrologi Feldspar (%) 3 10 2 5
Pada pengamatan di lapangan, secara Kuarsa (%) 1 1 1 1
megaskopis breksi pumis memiliki warna Min. opak
putih kecoklatan, struktur masif dan 3 3 2 2,7
(%)
laminasi, dengan ukuran butir didominasi
oleh kerikil-kerakal (2 mm – 8 mm), bentuk
butir membulat tanggung – menyudut,
sortasi buruk, komposisi fragmen terdiri dari
dominan pumis dan sedikit sekali litik
andesit, dan komposisi matriks pasir dan tuf.

GAMBAR 2. Kenampakan breksi pumis di


Gunung Bawuran.

Pada pengamatan petrografis, breksi


pumis memiliki struktur masif, bentuk butir
menyudut tanggung-menyudut, sortasi
buruk, dengan komposisi rata-rata: pumis GAMBAR 3. Kenampakan sayatan tipis
27,3%, litik andesit 16%, gelas 48%, breksi pumis Gunung Bawuran pada
feldspar 5%, kuarsa 1%, dan mineral opak pengamatan secara petrografis.
2,7%. Komposisi breksi pumis Gunung
Bawuran pada masing-masing sampel dapat Sifat Keteknikan
dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan hasil analisis berat jenis,
analisis daya serap air, dan analisis kuat
TABEL 1. Komposisi breksi pumis Gunung tekan batuan pada sampel breksi pumis
Bawuran berdasarkan hasil analisis Gunung Bawuran didapatkan nilai rata-rata
petrografi. berat jenis adalah 1,2 gr/cm3, daya serap air
Rat 26,4%, dan nilai kuat tekan 6,04 MPa. Hasil
BxP BxP BxP
No. Sampel a- analisis sifat keteknikan breksi pumis
1 2 3
rata Gunung Bawuran pada masing-masing
Pumis (%) 28 26 28 27,3 sampel dapat dilihat pada Tabel 2.
ISBN : 978-602-1034-45-3 27
PROSIDING SNG 2016

Rendahnya nilai berat jenis breksi pumis kelebihan dari penggunaan breksi pumis
tersebut dipengaruhi oleh komposisi pumis Gunung Bawuran, yaitu:
yang relatif besar yaitu 27,3% dan sedikit 1. Memiliki nilai kuat tekan yang cukup
litik andesit yaitu 16%. Semakin besar tinggi.
kandungan pumis, maka semakin kecil nilai a. Untuk penggunaan bahan dinding
berat jenis batuan. Hal ini disebabkan nilai bangunan sebagai pengganti batu
berat jenis pumis yang sangat kecil, yaitu bata, berdasarkan persyaratan kuat
0,8 gr/cm3. Untuk besarnya daya serap air tekan bata merah pejal menurut Pasal
dipengaruhi oleh banyaknya komposisi 27 PUBI-1982, maka breksi pumis
gelas yang dimiliki breksi pumis Gunung Gunung Bawuran setara dengan batu
Bawuran sebesar 48%. Selain itu, adanya bata merah pejal kelas 25.
fragmen pumis yang cukup banyak juga b. Untuk penggunaan bahan dinding
sangat mempengaruhi nilai daya serap air, bangunan sebagai pengganti batu
karena fragmen pumis tersebut bersifat beton pejal, berdasarkan syarat-syarat
porous. fisis bata beton pejal menurut SNI 03-
6861.1-2002, maka breksi pumis
TABEL 2. Hasil analisis uji sifat Gunung Bawuran setara dengan batu
keteknikan breksi pumis Gunung Bawuran. beton pejal tingkat mutu III.
No.
Berat Daya Kuat 2. Memiliki berat jenis yang jauh lebih
Jenis Serap Air Tekan kecil dibandingkan dengan material-
Sampel
(gr/cm3) (%) (Mpa)
material lain, sehingga sangat sesuai
BxP
1,04 34,5 4,85 untuk bangunan bertingkat.
1
BxP 3. Memiliki daya serap yang cukup tinggi
1,14 27,3 4,86
2 untuk breksi pumis, sehingga apabila
BxP dipakai sebagai bahan dinding bangunan
1,43 17,3 8,41
3
akan mudah menyerap kelembaban
Rata-
1,2 26,4 6,04 udara sehingga menyejukkan ruangan.
Rata
4. Selain itu, dengan daya serap yang cukup
PEMANFAATAN tinggi tersebut, breksi pumis dapat
Berdasarkan hasil analisis sifat berfungsi sebagai peredam suara, dan
keteknikan breksi pumis Gunung Bawuran sangat sesuai digunakan untuk bahan
tidak layak untuk digunakan sebagai bahan dinding gedung pertemuan.
pondasi bangunan karena nilai uji kuat tekan
dan daya serap batuannya tidak memenuhi Namun, apabila digunakan sebagai
persyaratan berdasarkan SNI 03-6861.1- bahan bangunan disarankan tidak terkena
2002 . sinar matahari dan air hujan secara
Namun, breksi pumis Gunung Bawuran langsung, karena bersifat porous. Hal
dapat digunakan sebagai bahan dinding tersebut dapat mengurangi kuat tekannya.
bangunan menggantikan bata merah pejal Sehingga untuk tempat yang terkena sinar
ataupun bata beton pejal dengan kualitas matahari dan air hujan secara langsung
yang lebih baik. Berikut adalah beberapa harus diplester terlebih dahulu.
ISBN : 978-602-1034-45-3 28
PROSIDING SNG 2016

TABEL 3. Breksi pumis Gunung Bawuran baik. Kelebihan dari breksi pumis Gunung
dan syarat mutu batu alam untuk bahan Bawuran sebagai bahan dinding bangunan
bangunan berdasarkan SNI 03-6861.1-2002 adalah sangat sesuai untuk bangunan
bertingkat, mudah menyerap kelembaban
udara sehingga dapat menyejukkan ruangan,
dan dapat berfungsi sebagai peredam suara
sehingga sangat sesuai digunakan untuk bahan
dinding gedung pertemuan.

REFERENSI
1. Sanjoto, Siwi. 2009. Kwalitas Breksi
TABEL 4. Breksi pumis Gunung Bawuran
Pumis sebagai Bahan Bangunan
dan syarat-syarat fisis bata beton pejal
Kecamatan Piyungan, Pleret, Imogiri
berdasarkan SNI 03-6861.1-2002.
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Teknologi, Volume 2
No. 1 Institut Sains & Teknologi
AKPRIND
2. Sukandarrumidi. 2009. Bahan Galian
Industri. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
TABEL 5. Breksi pumis Gunung Bawuran 3. Rahardjo, Wartono., Sukandarrumidi,
dan persyaratan kuat tekan bata merah pejal Rosidi, H.M.D. 1977. Peta Geologi
berdasarkan Pasal 27 PUBI-1982. Lembar Yogyakarta skala 1:100.000.
Direktorat Geologi, Departemen
Pertambangan Republik Indonesia.
4. Dirjen Cipta Karya. 1989. Spesifikasi
Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam). Direktorat
Pekerjaan Umum, Bandung
5. Efendi, W.V., dkk. 2014. Stratigrafi
KESIMPULAN Formasi Semilir di Dusun Krakitan, Desa
Breksi pumis Gunung Bawuran memiliki Candirejo, Kecamatan Semin, Kabupaten
nilai rata-rata berat jenis 1,2 gr/cm3, daya Gunung Kidul, Daerah Istimewa
serap batuan 26,35 %, dan kuat tekan 6,04 Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional
MPa. Berdasarkan hasil analisis tersebut Kebumian ke-7 hal. 858-873, Teknik
breksi pumis Gunung Bawuran tidak Geologi, Fakultas Teknik, Universitas
memenuhi persyaratan untuk dijadikan Gadjah Mada
sebagai bahan pondasi bangunan. Namun, 6. Wadiyana. 2009. Kajian Karakteristik
berdasarkan Pasal 27 PUBI-1982 dan SNI 03- Batu Alam Lokal Kabupaten Gunungkidul
6861.1-2002, breksi pumis Gunung Bawuran Sebagai Alternatif Pengganti Bata Merah
dapat digunakan untuk bahan dinding Untuk Pembangunan Dan Rehabilitasi
bangunan sebagai pengganti bata merah dan Rumah Sederhana. Tesis, Program Studi
bata beton dengan kualitas yang jauh lebih Magister Teknik Sipil, Universitas Sebelas
Maret Yogyakarta.
ISBN : 978-602-1034-45-3 29
PROSIDING SNG 2016

Identifikasi Batas Kantung Magma Gunung Merapi Berdasarkan Metode


Magnetik Analisis Tilt Derivative (Studi Kasus: Setelah Erupsi Gunung Merapi
Tahun 2010)
Annisa Ratri N1, Luga Chania Firelli1, dan Bagas Rizki Wibowo1
1
Program Studi Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Jl. SWK 104 Condongcatur Yogyakarta
*Email: annisaratri42@gmail.com

Abstrak. Kantung magma Gunung Merapi terbentuk karena rekahan dari aktivitas
vulkanisme yang berfungsi sebagai tempat akumulasi magma sebelum menerobos naik
ke permukaan. Identifikasi kantung magma dilakukan menggunakan metode magnetik
yaitu dengan menganalisis nilai intensitas kemagnetan batuan. Pada bulan Mei tahun
2016, penelitian dengan metode geomagnetik dilakukan untuk mengetahui batas
kantong magma di Desa Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa
Tengah. Penelitian dilakukan sebagai langkah awal monitoring geometri kantung
magma setelah terjadi erupsi pada tahun 2010. Pengukuran dilakukan dengan metode
base rover dengan luas area 1.5 x 1.5 km. Peta Total Magnetic Intensity menunjukkan
nilai dominan negatif antara -542.7 nT hingga 168.4 nT dengan sebaran merata kecuali
pada bagian selatan peta yang diinterpretasikan sebagai kantung magma. Upward
continuation dilakukan dengan kelipatan 100 sebanyak tiga kali untuk menggambarkan
anomali regional. Batas kantung magma dianalisa dengan Tilt Derivative Filter dan
didapatkan batas pada bagian utara dan selatan. Batas kantung magma memiliki nilai tilt
derivative sebesar 0.1-1.1 rad. Terindikasi terjadi perluasan kantung magma akibat
erupsi pada tahun 2010 arah barat dan timur.
Kata Kunci : Kantung Magma, Metode geomagnetik, Tilt Derivative Filter.

PENDAHULUAN tekanan sangat tinggi. Magma yang telah


Gunung Merapi merupakan salah satu kehabisan energi untuk menerobos
gunung teraktif di Indonesia. Gunung ini kemudian terakumulasi di suatu tempat
biasanya memiliki siklus erupsi pendek diatas dapur magma baik dekat permukaan
dengan jarak 2-3 tahun dan memiliki siklus atau jauh dari permukaan.
erupsi yang menengah hingga 6 tahun. Perubahan geometri kantung magma
Berdasarkan beberapa penelitian, Gunung dapat diidentifikasi dengan mengetahui
Merapi diketahui memiliki kantung magma struktur yang berkembang dari waktu ke
yang dekat dengan permukaan. Kantung waktu. Penelitian ini merupakan tahap awal
magma pada gunung berapi berfungsi monitoring batas kantung magma gunung
sebagai tempat terakumulasinya magma merapi setelah terjadi erupsi gunung merapi
sebelum mengalami erupsi. pada tahun 2010. Perubahan kantung
Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 magma dapat menjadi indikasi adanya
merupakan erupsi yang cukup besar dan aktivitas fluida dari bawah permukaan,
dimungkinkan terjadi perubahan dimensi bilamana kantung magma semakin
kantung magma. Perubahan ini diakibatkan membesar maka terjadi pula penyimpanan
oleh rekahan-rekahan yang terbentuk dari energi yang besar. Penelitian mengenai
proses vulkanisme menjadi zona lemah kantung magma gunung api dapat dilakukan
untuk diterobos oleh magma yang memiliki menggunakan beberapa metode yaitu
ISBN : 978-602-1034-45-3 30
PROSIDING SNG 2016

metode pasif seismik, gravity, magnetik, kemagnetan tinggi. Batuan akan kehilangan
deformasi dll. sifat kemagnetan jika dipanaskan melewati
Pada identifikasi batas kantung magma temperatur curie sehingga akan memliki
ini digunakan metode geomagnetik karena respon kemagnetan rendah jika
metode ini memiliki respon yang baik untuk diaplikasikan untuk mendeliniasi batas
mengidentifikasi struktur dan panas kantung magma.
dibawah permukaan. Penelitian ini Gaya Magnetik
bermaksud untuk mengetahui geometri Dalam kemagnetan dikenal dua jenis
kantung magma setelah terjadi erupsi pada muatan, yaitu muatan positif dan muatan
tahun 2010 sehingga dapat menjadi negatif. Kedua muatan ini memenuhi hukum
gambaran energi yang dapat disimpan oleh Coloumb. Muatan atau kutub yang
Gunung Merapi. berlawanan jenis akan tarik menarik
sedangkan muatan yang sejenis akan tolak
DASAR TEORI menolak dengan gaya F.
Kantung magma Gunung Merapi menempatkan persamaan di tempat yang
merupakan jenis kantung magma dangkal baru.
atau dekat dengan permukaan. Suplay m1.m2
F .r
magma dari dapur magma ke kantung r 2
magma yang terjadi terus menerus
(1)
menyebabkan kantung magma mengalami
Dimana: µ = permeabilitas magnetik.
kelebihan tekanan kemudian terjadi erupsi.
F = gaya Coloumb (N)
m1 & m2 = kuat kutub magnet
(A/m)
r = jarak kedua kutub (m).

GAMBAR 1. Kantung Magma dan dapur


magma Gunung Merapi (Haryati, 2008).
GAMBAR 2. Gaya tarik menarik antar
Metode geomagnetik merupakan salah
partikel yang memiliki massa (modifikasi
satu metode yang peka dalam identifikasi
Telford,1979)
sumber panas dan batuan yang memiliki
Tilt Derivative
ISBN : 978-602-1034-45-3 31
PROSIDING SNG 2016

Lawu - Merapi - Sumbing - Sindoro –


Slamet.

GAMBAR 3. Filter tilt derivative (William,


2008)

Tilt derivative (Miller dan Singh, 1994;


Verduzco et al., 2004) didefinisikan
sebagai:

( ) (2) GAMBAR 4. Peta geologi daerah penelitian


beserta desain survei pengukuran magnetik
Dengan VDR merupakan turunan dari
medan magnet terhadap perubahan vertikal Kelurusan vulkanik Ungaran-Merapi
sedangkan THDR merupakan akar dari tersebut merupakan sesar mendatar yang
turunan kuadrat medan magnet terhadap berbentuk konkaf hingga sampai ke barat,
perubahan medan magnet horizontal (x) dan berangsur-angsur berkembang kegiatan
ditambah dengan turunan kuadrat medan
vulkanisnya sepanjang sesar mendatar dari
magnet terhadap perubahan medan magnet
horizontal (y). arah utara ke selatan. Dapat diurut dari utara
yaitu Ungaran Tua berumur Pleistosen dan
(3) berakhir di selatan yaitu di Gunung Merapi
yang sangat aktif hingga saat ini. Kadang
(( ) ( )) (4) disebutkan bahwa Gunung Merapi terletak
pada perpotongan dua sesar kwarter yaitu
Filter ini berfungsi untuk memperlihatkan Sesar Semarang yang berorientasi utara-
target baik cekungan, target eksplorasi selatan dan Sesar Solo yang berorientasi
mineral, maupun struktur. barat-timur. Gunung Merapi merupakan
gunungapi tipe basalt-andesitik dengan
TINJAUAN PUSTAKA komposisi SiO2 berkisar antara 50-58 %.
Gunung Merapi terbentuk pertama kali Beberapa lava yang bersifat lebih basa
sekitar 60.000-80.000 tahun yang lalu. mempunyai SiO2 yang lebih rendah sampal
Gunung Merapi terletak pada busur sekitar 48%. Batuan Merapi tersusun dari
magmatik yang dibentuk oleh gerakan plagiolklas, olivin, piroksen, magnetit dan
lempeng India-Australia ke arah Utara amphibol. Plagioklas merupakan mineral
menunjam ke bawah lempeng Eurasia. utama pada batuan Merapi dengan
Menurut Van Bemmelen (1970). Gunung komposisi sekitar 34%.
Merapi tumbuh di atas titik potong antara
kelurusan vulkanik Ungaran – Telomoyo -
Merbabu - Merapi dan kelurusan vulkanik Penelitian Terdahulu
ISBN : 978-602-1034-45-3 32
PROSIDING SNG 2016

data atau desain survei dengan


memperhatikan grid agar didapatkan
persebaran data yang baik. Pengambilan
data dilakukan di Desa Tlogowatu
Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten
Propinsi Jawa Tengah, menggunakan alat
PPM GEM Systems seri GSM-19T dengan
metode base rover. Titik pengukuran
sejumlah 1122 titik dengan jumlah lintasan
sebanyak 15 lintasan. Jarak antar tiap titik
adalah 10 meter dan jarak lintasan adalah
1,5 kilometer. Pengambilan data dilakukan
pada tanggal 5-8 Mei 2016 dengan cuaca
cerah hingga berawan.
GAMBAR 5. Pengukuran metode magnet
tahun 2009

Penelitian yang ditunjukkan oleh


gambar 5 merupakan penelitian yang
dilakukan dengan metode magnetik dengan
cakupan luasan ± 25 x 25 kilometer sebelum
erupsi, yaitu pada tahun 2009. Closure kecil
yang mempunyai nilai kemagnetan rendah
GAMBAR 7. Instrumen pengukuran
ditandai dengan bentuk persegi merupakan
metode magnetik
daerah penelitian yang diprediksi
merupakan kantung magma. Nilai rendah
HASIL DAN DISKUSI
tersebut dapat diinterpretasikan sebagai
Peta total magnetic intensity merupakan
kantung magma dikarenakan terdapat jalur
peta yang telah dilakukan koreksi variasi
dari dapur magma dan terakumulasi dalam
medan magnet utama dan variasi medan
bentuk closure.
magnet harian. Pada daerah penelitian
METODOLOGI
menunjukkan banyak closure kecil yang
menunjukkan bahwa batuan penyusun
daerah tersebut merupakan boulder yang
merupakan batuan gunungapi Merapi

GAMBAR 6. Peta desain survei


pengukuran Penelitian dimulai dengan
melakukan penentuan titik pengambilan
ISBN : 978-602-1034-45-3 33
PROSIDING SNG 2016

GAMBAR 8. Peta total magnetic intensity


GAMBAR 9. Peta upward continuation
Intensitas kemagnetan didominasi
dengan nilai negatif antara -542.7 nT hingga Nilai rendah dengan range antara -141.0
168.4 nT yang menandakan bahwa batuan nT hingga -198.1 nT memperlihatkan bahwa
dibawah permukaan merupakan batuan yang kantung magma pada daerah penelitian
memiliki sifat kemagnetan paramagnetik dimungkinkan berupa magma atau batuan
atau diamagnetik sehingga dapat beku yang masih panas, sedangkan pada
diinterpetasikan sebagai kantung magma. nilai yang lebih tinggi dimungkinkan
Batas kantung magma belum bisa dibedakan sebagai batuan beku yang mulai mendingin
secara jelas dikarenakan peta ini masih dan diidentifikasikan sebagai kantung
mengandung anomali regional dan lokal magma dengan nilai -91 nT hingga -141.0
sehingga perlu dilakukan analisis lanjutan nT.
berupa pemisahan anomali regional-lokal.
Peta upward continuation dilakukan
untuk melihat perubahan nilai intensitas
kemagnetan secara regional. Peta tersebut
memperlihatkan perubahan nilai yang cukup
stabil pada pengangkatan ke 400.

GAMBAR 10. Peta tilt derivative


ISBN : 978-602-1034-45-3 34
PROSIDING SNG 2016

Analisis tilt derivative digunakan untuk UCAPAN TERIMA KASIH


menentukan batas kantung magma. Peta ini Terima kasih kami ucapkan kepada
akan melihat perubahan nilai intensitas pembimbing Laboratorium Geofisika
Eksplorasi Bapak Ardian Novianto S.T,
kemagnetan setiap titik. Nilai dengan
M.T. dan Eko Wibowo S.T, M.Sc yang
perubahan yang terbesar akan diterjemahkan telah memberikan kesempatan untuk
sebagai nilai tinggi yang diinterpretasikan melakukan penelitian ini. Serta kepada
sebagai kantung magma. Berdasarkan Angkatan 2014 beserta asisten Teknik
analisis tilt derivative bagian utara dan Geofisika UPNVYK yang membantu proses
selatan peta terlihat perubahan nilai paling akuisisi data penelitian ini.
besar yang diindikasikan sebagai batas
REFERENSI
kantung magma yang merupakan magma
1. Van Bemmelen, RW., 1949. The
yang mulai mendingin menjadi batuan beku
Geology of Indonesia, Vol IA.
sedangkan bagian barat dan timur kondisi
Government Printing Office, The Hague,
magma diperkirakan masih diatas
Amsterdam.
temperatur curie sehingga menunjukkan
2. Miller, H.G., dan V. Singh, 1994,
nilai tilt derivative yang rendah.
Potential field tilt -A new concept for
location of potential field source: Journal
KESIMPULAN
of Applied Geophysics, 32, 213-217.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
3. Hidayati dkk, 2008, Focal Mechanism of
dapat disimpulkan bahwa:
Volcano-tectonic Earthquakes at Merapi
1. Peta TMI terdapat banyak closure yang
Volcano, Indonesia, IJP 2008, vol. 19 no.
menandakan boulder dari batuan
3, 75-82.
gunungapi merapi dan memiliki nilai
4. Van Bemmelen, R., W. 1970. The
mayoritas negatif yang menandakan
Geology of Indonesia 2nd Edition. The
kantung magma berada tepat dibawah
Hague: Martinus
daerah penelitian.
5. William, Simon et.al., 2008.
2. Setelah terjadi erupsi pada tahun 2010
Interpretation of Magnetic Data using
terjadi pelebaran peta kantung magma
Tilt-Angle Derivatives. Jurnal
Gunung Merapi pada bagian barat dan
Geophysics, vol.73, no.1 (January-
timur terlihat berdasarkan analisis peta
February 2008) ; P.L1-L10, 7FIG
tilt derivative.
ISBN : 978-602-1034-45-3 35
PROSIDING SNG 2016

Pengujian Metode Akaike Information Criterion (AIC)


untuk Deteksi Waktu Tiba Gelombang P Pada Kasus Gempa Mikro dan Kuat
Bambang Sunardi1,*, Fadhil Muddasir2, Sulastri1
1
Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG, Jl. Angkasa 1 No. 2 Jakarta 10720
2
Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok 16424
* Email: bambang.sunardi@bmkg.go.id

Abstrak. Penentuan waktu tiba gelombang P kejadian gempa membutuhkan ketelitian


picking, utamanya untuk kejadian gempa mikro yang memiliki waktu tiba gelombang S
dan gelombang P yang berdekatan. Oleh karena itu dibutuhkan metode yang akurat
dalam mendeteksi waktu tiba gelombang P. Salah satu metode yang dapat digunakan
adalah metode Akaike Information Criterion (AIC). Makalah ini membahas pengujian
metode AIC pada kasus gempa mikro dan gempa kuat. Deteksi waktu tiba gelombang P
dengan metode AIC dilakukan terhadap 10 kasus gempa mikro dan 3 kasus gempa kuat
yang terjadi pada bulan Agustus 2015. Hasil deteksi waktu tiba gelombang P dengan
metode AIC selanjutnya dibandingkan dengan data pembacaan waktu tiba gelombang P
dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Hasil pengujian metode
AIC pada kasus gempa mikro menunjukkan selisih pembacaan waktu tiba gelombang P
antara 0 hingga 2.45 detik dibandingkan dengan data waktu tiba gelombang P dari
BMKG. Pada kasus gempa kuat diperoleh selisih pembacaan waktu tiba gelombang P
antara 0 hingga 0.64 detik. Selisih pembacaan yang kecil ini mengindikasikan deteksi
waktu tiba gelombang P menggunakan metode AIC memberikan hasil yang relatif
akurat.
Kata kunci: Gelombang P, gempa mikro, gempa kuat, picking, Akaike Information Criterion,
AIC.

PENDAHULUAN Average/Short Term Average atau dikenal


Deteksi waktu tiba gelombang P suatu dengan LTA/STA [1]. Modifikasi metode
kejadian gempa membutuhkan ketelitian LTA/STA beberapa kali dilakukan antara
yang tinggi terutama untuk gempa mikro lain oleh Allen [2], Baer dan Kradolfer [3],
yang memiliki waktu tiba gelombang S dan Earl dan Shearer [4], Trnkoczy [5] dan
P yang sangat berdekatan. Ketepatan Wong dkk. [6].
penentuan waktu tiba gelombang P akan Metode lain yang dapat dipergunakan
sangat mempengaruhi hasil penentuan adalah metode Akaike Information Criterion
lokasi gempa serta analisis mekanismenya. (AIC) untuk deteksi waktu tiba gelombang
Oleh karena itu dibutuhkan tool untuk P. Metode AIC diharapkan mampu
membantu mendeteksi waktu tiba memudahkan picking waktu tiba gelombang
gelombang P. Terdapat banyak cara untuk P suatu kejadian gempa. Akaike Information
mendeteksi waktu tiba gelombang P. Salah Criterion (AIC) adalah sebuah perhitungan
satu metode yang cukup terkenal dan orde variansi komponen yang tidak
banyak dipergunakan hingga sekarang dijelaskan oleh sebuah proses autorecursive
adalah dengan analisis Long Term (AR) yang dimodelkan untuk pencocokan
ISBN : 978-602-1034-45-3 36
PROSIDING SNG 2016

terhadap data [7]. Ketika jendela waktu perhitungan AIC (k) yang telah dimodifikasi
yang dipilih sudah tepat, AIC dapat Andy, St-Onge [2] adalah sebagai berikut :
digunakan untuk melakukan picking fase
waktu tiba gelombang P dengan sangat ( ) ( ( ( )))
akurat [8]. ( ) ( ( ( (
Penelitian ini difokuskan pada pengujian ))) ) (1)
metode Akaike Information Criterion untuk
kejadian gempa mikro (magnitude kurang dengan k adalah index data, y adalah data,
dari 3 Skala Richter) dan gempa kuat dan nsamp merupakan banyak data.
dengan batasan magnitude di atas 4.5 Skala Gambar 1 menunjukkan sampel dari data
Richter. Hasil pengujian selanjutnya gempa mikro dari komponen tunggal
dibandingkan dengan dengan data arrival vertikal geophone. Pembagian dari titik k
yang direkam oleh stasiun-stasiun gempa membatasi dua deret waktu dengan sifat
milik Badan Meteorologi Klimatologi dan statistik. Random noise berada pada sampel
Geofisika (BMKG). Tingkat ketepatan 1 hingga k, dan gerak energi (energi motion)
penentuan waktu tiba gelombang P direkam dari sampel k+1 hingga nsamp.
bermanfaat dalam pengolahan data lanjutan Untuk data yang masih memiliki banyak
seperti penentuan hiposenter gempa dan noise, perlu dilakukan proses filtering
studi pencitraan struktur bawah permukaan terlebih dahulu menggunakan model filter
bumi dengan metode tomografi seismik. yang ada. Proses filtering ini bertujuan agar
ambiguitas yang dideteksi dari minimum
METODE PENELITIAN global atau lokal suatu kejadian gempa
Data yang dipergunakan dalam dapat diminimalisir. Untuk meningkatkan
penelitian adalah waveform dari 10 gempa ketelitian dalam melakukan proses
mikro dengan magnitude kurang dari 3 penentuan waktu tiba gelombang P, dapat
Skala Richter (SR) dan 3 gempa kuat dilakukan perbesaran kurva hasil metode
dengan magnitude lebih dari 4.5 SR selama AIC pada minimum lokal kejadian gempa
bulan Agustus 2015. Waveform gempa yang sehingga diperoleh waktu tiba gelombang P
dipergunakan dalam format SAC maupun yang lebih akurat. Waveform yang telah
miniSEED. Waveform dari gempa mikro difilter selanjutnya diubah ke dalam format
dan gempa kuat tersebut selanjutnya ASCII untuk diproses menggunakan
digunakan dalam pengujian metode AIC. program GUI AIC dengan bantuan software
AIC diperkenalkan oleh Akaike [9]. Matlab hingga diperoleh ploting data
Metode AIC dapat menentukan waktu tiba sebelum diolah oleh metode AIC atau masih
gelombang (arrival time) berdasarkan dalam bentuk waveform yang telah difilter
variansi data. Algoritma AIC berdasarkan dan hasil setelah diolah dengan metode
konsep karakteristik non stasioner sinyal AIC. Dari hasil AIC dilakukan penentuan
seismik yang bisa didekati dengan membagi waktu tiba gelombang P yang ditunjukkan
sebuah trace yang diukur ke dalam beberapa oleh minimum global atau minimum lokal
segmen lokal stasioner, dimana setiap suatu kejadian gempa. Hasil penentuan
segmen tersebut bertindak sebagai sebuah waktu tiba gelombang P tersebut
proses autoregresif [8]. Formula
ISBN : 978-602-1034-45-3 37
PROSIDING SNG 2016

selanjutnya dibandingkan dengan data 2.45 detik. Sementara untuk gempa kuat
arrival dari BMKG [11] dengan cara diperoleh selisih 0 hingga 0.64 detik.
menghitung selisih waktunya. Gambaran
singkat alur penelitian ditunjukkan pada
diagram alir Gambar 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil deteksi waktu tiba gelombang P
berupa minimum global atau lokal nampak
lebih jelas pada waveform yang sudah di GAMBAR 1. Random noise dari sampel
filter sebagaimana ditunjukkan pada 1 hingga k, dan energy motion tercatat dari
Gambar 3 dan Gambar 4. sampel k + 1 hingga nsamp [7].
Hasil perbandingan deteksi waktu tiba
gelombang P mengunakan metode AIC Selisih antara metode AIC dengan data
dengan dengan data arrival BMKG pada arrival BMKG baik untuk gempa mikro
beberapa kasus gempa mikro ditunjukkan maupun gempa kuat dominan oleh nilai
pada Tabel 2, sedangkan untuk data gempa kurang dari 0.5 detik sebagaimana
kuat ditunjukkan pada Tabel 3. diperlihatkan pada histogram Gambar 5.
Hasil pengujian metode AIC untuk Hasil pengujian menunjukkan bahwa
deteksi waktu tiba gelombang P pada kasus metode AIC relatif akurat dipergunakan
gempa mikro dibandingkan dengan data untuk deteksi waktu tiba gelombang P.
arrival BMKG diperoleh selisih pembacaan
waktu tiba gelombang P berkisar 0 hingga

GAMBAR 2. Diagram alur penelitian.


ISBN : 978-602-1034-45-3 38
PROSIDING SNG 2016

GAMBAR 3. Hasil deteksi waktu tiba gelombang P pada dua kejadian gempa mikro.

GAMBAR 4. Hasil deteksi waktu tiba gelombang P pada dua kejadian gempa kuat.
ISBN : 978-602-1034-45-3 39
PROSIDING SNG 2016

TABEL 1. Perbandingan hasil metode AIC dengan data arrival dari BMKG untuk gempa
mikro.

TABEL 2. Perbandingan hasil metode AIC dengan data arrival dari BMKG untuk gempa
kuat.
ISBN : 978-602-1034-45-3 40
PROSIDING SNG 2016

(a) (b)
GAMBAR 5. Histogram selisih waktu tiba gelombang P hasil metode AIC dengan data
arrival BMKG untuk gempa mikro (a) dan untuk gempa kuat (b).

Perbedaan hasil pembacaan waktu tiba dipergunakan ataupun picking manual.


gelombang P antara metode AIC dengan Metode AIC dapat diterapkan untuk
data arrival BMKG kemungkinan otomatisasi dalam penentuan waktu tiba
dikarenakan perbedaan metode yang gelombang P. Hasil pengujian ini
ISBN : 978-602-1034-45-3 41
PROSIDING SNG 2016

memberikan gambaran bahwa metode events. Bulletin of the Seismological


AIC layak dipertimbangkan untuk Society of America, 77, 1437-1445 (1987).
digunakan dalam pengembangan sistem 4. P. S. Earle, P. M. Shearer, Characterization
penentuan parameter gempa di Indonesia. of global seismograms using an automatic-
picking algorithm, Bulletin of the
KESIMPULAN Seismological Society of America, 84, 366-
Hasil pengujian metode AIC untuk 376 (1994).
deteksi waktu tiba gelombang P pada kasus 5. A. Trnkoczy, Understanding and parameter
setting of STA/LTA trigger algorithm. In :
gempa mikro (kekuatan kurang dari 3 Skala
Bormann., P.(Ed.), IASPEI New Manual
Richter) dibandingkan dengan data arrival
of Seismological Observatory Practice,
BMKG diperoleh selisih pembacaan waktu
vol. 2, Geo Forschungs Zentrum Potsdam,
tiba gelombang P berkisar 0 hingga 2.45
2002, pp.119.
detik. Sementara hasil pengujian untuk 6. J. Wong, L. Han, J. C. Bancroft, R.
gempa kuat (kekuatan lebih dari 4 Skala Stewart, Automatic time-picking of first
Richter) diperoleh selisih dengan data arrivals on noisy microseismic data,
arrival BMKG berkisar 0 hingga 0.64 detik. CSEG, 2009.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa 7. St-Onge, Andy, Akaike Information
metode AIC relatif akurat dipergunakan Criterion Applied to Detecting First
untuk deteksi waktu tiba gelombang P. Arrival Times on Microseismic Data,
CSPG CSEG CWLS Convention, 2011.
UCAPAN TERIMA KASIH 8. Zhang, Haijiang, Application of Multilayer
Penulis menyampaikan ucapan Perceptron (MLP) Neural Network in
terimakasih kepada Puslitbang BMKG dan Identification and Picking P-Wave Arrival,
Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Department of Geology and Geophysics
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas University of Wisconsin-Madison, 2003.
Indonesia atas kesempatan dan fasilitas 9. H. Akaike, Information theory and an
yang diberikan guna mendukung penelitian extension of the maximum likelihood
ini. principle, Second International
Symposium on Information Theory,
Akademiai Kiado, Budapest, 1973, 267-
REFERENSI
281.
1. P. Sedlak, Y. Hirose, M. Enoki, and J.
10.R. Sleeman and V. E. Orild, Robust
Sikula, Arrival time detection in thin
automatic P-phase picking: An on-line
multilayer plates on the basis of akaike
implementation in the analysis of broad-
information criterion, J. Acoustic Emission,
band seismogram recording. Phys. Earth
26 (2008).
Planet Inter., 113, 265-275 (1999).
2. R. Allen, Automatic earthquake
11.Query Data-BMKG, http://repogempa.
recognition and timing from single traces.
bmkg.o.id, diakses 5 November 2015.
Bulletin of the Seismological Society of
America, 68, 1521-1532 (1978).
3. M. Baer, and U. Kradolfer, An automatic
phase picker for local and teleseismic
ISBN : 978-602-1034-45-3 42
PROSIDING SNG 2016

Studi Ketebalan Lapisan Sedimen Daerah Kampus Unnes


dengan Menggunakan Metode Mikroseismik
Hendri Sulistiawan1*, Supriyadi1 dan Ian Yulianti1
1
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang
* Email: hendrisulistiawan94@gmail.com

Abstrak. Mikroseismik merupakan getaran harmonik tanah yang terjadi secara


terus menerus dengan frekuensi yang rendah. Karakteristik mikroseismik
mencerminkan karakteristik dari lapisan tanah berdasarkan nilai frekuensi naturalnya.
Daerah kampus Unnes dan sekitarnya sering terjadi fenomena deformasi tanah.
Deformasi tanah dipengaruhi oleh ketebalan lapisan sedimen, dimana ketebalan
lapisan sedimen menggambarkan ketebalan lapisan lapuk dibawah permukaan bumi.
Hal tersebut yang mendasari dilakukannya penelitian mikroseismik didaerah
Universitas Negeri Semarang sebagai media informasi daerah rawan deformasi tanah
yang dapat digunakan untuk meminimalisir resiko dampak gerakan tanah, sehingga
dapat mengoptimalkan pembangunan infrastruktur dan pengembangan tataruang.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan seismometer 3 komponen pada 20
titik dengan jarak antar titik 250 m. Prosesing data dilakukan dengan metode HVSR.
Data yang diperoleh berupa nilai perbandingan spektral horizontal terhadap vertikal
(H/V), frekunsi natural dan amplifikasi. Nilai frekuensi natural dan amplifikasi dapat
digunakan untuk menentukan nilai ketebalan lapisan sedimen. Dari hasil penelitian
diperoleh ketebalan lapisan sedimen berkisar antara 20-40 m yang secara umum
terdiri dari lapisan alluvial berupa batupasir dan batulempung.
Kata kunci: Mikroseismik, HVSR, ketebalan lapisan sedimen

PENDAHULUAN dalam batuan dasar maka lapisan tanah di


Kota Semarang yang mempunyai luas atas batuan dasar akan semakin mudah
wilayah 373,7 km2 mempunyai daerah terdeformasi akibat gempa.
rawan gerakan tanah, salah satunya adalah Mikroseismik merupakan metode
kecamatan Gunungpati (PVMBG, 2010). geofisika yang dapat mendeteksi
Daerah Universitas Negeri semarang yang ketidakstabilan lapisan batuan dengan
berada di kecamatan Gunungpati sering memanfaatkan getaran kecil dari gelombang
terjadi fenomena deformasi lapisan tanah seismic yang merambat melalui lapisan
seperti gerakan tanah dan rekahan tanah. batuan (Blake et al., 1974). Berdasarkan
Deformasi lapisan tanah dipengaruhi oleh uraian tersebut studi tentang identifikasi
ketebalan lapisan sedimen, dimana ketebalan lapisan sedimen di daerah Unnes
ketebalan lapisan sedimen menggambarkan diperlukan untuk memberikan gambaran
ketebalan lapisan lapuk pada lapisan daerah rawan deformasi tanah dengan
permukaan tanah di atas batuan dasar. metode Mikroseismik sehingga dapat
Ketebalan lapisan sedimen juga dijadikan informasi untuk mitigasi bencana
merepresentasikan kedalaman dari batuan gerakan tanah di daerah Kampus Unnes
dasar. Menurut Mala dkk. (2015) semakin
ISBN : 978-602-1034-45-3 43
PROSIDING SNG 2016

Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati gelombang pada saat melalui medium


Kota Semarang. tertentu. Herak (2008) juga menjelaskan
. bahwa nilai frekuensi natural dan
TINJAUAN PUSTAKA amplifikasi pada permukaan suatu daerah
Horizontal to Vertical Spectral Ratio berkaitan dengan parameter fisik bawah
(HVSR) permukaan daerah tersebut. Nilai frekuensi
Metode analisis HVSR pertama kali natural dapat merepresentasikan jenis tanah
dikembangkan oleh Nakamura pada tahun berdasarkan tabel klasifikasi tanah yang
1989. Metode HVSR digunakan untuk ditunjukkan pada Tabel 1.
menghitung rasio spektrum dari sinyal
mikrotremor komponen horizontal terhadap Tabel 1. Tabel klasifikasi tanah berdasarkan
komponen vertikalnya. Nakamura (2000) nilai frekuensi natural mikroseismik oleh
membagi gelombang mikroseismik menjadi Kanai yang dikutip dari Arifin dkk. (2012)
dua yaitu gelombang Rayleigh dan Jenis Frekuns Klasifikas Deskripsi
gelombang badan, dimana gelombang Tana i i Kanai
Rayleigh termasuk kedalam gelombang h Natural
permukaan yang merambat pada permukaan (Hz)
tanah dan gelombang badan merambat Jenis 6,67 – Batuan Ketebalan
IV 20 tersier atau sedimen
melalui batuan dasar. Berdasarkan hal
lebih tua. permukaanny
tersebut maka persamaan H/V dapat ditulis
Terdiri a sangat tipis,
sebagai berikut : dari batuan didominasi
Hf = Ah SHB + SHS Hard oleh batuan
(1) sandy, keras
Vf = Av SVB + SVS gravel, dll.
(2) Jenis 10 – 4 Batuan Ketebalan
sehingga III alluvial, sedimen
dengan permukaanny
H/V
ketebalan a masuk
(3) 5 m. dalam
dimana Hf dan Vf adalah komponen Terdiri kategori
horisontal dan vertikal gelombang dari batuan menengah 5 –
Hard 10 m
mikroseismik, Ah dan Av faktor amplifikasi
sandy,
gelombang badan, SHB dan SVB adalah
gravel, dll.
spektrum gerak horisontal dan vertikal di 2,5 – 4 Batuan Ketebalan
Jenis
batuan dasar, sedangkan SHS dan SVS adalah II alluvial, sedimen
spektrum gerak horisontal dan vertikal di dengan permukaan
permukaan tanah atau lapisan sedimen. ketebalan masuk dalam
Hasil dari kurva HVSR adalah frekuensi > 5m. kategori tebal
natural (Fo) dan amplifikasi (A), dimana Terdiri 10 – 20 m
frekuensi natural adalah frekuensi dominan dari sandy-
yang terdapat pada daerah tersebut dan gravel,
sandy hard
amplifikasi adalah besarnya penguatan
ISBN : 978-602-1034-45-3 44
PROSIDING SNG 2016

clay, loam,
dll.
Jenis < 2,5 Batuan Ketebalan
I alluvial, sedimen
yang permukaan
terbentuk sangat tebal.
dari
sedimentas
i delta, top
soil,
lumpur,
dll. GAMBAR 1. Peta geologi daerah
Dengan penelitian (Sumber : Peta geologi kota
kedalaman Semarang lembar Magelang-Semarang)
30 m atau
lebih. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
Ketebalan Lapisan Sedimen 1. Seismometer 3 komponen merek MAE
Ketebalan lapisan sedimen 2. Data Logger
menggambarkan ketebalan lapisan yang 3. Laptop
lunak atau lapuk pada lapisan permukaan 4. Global Positioning System (GPS)
tanah diatas batuan dasar. Ketebalan lapisan 5. Kompas Geologi
sedimen mempengaruhi kecepatan dari 6. Log Book
penjalaran gelombang badan. Menurut 7. Perangkat lunak yang terdiri dari:
Nakamura (2008) ketebalan lapisan sedimen a. Geopsy
(h) berhubungan dengan frekuensi natural b. Seg2conv
(Fo) dan kecepatan gelombang S pada c. Surfer 10
permukaan (Vs), sehingga dapat dirumuskan d. Microsoft Excel
persamaan sebagai berikut:
(4) HASIL DAN PEMBAHASAN
Ketebalan lapisan sedimen di daerah
METODE PENELITIAN Unnes cukup bervariasi, mulai dari 20 m
Lokasi penelitian berada di Universitas hingga 40 m seperti yang ditunjukkan pada
Negeri Semarang kampus Sekaran, Gambar 2.
Gunungpati dengan batas wilayahnya
berada pada 703‟22” – 703‟26” LS dan
110023‟38” – 110024‟25” BT yang
ditunjukkan pada Gambar 1.
ISBN : 978-602-1034-45-3 45
PROSIDING SNG 2016

Gambar 3 menampilkan sayatan A–B


yang dimulai dari titik 1 sampai dengan titik
17. Kemudian untuk sayatan C-D dimulai
dari titik 2 sampai dengan titik 18.
Selanjutnya, sayatan E–F dimulai dari titik
3 sampai dengan titik 19. Sayatan G–H
dimulai dari titik 4 sampai dengan titik 20.
Hasil dari keempatan sayatan ditampilkan
dalam Gambar 4 sebagai berikut.
GAMBAR 2 Kontur ketebalan lapisan
sedimen (h) berdasarkan kontur nilai
frekuensi natural (fo)

Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin


rendah nilai frekuensi naturalnya maka
(a)
semakin tebal ketebalan lapisan
sedimennya, sehingga kedalaman dari
batuan yang lebih keras atau bedrock juga
semakin dalam.
Gambaran jenis lapisan tanah untuk
variasi frekuensi natural terhadap ketebalan
lapisan sedimen ditampilkan dalam bentuk 2
dimensi. Gambar 2 dimensi ini didapatkan (b)
dengan cara membuat sayatan atau slice
dengan software Surfer pada data frekuensi
natural dan ketebalan lapisan sedimen pada
Gambar 2. Sayatan 2 dimensi terbagi
menjadi 4 sayatan seperti pada Gambar 3.

(c)

(d)
GAMBAR 3. Ploting sayatan lokasi GAMBAR 4. Sayatan 2D lapisan tanah
penelitian bawah permukaan (a) sayatan AB (b)
sayatan CD (c) sayatan EF dan (d) sayatan
GH
ISBN : 978-602-1034-45-3 46
PROSIDING SNG 2016

Gambar 4 menunjukkan kondisi penelitian. Berdasarkan tabel klasifikasi


lapisan tanah bawah permukaan daerah
tanah berdasarkan frekuensi natural (Tabel terdiri dari batuan alluvial yaitu batupasir
1) maka dapat diinterpretasi bahwa nilai dan batulempung.
frekuensi natural lapisan sedimen di
kawasan Unnes mulai dari 0 Hz sampai KESIMPULAN
dengan 17 Hz. Nilai frekuensi natural Berdasarkan hasil penelitian dan
kurang dari 2,5 Hz yang ditunjukkan dengan pembahasan yang telah dilakukan dapat
warna biru muda diinterpretasikan sebagai diambil beberapa kesimpulan, yaitu
batuan alluvial yang terbentuk dari sedimen Ketebalan lapisan sedimen di daerah
delta, top soil, dan lumpur yang terdapat kampus Unnes Sekaran, Gunungpati, Kota
pada kedalaman 30 m. Sementara itu, nilai Semarang adalah 20-40 m yang terbentuk
frekuensi natural antara 2,5 Hz sampai dari endapan alluvial berupa batupasir dan
dengan 4 Hz yang ditunjukkan dengan batulempung. Semakin tebal lapisan
warna hijau muda diinterpretasikan sebagai sedimennya maka semakin mudah lapisan
batuan alluvial dengan ketebalan 5 m atau tanah mengalami deformasi.
lebih yang terdiri dari batupasir dan
lempung. Kemudian untuk nilai frekuensi REFERENSI
natural antara 4 Hz sampai dengan 10 Hz 1. Arifin, S.S., B.S. Mulyanto, Marjiyono,
yang ditunjukkan dengan warna kuning & R. Setianegara. 2012. Penentuan Zona
diinterpretasikan sebagai batuan alluvial Rawan Guncangan Bencana Gempa
yang terdiri dari batupasir serta lanau Bumi berdasarkan Analisis Nilai
dengan kedalaman mulai dari 5m hingga 10 Amplifikasi HVSR Mikrotremor dan
m dan ketebalannya 5m atau lebih. Nilai Analisis Periode Dominan Daerah Liwa
frekuensi natural antara 10 Hz sampai dan Sekitarnya. Jurnal Geofisika
dengan 17 Hz yang ditunjukkan dengan Eksplorasi Vol. 2, No. 1.
warna oranye diinterpretasikan sebagai 2. Blake, W., F. Leighton, & W.I. Duvall.
batuan yang lebih keras yang terdiri dari 1974. Microseismic Techniques for
hard sandy atau batupasir yang lebih keras Monitoring The Behavior of Rock
dengan ketebalan sedimen permukaannya Structures. United States Departement of
sangat tipis dibandingan dengan lapisan The Interior: Washington D.C.
sedimen dibawahnya. 3. Herak, M. 2008. ModelHVSR: a Matlab
Mengacu pada peta geologi lembar Tool to Model Horizontal-to-Vertical
Semarang-Magelang menunjukkan bahwa Spectral Ratio of Ambient Noise.
daerah penelitian tersusun dari endapan dari Computers and Geosciences 34, 1514–
gunung Ungaran yang terdiri dari breksi 1526.
vulkanik, batulempung, dan batupasir. Hal 4. Mala, H.U., A. Susilo & Sunaryo. 2015.
ini sesuai dengan hasil pengukuran di Kajian Mikrotremor dan Geolistrik
daerah penelitian yang menunjukkan lapisan Resistivitas di Sekitar Jalan Arteri
tanah yang menyusun daerah penelitian Primer Trans Timor untuk Mitigasi
merupakan lapisan tanah sedimen yang Bencana. Jurnal Natural B, Vol. 3, No. 1.
ISBN : 978-602-1034-45-3 47
PROSIDING SNG 2016

5. Nakamura, Y. 2000. Clear Identification on Earthquake Engineering. Beijing,


of Fundamental Idea of Nakamura’s China.
Technique and Its Application. The 12nd 7. PVMBG. 2010. Peta Kawasan Rawan
Word Conference on Earthquake Bencana Gerakan Tanah Kota
Engineering. Tokyo, Japan. Semarang. Bandung.
6. Nakamura, Y. 2008. On The H/V
Spectrum. The 14th World Conference
ISBN : 978-602-1034-45-3 48
PROSIDING SNG 2016

Pemodelan Resistivity dan Induced Polarization 3 Dimensi


untuk Penentuan Zona Mineralisasi
(Studi Kasus: Kecamatan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten)
Dian Redita1* dan Luga Chania Firelli1
1
Program Studi Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Jl. SWK 104 Condongcatur Yogyakarta
*Email: dianredita@rocketmail.com

Abstrak. Eksplorasi mineral telah dilakukan secara intensif di Banten yang merupakan
daerah dengan sumberdaya mineral yang cukup besar. Penelitian dilakukan di Kecamatan
Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten dengan menggunakan metode
resistivity dan Induced Polarization konfigurasi dipole-dipole sebanyak 9 lintasan dengan
orientasi barat-timur dengan panjang lintasan 1000 meter. Metode resistivity dan Induced
Polarization sebagai metode geofisika dangkal diaplikasikan untuk memperjelas target
zona mineralisasi yang merupakan sistem epitermal sulfida rendah. Korelasi penampang
hasil resistivity, Percent Frequency Effect (PFE) dan Metal Factor (MF) menunjukkan
daerah telitian diperoleh zona alterasi propilitik, silisifikasi, dan argilik. Pemodelan 3
Dimensi resistivity dan Induced Polarization diintegrasikan sebagai penentuan zona
potensial mineralisasi sulfida pada alterasi propilitik yang merupakan alterasi dominan
pada daerah penelitian dengan nilai resistivitas antara 21.5 hingga 123 ohm.m, nilai
Percent Freqency Effect 12 hingga 14% dan metal factor 1417 hingga 2535 m.hos.
Kata Kunci : Resistivity, Induced Polarization, Mineralisasi.

PENDAHULUAN ini merupakan daerah transisi sesar geser


Indonesia salah satu negara dengan hasil lateral berarah baratlaut (di Sumatera)
sumber daya alam yang melimpah, tidak sampai sesar kompresi berorientasi timur–
hanya berada di permukaan tetapi berada barat (di Jawa) (Angeles, dkk., 2002).
pada bawah permukaan bumi salah satunya Struktur diduga ada hubungannya dengan
adalah mineral sulfida. Cebakan sulfida zona graben daerah Krakatau di Selat Sunda
merupakan sumber daya logam yang dalam yang merupakan depresi kegiatan gunungapi
jumlah besar dapat menjadi bahan galian tektonik (Zen, 1983 dalam Sudana dan
ekonomis yang layak ditambang. Mineral Santoso, 1992). Akibat struktur dan proses
sulfida dapat terbentuk oleh hasil aktifitas magmatisme maka dimungkinkan banyak
hidrotermal ataupun dari hasil proses didapati proses mineralisasi yang terjadi di
sedimentasi. Kebutuhan logam untuk daerah peneliatian. Metode yang digunakan
kepentingan teknologi dan industri semakin dalam penelitian dengan metode geolistrik
hari semakin meningkat, oleh sebab itu Induksi polarisasi (IP), metode IP mampu
diperlukan eksplorasi untuk mengetahui menganalisis karakteristik mineral sulfida
karakteristik cebakan dan zonasi daerah yang terbentuk di daerah penelitian dengan
potensi mineral sulfida. prinsip kerjanya yaitu mendeteksi polarisasi
Daerah penelitian terletak di bagian listrik pada permukan mineral logam di
tengah busur magmatik Sunda–Banda. Area bawah permukaan.
ISBN : 978-602-1034-45-3 49
PROSIDING SNG 2016

TINJAUAN PUSTAKA kotor kecoklatan dan kehijauan, gampingan,


a. Geologi Lokal Daerah Penelitian berbutir halus hingga kasar, berkomponen
Kondisi geologi daerah penelitian menyudut hingga membundar tangggung,
dalam cakupan regional pernah dikaji terpilah sedang; saranganya kurang baik,
oleh Sudana dan Santoso (1992) yang mengandung mineral mafik, felsfar, kalsit
diterbitkan melalui peta geologi lembar kuasa dan glokonit; fosilvora, moulusca;
Cikarang. Berdasarkan hasil kajian berstruktur perlapisan bersusun dan
Sudana dan Santoso (1992), daerah silangsiur, setempat terdapat lensa batu
penelitian terdiri atas dua Formasi utama, gamping dengan cangkang kerang. Tebal
yaitu Formasi Honje yang merupakan gormasi ini diperkirakan mencapai 400
batuan gunung api dan Formasi meter. Formasi Bojongmanik menjemari
Bojongmanik yang merupakan batuan dengan Formasi Honje dan tertindih
sedimen. Foprmasi Cipacar dan Formasi Bojong.
Formasi Honje berlokasi di
pegunungan Honje, Cimanggu, Banten b. Geolistrik Resistivitas
selatan. Dengan litologi penyusun Metoda geolistrik merupakan metoda
Formasi ini yaitu batuan Breksi gunung geofisika untuk menyelidiki kondisi
api, tuff, lava andesit-basalt dan kayu subsurface atau bawah permukaan, yaitu
terkesikan. Breksi gunung api, berwarna dengan mempelajari sifat penjalaran arus
kelabu, coklat, hitam dan kemerahan. listrik dan mempelajari karakteristik sifat
Komponen berukuran krikil hingga fisis pada batuan dibawah permukaan bumi.
bongkahan, bentuk menyudut hungga Dalam penelitian ini data geolistrik
membundar tanggung ; terdiri atas diperoleh dari daerah penelitian dengan
andesit, basalt porfiri, kuarsa, silica, menggunakan konfigurasi elektroda dipole-
kalsedon, obsidian, batuapung dan kayu dipole. Konfigurasi ini telah lama dan masih
terkesikan; tertanam dalam masa dasar digunakan untuk survei resistivitas dan IP
tuff pasiran halus hingga kasar. Setempat karena memiliki efek kopling
terdapat urat kuarsa tipis bermineral elektromagnetik yang rendah antara
sulfide atau bijih.Formasi ini diduga potensial dan arusnya (Loke, 1999). Susunan
berumur miosen akhir berdasarkan elektrodanya digambarkan pada gambar 1.
sebagian dari satuan ini yang menjemari
dengan Formasi Bojogmanik. Tebal
Formasi Honje diperkirakan berkisar dari
500 meter sampai 600 meter. Sebaranya
terdapat dibagian barat lembar sekitar
gunung Honje, Gunung Tilu dan daerah
Citeureup; setempat ditrerobos batuan
Gambar 1. Susunan Elektroda Konfigurasi
andesit basalt.
Dipole-Dipole (Loke,1999).
Formasi bojongmanik; perselingan
batuanpasir dan batu lempung bersisipan
napal, batugamping, konglomerat, tuff dan
lignit. Batu pasir, berwarna kelabu, kuning
ISBN : 978-602-1034-45-3 50
PROSIDING SNG 2016

c. Metode Induksi Polarisasi rendah yang mencerminkan harga


Metode induksi polarisasi merupakan resistivitas pada frekuensi tinggi lebih
salah satu pengembangan metode rendah.
resistivitas, metode induksi polarisasi
bekerja dengan cara memberikan arus e. Percent Frequency Effect (PFE)
induksi ke bawah permukaan bumi. Metode PFE merupakan hubungan antara efek
induksi polarisasi adalah metode yang frekuensi dengan jumlah kandungan mineral
mengukur adanya polarisasi di dalam logam/sulfida. Definisi percent frequency
medium karena pengaruh arus listrik yang effect dapat dilihat pada persamaan berikut:
melewatinya. Polarisasi umumnya banyak ( f   F )
terjadi pada medium yang memiliki PFE   100% (1)
F
kandungan mineral logam (misalnya
Dengan ρf adalah resistivitas tinggi yang
senyawa sulfida logam).
terukur pada frekuensi rendah dan ρF adalah
resistivitas rendah yang terukur pada
d. Induksi Polarisasi Frequency Domain
frekuensi tinggi. Hal ini terjadi karena nilai
(FDIP)
resistivitas batuan akan menurun seiring
Pengukuran IP (Gambar 2) umumnya
dengan kenaikan arus dengan frekuensi
frekuensi yang digunakan adalah frekuensi
tinggi. Karena adanya efek elektromagnetik
rendah f = 0,05 - 0,5 Hz dan frekuensi tinggi
maka nilai teoritis PFE tidak dapat terukur.
F = 1 - 10 Hz.
Nilai PFE yang terukur di lapangan
bergantung pada frekuensi yang digunakan.
Untuk menghidari arus telluric dan noise SP,
pengukuran dilakukan dengan arus searah
(DC) dan arus bolak balik (AC).

f. Metal Factor (MF)


Gambar 2. Pengukuran IP kawasan Parameter metal factor pertama kali
frekuensi menggunakan frekuensi yang dikenalkan oleh Marshall dan Madden
berbeda. (Summer,1967). (1959) yang digunakan untuk mengoreksi
nilai resistivitas batuan asal. Metal factor
Proses elektrokimia berlangsung lambat, mempunyai satuan mhos/ft atau mhos/m.
sehingga bila arus listrik dimasukkan ke Metal factor digunakan untuk menentukan
dalam medium dalam dua frekuensi yang seberapa banyak kandungan logam sulfida
berbeda dalam waktu tertentu, maka saat dalam batuan yang besarnya tergantung dari
arus dengan frekuensi rendah dimasukkan ke hasil perhitungan besarnya nilai PFE untuk
dalam medium harga Vp yang terukur tinggi variasi nilai resistivitas batuan asal yang
yang mencerminkan harga resistivitas tinggi, meliputi perubahan elektrolit, temperatur,
karena pemberian arus yang lama maka akan ukuran pori, sehingga metal factor
menimbulkan polarisasi yang besar. ditentukan dengan persamaan:
Sebaliknya arus dengan frekuensi tinggi
menyebabkan harga Vp yang terukur lebih
ISBN : 978-602-1034-45-3 51
PROSIDING SNG 2016

103 (  f   F ) G = Discrepancy Vector


MF  2  (2) Dalam banyak kasus, inversi ini akan
F .  f
menghasilkan model dengan perubahan nilai
yang halus. (Loke,1999). Dalam beberapa
Pengukuran dalam kawasan frekuensi
kasus yang memiliki noise banyak, akan
dapat pula dilakukan dengan
lebih baik jika dilakukan inversi leastsquare
membandingkan gelombang sinus yang
untuk mendapatkan perubahan nilai yang
ditransmisikan ke bawah permukaan dengan
tidak terlalu besar.
sinyal yang diterima. Perbedaan fase antara
gelombang sinus tersebut seolah-olah
METODE PENELITIAN
menunjukkan tingkat chargebilitas batuan.
Penelitian dilakukan di Kecamatan
Satuan yang digunakan biasanya adalah
Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi
millirad.
Banten (Gambar 3) dengan menggunakan
metode geolistrik konfigurasi dipole-dipole,
g. Inversi Least Square
pada pelaksanaanya menggunakan 9
Inversi least square adalah inversi yang
lintasan. Panjang setiap lintasan 1000 meter
biasanya diguakan untuk melakukan
dengan jarak antar lintasan sepanjang 50
smoothing dan constrain (deGroot-Hedlin
meter. Proses pengolahan, pemodelan dan
dan Constable 1990, Sasaki 1992). Dasar
interpretasi data menggunakan metode
metode inversi least square adalah
induksi polarisasi Frequency Domain.
persamaan dibawah ini.
pemodelan dilakukan untuk
mengidentifikasikan zona mineralisasi
(JTJ+uF)d=JTg (3)
sulfida dan melokalisir penyebaran zona
mineralisasi dan alterasi, pemodelan 2D
Dengan:
dilakukan memanfaatkan software res2dinv
F = fx+fxT+fz+fzT
dilanjutkan 2D correlation menggunakan
Fx = Horizontal Flatness Filter
software discover dan 3 dimensi dengan
Fz = Vertical Flatness Filter
rockwork. Diagram alir penelitian
J = Matrix of Vertical Derivatif
ditunjukkan oleh gambar 4.
u = Damping factor
D = Model Pertubation Vector
ISBN : 978-602-1034-45-3 52
PROSIDING SNG 2016

Desain Survei Penelitian Geolistrik Kecamatan


Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten
(a) 9
8 U
7
6
5 Skala 1:5000
4
Keterangan:
3
2 4 Lintasan
1

(b)
Gambar 3. (a) Peta Lokasi daerah Penelitian (Atlas Indonesia, 2012 ), (b) Desain survei
daerah penelitian.

Gambar 4. Diagram Alir Penelitan


ISBN : 978-602-1034-45-3 53
PROSIDING SNG 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 5 menunjukkan hasil penampang resistivitas lintasan 7.

Gambar 5. Lintasan 7 pengukuran Geolistrik (a) Resistivitas, (b) Percent Frequency Effect,
(c) Metal Factor

Penampang resistivitas memperlihatkan lempung pada zona alterasi argilik


jenis alterasi pada daerah pengukuran. mempersulit interpretasi dikarenakan
Berdasarkan tinjauan geologi, zona alterasi memiliki nilai mineralisasi yang hampir
daerah pengukuran terdiri atas zona sama dengan zona mineralisasi propilitik.
alterasi argilik, silisifikasi, dan propilitik. Namun dengan dikorelasikannya tiga
Zona alterasi argilik memiliki nilai penampang tersebut dapat
resistivitas rendah dengan nilai 3.77 diinterpretasikan batas sebaran mineral
hingga 21.5 ohm.m karena mineral lempung dan sulfida.
lempung seperti illite, monmorilonite, dan Berkembangnya zona alterasi
smectite memiliki resistivitas rendah. Zona silisifikasi ditandai dengan nilai resistivitas
alterasi argilik memiliki nilai Percent tinggi dengan 123 hingga 220 ohm.m.
Freqency Effect dan Metal Factor yang Nilai Percent Freqency Effect > 16%
tinggi masing masing 14 hingga 16% dan namun nilai metal factor rendah 76,9
2538 hingga 4547 mhos/m. Nilai tinggi hingga 247 m.hos/m menandakan zona
Percent Freqency Effect dan Metal Factor mineralisasi lemah. Zona alterasi propilitik
pada zon alterasi argilik bukan sebagai zona potensial memiliki nilai
dikarenakan adanya mineral sulfida yang resistivitas sedang antara 21.5 hingga 123
merupakan respon induksi polarisasi, ohm.m dan memiliki nilai Percent
namun dikarenakan polarisasi membran Freqency Effect 12 hingga 14% dan metal
yang ada pada mineral lempung. Mineral factor 1417 hingga 2535 m.hos yang
ISBN : 978-602-1034-45-3 54
PROSIDING SNG 2016

menadakan zona mineralisasi kuat


(Tabel1).

Tabel 1. Jangkauan Nilai Zona Alterasi

Percent
Zona Resistivitas Metal Factor
Freqency Effect Mineralisasi
Alterasi (Ohm.m) (mhos/m)
(% )
Argilik 3.77 - 21.5 14 -16 2538 - 4547 Lemah
Silisifikasi 123 - 220 16 - 18 123 - 220 Lemah
Propilitik 21.5 - 123 12 -14 1417 -2535 Kuat

Penampang korelasi digunakan untuk pada lintasan 6, 7 dan 8 pada jarak 100
mengetahui sebaran mineralisasi secara hingga 400 meter memiliki nilai
menyeluruh (Gambar 6). Zona mineralisasi resistivitas rendah dengan nilai Percent
pada daerah pengukuran terlihat menyebar Freqency Effect dan Metal Factor yang
dikarenakan zona mineralisasi sulfida tinggi. Zona propilitik sebagai zona
rendah memiliki karakter vein tipis. Secara potensial tersebar pada tiap-tiap lintasan
umum, zona alterasi argilik berkembang dengan persentase yang lebih kecil.
mendominasi daerah penelitian terlihat

Gambar 6. 2D correlation lintasan pengukuran (a) Resistivitas, (b) Percent Frequency Effect,
(c) Metal Factor

Pemodelan 3 dimensi digunakan untuk dimensi harus selalu dikontrol dengan data
melihat sebaran mineral sulfida dengan korelasi 2 dimensi dikarenakan pada
lebih jelas, namun data dari model 3 model 3 dimensi, software akan
ISBN : 978-602-1034-45-3 55
PROSIDING SNG 2016

melakukan interpolasi nilai yang sama dan mineral sulfida. Model 3 dimensi PFE
tanpa memperhatikan kondisi geologi. dan MF menunjukkan sebaran yang lebih
Pada peta resistivitas, nilai resistivitas sempit karea nilai IP hanya berpengaruh
rendah masih menempati volume yang oleh polarisasi membran dan polarisasi
cukup luas, hal ini disebabkan karena nilai elektroda (Gambar 7).
resistivitas masih dipengaruhi banyak
faktor. nilai resistivitas tersebut
diinterpretasikan sebagai mineral lempung

Gambar 7. 3 dimensi lintasan pengukuran (a) Resistivitas, (b) Percent Frequency Effect, (c)
Metal Factor.

KESIMPULAN Factor dengan nilai Percent Frequency


Berdasarkan pembahasan dapat Effect > 12% dan Metal Factor > 1417
disimpulkan bahwa: m.hos/m.
1. Zona alterasi pada daerah penelitian
terbagi menjadi tiga yaitu argilik DAFTAR PUSTAKA
sebagai alterasi yang mendominasi 1. Angeles, Ciceron A, Sukamandu
daerah penelitian, propilitik, dan Prihatmoko dan James S. Walker.
silisifikasi. (2002). Geology and Alteration –
2. Zona potensial mineralisasi sulfida mineralization Characteristics of the
rendah terdapat di alterasi propilitik Cibaliung Ephitermal Gold Deposit,
yang ada pada vein (urat batuan) sangat Banten, Indonesia. Resource Geology,
kecil yang ditunjukkan dengan nilai 52, 4.
Percent Frequency Effect dan Metal 2. Atlas lengkap Indonesia, 2012.
ISBN : 978-602-1034-45-3 56
PROSIDING SNG 2016

3. DeGroot-Hedlin, C. And Constable, S., 6. Sudana, D, dan Santosa, S. (1992)


1990. Occam‟s inversion to generate Geology Of The Cikarang Quadrangle,
smooth, two-dimensional models from Java. Bandung; Pusat Penelitian Dan
magnetotelluric data. Geophysics, Pengembangan Geologi.
1613-1624. 7. Summer, J.S., 1967, Principles of
4. Loke, M. H. 1999. Electrical Imaging Induced Polarization fer Geophysical
Surveys for Environmental and Exploration, Elsevier Scientific
Engineering Studies, A Practical Guide Publishing Company.
to 2D and 3D Surveys. Penang: 8. Wiguna, Sesa. 2012. “Sebaran Potensi
Geotomo. Deposit Emas Epitermal Di Cibaliung,
5. Sasaki, Y.,Yoneda, Y. and Matsuo, K., Pandeglang-Banten”. Fakultas
1992. Resistivity Imaging of Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Controlled-Source Audiofrequency Alam Departemen Geografi Universitas
Mgnetotelluric Data. Geophysics, 57, Indonesia, Depok.
952-955.
ISBN : 978-602-1034-45-3 57
PROSIDING SNG 2016

Usulan Metode Eksplorasi Coal Bed Methane Berdasarkan Integrasi Wenner-


Schlumberger dan Well Logging
Alida Naufalia Aribah1*, Luga Chania Firelli1, Dewi Fitri Anggraini2
1
Program Studi Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
2
Program Studi Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Jl. SWK 104 Condongcatur Yogyakarta
*Email: alidanaufalia@yahoo.com

Abstrak. Coal Bed Methane (CBM) sebagai gas metana yang terkandung dalam matriks
dan cleat batubara kini mulai berkembang sehingga menarik untuk dieksplorasi dan
dieksploitasi. Eksplorasi CBM menargetkan batubara dengan kualitas sub-bituminous
hingga bituminous. Metode seismik refleksi dalam eksplorasi CBM biasanya digunakan
karena memiliki penetrasi yang dalam, tetapi eksplorasi dengan metode seismik refleksi
kurang ekonomis sehingga diperlukan metode lain untuk menghemat biaya eksplorasi
tanpa mengurangi keakuratan data. Metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner-
Schlumberger merupakan satu konfigurasi yang dapat diaplikasikan untuk melihat
pelamparan batubara dengan hasil hingga 800 meter. Pengukuran data geolistrik kemudian
diintegrasikan dengan pengukuran well logging untuk memastikan keberadaan batubara.
Integrasi kedua metode ini diharapkan mampu menjadi model baru eksplorasi CBM di
Indonesia.
Kata Kunci: Coal Bed Methane, Wenner-Schlumberger, Well logging.

PENDAHULUAN kondisi bawah permukaan bumi dari


Coal Bed Methane (CBM) merupakan parameter sifat fisik yang didapat.
salah satu energi alternatif yang terdapat Berdasarkan eksplorasi geofisika dapat
pada matriks batubara. Berdasarkan survey diketahui perkiraan dan sebaran batubara.
yang dilakukan, potensi CBM di Indonesia Eksplorasi CBM seringkali dilakukan
lebih dari 450 tcf (triliun cubic feet). dengan metode seismik refleksi namun
Angka ini merupakan suatu jumlah yang tidak menutup kemungkinan dilakukan
besar mengingat bahwa minyak sebagai ekplorasi dengan metode geofisika lainnya
sumber energi utama Indonesia saat ini seperti metode geolistrik.
terus mengalami penurunan produksi. Pemodelan batubara dengan metode
Melihat potensi CBM di Indonesia yang geolistrik memiliki resolusi yang hampir
cukup besar, pemerintah menargetkan sama dengan seismik refleksi namun lebih
produksi pada tahun 2000 (Scott H. ekonomis kenampakan yang dihasilkan
Stevens dan Wahyudi Soetoto, 2000) relatif lebih dangkal jika dibandingkan
potensi CBM pada 10 cekungan. Antara dengan seismik refleksi. Integrasi dengan
lain, Barito, Berau, Kutai, Tarakan Utara, menggunakan Well logging digunakan
Pasir asem-asem, Sumatra tengah, Sumatra untuk memastikan keterdapatan batubara
selatan, Jatibarang, dan Sengkang sebesar pada bawah permukaan.
336 tcf, dengan luas area 74 km2. Guna
meningkatkan produksi CBM, salah satu DASAR TEORI
cara yang dilakukan adalah dengan CBM adalah energi unkonvensional
melakukan eksplorasi intensif untuk berupa gas metana yang terdapat pada
mempercepat eksploitasi. matriks dan cleat batubara. Gas dalam
Eksplorasi geofisika merupakan salah batubara umumnya terdiri dari Methane
satu tahapan yang cukup penting dalam (CH4), carbon dioxide (CO2), Nitrogen
ekplorasi CBM karena dapat mengetahui (N2) dan air (H2O) (Thomas,2002). CBM
ISBN : 978-602-1034-45-3 58
PROSIDING SNG 2016

sering dikenal dengan sebutan sweet gas berbentuk setengah bola. Penjalaran arus
dikarenakan kandungan hydrogen sulfide tersebut digambarkan oleh Gambar 1
yang rendah. dengan sumber arus tunggal.
Gas dalam batubara mulai terbentuk
saat proses pembentukan batubara
(coalification), yang merupakan proses
perubahan material organik menjadi
gambut, lignit, subbituminous, bituminous
hingga antrasit, sebagai akibat dari tekanan
dan temperatur.
Gas dalam batubara dapat terbentuk
dari dua cara yaitu: Biogenic Gas berperan Gambar 1. Penjalaran arus dari satu
pada pembentukan Methane (CH4) dan sumber elektroda arus dan hasil
carbon dioxide (CO2) hasil dari penguraian penyebaran potensial (Loke, 2004).
bahan organik oleh mikrooganisme dan
Thermogenic Gas yaitu pengaruh dari suhu Dari Gambar 1 dapat dilihat penjalaran
atau temperatur yang akan meningkatkan arus dari sumber elektroda arus tunggal
peringkat (rank). serta hasil penyebaran potensial di bawah
Batubara memiliki matriks yaitu permukaan. Elektroda arus terletak
mikropori dan rekahan-rekahan (face & ditengah, sedangkan potensial menyebar
butt cleats) pada tempat-tempat inilah gas ke segala arah dengan muka equipotensial
tersebut melekat dan teradsorbsi pada berbentuk setengah bola dan saling
batubara sehingga untuk melepaskannya berpotongan.
harus menggunkan metode desorb. Potensi
reservoir CBM ditentukan oleh gas yang Well logging
tersimpan pada lapisan batubara karena Metode ini bekerja dengan cara
batubara mempunyai kapasitas serap. memasukkan alat perekam ke dalam sumur
Faktor-faktor yang mempengaruhi bor baik aktif maupun pasif untuk
kapasitas serap antara lain : tekanan, mendapatkan parameter fisik secara lebih
temperatur, kandungan mineral, detail. Well logging merupakan grafik hasil
kandungan air, peringkat batubara, perekaman sebagai fungsi kedalaman atau
komposisi maseral batubara. waktu dari satu set data yang menunjukkan
parameter yang diukur secara
Metode geolistrik berkesinambungan di dalam sebuah sumur
Resistivitymeter memberikan nilai (Harsono, 1997). Terdapat berbagai
resistensi (R), dan dapat dihitung dengan macam fungsi dan tujuan dilakukannya
persamaan : well logging. Salah satunya yaitu untuk
melakukan korelasi antar sumur pemboran.
(1)
METODE PENELITIAN
Metode geolistrik biasanya hanya
Dengan: digunakan untuk kedalaman yang tidak
V = Potensial terlalu dalam, namun belakangan sudah
I = Arus mulai diikembangkan metode geolistrik
untuk penetrasi yang lebih (II.2)
dalam yang
Konsep penjalaran arus dalam geolistrik sebenarnya diproyeksikan untuk
merupakan suatu arus kontinyu yang melakukan monitoring dewatering CBM di
masuk ke dalam medium isotrop dan Indonesia. Instrumen yang disebut dengan
ISBN : 978-602-1034-45-3 59
PROSIDING SNG 2016

high voltage current source transmitter menggunakan data geologi dan


(HVCST) memiliki prinsip merubah geofisika.
sumber tegangan searah menjadi sumber 3. Pilot or Feasibility Drilling: merupakan
arus searah dengan luaran hingga 500mA
tahap pemboran sebanyak 4-5 sumur
dengan tegangan mulai dari 250 volt
hingga 1000 volt. pada satu lapisan batubara. Untuk
memasuki tahap ini harus sudah
Tahap Eksplorasi CBM diketahui karakteristik batubara dan gas
Tahap mendapatkan gas metana pada content .
batubara, sebelumnya dilakukan eksplorasi 4. Pilot Production Testing: pada tahapan
terlebih dahulu. Tahapan dalam eksplorasi ini dilakukan pemboran sumur yang
dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
lebih banyak antara 10 hingga 20
1. Studi geologi dan geofisika: studi
sumur. Tahap ini dilakukan untuk
geologi menyangkut keadaan geologi
optimalisasi produksi.
pada daerah eksporasi dan melihat
berdasarkan cekungan pada daerah
Usulan eksplorasi CBM ini berada pada
eksplorasi kemudian studi geofisika tahap pertama yaitu studi geologi dan
melakukan pemetaan bawah permukaan geofisika. Pemetaan bawah permukaan
untuk kemudian dilakukan interpretasi. dilakukan dengan metode seismik refleksi
2. Pengeboran Eksplorasi: tahap ini atau geolistrik. Studi geologi dan geofisika
dilakukan setelah diketahui kedalaman juga dilakukan untuk mengetahui
batubara. Dalam tahapan ini akan ketebalan batubara itu sendiri. Gambar 2
menunjukan peta persebaran cekungan
diperoleh data parameter fisik batubara
batubara di Indonesia.
dengan melakukan pengeboran pada
titik yang sudah ditentukan sebelumnya

Gambar 2. Peta Persebaran Cekungan Batubara di Indonesia (R. Sukhyar, 2012)


HASIL DAN DISKUSI Cekungan Sedimen tersier di Indonesia
Geologi CBM di Indonesia sekitar 66 cekungan (Simanjuntak, 1992
dan Pertamina, 1985). Pada beberapa
ISBN : 978-602-1034-45-3 60
PROSIDING SNG 2016

cekungan sedimen Tersier ini terdapat


endapan batubara yang memiliki ketebalan
dan sebaran yang sangat bervariasi. Dari
66 cekungan sedimen Tersier terdapat 27
cekungan yang dianggap sebagau
cekungan batubara dan ada 10 cekungan
yang berpotensi mengandung CBM.
Berdasarkan neraca batubara Indonesia
tahun 2012 yang dibuat oleh Badan
Geologi Sumberdaya batubara Indonesia
sebesar 160,45 milyar ton. Data Gambar 3. Susunan Elektroda
sumberdaya batubara di Indonesia sekitar Konfigurasi Wenner-Sclumberger (Loke,
81% merupakan low rank yang termasuk 2004).
kelas lignit hingga subbituminus dan 19%
batubara high rank termasuk kelas Susunan elektroda pada konfigurasi
bituminus. Kriteria target CBM adalah Wenner-Sclumberger sama dengan
dimensi endapan batubara, karakteristik konfigurasi Wenner. Jarak antar elektroda
batubara, struktur geologi dan kedalaman pada n=1 tetap yaitu a. Perbedaan terdapat
batubara. pada perubahan dari elektroda setelah
bergerak (n=2). Elektroda potensial tetap,
Peran metode geolistrik sedangkan arus berubah menjadi 2a dan
Tujuan dari survei geolistrik adalah seterusnya. Dengan konfigurasi seperti ini
untuk menentukan distribusi resistivitas akan didapatkan hasil yang lebih dalam
bawah permukaan dengan melakukan dari konfigursi Schlumberger tetapi
pengukuran di permukaan dengan hasil mapping.
tanah. Resistivitas bawah permukaan
berkaitan dengan berbagai parameter Peran Well Logging
geologi seperti mineral, konten fluida, Dalam survei geofisika, data well
porositas dan derajat kejenuhan air di logging digunakan untuk mengetahui
batuan. Survei resistivitas listrik telah ketebalan batubara, kandungan gas,
digunakan selama beberapa dekade di porositas, permeabilitas, evaluasi pasir
hidrogeological, pertambangan, dan dekat dengan batubara dan secara tidak
investigasi geothecnical. (Loke, 1999) langsung juga akan diketahui kualitas
Konfigurasi Wenner-Sclumberger batubara. Log yang biasa digunakan untuk
adalah perpaduan antara konfigurasi pengukuran antara lain adalah log gamma
Wenner dan Schlumberger (Pazdirek dan ray, log resistivity, log neutron, dan log
Blaha 1996) (Gambar 3). Konfigurasi density.
sclumberger merupakan konfigurasi yang Log gamma ray memiliki prinsip
biasanya digunakan dalam survei mengukur intensitas radioaktif yang
sounding. Konfigurasi ini dapat digunakan dipancarkan oleh material dibawah
pada sistem dengan susunan elektroda permukaan yang memiliki komposisi
dengan spasi yang konstan. Faktor n pada radioaktif yang berbeda-beda (Bassiouni,
pengukuran ini adalah rasio dan jarak 1994). Log ini digunakan untuk
antara elektroda C1-P1 atau P2-C2 untuk menentukan ketebalan batubara dan
spasi antara pasangan potensial P1-P2. mengetahui lapisan pasir dekat batubara.
Catatan bahwa konfigurai Wenner adalah Respon log gamma ray pada batubara akan
kunci pada konfigurasi ini dimana faktor n menujukkan nilai yang sangat rendah
sama dengan 1. (Loke, 1999)
ISBN : 978-602-1034-45-3 61
PROSIDING SNG 2016

dikarenakan sedikitnya unsur radioaktif


yang terkandung dalam batubara. Eksplorasi CBM di Indonesia
Log densitas merupakan log yang ditargetkan mulai kedalaman 300 m
menggunakan radioaktif untuk hingga 1000 m dengan kualitas sub-
memancarkan sinar gamma yang akan bituminous hingga bituminous. Geolistrik
bertumbukan dengan elektron yang umumnya digunakan untuk eksplorasi
terkandung dalam formasi. Detektor yang dangkal dikarenakan arus yang
ada di permukaan mengukur reduksi diinjeksikan biasanya relatif kecil (berasal
intensitas dari gamma ray akibat dari aki) dan sulit untuk menembus lapisan
bertumbukan dengan elektron tersebut. dalam terlebih lagi terdapat proses atenuasi
Respon dari log densitas terhadap batubara yang diakibatkan medium. Meskipun
memiliki nilai yang rendah. menggunakan arus yang lebih besar,
Log Neutron dalam well logging seperti genset, hasil yang dikeluarkan oleh
berguna untuk menentukan besarnya alat hanya berupa keluaran tegangan 12v
porositas batuan dengan mengukur indeks sehingga dibutuhkan instrumen yang dapat
hidrogen yang ada dalam formasi batuan. mengubah potensial menjadi lebih besar.
Porositas batuan akan diketahui setelah High Voltage Current Source Transmitter
indeks hidrogen pada pori-pori batuan. (HVCST) merupakan istrumen yang
Semakin banyak kandungan hidrogen awalnya diuji coba untuk monitoring
maka semakin tinggi juga indeks hidrogen. dewatering CBM. Kedalaman yang
Hal itu dapat berarti bahwa banyak nya didapatkan dengan resolusi yang masih
kandungan hidrogen yang terkandung, dapat dipertanggungjawabkan dapat
menandakan besarnya porositas yang mencapai 800 meter. Dengan sumber
tinggi. batubara memiliki porositas yang berupa aki kering, instrumen ini dapat
relatif kecil dan semakin mengecil jika berfungsi mengubah tegangan 12 v pada
semakin dalam. aki menjadi keluaran dari 1 mA hingga
Log resistivitas merupakan log yang 500 mA dengan tegangan mulai dari 250 v
digunakan untuk mengetahui sifat hingga 1000 v.
resistivitas fluida yang ada pada batubara Konfigurasi wenner-schlumberger akan
(Gambar 4). Gas memiliki nilai resistivitas menghasilkan kedalaman yang lebih besar
yang tinggi, sedangkan air memiliki nilai dari konfigurasi wenner. Konfigurasi ini
resistivitas yang rendah. Resistivitas akan lebih dalam hingga 10%
berbanding dengan konduktivitas. dibandingkan dengan konfigurasi wenner
Semakin besar konduktivitas, maka tingkat yang memiliki kedalaman hingga 20% dari
resistivitas akan semakin kecil. panjang lintasan, sehingga bentangan yang
digunakan akan lebih pendek untuk
mendapatkan target yang dalam. Pada
target dengan kedalaman 800 meter, maka
harus dilakukan bentangan hingga 2700
meter. Berbeda dengan metode wenner
dengan perhitungan kedalaman yang tetap,
konfigurasi ini memiliki perhitungan
kedalaman (datum point) yang berbeda
setiap pelebaran konfigurasinya (n faktor).
Oleh sebab itu, semakin banyak n faktor,
maka kedalaman yang didapatkan akan
semakin dalam meskipun interpolasi dari
Gambar 4. Log dalam Batubara kenaikan n faktor akan semakin jauh.
ISBN : 978-602-1034-45-3 62
PROSIDING SNG 2016

Sebelum melakukan akuisisi geolistrik, Penampang yang dihasilkan berbentuk


terlebih dahulu dibuat desain survei agar pseudosection yang dapat dilihat pada
akuisisi yang dilakukan tepat sasaran. gambar 5, sehingga terdapat bagian yang
Dalam penentuan lintasan akuisisi kosong dikarenakan bentuk dari
geolistrik, perlu diperhaikan kondisi pseudosection. Untuk menutupi
geologi pada daerah penelitian. Lintasan kekurangan tersebut dilakukan sounding
yang dibuat sejajar dan meng-cover schlumberger sehingga bagian yang
seluruh kavling yang diteliti. Selain itu, kosong dapat dikorelasi dengan data
sebagai pengontrol data, digunakan wenner-schlumberger.
lintasan cross yang memotong lintasan
sejajar yang sudah dibuat sebelumnya.

Gambar 5. Contoh penampang Wenner-schlumberger untuk mengetahui lapisan batubara.

Data Wenner-schlumberger dan yang berada pada kedalaman lebih dari


sounding schlumberger yang dihasilkan 800 m berdasarkan asumsi homogen
hanya mampu untuk mengetahui isotropik dimana pada satu lapisan batuan
kedalaman hingga 800 m. Setelah dianggap memiliki sifat fisik yang sama.
dilakukan interpretasi data metode Pemodelan geologi ini lebih akurat
geolistrik dibuat pemodelan geologi untuk dengan dilakukan pengambilan data log
menentukan kemenerusan lapisan batubara pada titik tertentu untuk
yang sekaligus dapat digunakan untuk menginterpretasikan lapisan dan ketebalan
menginterpretasi keberadaan batubara lapisan batubara dibawah permukaan.
ISBN : 978-602-1034-45-3 63
PROSIDING SNG 2016

Gambar 6. Pemodelan geologi kemenerusan batubara dari hasil penampang geolistrik. (R. Sukhyar,2012)

KESIMPULAN
Data log yang digunakan untuk Berdasarkan hasil diskusi dan studi
mengidentifikasi lapisan batubara yaitu log pustaka disimpulkan bahwa eksplorasi
densitas, log gamma ray, log neutron, log CBM dapat dilakukan dengan
density, dan log resistivity. Namun, dari menggunakan metode geolistrik
semua log, yang paling menunjukkan konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan
keberadaan batubara yaitu log gamma ray kedalaman maksimal 800 m, untuk
dan log resitivitas. Masing-masing data log mendapatkan target yang lebih dalam
akan menggambarkan karakteristik dari metode geolistrik digunakan sebagai dasar
lapisan batubara. Pada log Gamma ray, pembuatan pemodelan geologi dengan
sebagai contoh lapisan batubara pada salah menggunakan asumsi homogen isotropik.
satu sumur di cekungan Sumatera Selatan, Pengambilan data loging akan digunakan
ditandai dengan defleksi kurva gamma ray sebagai pendukung pemodelan geologi
ke arah kiri atau bernilai rendah, 0 – 60 sehingga dapat memastikan keterdapatan
API. lapisan yang di targetkan.
Pada eksplorasi minyak dan gas bumi,
log resistivitas akan menunjukkan respon DAFTAR PUSTAKA
yang tinggi apabila pada suatu reservoir 1. Sukhyar R, dkk. 2012. Potensi dan
terdapat hidrokarbon. Sama halnya dengan Pengembangan Coal bed Methane
lapisan batubara yang mengandung gas, Indonesia. Bandung: Badan Geologi dan
respon log resistivity akan menunjukkan Kementerian Energi dan Sumber Daya
defleksi ke kanan. Log neutron dan density Mineral.
memberikan respon yang rendah pada
2. Rider, Malcolm. 2002. The Geological
lapisan batubara.
Interpretation of Well Logs. Sutherland:
Log lain yang biasa digunakan adalah
log sonic. Log ini bekerja dengan Whittles Publishing.
memanfaatkan gelombang p untuk 3. Krygowski, Daniel A. 2003. Guide To
kemudian diterima oleh transmitter. Log Petrophysical Interpretation. Texas
sonic berfungsi untuk mengetahui USA.
porositas batuan. Batubara akan 4. Telford, W.M., L.P. Geldart, R.E. Shriff,
menunjukkan defleksi rendah. & D.A Keys. 1982. Applied Geophysic.
London: Cambridge University Press.
5. Loke, M.H. 2004. 2-D and 3-D Electrical
Imagine Surface.
ISBN : 978-602-1034-45-3 64
PROSIDING SNG 2016

Identifikasi Potensi Bijih Besi di Desa Uekuli dengan Menggunakan Metode


Geomagnet
Mauludin Kurniawan1*, Romli Alfian Febrianto 2, Muhammad Rusli M 3
1
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA , Universitas Gadjah Mada
2
Jurusan Teknik Geologi, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
3
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Tadulako
*Email : mauludin.kurniawan@mail.ugm.ac.id

Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kemampuan metoda geomagnet dalam


eksplorasi bijih besi yang terdapat di Desa Uekuli, Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo
Unauna, Provinsi Sulawesi Tengah. Tujuan penelitian ini adalah melakukan
pengukuran geofisika menggunakan metode geomagnet, dan memodelkan sebaran
bijih besi tersebut secara 3 dimensi untuk mengidentifikasi sebaran bijih besi di Desa
Uekuli. Tahapan pengukuran anomali magnetik meliputi; akusisi data lapangan,
melakukan koreksi IGRF dan koreksi variasi harian, pemodelan dengan menggunakan
software Mag2DC dan diteruskan dengan pemodelan 3D dengan bantuan software
Rockwork. Pada daerah penelitian terdapat formasi ultrabasa yang terdiri atas batuan
dengan mineral calcite, magnesite, forsterite, dan quartz pada sisi sebelah Selatan dan
Baratlaut, sedangkan mineral hematite dan serpentinite yang terakumulasi pada bagian
Timurlaut yang diidentifikasi terletak pada daerah Bukit Sampoi. Berdasarkan hasil
pemodelan dengan menggunakan software Mag2DC, bodi dengan kisaran nilai antara
0,0022 sampai 0,0442 diinterpretasikan sebagai batuan dengan mineral hematite dan
serpentinite. Mineral hematite pada bodi ini yang diidentikkan sebagai bijih besi.
Berdasarkan hasil uji laboratorium pada beberapa sampel menunjukan unsur Fe 2O3
memiliki kandungan terbesar dalam sampel bijih besi yaitu 54,49 %. Volume bijih besi
yang terkandung pada daerah pengukuran diperkirakan mencapai ± 916.150.000 m3,
dengan distribusi sebaran bijih besi berdasarkan pemodelan bijih 3D pada tiap
kedalamannya berbeda-beda.
Kata kunci: Geomagnet, IGRF, Mag2DC, Rockwork, Hematite.

PENDAHULUAN yang diindikasikan banyak mengandung


Desa Uekuli dan sekitarnya, merupakan bijih besi.
wilayah yang terdiri atas pegunungan yang Identifikasi bijih besi di Desa Uekuli
terjal dan perbukitan yang bergelombang sangat penting dilakukan untuk mengetahui
yang terletak di Kecamatan Tojo, sebaran bijih besi di daerah Uekuli dan
Kabupaten Tojo Unauna, Propinsi Sulawesi sekitarnya. Identifikasi bijih besi dilakukan
Tengah. Keadaan geologinya di bentuk oleh untuk menambah informasi kekayaan
Batuan Sedimen Tersier, Batuan Ultramafik, sumberdaya mineral daerah Kabupaten Tojo
dan Batuan Metamorf yang termasuk ke Unauna, sehingga pada saatnya bisa ikut
dalam Zona Mandala Sulawesi Timur. menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Berdasarkan keadaan geologi tersebut di di sektor pertambangan.
daerah ini banyak terdapat singkapan batuan
ISBN : 978-602-1034-45-3 65
PROSIDING SNG 2016

Metode geofisika merupakan metode dipermukaan, variasi ini diakibatkan oleh


eksplorasi yang cukup ampuh untuk perbedaan sifat kemagnetan batuan.
mengidentifikasi atau memetakan sumber Dasar metode magnet adalah gaya
daya alam yang terdapat di bawah coulomb, dimana dua buah benda atau
permukaan bumi. Salah satu metode kutub magnetik terpisah pada jarak r dan
geofisika yang sering digunakan orang muatannya masing-masing m1 dan m2
dalam kegiatan eksplorasi adalah metode maka gaya magnetik yang dihasilkan
geomagnet. Metode geomagnet adalah suatu (Telford, 1996), adalah :
metode geofisika medan potensial untuk  1 m1m2 
F r (1)
mendapatkan gambaran bawah permukaan  r2
bumi atau benda dengan karakteristik
Kuat medan magnetik pada suatu titik
magnetik tertentu. Metode ini didasarkan
dengan jarak r dari muatannya dapat
adanya anomali medan magnet bumi akibat
dinyatakan (Telford, 1996), sebagai :
sifat kemagnetan batuan yang berbeda satu  m 
terhadap yang lainnya. H  12 r (2)
Diharapkan dari penelitian ini adalah r
dapat memberikan informasi potensi bijih
besi yang terdapat di Desa Uekuli serta Tingkat suatu benda magnetik untuk
dapat dijadikan bahan referensi dalam mampu dimagnetisasi ditentukan oleh
eksplorasi selanjutnya di daerah penelitian. suseptibilitas kemagnetan , yang dituliskan
Lokasi Penelitian sebagai
 
Penelitian dengan menggunakan metode M  kH (3)
geomagnet dilakukan di Desa Uekuli, Besaran tidak berdimensi ini merupakan
Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo Unauna, parameter dasar yang dipergunakan dalam
Propinsi Sulawesi Tengah. Dengan total metode geomagnet. Suseptibilitas magnetik
luas areal pengukuran mencapai ± 7,147 bisa diartikan sebagai derajat kemagnetan
km2 (pada gambar 1). suatu benda.
Nilai suseptibilitas menjadi sangat
TINJAUAN PUSTAKA penting dalam penacarian benda anomali
Metode geomagnet adalah metode magnetik karena sifatnya yang sangat khas
geofisika yang didasari oleh medan untuk setiap jenis mineral, khususnya
potensial guna mendapatkan gambaran mineral loagam seperti besi dan nikel. Nilai
kondisi bawah permukaan. Metode suseptibilitas pada batuan semakin besar
geomagnet merupakan salah satu metode apabila dalam batuan tersebut banyak
tertua digeofisika. Pada survei metode dijumpai mineral-mineral yang bersifat
geomagnet yang menjadi target pengukuran magnetik (tabel 1).
adalah viriasi medan magnet yang terukur
ISBN : 978-602-1034-45-3 66
PROSIDING SNG 2016

Gambar 1. Peta Daerah Penelitian

Geologi Daerah Penelitian batulempung. Kandungan fosil foraminifera


Daerah penelitian termasuk dalam peta dalam batupasir menunjukan umur Miosen
geologi regional lembar Poso (Simanjuntak, Tengah. Lingkungan pengendapannya dari
T.O, dkk, 1997). Berdasarkan pada litologi laut dangkal sampai payau, dan sebagian
dan posisi stratigrafinya, satuan batuan yang terendapkan di kipas bawah laut. Formasi
dijumpai di lokasi penyelidikan dari yang ini memiliki ciri yang sama dengan Molasa
paling muda ke yang paling tua, yaitu Sulawesi (Sarasin dan Sarasin, 1901) dan
sebagai berikut (gambar 2a) : diperkirakan mencemari dengan formasi
a. Aluvium dan endapan pantai : Tomata. Tebal satuan sekitar 750 m.
terdiri atas pasir, lempung, lumpur, kerikil Formasi ini memiliki luasan meliputi 65%
dan kerakal. Satuan aluvium ini merupakan dari daerah penelitian.
satuan batuan paling muda di daerah c. Kompleks Pompangeo : materi
penelitian, karena proses transportasi dan penyusunnya terdiri atas sekis, grafit,
sedimentasi masih terus berlangsung pada batusabak, genes, serpentit, kuarsit,
Sungai Maetangi dan sungai lain yang batugamping malih dan setempat breksi,
berada di daerah penelitian. berumur kapur.
b. Formasi Bongka : terdiri atas
perselingan batu pasir, konglomerat, napal,

Tabel 1. Variasi susepbilitas magnetik pada batuan dan mineral


Suseptibilitas Magnetik
Mineral / Batuan
(10-6 SI)
Batuan Sedimen
Clay 170 – 250
Limestone 2 – 25.000
Sandstone 10 – 100
Dolomite (-10) – 940
ISBN : 978-602-1034-45-3 67
PROSIDING SNG 2016

Average Sedimentary
0 – 50000
rocks
Mineral Non-Magnetik
Calcite (CaCO3) (-7.5) - (-39)
Graphit ( C ) (-80) - (-200)
Magnesite (MgCO3) -15
Quartz (SiO2) (-13) - (-17)
Helite (NaCl) (-10) - (-16)
Galena (PbS) -33
Serpentinite
3.100 – 75.000
(Mg3Si2O5(OH)4)
Forsterite (Mg2SiO4) -12
Mineral Magnetik
Magnetite (Fe3O4) 1,000,000 - 5,700,000
Hematite (αFe2O3) 500 - 40,000
Maghemite (γFe2O3) 2,000,000 - 2,500,000
Ilminite (FeTiO3) 2,200 - 3,800,000
Pyrite (FeS2) 35 - 5,000

Sumber : (Hunt, Moskowitz dan Banerjee, 1995)

d. Kompleks Ultramafik : materi besi berupa hematite/geotit berukuran


penyusunnya terdiri atas harzburgit, lezorlit, granule-cobble.
werlit, webstertit, dunit, piroksenit, dan Berdasarkan sebaran bijih besi di
serpentit. Kompleks ultramafik merupakan lapangan diperoleh data tiga model
kompleks batuan tertua di daerah penelitian, sebaran/keterdapatan bijih besi, yaitu :
serta formasi ini memiliki luasan meliputi 1.Dalam bentuk lapisan/lensa-lensa bijh
35% dari daerah penelitian. besi
Secara geologi endapan bijih besi di 2.Dalam bentuk fragmen pada tubuh
daerah Uekuli dan sekitarnya merupakan bancuh
bagian dari proses sedimentasi sehingga 3.Dalam bentuk aluviasi
dapat dikelompokkan ke dalam tipe endapan Keterdapatan dalam bentuk
bijih besi yang termasuk dalam Endapan lapisan/lensa-lensa bijih besi, Singkapan
Sedimen dan Metasedimen karenan adanya dalam bentuk ini dapat diamati pada banyak
efek dari metamorfisme batuan. tempat di wilayah studi, terutama pada
Batuan ultrabasa, pelapukannya terutama wilayah dekat kontak antara batuan
serpentinit mengalami dekomposisi dan ultrabasa dengan batuan Formasi Bongka
akumulasi kimia (oksidasi) yang (Gambar 2c).
menghasilkan bijih besi tipe leterit. Bijih Akumulasi bijih secara sekunder
besi laterit pada pelapukan batuan periodotit (aluviasi), Keterdapatan bijih besi secara
dan piroksenit disertai pada bongkah bijih sekunder (aluvial) di wilayah studi dapat
ISBN : 978-602-1034-45-3 68
PROSIDING SNG 2016

teramati pada beberapa wilayah aliran pendahuluan dimaksudkan untuk


sungai yang terdapat di sekitar dan di bagian memperoleh gambaran kondisi geologi dan
hulu lokasi yang diindikasikan merupakan topografi lokasi penelitian, menentukan luas
tempat mineralisasi primer. Ukuran bijih ini cakupan daerah penelitian, metode
bervariasi dari butiran halus (lanau) sampai pengukuran yang tepat berdasarkan kondisi
berukuran bongkah. Pada daearh hilir topografi dan geologi lokasi penelitian,
daerah penelitian yaitu disekitar pantai menentukan kebutuhan peralatan dan
dapat dijumpai pasir besi. Pembentukan perlengkapan yang dibutuhkan pada saat
pasir besi didaerah ini dinyatakan sebagai pengukuran, menentukan lintasan dan titik
endapan besi sekunder (endapan placer), pengukuran.
diakibatkan akumilasi dari proses transpor Akusisi data menggunakan metode
sedimen bijih besi yang sudah mengalami geomagnet dibagi menjadi 2, yaitu :
pelapukan dan proses lainnya (Gambar 2b). pengukuran di Base dan pengukuran rover
dilapangan. Pengukuran di base
METODE PENELITIAN dimaksudkan sebagai koreksi harian.
Tahapan awal sebelum akusisi data
adalah survei pendahuluan. Survei

a c
Gambar 2. (a). Peta geologi daerah penelitian, (b). Singkapan bijih dan pasir besi, (c). Profil
mineralisasi keterdapatan bijih besi di daerah penelitian (Rusli, 2007)

Peralatan yang digunakan dalam Precision Magnetometer merk Syntrex (Alat


penelitian ini : Satu set Proton Precision ini digunakan untuk mengukur dilapangan),
Magnetometer merk Geomatrics (Alat ini Satu buah kompas, Satu buah GPS (Global
digunakan di Base), Satu set Proton Positioning System), jam untuk menunjukan
ISBN : 978-602-1034-45-3 69
PROSIDING SNG 2016

waktu, magnet batang, meteran, buku pengukuran berkisar 25 – 200 meter


catatan lapangan (logbook). (Gambar 3a). Setelah melakukan koreksi
Akusisi data dilapangan dilakukan pada data yang ada, hanya 63 data yang
dengan menentukan titik pengukuran layak digunakan. Banyaknya data yang
kemudian mencatat posisi lintang dan bujur tidak dipakai disebabkan oleh beberapa hal
dari pembacaan GPS, mencatat hasil antara lain : GPS tidak mendapatkan sinyal
pembacaan magnetometer, dan mencatat yang baik sehingga menunjukan posisi yang
waktu. Guna koreksi harian maka salah, pembacaan pada Magnetometer
dilakukan pengukuran di base, pengukuran menunjukan noice yang tinggi,
di base dilakukan tiap 2,5 m sekali dan Magnetometer terdapat di daerah lereng
terekam otomatis dialat. Koreksi yang sempit sehingga bacaan alat memiliki
International Geomagnetik Reference Field akurasi ketelitian yang rendah.
(IGRF) dilakukan untuk menghilangkan Data hasil observasi lapangan kemudian
pengaruh dari medan magnet utama bumi. di koreksi dengan variasi harian dan koreksi
Koreksi adalah nilai referensi untuk kuat IGRF. Koreksi variasi harian Koreksi
medan magnetik di suatu tempat, waktu dan variasi harian dilakukan untuk
ketinggian tertentu. Nilai koreksi ini menghilangkan pengaruh medan magnet
diperoleh secara online dari situs eksternal. Koreksi IGRF dilakukan untuk
http://www.ngdc.noaa.gov/seg/geo menghilangkan pengaruh dari medan
mag/magfieldshtml. magnet utama Bumi. Setelah seluruh data
Anomali medan magnet total kemudian hasil pengukuran dikoreksi maka kita
diperoleh dari persamaan berikut : mendapatkan nilai anomali medan magnet
T  Tobs  TIGRF  TVH (4) (Gambar 3b).
Setelah mendapatkan nilai anomali medan Tahapan selanjutnya setelah
magnet total kemudian dilakukan pemisahan mendapatkan nilai anomali medan magnet
anomali regional, dan anomali lokal. setelah dikoreksi adalah memisahkan
Dalam mengintrerpratasi data hasil anomali regional dan anomali residual.
survey geomagnet, maka perlu dibuat peta Pemisahan antara anomali regional dan
anomali total, peta anomali regional, dan anomali residual sangat penting dilakukan
peta anomali lokal. Pembuatan peta tersebut karena intensitas magnetik total yang
digunakan software surfer dan untuk terukur di lapangan merupakan superposisi
pemodelan 2,5 D digunakan software dari anomali yang bersifat regional dan
Mag2DC. Sedangkan untuk menampilkan residual. Anomali regional berasosiasi
secara 3D menggunakan software dengan kondisi geologi umum yang
Rockwork. dominan pada daerah penelitian.
Sebaliknya, anomali residual yang
HASIL DAN PEMBAHASAN umumnya berfrekuensi tinggi mengandung
Dalam melakukan akusisi data, di informasi mengenai sumber anomali
lapangan pengukuran total medan magnet dangkal (Gambar 3c).
yang dilakukan adalah sebanyak 83 titik Pada Gambar 3c dapat dilihat peta
pengukuran dengan jarak antara titik anomali lokal memiliki nilai tinggi kearah
Timur daerah penelitian. Pada wilayah
ISBN : 978-602-1034-45-3 70
PROSIDING SNG 2016

Timur ini terdapat Bukit Sampoi yang besi dengan ukuran bongkah.
dapat ditemukan banyak singkapan bijih
Sebelum melakukan pemodelan 0,001 diinterpretasikan sebagai batuan
disoftware Mag2DC, maka dilakukan slice ultrabasa. Batuan ultrabasa merupakan
pada peta anomali magentik lokal. Proses batuan tertua di wilayah studi. Batuan
slice ini dimaksudkan untuk membuat profil ultrabasa yang terdapat di daerah penelitian
anomali magnetik. Selain itu pula dibuat terdiri atas batuan dengan mineral calcite,
penampang slice yang saling berpotongan magnesite, forsterite, dan quartz. Nilai bodi
agar didapatkan pola sebaran bijih besi yang dengan kisaran nilai antara 0,0022 sampai
terdapat di daerah penelitian dan 0,0442 diinterpretasikan sebagai batuan
mengakuratkan data ketika pemodelan 3D- dengan mineral hematite, mineral hematite
nya. ini yang diidentikkan sebagai bijih besi
Nilai bodi hasil pemodelan memiliki (Gambar 4).
nilai dengan kisaran antara -0,028 sampai -

a b c
Gambar 3. (a). Peta medan magnet hasil observasi pengukuran di lapangan, (b). Peta anomali
magnetic, (c). Peta anomali magnetik residual (lokal)

Interpretasi yang dilakukan ditunjang Interpretasi Pemodelan 3 Dimensi (3D)


pula pada hasil pengukuran laboratotium Pemodelan 3 dimensi yang dilakukan
terhadap sampel yang diambil di sekitar didasarkan pada hasil penampang lintasan
wilayah penelitian. Uji laboratorium slice dengan menggunakan software
menggunakan metode XRF, hasil uji Mag2DC. Pemodelan 3 dimensi dilakukan
laboratorium menunjukan unsur Fe2O3 dengan bantuan software Rockworks 15,
memiliki kandungan terbesar dalam sampel dengan memasukkan data posisi lintang,
bijih besi yaitu 54,49 %. posisi bujur, kedalaman, dan nilai
suseptibilitasnya.

a b
ISBN : 978-602-1034-45-3 71
PROSIDING SNG 2016

Gambar 4. (a). Gabungan penampang interpretasi anomali magnetik, (b). Model 3D Sebaran
Nilai Suseptibilitas Tiap Kedalaman
Pada Gambar 4b pemodelan 3 dimensi, 2. Volume bijih besi yang terkandung pada
warna hijau hingga kuning menunjukan daerah pengukuran diperkirakan
batuan dengan kandungan mineral mencapai ± 916.150.000 m3.
hematite, warna biru menunjukan batuan
yang belum diketahui kandungannya, dan REFERENSI
warna merah menunjukan batuan dengan 1. Hunt, C. P., Moskowitz, B. M.,
kandungan mineral calcite, magnesite, Banerjee, 1995, Magnetik properties of
forsterite, dan quartz yang merupakan rock and minerals. In: Ahrens, Rock
batuan pada formasi ultrabasa. Pemodelan Physics and Phase Relations, A
3 dimensi yang dilakukan mencapai Handbook of Physical Contants,
penetrasi kedalaman 200 m, sesuai dengan American Geophysical Union
pemodelan dengan menggunakan 2. Rusli, Muhammad, 2007, Penelitian
Mag2DC. Volume bijih besi yang Potensi Bahan Magnet Alam Di Desa
terkandung pada daerah pengukuran Uekuli Kecamatan Tojo Kabupaten
diperkirakan mencapai ± Tojo Unauna Provinsi Sulawesi
916.150.000 m3 dan tonase bijih besi yang Tengah, Jurnal Sains Materi Indonesia
diperkirakan sekitar ± 499.210.135 ton. 3. Simandjuntak, T. O., Surono dan J. B.
Supandjono, 1991, Peta Geologi
KESIMPULAN Lembar Poso (skala 1 : 250.000),
Berdasarkan hasil penelitian yang telah PPPG, Bandung.
diperoleh, dapat ditarik kesimpulan 4. Telford, W M, L.P. Geldart, and R.E.
sebagai berikut : Sherriff , 1996, Applied Geophysics
1. Berdasarkan hasil pemodelan dengan Second Edition, Cambridge University
menggunakan software Mag2DC, bodi Press, Australia
dengan kisaran nilai antara 0,0022 5. Tamba, Ramses. J., 2006, Pemodelan
sampai 0,0442 diinterpretasikan Tubuh Bijih Besi di daerah Gunung
sebagai batuan dengan mineral Puben, Pulau Belitung Berdasarkan
hematite. Mineral hematite pada bodi Data Magnetik dan Geologi, Institut
ini yang diidentikkan sebagai bijih Teknologi Bandung, Bandung
besi.
ISBN : 978-602-1034-45-3 72
PROSIDING SNG 2016

Upaya Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Untuk Memenuhi Kebutuhan


dalam Negeri dengan Memproduksi Shale Oil
Mechdi Ghazali1*,Bambang Wijatmoko1Sartono1
1
Laboratorium Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Padjadjaran
* Email: mchdghazali@gmail.com

Abstrak. Shale Oil atau minyak nonkonvensional adalah hydrocarbon yang berasal dari
batuan jenis sedimen mudstone atau siltsone yang kaya kerogen. Kerogen adalah zat padat
bersifat mineral dan bitumen yang terdapat dalam serpih minyak. Tempat terjadinya shale
oil berbeda dengan tempat berlangsungnya minyak konvensional, yakni berada di lapisan
bebatuan (shale formation) di kedalaman lebih 1500 meter yang merupukan lebih dalam
dibandingkan dengan minyak konvensional yang hanya + 800 meter. Hydrocarbon yang
terkandung di dalam shale oil ini berbentuk padat sehingga tidak bisa langsung diekstrak
seperti halnya crude oil. Seperti halnya crude oil konvensional, natural gas, dan batu bara,
shale oil adalah bahan bakar fossil yang terbentuk dari sisa algae,spores,plants, pollen, dan
berbagai organisme yang hidup pada jutaan tahun lalu. Proses pengambilan shale oil
adalah dengan teknik rekah hidrolik (hydraulic fracture) yaitu dengan melakukan
pemboran secara vertikal maupun horisontal dengan menggunakan air atau dengan kata
lain “memaksa” gas tersebut keluar dari batuan. Di Indonesia sendiri potensi shale oil
cukup menjanjikan karena di beberapa daerah seperti, Sumatra, Jawa, Sulawesi,
Kalimantan dan Papua . Produksi shale oil diyakini dapat mengatasi permasalahan
produksi miyak dan gas bumi Indonesia yang dalam kurun waktu 2010-2015 menunjukkan
tren yang menurun. Penurunan ini disebabkan beberapa hal, yakni semakin tuanya
lapangan minyak yang ada di Indonesia,belum ditemukannya cadangan lapangan minyak
dan gas yang baru. Maka dari itu dengan memproduksi shale oil diyakini dapat mengatasi
produksi minyak dan gas yang ada di Indonesia.
Kata kunci: migas, shale oil, kerogen

PENDAHULUAN kebutuhan energi yang terjadi di dalam


Minyak bumi merupakan sumber energi negeri. Potensi sumber daya minyak dan
andalan dunia saat ini yang terbentuk gas bumi Indonesia masih cukup besar
dalam kurun waktu puluhan sampai untuk dikembangkan terutama di daerah-
dengan ratusan juta tahun. Banyak ahli daerah terpencil, laut dalam, sumur-sumur
memperkirakan bahwa salah satu energi tua dan kawasan Indonesia Timur yang
dari fosil tersebut akan habis hanya dalam relatif belum dieksplorasi secara intensif.
hitungan puluhan tahun, atau optimisnya Penuruan jumlah produksi minyak per
mungkin ratusan tahun ke depan, dengan harinya menurut BP migas disebabkan
asumsi konsumsi yang terus menerus. Di oleh menurunnya produksi dari lapangan
Indonesia sendiri perkembangan produksi yang lebih cepat dari perkiraan dan juga
minyak setiap tahunnya mengalami kebanyakan lapangan yang ada di
penurunan, hal ini dikarenakan Indonesia sudah tua yakni sekitar 30
meningkatnya konsumsi rata-rata tahun, sehingga diperlukan investasi yang
ISBN : 978-602-1034-45-3 73
PROSIDING SNG 2016

cukup besar untuk menahan laju Shale Oil


penurunan alaminya. Dalam lima tahun Shale oil atau minyak non konvensional
terakhir, ladang-ladang minyak Indonesia adalah hydrocarbon yang berasal dari
terus menua ditambah sulitnya perusahaan batuan jenis sedimen mudstone atau
asing untuk masuk ke industri ini. siltstone yang kaya kerogen. Shale oil
merupakan minyak mentah yang
Migas Konvensional dan Migas Non- ditemukan terperangkap di dalam formasi
Konvensional batuan yang didominasi batuan serpih atau
batuan induknya serpih karena memiliki
permeabilitas yang rendah. Batuan induk
inilah yang merupakan batuan sedimen
yang sedang, akan dan atau telah
menghasilkan hidrokarbon.1 Secara litologi
maupun kimia tidak ada definisi yang jelas
mengenai shale oil. Sebagai batasan, shale
oil terdiri dari beragam kelompok batuan
GAMBAR 3. Shale oil sebagai migas
seperti kaya organik, napal, dolomit, batu
non-konvensional
lempung karbonan, dan batu bara
sapropelik (cannel coal).
Secara klasifikasi umum dalam geologi
minyak dan gas bumi dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu migas konvensional dan
migas non-konvensional. Migas
konvensional adalah minyak dan gas bumi
yang telah bermigrasi dari batuan induk
(Source Rock) ke dalam batuan reservoir
dengan permeabilitas sedang-tinggi dan
terperangkap oleh kondisi struktur ataupun
stratigrafi. Minyak dan gas bumi yang GAMBAR 2. Letak keberadaan shale oil
umumnya kita pakai saat ini adalah migas
konvensional. Sedangkan migas non- Shale oil memiliki keragaman dalam
konvensional sedangkan migas non- hal komposisi yang tergantung pada
konvensional adalah minyak dan gas bumi lingkungan pengendapannya. Secara
yang terbentuk dan terperangkap (trap) umum komponen pembentuk shale oil
dalam batuan itu sendiri. Jadi batuan induk terdiri dari material organik maupun
itu selain menjadi source rock, batuan anorganik. Material anorganik menjadi
tersebut menjadi reservoir nya dengan penyumbang terbesar atas pembentuk
karakteristik permeabilitas rendah- sangat shale oil. Unsur organik yang terdapat
rendah. Jenis-jenis minyak dan gas non- dalam shale oil terdiri dari kerogen dan
konvensional pada prinsipnya meliputi : bitumen. Kerogen merupakan material
shale oil, shale gas, tight oil, dan Coal Bed
Methane (CBM).
ISBN : 978-602-1034-45-3 74
PROSIDING SNG 2016

organik dalam shale oil yang tidak dapat potensinya tidak diketahui secara
larut dalam pelarut organik biasa dan menyeluruh serta perbedaan metode
tersusun oleh partikel-partikel yang estimasi untuk menentukannya. Data yang
dinamakan maseral. Sedangkan untuk diperoleh menurut Kongres Geologi
bitumen merupakan senyawa hidrokarbon Internasional ke-27 pada tahun 1984,
dengan sedikit mengandung sulfur, perkiraan sumber daya shale oil mencapai
oksigen, dan klor. 11,5 triliun ton. Potensi shale oil dan shale
gas di Indonesia sendiri cukup besar yakni
Migas Non-Konvensional Sebagai sekitar 574 TCF (Triliun Cubic Feet).
Energi Baru Sedangkan di Amerika Utara sendiri
Migas non-konvensional juga disebut mencapai 100 TCF yang mana dapat
sebagai energi baru dikarenakan dalam memenuhi kebutuhan gas Amerika selama
proses untuk mengambilnya yaitu 50 tahun.
menggunakan teknik khusus yakni, rekah Potensi shale oil di Indonesia
hidrolik (hydraulic fracture atau fracking) diperkirakan masih bisa bertambah lagi hal
yaitu dengan memasukkan pipa secara ini dikarenakan shale oil yang ada di
vertikal kedalam permukaan bumi lalu Indonesia masih dalam tahap riset dan
ditambah dengan pipa yang mengarah eksplorasi. Dengan memproduksi shale oil
horizontal dan membuat rekahan pada dan shale gas dapat mengurangi
formasi batuan tersebut. Energi baru ini ketergantungan dalam menggunakan
menjadi potensi yang sangat besar, minyak bumi konvensional dan batu bara.
terutama pada shale oil yang bisa menjadi
solusi atas permasalahan energi di Teknik untuk mendapatkan Shale Oil
Indonesia. Pengembangan shale oil sendiri lebih
sulit dibandingkan minyak konvensional.
Metode eksplorasi shale oil ini secara
umum dimulai dengan akuisisi seismik,
pengolahan data seismik, intrepretasi
geologi, analisis petrophysic, rock physic,
geomekanik, maturase, porositas, dan
saturasi batuan, serta aplikasi lebih lanjut
untuk mengetahui perseberan shale oil.
Sedangakan untuk metode pengeboran
(drilling) dari shale oil sendiri dilakukan
teknik pengeboran horisontal (horizontal
GAMBAR 3. Produksi shale oil selama drilling) dan hydraulic fracturing atau
120 tahun terakhir di beberapa endapan sering disebut juga fracking. Fracking
terpilih merupakan suatu proses dimana campuran
air, pasir, dan cairan kimia tertentu yang
Sumber daya shale oil di dunia tidak diinnjeksikan dengan tekanan yang sangat
dapat ditentukan dengan pasti karena tinggi ke dalam tanah (dimana shale
berada), untuk memecahkan lapisan batuan
ISBN : 978-602-1034-45-3 75
PROSIDING SNG 2016

dan melepaskan (release) minyak dan gas injeksi harus dilakukan berulang-ulang
yang terjebak di dalamnya. Fracking karena tight oil tidak membentuk suatu
dilakukan dengan cara melakukan reservoir. Semakin banyak pengulangan,
pengeboran ke dalam lapisan yang kaya maka akan semakin besar pula biaya yang
akan tight oil (lapisan oil rich shale). dibutuhkan untuk memproduksi shale oil.
Kedalaman lapisan oil rich shale ini dapat Material yang digunakan untuk melakukan
mencapai hingga 5000 feet (1525 meter). injeksi (air, pasir, cairan kimia, dan
Sumur bor dilapisi dengan steel casing sebagainya) juga diperlukan dalam jumlah
untuk mencegah kontaminasi ke dalam air yang besar. Selain itu, faktor community
tanah (groundwater). Ketika pengeboran impact , seperti kerusakan lingkungan dan
sudah mencapai lapisan oil rich shale prasarana akibat aktivitas pengeboran,
pengeboran akan dibelokkan kea rah hingga environmental risk seperti
horisontal sepanjang kurang lebih 1 mile terlepasnya beberapa zat kimia berbahaya
(1600 meter). dalam tanah ke udara bebas juga memiliki
Selanjutnya, semacam perforated gun peran besar dalam memperbesar biaya
yang dilenkapi dengan bahan peledak keseluruhan untuk melakukan proses
dimasukkan ke dalam dasar sumur bor fracking.
yang ketika diledakkan akan membuat
retakan-retakan kecil dalam lapisan oil rich Potensi Shale Oil di Indonesia
shale. Kemudian fluida campuran air-
pasir-bahan kimia diinjeksikan ke dalam
sumur bir dengan tekanan yang sangat
tinggi. Tekanan tinggi tersebut akan
memperbesar retakan, dan pasir akan
menahan retakan tersebut tetap
terbuka lebar. Bahan kimia yang
diinjeksikan akan membantu
mengeluarkan minyak (ataupun gas) dari
lapisan oil rich shale tersebut. Air dan
bahan kimia yang telah diinjeksikan ke
GAMBAR 4 Perkembangan sumber daya
dalam sumur bor akan dipompa kembali ke
shale oil oleh pusat Sumber daya Geologi-
permukaan untuk selanjutnya dibuang atau
Badan Geologi
diolah lebih lanjut (disposal treatment).
Minyak dan gas yang telah terbebas dari
Sumber daya shale oil Indonesia
kemudian akan ikut mengalir ke
hingga tahun 2011 menunjukkan angka
permukaan yang selanjutnya akan dialirkan
11,4 milyar ton. Potensi ini berdasarkan
melalui pipeline untuk pengolahan lebih
nilai kandungan minyak yang dihasilkan
lanjut.
selama proses analisis retort sangat
Proses fracking memerlukan injeksi
bervariasi. Potensi sumber daya shale oil
tekanan secara berlangsung berulang-ulang
masih sangat awal dan masih akan terus
untuk dapat memecahkan lapisan
bertambah seiring dengan kegiatan
batuan dan melepaskan shale oil. Proses
ISBN : 978-602-1034-45-3 76
PROSIDING SNG 2016

penyelidikan yang masih dilakukan oleh syukur kepada Allah SWT karena atas
Pusat Sumber Daya Geologi – Badan nikmat dan karunia-Nya yang telah
Geologi. diberikan. Yang kedua kepada kedua orang
Kebijakan energi nasional tahun 2025 tua yang senantiasa memberikan semangat
yang mensyaratkan kontribusi nyata dan motivasi terus menerus. Yang
sumber-sumber energi alternatif di luar selanjutnya terimakasih untuk Ketua
minyak dan gas bumi konvensional, masih Program Studi Geofisika Dr. Asep Harja,
belum memberikan ruang yang cukup lalu kepada Bambang Wijatmoko, S.Si,
supaya shale oil bisa menjadi kontributor M.Si selaku dosen. Lalu tak lupa juga
yang meyakinkan. kepada Bapak Dr. Sartono yang telah
Di tingkat persaingan energi global, membimbing penulis dalam menyelesaikan
perkembangan shale oil dan shale gas ini paper ini. Juga kepada Lia Maryani selaku
secara signifikan telah membawa berbagai partner yang sama-sama lolos dalam
dampak sosial, politik, dan ekonomi, di Seminar Nasional Geofisika Unnes yang
belahan bumi lain termasuk di Indonesia. telah memberikan arahan selaku senior
Bahkan pengembangan shale gas di geofisika. Tak lupa juga kepada teman-
Amerika telah mengubah pasar energi teman yang senantiasa memberikan
global, sehingga menyebebabkan Amerika dukungan baik moral maupun material.
tidak perlu lagi mengimpor gas lagi. Jika
cadangan proven shale oil maupun shale REFERENSI
gas di Indonesia mencapai 1000-2000 TCF 1. Biro Riset LM FE UI, Analisis Industri
maka mungkin saja Indonesia akan Minyak dan Gas di Indonesia,2012.
menjadi negara dengan potensi shale oil 2. Fikriyantito, Hanif, Shale Oil, 2016.
dan shale gas terbesar di dunia. Hali ini 3. Anonim, Migas Non-konvensional
tentu saja akan bermanfaat bila digunakan sebagai Solusi Energi Indonesia.
sebaik-baiknya. 4. Metro tv news, Lapangan Migas
semakin tua penyebab produksi
UCAPAN TERIMA KASIH menurun,
Penulis mengucapkan terima kasih http://ekonomi.metrotvnews.com/energi
kepada pihak-pihak yang telah membantu /Rb17a6XK-lapangan-migas-semakin-
penulis dalam menyelesaikan paper ini. tua-penyebab-produksi-menurun
Yang pertama penulis mengucapkan (diakses tanggal 26 Oktober 2016)
ISBN : 978-602-1034-45-3 77
PROSIDING SNG 2016

Seismik Stratigrafi sebagai Interpretasi Awal Potensi Cebakan Stratigrafi pada


Formasi Baong Bagian Tengah, Daerah Aru, Cekungan Sumatera Utara
Nanda Natasia1, Ildrem Syafri1, M. Kurniawan Alfadli1, Kurnia Arfiansyah1
1
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 Jatinangor 45363
* Email: nanda.natasia@unpad.ac.id

Abstrak. Penggunaan data seismik untuk interpretasi kondisi bawah permukaan telah
banyak dipergunakan secara luas, terutama untuk penarikan batas horison suatu formasi
maupun patahan. Selain itu, data seismik juga dapat dipergunakan untuk memahami
perkembangan sedimentasi bawah permukaan melalui interpretasi konfigurasi internal
dan eksternal seismik. Akan tetapi, penggunaan data seismik untuk memahami
sedimentasi suatu daerah masih banyak terkendala dikarenakan ketersediaan data
seismik yang masih kurang memadai. Begitu pula dengan daerah Aru, cekungan
Sumatera Utara. Daerah ini memiliki potensi keterdapatan hidrokarbon yang sangat
potensial, terbukti dengan terdapatnya beberapa lapangan yang masih berproduksi
hingga saat ini. Akan tetapi ketersediaan data seismik masih tergolong minim. Data
seismik yang tersedia merupakan data seismik dua dimensi berupa print out, tanpa data
digital yang memadai. Data seismik ini walaupun tergolong tua, akan tetapi masih
memiliki potensi untuk digali lebih dalam. Berdasarkan hasil analisis stratigrafi sekuen
dengan menggunakan 39 lintasan seismik dan 2 data sumuran di daerah telitian terdiri
atas 3 runtunan pengendapan atau sekuen pengendapan, yaitu sekuen I yang terdiri atas
endapan high stand system track I, sekuen II yang terdiri atas endapan transgressive
system tract II dan lowstand system tract II, serta sekuen III yang terdiri atas endapan
transgressive system tract III. Sumber klastika dari endapan ini diintepretasikan berasal
dari arah selatan – barat daya yaitu dari Bukit Barisan yang pada saat itu mulai
mengalami pengangkatan. Dari hasil penelitian ini dapat diaplikasikan untuk
mengetahui zona prospek untuk dikembangkan sebagai lapangan minyak baru.
Kata kunci: Seismik Stratigrafi, Formasi Baong, Aru, Sumatera Tengah

PENDAHULUAN atau perluasan daerah produksi melainkan


Industri minyak dan gas bumi di juga sebagai bagian integral dari suatu usaha
Indonesia masih memegang peranan penting produksi, paling tidak untuk
dalam menunjang program pembangunan mempertahankan besarnya cadangan.
negara. Oleh sebab itu hingga saat ini masih Idealnya untuk setiap barrel minyak yang
diperlukan produksi minyak dan gas bumi diproduksi paling sedikit harus ditemukan
secara terus menerus. satu barrel minyak lagi.
Peranan eksplorasi minyak dan gas bumi Salah satu metoda yang sering digunakan
merupakan ujung tombak bagi pengadaan dalam kegiatan eksplorasi adalah seismik
kebutuhan sumber daya alam tersebut. refleksi karena dapat memberikan gambaran
Eksplorasi bukan hanya diartikan sebagai mengenai kondisi bawah permukaan secara
usaha penambahan lapangan minyak baru detail, diantaranya mengenai stratigrafi dan
ISBN : 978-602-1034-45-3 78
PROSIDING SNG 2016

geologi struktur yang ada. Gambaran Karakteristik utama dari Cekungan


kondisi bawah permukaan tersebut dijadikan Sumatra Utara adalah adanya seri struktur
sebagai acuan untuk pencarian prospek atau sesar yang membentuk tinggian dan
perangkap hidrokarbon yang baru pada rendahan dengan arah umum utara-selatan
suatu daerah. Melalui pemahaman stratigrafi berupa lurah (horst) dan terban (graben)
sekuen, dapat diketahui faktor-faktor atau setengah terban (half-graben) (Gambar
geologi penting yang mengontrol pola-pola 2). Arah umum struktur sesar utara-selatan
lapisan yang berhubungan erat dengan ini dikontrol oleh arah umum struktur yang
stratigrafi. berada di batuandasar pra-Tersier.
Mengingat masih banyaknya cekungan Pengendapan sedimen pada awal Tersier ini
minyak bumi di cekungan Sumatra Utara dipengaruhi oleh aktifitas pergeseran sistem
yang belum dieksplorasi, maka sangat sesar berarah utara-selatan ini.
menarik untuk dilakukan analisis sekuen
stratigrafi guna mendapatkan cadangan
migas yang baru, terutama pada daerah Aru.
Salah satu formasi pengisi cekungan ini
adalah Formasi Baong. Secara umum
endapan Formasi Baong didominasi oleh
endapan serpih laut dalam yang diendapkan
pada Miosen Tengah. Pada saat
pengendapan formasi ini terjadi fase
transgresi yang mengakibatkan
terbentuknya endapan sedimen kasar yang
dikenal dengan Formasi Baong Bagian GAMBAR 5. Pola Tektonik Cekungan
Tengah. Formasi Baong Bagian Tengah ini Sumatera Utara (Lemigas,2005)
sangat potensial sebagai lapisan reservoar
hidrokarbon sehingga menarik minat penulis Batuan sedimen Tersier Bawah pada
untuk melakukan penelitian pada daerah ini. Cekungan Sumatra Utara diketahui
merupakan hasil dari pengendapan syn-rift
pada masa Oligosen Awal – Miosen Awal
(Gambar 3). Menurut Caughey &
Wahyudi,1993 (dalam Darman & Sidi,
IAGI, 2000) endapan ini terutama berupa
sedimen silisiklastika dari Formasi Parapat,
Bruksah dan Bampo. Sedangkan endapan
Neogen terdiri atas endapan klastika dan
GAMBAR 4. Peta lokasi daerah karbonat (Gambar 3).
ISBN : 978-602-1034-45-3 79
PROSIDING SNG 2016

Beberapa peneliti terdahulu membagi


formasi ini secara vetikal menjadi 3 anggota
yaitu :
- Aggota Serpih Baong Bagian Bawah (
Lower Baong Shale)
- Anggota Batupasir Baong Bagian
Tengah (Middle Baong Sand)
- Anggota Serpih Baong Bagian Atas (
Upper Baong Shale)

PEMBAHASAN
Bagian bawah Batupasir Baong bagian
tengah ini dibatasi oleh endapan Serpih
Baong Bagian Bawah, sedangkan bagian
atas dibatasi oleh Serpih Baong Bagian
Atas. Penafsiran jenis litologi dan satuan
batuan penyusun daerah telitian dilakukan
dengan melihat data sumuran yang
kombinasikan dengan kenampakan refleksi
GAMBAR 6. Stratigrafi Regional
dari data penampang seismiknya, sehingga
Cekungan Sumatera Utara (Caughey &
didapatkan hasil bahwa endapan di daerah
Wahyudi, 1993 (dalam Herman & Hasan,
telitian merupakan endapan lowstand berupa
IAGI, 2000
silisiklastik yang mempunyai penyebaran
cukup luas dari barat hingga timur serta
Formasi Baong diendapkan bersamaan
daerah tinggian pada saat diendapkan
dengan terjadinya fase genang laut regional.
berada pada bagian utara dari daerah
Hal ini ditujukan dengan adanya kenaikan
telitian.
muka air laut global pada sekitar 15,5 juta
Pada interval batupasir Baong Bagian
tahun yang lalu (N8-N9) dan ditunjang
Tengah ini terdapat empat fasies seismik
dengan adanya perubahan lingkungan
yang dapat diidentifikasi (Natasia, 2016).
pengendapan dari paralik ke bathyal yang
Keempat fasies tersebut dibagi berdasarkan
berkaitan erat dengan terjadinya penurunan
kesamaan terminasi dan konfigurasi internal
dasar cekungan yang terjadi secara regional
seismik, yaitu (Gambar 4):
mengakibatkan perubahan tingkat
a. Fasies I. Merupakan lapisan paling
kedalaman pada cekungan. Formasi Baong
bawah pada endapan batupasir Baong
terdiri atas lempung dan serpih laut dalam
Bagian tengah ini. Dicirikan dengan adanya
berwarna abu-abu atau kecoklatan dengan
terminasi downlap dan konfigurasi berupa
ketebalan mencapai 750-2500 meter dengan
progradasi sigmoid. Fasies ini dapat
kisaran umur formasi dari Miosen Awal
dijumpai pada setiap lintasan seismik,
sampai awal Miosen Akhir(N8 – N16) .
menyebar dengan ketebalan yang hampir
sama disetiap lintasan seismik. Dari
terminasi dan konfigurasi internal yang
ISBN : 978-602-1034-45-3 80
PROSIDING SNG 2016

menyusun fasies ini, fasies ini dapat parallel. Fasies ini berkembang disemua
diidentifikasikan sebagai endapan highstand lintasan seismik. Dari konfigurasi yang
system tract. terlihat pada lapisan ini, dapat
b. Fasies II. Merupakan lapisan ke dua diidentifikasikan bahwa endapan ini berupa
pada Batupasir Baong bagian Tengah ini. transgressive system tract.
Dicirikan dengan konfigurasi internal sub Dari analisis penampang seismik,
parallel. Fasies ini tidak berkembang diketahui pada daerah telitian terdapat tiga
disemua lintasan seismik, beberapa sekuen pengendapan yaitu Sekuen – I yang
pembajian dapat diidentifikasi pada terdiri dari highstand system tract (HST)– 1,
penampang seismik. Fasies ini menyebar di Sekuen – II yang terdiri dari Transgressive
daerah utara-timurlaut daerah penelitian system tract (TST )– II, dan Sekuen – III
dengan pembajian kearah selatan-baratdaya. yang terdiri dari Low stand system tract
Dari konfigurasi yang terlihat pada lapisan (LST)– III,dan Transgressive system tract
ini, dapat diidentifikasikan bahwa endapan (TST )– III (gambar 5).
ini berupa transgressive system tract. Penyebaran dari masing – masing system
c. Fasies III. Merupakan lapisan ketiga tract pada daerah ini relatif sama, menyebar
pada Batupasir Baong bagian Tengah ini. di hampir diseluruh lokasi penelitian, hal ini
Dicirikan dengan terminasi downlap. Fasies dikarenakan lokasi pengendapan yang sama
ini berkembang hampir disemua lintasan dan pada waktu yang relatif tidak begitu
seismik, beberapa pembajian dapat berbeda. Pola penyebaran ini dipengaruhi
diidentifikasi pada penampang seismik. oleh geometri dari alas pengendapan yaitu
Fasies ini menyebar di daerah utara- bagian atas dari Serpih Baong Bagian
timurlaut daerah penelitian dengan Bawah. Secara umum daerah tinggian
pembajian kearah selatan-baratdaya. Dari terdapat di bagian selatan / barat daya
konfigurasi yang terlihat pada lapisan ini, sedangkan daerah rendahan didominasi di
dapat diidentifikasikan bahwa endapan ini bagian relatif utara / timur laut. Hal ini juga
berupa lowstand system tract. mempengaruhi ketebalan dari system tract
d. Fasies IV. Merupakan paling atas yang cenderung menebal kearah timur laut
pada Batupasir Baong bagian Tengah ini. mengisi pada bagian rendahan.
Dicirikan dengan konfigurasi internal sub
ISBN : 978-602-1034-45-3 81
PROSIDING SNG 2016

GAMBAR 7. Kenampakan downlap, progradasi sigmoid dan konfigurasi sub-parallel pada


penampang seismik (Natasia, 2016)

GAMBAR 8. Kolom stratigrafi lokal dari Formasi Baong di daerah telitian.

Orientasi arah struktur sesar mengalami diintepretasikan berasal dari erosi daerah
perubahan dari orientasi yang terbentuk tinggian yang berada di selatan di selatan /
pada Batuandasar pra-Tersier dan Formasi barat daya dan selanjutnya diendapkan pada
Belumai yang berorientasi barat laut – daerah rendahan yang terletak di utara /
tenggara dan utara – selatan. Sedangkan timur laut daerah telitian (Natasia,2016)
sesar yang berkembang pada Miosen (Gambar 6.).
Tengah diinterpretasikan berupa sesar-sesar Salah satu tujuan analisis stratigrafi
yang berarah baratlaut-tenggara yang Batupasir Baong Bagian Tengah di daerah
sebagian besar merupakan hasil rektifasi telitian adalah untuk menentukan daerah
dari struktur yang ada sebelumnya. Pola prospek hidrokarbon yaitu untuk
sesar ini mengontrol struktur tinggian yang mengetahui penyebaran fasies (system tract)
berkembang. Dibagian selatan/barat daya yang berpotensi sebagai batuan induk
dan struktur rendahan yang berada dibagian (source rock), batuan reservoar dan batuan
utara / timur laut daerah telitian. Endapan penutup (cap rock). System tract yang
Batupasir Baong Bagian Tengah berkembang pada Batupasir Baong Bagian
ISBN : 978-602-1034-45-3 82
PROSIDING SNG 2016

Tengah juga dapat bertindak sebagai karena endapan transgressive system tract
batuan reservoar hidrokarbon, baik untuk yang merupakan endapan berbutir halus.
perangkap-perangkap struktur maupun Sedangkan yang bertindak sebagai batuan
perangkap stratigrafi. Endapan yang dapat reservoir yaitu endapan lowstand system
bertindak sebagai batuan reservoar yang tract yang pada umumnya memiliki ukuran
baik adalah antara lain endapan-endapan butir kasar dan mempunyai porositas dan
lowstand system tract dan endapan-endapan permeabilitas yang besar sehingga
highstand system tract. hidrokarbon dapat tersimpan, karena
endapan ini terbentuk pada saat muka air
laut mengalami penurunan dan
menyingkapkan daerah paparan sehingga
terjadi erosi dan material hasil erosi
terendapkan menjadi endapan ini.
Dari model play hidrokarbon ( Gambar
7) dapat dilihat bahwa Anggota Batupasir
Baong Bagian Tengah berpotensi sebagai
reservoar. Anggota Batupasir Baong Bagian
Tengah ini disusun oleh perselingan
batupasir – serpih yang didominasi oleh
batupasir.
Reservoir Anggota Batupasir Baong Bagian
Tengah ini memiliki porositas berkisar
GAMBAR 9. Skematik konfigurasi struktur antara 15 – 20% dan permeabilitas antara 5
daerah telitian pada Miosen Tengah (N 13- mD sampai 1000 mD (sumur Duyung
N16) (Natasia, 2016) 1)(Soejono Martodjojo.,dkk., 1999),
ditemukan berada dibagian baratdaya daerah
Sementara endapan - endapan transgressive telitian dengan batuan tudung (seal) berupa
system tract bertindak sebagai batuan serpih Baong Bagian Atas (Upper Baong
tudung (cap rocks) atau bahkan bisa menjadi Shale) dan batuan induknya (source rock)
batuan asal / induk (source rocks) dari berupa Serpih Baong Bagian Bawah (Lower
hidrokarbon itu sendiri, hal ini disebabkan Baong Shale) (Gambar 7).
ISBN : 978-602-1034-45-3 83
PROSIDING SNG 2016

GAMBAR 10. Model Play Prospek Hidrokarbon pada daerah telitian

GAMBAR 11. Perangkap stratigrafi berupa pinch out

Dilihat dari hasil analisis sikuen Terdapat dua batuan induk utama yang
stratigrafi pada daerah telitian, maka sangat baik pada Cekungan Sumatera Utara,
terdapat dua system tract yang dapat yaitu pada Formasi Baong (Miosen) dan
bertindak sebagai reservoar yaitu endapan Formasi Bampo (Oligosen – Miosen
highstand system tract I dan lowstand Awal).(Phillip R. Davies, 1984). Interfal
system tract III. Kedua endapan ini dapat batuan induk yang paling baik pada Formasi
diintepretasikan berpotensi mengandung Baong adalah Serpih Baong Bagian Bawah
cadangan hidrokarbon yang baik karena dimana diendapkan pada lingkungan neritik
kemungkinan disusun oleh material sedimen atas sampai bathyal. (Mulhadiono et al.,
klastika yang relatif lebih kasar dan 1977; kingstone, 1978). Serpih Baong
mempunyai porositas yang relatif lebih baik Bagian Bawah ini sebenarnya tidak
jika dibandingkan dengan endapan memenuhi syarat sebagai batuan induk jika
transgressive system tract yang tersusun hanya ditinjau dari angka total organic
oleh endapan halus (serpih). content nya yang Berkisar 1.5 % - 1.7%,
tetapi ketebalan dari formasi ini yang sangat
ISBN : 978-602-1034-45-3 84
PROSIDING SNG 2016

tebal dapat menghasilkan volume Journal Geologi Soc. London, print in


hidrokarbon yang sangat besar (Phillip R. Northern Ireland
Davies., 1984). Hidrokarbon yang 4. Natasia N., Syafri I., Alfadli M.K.,
terakumulasi pada perangkap ini berasal Arfiansyah K., 2016, Stratigraphy
dari batuan induk Serpih Baong Bagian Seismic and sedimentation Development
Bawah (Lower Baong Shale). (Gambar 7). of Middle Baong Sand, Aru Field, North
Selain cebakan struktur yang berupa Sumatera Basin. Journal of Geoscience,
antiklin, pada endapan ini juga dapat Engineering, Environment, and
ditemukan beberapa cebakan stratigrafi Technology, Indonesia.
yang berupa pinch out. Pembajian dapat 5. Philip R. Davies., 1984, Tertiary
ditemui dengan menelusuri refleksi lapisan Structural Evolution And Related
pada penampang seimik yang kemudian Hydrocarbon Occurrences, North
akan menghilang. (Gambar 8) Sumatra Basin, 13th Annual Convention,
IPA Proceeding, Jakarta.
REFERENSI 6. Situmorang, B & Yulihanto, B, 1985.
1. Cameron, N.R & Aldiss, D.T, 1980. The The Role Of Strike Slip Faulting In
Geological Evolution Of Northern Structural Development Of The North
Sumatra, 9th Annual Convention, IPA Sumatra Basin, 14th Annual Convention,
Proceeding, Jakarta. IPA Proceeding, Jakarta.
2. Darman, H. & Sidi, F. H. (2000), An 7. Tearpock, Daniel J. and Bischke,
Outline of The Geology of Indonesia, Richard E., 1991, Applied Subsurface
IAGI 2000 Geological Mapping, P T R Prentice-
3. Karig, D.E, 1980, Structural framework Hall, Inc., A Simon & Schuster
of the fore-arc basin, NW Sumatera, Company,.
ISBN : 978-602-1034-45-3 85
PROSIDING SNG 2016

Pendekatan Probabilistik untuk Penilaian Bahaya Gempabumi Kawasan


Universitas Padjajaran Jatinangor
Sulastri1*, Bambang Sunardi1
1
Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG, Jl. Angkasa 1 No. 2 Jakarta 10720
* Email: sulastri@bmkg.go.id

Abstrak. Penilaian bahaya gempabumi untuk area umum perlu dilakukan, salah
satunya untuk kawasan kampus. Salah satu kampus yang rawan terhadap bahaya
gempabumi di Jawa Barat adalah Universitas Padjajaran (Unpad) Jatinangor. Makalah
ini merangkum penilaian bahaya gempabumi berdasarkan pendekatan probabilistik
untuk kawasan Unpad Jatinangor. Data yang digunakan adalah historis gempabumi
dengan magnitude Mw ≥ 5 selama 115 tahun terakhir dari tiga model sumber
gempabumi yaitu megathrust, shallow crustal dan background. Penilaian bahaya
gempabumi dilakukan dengan metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA).
Hasil PSHA untuk Kawasan Unpad Jatinangor dalam bentuk peta bahaya gempabumi
menunjukkan rentang percepatan tanah maksimum (PGA) di batuan dasar berkisar
antara 0,576 hingga 0,604 g, spektra percepatan tanah pada periode T=0,2 dan T=1
detik masing-masing berkisar antara 1,402 hingga 1,479 g dan 0,528 hingga 0,571 g
untuk probabilitas terlampaui 2 persen dalam 50 tahun. Bahaya gempabumi bernilai
rendah di sebelah barat daya dan berangsur naik ke arah timur laut. Hasil di atas
bersesuaian dengan letak patahan Lembang yang berada di sebelah timur laut kampus
Unpad Jatinangor.
Kata kunci: Penilaian bahaya, gempabumi, PSHA, Unpad Jatinangor, PGA, spektra
percepatan.

PENDAHULUAN pendidikan, fasilitas sosial, perkampungan


Dampak bencana gempabumi tidak dan infrastruktur lainnya [2]. Beberapa
memandang fasilitas umum (rumah sakit, bangunan kampus yang rusak akibat
kampus, bandara, dan sebagainya) maupun gempabumi Yogyakarta antara lain
fasilitas milik pribadi (rumah atau bangunan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Janturan,
milik perseorangan) [1]. Umumnya, STIE Kerjasama, dan Universitas Atmajaya
kerusakan yang lebih parah akibat [3].
gempabumi terjadi di daerah terdekat Berdasarkan hal tersebut, penilaian
dengan sumber gempabumi. Semakin dekat bahaya gempabumi untuk kawasan umum
dengan sumber gempabumi, potensi bahaya seperti halnya kawasan pendidikan penting
gempabumi akan semakin besar. dilakukan. Salah satu kawasan pendidikan
Salah satu contoh gempabumi merusak adalah Jatinangor di Jawa Barat. Kawasan
adalah gempabumi Yogyakarta, 27 Mei Jatinangor merupakan kawasan pendidikan
2006. Gempabumi dengan magnitude 6.3 tinggi. Setidaknya ada 4 perguruan tinggi
SR tersebut telah menelan lebih dari 5.000 berdiri di kawasan tersebut antara lain
korban jiwa dan lebih dari 38.000 orang Universitas Padjajaran (Unpad), Institut
korban luka - luka, serta merusak sarana Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN),
ISBN : 978-602-1034-45-3 86
PROSIDING SNG 2016

Universitas Winaya Mukti (Unwim), Institut bahaya dari suatu lokasi terhadap berbagai
Koperasi Indonesia (Ikopin). Secara sumber gempa [8].
geologi, kawasan Jatinangor relatif dekat Penelitian ini membahas penilaian
dengan kemenerusan patahan Lembang bahaya gempabumi untuk kawasan
yang melintang di sebelah utara Gunung Universitas Padjajaran (Unpad) Jatinangor
Manglayang [4]. Patahan Lembang berdasarkan pendekatan probabilistik. Hasil
merupakan patahan aktif yang terletak di analisis diharapkan memberikan manfaat
utara Cekungan Bandung berarah barat- bagi penilaian keamanan struktur bangunan
timur sepanjang 22 km [5]. serta dapat menjadi acuan dalam desain
Keberadaan patahan aktif Lembang bangunan tahan gempa di kawasan tersebut.
memberikan pengaruh kegempaan yang
relatif tinggi di wilayah cekungan Bandung METODE PENELITIAN
dan sekitarnya hingga menyebabkan Katalog gempa yang dipergunakan
wilayah tersebut rawan gempabumi. Fakta dalam penelitian ini berasal dari BMKG dan
tersebut menjadikan mitigasi bencana USGS dari tahun 1900 – 2015 [9, 10]
gempabumi penting untuk dilakukan. Kajian dengan kriteria magnitude ≥ 5, kedalaman
bahaya gempabumi di kawasan Unpad ≤ 300 km dan jarak tidak lebih dari 500 km.
Jatinangor dan sekitarnya menjadi penting Katalog gempa diseragamkan kedalam
untuk dilakukan mengingat sejarah mencatat moment magnitude (Mw) menggunakan
bahwa kawasan Jatinangor pernah formula Scordilis [11]. Data yang telah
merasakan gempabumi hebat pada tahun diseragamkan dalam Mw selanjutnya
1972 dan 2000 [4]. Hasil penelitian yang dipisahkan dari gempa pendahuluan
termuat dalam revisi peta gempa Indonesia (foreshocks) dan gempa susulan
2010 menunjukkan bahwa patahan (aftershocks) menggunakan algoritma
Lembang yang berdekatan dengan kawasan Gardner and Knopooff [12] dan bantuan
Jatinangor diperkirakan mampu software ZMAP [13]. Gambaran singkat
menghasilkan gempabumi dengan kekuatan analisis yang dipergunakan dalam penelitian
6,6 SR [6]. ini ditunjukkan dalam diagram alir
Secara umum, analisis bahaya penelitian pada Gambar 2.
gempabumi dapat dilakukan menggunakan Pemodelan sumber gempa dalam
Deterministic Seismic Hazarad Analysis penelitian ini dikelompokkan dalam tiga
(DSHA) maupun Probabilistic Seismic jenis sumber gempa meliputi subduksi
Hazard Analysis (PSHA). PSHA merupakan (megathrust), sumber gempabumi patahan
metode yang cukup popular dipergunakan. (shallow crustal) serta sumber gempa
Keunggulan metode PSHA antara lain background. Sumber gempa subduksi
memberikan kemungkinan untuk meliputi megathrust South Sumatera,
memperhitungkan pengaruh faktor-faktor megathrust Jawa 1 dan megathrust Jawa 2.
ketidakpastian dalam analisis seperti halnya Sumber gempa shallow crustal yang
ketidakpastian ukuran, lokasi dan frekuensi diperhitungkan adalah patahan Lembang,
kejadian gempa [7]. Keunggulan lain dari Cimandiri, Baribis, Bumiayu dan Sunda,
PSHA adalah mampu mengintegrasikan sedangkan sumber gempa background yang
ISBN : 978-602-1034-45-3 87
PROSIDING SNG 2016

dilibatkan meliputi shallow background dan gempa shallow crustal dan subduksi
deep background (Gambar 3). diperlihatkan pada Tabel 1 dan 2.
Hingga saat penelitian ini dilangsungkan
belum tersedia fungsi atenuasi yang
diturunkan secara spesifik untuk wilayah
penelitian. Dengan demikian pemakaian
fungsi atenuasi yang diturunkan dari
wilayah lain tidak dapat dihindari. Namun
demikian, penentuan fungsi atenuasi
dilakukan dengan tetap memperhatikan
kesamaan kondisi geologi dan tektonik dari
wilayah dimana fungsi atenuasi itu dibuat.
Pada penelitian ini, fungsi atenuasi yang
digunakan sebagian besar sudah
menggunakan fungsi atenuasi NGA (Next
Generation Attenuation) dimana atenuasi ini
dalam pembuatannya sudah menggunakan
data gempa global (worldwide data) [6].
Fungsi atenuasi yang dipergunakan
dibedakan berdasarkan sumber gempa.
Untuk sumber gempa shallow crustal dan
shallow background dipergunakan fungsi
atenuasi Boore-Atkinson NGA [17],
Campbell-Bozorgnia NGA [18], serta
Chiou-Youngs NGA [19]. Untuk sumber
gempa subduksi (megathrust) digunakan
fungsi atenuasi Youngs et al., SRL [20],
Atkinson-Boore BC rock and global source
GAMBAR 2. Analisis yang dipergunakan subduction [21] dan Zhao et al. [22]. Untuk
dalam penelitian . sumber gempa deep background digunakan
fungsi atenuasi Atkinson-Boore, Cascadia
Data dan parameter masing-masing [21], Youngs et al. [20] dan Atkinson-
sumber gempa ditentukan berdasarkan Boore, Wordwide [21].
pengolahan data dan hasil penelitian Penilaian bahaya gempa menggunakan
sebelumnya. Selanjutnya ditentukan nilai-a pendekatan probabilistik akan
dan nilai-b untuk sumber gempa subduksi memperhitungkan semua ketidakpastian
berdasarkan data katalog gempa yang telah atau kemungkinan seperti halnya
diolah sebelumnya. Data dan parameter ketidakpastian magnitude maksimum,
sumber gempa shallow crustal didasarkan model perulangan gempa, fungsi atenuasi
pada beberapa hasil penelitian sebelumnya dan sebaginya. Untuk mengatasi hal tersebut
[6, 14, 15, 16]. Data dan parameter sumber dipergunakan metode logic tree. Metode
logic tree memungkinkan menggabungkan
ISBN : 978-602-1034-45-3 88
PROSIDING SNG 2016

beberapa alternatif metode maupun model


dengan melakukan pembobotan yang
menggambarkan persentase kemungkinan
keakuratan relatif suatu model terhadap
model lainnya [6]. Penggunaan metode
logic tree ini disesuaikan untuk masing-
masing sumber gempa yang dilibatkan.
Gambar 4 menunjukkan logic tree untuk
sumber gempa shallow crustal.
GAMBAR 4. Logic tree untuk sumber
gempa shallow crustal.

Pendekatan probabilistik untuk penilaian


bahaya gempabumi kawasan kampus
Universitas Padjajaran (Unpad) Jatinangor
dilakukan dengan metode Probabilstic
Seismic Hazard Analysis (PSHA). PSHA
GAMBAR 3. Pemodelan sumber gempa. biasa dipergunakan dalam mengevaluasi
bahaya gempa di suatu lokasi dengan
TABEL 1. Data dan parameter sumber mempertimbangkan semua gempa yang
gempa shallow crustal [6, 14, 15, 16]. mempengaruhi lokasi tersebut. PSHA
SlipRat mengadopsi konsep probabilitas total [23]
M Posisi
Patahan e Dip sebagimana dirumuskan pada persamaan 1 :
max (km)
(mm) ( )
Baribis 0.2 6.8 90 3-20
Bumiayu 0.2 6.8 90 3-20 ∫ ∫ ( | ) ( ) ( )
Cimandiri 4 7.2 90 3-20
Lembang 1.5 6.6 90 3-20 (1)
Sunda 5 7.6 90 3-20 Dengan ( | ) merupakan
probabilitas gempa dengan magnitude m
TABEL 2. Data dan parameter sumber dan jarak r yang memberikan puncak
gempa subduksi [6]. sedangkan ( ) dan ( ) masing -
M M masing merupakan probabilitas fungsi
Megathrust b a
History max densitas untuk magnitude dan jarak.
S. Sumatera 1.05 5.76 7.9 8.2 Pada penelitian ini, penilaian bahaya
Jawa 1 1.1 6.14 8.1 8.1 gempabumi di kawasan Unpad Jatinangor
Jawa 2 1.1 6.14 8.1 8.1
dilakukan untuk probabiltas 2% terlampaui
dalam 50 tahun (2% PE 50 tahun),
dikarenakan standar nasional yang berlaku
saat ini mensyaratkan hal tersebut [24].
ISBN : 978-602-1034-45-3 89
PROSIDING SNG 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN percepatan pada periode T=0.2 detik dan


Pendekatan probabilistik untuk penilaian PGA.
bahaya gempabumi di kawasan Universitas Hasil penelitian menunjukkan nilai
Padjajaran (Unpad), Jatinangor dibatasi percepatan tanah maksimum (PGA) dan
hanya untuk probabilitas terlampaui 2% spektra percepatan mendekati nilai pada
dalam 50 tahun (2% PE 50 tahun) seperti peta gempa 2010 [6], namun menampilkan
halnya yang diterapkan pada SNI 1726:2012 nilai-nilai yang lebih rinci untuk Kawasan
[21] yang mengacu pada ASCE 7-10 [22]. Unpad Jatinangor dan sekitarnya. Secara
PSHA kawasan Unpad Jatinangor umum bahaya gempabumi relatif meningkat
dilakukan untuk menentukan percepatan kearah timur laut dikarenakan faktor lokasi
tanah maksimum (PGA) di batuan dasar yang relatif lebih dekat dengan sumber
serta spektra percepatan pada periode T=0,2 gempa (patahan Lembang).
dan T=1 detik. Hasil PSHA dalam bentuk
PGA diperlihatkan pada Gambar 5. Rentang
nilai PGA untuk kawasan Unpad Jatinangor
dan sekitarnya ada pada kisaran nilai 0,576
– 0,604 g. Nilai PGA cenderung meningkat
kearah timur laut, dan berkurang ke arah
barat daya. Pola tersebut disebabkan lokasi
yang relatif dekat dengan patahan Lembang.
Semakin mendekati patahan Lembang, nilai
PGA juga relatif semakin naik.
Nilai spektra percepatan untuk periode
T=0,2 detik ada pada kisaran 1,402 – 1,479
g sebagaimana ditunjukkan Gambar 6. Sama
halnya dengan nilai PGA, nilai spektra
percepatan relatif meningkat kearah timur
laut, dan sebaliknya berkurang ke arah barat
daya.
Nilai spektra percepatan untuk periode
T=1 detik ada pada kisaran 0,528 – 0,571 g
sebagaimana ditunjukkan Gambar 7. Nilai
spektra percepatan relatif meningkat kearah GAMBAR 5. PGA kawasan Unpad
timur laut, dan sebaliknya berkurang ke arah Jatinangor dan sekitarnya untuk 2% PE 50
barat daya bersesuaian dengan pola spektra tahun.
ISBN : 978-602-1034-45-3 90
PROSIDING SNG 2016

GAMBAR 7. Spektra percepatan kawasan


Unpad Jatinangor dan sekitarnya pada
periode T=1 detik untuk 2% PE 50 tahun.

KESIMPULAN
Penilaian bahaya gempabumi melalui
pendekatan probabilistik di kawasan Unpad
Jatinangor untuk probabilitas terlampaui 2
persen dalam 50 tahun memberikan hasil
percepatan tanah maksimum (PGA) berkisar
0,576 – 0,604 g, spektra percepatan tanah
pada periode T=0,2 berkisar 1,402 – 1,479 g
serta pada T=1 detik berkisar 0,528 – 0,571
g.
Bahaya gempabumi yangberasosiasi
dengan nilai PGA relatif meningkat kearah
timur laut dikarenakan faktor lokasi yang
relatif lebih dekat dengan sumber
GAMBAR 6. Spektra percepatan kawasan gempabumi (patahan Lembang).
Unpad Jatinangor dan sekitarnya pada
periode T=0.2 detik untuk 2% PE 50 tahun. UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada Puslitbang BMKG atas
kesempatan dan fasilitas yang diberikan
guna mendukung penelitian ini.

REFERENSI

1. A. Gatignon, L. N. V. Wassenhove, A.
Charles, The Yogyakarta earthquake:
Humanitarian relief through IFRC's
decentralized supply chain, Int. J.
Production Economics 126, 102-110
(2010).
2. A. M. Haifani, “Manajemen Resiko
Bencana Gempa Bumi (Studi Kasus
Gempabumi Yogyakarta 27 Mei 2006),”
Seminar Nasional IV SDM Teknologi
Nuklir, Yogyakarta, 25 - 26 Agustus
2008.
3. A. Lisantono, Y. Arfiadi, “Lesson
Learned from 27th May 2006
ISBN : 978-602-1034-45-3 91
PROSIDING SNG 2016

Yogyakarta Earthquake - Case of 12. J. K. Gardner, and L. Knopoff, Is the


Building with Long Span of Roof Sequence of Earthquakes in Southern
Structure,” The 2nd International California, With Aftershocks Removed,
Conference on Rehabilitation and Poissonian?, Bulletin of the
Maintenance in Civil Engineering, Seismological Society of America, 64,
Procedia Engineering 54, 158 – 164 1.363–1.367 (1974).
(2013). 13. S. Wiemer, A Software Package to
4. D. K. Syahbana, G. Suantika, dan A. Analyze Seismicity: ZMAP,
Solikhin, Peta Kawasan Bencana (KRB) Seismological Research Letters, Vol. 72,
Gempabumi Jawa Bagian Barat, 373-382 (2001).
Bandung: Pusat Vulkanologi dan 14. M. Asrurrifak, Peta Respon Spektra
Mitigasi Bencana Geologi, 2010. Indonesia untuk Perencanaan Struktur
5. M. Dicky, T. H. Kristiyanto, dan C. Bangunan Tahan Gempa dengan Model
Endyana, “Peran Patahan Aktif Dalam Sumber Tiga Dimensi dalam Analisis
Pengelolaan Sumber Daya Geologi, Probabilistik, Disertasi. ITB, 2010.
Studi Kasus: Sumber Daya Lahan Di 15. J. Firmansyah, dan M. Irsyam,
Wilayah Jatinangor,” Seminar Nasional “Development of Seismic Hazard Map
ke-II, FTG Universitas Padjadjaran, for Indonesia,” Prosiding Konferensi
2015. Nasional Rekayasa Kegempaan di
6. M. Irsyam, I. W. Sengara, F. Adiamar, S. Indonesia, 1999.
Widiyantoro, W. Triyoso, D. H. 16. E. Kertapati, “Probabilistic Estimates of
Natawidjaja, E. Kertapati, I. Meilano, Seismic Ground-Motion Hazard in
Suhardjono, M. Asrurifak, dan M. Indonesia,” Prosiding Konferensi
Ridwan, Ringkasan Hasil Studi Tim Nasional Rekayasa Kegempaan, 1999.
Revisi Peta Gempa Indonesia, Bandung, 17. D. M. Boore, and G. M. Atkinson,
2010. Ground-motion prediction equations for
7. B. Sunardi, Peta deagregasi hazard the average horizontal component of
gempa wilayah Jawa dan rekomendasi PGA, PGV, and 5%-damped PSA at
ground motion di empat daerah, Tesis, spectral periods between 0.01 s and 10.0
UII, 2013. s, Earthquake Spectra 24, no. 1 (2008).
8. U. J. Fauzi, Peta Deagregasi Indonesia 18. K. W. Campbell, and Y. Bozorgnia,
Berdasarkan Analisis Probabilitas Ground motion model for the geometric
Dengan Sumber Gempa Tiga Dimensi. mean horizontal component of PGA,
Tesis, Institut Teknologi Bandung, 2011 PGV, PGD and 5% damped linear elastic
9. Query Data - BMKG, http://repogempa. response spectra for periods ranging
bmkg.go.id. from 0.01 to 10.0 s, Earthquake Spectra
10. USGS Earthquake Archives, http://earth 24, no. 1 (2008).
quake.usgs.gov/earthquakes/search. 19. B. Chiou, and R. Youngs, A NGA model
11. E. M. Scordilis, Empirical Global for the average horizontal component of
Relations Converting MS and mb to peak ground motion and response
Moment Magnitude, Journal of spectra, Earthquake Spectra 24, no. 1
Seismology 10, 225–236 (2006). (2008).
ISBN : 978-602-1034-45-3 92
PROSIDING SNG 2016

20. R. R Youngs, S. J. Chiou, W. J. Silva, classification based on predominant


and J. R. Humphrey, Strong ground period, Bull. Seismol. Soc. Am. 96, 898
motion attenuation relationships for (2006).
subduction zone earthquakes. Seismol. 23. C. A. Cornell, Engineering Seismic Risk
Res. Lett. 68, 58–73 (1997). Analysis, Bull. Seismological Soc. Am.
21. G. M. Atkinson, and D. M. Boore, 58, pp. 1583-1606 (1968).
Empirical Ground-Motion Relations for 24. BSN. SNI 1726:2012, Tata Cara
Subduction-Zone Earthquakes and Their Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Application to Cascadia and Other Struktur Bangunan Gedung dan Non
Regions, Bulletin of the Seismological Gedung,http://sisni.bsn.go.id/index.php?/
Society of America 93, No. 4, pp 1703- sni
1729 (2003). _main/sni/detail_sni/14568.
22. X. Zhao John, J. Zhang, A. Asano, Y. 25. I. Imran, dan B. Boediono, Mengapa
Ohno, T. Oouchi, T. Takahashi, H. Gedung-Gedung Kita Runtuh Saat
Ogawa, K. Irikura, H. Thio, and P. Gempa, Shortcourse HAKI, Jakarta
Somerville, Attenuation Relations of (2010).
Strong Motion in Japan using site
ISBN : 978-602-1034-45-3 93
PROSIDING SNG 2016

Eksplorasi Mineral Mangan Menggunakan Metode Polarisasi Terinduksi di


Daerah Kasihan, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan
Syaiful Bahri1*, Muhammad Faizal Zakaria1, Yatini2
1
Program Studi Fisika, Konsentrasi Geofisika, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2
Program Studi Teknik Geofisika UPN “Veteran” Yogyakarta
* Email: syaiful_physics@yahoo.com

Abstrak. Penelitian eksplorasi mineral mangan menggunakan metode Polarisasi


Terinduksi (IP) telah dilakukan di daerah Kasihan, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten
Pacitan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan yang didasari
sifat kelistrikan, mengetahui sebaran mineral mangan, dan estimasi sumber daya
mineral mangan. Pengukuran IP dilakukan pada kawasan waktu menggunakan
konfigurasi Dipole-dipole. Pengukuran ini dilakukan dengan 5 lintasan, dengan spasi
antar elektroda (10 dan 20) meter, sepanjang (200 dan 300) meter. Alat yang digunakan
adalah Syscal Jr Switch-48. Software yang digunakan adalah Global Mapper13,
Surfer10, Res2dinv3.54, dan Rockwork15. Hasil penelitian didapatkan penampang 2D
yang mengindikasikan kondisi bawah permukaan daerah penelitian yang didasari sifat
kelistrikan yaitu satuan lapisan penutup (soil) dan endapan batupasir dengan nilai
resistivitas (5-50) Ohm-meter, breksi vulkanik dengan nilai resistivitas (50-100) Ohm-
meter, satuan dasit dan andesit dengan resistivitas (100-500) Ohm-meter, dan nilai
resistivitas (500-1400) Ohm-meter merupakan satuan intrusi. Penyebaran mineral
mangan didaerah penelitian adalah nilai resistivitas (100-1400) Ohm-meter dan
chargeabilitas (25-110) msec. Cut off nilai tersebut digunakan untuk pembuatan model
3D. Estimasi sumber daya mineral mangan sebesar 151200 ton.
Kata kunci: Chargeabilitas, Mangan, Polarisasi Terinduksi, Resistivitas.

PENDAHULUAN Kegunaan mangan sangat luas yaitu


Indonesia merupakan negara yang digunakan untuk produksi baterai, kimia,
memiliki potensi mangan yang cukup besar dan proses produksi uranium [2]. Mangan
dan dapat dijumpai dalam bentuk dapat berfungsi sebagai penghantar listrik
sedimenter, yang umumnya berkomposisi karena mangan (Mn) memiliki sifat
oksida serta berasosiasi dengan kegiatan golongan logam. Sifat kelistrikan pada
vulkanik dan batuan yang bersifat basa. mangan dapat diindentifikasi dengan
Desa Kasihan merupakan daerah yang aplikasi metode Polarisasi Terinduksi.
memiliki potensi mineral logam berupa Metode IP ini memanfaatkan sifat
Mangan (Mn). Dalam penelitian geologi, kelistrikan batuan, dalam hal ini
desa kasihan memiliki deposit mineral menggunakan parameter fisis resistivitas
mangan [1]. Mangan adalah kimia logam dan chargeabilitas. Kelebihan metode IP
aktif, abu-abu merah muda yang dibandingkan metode lainnya adalah dapat
ditunjukkan pada simbol Mn dan nomor mendeteksi mineral-mineral logam yang
atom 25. letaknya tersebar dan tak teratur.
ISBN : 978-602-1034-45-3 94
PROSIDING SNG 2016

TINJAUAN GEOLOGI yang tersisa pada waktu (t) setelah arus


Geomorfologi daerah kasihan memiliki diputus dan potensial yang terukur pada
morfologi penggunungan terjal dengan kedua potensial yang terukur selama arus
prosentase 80% dan morfologi dataran mengalir (V0). Saat sumber arus diputus
rendah 20% dari seluruh daerah kasihan. akan terjadi penurunan beda potensial pada
Keterjalan ataupun kedatarannya di kedua elektroda potensial. Nilai beda
manifestasikan dari kerapatan atau potensial saat tidak adanya arus yang
kerenggangan konturnya. Ketinggian mengalir dicatat sebagai beda potensial
minimum di daerah kasihan adalah 621 m sekunder dalam fungsi waktu (Vp).
dan maksimumnya adalah 923 m dari
permukaan laut [3].
Stratigrafi di daerah kasihan terdiri dari
satuan litologi paling tua dan paling muda.
Satuan litologi paling tua, yaitu satuan
batupasir vulkanik sedangkan satuan paling
muda, yaitu intrusi andesit dan dasit. Daerah
kasihan (Gambar 1), terdiri dari jenis batuan
dasit porfiri, breksi vulkanik dan tuf, basalt, GAMBAR 2. (a) Ilustrasi menginduksikan
andesit, marmer, batu kapur, dan riolit. arus gelombang kotak (b) efek dari IP
Struktur geologinya adalah zona sesar, terhadap waktu pada injeksi arus [4].
kekar-kekar intesif dan rekahan.
Kuantitas yang digunakan dalam
DASAR TEORI pengukuran IP dalam kawasan waktu adalah
Metode IP (Polarisasi Terinduksi) chargeabilitas (M) dan dijabarkan sebagai
merupakan bagian pengembangan metode berikut [5]:
geolistrik resistivitas. Pengukuran respon IP
dalam kawasan waktu (Gambar 2), dengan
∫ ( )
cara mengirimkan arus DC melalui dua
elektroda arus dan mengukur dua elaktroda
Satuan chargeabilitas M adalah
potensial. Pada saat arus diputus, potensial
miliseconds. Efek IP dalam batuan, dengan
yang terbaca juga tidak langsung
cara mengintegralkan selama selang waktu
menunjukkan angka nol, tetapi turun sedikit
setelah pemutusan arus sampai pada
demi sedikit dalam selang waktu terentu
tegangan yang menuju angka nol. Besaran
menuju nilai nol.
M merupakan hasil integrasi untuk selang
Cara paling sederhana untuk mengetahui
waktu t1 dan t2.
efek IP dalam fungsi waktu adalah
membandingkan potensial residual (Vp)
ISBN : 978-602-1034-45-3 95
PROSIDING SNG 2016

GAMBAR 2. Peta Geologi Kasihan, Pacitan [1].

METODE lintasan (Gambar 3), yang diperoleh


Waktu dan Lokasi Lintasan 1 (L1) dengan spasi (a) = 10 meter,
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei n = 8 dengan panjang 250 meter. L2 dengan
sampai dengan bulan September 2015. spasi (a) = 20 meter, n = 4 sepanjang 240
Pengambilan data dilakukan bulan Mei meter . L3 dengan spasi (a) = 20 meter, n =
2015. Pengambilan data metode IP 4 dengan panjang lintasan 180 meter. L4
dilakukan di Desa Kasihan, Kecamatan dengan spasi (a) = 20 meter, n = 4
Tegalombo, Kabupaten Pacitan, Provinsi sepanjang lintasan 240 meter. L5 dengan
Jawa Timur. spasi (a) = 20 meter, n = 4 sepanjang 300
Peralatan meter .
Alat yang di gunakan dalam penelitian Pengolahan Data
ini yaitu IP Meter Syscal, GPS Garmin, Pengolahan data metode IP
Kompas Geologi, Elektroda Arus, Porous menggunakan software Res2Dinv yang
Pot berisi Larutan CuSO4, Handy-Talky digunakan untuk pengolahan data 2 dimensi
(HT), Clinometer Suunto, Kabel Arus dan sehingga didapatkan model inversi
Potensial, Palu, Alat Tulis, Accu dan resistivitas dan chargeabilitas.
Gulung Meteran. Software yang digunakan Interpretasi
adalah Global Mapper, Res2Dinv, Surfer10, Interpretasi data IP dilakukan dengan
dan Rockwork15. melihat karakteristik fisis nilai resistivitas
Akuisisi Data dan chargeabilitas yang diperoleh dari hasil
Pengambilan data dalam penelitian ini res2dinv atau model 2D yang dikorelasikan
menggunakan metode IP konfigurasi dengan informasi geologi dan singkapan
Dipole-dipole. Penelitian ini terdiri dari 5 mangan.
ISBN : 978-602-1034-45-3 96
PROSIDING SNG 2016

GAMBAR 3. Lintasan Metode IP

Pemodelan 3D dan Perhitungan Kasihan dapat dianalisis dengan informasi


Cadangan geologi dan singkapan. Hasil penelitian ini
Hasil inversi 2D yang sudah di berupa model 2D dan 3D. Model 2D dapat
interpretasikan setiap lintasan menjadi data di interpretasikan dan dianalisis berupa nilai
input pemodelan 3D dengan software resistivitas dan chargeabilitas. Hasil
Rockwork15. Model 3D merupakan hasil interpretasi dari model 2D, sebagai input
interpolasi dari nilai resistivitas dan untuk analisis ke model 3D. Model 3D
chargeabilitas yang sudah di interpretasikan. dapat menghasilkan sebaran dan volume
Model 3D ini untuk mengetahui sebaran mineral mangan.
mineral mangan dan untuk menghitung Analisis keberadaan mangan dapat
volume mineral mangan. dilokalisir berdasarkan pengamatan
Volume mangan diperoleh dari model singkapan dilapangan dan data geologi yang
3D dalam satuan meter kubik (m3). Densitas dipadukan dengan hasil data pengukuran
rata-rata mangan diperoleh dari nilai metode IP. Singkapan mangan terlihat di
konstanta densitas mangan. Perhitungan daerah jurang gandul atau tempat diarea
cadangan mangan dihitung dari volume lintasan penelitian. Untuk lintasan yang
potensi mangan dikalikan dengan densitas memotong singkapan mangan dapat
mangan. digunakan sebagai lintasan referensi, hal ini
untuk menentukan nilai resistivitas dan
HASIL DAN DISKUSI chargeabilitas keberadaan mangan yang
Hasil penelitian eksplorasi mineral tidak tersingkap. Singkapan mangan terlihat
mangan menggunakan metode IP di daerah di lintasan 1.
ISBN : 978-602-1034-45-3 97
PROSIDING SNG 2016

Gambar 4. Penampang 2D L1 (a) Resistivitas, (b) Chargeabilitas, (c) Zona Potensi Mangan

Gambar 4 merupakan Penampang 2D 1400) Ohm-meter merupakan satuan intrusi.


keberadaan mangan di L1 yang terdeteksi Hasil interpretasi dari nilai resistivitas
nilai resistivitas tinggi dengan range (100- sesuai dengan informasi geologi daerah
1400) Ohm-m dan chargeabilitas yang Kasihan (Gambar 1). Pada jarak elektroda
tinggi juga dengan kisaran (25-110) msec. berkisar (30-60) meter (Gambar 4) terdapat
Nilai resistivitas dan chargeabilitas ini nilai resistivitas yang tinggi dan nilai
diperoleh dari model 2D dalam posisi chargeabilitas rendah, hal ini merupakan
elektroda berkisar (100-220) meter yang dugaan batuan beku. Selain itu, didominasi
didukung dengan singkapan mangan di area nilai resistivitas <100 ohm.meter yang
jarak (140-150) meter. Anomali mangan di termasuk satuan breksi vulkanik, satuan
L1 ini terlihat jelas dipermukaan bumi endapan batupasir, dan lapisan penutup.
hingga mencapai kedalaman 23 meter. Lintasan ini berada dalam nilai RMS error
Dalam L1 ini singkapan bijih mangan berkisar 16.7 % untuk model resistivitas dan
terdapat dalam satuan batuan yang didukung 7.3% untuk model chargeabilitas dengan
data geologi yang ada, hal ini dapat dilihat iterasi sebanyak 15 kali. Hal ini dapat
dari nilai resistivitasnya. Nilai resistivitas diartikan bahwa model inversi yang
(100-500) Ohm-meter pada (Gambar 4) tergambar semakin mendekati keadaan
dapat interpretasikan sebagai satuan dasit sesungguh di area survei.
dan andesit. Untuk nilai resistivitas (500-
ISBN : 978-602-1034-45-3 98
PROSIDING SNG 2016

Gambar 5. Penampang 2D L5 (a) Resistivitas, (b) Chargeabilitas, (c) Zona Potensi Mangan.

Interpretasi pada L5 (Gambar 5) dikarenakan berpotongan dengan L4, L1


merupakan hasil model inversi resistivitas dan L2, L3 (Gambar 3), Sehingga litologi
dan chargeabilitas dari L5. Hasil keberadaan penyusunnya tidak jauh beda. Nilai RMS
mangan dalam lintasan ini ditunjukkan error dari kedua model inversi baik
anomali resistivitas yang tinggi dan resistivitas dan chargeabilitas menujukkan
chargeabilitas yang tinggi. Hal ini hasil yang baik, artinya tingkat kecocokan
ditunjukkan pada posisi elektroda antara 0 antara model resistivitas dan chargeabilitas
s.d 80 meter. Nilai anomali mangan ini dengan respon model data sintesis diperoleh
berada pada permukaan bumi hingga pada selisih yang seminimal mungkin.
kedalaman 27 meter. Gambar 6 merupakan model 3D dengan
Dari semua hasil interpretasi L1 sampai cut off nilai resistivitas sebesar (100-1400)
dengan L5 menunjukkan nilai anomali Ohm-meter dan chargebilitas (25-110)
resistivitas yang tinggi dan chargeabilitas msec. Sebaran zona mineralasisai mangan
yang tinggi, artinya struktur batuan daerah (Gambar 6) didominasi diarea yang
kasihan diidentifikasikan sebagai pembawa tersingkap mangan, dimana sebaran tersebut
mineral mangan yang sangat besar. dilingkungan area L1 dan L2 yang sejajar
Informasi Litologi pada L5 sama halnya dan berpotongan dengan L3. Sebaran
pada L1, L2, L3, dan L4. Hal ini mineral mangan juga nampak diarea L4
ISBN : 978-602-1034-45-3 99
PROSIDING SNG 2016

yang sejajar dengan L1 dan L2, 1400) Ohm-meter dan chargeabilitas tinggi
kemudian L5 juga nampak zona sebaran sebesar (25-110) msec. Dengan pendekatan
mangan yang berpotongan dengan L1, L2, solid, maka dapat dihitung volume potensi
dan L4. Hal ini ditandai dengan solid yang mangan di area survei yaitu sebesar 35.000
berwarna kuning yang merupakan zona m3. Densitas rata-rata mangan sebesar 4.32
potensi mangan. g/cm3 [5]. Hal ini diperoleh estimasi sumber
Penetuan potensi mangan yaitu melihat daya mineral mangan didaerah kasihan
nilai resistivitas dan chargeabilitas yang sebesar 151200 ton. Hal ini dapat dikatakan
sudah di interpretasikan. Nilai yang potensi cadangan mangan cukup besar.
merupakan potensi mangan pada penelitian
yaitu nilai resistivitas tinggi sebesar (100-

GAMBAR 6. Pemodelan 3D Mineral Mangan (South-East)

KESIMPULAN 2. Penyebaran mineral mangan didaerah


Berdasarkan dari hasil penelitian dan penelitian adalah nilai resistivitas (100-
diskusi, maka dapat diambil kesimpulan 1400) Ohm-meter dan chargeabilitas
sebagai berikut: (25-110) msec..
1. Kondisi bawah permukaan daerah 3. Estimasi sumber daya mineral mangan
penelitian yang didasari sifat kelistrikan adalah sebesar 151200 ton.
yaitu satuan lapisan penutup (soil) dan
endapan batupasir dengan nilai REFERENSI
resistivitas (5-50) Ohm-meter, breksi 5. Tun, Myo Min. 2007. An Investigation
vulkanik (50-100) Ohm-meter, satuan of Geology and Mineralization in the
dasit dan andesit dengan resistivitas Kasihan Area, Pacitan Regency, East
(100-500) Ohm-meter, dan nilai Java, Indonesia. (Thesis), Program
resistivitas (500-1400) Ohm-meter Studi Teknik Geologi, Universitas
merupakan satuan intrusi. Mineral Gadjah Mada.
mangan dengan nilai chargeabilitas 6. Yatini dan Suyanto, Imam. 2009.
yang tinggi yaitu (25-110) msec. Perhitungan Cadangan Mangan Dari
ISBN : 978-602-1034-45-3 100
PROSIDING SNG 2016

Survei Metode Polarisasi Terinduksi Di Tegalombo, Kab. Pacitan-Jatim. PS.


Tiga Lokasi Kabupaten Lombok Barat, Geofisika FMIPA-UGM.
Nusa Tenggara Barat. Jurnal. Pp. 331- 4. Milsom, J. 2003. Field Geophysics.
342, Program Studi Geofisika Third Edition. John Wiley & Sons Ltd.
Universitas Gadjah Mada. 5. Telford, et.al. 1990. Applied
3. Nukman, M. 2001. Catatan Lapangan Geophysics. Cambridge Universitas
Survei Geologi Daerah Kasihan, Kec. Press.
ISBN : 978-602-1034-45-3 101
PROSIDING SNG 2016

Analisis Deret Waktu (Time Series) Metode Magnetotellurik Pada Cekungan


Buton, Sulawesi Tenggara
Lia Maryani1*, G.M. Lucki Junursyah 2* ,Asep Harja1*
1
Geofisika, Universitas Padjadjaran
2
Pusat Survei Geologi
* Email: liamaryani7@gmail.com , junursyah@gmail.com , asep.harja@geophys.unpad.ac.id

Abstrak. Indonesia bagian Timur didominasi batuan berkarbonat yang memiliki porositas
yang baik dan berpotensi hidrokarbon. Salah satu metode Geofisika yang digunakan untuk
pencarian hidrokarbon adalah metode Magnetotellurik (MT). Metode MT menggunakan
gelombang Elektromagnetik (EM) yang dapat menembus ruang hampa (misalnya batuan
berongga). Dalam hal ini metode MT sangat membantu dalam kegiatan eksplorasi
hidrokarbon di wilayah tersebut. Penelitian metode MT telah dilakukan di cekungan Buton,
Sulawesi Tenggara dengan 16 titik pengukuran. Dengan rentang frekuensi yang lebar,
metode MT merekam data untuk deret waktu (Time Series) 3, 4 dan 5. Untuk
menghasilkan interpretasi yang baik, nilai koherensi harus lebih dari 75%. Maka dilakukan
analisis Time Series untuk semua titik, dan kualitas data mengalami peningkatan hingga
93.28%.
Kata Kunci: Magnetotellurik, Koherensi, Time Series, Hidrokarbon, Buton

PENDAHULUAN permukaan berdasarkan kontras nilai


Geologi Pulau Buton tahanan jenis batuan secara lebih dalam
Wilayah Indonesia bagian timur hingga mencapai lebih dari 5 km. Peralatan
memiliki kondisi geologi yang sangat ini sangat cocok digunakan di daerah yang
kompleks, akibat pertemuan tiga lempeng memiliki relief permukaan sangat
(lempeng India, lempeng Australia, dan berundulasi, kemudahan dalam mobilisasi
lempeng Samudera Pasifik-Philipina). Hal dan instalasi, tidak menggunakan sumber
tersebut menghasilkan sumberdaya geologi yang membahayakan, dan ramah
yang beragam, termasuk sumberdaya lingkungan.
minyak dan gas bumi yang terkumpul di
sebuah cekungan sedimen. Salah satu Maksud dan Tujuan
cekungan sedimen yang terbentuk di Maksud kegiatan survei MT ini adalah
wilayah tersebut adalah Cekungan Kendari- mengukur deret waktu (time series) dari
Muna-Buton, Sulawesi Tenggara. Untuk komponen medan elektromagnetik alami
mengetahui potensi minyak dan gas bumi di (Ex, Ey, Hx dan Hy) di permukaan bumi
wilayah tersebut, diperlukan penelitian dengan rentang frekuensi dari 400 Hz
geofisika dengan metode Magnetotelurik hingga 0.0000129 Hz. Tujuan dari
(MT) di daerah Buton dari Bau-Bau hingga penelitian ini adalah untuk membandingkan
Pasarwajo. hasil pengolahan time series dengan raw
Kegiatan survei MT ini dilakukan data (data lapangan tanpa pengolahan).
berdasarkan kemampuan alat tersebut yang Penelitian ini dibatasi hingga terdapatnya
dapat menafsirkan gejala geologi bawah
ISBN : 978-602-1034-45-3 102
PROSIDING SNG 2016

kenaikan nilai koherensi data setelah lain. Untuk merekam gelombang EM


dilakukan proses time series. tersebut digunakan dua sensor pada saat
akuisisi, yaitu sensor elektrik dan sensor
122035’0” 122 52’0”
0
5 24’0 magnetik. Cara peletakan sensor elektrik
0


dan magnetik menghasilkan 2 jenis modus
pengukuran, yaitu TE (Transverse Electric)
mode dimana komponen medan listrik
searah dengan strike dan TM (Transverse
Magnetic) mode yang komponen medan
magnetnya tegak lurus dengan strike, atau
sebaliknya. Parameter yang dianalisa adalah
GAMBAR 1. Lokasi Pengukuran tahanan jenis semu, fasa dan impedansi Zxy,
(Junursyah, 2011) Zyx.

Metode Magnetotellurik (MT) Proses Robust


Metode Magnetotellurik (MT) Proses Robust merupakan teknik untuk
merupakan salah satu metode geofisika mengidentifikasi dan menghapus outliers.
pasif yang memanfaatkan medan
Outliers adalah data dengan nilai yang
Elektromagnetik (EM) alam. Medan EM ini menyimpang jauh dari nilai rata-rata,
menginduksi batuan di bawah permukaan umumnya data tersebut dapat dianggap
bumi, sehingga timbullah arus tellurik yang sebagai noise. Data yang sudah didominasi
membangkitkan medan EM sekunder. Lalu dengan noise akan memiliki nilai koherensi
receiver yang berada di permukaan yang kecil, sehingga dapat mengurangi
menangkap total medan EM sebagai kualitas data baik secara kualitatif maupun
penjumlahan dari medan EM primer dan kuantitatif. Terdapat pembobotan data untuk
sekunder. mengetahui kualitas data, dengan meninjau
Dalam pengukurannya seringkali nilai koherensinya.
terdapat distorsi atau gangguan akibat Koherensi sinyal merupakan besaran
benda-benda di sekitar. Sedangkan untuk yang menyatakan hubungan antara medan
menghasilkan interpretasi yang baik magnet dan listrik yang saling tegak lurus.
diperlukan data yang baik pula, baik secara Jika data koheren maka Hy dan Ey harus
kualitatif maupun kuantitatif. Terdapat sama. Begitu pula dengan Hx dan Ey.
beberapa cara dalam meningkatkan kualitas Idealnya nilai koherensi sinyal harus 1, akan
data pada MT yaitu analisis koherensi, tetapi hal ini sangat sulit terjadi, disebabkan
analisis Time Series, maupun seleksi Cross karena sinyal akan selalu terkena gangguan
Power (XPR). Pada kali ini akan dibahas alami, jaringan komunikasi dan gangguan
mengenai analisis Time Series pada metode yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
MT. Oleh karena itu nilai koherensi yang
mendekati angka 1 merupakan data yang
TE dan TM Mode baik (Mwakirani. 2012). Koherensi sinyal
Pada gelombang EM, medan listrik dan dinyatakan sebagai rasio spektral yang
medan magnet selalu tegak lurus satu sama
ISBN : 978-602-1034-45-3 103
PROSIDING SNG 2016

terdiri dari medan listrik dan medan magnet, dengan C merupakan kerapatan antara
dan dibagi dalam dua auto spektrum yaitu: spektrum medan listrik (Cxx) dan medan
y2xy: ( | | )i≠j magnet (Cyy), (Mwakirani. 2012).
Proses robust dilakukan dengan software ini digunakan software Synchro Time-Series
SSMT2000. Pada software ini ada beberapa Viewer yang menampilkan data respon
parameter yang harus ditentukan, listrik dan magnet yang terbaca pada alat
diantaranya nilai crosspower (pencuplikan) (Ex, Ey, Hx, Hy, Hz) terhadap waktu.
dan koherensi. Pada penelitian ini Pengukuran dilakukan selama 12 jam.
digunakan nilai crosspower sebesar 100,
dengan koherensi 0.95 dan 0.75. Output
yang dihasilkan dari proses ini adalah file
berekstensi MTH dan MTL. Selanjutnya
data tersebut digabungkan dan kemudian
dibuka oleh perangkat lunak MT-EDITOR
sehingga data dapat dilihat dalam bentuk GAMBAR 2. Time Series
grafik tahanan jenis semu, fase dan
koherensi yang dibandingkan dengan Data MT terdiri dari 3 rentang frekuensi
frekuensi. yaitu TS3 (40-320 Hz), TS 4 (5.6-33 Hz),
dan TS5 (0.00034-4.7 Hz). TS 3 dan TS4
Adapun macam-macam Robust, memiliki frekuensi yang tinggi (dekat
diantaranya: permukaan) sehingga berisi data/sinyal yang
a. No Weight (Raw data) diinginkan. Sedangkan TS 5 berisi noise.
Tidak adanya pembobotan.
b. Rho variance METODE PENELITIAN
Pembobotan yang didasarkan pada Penelitian ini dilakukan dalam dua
banyaknya suatu data tahanan jenis tahapan, yaitu tahap pengambilan data Oleh
yang terbaca pada data MT setelah Tim MT Pusat Survei Geologi (PSG) dan
dicuplik sebanyak nilai cross power tahap pengolahan data. Tahap pengambilan
yang diinginkan. data di lapangan dilakukan di 16 titik
c. Ordinary Coherency pengukuran, pada 2011 yang berada di
Pembobotan yang didasarkan nilai wilayah Pulau Buton. Untuk tahap
yang koheren terhadap channel E pengolahan data secara sekunder dilakukan
dan H. di Pusat Survei Geologi, dimulai dari Bulan
Juli 2016 sampai dengan September 2016.
Analisis Deret Waktu (Analisis Time
Parameter yang dihasilkan dari pengukuran
Series)
metode MT ini adalah Rho, Fase dan
Data yang terukur dalam survei MT ini
Skindepth. Sedangkan pada pengolahan data
berupa variasi medan listrik dan medan
dihasilkan koherensi dan robust processing
magnet terhadap waktu atau berupa time
sebelum dilakukan time series.
series. Analisis time series merupakan
proses pereduksian noise. Dalam penelitian
ISBN : 978-602-1034-45-3 104
PROSIDING SNG 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk melihat data yang baik secara


Proses Time Series dilakukan dengan kuantitatif digunakan acuan nilai minimal
meninjau koherensi di TS 5 terlebih dahulu. koherensi sebesar 75%. Jika setelah
dilakukan proses robust data mengalami
peningkatan hingga >75%, tidak perlu
dilakukan time series. Sebanyak 5 titik
pengukuran (BT-03, BT-09, BT-11, BT-13,
BT-14) mengalami peningkatan bobot rata-
rata hingga di atas 75%. Namun pada
penelitian ini dilakukan proses time series
untuk semua titik pengukuran, baik yang
masih di bawah 75% ataupun di atas 75%.
GAMBAR 3. Proses Analisis Time Series
Gambar 4 menunjukkan Raw data dari
pengukuran MT di lintasan BT-13. Gambar
Pada gambar 3, TS 5 berisi noise yang
4a menunjukkan kurva tahanan jenis semu
koheren ditandai dengan simbol kotak
dan fasa terhadap frekuensi. Sedangkan
berwarna merah untuk membatasi rentang
gambar 4b menunjukkan kurva koherensi.
waktu yang terkena noise. Maka untuk
Garis-garis vertikal berwarna biru di bagian
rentang waktu tersebut, pada
bawah grafik menunjukkan pembobotan
TS4 dan TS3 pun terkena noise koheren dan
data. Karena proses No Weight ini tanpa
data direduksi. Sehingga data yang
pembobotan, maka nilai rata-rata
digunakan untuk pengolahan yang lebih
pembobotannya tidak direduksi.
lanjut adalah data di luar rentang waktu
Berdasarkan gambar 4, data memiliki
tersebut.
outlier yang bervariasi. Secara kuantitatif,
Grafik dikatakan koheren jika nilainya
data tersebut memiliki nilai koherensi
mendekati 1, atau 100%. Namun hal
sebesar 52.95%.
tersebut sulit terjadi pada data murni (raw
Pada gambar 4b terdapat grafik
data) hasil pengukuran di lapangan. Sebutan
koherensi antara modus TE (hijau) dan TM
lain untuk raw data ini adalah No Weight
(kuning) di lintasan BT-13. Idealnya kedua
(tanpa pembobotan).
modus tersebut saling berhimpitan, namun
Maka dilakukan proses robust untuk
karena ini merupakan data asli pengukuran,
menaikkan nilai koherensinya. Pada
dan terdapat adanya noise maka modus TM
penelitian ini, dilakukan dua proses robust
menyimpang jauh dari modus TE.
untuk semua titik pengukuran. Dari kedua
Kemudian dilakukan proses robust
proses rho variance dan ordinary
Ordinary Coherency secara UP (Pada
coherency, dipilih salah satu pembobotan
gambar 5) dan data mengalami peningkatan
yang mengalami peningkatan lebih besar.
menjadi 84.97%. Pada proses ini, robust
Sebanyak 55% dari data MT Pulau Buton
mereduksi noise-noise pada data, sehingga
ini diolah lebih lanjut menggunakan proses
data yang menyimpang jauh (outliers)
robust ordinary coherency, dan sebanyak
mengalami perubahan. Terlihat pada kurva
45% menggunakan rho variance.
TE dan TM, dimana sebelumnya kurva TE
ISBN : 978-602-1034-45-3 105
PROSIDING SNG 2016

(hijau) mengalami outliers yang sangat jauh, time series, kualitas data mengalami
namun setelah dilakukan robust, kurva TE peningkatan secara kualitatif dan kuantitatif.
mendekati kurva TM. koherensi pada Secara kuantitatif data mengalami
rentang frekuensi 0.1 Hz – 1 Hz. Setelah peningkatan hingga 87.11%, artinya data
melakukan langkah pengolahan data MT memenuhi nilai minimal dan dianggap
yang terdiri dari proses robust dan seleksi layak untuk dilakukan proses inversi.

(4a) (4b)

GAMBAR 4. Grafik tahanan jenis semu dan fasa terhadap frekuensi dengan No Weight
(4a), dan grafik koherensi stasiun BT-13 (4b)

(5a) (5b)

GAMBAR 5. Grafik tahanan jenis semu dan fasa terhadap frekuensi dengan Ordinary
Coherency (5a), dan grafik koherensi stasiun BT-13 (5b)
ISBN : 978-602-1034-45-3 106
PROSIDING SNG 2016

(6a) (6b)

GAMBAR 6. Grafik tahanan jenis semu dan fasa terhadap frekuensi dengan Time
Series (6a), dan grafik koherensi stasiun BT-13 (6b)

Tabel di bawah ini menggambarkan data untuk semua lintasan pengukuran. Kualitas
yang telah diolah mengalami peningkatan kurva MT juga dilihat berdasarkan trend
kualitas data. Proses Time Series dilakukan dan error barnya

TABEL 1. Perubahan kualitas data dari Raw Data, Robust terbaik dan Time Series

KESIMPULAN Peningkatan terbesar berada di Stasiun


Berdasarkan hasil analisis deret waktu BT19 sebesar 46.12 %.
(Time Series) dapat disimpulkan bahwa Secara kualitatif, kurva dengan kualitas
kualitas data MT pada lapangan Buton, yang paling baik memiliki trend yang
Sulawesi Tenggara mengalami sangat bagus. Sedangkan data yang kurang
peningkatan di semua titik pengukuran. baik memiliki trend yang menyimpang dan
error bar yang sangat besar.
ISBN : 978-602-1034-45-3 107
PROSIDING SNG 2016

UCAPAN TERIMA KASIH Daerah Muna-Buton dan Sekitarnya.


Penulis mengucapkan terimakasih Bandung: Pusat Survei Gelogi, 2011.
kepada Bapak G.M. Lucki Junursyah, S.T., 2. Junursyah, G.M Lucki and Harja, Asep.
M.T sebagai dosen pembimbing di Pusat Subsurface Model Based Interpretation
Survei Geologi dan Bapak Dr. Asep Harja, of One Dimensional Magnetotelluric
M.Si sebagai dosen pembimbing di Data at Universitas Padjadjaran. AIP
Universitas Padjadjaran, atas Conference Proceedings, 2013.
pembelajaran, diskusi dan ilmu yang telah 3. Mwakirani, R. Magnetotelluric (MT)
disampaikan. Ucapan terima kasih juga Data Processing. Exploration for
penulis sampaikan kepada instansi Pusat Geothermal Resources. Kenya, 2012.
Survei Geologi (PSG) Bandung yang telah 4. Simpson, Fiona and Bahr, Karsten.
memberikan izin penelitian ini. Practical Magnetotellurics. Cambridge
University Press, 2005.
REFERENSI 5. Surono dan Udi. Geologi Sulawesi.
1. Junursyah, G.M Lucki. Laporan Akhir Jakarta: LIPI, atas kerjasama dengan
Kegiatan Survei Magnetotellurik di Pusat Survei Geologi, 2013.
ISBN : 978-602-1034-45-3 108
PROSIDING SNG 2016

Studi Pendahuluan Sistem Panas Bumi Manifestasi Mata Air Panas Paguyangan
Bumiayu dengan Metode Geofisika Audio Magnetotelluric (AMT)
Lilik Wulandari, Muhammad Syarif Muhtadi, Djati Wicaksono Sadewo, Muhammad Nurfajri
Widhatama, Triana, Agus Setyawan, Yoga Aribowo*
*Email: lilikwulandari@st.fisika.undip.ac.id

Abstrak. Banyaknya jumlah penduduk Indonesia menyebabkan meningkatnya konsumsi


energi. Dibutuhkan eksplorasi energi terbarukan oleh pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, salah satu yang paling berpotensi adalah panasbumi. Energi panasbumi
sendiri merupakan sebuah energi tidak terbatas berupa panas yang tersimpan di bawah
permukaan, dengan potensi yang dimiliki Indonesia mencapai 40% cadangan panasbumi
dunia atau sekitar 28.617MW ( Indonesia Energy Outlook). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menentukan sistem panasbumi yang bekerja di daerah Paguyangan, Brebes
sebagai salah satu potensi cadangan energi terbarukan bagi Indonesia menggunakan
metode geofisika AMT (Audio Magnetotelluric). Dari penelitian sebelumnya, Agnis
(2014) menyatakan bahwa terdapat struktur geologi berupa sesar di bawah permukaan
mata air panas Paguyangan menggunakan metode geolistrik. Sedangkan dari AMT yang
digunakan penulis, ditemukan nilai resistivitas yang berbeda di bawah permukaan. Dari
kontur resistivitas, diinterpretasikan pada kedalaman 400 -500 m terdapat nilai resistivitas
yang rendah sementara pada kedalaman 600 m nilai resistivitas meningkat tajam. Dari
penelitian geologi lapangan, ditemukan sesar naik dan diinterpretasikan sebagai kontrol
utama manifestasi panasbumi permukaan di Paguyangan. Manifestasi berupa mata air
panas ini memiliki suhu mencapai 73‟C, suhu yang tinggi tersebut mengindikasikan bahwa
sistem panasbumi yang terdapat di bawah permukaan dapat dikembangkan untuk energi
masa depan.
Kata kunci : Sistem geothermal, mata air panas, audio magnetotelurik

PENDAHULUAN Salah satu potensi panas bumi yang


Indonesia merupakan negara dihasilkan dari aktivtas Gunung Slamet
berkembang, sehingga pertumbuhan adalah mata air panas (hot spring) yang
jumlah penduduknya kian meningkat terdapat di Bumiayu, Brebes. Mata air
secara eksponensial. Menurut Badan panas ini bernama mata air panas
Pusat Statistik (2013),jumlah penduduk Paguyangan. Pemanfaatan mata air
Indonesia dari tahun 2000 sampai panas ini sebagai pembangkit listrik
dengan 2010 mengalami peningkatan tenaga uap belum dilakukan, hal ini
dari 206.264.595 menjadi 237.641.326. dikarenakan kurangnya pemahaman
Energi panas bumi sangat potensial masyarakat Bumiayu dan sekitarnya.
diproduksi di Indonesia, karena potensi Masalah yang akan dikaji dalam
panas bumi di Indonesia mencapai 40% penelitian ini adalah pola penyebaran
cadangan panas bumi dunia. Gunung resistivitas lapisan bawah permukaan
Slamet terletak di perbatasan Kabupaten manifestasi mata air panas Paguyangan,
Brebes, Banyumas, Purbalingga, Tegal, Brebes. Penelitian ini bertujuan untuk
dan Pemalang, provinsi Jawa Tengah. mengetahui struktur geologi yang
ISBN : 978-602-1034-45-3 109
PROSIDING SNG 2016

mengontrol manifestasi mata air panas Gelombang elektomagmetik alam


Paguyangan dan memperoleh litologi menyebar dalam arah vertikal di bumi
batuan yang mengindikasikan batuan karena perbedaan resistivitas antara udara
penudung (caprock) sebagai komponen dan bumi yang cukup besar. Kurva
penyusun sistem panas bumi mata air sounding yang dihasilkan dari metode
panas Paguyangan, Brebes. tersebut merupakan kurva resistivitas semu
terhadap frekuensi yang menggambarkan
variasi konduktivitas listrik terhadap
kedalaman sehingga secara umum metode
audiomagnetotellurik (AMT) dapat
digunakan untuk memperoleh informasi
mengenai struktur tahanan jenis bawah
permukaan (Bujung dkk, 2011).

Mulai

Resistivitas semu,
beda fase dan
GAMBAR 1. Peta Lokasi Brebes koherensi sebagai
(Nurhadi dkk,2009) fungsi frekuensi

METODOLOGI Pemilihan Data


Sistem panas bumi adalah proses Diubah sebagai
fungsi atau Smooting
konveksi air dalam kerak bumi bagian atas periode
dalam ruang terbatas, mengalirkan panas
Informasi Geologi
dari sumber panas ke resapan panas di
permukaan (Hochstein dkk, 1996). Sistem Pengolahan data
menggunakan IPWIN
panas bumi terutama dibangun oleh MT
keberadaan sumber panas (heat source),
reservoir dan fluida. Daerah prospek panas Resistivitas
ketebalan,
bumi yang memiliki cap menghasilkan kedalaman
tekanan dan suhu cukup tinggi sehingga
dinilai lebih ekonomis untuk dieksploitasi. Pembuatan penampang melintang 1D
Metoda Audiomagnetotellurik (AMT)
merupakan salah satu metoda eksplorasi
Interpretasi
geofisika yang memanfaatkan medan
elektromagnetik (EM) alam. Medan EM
tersebut ditimbulkan oleh berbagai proses Selesai

fisik yang cukup kompleks sehingga


GAMBAR 4. Diagram Alir Pengolahan
spektrum frekuensinya sangat lebar (10-1
Data AMT
Hz - 104 Hz).
ISBN : 978-602-1034-45-3 110
PROSIDING SNG 2016

HASIL DAN DISKUSI


Dari pemodelan pada line satu yang
ditunjukan pada Gambar 2 terdapat empat
lapisan batuan dimana lapisan teratas
merupakan batuan alluvium dengan
ketebalan 100 m pada kedalaman 0 – 100 m
dengan nilai resitivitas 10 Ωm – 30 Ωm,
pada lapisan kedua dengan ketebalan 120 m
berada pada kedalaman 100 - 220 m dengan
nilai resistivitas 100 Ωm – 400 Ωm
merupakan batuan lempung, pada lapisan GAMBAR 4. Pemodelan bawah
yang ketiga dengan ketebalan 300 m berada permukaan line dua.
pada kedalaman 220 – 520 m dengan nilai
resistivitas 600 Ωm – 1000 Ωm merupakan Pada Gambar 4 terlihat adanya sesar
batuan pasir, kemudian pada lapisan paling dimana posisi sesar pada line pertama
bawah pada kedalaman 520 – 1000 m terdapat diantara titik pengukuran 2 dan
dengan ketebalan 480 m nilai resistivitas titik 3 sedangkan pada line tiga terdapat
1000 Ωm – 2000 Ωm merupakan batuan pada titik pengukuran 13 dan titik 14.
shale. Dengan adanya hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa dugaan adanya
manifestasi air panas pada objek wisata
pakujati karena adanya struktur yang
berada di bawah permukaan disekitas
sumber air panas.

GAMBAR 3. Permodelan bawah


permukaan line satu.

Pada line kedua dan ketiga yang


ditunjukan pada Gambar 3 dan Gambar 4
terdapat empat dan lima lapisan batuan
dengan formasi lapisan batuan yang tidak GAMBAR 5. Pemodelan bawah
jauh berbeda dengan line pertama dimana permukaan line tiga.
pada lapisan pertama merupakan batuan
alluvium, kemudian lapisan kedua Dari hasil pengukuran dengan
merupakan batuan lempung, lapisan ke tiga menggunakan alat AMT, didapatkan nilai
dan ke empat merupakan batu pasir dan resistivitas bawah permukaan di lapangan
lapisan ke lima merupakan batuan shale. panas bumi Paguyangan Bumiayu.
ISBN : 978-602-1034-45-3 111
PROSIDING SNG 2016

Kemudian data yang didapat dari hasil Kontur resistivitas menginterpretasikan


akuisisi tersebut diolah dengan pola penyebaran resistivitas di daerah
menggunakan software Ms. Excel dan juga manifestasi mata air panas paguyangan.
Surfer11. Sehingga dari Surfer didapatkan Seperti terlihat pada ketiga gambar diatas
pola penyebaran resistivitas berupa peta terlihat bahwa pada kedalaman 800-1000 m
kontur seperti ditunjukkan pada Gambar 6a di kedua kontur menunjukan nilai
sebagai line 1, 6b sebagai line 2, 6c sebagai resistivitas yang tinggi. Tetapi di
line 3. kedalaman 0 - 200 m di bawah permukaan
bumi terdapat nilai resistivitas yang turun
dan pada kedalaman 400 m didapatkan nilai
resistivitas yang tinggi. Pola naik turunnya
resistivitas secara tiba tiba menunjukan
adanya sebuah patahan yang melalui ketiga
lintasan titik pengukuran di kedalaman 400
- 500 m.

KESIMPULAN
Manifestasi panas bumi berupa mata air
panas dikontrol oleh struktur, Litologi yang
GAMBAR 6 A. Hasil Peta Kontur terdapat pada daerah penelitian berupa batu
Resistivitas Line 1 pasir vulkanik, batu pasir karbonat, dan
batu lempung, serta Potensi hanya dapat
dimanfaatkan secara langsung seperti
wisata pemandian air panas dan konsumsi
air minum.

REFERENSI
1. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Semarang, 2013, Angka sementara
hasil sensus pertanian 2013,
www.st2013.bps.go.id, Diakses pada 14
GAMBAR 6 B. Hasil Peta Kontur Oktober 2013.
Resistivitas Line 2 2. Bujung, C. A. N., 2011, Identifikasi
Prospek Panas Bumi Berdasarkan Fault
and Fracture Density (FFD): Studi
Kasus Gunung Patuha, Jawa Barat.
Jurnal Lingkungan dan Bencana
Geologi. 2, (1), 67-75.
3. Hochstein, M.P., Ovens, S. A., dan
Bromley, C., 1996, Thermal Springs at
Hot Water Beach (Coromandel
Peninsula, NZ), Proceedings of the 18th
GAMBAR 6 C. Hasil Peta Kontur NZ Geothermal Workshop, New
Resistivitas Line 3 Zealand.
ISBN : 978-602-1034-45-3 112
PROSIDING SNG 2016

4. International Institute for Sustainable Mengetahui Struktur Bawah Permukaan


Development, 2012, Panduan Daerah Manifestasi Airpanas Di Lereng
Masyrakat Tentang Subsidi Energi Di Utara Gunung api Unggaran.Prosiding
Indonesia, Global Subsidies Initiative, Himpunan Ahli Geofistka Indonesia,
2012. Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-29,
5. Jones, A. and Garcia ., 2002, On the Yogyakarta.
equivalence of the ”Niblett” and 8. Rulia, C., 2012, Pengolahan Data
”Bostick” transformation in the Magnetotellurik 2-Dimensi Pada
magnetotelluric method. J. Geophys : Lapangan Panasbumi Marana, Sulawesi
53, 72 - 73. Tengah, Skripsi, Universitas Indonesia,
6. Kementrian Energi dan Sumber Daya Yogyakarta.
Mineral.2010.INDONESIA Energy 9. Wangsness, R.K., 1986,
Outlook 2010. Pusdatin KESDM: Electromagnetics Fields, Hamilton
Jakarta. Printing Company, USA.
7. Nurdiyanto, B. S., Wahyudi, Imam, S.,
2004, Analisis Data Magnetik Untuk
ISBN : 978-602-1034-45-3 113
PROSIDING SNG 2016

Identifikasi Sebaran Batuan sebagai Survei Awal Eksplorasi Bahan Galian


berdasarkan Analisis Korelasi Data Geologi Permukaan dan Data Geolistrik:
Studi Kasus di Daerah Gunung Wungkal dan Sekitarnya, Kecamatan Godean
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
Nurul Dzakiya1* MGS. Dwiki Nugraha2 Nenden L. Sidik2 Trias Galena2
1
Staf Pengajar Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral
2
Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi ”GAIA”
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
*
Email: dzakiya@akprind.ac.id

Abstrak. Sebaran batuan, jenis litologi dan geomorfologi yang memiliki potensi
bahan galian industri telah diidentifikasi di daerah Gunung Wungkal dan sekitarnya
menggunakan metode geofisika resisitivitas dan pemetaan geologi. Korelasi dari
kedua data tersebut menunjukkan sebaran batuan yang merupakan produk dari
intrusi batuan beku dengan sebaran cukup luas, serta terdapat lempung (6,6-9,0
ohm.meter), lempung pasiran (13-27 ohm.meter), dan lapukan batuan Diorit (39-53
ohm.meter) pada kedalaman yang berbeda. Keberadaan intrusi Diorit diperkirakan
berada di kedalaman mulai dari 35 meter di bawah permukaan. Morfologi
perbukitannya merupakan perbukitan intrusi terdenudasi dan dataran Alluvial
dengan proses pelapukan dan alterasi yang intensif (alterasi argilik). Litologinya
merupakan intrusi Diorit yang kaya akan mineral plagioklas, Breksi Andesit dan
endapan Alluvial (endapan Merapi Muda). Keterdapatan sebaran litologi intrusi
andesit porfiri juga ditemukan di permukaan yang berarah relatif Utara-Selatan.
Berdasarkan sayatan penampang peta geologi, ketebalan batuan di permukaan
sekitar 225-231 meter dengan arah sebaran dari Barat Laut-Tenggara. Produk
lapukan dari intrusi Diorit mayoritas tergolong bahan galian C yang dapat
dimanfaatkan sebagai aneka bahan bangunan dan kerajian, sehingga bisa
memberikan nilai ekonomi bagi warga sekitar.
Kata kunci: intrusi diorite, bahan galian C, geolistrik, data geologi, gunung wungkal

PENDAHULUAN gunungapi. Sedangkan morfologi


Studi geologi tentang Gunung daratan pada sekeliling daerah tersebut
Wungkal Yogyakarta telah banyak merupakan hasil dari endapan kuarter
dilakukan dengan kajian yang berbeda- berupa endapan fluvio-vulkanik dan
beda. Struktur geologi daerah Godean longsoran raksasa dari Gunung Merapi.
dengan batuan berumur Paleogen Tinggian yang tampak di daerah
terlihat membentuk pola jajaran Godean merupakan sisa dari pelapukan
genjang sebagai stuktur gabungan dari erosi permukaan, sehingga terlihat
pembentuk graben antara Yogyakarta dataran yang sedikit bergelombang
dengan Bantul (Sudarno, 1999 dalam yang diakibatkan oleh pengendapan
Barianto, 2009) [1]. Daerah Godean material sistem yang pekat (Bronto,
juga memiliki morfologi perbukitan 2014) [2].
terisolir akibat pengaruh kontrol Pola anomali di Godean dan
denudasional pada batuan beku dan Banguntapan dipengaruhi oleh pola
ISBN : 978-602-1034-45-3 114
PROSIDING SNG 2016

tektonik berupa sesar berarah selatan- terdahulu di daerah tersebut, penulis


baratlaut dan sesar turun berarah barat- berfikir tentang potensi adanya bahan
timur (Widyanto, 2013 dalam Syafri, galian industri yang belum
dkk., 2013) [3] yang diperkirakan dimanfaatkan secara optimal. Hal ini
karena adanya intrusi sehingga menarik untuk dikaji mengenai
terbentuk perlapisan sedimen kederdapatan dan persebarannya di
(Barianto, dkk., 2009 dalam Winardi, bawah permukaan, sehingga penulis
dkk., 2013) [4]. Batuan tertua berumur mencoba melakukan pengukuran
Eosen termasuk dalam Formasi geofisika dengan metode geolistrik
Nanggulan (Teon). Formasi ini terdiri resistivitas dan pemetaan geologi
dari batupasir dengan sisipan lignit, permukaan. Data-data tersebut
napal pasiran, batulempung dan dikorelasikan, sehingga didapatkan
diatasnya terdapat endapan Formasi data untuk mengidentifikasi sebaran
Kebobutak (Tmok) yang tersusun oleh batuan sebagai survei awal eksplorasi
breksi andesit, tuf, tuf lapili, aglomerat bahan galian dengan hasil model
dan sisipan aliran lava andesit yang bawah permukaan.
berumur Oligo-Miosen. Diorit (dr) dan
Andesit berumur Miosen Bawah METODE
menerobos kedua batuan tersebut. Metode pertama yang digunakan
Gunungapi Merapi dibentuk oleh yaitu dengan melakukan pemetaan
Volkanisme Kuarter di Yogyakarta geologi permukaan seluas 2,8 2,8 km
dengan material yang terbagi menjadi pada 38 lintasan pengamatan (LP).
Endapan Gunungapi Merapi Tua Data geologi permukaan disajikan
(Qmo) dan Endapan Gunungapi Merapi dalam bentuk peta geologi dan peta
Muda (Qmi), namun hanya endapan geomorfologi lokal dengan
Gunungapi Merapi Muda yang sampai menggunakan software Arcgis dan
di daerah Godean dan Bantul CorelDRAW. Metode kedua dengan
(Rahardjo, dkk., 1997) [5]. pengukuran metode geolistrik sebanyak
Verdiansyah (2016) [6] mencoba tiga lintasan konfigurasi dipole-dipole
membuktikan adanya alterasi sepanjang 250 meter dan tiga titik
hidrotermal dengan analisis geokimia. konfigurasi Schlumberger dengan
Interpretasinya menyatakan bahwa panjang bentangan 250 meter di daerah
perubahan unsur-unsur di daerah Gunung Wungkal dan sekitarnya,
Godean merupakan faktor adanya Kecamatan Godean, Kabupaten
perubahan mineralogi dari peningkatan Sleman, D.I Yogyakarta (Gambar 1).
pengaruh hidrotermal yang diikuti Data geolistrik masing-masing
pelapukan dengan bukti keberadaan disajikan dalam bentuk kurva
sulfida (pirit) yang teroksidasi menjadi resistivitas dan tebal tiap lapisan
limonit, pengkayaan mineral lempung menggunakan Program Res2dinv dan
berupa kaolinit dan halloysit. Progress.
Berdasarkan informasi penelitian-
penelitian geologi maupun geokimia
ISBN : 978-602-1034-45-3 115
PROSIDING SNG 2016

GAMBAR 1. Peta survei akuisisi data geolistrik (Penyusun, 2016)

HASIL DAN DISKUSI


Geologi regional
Daerah penelitian yang berada di
Gunung Wungkal dan sekitarnya
menurut Rahardjo dkk (1995) [7]
dalam lembar peta geologi regional
Gambar 2. Peta Geologi Regional
Yogyakarta seperti pada Gambar 2
Daerah Penelitian tanpa skala (
memiliki empat satuan batuan
Rahardjo dkk, 1995 dimodifikasi
penyusun dari berumur tua ke umur
penyusun, 2016)
yang muda yaitu Formasi Nanggulan
terdiri dari Batupasir dengan sisipan Geologi lokal
Kondisi geologi lokal Gunung
lignit, Napal pasiran, Batulempung
Wungkal dan sekitarnya berada di
dengan sisipan konkresi limonit,
Kecamatan Godean Kabupaten Sleman
sisipan Napal dan Batugamping,
Daerah Istimewa Yogyakarta secara
Batupasir dan Tuf. Formasi Kebobutak
geografis terletak pada koordinat E
atau OAF yang terdiri dari Breksi
110° 16‟ 00” - E110° 17‟ 30” dan S
Andesit, Tuf, Tuf Lapilli, Aglomerat
07° 44‟ 00” - S07° 45‟ 30”
dan sisipan aliran lava andesit, Intrusi
diidentifikasi berdasarkan lintasan
Diorit dan Endapan merapi muda
pengamatan LP1 hingga LP 38 terbagi
quarter (Tuf, abu, Breksi, Aglomerat,
menjadi tiga satuan batuan dari yang
dan lelehan lava tak terpisahkan).
berumur tua ke umur yang muda yaitu
ISBN : 978-602-1034-45-3 116
PROSIDING SNG 2016

Breksi Andesit (3,32 % dari daerah 80,16% Dataran alluvial dari daerah
penelitian), intrusi Diorit ( 16,52 % dari penelitian (gambar 4).
daerah penelitian) dan Endapan Daerah penelitian ini memiliki arah
Campuran Merapi Muda (80,16% dari kekar yang relatif utara–selatan dengan
daerah penelitian). Pada peta geologi terlihat dari data kekar yang di ambil
daerah penelitian terdapat dua sayatan pada lokasi pengamatan 3 didapat arah
penampang A-A‟ dan B-B‟ yang kedudukan kekar dengan nilai pada
menunjukkan ketebalan intrusi Diorit ± Tabel 1. Hasil pengolahan data dengan
212-225 meter dan breksi andesit software dips menunjukkan arah kekar
memiliki ketebalan ± 106 meter membentuk sudut lancip dominan
(Gambar 3). utara-selatan, sehingga arah gaya
Daerah penelitian memiliki 3 tegasan yang membentuk kekar
Subsatuan geomorfologi yaitu tersebut adalah orientasi gaya berasal
Perbukitan intrusi terdenudasi, dari utara-selatan yang orientasinya
Perbukitan terdenudasi dan Dataran sama dengan arah tegasan utama dari
alluvial. Ketiga Subsatuan kompleks Pegunungan Kulonprogo.
geomorfologi memiliki sebaran di Keberadaan kekar-kekar tersebut
daerah penelitian sebesar Perbukitan merupakan salah satu faktor yang
intrusi terdenudasi 16,52 %, mendukung instensnya pelapukan yang
Perbukitan terdenudasi 3,32 % dan terjadi di daerah penelitian (Gambar 5).

GANBAR 3. Peta Geologi Lokal Daerah Penelitian ( Penyusun,2016)


ISBN : 978-602-1034-45-3 117
PROSIDING SNG 2016

GAMBAR 4. Peta Geomorfologi Daerah Penelitian ( Penyusun,2016)

TABEL 1. Data Kedudukan Kekar


(Penyusun, 2016) Interpretasi Pengukuran Data
Geolistrik
Konfigurasi Schlumberger
Interpretasi dilakukan berdasarkan
perbandingan secara manual, hasil dari
korelasi ketiga titik pengukuran
konfigurasi Schlumberger dan data
pemetaan geologi. Masing-masing titik
tersebar di daerah penelitian seperti
pada Gambar 1. Model bawah
permukaan yang didapatkan sudah
dianalisa secara kualitatif yang
disesuaikan dengan data geologi
permukaan, sehingga didapatkan data
kuantitatif seperti pada Gambar 5.
Berdasarkan interpretasi data
konfigurasi Schlumberger diperkirakan
terdapat lempung dengan nilai
resistivitas 6,6-9,0 ohm.meter berada
di kedalaman 0-30 meter dengan
ketebalan rata-rata 5 hingga 20m dari
permukaan. Lempung pasiran dengan
nilai resistivitas 13-27 ohm.meter
GAMBAR 4. Peta Geomorfologi
berada di bawah lempung yang
Daerah Penelitian
keberadaannya di kedalaman 5-84
meter dengan kisaran tebal rata-rata
ISBN : 978-602-1034-45-3 118
PROSIDING SNG 2016

dan 100-125 meter Keberadaan pasiran yang berada „di atas‟ lapukan
lapukan batuan diorit diduga berada di Diorit diduga karena proses pelapukan
kedalaman mulai dari 30 meter hingga yang intensif. Kenampakan model
ke bawah dengan kisaran nilai Schlumberger yang dikorelasikan
resistivitas 39-53 ohm.meter (Gambar morfologi keadaan di lapangan
5). Keberadaan lempung dan lempung dimodelkan pada Gambar 6.

GAMBAR 5. Interpretasi model GAMBAR 6. Model 3D posisi data pengukuran


bawah permukaan dari konfigurasi konfigurasi Schlumberger dengan Progress (kanan) (
Schlumberger dengan Progress (kiri) ( Penyusun, 2016)
Penyusun, 2016)

Konfigurasi Dipol-dipol Menariknya, pada gambar tersebut


Pengukuran konfigurasi dipol-dipol profil anomali dari ketiga lintasan
didapatkan hasil berupa nilai bentuk sebarannya berbeda. Lintasan
resistivitas. Interpretasi data belakang dan tengah polanya
konfigurasi ini bersifat kualitatif. membulat seperti „sebuah bolder‟ atau
Keberadaan anomali ditunjukan dari kemungkinan „akumulasi massa‟.
pola persebaran nilai kontras Namun, pada gambar lintasan terdepan
resistivitas dalam suatu profil anomali bentuknya berlapis. Ditinjau dari
dan plotting pseudodepth (kedalaman keberadaan posisi lintasan seperti pada
semu). Nilai resistivitas yang Gambar 1, Lintasan 1 dan 2 memang
didapatkan hampir sama dengan data dekat dengan sumber, sedangkan
Schlumberger dengan rentang 5 hingga Lintasan 3 jauh dari sumber. Perlapisan
30 ohm.meter, sehingga batuan yang batuan (sedimen) tersebut
diinterpretasi juga sama, yaitu lempung dimungkinkan karena keberadaan
(biru), lempung pasiran (hijau-kuning) batuan yang semakin jauh dari sumber
dan lapukan Diorit (oranye-merah- dan adanya intrusi.Kenampakan model
ungu) seperti pada Gambar 5 (kiri). dipole-dipole yang dikorelasikan
morfologi keadaan di lapangan
dimodelkan pada Gambar 7.
ISBN : 978-602-1034-45-3 119
PROSIDING SNG 2016

GANBAR 6. Model 3D posisi data pengukuran GANBAR 7. Model 3D posisi data pengukuran
dipole-dipol di lapangan konfigurasi Schlumberger dengan Progress
(kanan) ( Penyusun, 2016)

KESIMPULAN bawah permukaan berkisar 0 meter


Berdasarkan hasil dan diskusi hingga 30 meter atau bahkan lebih di
kolerasi antara data geologi dan data bawah permukaan, sehingga cadangan
geofisika, batuan yang ditemukan pada bahan galian ini berpotensi untuk yang
lokasi pengambilan data dari pemetaan dapat dimanfaatkan sebagai bahan
geologi adalah intrusi Diorit, Breksi galian.
Andesit dan Endapan Campuran
Merapi Muda. Keterdapatan intrusi UCAPAN TERIMA KASIH
Diorit yang telah mengalami alterasi Tulisan ini merupakan ide, diskusi
(argilik) serta kekar-kekar yang ada dan kerjasama dengan mahasiswa
pada daerah penelitian menjadi faktor Teknik Geologi IST AKPRIND
yang mengakibatkan tingkat pelapukan Yogyakarta, sehingga penulis
yang terjadi pada daerah penelitian mengucapkan terimakasih atas bantuan
sangat intensif. Berdasarkan hasil akuisisi data geolistrik kepada
geofisika metode geolistrik mahasiswa penempuh matakuliah
diinterpretasikan litologi terdiri dari Geofisika Eksplorasi 2015 serta kepada
lempung (6,6-9,0 ohm.meter), lempung Romli Alfian Febrianto, Johari,
pasiran (13-27 ohm.meter), dan Amizon Triasa dan Bagus Iswharyan
lapukan Diorit (39-81 ohm.meter) yang membantu pemetaan geologi.
diinterpretasikan litologi lempung dan
lempung pasiran merupakan hasil dari REFERENSI
pelapukan intrusi Diorit di bawah 1. Barianto, D., H., Aboud E., Setijadji,
permukaan. Hasil lapukan dari intrusi L., D., Structural Analysis using
Diorit inilah yang dapat dimanfaatkan Landsat TM, Gravity Data, and
sebagai bahan galian C. Ketebalan Paleontological Data from Tertiary
hasil pelapukan di permukaan berkisar Rocks in Yogyakarta, Indonesia,
0 hingga 200 meter dan kedalaman di Memoirs of the Faculty of
ISBN : 978-602-1034-45-3 120
PROSIDING SNG 2016

Engineering, Kyushu University, Nanggulan Formation as a


2009, Vol.69, No.2, June 2009. Hydrocarbon Source Rock,
2. Bronto, S., Ratdomopurbo, A., Indonesian Journal of Geology, Vol.
Asmoro, P., Adityarini, M., 8, No. 1, p 13-23.
Longsoran Raksasa Gunung Api 5. Rahardjo, W., Sukandarrumidi,
Merapi Yogyakarta-Jawa Tengah Rosidi, Peta Geologi Lembar
Gigantic Landslides of Merapi Yogyakarta, 1997, PSG, Bandung.
Volcano, Yogyakarta-Central Java, 6. Verdiansyah, Okki, Perubahan
Jurnal Geologi Sumberdaya Unsur Geokimia Batuan Hasil
Mineral, 2014, vol. 15, hal 16–183, Alterasi Hidrotermal di Gunung
No.4. Wungkal Godean Yogyakarta,
3. Syafri, I., Budiadi, E., Sudrajat, A., Kurvatek Vol.1. No.1, 2016, pp.59-
Geotectonic Configuration of Kulon 67.
Progo Area, Yogyakarta. 7.Rahardjo, Wartono., Sukandarrumidi,
Indonesian Journal of Geology, Rosidi, H.M.D, Peta Geologi
2013, Vol. 8, No. 4, pp185-190. Lembar Yogyakarta skala
4. Winardi, S., Toha, B., Imron, M., 1:100.000. Direktorat Geologi,
Amijaya, D., H., 2013, The 1995, Departemen Pertambangan
Potential of Eocene Shale of Republik Indonesia.
ISBN : 978-602-1034-45-3 121
PROSIDING SNG 2016

Analisis Kestabilan Lereng Berdasarkan Kondisi Lereng, Batuan Penyusun dan


Tanah untuk Memprediksi Potensi Tanah Longsor sebagai Upaya Awal
Mitigasi Bencana di Desa Sidoharjo Kecamatan Samigaluh
Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta
MGS.Dwiki Nugraha1*, Nurul Dzakiya2,Vernando Pratama Harefa1, Melda Tri Mauliana1
1
Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi ”GAIA”
2
Staf Pengajar Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
*Email: mgsdwiki@gmail.com

Abstrak. Analisis potensi tanah longsor sebagai upaya awal mitigasi bencana di
Desa Sidoharjo telah dilakukan berdasarkan kondisi lereng, batuan penyusun dan
tanah. Metode yang digunakan adalah studi pustaka, pengambilan data lapangan
dan pengolahan data. Kondisi lereng daerah penelitian memiliki kemiringan yang
agak curam hingga terjal dengan rata-rata lebih dari 30°. Litologi yang dominan
adalah breksi andesit. Berdasarkan uji kuat tekan pada sampel batuan memiliki
nilai kurang dari 800 kg/cm2 serta daya serap air lebih dari 5%, sehingga tidak
layak sebagai bahan bangunan dan hal ini menujukkan kurang resitennya batuan di
daerah penelitian. Karakteristik tanah memiliki material yang dominan halus, serta
laju pelapukannya kuat. Hal ini dikarenakan pada tebing terdapat vegetasi yang
rimbun, semak belukar dan rerumputan, sehingga sistem perakaran menjadi salah
satu faktor penyebab resapan air masuk ke dalam rekahan dan pori-pori batuan.
Tanah coklat tua mencirikan daerah tersebut tidak resisten serta mengalami proses
pelapukan sangat intens. Analisis kondisi lereng, batuan, tanah, vegetasi dan data
sekunder curah hujan berdasarkan Permen PU No.22/PRT/M/2007, daerah
penelitian masuk ke dalam zona berpotensi terjadinya longsor yang tinggi dengan
nilai bobot total kisaran 2,55; 2,56 dan 2,58.
Kata kunci : kestabilan lereng, tanah longsor, mitigasi bencana, Samigaluh, Kulon
Progo

PENDAHULUAN Formasi tersebut dari yang tertua yaitu


Desa Sidoharjo dan sekitarnya di Formasi Nanggulan, Formasi Andesit
Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Tua, Formasi Jonggrangan, Formasi
Progo merupakan bagian dari daerah di Sentolo, Formasi Endapan Alluvial.
Pegunungan Kulon Progo yang Ketinggian pegunungan ini berkisar
memanjang dari Selatan ke Utara dan antara 100-1200 meter di atas
menempati bagian Barat Daerah permukaan laut dengan besar sudut
Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan kelerengan berkisar antara 15°-60°.
geologi regionalnya (Gambar.1), Van Pegunungan ini umumnya mengalami
Bemellen (1949) [6] mengatakan proses erosi yang sangat intensif,
Pegunungan Kulon Progo sehingga menghasilkan morfologi
dikelompokkan menjadi beberapa dewasa hingga tua dan membentuk
formasi berdasarkan batuan penyusun. bentukan morfologi dengan relief yang
ISBN : 978-602-1034-45-3 122
PROSIDING SNG 2016

beragam (Van Bemmelen, 1949)[1]. Hal penelitian tentang zonasi potensi tanah
ini dimungkinkan menjadi salah satu longsor dengan aspek lereng, batuan
faktor penyebab terjadinya bencana penyusun dan tanah yang dilakukan sebagai
tanah longsor di wilayah tersebut. upaya awal kegiatan mitigasi bencana
dengan memprediksi potensi tanah longsor
Permen PU No.22/ PRT/M/2007 [2]
yang akan membantu dan menambah
menentukan kelas tipe zona berpontesi
informasi daerah rawan longsor dengan
longsor berdasarkan tingkat kerawanan bebagai tipe kerawanan, sehingga
ditetapkan dua kelompok kriteria diharapkan masyarakat lebih bijak ketika
berdasarkan aspek fisik alami dan aspek membangun pemukiman dan melakukan
aktivitas manusia. Masing-masing faktor aktivitas keseharian di daerah penelitian.
fisik alami memiliki indikator tingkat
kerawanan tanah longsor yaitu
kemeringan lereng (30%), kondisi tanah
(15%), batuan penyusun lereng (20%),
curah hujan (15%), dan vegetasi (10%),
kegempaan (3%) serta tata air lereng
(7%). Penilaian tingkat kerawanan zona
tanah longsor menjadi tiga aspek
penilaian antara lain :
a. Tingkat kerawanan zona berpotensi GAMBAR 1. Peta Geologi Regional
longsor tinggi apabila total nilai bobot Daerah Penelitian tanpa skala ( Rahardjo
tertimbang berada pada kisaran 2,40- dkk, 1995 [3] dimodifikasi penyusun,
3,00 2016)
b. Tingkat kerawanan zona berpotensi
METODOLOGI
longsor sedang apabila total nilai bobot
Metode penelitian mencakup studi
tertimbang berada pada kisaran 1,70-
pustaka, tahap pengambilan data
2,39 lapangan, dan tahap pengolahan data
c. Tingkat kerawanan zona berpotensi lapangan. Studi pustaka mencakup
longsor rendah apabila total nilai bobot kondisi geologi regional dari literatur
tertimbang berada pada kisaran 1,00- dan website. Tahap pengambilan data
1,69. lapangan dengan pemetaan geologi
Pemikiran tentang hubungan antara permukaan secara langsung dengan
bencana longsor yang diakibatkan oleh melakukan pengambilan data di 40
faktor –faktor tersebut di daerah Samigaluh lokasi lintasan pengamatan. Tahap
belum banyak dikaji. Berdasarkan informasi pengolahan data lapangan untuk
geologi regional dan data-data pendukung menganalisis kondisi lereng, batuan dan
yang didapat dari pemerintah daerah tanah dengan cara deskriptif, dan uji kuat
setempat menjadi dasar dilakukannya tekan. Adapun diagram aliran penelitian
dapat dilihat pada (Gambar 2).
ISBN : 978-602-1034-45-3 123
PROSIDING SNG 2016

Mulai

Studi Pustaka

Pengambilan Data Lapangan

Pengolahan Data Lapangan

Hasil dan Diskusi

GAMBAR 3. Peta Geomorfologi


Kesimpulan
Daerah Penelitian (penyusun, 2016)
GAMBAR 2. Diagram Aliran Penelitian
( Penyusun, 2016) Vegetasi
Vegetasi adalah segala jenis tumbuhan
HASIL DAN DISKUSI yang ada di wilayah tersebut seperti rumput
Geologi Lokal dan semak belukar. Vegetasi juga
Kondisi geologi lokal Desa Sidoharjo berpengaruh terhadap tingkat kestabilan
diidentifikasi berdasarkan lintasan lereng. Tabel 1 menjelaskan tentang korelasi
pengamatan LP1 hingga LP 40 data di lapangan (LP) dengan klasifikasi
didominasi oleh litologi Breksi Andesit jenis vegetasi menurut Permen PU
dengan rata-rata kemiringan lereng 35 - No.22/PRT/M/2007 [2]. Berdasarkan tabel
86 serta jenis tanah yang berupa tersebut, mayoritas jenis vegetasi yang
lapukan dari Breksi Andesit yang dijumpai masuk dalam tingkat kerawanan
berwarna coklat pekat hingga tinggi di daerah penelitian, yaitu pada LP 1,
kemerahan. Pada (Gambar 3) dibawah LP 3 hingga LP 40. Indikasi ini
ini kondisi morfologi terbagi menjadi 2 menunjukkan bahwa daerah tersebut lebih
Subsatuan Geomorfik (Verstappen, banyak ditumbuhi jenis vegetasi alang-
1983)[5] yaitu Pegunungan terkikis (D1) alang, semak dan perdu. Jenis vegetasi ini
dan Perbukitan terkikis (D2)
mempunyai akar yang lemah, sehingga
berdasarkan atas data yang diperoleh
dapat mengurangi tingkat kestabilan dari
dilapangan atas kondisi yang telah
suatu lereng yang dapat berdampak pada
dijelaskan diatas sehingga faktor yang
dominan pada daerah penelitian adalah terjadinya gerakan tanah.
faktor eksogenik (Gambar 3).
ISBN : 978-602-1034-45-3 124
PROSIDING SNG 2016

Vegetasi dengan kerawanan rendah sehingga mengakibatkan terjadinya


dijumpai di LP 2 dan LP 8. Padahal jenis gerakan tanah. Berdasarkan data
vegetasi ini dapat meningkatkan kestabilan pengamatan di lapangan mayoritas
lereng karena akarnya dapat mengikat daerah penelitian masuk dalam
massa batuan, sehingga lebih kompak.
kategori sangat curam.
TABEL 1. Data Klasifikasi Vegetasi
TABEL 2. Klasifikasi Kemiringan
(Permen PU, 2007)[2]
Lereng (Permen PU, 2007) [2] dan
Jenis Tingkat Bobot Data
Vegetasi Kerawanan LP Data LP (Penyusun, 2016)
Alang-alang, Tinggi 3(0,03) 1, 3 – Kemiringan Tingkat Bobot Data LP
Semak, Perdu 40 (Derajat) Kerawanan
> 40 Tinggi 1(0,9) 1-11,13-
Tumbuhan
Sedang 2(0,02) - 29,31-38
berdaun jarum,
dan 40
cemara, Pinus
> 36-40 Sedang 2(0,6) 12, 30dan
Pinus, kemiri,
Mahoni, Laban rendah 1(0,01) 2 dan 8 > 30-35 Rendah 3(0,3) 39
dan lain-lain
Jenis tanah
Kemiringan lereng Tanah merupakan kumpulan butir butir di
Kemiringan lereng merupakan alam yang tidak melekat atau melekat tidak
tingkat kemiringan yang tercermin erat, sehingga sangat mudah untuk dipisahkan.
dalam morfologi (Tabel 2). Sehingga tanah pula salah satu faktor yang
sangat berpengaruh terjadinya tanah longsor.
Berdasarkan data lintasan pengamatan
Penelitian di Samigaluh berdasarkan
(LP) di lapangan, ditemui satu
pengklasifikasian menurut Permen PU
kemiringan lereng dengan kelas No.22/PRT/M/2007[2] yang dikorelasikan
rendah, yaitu di LP 39, kemiringan dengan data pengamatan di 40 LP
lereng dengan kelas sedang LP 12 dan didapatkan jenis tanah yang memiliki tingkat
LP 30, dan kemiringan lereng dengan kerawanan tinggi (Tabel 3).
kelas tinggi terdiri dari LP1-LP11,
LP13 - LP29, LP31 - LP38 dan LP 40. TABEL 3. Klasifikasi jenis tanah
Semakin besar tingkat kelerengan pada terhadap tingkat erosi (Permen,
umumnya akan semakin menambah 2007)[2]
kemungkinan terjadinya gerakan tanah Jenis Tanah Tingkat Bobot Data
pada suatu daerah. Hal ini juga Kerawanan LP
Bersifat gembur , Tinggi 3(0,45) 1 - 40
berhubungan dengan adanya gaya
Tanah Residual >
gravitasi yang menarik massa batuan 2mm, Menumpang
dari atas ke bawah. Semakin tinggi Batuan Dasar
tingkat kelerengan maka batuan akan ( Andesit, Breksi
semakin mudah tertarik ke bawah, Andesit, Tuf, dll)
ISBN : 978-602-1034-45-3 125
PROSIDING SNG 2016

Lereng tersusun Sedang 2(0,30) - Batuan Penyusun


oleh tanah penutup Litologi dapat tersusun oleh batuan atau
tebal <2mm soil yang merupakan hasil dari lapukan
Lereng tersusun Rendah 1(0,15) - batuan tersebut. Litologi merupakan faktor
oleh tanah penutup penting penyebab terjadinya gerakan
tebal 2mm, Bersifat
tanah. Litologi dengan tingkat resistensi
padat
yang tinggi seperti batuan beku
mempunyai kemungkinan yang kecil untuk
Curah hujan
terjadi gerakan tanah. Sedangkan litologi
Faktor curah hujan salah satu yang
dengan resistensi yang rendah seperti soil
sangat mempengaruhi dalam penyebab
lebih berpotensi untuk terjadi gerakan
terjadinya tanah longsor. Hasil yang
tanah seperti yang dijumpai di LP 1 hingga
didapat data curah hujan di Kabupaten
LP 40 (Tabel 5). Pengklasifikasian batuan
Kulonprogo [1] ini terlihat dari tahun
penyusun pada setiap lintasan pengamatan
2006-2010 mengalami naik turun.
sebanyak 40 lintasan dengan menggunakan
Kenaikan curah hujan terjadi pada tahun
pengklasifikasian menurut Permen PU
2010 sebesar 200 mm atau 200 liter/m2.
No.22/PRT/M/2007[2], serta proses erosi
Hasil pengamatan stasiun Klimatologi
dan pelapukan juga sangat berperan
Kulonprogo pada Desember 2015
dalam mengontrol tingkat resistensi suatu
menganalisis curah hujan memiliki angka
litologi.
> 500mm dengan curah hujan perhari 50-
100 mm/hari. Stasiun Hujan di Kabupaten
TABEL 5. Parameter Batuan
Kulon Progo menyatakan hal ini termasuk
curah hujan lebat. Berdasarkan (Permen Penyusun (Permen PU, 2007)[2] dan
PU No.22/PRT/ M/2007) [2] rata-rata Data LP (Penyusun, 2016)
hujan di daerah penelitian 50-100 mm/hari. Jenis Tingkat Bobot Data
Hal ini menunjukkan tingkat kerawanan Batuan Kerawanan LP
Batuan Tinggi 3(0,6) 1-40
dari aspek intensitas curah hujan memiliki
Sedimen,
tingkatan yang tinggi (Tabel 4).
Vulkanik
dan banyak
TABEL 4. Klasifikasi intensitas curah kekar dan
hujan (Permen PU No.22/PRT/M/2007) retakan
[2] Lereng dari Sedang 2(0,4) -
Intensitas Tingkat Bobot batuan
curah hujan Kerawanan dengan
(mm/hari) bidang
<70->100 Tinggi 3(0,60) diskontinu
30-70 Sedang 2(0,40) ke arah luar
<30 Rendah 1(0,20) lereng
ISBN : 978-602-1034-45-3 126
PROSIDING SNG 2016

Lereng Rendah 1(0,2) - melakukan deskritif di 40 lintasan


dengan pengamatan (LP) didapatkan hasil berupa
batuan tidak peta kelerengan dan titik zona kerawanan
ada retakan longsor seperti pada Gambar 4. Peta
Uji Kuat Tekan Batuan tersebut menunjukan enam desa, yaitu
Berdasarkan hasil uji kuat tekan Bleder, Keweron, Gebong, Nungkep,
terhadap tiga contoh batuan Breksi Kedokan dan Sulur yang termasuk di
Andesit pada lintasan 1, 2 dan 14 dalam LP 1-LP 9, LP 30 dan LP 33 berada
didapatkan nilai daya serap air ± 21,7 di kondisi lereng curam hingga sangat
% -31,7% dan nilai uji kuat tekan ± curam. Desa Tuk Mudai, Munggang Lor,
220 kg/cm2 -500 kg/cm2 menurut SNI Gorolangu, Sumoroto, Munggang Wetan,
03-6861.1-2000 (Dirjen Cipta Karya, Wonotawang yang termasuk di dalam LP
4, LP 10-LP 15, LP 27, LP 28, LP 35 dan
1989)[4] tidak memenuhi syarat
LP 40, berada di kondisi lereng curam
sebagai mutu bahan bangunan dan hal
hingga terjal. Desa Wonogiri,
ini menunjukkan batuan penyusun di Nyemani, dan Madigondo yang termasuk
daerah penelitian kurang resisten dan di dalam LP 16-LP 21, LP 24-LP 26, LP
rentan mengalami pelapukan akibat 29, LP 36-LP 39 berada di kondisi lereng
proses eksogen. sangat curam hingga terjal. Sedangkan
Desa Sebo dan Tetes LP 31, LP 32 dan LP
Peta Hasil Penelitian 34 berada di kondisi lereng agak curam.
Berdasarkan analisis hasil beberapa Desa Ngamblur ada dua, yaitu LP 22 dan
faktor penyebab kerawanan longsor di 23 berada di kondisi lereng curam hingga
Desa Sidoharjo dan sekitarnya dengan sangat curam.
ISBN : 978-602-1034-45-3 127
PROSIDING SNG 2016

GANBAR 4. Peta Kelerengan dan Titik Zona Kerawanan Longsor (Penyusun, 2016)
KESIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH
Analisis kondisi lereng, batuan, Penulis mengucapkan terima kasih
tanah, vegetasi dan data sekunder kepada Tim HMTG “GAIA” yang
curah hujan berdasarkan Permen PU telah membantu pengambilan data di
No.22/PRT/M/2007[2], daerah lapangan kurang lebih selama satu
penelitian yaitu Desa Samigaluh dan bulan.
Sekitarnya masuk ke dalam zona
berpotensi terjadinya longsor yang REFERENSI
tinggi dengan nilai bobot total kisaran 1. Anonim, Curah Hujan Rata-Rata dan
seperti Tabel 6. Hari Hujan Rata-Rata 2005-2010
dalam Buku Putih Sanitasi Tahun 2012,
TABEL 6. Kesimpulan Nilai Bobot Stasiun Hujan Kabupaten Kulon Progo,
Kisaran Zona Kerawanan longsor di 2012, Hal:15-16.
daerah penelitian 2. Dirjen Penataan Ruang, Permen PU
Bobot Tingkat Data LP
No. 22/PRT/M, Pedoman Penataan
Kisaran Kerawanan
Longsor Ruang Kawasan Rawan Bencana
2,55 Tinggi LP 12, LP 30 Longsor, Departemen Pekerjaan Umum
dan LP 39 Jakarta, 2007, Hal:25-36.
2,56 Tinggi LP 2 dan LP 8 3. Rahardjo, Wartono., Sukandarrumidi,
2,58 Tinggi LP 1, LP 3-LP Rosidi, H.M.D, Peta Geologi Lembar
7, LP 9-LP 11, Yogyakarta skala 1:100.000. Direktorat
LP 13-LP 29,
LP 31-LP 38 Geologi, 1995, Departemen
dan LP 40 Pertambangan Republik Indonesia.
ISBN : 978-602-1034-45-3 128
PROSIDING SNG 2016

4. Dirjen Cipta Karya, Spesifikasi Bahan British Library Cataloguing In


Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Publication Data, Milton Park,
Bukan Logam), 1989, Direktorat Abingdon, Oxon.
Pekerjaan Umum, Bandung. 6. Van Bemmelen, R. W, The Geology of
5. Verstappen, 1983. Dalam Richard John Indonesia vol. I A: General Geology of
Hugget, Fundamental Of Indonesia and Adjacent Archipelagoes,
Geomorphology second edition, 2007, . 1949, Martinus Nyhoff: The Hague.
ISBN : 978-602-1034-45-3 129
PROSIDING SNG 2016

Pemodelan Anomali Gravitasi Daerah Manifestasi Panasbumi


Parangwedang Bantul DIY
Muhammad Rofiqul A‟la1* Muhammad Faizal Zakaria1 Desti Gunawan Sari1
1
Program Studi Fisika, Konsentrasi Geofisika, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
* Email: turismo.supergt.5555@gmail.com

Abstrak. Penelitian mengenai pemodelan anomali gravitasi pada daerah manifestasi


panasbumi Parangwedang Bantul DIY telah selesai dilakukan. Penelitian ini bertujuan
untuk menginterpretasi kondisi bawah permukaan daerah manifestasi panasbumi
berdasarkan analisis derivatif dan pemodelan. Reduksi data gravitasi dilakukan sampai
didapatkan nilai anomali Bouguer lengkap. Anomali Bouguer lengkap dibawa ke
bidang datar lalu dilakukan pemisahan anomali regional dan residual menggunakan
metode kontinuasi keatas. Data anomali residual yang diperoleh dilakukan analisis
derivatif meliputi First Horizontal Derivative dan Second Vertical Derivative untuk
mengidentifikasi batas dan jenis sesar yang ada di sekitar daerah penelitian. Hasil dari
analisis derivatif didapatkan satu buah sesar dengan jenis sesar turun. Kemudian dari
hasil pemodelan 2.5 D dari peta anomali residual, daerah barat laut dengan anomali
tinggi diduga merupakan heat source dari sistem panasbumi Parangwedang yang
diduga batuan beku intrusi dengan densitas 2,9 g/cm3. Berdasarkan hasil pemodelan
yang telah dilakukan pada sayatan AA‟ didapatkan 3 pelapisan bawah permukaan
dengan densitas 1,9 g/cm3, 2,1 g/cm3, 2,9 g/cm3 dan diidentifikasi sebagai satuan batuan
alluvium, formasi nglanggran yang diduga berisi batu gamping dan batuan beku intrusi
yang menerobos formasi lain.
Kata kunci: Gravitasi, FHD, SVD, Pemodelan, Panasbumi.

PENDAHULUAN mengenai metode gravitasi tentang panas


Daerah Parangwedang, Parangtritis, bumi telah dilakukan oleh Alandra Idral dkk
Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, pada tahun 2003 di daerah tersebut, namun
Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat suatu dengan cakupan area yang lebih luas dan
manifestasi panas bumi yang berupa mata spasi titik pengukuran yang lebih besar serta
air panas. Manifestasi tersebut dimanfaatkan masih sebatas analisis kualitatif pada peta
sebagai tempat wisata pemandian air panas anomali Bouguer. Oleh karena itu penelitian
Parangwedang. Dalam rangka “Pemodelan Anomali Gravitasi Daerah
memanfaatkan potensi tersebut secara Manifestasi Panas bumi Parangwedang
optimal, diperlukan survei geofisika. Salah Bantul DIY” ini perlu dilakukan dengan
satu survei geofisika yang digunakan untuk area yang lebih sempit dan spasi titik
eksplorasi panas bumi adalah metode pengukuran yang lebih kecil difokuskan
gravitasi. pada daerah sekitar manifestasi serta
Pada penelitian ini akan dilakukan analisis kuantitatif (pemodelan dan analisis
interpretasi lapisan bawah permukaan derivatif) pada peta anomali Bouguer.
daerah potensi panas bumi Parangwedang Dengan informasi geologi dan penelitian-
menggunakan metode gravitasi. Penelitian penelitian sebelumnya diharapkan sebagian
ISBN : 978-602-1034-45-3 130
PROSIDING SNG 2016

sistem panas bumi yang ada di   M


Parangwedang dapat diidentifikasi dengan g  E  2e rˆ (3)
Re
baik. Penelitian ini akan membahas
Geologi Daerah Penelitian
mengenai pemodelan anomali gravitasi dari
sistem panasbumi yang ada di
Parangwedang.

LANDASAN TEORI
Landasan teori mengenai metode
gravitasi yaitu hukum gravitasi newton.
Perhatikan gambar berikut :

GAMBAR 2. Geologi Daerah Penelitian

METODE
GAMBAR 12. Prinsip dasar hukum Pengambilan data dilakuan pada bulan
gravitasi Newton. Mei 2015 dan Oktober 2015 di daerah
Gaya yang dialami m karena adanya Parangwedang Parangtritis Bantul DIY.
m0 : Proses pengolahan data dimulai dari
  m m r  r0  mengoreksi nilai skala bacaan sampai
F r   G 0 2  (1) didapatkan nilai anomali Bouguer lengkap
r  r0 r  r0
di bidang datar. Proses pemisahan nilai
Dalam metode gravitasi, yang terukur anomali menggunakan metode kontinuasi
adalah medan gravitasi yang besarnya gaya keatas. Setelah didapatkan anomali regional
per satuan massa. Medan yang dialami m0 dan residual, interpretasi kualitatif dan
adalah : kuantitatif dilakukan pada peta anomali

 F r  m0 r  r0  (2) residual dan dilakukan pemodelan 2.5D.
E  G  Analisis derivative dilakukan pada peta
m r  r0
2
r  r0
anomaly residual untuk menentukan batas
Dengan menganggap bumi homogeny dan jenis struktur di daerah penelitian.
berbentuk sferis da tidak berotasi, maka Kriteria penentuan jenis sesar pada proses
dapat diasumsikan m0 adalah massa bumi Second Vertical Derivatif adalah sebagai
berikut :
dan Re adalah jari-jari bumi. Sehingga
  2 g    2 g 
persamaannya percepatan gravitasi bumi  2 
  2 
Sesar Normal (4)
menjadi :  z  maks  z  min
ISBN : 978-602-1034-45-3 131
PROSIDING SNG 2016

  2 g    2 g  GAMBAR 4. Peta g Observasi daerah


 2 
 2  Sesar Turun (5) penelitian
 z  maks  z  min

HASIL DAN PEMBAHASAN


Anomali Bouguer Lengkap
Topografi

GAMBAR 5. Peta ABL daerah penelitian

Anomali Bouguer lengkap yang


GAMBAR 3. Peta ketinggian daerah didapatkan merefleksikan adanya variasi
penelitian densitas dalam kerak. Nilai anomali
Bouguer yang didapat berkisar antara 45 s.d.
Nilai g Observasi 54 mGal dengan persebaran anomali rendah
berada di daerah utara penelitian sedangkan
anomali tinggi berada pada daerah barat laut
penelitian
ISBN : 978-602-1034-45-3 132
PROSIDING SNG 2016

Anomali Bouguer Lengkap di Bidang


Datar

GAMBAR 6. Peta ABL Bidang Datar GAMBAR 7. Peta Anomali Regional


daerah penelitian

Anomali Bouguer lengkap yang


dihasilkan setelah berbagai koreksi masih
berupa anomali yang memiliki ketinggian
topografi bervariasi sehingga masih ada
distorsi nilai yang diakibatkan oleh efek
ketinggian tersebut, untuk itu anomali ini
perlu dibawa ke satu bidang datar dengan
ketinggian yang sama. Proses tersebut
merupakan proses reduksi ke bidang datar.
Dalam penelitian ini menggunakan konsep
Dampney dengan metode sumber ekivalen
titik massa.

Kontinuasi Keatas (Upward Continuation)


Nilai anomali Bouguer lengkap di bidang
datar masih tercampur antara anomali
regional dan anomali residual. Proses GAMBAR 8. Peta Anomali Residual
pemisahan anomali menggunakan metode
kontinuasi keatas dengan melakukan Analisis Derivatif
pengangkatan pada ketinggian 150 meter. Menurut Idral, dkk (2008), pola struktur
Pola persebaran anomali regional dan geologi yang terdapat di daerah Parangtritis
residual dapat dilihat pada gambar 7 dan 8. sebagian besar berkaitan dengan gejala-
gejala tektonik yang pernah berlangsung
pada Java Trench dan pembentukan sistem
ISBN : 978-602-1034-45-3 133
PROSIDING SNG 2016

pegunungan di selatan Jawa. Struktur Peta perkiraan keberadaan sesar berdasarkan


yang ada di daerah Parangtritis adalah Sesar data anomali residual dapat dilihat pada
Normal (Bantul, Bambang Lipuro dan gambar 11.
Mudal), Sesar Mendatar (Parangkusumo, Analisis First Horizontal Derivatif pada
Soka Nambangan dan Siluk) dan kekarkeka, data anomali residual dilakukan pada arah
dengan orientasi sesar SE-NW dan NE-SW. 135o dengan pertimbangan karena untuk
Sesar Parangkusumo yang berarah N 300o mengetahui batas struktur yang ada di
W menunjam 80o ke baratdaya, merupakan daerah penelitian analisis FHD nya harus
sesar penting yang ada di daerah penelitian. tegak lurus dengan arah sesar yang ada di
Sesar Parangkusumo terletak sekitar 3,5 km daerah penelitian.
dari sesar Opak (Gambar 9). Peta perkiraan Setelah dilakukan FHD 135o kemudian
keberadaan sesar Parangkusumo di daerah data anomali residual dilakukan SVD
penelitian dapat dilihat pada gambar 10. (Second Vertical Derivative) untuk
Berdasarkan data pada peta anomali mengetahui jenis sesar yang ada di daerah
residual, tampak bahwa di daerah tenggara penelitian dengan cara melihat mutlak dari
daerah penelitian terdapat pola kontras nilai maksimum dan minimumnya dari SVD
kontur anomali tinggi rendah berarah N 45o seperti pada persamaan (4) dan (5). Hasil
E atau N 315o W. Pola kontras kontur dari analisis derivatif pada daerah penelitian
anomali tersebut diidentifikasi sebagai ditunjukan pada gambar (11A) dan (11B).
struktur sesar yang ada di daerah penelitian.

GAMBAR 9. Peta persebaran sesar daerah GAMBAR 10. Peta perkiraan sesar
Parangtritis dan sekitarnya Parangkusumo
ISBN : 978-602-1034-45-3 134
PROSIDING SNG 2016

GAMBAR 11A. Peta FHD arah GAMBAR 11B. Peta SVD


135o

GAMBAR 12A. Sayatan pada GAMBAR 12A. Sayatan pada


Peta FHD arah 135o Peta SVD
ISBN : 978-602-1034-45-3 135
PROSIDING SNG 2016

Proses analisis First Horizontal sesar yang terjadi apakah sesar tersebut
Derivative (FHD) dan Second Vertical turun, naik atau mendatar (tabel 1).
Derivative (SVD) dilakukan dengan
analisis sayatan pada penampang FHD dan TABEL 1. Hasil analisis sayatan pada
SVD seperti pada gambar (13A) dan SVD
(13B). Bidang kontak struktur terlihat pada No.
SVD Min SVD Maks
penampang FHD dengan nilai maksimum Sayatan
atau minimum dan nilai nol pada 1 3,17 105 5, 7 105
penampang SVD. Berikut adalah Grafik
hasil sayatan analisis sesar dari penampang
Berdasarkan hasil analisis horizontal
SVD dan FHD arah 135o.
derivatif yang dilakukan pada arah 135o
dan kemudian dikorelasikan dengan data
Jarak terhadap FHD 135o hasil perhitungan SVD yang menghasilkan
0 nilai nol atau ekivalen dengan nol, maka
FHD (mGal/m)

0 200 400 600 didapatkan sesar pada daerah penelitian.


-0.01 Apabila nilai maksimumnya lebih besar
dari nilai minimumnya maka dapat di
-0.02
Jarak (m) interpretasikan sebagai sesar turun.
Sedangkan jika nilai maksimumnya lebih
kecil dari nilai minimumnya maka di
interpretasikan sebagai sesar naik. Pada
GAMBAR 13A. Grafik Jarak terhadap
tabel 1 tampak bahwa nilai SVD
FHD arah 135o
maksimumnya lebih besar dari pada SVD
minimumnya, maka di daerah penelitian
dapat diinterpretasikan jenis sesarnya
adalah sesar turun.

Pemodelan
Untuk melihat perlapisan bawah
permukaan pada daerah penelitian
dilakukan pemodelan kedepan 2.5 D pada
peta anomali residual. Dalam penelitian ini
dilakukan 1 sayatan (gambar 14). Dalam
GAMBAR 13B. Grafik Jarak terhadap
proses pemodelan, data anomali residual
SVD
dikorelasikan dengan data analisis
derivatif dan data geologi beserta data
Hasil sayatan yang dilakukan pada
pendukung lain sehingga didapatkan hasil
penampang SVD dapat dilihat pada kurva
pemodelan yang baik.
perbandingan antara SVD maksimum dan
Hasil dari sayatan yang dilakukan pada
minimumnya. Hasil perbandingan tersebut
peta anomali residual menunjukkan
digunakan untuk mengidentifikasi jenis
adanya beberapa jenis batuan bawah
ISBN : 978-602-1034-45-3 136
PROSIDING SNG 2016

permukaan sehingga didapatkan model


seperti pada gambar (15). Pada peta
anomali residual ada persebaran anomali
tinggi dibagian barat laut. Hal ini diduga
disebabkan oleh batuan intrusi yang
menjadi heat source dari sisem panasbumi
yang ada di Parangwedang. Batuan intrusi
tersebut diduga adalah batuan beku dengan
densitas sebesar 2,9 g/cm3 yang
menerobos pada formasi Nglanggran.
Pada sayatan AA‟ didapatkan 3 lapisan
bawah permukaan dengan densitas :
Rock 1 = 1,9 g/cm3, Rock 2 = 2,1 g/cm3
dan Rock 3 = 2,9. g/cm3. Berdasarkan hasil
analisa informasi geologi formasi di
GAMBAR 14. Sayatan pada peta anomali
daerah penelitian dan Tabel densitas
residual
batuan maka Rock 1 diidentifikasi sebagai
satuan batuan Alluvium yang diduga berisi
pasir dan kerakal. Rock 2 diidentifikasi
sebagai formasi wonosari yang diduga
berisi batugamping dan Rock 3
diidentifikasi sebagai intrusi batuan beku
yang berada di formasi Nglanggran.
Berdasarkan informasi geologi bahwa di
daerah penelitian terdapat sesar dengan
orientasi N 300 W. Namun dengan melihat
kontras anomali yang ada di daerah
tenggara bahwa orientasi sesar berarah
sekitar N 315 W. Adapun kontras anomali GAMBAR 15. Model 2.5D pada sayatan
tinggi rendah dibagian barat laut yang ada AA‟ pada dari anomali residual
pada peta anomali residual kemungkinan
disebabkan oleh adanya sistem panasbumi KESIMPULAN
yang ada di daerah penelitian. 1. Berdasarkan analisis derivatif First
Horizontal Derivative dan Second
Vertical Derivative ada satu sesar yang
dapat diidentifikasi dengan jenis sesar
turun.
ISBN : 978-602-1034-45-3 137
PROSIDING SNG 2016

2. Berdasarkan pemodelan, maka REFERENSI


diidentifikasi beberapa batuan 1. Idral, A,. dkk. 2003. Penyelidikan
penyusun bawah permukaan antara lain Terpadu Geologi, Geokimia, dan
: Rock 1 : 1,9 g/cm3, Rock 2 : 2,1 g/cm3 Geofisika daerah Panas Bumi
dan Rock 3 : 2,9 g/cm3. Parangtritis, Daerah Istimewa
3. Berdasarkan model 2.5 D yang dibuat Yogyakarta. SUBDIT, Panas Bumi.
pada peta anomali residual, maka dapat 2. Nurwidyanto, M. I., dkk. 2010.
terlihat bahwa anomali tinggi yang Pemetaan Sesar Opak dengan Metode
berada di daerah barat laut penelitian Gravity (Studi Kasus daerah
diidentifikasi sebagai batuan beku Parangtritis dan Sekitarnya). Prosiding
intrusi dengan densitas 2,9 g/cm3 yang Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng
diduga sebagai heat source sistem dan DIY, Semarang 10 April 2010, hal
panasbumi Parangwedang. 77-83.
4. Sesar yang berada di daerah penelitian 3. Sismanto. 2013. Penyelidikan
Parangwedang adalah sesar minor Geofisika Panas Bumi : Modul 2
dengan jenis sesar turun. Pemetaan Geofisika Daerah Potensi
Panas Bumi. Pusat Pendidikan Dan
UCAPAN TERIMA KASIH Pelatihan Geologi Badan Diklat Energi
Ucapan terima saya ucapkan kepada Dan Sumber Daya Mineral
teman-teman Kuliah Lapangan Kementerian Energi Dan Sumber Daya
Geothermal 2015 Program Studi Fisika Mineral.
UIN Sunan Kalijaga yang menemani 4. Telford W. M., et.al. 1990. Applied
pengambilan data dan Bapak Muhammad Geophysics Second Edition. Cambridge
Faizal Zakaria yang membimbing jalannya University Press.
penelitian ini.
ISBN : 978-602-1034-45-3 138
PROSIDING SNG 2016

Sebaran Potensi Cebakan Mineral & Energi


Berdasarkan Kajian Geologi Dan Geofisika Daerah Jawa Timur
Romli Alfian Febrianto1*, Johari1, Aditya Nugraha1, Faisal Sangaji1
1
Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
*
Email: alfian.geologi36@gmail.com

Abstrak Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik besar,


yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasifik. Daerah Jawa Timur
merupakan bagian dari pertemuan lempeng Eurasia dan mikro kontinen Archean.
Proses tektonik memegang peran yang sangat penting dalam pembentukan tatanan
tektonik di Jawa Timur. Peristiwa tektonik yang cukup aktif, selain menimbulkan
gempa dan tsunami, juga mengakibatkan terbentuknya banyak gunung api purba,
gunung api kuarter dan cekungan sedimen. Pada daerah Gunung api purba dapat
mengakumulasikan adanya batuan ubahan yang nantinya akan membentuk cebakan
mineral. Serta pada daerah cekungan dapat mengakomodasikan sedimen yang
selanjutnya menjadi batuan induk maupun batuan reservoir hydrocarbon. Ore mineral
dan inilah yang kini banyak kita tambang dan menjadi tulang punggung perekonomian
kita. Untuk mengetahui sebaran potensi cebakan mineral dan energi, maka dilakukan
analisis dengan kajian geologi dan kajian geofisika (gravity). Serta didukung oleh
konsep-konsep dari pembentukan cebakan mineral dan energi. Daerah cebakan mineral
umumnya berada pada daerah jalur vulkanik tua/purba atau pada nilai 90-170 mGal,
sedangkan daerah cebakan energi geothermal umunya berada pada daerah vulkanik
kuarter atau pada nilai 130-170 mGal dan daerah cebakan hydrocarbon umumnya
berada pada back arc basin atau pada nilai -80-80 mGal yang mana pada daerah
tersebut merupakan daerah akumulasi batuan sedimen yang mampu menjadi bataun
induk maupun batuan reservoar.
Kata kunci: Geologi, Geofisika, Gravity, Jawa Timur, Mineral, Hydrocarbon.

PENDAHULUAN gunung api kuarter dan cekungan sedimen.


Indonesia merupakan daerah pertemuan Pada daerah Gunung api purba dapat
tiga lempeng tektonik besar, yaitu lempeng mengakumulasikan adanya batuan ubahan
Indo-Australia, Eurasia dan lempeng yang nantinya akan membentuk cebakan
Pasifik. Daerah Jawa Timur merupakan mineral. Serta pada daerah cekungan dapat
bagian dari pertemuan lempeng Eurasia mengakomodasikan sedimen yang
dan mikro kontinen Archean. Proses selanjutnya menjadi batuan induk maupun
tektonik memegang peran yang sangat batuan reservoir hydrocarbon. Ore mineral
penting dalam pembentukan tatanan dan hydrocarbon inilah yang kini banyak
tektonik di Jawa Timur. Peristiwa tektonik kita tambang dan menjadi tulang punggung
yang cukup aktif, selain menimbulkan perekonomian kita.
gempa dan tsunami, juga mengakibatkan
terbentuknya banyak gunung api purba,
ISBN : 978-602-1034-45-3 139
PROSIDING SNG 2016

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian yaitu menggabungkan antara
metode kajian geologi dan geofisika dalam
hal ini gravity dengan berlandaskan konsep
konsep pembentukan sumberdaya alam baik
mineral, hydrocarbon, geothermal serta
sumberdaya lainnya.
a. Geologi GAMBAR 1. Fisiografi Pulau Jawa bagian
Kajian Geologi digunakan untuk timur. (Modifikasi dari van Bemmelen,
mengetahui variasi sebaran batuan, struktur 1949)
geologi dan sejarah geologi pada daerah
Jawa Timur. Tektonik regional di daerah Jawa Timur
b. Geofisika merupakan hasil interaksi pergerakan dari
Kajian geofisika yang digunakan dalam lempeng Eurasia, Australia, dan Pasifik.
penelitian ini yaitu dengan metode gravity. Jawa timur terletak pada bagian tepi
Metode ini digunakan untuk mengetahui tenggara dari lempeng Sundaland dan
variasi sebaran batuan, keberadaan struktur merupakan zona tektonik yang aktif sebelum
geologi berdasarkan nilai densitas dari umur Tersier. Pada periode Kapur Akhir–
batuan pada daerah Jawa Timur. Tersier Awal pergerakan lempeng australia
ke arah NE menghasilkan penunjaman di
HASIL DAN DISKUSI bawah lempeng mikro Sunda dengan pola
a. Geologi Jawa-Meratus yang terekam di sepanjang
Secara fisiografis, menurut van selatan daerah sumatera, jawa, hingga
Bemmelen(1949) Jawa Timur dapat dibagi tenggara kalimantan. Hal ini menyebabkan
menjadi 7 satuan fisiografi (gambar 1), terjadinya proses rifting di daerah Jawa
satuan tersebut dari selatan ke utara adalah Timur dan mengakibatkan perubahan batas
Pegunungan Selatan, Busur Vulkanik lempeng yang mempengaruhi trend
Kuarter, Zona Pusat Depresi Jawa, Zona cekungan.
Kendeng, Zona Depresi Randublatung, Zona Pada umur oligosen-miosen kecepatan
Rembang-Madura, Dataran Aluvial Utara lempeng lempeng Australia mengalami
Jawa. Fisiografi di Jawa Timur sangat penurunan dan perubahan posisi
dipengaruhi oleh aktifitas tektonik yang penunjaman di selatan jawa menghasilkan
menghasilkan suatu tatanan tektonik dan tatanan tektonik hingga saat ini. Pergerakan
kondisi geologi yang beragam. ini juga diikuti oleh aktivitas magmatik di
seluruh wilayah selatan pulau Jawa dan
membentuk cekungan belakang busur (Back
Arc Basin) pada bagian utara.
ISBN : 978-602-1034-45-3 140
PROSIDING SNG 2016

pola meratus berarah timur laut – barat daya


pada periode kapur-tersier awal, pola Sunda
yang berarah utara – selatan, dan pola Jawa
yang berarah barat- timur. Di Jawa Timur
pola Meratus merupakan arah yang dominan
di kawasan lepas pantai bagian utara. Pola
Sunda berpola regangan yang tidak terlihat
begitu jelas sedangkan untuk pola Jawa
diwakili secara khas oleh kelurusan dari
Pegunungan Kendeng yang merupakan
wilayah perlipatan dan kadang tersesarkan
dengan sangat kuat.
Pada daerah penelitian bagian utara
GAMBAR 2. Kerangka tektonik regional memiliki pola struktur dengan orientasi arah
Indonesia bagian barat. (Sribudiyani, 2003) umum Barat-Timur dan berubah menjadi
Barat Daya – Timur Laut yang diduga akibat
Dari hasil pengolahan data dan kajian adanya Sesar Mayor RMKS (Rembang-
geologi, sebaran batuan daerah penelitian Madura-Kangean-Sakala) yang kemudian
terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu memisahkan Antiklinorium Kendeng dan
Kelompok batuan vulkanik purba berumur Antiklinorium Rembang. Kemudian pada
Oligo-Miosen yang berada di sepanjang daerah penelitian bagian tengah dan selatan
daerah selatan daerah penelitian, Kelompok yang memiliki orientasi arah umum
batuan vulkanik resen berumur Holosen Tenggara-Barat Laut dan Barat Daya-Timur
yang berada di bagian tengah sepanjang Laut dipengaruhi oleh deflasi dan inflasi
daerah penelitian.dan Kelompok batuan pada saat proses aktivitas vulkanisme purba
sedimen yang berumur Miosen-Pliosen dan modern.
menempati sepanjang bagian utara daerah
penelitian hingga Pulau Madura.
Struktur Geologi di daerah penelitian
secara genesa terbagi atas 3 yaitu struktur
geologi akibat proses vulkanik yang berada
di sepanjang bagian tengah – selatan daerah
penelitian, struktur geologi akibat proses
tektonik yang berada di sepanjang bagian
utara daerah penelitian, dan struktur geologi GAMBAR 3. Pola Struktur Geologi Daerah
dari gabungan proses keduanya yang berada Penelitian
di bagian selatan daerah penelitian namun
keberadaannya agak susah terdeteksi tanpa b. Geofisika
didukung penelitian secara lokal. Menurut Berdasarkan analisis data anomali gravity
Pulunggono (1994), pola struktur yang regional didapatkan daerah cebakan mineral
dominan berkembang dipulau jawa adalah umumnya berada pada daerah jalur vulkanik
tua/purba atau pada nilai 90-170 mGal,
ISBN : 978-602-1034-45-3 141
PROSIDING SNG 2016

sedangkan daerah cebakan energi


geothermal umunya berada pada daerah
vulkanik kuarter atau pada nilai 130-170
mGal dan daerah cebakan hydrocarbon
umumnya berada pada back arc basin atau
pada nilai -80-80 mGal yang mana pada
daerah tersebut merupakan daerah
akumulasi batuan sedimen yang mampu GAMBAR 5. Sebaran Cebakan Mineral dan
menjadi bataun induk maupun batuan Energi
reservoar.
Cekungan yang terdapat di Jawa Timur
terbentuk dari jaman tersier yang menerima
akumulasi sedimen yang sangat melimpah
tentunya hal ini mengindikasikan potensi
keterdapatan hidrokarbon yang sangat baik.
Cekungan tersebut berada pada bagian back
arc basin yang berada pada daerah Jawa
Timur. Tatanan geologi yang khas juga
memberikan potensi yang baik terhadap
GAMBAR 4. Anomali Gravity Regional keterdapatan petroleum system pada
Daerah Penelitian cekungan-cekungan yang berada di wilayah
jawa timur.
c. Potensi Sumber Daya
Berdasarkan data geologi dan geofisika
memperlihatkan tatanan wilayah yang khas
di daerah jawa timur. terlihat dengan jelas
keterdapatan cekungan dan tinggian sebagai
daerah dengan potensi sumberdaya alam
yang beragam. Dari analisis geologi dan
geofisika daerah-daerah yang mempunyai
cebakan mineral berada pada jalur vulkanik
purba, sedangkan pada jalur vulkanik
GAMBAR 6. Lokasi lapangan migas pada
kuarter diindikasikan sebagai cebakan energi
cekungan Jawa Timur (Satyana dan
panasbumi, dan bagian cebakan hidrokarbon
Purwaningsih, 2003).
berada pada posisi utara atau back arc basin,
yang merupakan bagian cekungan batuan
sedimen.
ISBN : 978-602-1034-45-3 142
PROSIDING SNG 2016

KESIMPULAN Government Print. Office, The Hague


Dari hasil pengolahan data dan kajian Netherland.
geologi, sebaran batuan daerah penelitian 2. Satyana, A.H, Indentation Tectonics and
terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu Stratigraphy of Central Java, Petroleum
Kelompok batuan vulkanik purba berumur Geology of Java Area :Re-Visit Prolific
Oligo-Miosen yang berada di sepanjang Areas and Disclose UnderExplored Areas
daerah selatan daerah penelitian, Kelompok Bandung, 15–17June 2009.
batuan vulkanik resen berumur Holosen 3. Satyana, A.H. dan Purwaningsih,
yang berada di bagian tengah sepanjang M.E.M., 2003, Geochemistry of The East
daerah penelitian.dan Kelompok batuan Java Basin : New Observations On Oil
sedimen yang berumur Miosen-Pliosen Grouping, Genetic Gas Types and Trends
menempati sepanjang bagian utara daerah Of Hydrocarbon Habitats, Indonesia:
penelitian hingga Pulau Madura. Proceedings of the Indonesia Petroleum
Daerah cebakan mineral umumnya Association, 29 th Annual Convention
berada pada daerah jalur vulkanik tua/purba and Exhibition.
atau pada nilai 90-170 mGal, sedangkan 4. Sribudiyani, Muchsin N., Ryacudu R.,
daerah cebakan energi geothermal umunya Kunto T., Astono P., Prastya I., Sapiie B.,
berada pada daerah vulkanik kuarter atau Asikin S., Harsolumakso A. H., Yuliato
pada nilai 130-170 mGal dan daerah I.,, 2003, The Collision of The East Java
cebakan hydrocarbon umumnya berada pada Microplate and its Implication
back arc basin atau pada nilai -80-80 mGal forHydrocarbon Occurrences in The East
yang mana pada daerah tersebut merupakan Java Basin, Indonesia Petroleum
daerah akumulasi batuan sedimen yang Association 29th Annual Convention
mampu menjadi bataun induk maupun Proceedings.
batuan reservoar. 5. Wahyudi, Eko Januari. 2011.introduction
to Gravity Method. Bandung LVG ITB.
REFERENSI 2008. Gravity Method. Bandung
1. Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of
Indonesia, vol. I-A General Geology,
ISBN : 978-602-1034-45-3 143
PROSIDING SNG 2016

LAMPIRAN

GAMBAR 7. Pola Struktur Geologi Daerah Penelitian

GAMBAR 8. Anomali Gravity Regional Daerah Penelitian


ISBN : 978-602-1034-45-3 144
PROSIDING SNG 2016

GAMBAR 9. Sebaran Cebakan Mineral dan Energi

Anda mungkin juga menyukai