DISUSUN OLEH
073001600002
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA 2020/2021
ANALISA DINAMIK PENGARUH PELEDAKAN TERHADAP KESTABILAN
TEROWONGAN NANJUNG
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa secara dinamik terhadap peledakan yang
dilakukan di terowongan Nanjung. Terowongan Nanjungmerupakan terowongan kembar
pengelak air Nanjung yang berada dikawasan hulu Citarum di Curug Jompong, Kecamatan
Margaasih, Kabupaten Bandung. Terowongan ini mulai dibangun pada April 2018 hingga
selesai pada desember 2019. Pembangunan terowongan Nanjung merupakan salah satu dari
16 proyek penanganan banjir Daerah Aliran Sungai Citarum. Pengelolaan proyek ini berada
pada SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Balai Besar Wilayah Sungai Citarum,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Terowongan yang
berpenampang tapal kuda dengan masing-masing terowongan berdimensi 10,2 m x 9,2 m,
dan memiliki panjang 230 meter..
Saat peledakan berlangsung dilakukan juga pengukuran PPV dibeberapa titik disekitar
terowongan menggunakan minimate unit. Analisa dinamik dilakukan dengan cara
membangun model Terowongan Nanjung pada software RS2 dengan metode elemen hingga.
Input data pada pemodelan ini diusahakan mendekati kondisi aktual dilapangan, seperti
geometri terowongan, properties massa batuan, dan rencana peledakan yang dilakukan pada
STA 30-32 terowongan 2. Pemodelan ini diharapkan menghasilkan PPV yang mendekati
PPV aktual dan hasil model ini akan dilanjutkan ke analisa kestabilan terowongan 1.
Dalam industri pertambangan kekar dapat menjadi masalah terkait kestabilan lereng maupun
lubang bukaan terowongan. Oleh karenanya dibutuhkan metode perkuatan batuan salah
satunya adalah grouting. Grouting merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk
memperbaiki sifat fisik dan mekanik batuan dengan memasukkan (injeksi) material berupa
padatan dan cairan contohnya semen kedalam rekahan, pori ataupun bukaan yang terdapat
pada batuan.
Sampel batuan terbuat dari material Moldano Tara (Dental Plaster tipe 3) dengan komposisi
perbandingan antara Moldano Tara dan air adalah 2:1. Sampel batuan dibuat dalam bentuk
silinder dengan diameter 54 mm. Setelah sampel dilakukan pencetakan maka sampel
dikeringkan selama 7 hari agar sampel mencapai kekuatan maksimal sebelum dilakukan
pengujian sampel utuh dan pembuatan kekar. Material grouting berupa campuran semen PCC
(Portland Composite Cement) dan air dengan perbandingan rasio semen dan air yaitu 4:5
diinjeksikan pada sampel batuan berkekar, kemudian dikeringkan selama 28 hari sebelum
dilakukan pengujian.
Penambangan batubara dengan metode shortwall memiliki resiko terhadap keruntuhan atap
lubang bukaan dan pilar batubara.
Pada tambang batubara bawah tanah ada dua jenis kondisi pembebanan. Dalam penambangan
room and pillar, pembebanan pada chain pillar berada di tengah dari development heading
Diatur oleh apa yang disebut konsep pembebanan tributary area Dalam konsep ini daerah
yang didukung oleh pillar meliputi daerah di atasnya dan daerah tributary area itu. Dengan
kata lain, pillar menyangga dengan seragam beban dari perlapisan batuan pillar serta satu-
setengah lebar entry di setiap sisi pillar .
Metode Rancangan Chain Pillar Tradisional Dalam metode tradisional ini, desain ukuran
pillar ditentukan dengan menjumlahkan pillar yang termuat pada kekuatan pillar tanpa
menggunakan efek distribusi tekanan nyata pada pillar dan interaksi sebagian atap, endapan
dan pillar
Hal ini dipengaruhi oleh faktor kestabilan dari lubang bukaan dan juga pilar sebagai
penyangga alamiah pada area penambangan. Dengan adanya permasalahan tersebut
diperlukan suatu kajian geoteknik terhadap rancangan pilar batubara bawah tanah, agar
kegiatan penambangan dapat dikerjakan dengan aman dan lancar.
Penentuan desain lebar chain pillar dianalisis secara analitik. Penentuan desain lebar chain
pillar dianalisis secara analitik. Data geometri seam D = 9 m, maka didapat ekstraksi rasio
(nilai r) sebesar 43,75 % pada satu level penambangan. Jika berdasarkan hasil perhitungan
lebar kritis chain pillar tiap levelnya didapat nilai ekstraksi rasio yaitu, seam D = 5,94 m,
didapat ektraksi rasio (nilai r) = 55,85 %.
Vibration Management for Slope Stability with “Signature Hole Analysis” Method in
Open Pit Blasting Activity
PT Multi Nitrotama Kimia merupakan salah satu perusahaan jasa pertambangan yang
bergerak pada bidang penyedia jasa peledakan dan penjualan bahan peledak terbesar di
Indonesia. Unit usaha ini bekerjasama dengan berbagai perusahaan pertambangan di
Indonesia, salah satunya adalah PT. Alamjaya Bara Pratama.
Salah satu dampak yang ditimbulkan dari kegiatan peledakan adalah Ground Vibration yang
akan mempengaruhi kestabilan lereng. Penelitian dan percobaan dilakukan menggunakan
metode Signature Hole Analysis (SHA) untuk pemetaan terhadap perambatan gelombang di
setiap range blok – strip tertentu untuk kemudian digunakan untuk memodelkan dan
memprediksi getaran yang diakibatkan oleh kegiatan peledakan. Metode Signature Hole
Analysis yang dikombinasikan dengan pendekatan Scaled Distance, berhasil menjadi solusi
dalam tata kelola getaran peledakan.
Pada kegiatan peledakan, hanya sebagian dari total energi yang dihasilkan bahan peledak
dikonsumsi untuk memecahkan batuan, sementara sisnya menjadi waste energy atau energi
sisa yang dapat mempengaruhi kestabilan lereng. Energi peledakan yang menyebabkan
elastic deformation dapat menghasilkan stress waves (body wave) yang merambat melalui
massa batuan . Energi yang tersisa (Seismic energy) akan menjalar melalui batuan
mengakibatkan deformasi dalam batuan tetapi tidak memecahkan batuan, karena masih di
dalam batas elastiknya.
Signature Hole Analysis (SHA) adalah suatu analisa yang dilakukan untuk merekam
gelombang daru satu atau banyak lubang ledak standar. Sensor getaran yang ditempatkan
diantara tempat yang sensitif terhadap getaran, yaitu dinding, bangunan, bendungan. Hal ini
akan memberikan informasi mengenai homogenitas masa batuan dengan rekaman rambat
gelombang getaran yang dihasilkan dan ditangkap oleh alat ukur.
Pelaksanaan Signature Hole Analysis yang dilakukan menggunakan 5 lubang sejajar dengan
arah directinitiation nya mengarah ke lereng pada low wall Pit 10. Untuk pengukuranya
menggunakan alat ukur getaran dan kebisingan. Alat perekam di letakan tegak lurus dengan
lereng pada low wall pit 10 dengan cakupan jarak 100-300m terhadap lubang Signature Hole
Analysis terakhir.
Dalam praktek penambangan tambang terbuka, penting untuk mengetahui seberapa stabilnya
suatu lereng. Lereng merupakan faktor utama jalannya produksi suatu tambang. Suatu
produksi tambang dapat berjalan dengan lancar karena lereng yang stabil. Kestabilan suatu
lereng sangat bergantung pada karakteristik massa batuan serta kondisi dari faktorfaktor
eksternal yang ada di lapangan seperti muka air tanah, getaran, dan lain-lain. Stabil tidaknya
suatu lereng dapat diketahui dari nilai FK. Nilai FK suatu lereng dapat diketahui dengan
analisis kestabilan lereng menggunakan metode tertentu.
Kestabilan suatu lereng umumnya dilakukan secara 2 dimensi (2D) karena dinilai lebih
sederhana daripada 3 Dimensi (3D). Oleh karena itu, hanya sedikit analisis dilakukan secara
3D. Akan tetapi, jika dilihat dari asumsi lebar lereng analisis 2D dapat menjadi tidak
representatif karena asumsi lebar lereng yang tak terbatas. Melalui analisis secara 3D hasil
yang didapat lebih dapat dipercaya karena memperhitungkan batasan akhir lebar bidang
longsor.
Metode Bishop 3D yaitu bidang runtuh berbentuk bola dengan arah y dan z. Seluruh bidang
runtuh telah didiskritisasi menjadi sejumlah kolom. Kondisi kesetimbangan yang dapat
dipenuhi oleh metode ini adalah kesetimbangan gaya dalam arah vertikal untuk setiap kolom
dan kesetimbangan momen pada pusat lingkaran runtuh untuk semua kolom, sedangkan
kesetimbangan gaya dalam arah horisontal tidak dapat dipenuhi.
Selain itu, volume dari potensi bidang longsor pun dapat diestimasi sehingga dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan tindakan, selanjutnya sesuai
dengan fungsi lereng. Hasil penelitian ini membuktikan lebar lereng 3D sangat berpengaruh
terhadap geometri lereng 2D, dimana hasil Faktor Keamanan (FK) 2D baru hampir sama
dengan FK 3D dapat diterima apabila rasio antara lebar (W) dengan tinggi (H) yaitu: tinggi 3
m dan 6 m rasio W/H sebesar 3,3, tinggi 12 m rasio W/H sebesar 2,5, dan tinggi 24 m rasio
W/H sebesar 2,1 dengan material limonit, saprolit dan bedrock. Hasil FK 3D lebih besar dari
FK 2D hal ini juga disebabkan oleh adanya pengaruh rasio lebar lereng dengan tinggi lereng.
Dalam analisis 2D, besar lebar lereng dianggap tidak terbatas (bidang lonsoran busur tidak
terbatas), sedangkan dalam analisis 3D besar lebar lereng memiliki batasan (bidang longsoran
berbentuk 1/4 bola). Dengan demikian hasil yang diperoleh pasti berbeda, baik besar nilai FK
maupun lokasi bidang longsornya.
DAFTAR PUSTAKA
Alam, N., Rahman, S., Simangunsong, G. M., & Arif, I. (2020). Analisis perubahan kekuatan
batuan akibat bidang diskontinu dan semen grouting. 29–36.
Arief, M. Z. (2020). Studi Pengaruh Geometri Lereng Pada Analisis Kemantapan Lereng 2D
Dan 3D Dengan Metode Kesetimbangan Batas. Indonesian Mining Professionals Journal,
2(1), 51–56.
Bandung, U. I. (2021). STATE OF ART SUATU SOLUSI UNTUK MENUNJANG
PASCATAMBANG TIMAH ALLUVIAL YANG. 85–94.
Effect of Coal Grain Size and Coal Compaction to the Spontaneous Combustion Potential at
Laboratory Scale. Indonesian Mining Professionals Journal, 2(1), 43–50.
Jasipto, A., Widodo, N. P., Simangunsong, G. M., Prasesetyo, S. H., Rai, M. A., Pradhana, D.
N., & Saputra, D. A. (2020). Dynamic Analysis of Blasting Effect on Nanjung Tunnel
Stability. Indonesian Mining Professionals Journal, 2(1), 1–10.
Rosyid, F. A. (2020). Analisis Dampak Investasi Terhadap Perekonomian Daerah: Studi
Kasus Investasi Pertambangan Mineral Logam Provinsi Papua. Indonesian Mining
Professionals Journal, 2(1), 11–28.
Teknik, F. (2020). Penentuan desain. 43–50.
Widodo, N. P., Sari, N. A., Kusuma, G. J., Ihsan, A., & Syawaludin, E. (2020). Study of the
Effect of Coal Grain Size and Coal Compaction to the Spontaneous Combustion Potential at
Laboratory Scale. Indonesian Mining Professionals Journal, 2(1), 43–50.