CRUSHING
ASFIKAR
09320200072
C3
MAKASSAR
2022
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengenal, mengetahui
dan menguasai ilmu tentang pengolahan bahan galian yang menjadi salah satu
aplikasi dasar dalam dunia pertambangan.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini, yaitu agar:
a. Memahami mekanisme peremukan dan cara kerja alat remuk;
b. Mengetahui distribusi ukuran butir sampel dari proses crushing.
1.3.1 Alat
a. Jaw Crusher;
b. Roll Crusher;
c. Sieve Shaker;
d. Alat Pelindung Diri;
e. Timbangan;
f. Alat Tulis Menulis;
g. Cawan;
h. Kuas;
i. Mistar;
j. Talang;
k. Neraca Analitik.
1.3.2 Bahan
a. Sampel Batubara 5Kg;
b. Tabel Data Pengamatan;
c. Alat Tulis Menulis;
d. Kantong Sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kominusi atau pengecilan ukuran bijih atau feed merupakan tahap paling
awal dari proses pengolahan mineral. Tahap ini diperlukan selain untuk mereduksi
ukuran tentunya, juga untuk meningkatkan liberasi dari mineral berharga yang akan
diambil. Artinya, semakin kecil ukuran bijih maka semakin besar juga
kemungkinan mineral berharga untuk terbebas dari mineral-mineral pengotor.
Proses pengolahan bahan galian pada proses awal bertujuan untuk membebaskan
atau meliberasi (to liberate mineral berharga dari material pengotornya,
menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan pada
prosesberikutnya serta memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat
kontak dengan zat lain, misalnya reagenflotasi.
Kominusi ada 2 (dua) macam, yaitu:
1. Peremukan atau pemecahan(crushing)
2. Penggerusan atau penghalusan(grinding)
Disamping itu kominusi, baik peremukan maupun penggerusan, bisa terdiri
dari beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap pertama atau primer (primarystage)
2. Tahap kedua atau sekunder (secondarystage)
3. Tahap ketiga atau tersier (tertiarystage)
4. Kadang-kadang ada tahap keempat atau kwarter (quaternarystage)
2.1.1. Peremukan atau Pemecahan(Crushing)
Peremukan adalah proses reduksi ukuran dari bahan galian/bijih yang
langsung dari tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter
sekitar 100 cm) menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm.
Peralatan yang dipakai antara lain adalah:
1. Jawcrusher
2. Gyratory crusher
3. Cone crusher
4. Rollcrusher
5. Impactcrusher
6. Rotary breaker
7. Hammermill
2.1.2 Penggerusan atau Penghalusan (Grinding)
Penggerusan adalah proses lanjutan pengecilan ukuran dari yang sudah
berukuran 2,5 cm menjadi ukuran yang lebih halus. Pada proses penggerusan
dibutuhkan media penggerusan yang antara lain terdiri dari:
1. Bola-bola baja atau keramik (steel or ceramicballs).
2. Batang-batang baja (steelrods).
3. Campuran bola-bola baja dan bahan galian atau bijihnya sendiri yang
disebut semi autagenous mill.
4. Tanpa media penggerus, hanya bahan galian atau bijihnya yang saling
menggerus dan disebut autogenousmill.
Peralatan penggerusan yang dipergunakan adalah:
1. Ball mill dengan media penggerus berupa bola-bola baja ataukeramik.
2. Rod mill dengan media penggerus berupa batang-batangbaja.
3. Semi autogenous mill (SAG) bila media penggerusnya sebagian adalah
bahan galian atau bijihnyasendiri.
4. Autogenous mill bila media penggerusnya adalah bahan galian atau
bijihnya sendiri.
Setelah bahan galian atau bijih diremuk dan digerus, maka akan diperoleh
bermacam-macam ukuran partikel. Proses penyeragaman ukuran partikel dengan
cara memisahkan menjadi beberapa fraksi dengan menggunakan proses pengayakan
atau classifier Pengayakan/Penyaringan(Screening atau Sieving).
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam
skala industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala
laboratorium.Proses pengayakan juga digunakan sebagai alat pembersih, pemisah
kontaminan yang ukurannya berbeda dengan bahan
macam ukuran jatuh bebas di dalam suatu media atau fluida (udara atau air), maka
setiappartikel akan menerima gaya berat dan gaya gesek dari media. Pada saat
kecepatan gerak partikel menjadi rendah (tenang atau laminer), ukuran partikel
yang besar-besar mengendap lebih dahulu, kemudian diikuti oleh ukuran-ukuran
yang lebih kecil, sedang yang terhalus (antara lain slimes) akan tidak sempat
mengendap.
ukuran P80. Misal P80 = 92,0 mm, artinya delapan puluh persen berat dari produk
jaw crusher berukuran kurang dari 92,0 mm.
2.3.2 Gyratory Crusher
Mekanisme dari Gyratory Crusher adalah full time crushing, yang berarti
akan melakukan peremukkan material selama proses itu berlangsung, dengan
metode menghancurkan secara berputar. Konsep kerjanya yakni, dua bagian
peremuk berada di bagian atas dan bawah, dengan bentuk wadah mengerucut ke
bawah. Nantinya kedua peremuk itu akan berputar semakin mendekat, sehingga
material akan tergerus secara berkala hingga kemudian menjadi ukuran lebih kecil
melalui mulut di bagian bawah.
2.3.3 Double Roll Crusher
seperti batuan.Oleh karena itu, untuk menghancurkan alat tersebut kita bisa
menggunakan double roll crusher.
2.3.4 Dodge Crusher
Crusher tipe ini memiliki lempengan jaw yang menjadi pivot atau titik engsel
pada bagian bawahnya. Sementara bagian atasnya akan bergerak secara maju
mundur. Karena titik pivotnya berada di bagian atas mesin, maka akan memberikan
celah untuk memungkinkan material keluar dengan ukuran yang konstan. Untuk
pengoperasiannya, dibutuhkan bijih material lebih kecil dari mulut lempengan jaw.
Namun karena jaw bagian atau bergerak, maka gape atau mulut jaw menjadi
variatif.Saat bergerak maju, maka gape menjadi minimum.Sebaliknya ketika jaw
bergerak mundur, gape menjadi maksimum.Kondisi ini mensyaratkan bahwa
ukuran bijih yang masuk sebagai umpan harus benar-benar lebih kecil dari gape
saat posisi minimum. Ukuran bijih yang mendekati ukuran gape maksimum akan
menyebabkan jaw macet tidak dapat bergerak.
2.3.5 Cone Crusher
Biasanya alat ini dipergunakan pada secondary crushing, dan merupakan
modifikasi dari Gyratory Crusher. Kelebihannya adalah, ketika material masih
terlalu besar dan keras, akan dikeluarkan melalui saluran khusus, untuk kemudian
diremukkan kembali hingga menjadi benar-benar halus.
Agar bahan galian yang mutu atau kadarnya rendah (marginal) dapat diolah
lebih lanjut, yaitu diambil (diekstrak)logamnya, maka kadar bahan galian itu harus
ditingkatkan dengan proses konsentrasi.Sifat-sifat fisik mineral yang dapat
dimanfaatkan dalam proses konsentrasi adalah:
1. Perbedaan berat jenis atau kerapatan untuk proses konsentrasi gravitasi dan
mediaberat.
2. Perbedaan sifat kelistrikan untuk proses konsentrasielektrostatik.
3. Perbedaan sifat kemagnetan untuk proses konsentrasimagnetik.
4. Perbedaan sifat permukaan partikel untuk prosesflotasi.
Proses peningkatan kadar itu ada bermacam-macam, antara lain:
2.4.1 Pemilahan(Sorting)
Bila ukuran bongkahnya cukup besar, maka pemisahan dilakukan dengan
tangan (manual), artinya yang terlihat bukan mineral berharga dipisahkan untuk
dibuang.
2.4.2 Konsentrasi Gravitasi (GravityConcentration)
Konsentrasi Gravitasi yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat
jenis dalam suatu media fluida, jadi sebenarnya juga memanfaatkan perbedaan
kecepatan pengendapan mineral-mineral yang ada.
Ada 3 (tiga) cara pemisahan secara gravitasi bila dilihat dari segi gerakan
fluidanya, yaitu:
1. Fluida tenang, contoh dense medium separation (DMS) atau heavy
medium separation(HMS).
2. Aliran fluida horizontal, contoh sluice box, shaking table dan spiral
concentration.
3. Aliran fluida vertikal, contoh jengkek(jig).
Produk dari proses konsentrasi gravitasi ada 3 (tiga), yaitu:
Bahan galian (mineral atau bijih) yang mengalami pengolahan bahan galian
harus ditangani dengan cepat dan seksama, baik yang berupa konsentrat basah dan
kering maupun yang berbentuk ampas (tailing).
Bahan galian adalah adalah unsur-unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih
dan segala macam batuan termasuk batu-batu mulia yangmerupakan endapan-
endapan alam. Adapun beberapa penanganan yang dilakukan pada berbagai bahan
galian:
2.6.1 Penanganan Material Padat Kering (Dry SolidHandling)
Bila masih berupa bahan galian hasil penambangan (rom), maka harus
ditumpuk di tempat yang sudah ditentukan yang di sekelilingnya telah dilengkapi
dengan saluran penyaliran (drainage system). Tetapi jika sudah berupa konsentrat,
maka harus disimpan di dalam gudang yang tertutup sebelum sempat diproses lebih
lanjut.
2.6.2 Penanganan Lumpur (SlurryHandling)
Bila lumpur itu sudah mengandung mineral berharga yang kadarnya tinggi,
maka dapat segera dimasukkan ke pemekat (thickener) atau penapis (filter). Jika
masih agak kotor (middling), maka harus diproses dengan alat khusus
yangsesuai.Bahan galian adalah adalah unsur-unsur kimia, mineral-mineral.
2.6.3 Penanganan atau pembuangan ampas (tailing disposal)
Kegiatan ini yang paling sulit penanganannya karena:
1. Jumlahnya (volume) sangat banyak, antara 70%–90% dari material yang
ditambang.
BAB III
YOGA PATRA ANANTA PARMAN RAMLAN ASFIKAR
09320190226 09320200072
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING
PROSEDUR PERCOBAAN
2. Sampel Batubara (1 kg) dimasukkan kedalam talang dan atur gape pada
jawcrusher (1,25 mm dan 1,75 mm).
4. Masukkan umpan sedikit demi sedikit pada mulut Jaw Crusher, kemudian
konsentratnya akan keluar melalui bagian bawah alatJaw Crusher.
7. Setelah tahap screening, pisahkan material sesuai dengan ukuran ayakan dan
timbang masing-masing berat tertahan dari setiap ukuran ayakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
0
0 2
FRAKSI 4 6 BERAT8LOLOS KUMULATIF
10 12
Linear (BERAT LOLOS KUMULATIF) Linear (BERAT LOLOS KUMULATIF)
% Berat % Berat
Fraksi Berat
Ukuran % tertahan lolos
(mm) tertahan Fraksi
Mesh kumulatif kumulatif
40
38.2
35
30
10
7.05 6.73
5 4.55 4.76
1.73 2.77 2
0 0.5
0 0.7 0.841 0
1 2 3 4 5 6 7
FRAKSI BERAT LOLOS KOMULATIF Linear (BERAT LOLOS KOMULATIF )
% Berat % Berat
Fraksi Berat
Ukuran % tertahan lolos
(mm) tertahan Fraksi
kumulatif kumulatif
1 0 29,75 2,47 2,47 94,33
% Berat % Berat
Fraksi Berat
Ukuran % tertahan lolos
(mm) tertahan Fraksi
Mesh kumulatif kumulatif
1 0 85,6 7,74 7,74 92,17
4.2 Pembahasan
BAB V
PENUTUP
YOGA PATRA ANANTA PARMAN RAMLAN ASFIKAR
09320190226 09320200072
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING
5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA