CRUSHING
FADLY
09320180102
C3
MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1 Maksud dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengenal, mengetahui dan
menguasai ilmu tentang pengolahan bahan galian yang menjadi salah satu aplikasi
dasar dalam dunia pertambangan.
1.2.2 Tujuan
1. Memahami mekanisme peremukan dan cara kerja alat
2. Memahami mekanisme pengayakan dan cara kerja alat
1.3.1 Alat
1. Jaw Crusher
2. Roll Crusher
3. Ayakan
4. Palu
5. Alat Pelindung Diri
6. Timbangan
7. Alat tulis menulis
8. Cawan
9. Neraca analitik
1.3.2 Bahan
1. Sampel Batubara 2 Kg
2. Tabel data pengamatan
3. Kantong sampel A4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6. Rotary breaker
7. Hammer mill
2.1.2 Penggerusan/Penghalusan (Grinding)
Penggerusan adalah proses lanjutan pengecilan ukuran dari yang sudah
berukuran 2,5 cm menjadi ukuran yang lebih halus. Pada proses penggerusan
dibutuhkan media penggerusan yang antara lain terdiri dari :
1. Bola-bola baja atau keramik (steel or ceramic balls).
2. Batang-batang baja (steel rods).
3. Campuran bola-bola baja dan bahan galian atau bijihnya sendiri yang disebut semi
autagenous mill.
4. Tanpa media penggerus, hanya bahan galian atau bijihnya yang saling menggerus
dan disebut autogenous mill.
Peralatan penggerusan yang dipergunakan adalah :
1. Ball mill dengan media penggerus berupa bola-bola baja atau keramik.
2. Rod mill dengan media penggerus berupa batang-batang baja.
3. Semi autogenous mill (SAG) bila media penggerusnya sebagian adalah bahan
galian atau bijihnya sendiri.
4. Autogenous mill bila media penggerusnya adalah bahan galian atau bijihnya
sendiri.
Setelah bahan galian atau bijih diremuk dan digerus, maka akan diperoleh
bermacam-macam ukuran partikel. Oleh sebab itu harus dilakukan pemisahan
berdasarkan ukuran partikel agar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan pada proses
pengolahan yang berikutnya.
2.2.1 Pengayakan/Penyaringan (Screening/Sieving)
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala
industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.
partikel akan menerima gaya berat dan gaya gesek dari media. Pada saat kecepatan
gerak partikel menjadi rendah (tenang/laminer), ukuran partikel yang besar-besar
mengendap lebih dahulu, kemudian diikuti oleh ukuran-ukuran yang lebih kecil,
sedang yang terhalus (antara lain slimes) akan tidak sempat mengendap.
Agar bahan galian yang mutu atau kadarnya rendah (marginal) dapat diolah
lebih lanjut, yaitu diambil (di-ekstrak) logamnya, maka kadar bahan galian itu harus
ditingkatkan dengan proses konsentrasi.
Sifat-sifat fisik mineral yang dapat dimanfaatkan dalam proses konsentrasi
adalah :
a. Perbedaan berat jenis atau kerapatan untuk proses konsentrasi gravitasi dan media
berat.
b. Perbedaan sifat kelistrikan untuk proses konsentrasi elektrostatik.
c. Perbedaan sifat kemagnetan untuk proses konsentrasi magnetik.
d. Perbedaan sifat permukaan partikel untuk proses flotasi.
Proses peningkatan kadar itu ada bermacam-macam, antara lain :
1. Pemilahan (Sorting)
Bila ukuran bongkahnya cukup besar, maka pemisahan dilakukan dengan tangan
(manual), artinya yang terlihat bukan mineral berharga dipisahkan untuk dibuang.
2. Konsentrasi Gravitasi (Gravity Concentration)
Yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dalam suatu media
fluida, jadi sebenarnya juga memanfaatkan perbedaan kecepatan pengendapan
mineral-mineral yang ada.
Ada 3 (tiga) cara pemisahan secara gravitasi bila dilihat dari segi gerakan
fluidanya, yaitu :
a. Fluida tenang, contoh dense medium separation (DMS) atau heavy medium
separation (HMS).
b. Aliran fluida horisontal, contoh sluice box, shaking table dan spiral concentration.
c. Aliran fluida vertikal, contoh jengkek (jig).
Produk dari proses konsentrasi gravitasi ada 3 (tiga), yaitu :
Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang ada pada
konsentrat yang diperoleh dengan proses basah, misalnya proses konsentrasi gravitasi
dan flotasi.
Cara-cara pengawa-airan ini ada 3 (tiga), yaitu :
1. Cara pengentalan / pemekatan (thickening)
Konsentrat yang berupa lumpur dimasukkan ke dalam bejana bulat. Bagian yang
pekat mengendap ke bawah disebut underflow, sedangkan bagian yang encer atau
airnya mengalir di bagian atas disebut overflow.
2. Cara penapisan/pengawa-airan (filtration)
Dengan cara pengentalan kadar airnya masih cukup tinggi, maka bagian yang
pekat dari pengentalan dimasukkan ke penapis yang disertai dengan pengisapan,
sehingga jumlah air yang terisap akan banyak
3. Pengeringan (drying)
Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal dari
konsentrat dengan cara penguapan (evaporization/evaporation).
Bila masih berupa bahan galian hasil penambangan (rom), maka harus ditumpuk
di tempat yang sudah ditentukan yang di sekelilingnya telah dilengkapi dengan saluran
penyaliran (drainage system). Tetapi jika sudah berupa konsentrat, maka harus
disimpan di dalam gudang yang tertutup sebelum sempat diproses lebih lanjut.
2. Penanganan lumpur (slurry handling)
Bila lumpur itu sudah mengandung mineral berharga yang kadarnya tinggi, maka
dapat segera dimasukkan ke pemekat (thickener) atau penapis (filter). Jika masih agak
kotor (middling), maka harus diproses dengan alat khusus yang sesuai.
3. Penanganan/pembuangan ampas (tailing disposal)
Kegiatan ini yang paling sulit penanganannya karena :
a. Jumlahnya (volume) sangat banyak, antara 70%–90% dari material yang
ditambang.
b. Kadang-kadang mengandung bahan berbahaya dan beracun (b-3).
c. Sulit mencarikan lahan yang cocok untuk menimbun ampas bila metode
penambangan timbun-balik (back fill mining method) tak dapat segera
dilakukan, sehingga kadang-kadang harus dibuatkan kolam pengendap. Oleh
sebab itu pembuangan ampas ini seringkali menjadi komponen kegiatan
penambangan yang meminta pemikiran khusus sepanjang umur tambang.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
2. Memasukkan sampel batubara (2 Kg) kedalam cawan dan atur gape pada jaw
crusher (1,25 mm dan 1,75 mm)
8. Setelah itu konsentratnya melalui proses ayak pada alat Sieve Shaker
9. Setelah tahap screening, pisahkan material sesuai dengan ukuran ayakan dan
timbang masing-masing berat tertahan dari setiap ukuran ayakan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berat Tertahan
No Ukuran Mesh
JC 1.25 JC 1.75 RC 1.25 RC 1.75
1 725 922 1260 725 765
2 834 602 427 834 860
3 315 454 391 315 290
4 269 226 184 269 279
5 239 149 136 239 195
6 222 249 204 222 214
Total 2604 2602 2602 2604 2603
60 y = 12,201x - 16,945
R² = 0,9335
50
40
30
20
10
-10
1 2 3 4 5 6
Series1 0,21 0,177 0,149 0,105 0,074 0,00
Series2 0,00 9,56 15,10 23,96 41,40 64,53
60
y = 9,9086x - 13,39
50
R² = 0,9484
40
30
20
10
-10
1 2 3 4 5 6
Series1 0,21 0,177 0,149 0,105 0,074 0
Series2 0,00 7,84 13,06 20,13 35,15 51,56
= 47,96 %
6. Berat Hilang Jaw Crusher 1,75
5000 𝑔𝑟 − 2602 𝑔𝑟 𝑥 100%
B Hilang = 5000 𝑔𝑟
= 47,96 %
7. Berat Hilang Roll Crusher 1,25
5000 𝑔𝑟 − 2604 𝑔𝑟 𝑥 100%
B Hilang = 5000 𝑔𝑟
= 47,92 %
8. Berat Hilang Roll Crusher 1,75
5000 𝑔𝑟 − 2603𝑔𝑟 𝑥 100%
B Hilang = 5000 𝑔𝑟
= 47,94 %
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arif, A. Taufik, 2014, Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing). Buku ajar Jurusan
Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Sumatra Selatan
Burt, R.O, 1984, Gravity Concentration Technology, Elseiver, Amsterdam
Currie, JM, 1973, “Unit Operation in Mineral Processing”, Burn
Graha, Dodi. S, 1987, Batuan dan Mineral, Nova, Bandung
Kelly, E.G and Spottiwood, D.J, 1982, “Introduction to Mineral Processing”, John Wiley,
New York