Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah , Ma V, 2023

RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG


BAWAH TANAH

Murniati1, Virginia Mutiara Hendrik, S.T.2, Umar Triadi Rivai, S.T., M.T.3
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia
Makassar; Jl. Urip Sumoharjo KM 05, telp/fax (+62) 411 455666/ (+62) 411 455695
e-mail: anditenrimabaritta47@gmail.com

SARI

Tambang bawah tanah (underground mining) adalah metode penambangan yang segala kegiatan atau
aktivitas penambangannya dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya tidak langsung
berhubungan dengan udara luar. Pada praktikum tambang bawah tanah dengan mata acara keempat
yaitu “rancangan terowongan tambang bawah tanah”, bertujuan mengetahui prinsip rancangan
terowongan tambang bawah tanah dan praktikan mengetahui pengaplikasian penyangga berdasarkan
RMR dan Q-system di pemodelan numerik (software) serta praktikan mengetahui pemodelan numerik
dan analisis kestabilan untuk rancangan terowongan tambang bawah tanah dengan maksud
mengetahui rancangan terowongan dan analisis kestabilan tambang bawah tanah. Pada praktikum
mata acara kelima, praktikan akan merancang sebuah terowongan tambang bawah tanah
menggunakan software phase2. Perancangan ini dilakukan untuk mengetahuin gambarn terowongan
tambang bawah tanah.

Kata kunci: Phase2, Tambang Bawah Tanah, Perancangan.

ABSTRACT

Underground mining is a mining method in which all mining activities are carried out below the
surface of the earth, and the workplace is not directly connected to the outside air. In the underground
mining practicum with the fourth item, namely "underground mining tunnel design", the aim is to
know the principles of underground mining tunnel design and practice to know the application of
supports based on RMR and Q-system in numerical modeling (software) and practice to know
numerical modeling and analysis stability for underground mining tunnel design with the aim of
knowing tunnel design and underground mining stability analysis. In the fifth practicum item, students
will design an underground mining tunnel using phase2 software. This design was carried out to
provide an overview of underground mining tunnels.

Keywords: Phase2, Underground Mining, Planning.

I. PENDAHULUAN

Tingginya permintaan pasar akan bahan galian tambang yang memberikan cukup banyak
manfaat dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan yang akan mendatang, mendorong para ilmuwan
untuk menciptakan bebagai macam alat-alat yang canggih yang dapat digunakan pada proses
penambangan, khususnya pada proses operasi tambang bawah tanah (underground mining). Alat-alat
yang diciptakan bukan hanya canggih, namun para ilmuwan menciptakan dengan penuh ketelitian
dengan tingkat akurasi yang tinggi untuk membantu serta memudahkan para pekerja dalam
melakukan operasi penambangan (Irmansyah, 2017).
Tambang bawah tanah merupakan kegiatan yang kompleks terutama terkait dengan kekuatan
batuan yang dibongkar untuk pembuatan terowongan. Rock Mass Rating (RMR) adalah salah satu
metode klasifikasi massa batuan yang dipakai untuk mengetahui nilai ketahanan suatu massa batuan
dan disajikan dalam bentuk kualifikasi kualitas suatu massa batuan. Rock Mass Rating (RMR)
diciptakan pertama kali oleh Bieniawski (1973). Sistem klasifikasi ini telah dimodifikasi beberapa kali
(terakhir 1989). Modifikasi selalu menggunakan data yang baru agar dapat digunakan untuk berbagai
Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah , Ma V, 2023

kepentingan dan disesuaikan dengan standar internasional. Klasifikasi massa batuan menggunakan
sistem RMR dapat dibagi menjadi 5 parameter yaitu kuat tekan batuan utuh rock quality designation
(RQD) jarak spasi kekar, kondisi kekar dan kondisi air (Askari, R. 2017).
Terowongan adalah struktur bawah tanah yang mempunyai panjang lebih dari lebar
penampang galiannya, dan mempunyai gradien memanjang kurang dari 15%. Terowongan umunya
tertutup di seluruh sisi kecuali di kedua ujungnya yang terbuka pada lingkungan luar. Terowongan
dibuat menembus gunung, di bawah sungai, laut, pemukiman, gedung- gedung atau jalan raya.
Berguna untuk sarana tranportasi, hidro power, jaringan listrik, gas, saluran pembuangan dan lain-lain.
Phase2 digunakan untuk menganalisis bending momen yang terjadi pada lining, gaya aksial yang
terjadi pada rockbolt, tegangan dan deformasi yang terjadi disekitar terowongan serta
penurunan tanah diatas terowongan dalam bentuk dua dimensi (Rana, 2020).

II. MAKSUD DAN TUJUAN PRAKTIKUM

Maksud dari praktikum mata acara kelima yaitu mengetahui rancangan terowongan dan analisis
kestabilan tambang bawah tanah.
Adapun tujuannya yaitu praktikan mengetahui prinsip rancangan terowongan tambang bawah
tanah dan praktikan mengetahui pengaplikasian penyangga berdasarkan RMR dan Q-system di
pemodelan numerik (software) serta praktikan mengetahui pemodelan numerik dan analisis kestabilan
untuk rancangan terowongan tambang bawah tanah.

III. TINJAUAN PUSTAKA

Tambang bawah tanah merupakan kegiatan yang kompleks terutama terkait dengan kekuatan
batuan yang dibongkar untuk pembuatan terowongan. Sangat diperlukan adanya analisis geoteknik
yang baik untuk dapat memeberikan perlakuan yang tepat terhadap batuan yang dibongkar. Kegiatan
tambang bawah tanah sangat beresiko tinggi sehingga sangat diperlukan penanganan yang sangat hati-
hati dalam pengerjaannya. Pembongkaran batuan akan berpengaruh langsung terhadap kekuatan dan
bentuk batuan yang dibongkar, dengan demikian batuan akan mencari keseimbangan baru setelah
adanya perlakuan yang diberikan terhadapnya. Dengan sifat alami batuan tersebut maka batuan akan
mencari bidang bebas untuk berdeformasi dan memungkinkan tercapainya keseimbangan baru,
perilaku ini ditunjukkan dengan adanya perpindahan pada dinding dan atap terowongan, longsoran
ataupun ambrukan pada terowongan (Agustin dkk, 2017).

A. Kestabilan Tambang Bawah Tanah

Kegiatan penambangan pada tambang bawah tanah memiliki resiko yang sangat tinggi bagi
para pekerja tambang sehingga sangat diperlukan suatu penanganan yang hati-hati dalam
pengerjaannya. Pembongkaran batuan yang dilakukan akan berpengaruh langsung terhadap kekuatan
dan bentuk batuan yang dibongkar, oleh karena itu batuan tersebut akan mencari keseimbangan baru
setelah adanya perlakuan yang diberikan kepadanya. Dengan sifat alami yang dimiliki batuan tersebut
maka batuan akan mencari bidang bebas untuk berdeformasi dan memungkinkan tercapainya suatu
keseimbangan yang baru, yang mana perilaku ini ditunjukkan dengan adanya perpindahan pada
dinding dan atap lubang bukaan, terjadinya longsoran atau ambrukan pada lubang bukaan.
Tanah adalah kestabilan lubang bukaan. Potensi ketidakstabilan yang terjadi pada lubang
bukaan bawah tanah akan selalu membutuhkan penanganan khusus terutama untuk menjaga
keselamatan pekerja, dan mencegah terganggunya produksi kestabilan lubang bukaan dan peranan
ketebalan pilar yang ditinggalkan berkaitan erat dengan penggunaan sistem penyangga. Peranan pilar
sangatlah penting untuk aktifitas penambangan di level tersebut dan di sisi lain ketebalan pilar yang
ditinggalkan sangat mempengaruhi perolehan bijih. Semakin tipis pilar yang ditinggalkan, semakin
besar perolehan bijih, akan tetapi potensi terjadinya keruntuhan akan semakin besar. Hal ini
menunjukan bahwa pilar harus kuat dan mampu menahan beban dalam jangka waktu tertentu yang
Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah , Ma V, 2023

diperlukan agar proses penambangan dapat berlangsung dengan baik.. Maka dari itu, diperlukan
analisis kelayakan sistem penyangga dan dimensi pilar agar resiko akibat ketidakstabilan dapat
teratasi. Massa batuan adalah susunan blok-blok material batuan yang dipisahkan oleh berbagai tipe
ketidak menerusan geologi.
Klasifikasi massa batuan dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang timbul di
lapangan secara cepat dan tidak ditujukan untuk mengganti studi analitik, observasi lapangan,
pengukuran, dan engineering judgement. Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang
berbeda tidak mempunyai komposisi kimia tetap. Mekanika batuan adalah sebuah teknik dan juga
sains yang tujuannya adalah mempelajari perilaku (behaviour) batuan di tempat asalnya untuk dapat
mengendalikan pekerjaan-pekerjaan yang dibuat pada batuan tersebut (seperti penggalian dibawah
tanah, dan lain-lainnya). Orang yang pertama kali memperkenalkan Mekanika Batuan di Perancis
pada tahun (1943), batuan adalah material yang membentuk kulit bumi termasuk fluida yang berada
didalamnya seperti air, minyak dan lain-lain.
Klasifikasi massa batuan merupakan suatu pendekatan rancangan empiris yang digunakan
secara luas di dalam rekayasa batuan. Pendekatan klasifikasi massa batuan dapat digunakan sebagai
dasar praktis untuk memperkirakan kualitas massa batuan baik di permukaan atau di bawah tanah.
Dalam perkembangan rekayasa batuan, Rock Mass Rating System (Bieniawski, 1989) merupakan
klasifikasi massa batuan yang sering digunakan dalam berbagai penyelidikan geoteknik. Daerah
penelitian terletak di dalam kawasan kars di dua lokasi, yaitu kuari batugamping di blok Sawir Tuban
dan blok SAF Rembang, dimana terdapat fenomena khusus, yaitu terdapat batugamping berongga
berlapis (limestone cavity layer) pada dinding lereng penambangan (Bieniawski, 1989).
Terowongan adalah bangunan dibawah permukaan tanah yang dibangun dengan cara
menerowong menggali lobang dengan cara khusus tanpa menggangu permukaan tanah. Tujuan utama
dari pembuatan terowongan secara langsung melengkapi fasilitas transportasi penumpang atau barang
melalui rintangan yang nyata. Rintangan bisa berupa gunung pegunungan, genangan air, Kota yang
padat penduduk dan daerah industri, kemudian terowongan tersebut dibangun melalui bawah gunung/
pegunungan, sungai, selat, bangunan dan jalan raya.
Terowongan telah banyak memberikan andil sejak jaman dulu, semula terowongan digunakan
untuk jalannya aliran air, jalan kereta api, jalan raya dan untuk tujuan khusus seperti membawa surat
dikota besar seperti London. Pada abad ke 20 telah dibangun di dasar laut jaringan terowongan untuk
melayani tenaga listrik dan suplai air bersih/ minum. Angkatan bersenjata membangun terowongan
digunakan untuk bermacam macam keperluan mulai dari menyimpan bahan peledak/ alat perang dan
stasiun tenaga listrik dibawah tanah.
Teknik yang moderen dalam pembuatan terowongan telah dilakukan sewaktu masa perluasan
jaringan kereta api pada abad yang lalu dan mulai abad ke 20. Pembuatan terowongan untuk rencana
tenaga air membawa kebutuhan baru, utamanya mengenai pembuatan terowongan dengan cepat,
terowongan yang kedap air, terowongan dengan kekuatan batu itu sendiri, cara modern dalam
pengeboran dan peledakan dan mencegah kerusakan pada saat operasi. Pembuatan terowongan pada
masa sekarang dapat dilakukan lebih cepat dan lebih ekonomis bila dibandingkan dengan 50 tahun
yang lalu (Wally dkk, 2020).

B. Modulus Young (E)

Modulus young, juga dikenal sebagai modulus elastis adalah suatu ukuran bagaimana suatu
materi atau struktur akan rusak dan berubah bentuk jika ditempatkan di bawah tegangan. Modulus
young adalah ukuran kekakuan suatu bahan isotropik elastis dan merupakan angka yang digunakan
untuk mengkarakterisasi bahan. Modulus young didefinisikan sebagai rasio dari tegangan sepanjang
sumbu atas regangan sepanjang poros sumbu tersebut di mana hukum Hooke berlaku. Modulus young
adalah ukuran bagaimana sulitnya untuk memampatkan material, seperti baja. Mengukur tekanan dan
biasanya dihitung dalam satuan pascal (Pa). Hal ini paling sering digunakan oleh fisikawan untuk
menentukan tegangan yaitu pengukuran seberapa material, menanggapi tekanan, seperti terjepit atau
diregangkan Young, E, dapat dihitung dengan membagi tegangan tarik oleh regangan tarik dalam
Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah , Ma V, 2023

batas elastisitas linier pada bagian dari kurva tegangan-regangan.


Elastisitas adalah kemampuan suatu material untuk kembali ke keadaan atau dimensi aslinya
setelah beban, atau stres, dihilangkan. Regangan elastis adalah reversibel, yang berarti regangan akan
hilang setelah tegangan tersebut dihilangkan dan material akan kembali ke keadaan semula. Bahan
yang terkena tingkat stres yang intens dapat rusak ke titik di mana stres merubah bahan tersebut tidak
akan kembali ke ukuran aslinya. Hal ini disebut sebagai deformasi plastis atau regangan plastis.
Kemampuan materi untuk menolak atau meneruskan tegangan adalah penting, dan sifat ini
sering digunakan untuk menentukan apakah bahan tertentu cocok untuk tujuan tertentu. Sifat ini
sering ditentukan di laboratorium, menggunakan teknik eksperimental yang dikenal sebagai uji tarik,
yang biasanya dilakukan pada sampel bahan dengan bentuk dan dimensi tertentu. Modulus young
dikenal untuk berbagai bahan struktural, termasuk logam, kayu, kaca, karet, keramik, beton dan
plastik.

Gambar 1. Modulus Young


Modulus young menggambarkan hubungan antara tegangan dan perubahan bentuk bahan.
Stres atau tegangan didefinisikan sebagai gaya yang diterapkan tiap satuan luas, dengan satuan yang
khas pound per square inch (psi) atau Newton per meter persegi – juga dikenal sebagai pascal (Pa).
Regangan adalah suatu ukuran jumlah yang material berubah bentuk ketika tegangan diterapkan dan
dihitung dengan mengukur jumlah deformasi di bawah kondisi stres, dibandingkan dengan dimensi
aslinya.
Molekul-molekul zat padat tersusun rapat sehingga ikatan diantara mereka relative kuat.
Inilah mengapa sebabnya mengapa zat padat biasanya sukar dipecah-pecah dengan tangan. Sebagai
contoh, untuk membelah kayu dibutuhkan alat lain dengan gaya yang lebih besar. Setiap usaha untuk
memisahkan molekul-molekul zat padat, misalnya tarikan atau tekanan, akan selalu dilawan oleh gaya
tarik menarik antar molekul zat padat itu sendiri. Benda disebut elastis sempurna jika benda akan
kembali seperti semula jika gaya yang diberikan dihilangkan. Sebaliknya, benda yang tidak memiliki
sifat elastik, tidak akan kembali ke bentuk semula. Perbedaan antara sifat elastik dan non elastik
berada pada tingkatan besar-kecilnya elastisitas yang terjadi (Rohmah, 2019).

C. Sudut Geser Dalam

Sudut geser dalam merupakan sudut yang dibentuk dari hubungan antarategangan normal dan
tegangan geser di dalam material tanah atau batuan. Sudut geser dalam adalah sudut rekahan yang
dibentuk jika suatu material dikenai tegangan atau gaya terhadapnya yang melebihi tegangan
gesernya. Semakin besar sudut geser dalam suatu material maka material tersebut akan lebih tahan
menerima tegangan luar yang dikenakan terhadapnya. Untuk memahami sudut geser dalam, bisa
dibayangkan sebuah balok dengan berat W berada pada permukaan seperti pada bidang miring yang
licin dengan permukaan sebuah bidang miring yang licin dengan luas bidang sentuh sebesar A berikut
ilustrasinya.
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting untuk mendukung
keberhasilan pembangunan fisik infrastruktur. Tanah merupakan dasar pijakan terakhir untuk
menerima pembebanan yang ada diatasnya. Hal ini paling sering digunakan oleh fisikawan untuk
Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah , Ma V, 2023

menentukan tegangan yaitu pengukuran seberapa material, menanggapi tekanan, seperti terjepit atau
diregangkan Young, Peran tanah yang sangat besar ini harus diketahui sifat dan karakteristik dari
tanah itu sendiri sebelum para pelaku pembangunan akan melakukan kegiatan kegiatan pembangunan.
Setiap daerah memiliki keadaan tanah yang beragam, baik dari segi jenis tanah, daya dukung, maupun
parameter lainnya dari tanah. Tentu saja hal tersebut dapat mengakibatkan daya dukung dan parameter
tanah selalu berubah parameter tanah tersebut mencakupi sudut geser tanah dan kohesi tanah
(Rohmah, 2019).

D. Poisson Ratio

Poisson Ratio adalah konstanta elastisitas yang dimiliki oleh setiap material. Sebuah material
yang diberikan gaya satu arah, ditarik maupun ditekan, akan mengalami perubahan bentuk. Selain
perubahan bentuk kearah gaya yang diberikan, ada juga perubahan bentuk ke arah yang tegak lurus
dengan arah gaya. Poisson Ratio adalah perbandingan dari perubahan arah aksial dengan perubahan
arah transversal tersebut. Ketika sebuah gaya satu arah diberikan kepada material tersebut sehingga
menghasilkan regangan dan membuat material tersebut berdeformasi, kita bisa menyimpulkan
Poisson Ratio dari material tersebut dengan rumus:

: Poisson’s Ratio
daxial : Regangan axial (positif untuk gaya axial tarik, negatif untuk gaya aksial tekan)
dtransversal : Regangan transversal (positif untuk gaya aksial tarik, negatif untuk gaya aksial tekan)
Poisson Ratio dapat menggambarkan karakter dan sifat masing-masing material. Mayoritas
material memiliki rentang Poisson Ratio antara -1.0 sampai dengan 0.5, namun ada beberapa
pengecualian. Material yang stabil, isotropis, dan elasitis bisa memiliki Poisson Ratio yang berkisar
antara 0.0 sampai 0.5. Hal ini dikarenakan modulus young, modulus puntir dan modulus deformasi
harus bernilai positif. Karet memiliki Poisson Ratio mendekati 0.5. Polimer busa memiliki Poisson
Ratio negatif, jika material tersebut ditarik, ketebalannya justru akan bertambah.
Poisson Ratio sangat berguna di beberapa bidang. Salah satu bidang yang membutuhkan
pengaplikasian Poisson Ratio adalah pipa bertekanan tinggi. Air atau udara yang diberi tekanan tinggi
akan mengembang ke segala arah dan memberikan gaya pada bagian dalam pipa. Gaya tersebut akan
menimbulkan tegangan radial pada material penyusun pipa dan menyebabkan perubahan pada panjang
pipa. Apabila material yang digunakan tidak memiliki Poisson Ratio yang cukup besar untuk pipa
agar berdeformasi menyamai tekanan yang diterima, akan terjadi kegagalan pada susunan pipa. Pipa
akan memendek dan merusak susunan pipa secara keseluruhan. Jadi poisson ratio adalah
perbandingan negatif dari perubahan aksial dan transversal dari sebuah material, ketika diberikan
gaya satu arah. Poisson Ratio menggambarkan sifat dan karakteristik dari suatu material. Karena itu,
Poisson Ratio sangat penting untuk diketahui dalam pemilihan material suatu benda (Rohmah, 2019).

E. Faktor Keamanan Terowongan

Terowongan adalah bangunan lubang tembusan bawah permukaan yang menembus


bantala/ground yang terdiri tanah atau batuan dari gunung, sungai, bawah jalan, dan lain-lain dengan
fungsi sebagai jalan raya, jalan KA, jalan air. Sedangkan menurut terowongan didefinisikan sebagai
lubang bukaan yang dibuat dengan dua lubang bukaan yang saling berhubungan langsung atau dengan
kata lain kedua lubang bukaan tersebut harus menembus bagian kerak bumi. Potensi terjadinya
ketidakstabilan disekitar lubang bukaan tambang bawah tanah membutuhkan penanganan khusus,
terutama masalah faktor keamanan dan perencanaan penyangga. Untuk mengidentifikasi nilai kualitas
massa batuan dan rekomendasi jenis penyangga menggunakan metode Q-Sytem. Analisis ini
menyatakan kestabilan lubang bukaan dipengaruhi oleh sifat fisik dan mekanik batuan penyusun
terowongan, tekanan air tanah, kodisi struktur geologi seperti adanya kekar sebagai bidang lemah, dan
Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah , Ma V, 2023

tegangan yang bekerja pada terowongan. Maka perlu dilakukan pengamatan pada lubang bukaan dan
pengujian sampel batuan sebagai penyusun lubang bukaan (Rohmah, 2019).

F. Istilah-Istilah dalam Tambang Bawah Tanah

Adapun istilah-istilah tambang bawah tanah (Hartman, 1987):


1. Vein atau urat batuan: adalah intrusi batuan lain ke dalam batuan induk. Intusi terjadi
melalui rekahan-rekahan batuan induk, dan lebih keras daripada batuan induk. Endapan
bijih dalam sebuah cebakan relatif berbeda kadarnya pada masingmasing bagiannya.
2. Drift: adalah lubang bukaan yang menghubungkan antar level secara vertical.
3. Dillution: adalah batuan yang tidak bisa tidak-ikut tertambang bersama bijih dan
mengurangi kadar bijih.
4. Level: adalah lubang bukaan yang bertingkat-tingkat.
5. Raise: adalah lubang bukaan horizontal yang berfungsi sebagai jalan keluar masuk
pekerja dan juga mengeluarkan endapan bijih.
6. Fumes: adalah gas-gas yang beracun sebagai hasil reaksi kimia bahan peledak yang
meledak, terdiri dari gas-gas CO dan NOX.
7. Waste: adalah sisa-sisa penggalian pada tambang bawah tanah yang tidak bermanfaat
yang diperoleh pada saat underground development.
8. Barren rock: adalah batuan yang tidak mengandung logam atau bagian dari bijih yang
mempunyai kadar bijih sangat kecil.
9. Mining recovery: adalah perbandingan antara bijih yang dapat ditambang dengan bijih
ada didalam perhitungan eksplorasi, dinyatakan dalam persen.
10. Losses: adalah kehilangan bijih pada penambangan bawah tanah karena keterbatasan atau
kendala inheren pada metode yang diterapkan.
11. Permissible explosive: adalah bahan peledak yang menghasilkan gas-gas tidak beracun,
dan dikhususkan pemakaiannya pada tambang bawah tanah.
12. Smoke: adalah gas-gas yang tidak beracun sebagai hasil reaksi kimia bahan peledak yang
meledak, terdiri dari gas-gas H2O, CO2, dan N2 bebas.
13. Level: adalah lubang bukaan yang bertingkat-tingkat.

G. Keunggulan dan Kelemahan Tambang Bawah Tanah Secara Umum

Keunggulan tambang bawah tanah (Hartman, 1987):


1. Tidak terpengaruh cuaca karena bekerja dibawah permukaan tanah;
2. Kedalaman penggalian hampir tak terbatas karena tidak berkait dengan SR;
3. Secara umum beberapa metode tambang bawah tanah lebih ramah lingkungan (misal: cut
and fill, shrinkage stoping, stope and pillar);
4. Dapat menambang deposit dengan model yang tidak beraturan;
5. Bekas penggalian dapat ditimbun dengan tailing dan waste.
Kelemahan tambang bawah tanah:
1. Perlu penerangan;
2. Semakin dalam penggalian maka resiko ambrukan semakin besar;
3. Produksi relatif lebih kecil dibandingkan tambang terbuka;
4. Mining recovery umumnya lebih kecil;
5. Masalah safety dan kecelakaan kerja menjadi kendala;
6. Problem ventilasi, bahan peledak harus yang permissible explossive, debu, gas-gas
beracun;
7. Losses dan dilusi umumnya lebih susah dikontrol.
Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah , Ma V, 2023

H. Jalan Masuk Tambang Bawah Tanah

Tambang bawah tanah mengacu pada metode pengambilan bahan mineral yang dilakukan
dengan membuat terowongan menuju lokasi mineral tersebut. Berbagai macam logam bisa diambil
melalui metode ini seperti emas, tembaga, seng, nikel, dan timbal. Karena letak cadangan yang
umumnya berada jauh dibawah tanah, jalan masuk perlu dibuat untuk mencapai lokasi cadangan
(Hartman, 1987). Jalan masuk dapat dibedakan menjadi beberapa yaitu:
1. Ramp
Jalan masuk ini berbentuk spiral atau melingkar mulai dari permukaan tanah menuju
kedalaman yang dimaksud. Ramp biasanya digunakan untuk jalan kendaraan atau alat-alat
berat menuju dan dari bawah tanah.
2. Shaft
Jalan masuk yang berupa lubang tegak (vertikal) yang digali dari permukaan menuju
cadangan mineral. Shaft ini kemudian dipasangi semacam lift yang dapat difungsikan
mengangkut orang, alat, atau bijih.
3. Adit
Jalan masuk yang berupa terowongan mendatar (horizontal) yang umumnya dibuat disisi
bukit atau pegunungan menuju ke lokasi bijih.

I. Ruang Lingkup Tambang Bawah Tanah

Jenis-jenis pekerjaan pada tambang bawah tanah (Hartman, 1987):


1. Penyiapan sarana dan prasarana di permukaan;
2. Penyiapan sarana dan pekerjaan bawah tanah, meliputi;
 pembuatan jalan masuk utama (main acces pada primary development);
 Pembuatan lubang – lubang sekunder dari tersier (secondary) development dan
tertiary development);
3. Kegiatan eksploitasi: breaking (loosening) dengan pemboran dan peledakan, pemuatan
(loading), pengangkutan (hauling, tranporting);
4. Penanganan dan operasi pendukung: penyanggaan, penerangan, ventilasi, penirisan,
keselamatan kerja, dll).

J. Tambang Bawah Tanah di Indonesia

Tambang bawah tanah yang ada di Indonesia (Hartman, 1987):


1. PT Freeport Indonesia di Tembagapura, Papua, bijih tembaga dan emas, metode block
caving.
2. PT Tambang Batubara Bukit Asam di Ambilin, Sumatera Barat, metode Longwall
Mining, dan room and pillar (tetapi sekarang sudah ditinggalkan).
3. PT Aneka Tambang di Gunung Pongkor Bogor, bijih emas epithermal, metode cut and fill
dan shrinkage stoping.
4. TP Aneka Tambang di Cikidang, bijih emas epithermal, metode underhand stull stoping.
5. PT Kitadin, batubara, metode longwall.
6. Tambang emas rakyat di Tasikmalaya, metode coyoting (lubang tikus).

IV. METODOLOGI

Pada praktikum perencanaan tambang bawah tanah untuk mata acara kelima, kita mempelajari
tentang rancangan terowongan tambang bawah tanah dimana pada mata acara ini menggunakan
software yaitu phase2. Software phase2 adalah software yang digunakan untuk merancang
terowongan sesuai dengan kestabilan pada sebuah lereng dengan berdasarkan pada pemodelan RMR
dan Q-System pada pemodelan numerik.
Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah , Ma V, 2023

Untuk pembuatan terowongannya pertama-tama membuka software phase2. Kemudian


membuat design lereng dan letak material. Setelah itu membuat excavation boundary. Lalu masukkan
data yang telah diarahkan oleh asisten, dimana ada tiga data yaitu data hanging wall, vein dan foot
wall. Setelah data dimasukkan lanjut pembuatan penyanggah pada excavation boundarinya.
Selanjutnya menampilkan mesh lalu di interpret kemudian di compute untuk melihat kondisi
kestabilan yang ada pada lereng. Tampilkan sudut pada lereng dan konturnya. Terakhir tampilkan info
viewer untuk melihat data hanging wall, vein dan foot wall yang telah dimasukkan.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari penggunaan software phase2 yaitu:


1. Pertama-tama masuk pada software Phase2 dan buka menu Project Settings

Gambar 2. Membuka Menu Project Settings


2. Setelah itu pilih menu Boundaries dan klik Add External.

Gambar 3. Menu Boundaries dan klik Add External


3. Kemudian buatlah contoh lereng seperti di gambar.

Gambar 4. Contoh Gambar Lereng


Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah , Ma V, 2023

4. Pilih menu Boundaries kemudian Add Material, lalu Kemudian buatlah garis yang
menandakan material seperti pada gambar.

Gambar 5. Menu Boundaries kemudian Add Material


5. Klik kanan pada material dan pilih menu Material Properties.

Gambar 6. Menu Material Properties


6. Isilah material 1, 2 dan 3 sesuai dengan Problem set yang telah dibagikan dan diberi
warna yang berbeda disetiap material.

Gambar 7. Isilah Material 1, 2 dan 3 sesuai dengan Problem set


Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah , Ma V, 2023

7. Setelah mengisi Problem set, klik kanan lalu Assign Material dan pilih sesuai dengan
masing-masing nomor material.

Gambar 8. Klik Kanan lalu Assign Material


8. Jika sudah, pilih menu Boundaries dan klik Add Excavation.

Gambar 9. Menu Boundaries dan klik Add Excavation


9. Kemudian klik kanan pada material dan pilih Arc.

Gambar 10. Klik Kanan pada Material dan pilih Arc


Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah , Ma V, 2023

10. Buatlah Mulut terowongan seperti pada gambar.

Gambar 11. Membuat Mulut Terowongan


11. Klik kanan pada mulut terowongan dan pilih Assign Material lalu Excavate.

Gambar 12. Klik kanan pilih Assign Material lalu Excavate


12. Setelah itu pilih menu Support dan klik Add Bolt Pattern.

Gambar 13. Menu Support dan klik Add Bolt Pattern


Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah , Ma V, 2023

13. Buatlah penyangga seperti pada gambar

Gambar 14. Membuat Penyangga


14. Pilih menu Mesh lalu Mesh Setup.

Gambar 15. Menu Mesh lalu Mesh Setup


15. Kemudian klik Discretize lalu Mesh dan Ok.

Gambar 16. Klik Discretize lalu Mesh dan Ok


Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah , Ma V, 2023

16. Setelah itu pilih menu Compute.

Gambar 17. Pilih menu Compute


17. Kemudian Save File Project pada folder yg dipilih.

Gambar 18. Save File Project


18. Setelah menyimpan File, pilih menu Interpret.

Gambar 19. Menyimpan File, pilih menu Interpret


Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah , Ma V, 2023

19. Setelah di Interpret, pilih menu Sigma 3

Gambar 20. Interpret, pilih menu Sigma 3


20. Kemudian pilih menu Display Deformation Vectors dan hasilnya akan seperti pada
gambar.

Gambar 21. Menu Display Deformation Vectors


21. Setelah itu pilih menu Contour dan klik Done, maka akan kontur akan terlihat
seperti pada gambar.

Gambar 22. Menu Contour dan klik Done


Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah , Ma V, 2023

22. Pilih menu Info Viewer untuk menampilkan data dari material.

Gambar 23. Menu Info Viewer


23. Material Properties yang berisi data dari material.

Gambar 24. Material Properties


24. Hasil info viewer material 1

Gambar 25. Info viewer material 1


Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah , Ma V, 2023

25. Hasil info viewer material 2

Gambar 26. Info viewer material 2


26. Hasil info viewer material 3

Gambar 27. Info viewer material 3


27. Hasil pemodelan terowongan

Gambar 28. Hasil pemodelan terowongan tambang bawah tanah


Adapun pembahasan dari hasil diatas yaitu:
1. Material hanging wall
Material hanging wall di tandai dengan warna pink muda, initial element loading field
stress & body force unit weight 0.0103 MN/m3, elastic type isotropic,young's modulus
115541 MPa, Poisson's ratio 0.03, failure criterion mohr-coulomb, peak tensile strength
0 MPa, residual tensile strength MPa, peak friction angle 27.56 degrees, peak cohesion 6
MPa, material type plastic, dilation angle 0 degrees, residual friction angle 20.5 degrees,
residual cohesio 4.03 MPa, piezo to use, none Ru value 0.
Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah , Ma V, 2023

2. Material Vein
Material vein di tandai dengan warna pink biru muda, initial element loading field stress
& body force, unit weight 0.0103 MN/m3, elastic type isotropic, young's modulus 35001.4
MPa, Poisson's ratio 0.103, failure criterion Mohr-coulomb, peak tensile strength 0 MPa,
residual tensile strength 0 MPa, peak friction angle 27.2 degrees, peak cohesion 6.4
MPa, material type plastic, dilation angle 0 degrees, residual friction angle 3 degrees,
residual cohesion 5 MPa, piezo to use none, Ru value 0.
3. Material foot wall
Material foot wall di tandai dengan warna pink hijau muda, initial element loading field
stress & body force, unit weight 0.0103 MN/m3, elastic type isotropic, young's modulus
23002.1 MPa , poisson's ratio 0.2, failure criterion Moh -coulomb, peak tensile strength 0
MPa, residual tensile strength 0 MPa, peak, friction angle 28.56 degrees, Peak cohesion
5.2 MPa, material type plastic dilation angle 0 degrees, residual friction Angle 27
degrees, residual cohesion 0.3MPa, piezo to use none, Ru value 0.

VII. KESIMPULAN

1. Phase2 adalah bagian dari Rocscience yang menggunakan analisis 2D elastoplastik


dengan analisis tegangan elemen hingga untuk penggalian bawah tanah atau permukaan
batuan maupun tanah. Hal ini dapat digunakan untuk berbagai proyek rekayasa dan
termasuk support design, stabilitas lereng elemen hingga, rembesan air tanah dan analisis
probabilistik. Pada Phase2 pemodelan tanah yang digunakan adalah Mohr-Coulumb dan
Hoek- Brown. Metode rancangan terowongan adalah Metode Analitik (analytical
methods), Metode Obeservasi (observational methods) dan Metode Empirik (empirical
methods). Parameter rancangan terowongan sangat ditentukan oleh data masukannya
yang mana harus memenuhi syarat sebagai yaitu Kualitas dari rancangan rekayasa
langsung dipengaruhi oleh kualitas dari setiap parameter masukan.
2. Penyangga ditentukan berdasarkan nilai RMR dari massa batuan. Sistem penyanggan
yang sesuai berdasarkan metode Rock Mass Rating (RMR) dan dengan nilai RMR untuk
menetukan Rock Mass Class yaitu 61-80 adalah menggunakan rock bolt pada atap
panjang 3m, spasi 0.4 m yang dikombinasikan dengan wire mesh dan shotcrete. Pada
metode penggalian full face dengan kemajuan 1.5-3m, pemasangan penyangga penuh 20
m dari face.
3. Telah mengetahui pemodelan numerik dan menganalisis kestabilan dari rancangan
terowongan tambang bawah tanah yang dihasilkan pada pemodelan di phase2.

VIII. SARAN

1. Saran untuk Laboratorium


Sebaiknya saat praktikum berlangsung, praktikan dapat menggunakan meja dan kursi
karena lantai dingin dipagi hari.
2. Saran untuk Asisten
Semoga kakak asisten tetap sabar dalam membimbing kami mengerjakan laporan hingga
selesai.

IX. UCAPAN TERIMA KASIH

Saya sangat berterima kasih kepada Kepala Laboratorium, Koordinator dan semua Asisten
Laboratorium Tambang Bawah Tanah yang senantiasa telah membagikan ilmu dan waktunya untuk
memberikan ilmu pada Laboratorium Tambang Bawah Tanah tentang Perencanaan Tambang Bawah
Tanah.
Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah , Ma V, 2023

X. DAFTAR PUSTAKA

1) Agustin, A. D., Utama, W. & Rochman, J. P. G. N., 2017. Identifikasi Letak Cracks pada
Bidang Longsor Menggunakan Metode Resistivitas 2D. Jurnal Teknik ITS, 6(1), pp. 103-
105.
2) Bieniawski, (1989). Engineering Rock Mass Classification. USA: John Wiley & Sons,
Inc.
3) Hartman, H.L., 1987, Introductory Mining Engineering Alabana, The University Of
Alabana Tuscalosa.
4) Rahardjo, P. P. (2004). Teknik Terowongan. Bandung: Univesitas Katolik Parahyangan.
5) Rahmi Sa’pang, 2023. Perencanaan Terowongan Tambang Bawah Tanah.
6) Rohmah, D. A., 2019. Analisa Sistem Penyangga Batuan Tambang Bawah Tanah
Berdasarkan Metode Ground Penetrating Radar (GPR) Frekuensi Tinggi Pada Tambang
Bawah Tanah PT. Freeport Indonesia, Yogyakarta: UPNYK.
7) Tasrif., Laksomono, Joddy A., & Agustian, Egi., 2020. One-Pot Syntesis Of Menthol
From Citronellal : Application Of Citronella Oil. Jurnal Teknik.
8) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang. Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang. Pertambangan Mineral dan Batubara.
9) Wally, J., Riza, M., & Setiyarto, Y. D. (2020). Pemodelan Terowongan Pada Batuan
Dengan Metode Finite Element. CRANE: Civil Engineering Research Journal, 1(1), 14–
25.
.

Anda mungkin juga menyukai