Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

MEKANIKA BATUAN

OLEH:

WILSON NATANIEL

190920352

TAMBANG B

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

2021
I. Studi Pengaruh Arah Rekahan Kuat Tekan
Batuan Untuk Disain Pertambangan dan
Insfrastruktur
Mekanika batuan (rock mechanics) adalah sebuah teknik dan juga sains yang
bertujuan mempelajari perilaku (behavior) batuan di tempat asalnya untuk dapat
mengendalikan pekerjaan-pekerjaan yang dibuat pada batuan tersebut. Salah satu sifat
mekanika batuan yang dibutuhkan pada pekerjaan-pekerjaan teknik adalah kekuatan
batuan (kuat tekan, kuat geser dan kuat tarik), modulus elastisitas (E), poisson
ratio (n), dan kohesi (c).

Kuat tekan batuan merupakan parameter yang sangat penting pada bidang
pertambangan dan infrastruktur teknik sipil (geoteknik). Pada bidang pertambangan,
kuat tekan batuan menentukan metode penambangan yang akan digunakan, desain
tambang bawah tanah, dan penyanggaan yang akan digunakan. Sedangkan pada
bidang teknik sipil, kuat tekan batuan sangat mempengaruhi disain infrastruktur yang
akan dibuat seperti pada perencanaan bendungan, pondasi dan terwowongan.
Mengingat pentingnya kuat tekan batuan tersebut, maka pengukuran yang akurat dan
pemahaman faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan menjadi perhatian untuk
menghasilkan pekerjaan pertambangan dan infrastruktur yang lebih stabil/aman dan
ekonomis.

Salah satu pengujian sifat mekanik batuan untuk mendapatkan data kuat tekan batuan
yaitu menggunakan Unconfined Compressive Strenght test (UCS) atau biasa disebut
juga uji kuat tekan uniaksial. Umumnya pengujian UCS dilakukan pada sampel
batuan utuh, namun dalam kondisi lapangan gaya tidak hanya bekerja terhadap
batuan utuh melainkan bekerja juga terhadap batuan yang memiliki struktur rekahan.

Penelitian ini fokus untuk mengetahui pengaruh arah rekahan (joint) terhadap kuat
tekan batuan. Aplikasi dari penelitian ini nantinya dapat digunakan untuk disain
pertambangan dan teknik sipil. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Geomekanik
dan Rekayasa Batuan Departemen Teknik Pertambangan, Universitas Hasanuddin
bekerjasama dengan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Ehime,
Jepang. Contoh batuan diambil dari lokasi pertambangan marmer PT. Wutama Tri
Makmur yang terletak di Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Minasa Tene,
Kabupaten Pangkep Kesampaian lokasi pengambilan contoh batuan dapat dilihat
pada Gambar 1.

Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka dilakukan beberapa kegiatan meliputi:

-       Pengumpulan contoh batuan dan preparasi arah rekahan yang berbeda
-       Pengujian UPV untuk penentuan arah rekahan batuan
-       Pengujian kuat tekan batuan berdasarkan arah rekahan batuan

Contoh batuan yang diambil merupakan batuan marmer yang berasal dari
pertambangan mitra penelitian PT. Wutama Tri Makmur (Gambar 2). Preparasi
contoh batuan dilaksanakan menggunakan mesin pemotong untuk mendapatkan 8
(delapan) kondisi dan arah rekahan batuan yang berbeda berdasarkan arah tekanan
yang akan diuji menggunakan alat uji kuat tekan uniaksial, yaitu: contoh batuan tanpa
rekahan (intact rock), batuan dengan rekahan arah 0o, 15o, 30o, 45o, 60o, 75o, dan 90o.
Desain arah rekahan dan kondisi pada contoh batuan dapat dilihat pada Gambar 3.

2. Ultrasonic Pulse Velocity


Uji UPV ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh rekahan terhadap cepat rambat
gelombang. Setiap contoh batuan dilakukan pengujian UPV untuk setiap sisi,
sehingga cepat rambat gelombang dari setiap sisi batuan dengan arah rekahan yang
berbeda dapat diketahui. Pengujian UPV dapat dilihat pada Gambar 4. 
3. test)
Uji kuat tekan batuan dilakukan untuk mengetahui nilai kuat tekan (?c) pada batuan.
Nilai kuat tekan batuan merupakan parameter yang sangat penting pada kegiatan-
kegiatan pertambangan dan teknik sipil (geoteknik). Uji kuat tekan pada penelitian ini
menggunakan alat kuat tekan uniaksial (Gambar 5).

Pelaksanaan penelitian ini di danai oleh JICA melalui kegiatan Hibah Penelitian C-
BEST. Diharapkan dari penelitian ini pengetahuan geomekanik perilaku rekahan
terhadap kekuatan batuan dapat lebih dipahami sehingga kestabilan dan keamanan
dari desain yang dihasilkan pada pekerjaan pertambangan dan infrastruktur dapat
lebih ditingkatkan.

Tim:
-       Dr. Eng. Purwanto, ST., MT (Ketua Peneliti)
-       Ir. Djamaluddin, MT
-       Sabrianto Aswad, S.Si., MT
-       Ir. Syamsidal
-       Ir. Munir Haque, MT
-       Dedi Eka Wahyuwibowo

II. Analisa Kuat Tekan Batuan Terhadap Stand-


up Time Lubang Tambang Bawah Tanah C1-G PT.
NAL Sawahlunto Sumatera Barat
Daerah penelitian (PT. NAL) berada di Desa Salak, Kecamatan Talawi Kota
Sawahlunto. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa kuat tekan batuan dan
stand-up time yang diperlukan dalam perencanaan penggalian dan pemasangan
penyangga pada lubang tambang bawah tanah PT. NAL. Pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan observasi lapangan dan pengujian di laboratorium.
Metode penyelesaian masalah dalam penelitian ini berdasarkan klasifikasi massa
batuan dari Bieniawski (1973) yaitu Rock Mass Rating System atau RMR yang
terdiri dari kuat tekan batuan utuh (UCS), jarak diskontinuitas, Rock Quality
Designation (RQD), kondisi kekar, kondisi air tanah serta orientasi diskontinuitas.
Hasil analisa sifat uji kuat tekan batuan utuh, terlihat bahwa batuan penyusun lubang
penambangan mempunyai nilai UCS sebesar 8.835 Mpa (weak) untuk batupasir,
13.367 Mpa (weak) untuk batulanau dan sebesar 4.620 Mpa (very weak) untuk
batubara. Berdasarkan uji sifat fisik, diketahui bahwa masing-masing batuan memiliki
nilai porositas rendah. Analisa geomekanik memberikan nilai pembobotan Rock
Mass Rating (RMR) dengan kualitas massa batuan kelas II (good rock) untuk ketiga
jenis massa batuan. Analisa menggunakan grafik stand-up time, didapatkan lamanya
batuan dapat menahan tekanan dirinya sendiri tanpa adanya penyangga (stand-up
time) untuk batupasir sebesar ±2500 jam (3 bulan 12 hari) dengan span 8 m,
batulanau ±2000 jam (2 bulan 21 hari) dengan span 8 m dan batubara ±5000 jam (6
bulan 27 hari) dengan span 6.8 m. Berdasarkan table GSR dari Bieniawski,
penggalian yang direkomendasikan yaitu penggalian full face 1-1.5 m dengan
complete support 20 m from face untuk kelas massa batuan II (good rock).

III. Mekanika Batuan Sangat Penting Dalam


Rancangan Terowongan

Sumber Daya Manusia bidang teknik penggalian batuan rekayasa teknologi modern
di tambang berkapasitas besar, efektif dan efesien, masih sangat dibutuhkan, misalnya
dalam melaksanakan esplorasi minyak dan gas bumi. Pelaksanaan esplorasi minyak
dan gas bumi saat ini sudah mencapai kedalaman yang sangat besar, sehingga perlu
pemahaman yang lebih dalam tentang pengetahuan struktur bumi.

Kegiatan tambang bawah tanah, mekanika batuan sangat penting dalam perencanaan
penggalian, stabilitas lereng batuan, rancangan terowongan, serta rancangan
penyanggahnya, kata Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, yang
dibacakan Kepala Biro Administrasi Perekonomian dan SDA Setdaprov DIY, Ir.
Retno Setijowati, MS, pada Simposiun dan Seminar Nasional Geomekanika yang
diselenggarakan oleh UPN Veteran Yogyakarta, di Hotel Sheraton Yogyakata, Kamis
(07/06).

Dikatakan Gubernur. dekade mendatang kecenderungan esktasi miniral menuju


tambang bawah tanah akan semakin nyata, demikian juga di bidang sipil,
pembangunan terowongan jalan raya dan PLTA akan mengikuti perkembangan
zaman. Geomenika adalah penerapan prinsip-prinsip rekayasa dan geologi pada
perilaku tanah/bantuan dan air tanah. Dimana pengunaan prinsip-prinsip ini di teknik
sipil, pertambangan lepas pantai yang memiliki lingkungan luas.

Di Indonesia proyek-proyek terowongan akhir-akhir ini sangat berkembang, termasuk


rekayasa bantuan yang dilaksanakan untuk tambang bijih tembaga, dimana tambang
biji tembaga menggunakan rekayasa bantuan bawah tanah. Demikian juga PLTA
sudah mulai memakai era rekayasa bantuan teknologi modern. Kata Gubernur.

Harapan Gubernur DIY, dengan adanya symposium dan seminar geomekanika yang
berthema menggagas masa depan rekayasa bantuan dan terowongan di
Indonesia ini, sekaligus tempat berkumpulnya para ahli dan Akademis guna
membahas teknologi rekayasa bantuan terowongan bawah tanah . semoga dalam
pertemuan ini bisa mengahsilkan solusi yang baik, demi kemajuan bidang
pertambangan di Indonesia.

Sementara itu Ir. Salahudin Lubis ,MP, mewakili Dirjen Menteri Negara Riset dan
Teknologi, mengatakan tambang yang ada disekitar kita memerlukan pengelolaan
yang baik, supaya nantinya tidak menjadi kutukan, Bagaimanapun pertambangan di
indonesia memberi kontribusi pada negara sangat besar. Batu bara sebagai sumber
energy yang sangat membutuhkan tenaga yang mempunyai Sumber Daya Manusia
Tinggi.,Karena batubara sangat dibutuhkan baik untuk kebutuhan domistik maupun
Exsport. Kata Lubis.

Ditambahkan lubis, penggalian tambang di hutan lindung harus mempunyai ijin dari
pemerintah, jika ada sinerginitas antara Akademi, Pemerintah, masyarakat dalam
menjalankan penggalian tambang bawah tanah, dengan menggunakn rekayasa
bantuan teknologi modern, akan bisa tergarap baik. Kita ketahui pertambangan bawah
tanah adalah pertambangan alternatip , namun kita ketahui bersama tambang bawah
tanah memang menggadung risiko tinggi dibandingkan pertambangan di atas tanah.

Sedangkan Dekan Teknik Pertambangan UPN Veteran Yongyakarta menjelaskan.


Tingkat kesulitan pertambangan bawah tanah memang agak besar, namun jika kita
dalam melaksanakan tambang bawah tanah dengan perencanaan yang baik, dengan
menggunakan hasil penelitian yang akuntabel, akan mudah dilaksanakan, kenapa,
karena struktur tanah itu tidak sama jika menggali terowongan, dalam memberi
penyanggah juga akan beda disesuiakan dengan struktur tanah yang ada. (skm)
IV. Analisis Pengaruh Tekanan Bawah Permukaan
dan Sifat Mekanika Batuan Terhadap Kestabilan
Lubang Pemboran di Lapangan DRF Cekungan
Jawa Timur Utara

Salah satu masalah pemboran yang sering terjadi adalah ketidakstabilan lubang bor.
Masalah tersebut dapat dihindari dengan analisis tekanan bawah permukaan dan sifat
- sifat mekanika batuan, sehingga dapat dicapai pemboran yang tepat waktu, biaya
dan meminimalkan Non Productive Time sehingga dapat mengoptimalkan eksploitasi
cadangan hidrokarbon pada Lapangan DRF. Analisis ini bertujuan untuk
mengevaluasi problem pemboran pada lapangan DRF yang diakibatkan oleh tekanan
bawah permukaan dan sifat - sifat mekanika batuan. Data yang digunakan pada
penelitian ini berupa well log, XRD, dan seismik 3D. Berdasarkan analisis tekanan
bawah permukaan, diketahui pada sumur DRF-1 terdapat zona overpressure pada
formasi Mundu dan 4300 - 6300 ftMD pada formasi Wonocolo - Ngrayong. Fracture
gradient (FG) pada zona overpressure antara 14.5 - 15.8 ppg. Maximum horizontal
stress (SHmax) pada Formasi Wonocolo sebesar 16.5 - 17 ppg, sedangkan shear
failure gradient (SFG) pada Formasi Wonocolo sebesar 11 - 12 ppg. Pada sumur
DRF-2 , terdapat zona overpressure pada formasi Mundu dan formasi Wonocolo -
Ngrayong. Pore pressure (PP) maksimal antara 12 - 12,5 ppg pada formasi
Wonocolo. FG pada zona overpressure 13.65 - 16.4 ppg. SHmax pada Formasi
Wonocolo sebesar 15.5 - 16 ppg, sedangkan SFG pada Formasi Wonocolo sebesar
10.5 - 11 ppg. Pada sumur DRF-17 terdapat dua zona overpressure dengan PP antara
9 - 9.5 ppg pada formasi Mundu dan formasi Wonocolo. FG pada zona overpressure
antara 13.6 - 14.5 ppg. SHmax pada Formasi Wonocolo sebesar 15.5 - 16 ppg,
sedangkan SFG pada Formasi Wonocolo sebesar 10 - 10.5 ppg. Dari hasil analisis
sifat mekanika batuan, dapat diketahui bahwa tegasan utama yang bekerja pada
Lapangan DRF mempunyai arah relatif utara - selatan (N 005 E - N 030 E). Jenis
patahan yang bekerja pada sumur DRF-1, DRF-2 dan DRF-17 merupakan patahan
normal. Berdasarkan analisa problem pemboran, permasalahan pemboran pada
Lapangan DRF diakibatkan karena penggunaan mud weight yang kurang tepat.
Faktor yang kedua adalah sifat mineral lempung yang mempunyai swelling tendency
tinggi maupun rendah. Penambahan parameter sifat mekanika batuan seperti SFG,
SHmax dan Shmin pada pressure window dapat meminimalisir terjadinya problem
pemboran dan operasi pemboran dapat berjalan tepat waktu.
V. Pada pengukuran porositas dan densitas
digunakan sampel batuan dibentuk pesegi Panjang

Porositas adalah kemampuan untuk menyerap fluida pada batuan atau formasi atau
ruang-ruang yang terisi oleh fluida di antara zat-zat padat atau mineral pada suatu
batuan. Pengujian kuat tekan bertujuan untuk mempeoleh suatu gambaran tentang
kualitas sifat struktur ataupun sifat mekanik batuan. Uji kekuatan tekan dilakukan
terhadap sampel batuan karst Hutan Batu Maros, dalam penelitian ini menggunakan
sampel berbentuk persegi panjang dengan dimensi ini perbandingan antara panjang
dengan lebar 2:1 dan memenuhi persyaratan compression test ASTM-C773.
Pada pengujian sifat mekanik batuan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
nilai kekuatan tekan batuan karst, serta bagaimana pengaruh besarnya nilai luas
permukaan dengan beban tekan dari batuan. Penentuan sifat fisik batuan sangat
penting untuk diketahui, karena dengan mengetahui sifat fisik batuan dapat
ditentukan kualitas batu kapur tersebut. Salah satu sifat fisik batuan yang penting
untuk diketahui adalah densitas dan porositas. Dengan melakukan pengujian tentang
sifat fisis batuan dapat diketahui jenis dari batuan tersebut. Misalnya dengan
menghitung besar nilai porositas dari batuan dapat diketahui jenis batuan tersebut
(Andi dkk, 2017).
Jenis Pengujian Sifat Fisik batuan yang umumnya dilakukan di laboratorium
diantaranya natural density (γn), dry density (γd), saturated density (γs), true specific
gravity, natural water content (ωn), saturated water content (ωs), degree of saturation
(S), porosity (n), void ratio. Pengujian kuat tekan menggunakan mesin tekan
(compression machine) untuk menekan perconto batu yang berbentuk silinder, balok
atau prisma dari satu arah (uniaxial). Kuat tekan uniaksial adalah gambaran dari nilai
tegangan maksimum yang dapat ditanggung sebuah contoh batuan sesaat sebelum
contoh tersebut hancur (failure) tanpa adanya pengaruh dari tegangan pemampatan
(tegangan pemanpatan sama dengan nol).
Kualitas conto batu uji untuk uji UCS sebaiknya diameter contoh batu uji paling tidak
berukuran tidak kurang dari ukuran NX, kurang lebih 54mm. Sebuah persamaan efek
skala untuk kuat tekan juga dibuat oleh Hoek & Brown (1980) untuk

contoh batuan sampai ukuran diameter 200 mm tetapi dinormalisasikan ke ukuran


50mm.
Dalam tabel klasifikasi kemampugaruan Weaver (1975) yang digunakan dalam
analisis penelitian ini salah satu faktor utama yang mempengaruhi perilaku massa
batuan adalah struktur seperti kekar. Parameter kekar yang harus diukur hubungannya
dengan pengaruhnya terhadap kemampugaruan batuan antara lain orientasi kekar,
spasi, kemenerusan dan material pengisi. Data kekar yang di dapat dilapangan
kemudian di proyeksikan untuk mendapatkan jumlah joint set pada lokasi pengukuran
menggunakan bantuan aplikasi DIPS dan didapatkan 3 joint set (Fitri dkk, 2016).
Lereng yang tidak stabil dapat menimbulkan bencana, yaitu gerakan massa tanah
dan/atau baˇtuan. Pergerakan massa tanah/batuan pada lereng dapat terjadi akibat
interaksi pengaruh antara beˇberapa kondisi yang meliputi kondisi morfologi, geologi,
struktur geologi, hidrogeologi, dan tata guna lahan. Kondisi tersebut saling
berpengaruh sehingga mewujudkan suatu kondisi lereng yang mempunyai
kecenderungan atau berpotensi unˇtuk bergerak. Salah satu kegiatan manusia yang
mempengaruhi kestabilan lereng adalah penggaliˇan atau pemotongan tanah pada
kaki lereng yang menyebabkan tinggi lereng bertambah dan penggaˇlian yang
mempertajam kemiringan lereng. Daerah penelitian yang memiliki kondisi lereng-
lereng yang landai hingga sangat terjal memiliki potensi terjadinya gerakan massa
tanah atau batuan yang cukup tinggi, sehingga perlu dilakukan rekayasa pada daerah
penelitian tersebut. Hubungan antara faktor pengontrol dengan faktor pemicu
menyebabkan lereng tidak stabil dan berpotensi besar mengalami gerakan massa
tanah.
Untuk menunjang hasil analisis yang lebih akurat sesuai dengan jenis gerakan massa
batuan, analisis faktor keamanan ini bertujuan untuk menˇgetahui kerentanan gerakan
massa batuan pada suatu lereng di daerah penelitian dan sebagai penˇcegahan
terhadap adanya gerakan massa batuan yang sewaktu- waktu dapat terjadi. Kondisi
geoˇmetri lereng yaitu kemiringan lereng dan tinggi leˇreng juga berpengaruh dalam
hal ini. Berdasarkan pengamatan di lapangan, terdapat dua lereng yaitu pada lereng A
dan lereng B daerah penambangan yang dapat terjadi gerakan massa tanah dan/atau
batuan. Lereng tersebut akan dicari faktor keˇamanannya dengan menggunakan
metode Janbu.
Pemotongan lereng berfungsi untuk menguˇbah geometri lereng yang ada di daerah
penelitian yang tersusun atas susunan perlapisan material batuan. Penerapan
pendekatan rekayasa mekanis dengan pemotongan lereng dapat membuat lereng lebih
landai atau mengurangi besar sudut kemirinˇgan permukaan lereng, sekaligus dapat
menguranˇgi ketinggian dari lereng. Masih aktifnya aktivitas penambangan oleh
perusahaan diharapkan dapat dilaksanakan dengan metode penambangan secaˇra
bertahap dari sisi bukit bagian atas. Metode ini dianggap cocok dengan

kondisi di lapangan, kareˇna dengan penambangan dari sisi bagian atas seˇcara
bertahap akan mengurangi beban pada lereng dalam menahan massa batuan.
Penambangan yang dilaksanakan hingga ketinggian rata-rata pada baˇgian atas lereng
dan mencapai lapisan bidang geˇlincir yang ujung bawahnya atau kaki lerengnya
menyentuh permukaan bawah lereng (tidak mengˇgantung ataupun tidak terpotong
oleh aktivitas peˇnambangan).
Hal tersebut dilaksanakan sekaligus dapat menghilangkan puncak terjal atau mahkota
longˇsor pada bagian atas lereng. Maka dengan adanya pemotongan lereng ini potensi
untuk terjadinya kembali gerakan massa batuan di daerah penelitiˇan dapat
diminimalisir. Parit penangkap (catch ditch) merupakan saˇlah satu rekayasa mekanis
yang hemat atau efektif dalam pembiayaannya (cost effective). Parit ini berˇfungsi
untuk menghentikan jatuhan batuan pada suatu lereng. Untuk membuat parit ini
dibutuhkan ruang yang memadai di ujung lereng atau kaki lereng (Dian dkk, 2021).
Kuat tekan uniaksial atau uniaxial compressive strength (UCS) dan sifat fisik menjadi
parameter penentu yang sangat penting dalam berbagai keperluan rekayasa mekanika
batuan. Kuat tekan uniaksial digunakan untuk memilih metode pemberaian batuan
pada kegiatan penambangan baik sistem tambang terbuka maupun bawah tanah
apakah menggunakan metode peledakan atau menggunakan alat mekanis. Data bobot
isi batuan diperlukan untuk perancangan jenis dan jumlah alat-alat mekanis dalam
penggalian dan penanganan batuan. Sedangkan data porositas, kandungan air, dan
derajat kejenuhan diperlukan untuk memodelkan dan mengidentifikasi permasalahan
geohidrologi tambang. Kuat tekan dan sifat fisik sendiri secara bersamaan berkaitan
erat dengan kestabilan geoteknik lereng tambang terbuka dan lubang galian tambang
bawah tanah. Sifat fisik batuan, diantaranya densitas dan porositas serta Modulus
Young dan Rasio Poisson yang diperoleh dari uji kuat tekan uniaksial merupakan
masukan dasar untuk pemodelan geomekanik dan desain teknik geologi. Kekuatan
batuan merupakan kriteria penting dalam klasifikasi batuan untuk mengoptimalkan
penggunaan konstruksi dan desain stuktur permukaan dan / atau bawah permukaan.
Kuat tekan uniaksial (UCS) sebagai parameter yang paling banyak digunakan untuk
mengevaluasi batuan kekuatan, membutuhkan pengujian yang mahal dan memakan
waktu dengan persiapan sampel yang cermat. Secara umum baik kekuatan,
deformabilitas dan kekakuan batuan ini menunjukkan ketergantungan pada porositas.
Porositas adalah kemampuan untuk menyerap fluida pada batuan atau formasi atau
ruangˇruang yang terisi oleh fluida di antara zat-zat padat atau mineral pada suatu
batuan. Porositas dapat dibentuk oleh rongga, antara butiran atau mineral, dengan
ukuran dan bentuk yang berbeda, dengan distribusi ukuran tertentu dan dapat saling
berhubungan atau terputus.
Melalui uji sifat fisik dan kuat tekan uniaksial pada batu granit diperoleh bobot isi
asli, kering, dan jenuh berkorelasi negatif dengan porositas. Semakin tinggi porositas,
nilai bobot isi semakin kecil. Sampel batu granit memiliki porositas rendah

dengan rata-rata 3,49%, bobot isi asli rata-rata 2,48 gr/cm3, bobot isi kering dengan
rata-rata 2,45 gr/cm3 dan bobot isi jenuh rata-rata 2,49 gr/cm3, Kadar air rata-rata
sebesar 1,29% dan derajat kejenuhan 90,31%. Parameter sifat fisik yang paling
mempengaruhi kuat tekan uniaksial adalah porositas dan kadar air. Nilai porositas
lebih mempengaruhi nilai UCS dengan R2 sebesar 0,9033 dan kadar air lebih
mempengaruhi nilai Modulus Young dengan R2 sebesar 0,8602. Pada grafik
porositas dan kadar air menunjukkan garis menurun, semakin besar porositas dan
kadar air yang terkandung, maka akan semakin berkurang kekuatan batuan
(Guskarnali, 2020)
Hujan lebat yang turun pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui
tanah rekahan tanah atau batuan air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar
lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Dengan adanya vegetasi di
permukaannya akan mencegah terjadinya tanah longsor, karena air akan diserap oleh
tumbuhan dan akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah. Lereng atau tebing
yang terjal terbentuk akan memperbesar gaya pendorong. Massa batuan yang tersebar
di alam merupakan kumpulan material yang tidak sama (heterogen). Setiap
batuan/material memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Untuk mengetahui karakteristik massa batuan di suatu daerah tertentu, maka perlu
dilakukan pengukuran atau pengamatan secara langsung terhadap material atau
batuan.
Material di alam umumnya berada dalam keadaan mantap (stabile), artinya distribusi
tegangan pada material tersebut berada dalam keadaan setimbang (equilibrium).
Namun bila ada aktivitas yang menyebabkan terganggunya tegangan material lereng,
maka gaya-gaya yang terdapat dalam tanah atau batuan tersebut akan berusaha
mencapai kesetimbangan baru dengan cara pengurangan beban, terutama dalam
bentuk longsoran.
Kemantapan suatu lereng dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain :
1. Geometri Lereng Geometri lereng yang terdiri dari kemiringan dan ketinggian
sangat mempengaruhi kemantapan suatu lereng. Semakin besar kemiringan dan
ketinggian lereng, maka kemantapannya semakin berkurang. Selain itu kegiatan
penimbunan dan pemotongan lereng akan menyebabkan penambahan dan
pengurangan beban sehingga kesetabilan material akan berubah.
2. Sifat fisik dan mekanik batuan Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kemantapan
lereng antara lain : bobot isi (density), porositas, dan kandungan air. Sedangkan sifat
mekanik batuan yang mempengaruhi kemantapan lereng antara lain : kuat tekan
(UCS), kuat tarik, dan kuat geser (kohesi dan sudut geser dalam).
3. Struktur geologi dan karakteristiknya Struktur geologi yang mempengaruhi
kemantapan lereng antara lain : sesar (fault), kekar (Joint), lipatan ( fold), bidang
perlipatan (bedding plane), dan rekahan (crack). Struktur geologi tersebut merupakan

bidang-bidang lemah dan sekaligus sebagai tempat merembesnya air dan dapat
menyebabkan terjadinya tension crack yang menyebabkan batuan menjadi mudah
longsor.
4. Keadaan hidrologi dan hidrogeologi pada lereng tersebut Keberadaan air, terutama
air tanah (ground water) sangat mempengaruhi kemantapan suatu lereng, karena air
tanah tersebut memiliki tekanan yang dikenal dengan tekanan air pori (pore water
pressure) yang dapat menimbulkan gaya angkat (uplift force) yang sangat
berpengaruh pada terjadinya longsor karena menurunkan kekuatan geser.
5. Gaya-gaya luar Gaya-gaya dari luar yang dapat mempengaruhi kemantapan suatu
lereng antara lain: getaran yang diakibatkan oleh gempa, peledakan, pembebanan dan
lain-lain.
6. Pelapukan Pelapukan sangat mempengaruhi kemantapan lereng. Temperatur yang
cepat berubah dalam waktu yang singkat akan mempercepat proses pelapukan batuan.
Untuk daerah tropis pelapukan terjadi lebih cepat. Oleh karena itu, singkapan batuan
pada lereng tropis akan lebih cepat lapuk dan ini menyebabkan lereng mudah longsor.
Pada pemboran berdasarkan RQD (Rock Quality Designation) lapisan paling bawah
mempunyai kekuatan jelek kemudian diatas lapisan batubara kekuatannya baik
hingga sangat baik, selanjutnya semakin keatas keuatan batuannya sedang. Kondisi
kekuatan batuan pada lubang bor berdasarkan hasil analisis laboratorium mekanika
batuan didapat berat jenis antara 2.648 hingga 2.770. Pada test triaxal test didapat
kohesi total antara (6.66 – 9.05) Kg/cm2 , sudut gesar total antara (37.19 - 44.08)º,
kohesi residual (2.72 – 3.10) Kg/cm2 , sudut geser residual (27.22 – 32.44)º.
Sedangkan pada direct shear test kohesi puncak antara (6.66 – 9.05) Kg/cm2 , sudut
geser dalam pada kohesi puncak (36.15 – 43.00)º, kohesi residual (2.22 – 3.10)
Kg/cm2 . sudut geser dalam pada kohesi residual (37.22 – 33.85)º. Ini menunjukkan
bahwa batuan di lokasi penelitian termasuk dalam kekuatan yang sedang. Hasil
analisis kemantapan lereng di daerah lokasi penelitian, dengan lereng tunggal dan
dilakukan pada lapisan batuan yang ada, maka didapat tinggi lereng 10 m dan sudut
kemiringan lereng 60º dengan faktor keamanan 1.30. Tetapi untuk lereng keseluruhan
(overall slope) tinggi lereng 100 m dengan sudut kemiringan lereng 48º serta berm 3
meter, untuk semua lapisan batuan dengan faktor keamanan 2,588 (Sujiman, 2016).

SUMBER
1. Fadilah, Fitri. (2016). Analisis kemampugaruan massa batuan berdasarkan metode
grading pada tambang batupasir Kecamatan Samarinda Seberang Kalimantan
Timur. Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL, Vol. 4, Hal. 15-22
2. Guskarnali. (2020). Pengaruh Sifat Fisik Batuan Terhadap Kuat Tekan Uniaksial
pada Batu Granit di Pulau Bangka. Jurnal Geominne, Vol. 8. Hal. 214-219.
3. Rosari, Andi. (2017). Analisis sifat fisis dan sifat mekanik batuan Karst Maros.
Jurnal Sains dan Pendidikan fisika, Vol. 13, Hal. 276-281.
4. Santoso, Dian. (2021). Analisis Kestabilan Lereng dan Pengelolaan Lereng Akibat
Penambangan Andesit di Sebagian Kecamatan Bagelan Purworejo. Jurnal Geografi,
Vol. 18, Hal. 46-51.
5. Sujiman. (2016). Analisis stabilitas longsoran berdasarkan kondisi tipe, sifat fisik
dan mekanik batuan di Kecamatan Telukpandan Kabupaten Kutai Timur, Provinsi
KalimantaPsn Timur. Jurnal Bumi Lestari, Vol. 16. Hal. 23-31.

Anda mungkin juga menyukai