Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KESTABILAN LERENG DI DAERAH LULUT, KECAMATAN KLAPANUNGGAL, KABUPATEN

BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT


p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume I, Nomor 1, halaman 18-24, Febuari, 2020
https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee

ANALISIS KESTABILAN LERENG DI DAERAH LULUT,


KECAMATAN KLAPANUNGGAL, KABUPATEN
BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

Dikky Putra Rupawan1*, Hidartan1


1
Teknik Geologi, Universitas Trisakti, Jakarta
*Penulis untuk korespondensi (corresponding author):
E-mail: dikkyputra@gmail.com
Tel: +6287874348702

Abstrak
Penambangan batugamping merupakan salah satu usaha kegiatan pemanfaatan sumber daya alam non logam yang ekonomis
untuk bahan bangunan. Kegiatan penambangan batu gamping dilakukan dengan metode penambangan kuari berjenjang.
Tujuan dari penilitian ini untuk mengetahui kondisi geologi serta kestabilan lereng dengan mencari nilai faktor keamanan
lereng berdasarkan korelasi data Rock Mass Rating (RMR) dengan metode Janbu berdasarkan sifat fisik batuan. Metodelogi
penelitian ini menggunakan tahapan pengambilan data lapangan berupa kondisi geologi serta geologi teknik dan pengujian
sampel laboratorium berupa uji direct shear dan uji kuat tekan, selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
software Rockscience slide 6.0 serta perhitungan secara manual berdasarkan metode Janbu.Hasil uji laboratorium berupa
nilai rata-rata kohesi (±6,19 Mpa), sudut gesek dalam (±30,14°), dan uji kuat tekan (±10,902 Mpa). Berdasarkan metode
Janbu dan perhitungan secara manual, daerah penelitian ini memiliki nilai faktor keamanan lereng aktual sebesr 0,575 yang
dikategorikan labil serta berpotensi terjadi longsoran rotasi.

Kata-kata kunci: kestabilan lereng, geologi teknik, faktor keamanan

Abstract
Limestone mining is one of the economic activities of utilizing non-metallic natural resources for building materials.
Limestone mining activities are carried out using the tiered quarry mining method. The purpose of this research is to
determine the geological conditions and the stability of the slope by finding the value of the slope safety factor based on the
correlation of Rock Mass Rating (RMR) data with the Janbu method based on the physical properties of the rock. The
methodology of this study uses the stages of field data collection in the form of geological conditions and engineering
geology and laboratory sample testing in the form of direct shear tests and compressive strength tests, then data
processing is performed using Rockscience slide 6.0 software and manual calculations based on the Janbu method.
Laboratory test results in the form of values average cohesion (± 6.19 Mpa), deep friction angle (± 30.14 °), and
compressive strength test (± 10.902 Mpa). Based on Janbu's method with calculation manually, this research area has an
actual slope safety factor value of 0.575 which is categorized as unstable and has the potential for landslide rotations.

Keywords: slope stability, engineering geology, safety factor

dengan metode penambangan kuari berjenjang. Hal


PENDAHULUAN itu membuat dibentuknya lereng sebagai proses dan
hasil dari kegiatan penambangan. Penelitian ini
Penambangan batugamping merupakan salah
dilakukan di area pertambangan Quarry E PT
satu usaha kegiatan pemanfaatan sumber daya alam
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk blok 295 daerah
non logam yang ekonomis untuk bahan bangunan.
lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor
Kegiatan penambangan batugamping dilakukan
dengan melakukan pembobotan Rock Mass Rating

Page 18
ANALISIS KESTABILAN LERENG DI DAERAH LULUT, KECAMATAN KLAPANUNGGAL, KABUPATEN
BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT
p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume I, Nomor 1, halaman 18-24, Febuari, 2020
https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee

dan analisis kestabilan lereng menggunakan metode LANDASAN TEORI


Janbu berdasarkan pemetaan geologi dan geologi
Geologi Teknik
teknik permukaan. Hasil dari penelitian ini
Geologi teknik merupakan cabang ilmu geologi
diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
perusahan agar mengurangi tingkat kecelakaan kerja yang menggunakan informasi geologi untuk
di lapangan. memecahkan rekayasa keteknikan. Sebagai ilmu
terapan, geologi teknik memfokuskan pada aspek
geologi yang berpengaruh pada lokasi, desain,
GEOLOGI REGIONAL konstruksi dan pengoperasian atau pemeliharaan
Formasi Klapanunggal (Tmk) termasuk kedalam pekerjaan rekayasa. Yang dipelajari dalam geologi
peta geologi regional lembar Bogor oleh A.C teknik yaitu aspek geomorfologi, aspek batuan atau
Effendi, Dkk (1998). Formasi ini merupakan tanah, struktur geologi, aspek hidrogeologi
cekungan sedimen yang termasuk kedalam (Dearman, 1991). Sebagai bagian dari geologi teknik
Cekungan Jawa Barat Utara. Formasi ini berumur terdapat Rock Mass Rating yang dipakai untuk
Miosen akhir yang menjemari dengan Formasi mengetahui nilai ketahanan suatu massa batuan dan
Jatiluhur (Tmj) seperti yang dapat dilihat pada disajikan dalam bentuk kualifikasi kualitas suatu
gambar 1. Formasi Klapanunggal terdiri atas massa batuan (Arif, I., 2016). Klasifikasi massa
Batugamping terumbu padat dengan Foraminifera batuan menggunakan sistem RMR dapat dibagi
besar dan fosil - fosil lainnya termasuk moluska dan menjadi 5 parameter yaitu :
echinodermata. Menurut Van Bemmelen (1949) a. Uniaxial Compressive Strength (UCS)
dalam The Geology of Indonesia Fisiografi regional b. Rock Quality Designation (RQD)
Formasi Klapanunggal termasuk ke dalam Zona c. Spasi bidang diskontinu
Bogor yang membentang dari Rangkasbitung d. Kondisi bidang diskontinu
melalui Bogor, Purwakarta, Subang, Kuningan dan e.Kondisi dari air tanah
Majalengka. Daerah ini terdapat suatu
Antiklonorium yang terbentuk dari hasil batuan Kestabilan Lereng
1984). Pola-pola struktur geologi yang terbentuk Kondisi geologi daerah setempat mempengaruhi
sedimen laut membentuk perbukitan lipatan. kestabilan dari suatu lereng pada kegiatan
Terdapat patahan lembang pada zona ini yang penampabangan, bentuk keseluruhan lereng pada
diperkirakan sezaman dengan pengangkatan lokasi tersebut, kondisi air tanah setempat, faktor
pegunungan selatan. Sekarang perbukitan rendah luar seperti getaran akibat peledakan ataupun alat
dengan batuan keras yaitu volcanik neck atau batuan mekanis yang beroperasi dan juga dari teknik
intrusi seperti Gunung Parang di Plered Purwakarta, penggalian yang digunakan dalam pembuatan
Gunung Kromong, dan Gunung Buligir sekitar lereng. Faktor pengontrol ini jelas sangat berbeda
Majalengka. Gunung Ciremai di Kuningan untuk situasi penambangan yang berbeda dan sangat
merupakan batas antara Zona Bogor dengan Zona penting untuk memberikan aturan yang umum untuk
Bandung. menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai
suatu lereng untuk memastikan lereng itu akan tetap
stabil yang ditentukan berdasarkan nilai faktor
keamanan lereng sesuai dengan Kepmen ESDM
1827 K/30/MEM/2018 seperti yang dapat dilihat
pada tabel 1.

Tabel 1. Nilai Faktor Keamanan dan Probabilitas Longsor


Lereng Tambang (Kepmen ESDM 1827 K/30/MEM/2018)

Kriteria dapat diterima (Acceptance Criteria)


Keparahan Probabilitas
Faktor
Longsor Faktor Keamanan Longsor
Jenis Lereng Keamanan
(Consequences of (FK) Dinamis (Probability of
(FK) Statis
Failure/ CoF) (min) Failure) (maks)
(Min)
PoF (FK≤1)
Lereng tunggal Rendah s.d. Tinggi 1,1 Tidak ada 25-50%
Rendah 1,15-1,2 1 25%
Inter-ramp Menengah 1,2-1,3 1 20%
Tinggi 1,2-1,3 1,1 10%
Gambar 1. Stratigrafi Regional Cekungan Bogor, Rendah 1,2-1,3 1 15-20%
Lereng Keseluruhan Menengah 1,3 1,05 10%
Cekungan Jawa Barat Utara, dan Pegunungan Selatan.
Tinggi 1,3-1,5 1,1 5%
(Sujanto dan Sumantri, 1977)

Page 19
ANALISIS KESTABILAN LERENG DI DAERAH LULUT, KECAMATAN KLAPANUNGGAL, KABUPATEN
BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT
p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume I, Nomor 1, halaman 18-24, Febuari, 2020
https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee

Metode Janbu
Janbu biasa digunakan untuk kondisi lereng aktif
dengan merumuskan persamaan umum
kesetimbangan dengan menyelesaikan secara
vertikal dan horizontal pada dasar tiap-tiap irisan
dengan memperhitungkan seluruh kesetimbangan
gaya. Metode ini memiliki asumsi bahwa gaya
normal antar irisan diperhitungakan tetapi gaya geser
antar irisan diabaikan atau bernilai nol (XL-XR= 0)
sebagaimana dinyatakan dalam persamaan 1 (Arif,
I., 2016).

Gambar 2. Peta geomorfologi daerah penelitian skala


1:6000
dimana:
Geologi Daerah Penelitian
FK = Faktor Keamanan
Dalam penyusunan stratigrafi ini dilakukan
W = berat isi (b x h x ϒ)
pengamatan mikroskopis berupa uji petrografi dan
c = kohesi efektif
uji mikropaleontologi. Seperti pada gambar 3 daerah
ɸ’ = sudut geser dalam efektif
penelitian ini terbagi menjadi 2 satuan batuan :
ɑ = sudut irisan
1. Satuan Batugamping Wackstone
b = lebar irisan
Kedudukan stratigrafi batugamping wackstone pada
u = tekanan air pori
daerah ini merupakan yang tertua berdasarkan
rekonstruksi penampang. Ditemukan fosil
KETERSEDIAN DATA DAN foraminifera planktonic (Globigerinoides
PEMBAHASAN bisphericus, dan Globigerinatella Insueta). yang
Hasil akhir penelitian ini dipengaruhi oleh terdapat dalam bentuk tabel umur berikut, maka
ketersedian data yang lengkap. Semakin lengkap dapat disimpulkan umur dari satuan ini menurut
data yang didapatkan maka hasil akhir akan akurat. Zonasi Blow (1969) adalah N7-N8 (Miosen Awal).
Data yang digunakan berupa data geologi, Berdasarkan ditemukan fosil foraminifera bentonic
geomorfologi dan geologi teknik berupa Rock Mass (Amphistegina radiata, dan Operculina spp) maka
Rating dan uji direct shear. dapat disimpulkan lingkungan pengendapan satuan
ini menurut Bandy (1967) adalah inner neritic.
Geomorfologi Daerah Penelitian Secara sayatan petrografi warna cokelat, terdapat
Penentuan satuan geomorfologi pada penelitian mineral opak 7%, Matriks berupa Mikrit 60%,
ini menggunakan klasifikasi bentuk muka bumi Semen berupa sparry calcit, Kemas berupa mud
(Bandono dan Budi Brahmantyo, 2006). Daerah supported, Bentuk butir subrounded (Dunham 1962).
penelitian seperti yang dapat dilihat pada gambar 2 2. Satuan Batugamping Packstone
dibagi menjadi 3 satuan yaitu : Kedudukan stratigrafi batugamping packstone pada
1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst daerah ini merupakan yang termuda berdasarkan
Konikal Klapanunggal rekonstruksi penampang. Ditemukan fosil
2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst foraminifera planktonic (Globigerinatella Insueta,
dan Praeorbulina Glomerusa). yang terdapat dalam
Klapanunggal bentuk tabel umur berikut, maka dapat disimpulkan
3. Satuan Geomorfologi Dataran Karst umur dari satuan ini menurut Zonasi Blow (1969)
Klapanunggal adalah N7-N8 (Miosen Awal). Berdasarkan
ditemukan fosil foraminifera bentonic (Operculina
spp, dan Anomalina spp) maka dapat disimpulkan
lingkungan pengendapan satuan ini menurut Bandy
(1967) adalah inner neritic. Secara sayatan
petrografi warna cokelat, terdapat mineral opak 5%,
Matriks berupa Mikrit 40%, Semen berupa sparry
calcit, Kemas berupa grain supported, Bentuk butir
subrounded-rounded (Dunham 1962).

Page 20
ANALISIS KESTABILAN LERENG DI DAERAH LULUT, KECAMATAN KLAPANUNGGAL, KABUPATEN
BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT
p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume I, Nomor 1, halaman 18-24, Febuari, 2020
https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee

Rock Mass Rating


Klasifikasi pembobotan masa batuan atau rock
mass rating (Bieniawski, 1979) yang bertujuan
untuk mengetahui kualitas massa batuan berdasarkan
lima parameter seperti pada tabel 3, yaitu sebagai
berikut:

Tabel 3. Hasil Rock Mass Rating

Gambar 3. Stratigrafi daerah penelitian HASIL PERHITUNGAN RMR


PARAMETER NILAI / KONDISI BOBOT
Geologi Teknik Daerah Penelitian Kekuatan Batuan 10,9 Mpa 15
Peta geologi yang sudah dibuat menjadi dasar RQD 97,52% 20
untuk mengetahui karakteristik dari geologi teknik Spasi Diskontinuitas 208 cm 20
daerah penelitian dengan mengamati informasi sifat Permukaan sedikit kasar,
fisik dan keteknikan batuan daerah penelitian. Kondisi Diskontinuitas regangan 1mm - 5 mm, sedikit 11
Berdasarkan aspek derajat pelapukan, maka daerah lapuk, keras > 5 mm
penelitian dibagi menjadi 3 satuan geologi teknik Kondisi Air Tanah kering 15
dari yang paling mendominasi daerah penelitian Jumlah Bobot 81
seperti yang dapat dilihat pada gambar 4. Kelas Massa Batuan I
1. Satuan Batugamping Wackstone Lapuk Sedang
Tabel 4. Pembobotan RMR Bieniawski 1979
(MW) Berongga
2. Satuan Batugamping Packstone Lapuk Ringan Pembobotan 100 - 81 80 - 61 60 - 41 40 - 21 <21
(SW) Masif Nomor Kelas
Pemerian
I
Sangat Baik
II
Baik
III
Sedang
IV
Buruk
V
Sangat Buruk
3. Satuan Batugamping Packstone Lapuk Sedang
(MW) Masif Berdasarkan pembobotan Rock Mass Rating
(Bieniawski 1979) daerah penelitian mendapatkan
pembobotan 81 dengan pemerian sangat baik seperti
yang dapat dilihat pada tabel 4.

Analisis Kestabilan Lereng


Dari hasil pengamatan dan pengukuran di blok
295 Quarry E PT. Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk, didapatkan data sebagai berikut:
Kedudukan Scanline : 50°, N 275° E
Panjang Scanline : ± 50 meter
Ketinggian Lereng : ± 12,4 meter
Koordinat : 106ᵒ 57’12,0” BT dan 06ᵒ 29’
25,4” LS
Berdasarkan kondisi morfologi dan topografi serta
Gambar 4. Peta geologi teknik daerah penelitian skala korelasi dengan peta geologi teknik maka dibuatlah
1:6000 peta kestabilan lereng yang membagi atas 3 satuan
Analisis Data yaitu kestabilan lereng tinggi, kestabilan lereng
Uji Direct Shear sedang, dan kestabilan lereng rendah. Lokasi
Uji Direct Shear dilakukan untuk mendapatkan scanline lereng termasuk dalam kestabilan lereng
parameter mekanika batuan seperti kohesi (C) dan rendah seperti yang dapat dilihat pada gambar 5.
sudut geser dalam (Φ) seperti yang dapat dilihat
pada tabel 2. Tabel 5. Hasil Analisis Data Kekar
Panjang Urutan Rata-
NO Slice Meter ke
kekar (m) Slice rata Slice
Tabel 2. Hasil Uji Direct Shear 1 0,51 3 0-1 13 0,42 3 14-15 3 2,37
2 0,23 4 0-1 14 0,57 3 14-15 4 4,13
Kohesi cp Sudut 3 0,42 3 0-1 15 0,4 3 14-15 5 0
No 4 0,31 4 0-1 16 0,44 5 17-18
(Mpa) Gesek 5 0,22 3 4-5 17 0,72 5 17-18
1 7,35 28,25 6 1,24 4 4-5 18 0,88 5 17-18
2 5,03 32,03 7 0,33 3 4-5 19 0,57 4 23-24
8 0,55 4 10-11 20 0,48 3 23-24
3 6,2 30,13
9 0,67 4 10-11 21 0,43 4 23-24
10 0,27 4 10-11 22 0,85 3 30-31
11 0,55 4 10-11 23 0,77 3 30-31
12 0,41 4 10-11 24 0,39 3 30-31 Page 21
ANALISIS KESTABILAN LERENG DI DAERAH LULUT, KECAMATAN KLAPANUNGGAL, KABUPATEN
BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT
p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume I, Nomor 1, halaman 18-24, Febuari, 2020
https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee

sec α RF DF
1,00318 0,81596 2,54731
1,0156 1,63767 10,7647
1,03847 -33,525 -62,216
1,07399 -50,823 -102,19
1,12614 -9,5603 -17,037
1,20218 36,29 101,009
1,31642 64,8976 142,966
1,5014 121,644 197,196
1,85485 132,776 261,132
3,02163 56,9311 23,6358
Total 321,084 557,808

Gambar 5. Peta kestabilan lereng daerah penelitian skala


1:6000

Pada daerah penelitian terdapat beberapa kekar yang


menjadi koreksi untuk analisis kestabilan lereng.
Terdapat 24 kekar bila pada perhitungan manual
akan menempati urutan irisan serta akan mengurangi
nilai lebar irisan seperti yang dapat dilihat pada tabel
5.

Analisis Lereng Aktual Secara Manual

Analisis lereng aktual secara manual Gambar 6. Hasil pengujian lereng aktual dengan
pembagian 10 irisan (Rupawan, D.P., 2019).
menggunakan metode Janbu dilakukan pada
software rockscience slide 6.0 dengan cara
menghitung nilai dari pembagian 10 irisan bidang Rekomendasi Lereng Artifisial 1
failure seperti yang dapat dilihat pada gambar 6 serta Dikarenakan hasil dari analisis lereng aktual
ditambah koreksi untuk kekar pada lereng yang mendapatkan nilai FK 0,575 yang dinyatakan tidak
aman berdasarkan Kepmen ESDM 1827
terdapat pada irisan nomer 3,4 dan 5 sehingga
K/30/MEM/2018 (Tabel I) maka harus ada
mengurangi nilai lebar irisan (Tabel 6). Semua nilai
yang dihitung pada akhirnya untuk mencari nilai perubahan agar nilai FK menjadi melebihi batas
aman seperti pada persamaan hasil perhitungan 3
resisting force dan driving force untuk kemudian di
dengan cara menaikkan besaran single slope menjadi
bagi sehingga menghasilkan faktor keamanan lereng
sebagai berikut : 70° seperti yang dapat dilihat pada tabel 7 dan
gambar 7.
RF 321,0836 𝑘𝑁 FK = = = 1,27 (3)
FK : : : 0,575 (2)
DF 557,8077 𝑘𝑁

Tabel 6. Hasil analisis lereng aktual secara manual


Tabel 7. Hasil analisis lereng artifisial 1 secara manual
sudut
no b (m) h (m) R Xi c.b w tan α tan ɸ sudut
derajat α no b (m) h (m) R Xi c.b w tan α tan ɸ
1 1,45534 1,16 15,281 1,209 4,56217 10,6967 31,9238 0,07979 0,53732 derajat α
2 1,47336 2,179 15,281 2,661 10,0549 10,8292 60,7096 0,17732 0,53732 1 0,89367 1,98 11.602 3,505 17,628 6,56845 33,4605 0,31776 0,53732
3 -3,8535 3,049 15,281 4,118 15,6437 -28,323 -222,18 0,28003 0,53732 2 0,91928 3,938 11.602 4,361 221.056 6,75668 68,4563 0,28675 0,53732
4 -3,6719 3,757 15,281 5,565 21,3915 -18,47 -260,87 0,39172 0,6256 3 -4,4064 5,848 11.602 5,21 26,7315 -32,387 -487,28 0,50364 0,53732
5 -0,4063 4,282 15,281 7,017 27,3781 -2,0436 -32,898 0,51787 0,6256 4 -4,2305 7,541 11.602 6,072 31,5555 -21,279 -603,27 0,61413 0,6256
6 1,74404 4,59 15,281 8,468 33,7138 8,77252 151,377 0,66727 0,6256 5 -0,9785 9,185 11.602 6,917 36,6463 -4,9217 -169,95 0,74392 0,6256
7 1,90977 4,624 15,281 9,919 40,5679 9,60614 166,99 0,85613 0,6256 6 1,14796 8,909 11.602 7,769 42,104 5,77424 193,396 0,9037 0,6256
8 2,17813 4,275 15,281 11,37 48,2376 13,5044 176,081 1,11992 0,58038 7 1,27507 7,96 11.602 8,621 48,0897 6,4136 191,928 1,11412 0,6256
9 2,69089 3,285 15,281 12,821 57,3758 16,6835 167,156 1,5622 0,58038 8 1,48119 6,748 11.602 9,473 54,8995 9,18338 189,007 1,42283 0,58038
10 4,38356 0,1 15,281 14,261 70,6737 27,1781 8,28931 2,85136 0,58038 9 1,89124 5,06 11.602 10,325 63,2344 11,7257 180,963 1,98262 0,58038
10 4,44556 0,697 11.602 11,178 78,9547 27,5625 58,5937 5,12293 0,58038

Page 22
ANALISIS KESTABILAN LERENG DI DAERAH LULUT, KECAMATAN KLAPANUNGGAL, KABUPATEN
BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT
p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume I, Nomor 1, halaman 18-24, Febuari, 2020
https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee

yang mempengaruhi longsoran lebih sukar terjadi


serta membuat nilai faktor keamanan lebih tinggi
sec α RF DF J (m) daripada bench tunggal artifisial 1. Sementara itu
alasan mengapa kedua slope bench height 1 dan
1,04927 1,509 10,6323 - bench height 2 sebesar 70° karena disesuaikan
1,0403 2,38718 19,6295 - dengan hasil dari nilai Rock Mass Rating yang
1,11967 -31,609 -245,41 5,36 mendapatkan kelas sangat baik serta struktur
1,17352 -49,081 -370,49 5,23 batugamping packstone yang masif berlapis.
1,24636 -18,365 -126,43 2,04
Tabel 8. Hasil analisis lereng artifisial Bench Height 1
1,34784 14,7216 174,771 -
1,49708 23,7771 213,83 - no b (m) h (m) R Xi
sudut
derajat α
c.b w tan α tan ɸ

1,73909 39,6853 268,924 - 1


2
0,70931
0,71639
1,665
3,303
19,113
19,113
4,57 13,8275
5,256 15,9646
5,21345
5,26544
22,3328
44,7453
0,24613
0,28608
0,6256
0,6256
2,22054 73,7165 358,78 - 3
4
-4,6353
-4,4956
4,912
5,237
19,113
19,113
5,945 18,1248
6,634 20,312
-34,069
-22,613
-430,55
-445,2
0,32733
0,37015
0,6256
0,6256
5,21961 712,309 300,171 - 5 -1,2943 4,951 19,113 7,323 22,5306 -6,5105 -121,18 0,41484 0,58038
6 0,75864 4,633 19,113 8,012 24,7855 3,81596 66,4645 0,46176 0,58038
TOTAL 769,051 604,407 7 0,77358 4,281 19,113 8,701 27,0823 3,89109 62,6239 0,51134 0,58038
8 0,79078 3,892 19,113 9,39 29,4272 4,90286 58,1999 0,5641 0,58038
9 0,81065 3,465 19,113 10,079 31,8278 5,02602 53,1162 0,6207 0,58038
10 0,83367 2,995 19,113 10,768 34,2926 5,16877 47,2154 0,68196 0,58038
sec α RF DF J (m)
1,02985 203,467 5,49684 -
1,04012 359,792 12,8006 -
1,05221 -671,86 -140,93 5,36
1,06631 -684,78 -164,79 5,23
B 1,08263 -180,13 -50,27 2,04
1,10146 500,195 30,6905 -
1,12315 47,0964 32,0219 -
1,14813 48,694 32,8304 -
1,17697 46,4507 32,9691 -
1,2104 44,3186 32,1993 -
Total 240,425 176,986

FK = = = 1,35 (4)
A
Tabel 9. Hasil analisis lereng artifisial Bench Height 2

Gambar 7. Hasil lereng artifisial 1 (Rupawan, D.P., 2019) no b (m) h (m) R Xi


sudut
c.b w tan α tan ɸ
derajat α
1 0,86052 2,479 19,113 11,457 36,8322 6,32484 40,3395 0,74897 0,53732
Rekomendasi Lereng Artifisial 2 2
3
0,89209
-4,4304
3,603
4,833
19,113
19,113
12,146
12,835
39,4594
42,1901
6,55682
-32,563
60,7802
-404,9
0,82315
0,90643
0,53732
0,53732
Untuk membuat analisis menjadi lebih bervariasi 4 -4,2552 5,998 19,113 13,524 45,0449 -21,404 -482,63 1,00157 0,53732
5 -1,0097 5,956 19,113 14,213 48,0507 -5,0786 -113,72 1,11259 0,53732
maka dibuatlah analisis lereng artfisial 2 dengan cara 6 1,10026 5,098 19,113 14,902 51,2446 5,53431 106,069 1,24573 0,53732
merubah single slope masing-masing menjadi 70°, 7 1,19133 4,126 19,113 15,591 54,68 5,99239 92,9507 1,41131 0,6256
8 1,3159 3,005 19,113 16,28 58,4387 8,15858 74,7754 1,62794 0,6256
height bench dibagi menjadi 2 bagian seperti pada 9 1,49961 1,673 19,113 16,969 62,6598 9,29758 47,4423 1,93413 0,6256
gambar 8 dengan lebar bench 1 sebesar 5,353 m & 10 1,80902 0,1 19,113 17,658 67,6207 11,2159 3,42086 2,42867 0,6256
sec α RF DF J (m)
tinggi bench 6,1 m, lebar bench 2 sebesar 5,082 m & 1,24938 30,0982 30,2131 -
tinggi bench 6,1 m dengan 20 irisan dapat dilihat 1,29521 49,8987 50,031 -
1,34967 -442,71 -367,02 5,36
seperti pada tabel 8, tabel 9 dan gambar 8. Hasil 1,41532 -605,74 -483,39 5,23
faktor keamanan dapat dilihat seperti pada 1,49595 -151,14 -126,52 2,04
1,59745 127,418 132,133 -
persamaan hasil perhitungan 4 dan 5. Pembagian 2 1,72968 152,843 131,182 -
bench ini bertujuan untuk lebih mengoptimalkan 1,91055
2,17735
150,735
121,3
121,73
91,7598
-
-
kerja dari Hauling sehingga bisa bekerja pada bench 2,62649 40,9614 8,30814 -
Total 531,314 411,569
1 maupun bench 2. Juga untuk keamanan karena
pembagian 2 bench ini menjadikan tinggi bench
hanya masing-masing 6,1 m tidak terlalu tinggi FK = = =1,29 (5)
seperti bila bench tunggal artifisial 1, hal itu juga

Page 23
ANALISIS KESTABILAN LERENG DI DAERAH LULUT, KECAMATAN KLAPANUNGGAL, KABUPATEN
BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT
p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume I, Nomor 1, halaman 18-24, Febuari, 2020
https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee

Applications. Proceedings of the 4th


Congress of the International Society of
Rock Mechanics, vol. 2, Montreux, Switzerland.
Rotterdam: A.A. Balkema; Hal 49-97
5. Blow, W.H., 1969, Late Middle Eocene to Recent
Planktonic Foraminiferal Biostratigraphy :
International Conference Planktonic Microfossils
1st, Proceedings of The First International
Conference On Planktonic Microfossils, Geneva
1967, Proc.Leiden, E.J. Buill. V.1. 422 p.
6. Budi Brahmantyo dan Bandono. 2006. Klasifikasi
Bentuk Muka Bumi (Landform) untuk Pemetaan
Geomorfologi pada Skala 1:25.000 dan
Aplikasinya untuk Penataan Ruang. Jurnal
Geoaplika 1(2).
7. Dunham, R.J., 1962, Classification of Carbonate
Gambar 8. Hasil lereng artifisial 2 (Rupawan, D.P., Rocks According to Depositional Texture,
2019).
dalam: Classification of Carbonate Rocks (ed.
W.E.Ham),pp 108121. Mem. Am. Ass. Petrol.
KESIMPULAN Geol. (1) Tulsa, USA.
Berdasarkan hasil dari analisis kestabilan lereng 8. Kepmen ESDM (2018): Pedoman Pelaksanaan
dengan metode Janbu kondisi lereng aktual tidak Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik,
aman, oleh sebab itu dibuatlah rekomendasi lereng ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1
artifisial 1 dan lereng artifisial 2. Rekomendasi 827-2014.pdf. Didownload (diunduh) pada
lereng artifisial disesuaikan dengan kebutuhan bila Januari 2019.
pengambilan bahan baku Batugamping tidak banyak 9. Rupawan, Dikky P. 2019. Analisis Kestabilan
disarankan menggunakan rekomendasi lereng Lereng Dengan Metode Janbu di Daerah Lulut,
artifisial 1 karena hanya terdapat 1 bench, sedangkan Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor,
sebaliknya bila kebutuhan pengambilan bahan baku Provinsi Jawa Barat. Universitas Trisakti.
Batugamping banyak maka disarankan
menggunakan rekomendasi lereng 2 karena terdapat
2 bench sehingga lebih optimal dalam hauling alat
berat.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
beberapa pihak terkait penelitian ini,
1. Bapak Dr. Ir. Hidartan, MS., dan Bapak Dana
Dongan Pandiangan S.T. selaku pembimbing penulis
dalam penelitian ini.
2. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Citeureup
yang telah menyediakan tempat dan data-data yang
digunakan dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
1. Arif. I. (2016): Geoteknik Tambang, Penerbit
Institut Teknologi Bandung.
2. Bandy., O.L., 1967, Distribution of Foraminifera,
Radiolaria, and Diatoms in the Sediments of the
Gulf of California : Micropaleontology, vol. 7,
No. 1, p 126, 14 text-figs., 5pls.
3. Bemmelen, R.W.Van. (1949): The Geology
of Indonesia, Martinus Nyhoff, The
Haque, Nederland.
4. Bieniawski, Z.T. (1979): The Geomechanics
Classification In Rock Engineering

Page 24

Anda mungkin juga menyukai