Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

CRUSHING

FADLY
09320180102
C3

LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineral berharga hasil penambangan biasanya masih bersatu dengan


pengotornya. Untuk meningkatkan kadar mineral tersebut maka perlu dilakukan
proses pengolahan bahan galian. Pengolahan bahan galian adalah proses yang
berlangsung untuk memisahkan mineral berharga dari mineral pengotornya atau
mineral-mineral tidak berharga yang merupakan produk hasil penambangan yang
dilakukan secara mekanis tanpa merubah sifat-sifat fisik/kimia dari mineral tersebut.
Dilakukannya pengolahan tersebut bertujuan untuk meningkatkan harga jual produk
hasil penambangan tersebut.
Kominusi merupakan salah satu tahap dalam proses pengolahan bahan galian
yang bertujuan untuk memperkecil ukuran agar memudahkan untuk proses
selanjutnya. Kominusi dapat dibagi menjadi duatahap yaitu peremukan/pemecahan
Crushing dan pengerusan/penghalusan Grinding. Pada percobaan ini terlebih khusus
hanya membahas menganai proses Crushing.
Crusher merupakan mesin yang dirancang untuk mengurangi besar batu ke
batu yang lebih kecil seperti kerikil atau debu batu. Crusher dapat digunakan untuk
mengurangi ukuran atau mengubah bentuk bahan tambang sehingga dapat diolah lebih
lanjut. Crusher merupakan alat yang digunakan dalam proses crushing. Crushing
merupakan proses yang bertujuan untuk meliberasi mineral yang diinginkan dari
mineral pengotornya. Peremukan adalah proses reduksi ukuran dari bahan galian/bijih
yang langsung dari tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar
(diameter sekitar 100 cm) menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5
cm.
Percobaan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa agar
dapat berkompeten dan mampu menjalankan serta memfungsikan Crusher sebagai
alat pengolahan bahan galian, oleh nya itu percobaan ini sangatlah perlu dilakukan
sebagai tindak lanjut dari materi yang di dapatkan dari mata kuliah pengolahan bahan
galian.

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 6
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengenal, mengetahui dan
menguasai ilmu tentang pengolahan bahan galian yang menjadi salah satu aplikasi
dasar dalam dunia pertambangan.
1.2.2 Tujuan
1. Memahami mekanisme peremukan dan cara kerja alat
2. Memahami mekanisme pengayakan dan cara kerja alat

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
1. Jaw Crusher
2. Roll Crusher
3. Ayakan
4. Palu
5. Alat Pelindung Diri
6. Timbangan
7. Alat tulis menulis
8. Cawan
9. Neraca analitik
1.3.2 Bahan
1. Sampel Batubara 2 Kg
2. Tabel data pengamatan
3. Kantong sampel A4

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 7
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kominusi atau Reduksi Ukuran

Kominusi atau pengecilan ukuran merupakan tahap awal dalam proses


pengolahan bahan galian yang bertujuan untuk:
1. Membebaskan/meliberasi (to liberate) mineral berharga dari material
pengotornya.
2. Menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan pada
proses berikutnya.
3. Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan zat lain,
misalnya reagen flotasi.
Kominusi ada 2 (dua) macam, yaitu :
1. Peremukan / pemecahan (crushing)
2. Penggerusan / penghalusan (grinding)
Disamping itu kominusi, baik peremukan maupun penggerusan, bisa terdiri dari
beberapa tahap, yaitu :
1. Tahap pertama/primer (primary stage)
2. Tahap kedua/sekunder (secondary stage)
3. Tahap ketiga/tersier (tertiary stage)
4. Kadang-kadang ada tahap keempat/kwarter (quaternary stage)
2.1.1. Peremukan / Pemecahan (Crushing)
Peremukan adalah proses reduksi ukuran dari bahan galian/bijih yang langsung
dari tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 100
cm) menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm. Peralatan yang
dipakai antara lain adalah :
1. Jaw crusher
2. Gyratory crusher
3. Cone crusher
4. Roll crusher
5. Impact crusher

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 8
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

6. Rotary breaker
7. Hammer mill
2.1.2 Penggerusan/Penghalusan (Grinding)
Penggerusan adalah proses lanjutan pengecilan ukuran dari yang sudah
berukuran 2,5 cm menjadi ukuran yang lebih halus. Pada proses penggerusan
dibutuhkan media penggerusan yang antara lain terdiri dari :
1. Bola-bola baja atau keramik (steel or ceramic balls).
2. Batang-batang baja (steel rods).
3. Campuran bola-bola baja dan bahan galian atau bijihnya sendiri yang disebut semi
autagenous mill.
4. Tanpa media penggerus, hanya bahan galian atau bijihnya yang saling menggerus
dan disebut autogenous mill.
Peralatan penggerusan yang dipergunakan adalah :
1. Ball mill dengan media penggerus berupa bola-bola baja atau keramik.
2. Rod mill dengan media penggerus berupa batang-batang baja.
3. Semi autogenous mill (SAG) bila media penggerusnya sebagian adalah bahan
galian atau bijihnya sendiri.
4. Autogenous mill bila media penggerusnya adalah bahan galian atau bijihnya
sendiri.

2.2 Pemisahan Berdasarkan Ukuran (Sizing)

Setelah bahan galian atau bijih diremuk dan digerus, maka akan diperoleh
bermacam-macam ukuran partikel. Oleh sebab itu harus dilakukan pemisahan
berdasarkan ukuran partikel agar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan pada proses
pengolahan yang berikutnya.
2.2.1 Pengayakan/Penyaringan (Screening/Sieving)
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala
industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 9
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu:


1. Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).
2. Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize).
Saringan (sieve) yang sering dipakai di laboratorium adalah :
a. Hand sieve
b. Vibrating sieve series / Tyler vibrating sive
c. Sieve shaker / rotap
d. Wet and dry sieving
Sedangkan ayakan (screen) yang berskala industri antara lain :
a. Stationary grizzly
b. Roll grizzly
c. Sieve bend
d. Revolving screen
e. Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc.)
f. Shaking screen
g. Rotary shifter
2.2.2 Klasifikasi (Classification)
Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan
pengendapannya dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam
suatu alat yang disebut classifier.
Produk dari proses klasifikasi ada 2 (dua), yaitu :
1. Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas disebut
overflow.
2. Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di bagian bawah
(dasar) disebut underflow.
Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi dalam tiga cara (concept), yaitu :
a. Partition concept
b. Tapping concept
c. Rein concept
Hal ini dapat berlangsung apabila sejumlah partikel dengan bermacam-macam
ukuran jatuh bebas di dalam suatu media atau fluida (udara atau air), maka setiap

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 10
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

partikel akan menerima gaya berat dan gaya gesek dari media. Pada saat kecepatan
gerak partikel menjadi rendah (tenang/laminer), ukuran partikel yang besar-besar
mengendap lebih dahulu, kemudian diikuti oleh ukuran-ukuran yang lebih kecil,
sedang yang terhalus (antara lain slimes) akan tidak sempat mengendap.

2.3 Peningkatan Kadar dan Konsentrasi

Agar bahan galian yang mutu atau kadarnya rendah (marginal) dapat diolah
lebih lanjut, yaitu diambil (di-ekstrak) logamnya, maka kadar bahan galian itu harus
ditingkatkan dengan proses konsentrasi.
Sifat-sifat fisik mineral yang dapat dimanfaatkan dalam proses konsentrasi
adalah :
a. Perbedaan berat jenis atau kerapatan untuk proses konsentrasi gravitasi dan media
berat.
b. Perbedaan sifat kelistrikan untuk proses konsentrasi elektrostatik.
c. Perbedaan sifat kemagnetan untuk proses konsentrasi magnetik.
d. Perbedaan sifat permukaan partikel untuk proses flotasi.
Proses peningkatan kadar itu ada bermacam-macam, antara lain :
1. Pemilahan (Sorting)
Bila ukuran bongkahnya cukup besar, maka pemisahan dilakukan dengan tangan
(manual), artinya yang terlihat bukan mineral berharga dipisahkan untuk dibuang.
2. Konsentrasi Gravitasi (Gravity Concentration)
Yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dalam suatu media
fluida, jadi sebenarnya juga memanfaatkan perbedaan kecepatan pengendapan
mineral-mineral yang ada.
Ada 3 (tiga) cara pemisahan secara gravitasi bila dilihat dari segi gerakan
fluidanya, yaitu :
a. Fluida tenang, contoh dense medium separation (DMS) atau heavy medium
separation (HMS).
b. Aliran fluida horisontal, contoh sluice box, shaking table dan spiral concentration.
c. Aliran fluida vertikal, contoh jengkek (jig).
Produk dari proses konsentrasi gravitasi ada 3 (tiga), yaitu :

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 11
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

a. Konsentrat (concentrate) yang terdiri dari kumpulan mineral berharga dengan


kadar tinggi.
b. Amang (middling) yaitu konsentrat yang masih kotor.
c. Ampas (tailing) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang harus dibuang.
3. Konsentrasi dengan Media Berat (Dense/Heavy Medium Separation)
Merupakan proses konsentrasi yang bertujuan untuk memisahkan mineral-mineral
berharga yang lebih berat dari pengotornya yang terdiri dari mineral-mineral ringan
dengan menggunakan medium pemisah yang berat jenisnya lebih besar dari air (berat
jenisnya > 1).
Produk dari proses konsentrasi ini adalah :
a. Endapan (sink) yang terdiri dari mineral-mineral berharga yang berat.
b. Apungan (float) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang ringan.
Media pemisah yang pernah dipakai antara lain :
a. Air + magnetit halus dengan kerapatan 1,25 – 2,20 ton/m3.
b. Air + ferrosilikon dengan kerapatan 2,90 – 3,40 ton/m3.
c. Air + magnetit + ferrosilikon dengan kerapatan 2,20 – 2,90.
d. Larutan berat seperti tetra bromo ethana (b.j. = 2,96), bromoform (b.j. = 2,85) dan
methylene jodida (b.j. = 3,32). Tetapi larutan berat ini harganya mahal, oleh sebab
itu hanya dipakai untuk percobaan-percobaan di laboratorium.
Peralatan yang biasa dipakai adalah gravity dense/heavy medium separators yang
berdasarkan bentuknya ada 2 (dua) macam, yaitu :
a. Drum separator karena bentuknya silindris.
b. Cone separator karena bentuknya seperti corongan.
4. Konsentrasi Elektrostatik (Electrostatic Concentration)
Merupakan proses konsentrasi dengan memanfaatkan perbedaan sifat konduktor
(mudah menghantarkan arus listrik) dan non-konduktor (nir konduktor) dari mineral.
Kendala proses konsentrasi ini adalah :
a. Hanya sesuai untuk proses konsentrasi dengan jumlah umpan yang tidak terlalu
besar.
b. Karena prosesnya harus kering, maka timbul masalah dengan debu yang
berterbangan.

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 12
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Mineral-mineral yang bersifat konduktor antara lain adalah :


a. Magnetit (Fe3 O4)
b. Kasiterit (Sn O2)
c. Ilmenit (Fe Ti O3)
d. Molibdenit (Mo S2)
e. Wolframit [(Fe, M) WO4]
f. Galena (Pb S)
g. Pirit (Fe S2)

2.4 Pengurangan Kadar Air/Pengawa-Airan (Dewatering)

Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang ada pada
konsentrat yang diperoleh dengan proses basah, misalnya proses konsentrasi gravitasi
dan flotasi.
Cara-cara pengawa-airan ini ada 3 (tiga), yaitu :
1. Cara pengentalan / pemekatan (thickening)
Konsentrat yang berupa lumpur dimasukkan ke dalam bejana bulat. Bagian yang
pekat mengendap ke bawah disebut underflow, sedangkan bagian yang encer atau
airnya mengalir di bagian atas disebut overflow.
2. Cara penapisan/pengawa-airan (filtration)
Dengan cara pengentalan kadar airnya masih cukup tinggi, maka bagian yang
pekat dari pengentalan dimasukkan ke penapis yang disertai dengan pengisapan,
sehingga jumlah air yang terisap akan banyak
3. Pengeringan (drying)
Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal dari
konsentrat dengan cara penguapan (evaporization/evaporation).

2.5 Penanganan material (material handling)


Bahan galian (mineral/bijih) yang mengalami pbg harus ditangani dengan
cepat dan seksama, baik yang berupa konsentrat basah dan kering maupun yang
berbentuk ampas (tailing).
1. Penanganan material padat kering (dry solid handling)

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 13
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Bila masih berupa bahan galian hasil penambangan (rom), maka harus ditumpuk
di tempat yang sudah ditentukan yang di sekelilingnya telah dilengkapi dengan saluran
penyaliran (drainage system). Tetapi jika sudah berupa konsentrat, maka harus
disimpan di dalam gudang yang tertutup sebelum sempat diproses lebih lanjut.
2. Penanganan lumpur (slurry handling)
Bila lumpur itu sudah mengandung mineral berharga yang kadarnya tinggi, maka
dapat segera dimasukkan ke pemekat (thickener) atau penapis (filter). Jika masih agak
kotor (middling), maka harus diproses dengan alat khusus yang sesuai.
3. Penanganan/pembuangan ampas (tailing disposal)
Kegiatan ini yang paling sulit penanganannya karena :
a. Jumlahnya (volume) sangat banyak, antara 70%–90% dari material yang
ditambang.
b. Kadang-kadang mengandung bahan berbahaya dan beracun (b-3).
c. Sulit mencarikan lahan yang cocok untuk menimbun ampas bila metode
penambangan timbun-balik (back fill mining method) tak dapat segera
dilakukan, sehingga kadang-kadang harus dibuatkan kolam pengendap. Oleh
sebab itu pembuangan ampas ini seringkali menjadi komponen kegiatan
penambangan yang meminta pemikiran khusus sepanjang umur tambang.

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 14
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Prosedur kerja Jaw Crusher

1. Menyiapkan alat dan bahan

Gambar 3.1 Menyiapkan sampel

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 15
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

2. Memasukkan sampel batubara (2 Kg) kedalam cawan dan atur gape pada jaw
crusher (1,25 mm dan 1,75 mm)

Gambar 3.2 Menyiapkan sampel batubara

3. Menjalankan alat jaw crusher


4. Memasukkan umpan sedikit demi sedikit pada mulut jaw crusher, kemudian
konsentratnya akan keluar melalui bagian bawah alat jaw crusher

Gambar 3.3 Memasukkan sampel kedalam jaw crusher

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 16
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

5. Menimbang hasil konsentrat

Gambar 3.4 Penimbangan konsentrat

6. Memasukkan kedalam cawan untuk selanjutnya ke tahap screening. Ukuran


ayakan yang digunakan antara lain 65, 80, 100, 150, 200 dan -200 Mesh.

Gambar 3.5 Alat Sizing

7. Memasukkan sampel kedalam alat sizing untuk selanjutnya dilakukan tahap


screening selama 5 menit

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 17
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Gambar 3.6 Memasukkan sampel kedalam alat sizing

8. Setelah itu konsentratnya melalui proses ayak pada alat Sieve Shaker

Gambar 3.7 Pengayakan pada alat Sieve Shaker

9. Setelah tahap screening, pisahkan material sesuai dengan ukuran ayakan dan
timbang masing-masing berat tertahan dari setiap ukuran ayakan

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 18
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Gambar 3.6 Memisahkan material berdasarkan ukurannya

3.2 Prosedur kerja Roll Crusher

1. Siapkan sampel batubara (2 Kg) kemudian masukkan kedalam cawan sambil


mengatur ukuran gape dari roll crusher (1,25 mm dan 1,75 mm)
2. Kemudian jalankan alat roll crusher

Gambar 3.7 Menghubungkan listrik dengan alat Roll Crusher

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 19
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

3. Masukkan umpan sedikit demi sedikit kedalam alat roll crusher

Gambar 3.8 Memasukkan sampel kedalam roll crusher

4. Setelah itu material dimasukkan kedalam alat sizing untuk selanjutnya


dilakukan tahap screening selama 5 menit

Gambar 3.9 Tahapan screening


5. Setelah itu timbang masing-masing berat tertahan pada masing-masing ukuran
ayakan

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 20
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Gambar 3.10 Memisahkan masing-masing ukuran ayakan

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 21
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Pengamatan

Berat Tertahan
No Ukuran Mesh
JC 1.25 JC 1.75 RC 1.25 RC 1.75
1 725 922 1260 725 765
2 834 602 427 834 860
3 315 454 391 315 290
4 269 226 184 269 279
5 239 149 136 239 195
6 222 249 204 222 214
Total 2604 2602 2602 2604 2603

Tabel 4.2 Pengolahan data Jaw crusher 1,25


Berat
Fraksi Berat Total
Ukuran berat tertahan fraksi% Tertahan
(mm) Kumulatif%
Kumulatif%

65 0.21 922 35,43 35,43 64,53


80 0.177 602 23,13 58,56 41,40
100 0.149 454 17,44 76,00 23,96
150 0.105 226 8,68 84,68 15,10
200 0.074 149 5,72 90,40 9,56
-200 249 9,56 99,96 0,00
Total 2602 99,96

Tabel 4.2 Pengolahan data Jaw crusher 1,75


Berat
fraksi Tertahan Berat Total
Ukuran berat tertahan fraksi%
(mm) Kumulatif Kumulatif%
%
65 0.21 1260 48,42 48,42 51,56
80 0.177 427 16,41` 64,83 35,15
100 0.149 391 17,44 79,85 20,13
150 0.105 184 8,68 86,92 13,06
200 0.074 136 5,72 92,14 7,84
-200 204 9,56 99,98 0,00
Total 2602 99,96

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 22
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Tabel 4.3 Pengolahan Data Roll crusher 1,25


% Berat % Berat
fraksi berat
Ukuran fraksi% tertahan lolos
(mm) tertahan
kumulatif kumulatif
65 0.21 725 27,84 27,84 72,13
80 0.177 834 32,02 59,86 40,11
100 0.149 315 12,09 71,95 28,02
150 0.105 269 10,33 82,28 17,69
200 0.074 239 9,17 91,45 8,52
-200 222 8,52 99,97 0,00
Total 2604 99,97

Tabel 4.4 Pengolahan Data Roll crusher 1,75


% Berat % Berat
fraksi berat
Ukuran
(mm) tertahan
fraksi% tertahan lolos
kumulatif kumulatif
65 0.21 765 29,38 29,38 70,59
80 0.177 860 33,03 62,41 37,56
100 0.149 290 11,14 73,55 26,42
150 0.105 279 10,71 84,26 15,71
200 0.074 195 7,49 91,75 8,22
-200 214 8,22 99,97 0,00
Total 2603 99,97

JAW CRUSHER 1,25


70

60 y = 12,201x - 16,945
R² = 0,9335
50

40

30

20

10

-10
1 2 3 4 5 6
Series1 0,21 0,177 0,149 0,105 0,074 0,00
Series2 0,00 9,56 15,10 23,96 41,40 64,53

Grafik 4.1 Pengolahan Data Jaw Crusher 1,25

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 23
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

JAW CRUSHER 1,75


70

60
y = 9,9086x - 13,39
50
R² = 0,9484
40

30

20

10

-10
1 2 3 4 5 6
Series1 0,21 0,177 0,149 0,105 0,074 0
Series2 0,00 7,84 13,06 20,13 35,15 51,56

Grafik 4.2 Pengolahan Data Jaw Crusher 1,75

Roll Crusher 1,25


80
70
60 y = 13,307x - 18,83
R² = 0,9213
50
40
30
20
10
0
-10
1 2 3 4 5 6
Series1 0,21 0,177 0,149 0,105 0,074 0
Series2 0,00 8,52 17,69 28,02 40,11 72,13

Grafik 4.3 Pengolahan data Roll crusher 1,25

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 24
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Roll Crusher 1,75


80
70
60
y = 12,905x - 18,751
50
R² = 0,9054
40
30
20
10
0
-10
1 2 3 4 5 6
Series1 0,21 0,177 0,149 0,105 0,074 0
Series2 0,00 8,22 15,71 26,42 37,56 70,59

Grafik 4.4 Pengolahan data Roll crusher 1,75


4.2 Pembahasan

1. P80 Jaw Crusher 1,25


Y = 12,201x – 16,945
P80 = 12,201x – 16,945
12,201x = 80 + 16,945
96,945
X = 12,201 = 7,94 mm

2. P80 Jaw Crusher 1,75


Y = 9,908x – 13,39
P80 = 9,908x – 13,39
9,908x = 80 + 13,39
93,39
X = 9,908 = 9,42 mm

3. P80 Roll Crusher


Y = 13,307x – 18,83
P80 = 13,307x – 18,83
13,307x = 80 + 18,93
98,93
X = 13,307 = 7,43 mm

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 25
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

4. P80 Roll Crusher


Y = 12,905x – 18,751
P80 = 12,905x – 18,751
12,905x = 80 + 18,751
98,751
X = 12,905 = 7,65 mm

5. Berat Hilang Jaw Crusher 1,25


5000 𝑔𝑟 − 2602 𝑔𝑟 𝑥 100%
B Hilang =
5000 𝑔𝑟

= 47,96 %
6. Berat Hilang Jaw Crusher 1,75
5000 𝑔𝑟 − 2602 𝑔𝑟 𝑥 100%
B Hilang = 5000 𝑔𝑟

= 47,96 %
7. Berat Hilang Roll Crusher 1,25
5000 𝑔𝑟 − 2604 𝑔𝑟 𝑥 100%
B Hilang = 5000 𝑔𝑟

= 47,92 %
8. Berat Hilang Roll Crusher 1,75
5000 𝑔𝑟 − 2603𝑔𝑟 𝑥 100%
B Hilang = 5000 𝑔𝑟

= 47,94 %

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 26
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum pengolahan bahan galian ini kita melakukan tahapan


peremukan dan pengayakan suatu material. Alat yang digunakan dalam tahap
peremukan adalah jaw crusher dan roll crusher. Tujuan dari tahap peremukan ini yaitu
untuk dapat mereduksi suatu material yang berukuran besar ke ukuran yang kecil.
Tahap ini juga biasa disebut sebagai tahap preparasi yang terbagi menjadi tahap
kominusi dan tahap sizing.
Setelah material melalui tahap preparasi yaitu kominusi dan sizing, selanjutnya
material masuk kedalam tahap screening atau pengayakan. Pengayakan dilakukan
untuk mengetahui berat tertahan dan berat lolos dari hasil peremukan jaw crusher dan
roll crusher. Ukuran ayakan yang digunakan adalah ukuran 65, 80, 100, 150, 200 dan
-200 mesh.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk laboratorium


Saran untuk laboratorium menjelaskan lebih detail mengenai alat-alat yang ada
di laboratorium
5.2.2 Saran untuk asisten
Saran untuk Asisten agar selalu memberi motivasi kepada praktikan dalam
melakukan praktikum maupun asistensi agar tidak malas dalam melakukan praktikum
daring.

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 27
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

DAFTAR PUSTAKA

Arif, A. Taufik, 2014, Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing). Buku ajar Jurusan
Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Sumatra Selatan
Burt, R.O, 1984, Gravity Concentration Technology, Elseiver, Amsterdam
Currie, JM, 1973, “Unit Operation in Mineral Processing”, Burn
Graha, Dodi. S, 1987, Batuan dan Mineral, Nova, Bandung
Kelly, E.G and Spottiwood, D.J, 1982, “Introduction to Mineral Processing”, John Wiley,
New York

REZKY ANUGRAHWATI FADLY


09320170166 09320180102
Crushing - 28

Anda mungkin juga menyukai