Anda di halaman 1dari 23

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengolahan bahan galian merupakan metode/langkah yang dilakukan dengan


tujuan meningkatkan mutu serta kualitas bahan galian dalam hal ini bahan tambang
mineral. Saat ini bahan tambang yang baru saja diambil dari alam secara langsung
belum siap untuk digunakan karena masih bercampur dengan zat pengotor (tailing).
Zat pengotor atau tailing tersebut berasal dari material koalisinya. Maksudnya, zat
tersebut secara alamiah telah menempel dengan bahan tambang tersebut dalam kurun
waktu yang lama.
Grinding adalah metode dalam menghaluskan suatu partkel kasar dan besar
menjadi partikel-partikel lebih halus. Operasi grinding sangat luas penggunaannya
pada proses bijih tambang dan industri semen. Sebagai contoh bijih tembaga, nikel,
kobal dan besi biasanya dilakukan proses grinding sebelum mengalami proses kimia.
Limestone, marble, gypsum dan dolomite dihancurkan untuk penggunaan sebagai
pengisi kertas, cat dan kertas. Sizing (pengayakan) adalah suatu metode untuk
memisahkan partikel menurut ukuran semata-mata. Ukuran yang lolos melalui
saringan biasanya disebut sebagai undersize dan partikel yang tertahan disebut
oversize. Satu ayak tunggal hanya dapat memisahkan menjadi dua fraksi saja setiap
kali pemisahan. Kedua fraksi disebut fraksi yang belum berukuran (unsized fraction),
yaitu fraksi-fraksi yang ukuran partikel maksimun dan minimunnya diketahui.
Pengakan itu kadang-kadang dilakukan dalam keadaan basah, tetapi lebih lazim lagi
dalam keadaan kering.
Pada laboratorium pengolahan bahan galian kita telah melakukan proses
pengolahan bijih untuk mengecilkan suatu ukuran bijih dengan cara peremukan
menggunakan alat Ball Mill serta penggerusan yang lebih dikenal dengan sebutan
kominusi. Tujuannya mempersiapkan ukuran yang tepat untuk proses konsentrasi
juga sekaligus membebaskan mineral berharga dari gangue mineral. Hal yang dapat
kita pelajari pada mata acara ini adalah kita dapat mengetahui proses atau mekanisme

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING
alat yang digunakan yaitu Ball Mill dan ini juga mengetahui macam-macam alat
digunakan dalam pengggerusan material selain dari alat Ball Mill (Andi Tenri, 2022).
1.2 Maksud Tujuan Praktikum

1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengenal, mengetahui
dan menguasai ilmu tentang pengolahan bahan galian yang menjadi salah satu
aplikasi dasar dalam dunia pertambangan.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum grinding ini adalah:
a. Memahami mekanisme penggerusan dan cara kerja alat;
b. Memahami pengaruh waktu grinding terhadap halusan hasil gerus.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
a. Ball Mill;
b. Ayakan;
c. Palu;
d. Kacamata Safety;
e. Ear Plug;
f. Masker;
g. Alat Tulis Menulis (ATM);
h. Kaos Tangan;
i. Timbangan;
j. Cawan;
k. Neraca Analitik;
l. Sieve Shaker.
1.3.2 Bahan
a. Sampel Batubara 2 Kg;
b. Tabel Data Pengamatan;
c. Kantong Sampel A3.

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Grinding

Grinding adalah metode dalam menghaluskan suatu partikel kasar dan besar
menjadi partikel-partikel lebih halus. Operasi grinding sangat luas penggunaannya
pada proses bijih tambang dan industri semen. Sebagai contoh bijih tembaga, nikel,
kobal dan besi biasanya dilakukan proses grinding sebelum mengalami proses kimia.
Limestone, marble, gypsum dan dolomite dihancurkan untuk penggunaan sebagai
pengisi kertas, cat dan kertas. Bahan baku untuk industri semen seperti lime, alumina
dan silika digiling dalam skala besar atau dalam jumlah besar.
Sizing (pengayakan) merupakan salah satu metode pemisahan partikel sesuai
dengan ukuran tertentu. Ukuran yang lolos melalui saringan biasanya disebut sebagai
undersize dan partikel yang tertahan disebut oversize.
Tujuan proses sizing adalah:
1. Menguliti bagian kasar dari produk yang akan masih dikenai perlakuan
selanjutnya, biasanya untuk proses reduksi selanjutnya.
2. Memisahkan hasil dari umpan penghancuran sehingga dapat menghemat
tenaga dan mencegah penghancuran berlebihan.
3. Membagi produk-produk yang bernilai komersil.
4. Salah satu langkah dalam proses pengkonsentrasian.
Pengayakan (screening) adalah suatu metode untuk memisahkan partikel
menurut ukuran semata-mata. Partikel yang dibawah ukuran atau yang kecil
(undersize), atau halusan (fines), lulus melewati bukaan ayak, sedang yang diatas
ukuran atau yang besar (oversize), atau buntut (tails) tidak lulus. Satu ayak tunggal
hanya dapat memisahkan menjadi dua fraksi saja setiap kali pemisahan. Kedua fraksi
disebut fraksi yang belum berukuran (unsized fraction), karena baik ukuran terbesar
maupun yang terkecil daripada yang terkandung tidak diketahui. Bahan yang lulus

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING
melalui sederet ayak dengan bermacam-macam ukuran akan terpisah menjadi
beberapa fraksi berukuran (sized fraction) yaitu fraksi-fraksi yang ukuran partikel
maksimum dan minimumnya diketahui. Pengayakan itu kadang-kadang dilakukan
dalam keadaan basah, tetapi lebih lazim lagi dalam keadaan kering. Penggerusan
dimulai dari ukuran kasar hasil peremukan dengan menggunakan penggerusan
dan media yang dapat berbentuk bola batang baja, porselen atau bijih itu sendiri
(autogeneous grinding). Sedangkan operasi penggerusan dapat dengan cara basah
bila umpan berupa bijih bercampur air atau cara kering bila umpan betul-betul
kering.

2.2 Kominusi

Kominusi adalah proses mereduksi ukuran butir/batuan dengan menggunakan


alat Crusher. Kominusi berguna untuk memperkecil ukuran suatu batuan dengan
tujuan untuk memenuhi persyaratan proses selanjutnya atau untuk memenuhi
kebutuhan yang diinginkan (Juniardi and Adiansyah, 2020).
Kominusi atau pengecilan ukuran bijih atau feed merupakan tahap paling
awal dari proses pengolahan mineral. Tahap ini diperlukan selain untuk mereduksi
ukuran tentunya, juga untuk meningkatkan liberasi dari mineral berharga yang akan
diambil. Artinya, semakin kecil ukuran bijih maka semakin besar juga kemungkinan
mineral berharga untuk terbebas dari mineral-mineral pengotor. Proses pengolahan
bahan galian pada proses awal bertujuan untuk membebaskan atau meliberasi (to
liberate mineral berharga dari material pengotornya, menghasilkan ukuran dan
bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan pada proses berikutnya serta
memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan zat lain,
misalnya reagen flotasi.
Kominusi terbagi atas 3 (Tiga) tahap:
1. Primary Crushing
Alat yang digunakan dalam Primary Crushing ini adalah Jaw Crusher.
2. Secondary Crushing
Alat yang digunakan dalam secondary crushing ini adalah Roll Crusher.
3. Fine Crushing
Alat yang digunakan dalam fine crushing ini adalah Grinding Mill.

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING
2.3 Crusher

Crusher adalah suatu peralatan di dalam industri pengolahan bahan galian


(PBG) yang digunakan sebagai tahapan awal dalam proses memperkecil ukuran dari
bongkahan-bongkahan yang besar kepotongan-potongan yang lebih kecil. Perbedaan
ukuran dari produk yang biasanya tidak terlalu tajam. Untuk beberapa proses, cukup
alat crusher yang digunakan untuk mengurangi ukuran umpan, namun untuk
berbagai proses kimia diikuti lagi dengan grinder sebagai tahapan berikutnya dalam
memperkecil material hingga menjadi butiran halus.
Peremukan batu pada prinsipnyta bertujuan mereduksi material untuk
memperoleh ukuran butir tertentu melalui alat peremukan dan pengayakan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi peremukan batuan oleh crusher antara lain:
1. Ukuran Material
Ukuran material umpan untuk mencapai produkyang baik pada peremukan
adalah kurang dari 85% dari ukuran bukaan alat remuk.
2. Reduction Ratio (Rasio Peremukan)
Perbandingan ukuran mulut feeder (Inlet) A dengan mulut discharge (Outlet)
B dinyatakan dengan A/B dan disebut rasio peremukan.
3. Kapasitas
Kapasitas alat peremukan dipengaruhi oleh jumlah umpan yang masuk setiap
jam, berat jenis umpan dan besar setting dari alat peremuk.
Ketangguhan, kekerasan dan kesensitian terhadap temperatur adalah beberapa
sifat yang bias mempengaruhi pemilihan dalam peralatan dan kondisi operasi.
Material yang berserat membutuhkan proses pemotongan dibandingkan proses
penghancuran. Material yang sensitif terhadap temperature seperti plastik dan karet
harus didinginkan dengan suhu rendah yang melibatkan pencelupan material ke
dalam nitrogen liquid digunakan bahkan untuk material-material prosaic seperti
mobil bekas dan berbahan karet. Temperatur rendah mempertinggi tingkat kerapuhan
dan akibatnya pemakaian daya berkurang.
Crusher pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) jenis sesuai dengan
fungsinya, yaitu:
1. Primary Crushing
a. Peremukan ukuran bijih dari tambang pada tahap pertama dan crusher

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING
dioperasikan secara terbuka.
b. Untuk bijih yang keras dan kompak biasanya digunakan jaw crusher atau
gyratory crusher.
2. Secondary Crushing
a. Jauh lebih ringan dari primary crusher.

b. Peremukan mulai dari 8”-6”, yaitu material yang telah melewati primary
crushing biasanya menggunakan roll crusher.

2.4 Jaw Crusher

Jaw Crusher merupakan suatu mesin atau alat yang banyak digunakan dalam
industri di bidang pertambangan, bahan bangunan, kimia, metalurgi dan sebagainya.
Sangat cocok untuk penghancuran primer dan sekunder dari semua jenis mineral dan
batuan dengan kekuatan tekan 320 MPa, seperti bijih besi, tembaga, emas, mangan,
kerikil, granit, basalt, kuarsa, diabas dan bahan galian lainnya.
Jaw Crusher mempunyai keunggulan struktur sederhana, kinerja stabil,
perawatan mudah, menghasilkan partikel akhir dan rasio penghancuran tinggi. Jadi
jaw crusher merupakan salah satu mesin penghancuran paling penting dalam lini
produksi penghancuran batu. Secara umum, mesin crusher dapat digunakan untuk
mengurangi ukuran atau mengubah bentuk bahan tambang sehingga dapat diolah
lebih lanjut. Crusher sendiri merupakan alat yang digunakan dalam proses crushing.
Sedangkan crushing merupakan proses yang bertujuan untuk meliberasi
mineral yang diinginkan dari mineral pengotornya. Jaw Crusher banyak digunakan
dalam proses konstruksi misalnya dalam pembuatan jalan beton, gedung, bendungan
terutama rock fill dan filternya serta pengerjaan lainnya. Kadang diperlukan syarat
khusus untuk gradasi butiran pengisinya.
Jaw Crusher merupakan alat penghancur dengan sistem operasional paling
sederhana. Prinsip kerjanya secara awam mirip seperti rahang, material akan masuk
dan mengalami proses penghancuran seperti dikunyah untuk diubah menjadi lebih
kecil. Di dalam mesin tersebut, terdapat dua lempengan yang berfungsi melakukan
penggilasan atau pengunyahan tadi.

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING
Bijih yang remuk secara leluasa akan bebas turun di antara dua kompresi.
Pada jaw crusher, peremukan bijih hanya terjadi oleh alat, yaitu saat jaw bergerak
memberi tekanan. Mekanisme peremukan ini disebut arrested crushing. ukuran
produk dinyatakan dengan P80. Arti notasi P adalah untuk produk dan 80
menyatakan delapan puluh persen dari berat produk berukuran lebih kecil dari
ukuran P80. Misal P80 = 92,0 mm, artinya delapan puluh persen berat dari produk
jaw crusher berukuran kurang dari 92,0 mm.

Gambar 2.1 Jaw Crusher


Jaw Crusher yang sangat ideal dan sesuai untuk gradasi yang dapat
digunakan, mendekati gradasi yang diinginkan oleh sebab itu dibutuhkan alat yang
disebut crusher sebagai alat untuk meremukkan bahan galian sesuai dengan standar
ukuran yang telah ditetapkan.

2.5 Roll Crusher

Double Roll Crusher adalah produk alat preparasi pertambangan yang


berfungsi untuk menghancurkan batuan atau sampel material seperti mineral, nikel
dan batuan tambang lainnya agar bisa menjadi serpihan yang halus dan dapat diatur
sedemikian rupa ketebalan serpihan tersebut melalui alat double roll crusher. Seperti
yang telah diketahui bahwa double roll crusher sangat bermanfaat untuk kebutuhan
analisis sampel bahan tambang.

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING
Dengan demikian ketika material sampel yang didapat dari lahan
pertambangan merupakan batuan tambang yang masih bersifat kasar layaknya seperti
batuan. Oleh karena itu, untuk menghancurkan alat tersebut kita bisa menggunakan
double roll crusher.
Roll Crusher bisa menangani umpan-umpan yang relatif besar, sebagai
contohnya 14 inch , maksimum 24 inch. Untuk smooth rolls, ukuran umpan dibatasi
oleh sudut bagian nip yang mana bergantung pda kondisi permukaan tetapi seringnya
berkisar 16 atau arccos 0,961.
Roll Crusher memiliki dua buah logam berat yang memiliki permukaan licin.
Biasanya hanya satu dari beberapa roll yang diugerakkan dan satu spring dipasang
untuk mencegah kerusakan akibat material yang keras dan tidak bisa dihancurkan
dalam umpan. Mesin ini merupakan pemecah sekunder yang menghasilkan produk
dengan ukuran kira-kira 20 mesh. Alat ini bekerja dengan kompresi.

Gambar 2.2 Roll Crusher


Ukuran umpan maksimum yang dapat dijepit oleh roll sangat bergantung
pada koefisien gesek antar partikel dan permukaan roll. Rasio pengurangan
ditampilkan dengan berkisar hanya antara 2:1 dan 4:1. Set Rolls dalam rangkaian
dengan posisi menurun digunakan untuk mencapai rasio pengurangan yang tinggi
secara keseluruhan.

2.6 Cone Crusher

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING
Biasanya alat ini dipergunakan pada secondary crushing dan merupakan
modifikasi dari Gyratory Crusher. Kelebihannya adalah, ketika material masih
terlalu besar dan keras, akan dikeluarkan melalui saluran khusus, untuk kemudian
diremukkan kembali hingga menjadi benar-benar halus.

Gambar 2.3 Cone Crusher


Cone crusher adalah mesin penghancur batu populer dalam produksi agregat,
operasi penambangan, dan aplikasi daur ulang, Ini adalah jenis kompresi mesin yang
mengurangi bahan dengan meremas atau mengompres bahan pengisi di antara
sepotong baja yang bergerak dan sepotong baja yang diam.

2.7 Reduction Ratio

Prinsip pekerjaan crusher merupakan rentetan-rentetan pengurangan ukuran


batu. Tingkat pemecahan/reduksi ukuran suatu crusher ditunjukkan oleh suatu istilah
yang biasa disebut ratio of reduction. Reduction Ratio adalah perbandingan antara
ukuran maksimum feed dari crusher dengan setting(s) terhadap ukuran produk yang
dihhasilkan. Selain ratio of reduction [pada pekerjaan crushing juga dikenal dengan
istilah stage of reduction karena pada setiap langkah crushing terjadi pengurangan
ukuran-ukuran batu.

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING
Setiap crusher memiliki nilai setting, kapasitas peremukan dan prinsip
peremukan yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan terdapat variasi nilai reduction
ratio tiap crusher.

2.8 Pemisahan Berdasarkan Ukuran (Sizing)

Setelah bahan galian atau bijih diremuk dan digerus, maka akan diperoleh
bermacam-macam ukuran partikel. Proses penyeragaman ukuran partikel dengan
cara memisahkan menjadi beberapa fraksi dengan menggunakan proses pengayakan
atau Pengayakan/Penyaringan (Screening atau Sieving).
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala
industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.
Proses pengayakan juga digunakan sebagai alat pembersih, pemisah kontaminan
yang ukurannya berbeda dengan bahan baku. Pengayakan memudahkan kita untuk
mendapatkan pasir dengan ukuran yang seragam.

2.9 Grinding
Grinding adalah proses pengurangan ukuran partikel bahan olahan dari
bentuk besar atau kasar di ubah menjadi ukuran yang lebih kecil. Untuk itu yang
namanya grinding adalah proses pemecahan atau penggilingan. Sizing adalah proses
penyamarataan ukuran dalam ayakan sesuai dengan ukuran yang dikehendaki
sehingga ukuran partikel menjadi homogen (Rofifah, 2020).

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING
Gambar 2.4 Ball Mill
Proses grinding dan sizing banyak digunakan dalam industri diantaranya
proses penghancuran batu-batuan, bijih, pembuatan tepung, pembuatan obat-obatan
dan lain-lain. Bentuk penanganan bahan olahan yaitu pengecilan ukuran bahan
olahan yang dapat dilakukan dengan proses basah dan kering.

2.10 Analisis Ayak

Analisa Saringan atau analisa ayakan (Sieve analysis) adalah prosedur yang
digunakan untuk mengukur distribusi ukuran partikel dari suatu bahan. Distribusi
ukuran partikel merupakan hal yang sangat penting . Bahan galian adalah adalah
unsur-unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan termasuk
batu-batu mulia yang merupakan endapan- endapan alam (Santosa, 2010).

Gambar 2.5 Sieve Shaker


Sejumlah sampel yang mewakili sampel tertentu ditimbang dan ditaruh diatas
ayakan dengan ukuran tertentu, ayakan disusun berdasarkan ukuran, ukuran yang
besar ditempatkan pada bagian atas dan pada bagian paling bawah ditempatkan pan
(wadah) sebagai tempat penerimaan/penampungan terakhir, namun tidak selamanya
metode seperti tersebut diatas selalu digunakan, ada beberapa cara atau metode yang
dapat digunakan tergantung dari material yang akan dianalisa.

2.11 Peningkatan Kadar dan Konsentrasi

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING
Agar bahan galian yang mutu atau kadarnya rendah (marginal) dapat diolah
lebih lanjut, yaitu diambil (di-ekstrak) logamnya, maka kadar bahan galian itu harus
ditingkatkan dengan proses konsentrasi.

Sifat-sifat fisik mineral yang dapat dimanfaatkan dalam proses konsentrasi


adalah:
1. Perbedaan berat jenis atau kerapatan untuk proses konsentrasi gravitasi dan
media berat.
2. Perbedaan sifat kelistrikan untuk proses konsentrasi elektrostatik.
3. Perbedaan sifat kemagnetan untuk proses konsentrasi magnetik.
4. Perbedaan sifat permukaan partikel untuk proses flotasi.
Proses peningkatan kadar itu ada bermacam-macam, antara lain:
1. Pemilahan (Sorting)
Bila ukuran bongkahnya cukup besar, maka pemisahan dilakukan dengan
tangan (manual), artinya yang terlihat bukan mineral berharga dipisahkan
untuk dibuang.
2. Konsentrasi Gravitasi (Gravity Concentration)
Yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dalam suatu
media fluida, jadi sebenarnya juga memanfaatkan perbedaan kecepatan
pengendapan mineral-mineral yang ada.
3. Konsentrasi dengan Media Berat (Dense/Heavy Medium Separation)
Merupakan proses konsentrasi yang bertujuan untuk memisahkan mineral-
mineral berharga yang lebih berat dari pengotornya yang terdiri dari mineral-
mineral ringan dengan menggunakan medium pemisah yang berat jenisnya
lebih besar dari air (berat jenisnya > 1).
Peralatan yang biasa dipakai adalah gravity dense/heavy medium
separators yang berdasarkan bentuknya ada 2 (dua) macam, yaitu:
a. Drum separator karena bentuknya silindris.
b. Cone separator karena bentuknya seperti corongan.
4. Konsentrasi Elektrostatik (Electrostatic Concentration)

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING
Merupakan proses konsentrasi dengan memanfaatkan perbedaan sifat
konduktor (mudah menghantarkan arus listrik) dan non-konduktor (nir
konduktor) dari mineral
Kendala proses konsentrasi ini adalah:
a. Hanya sesuai untuk proses konsentrasi dengan jumlah umpan yang tidak
terlalu besar.
b. Karena prosesnya harus kering, maka timbul masalah dengan debu yang
berterbangan.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Prosedur kerja Ball Mill

1. Pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan.

Gambar 3.1 Menyiapkan Alat & Bahan


2. Kemudian bagi dua sampel tersebut tersebut masing-masing menjadi 1 Kg.

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

Gambar 3.2 Menimbang Sampel


3. Kemudian siapkan alat ball mill dan bola baja. Perbandingan berat material
dan berat bola baja yang digunakan adalah 1:5 yaitu 1 Kg Batubara dan 5 Kg
bola baja. Setelah itu masukkan bola baja dan material kedalam alat ball mill.

Gambar 3.3 Menekan tombol sart dari ball mill


4. Setelah itu tutup alat ball mill dan pastikan alat tersambung dengan aliran
listrik kemudian tekan tombol start untuk memutar alat. Sampel pertama di
grinding selama 10 menit dan sampel yang kedua di grinding selama 15
menit.

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

Gambar 3.4 Menutup alat ball mill


5. Setelah ball mill berhenti berputar, tekan tombol jog untuk menumpahkan
material keluar dari ball mill begitupun juga dengan bola baja. Kemudian
sampel dimasukkan kedalam baki lalu ditimbang.

Gambar 3.5 Material dikeluarkan dari alat ball mill


6. Setelah itu sampel dimasukkan kedalam alat sizing untuk selanjutnya
dilakukan tahap screening atau pengayakan. Ukuran ayakan yang digunakan
adalah 65, 80, 100, 150, 200 dan -200 mesh.

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

Gambar 3.6 Memasukkan sampel kedalam alat sizing


7. Setelah tahap screening, pisahkan material sesuai dengan ukuran ayakan dan
timbang masing-masing berat tertahan dari setiap ukuran ayakan

Gambar 3.7 Menimbang berat tertahan pada tiap mesh

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

Gambar 3.8 Menimbang berat tertahan pada tiap mesh

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1.1 Tabel Pengamatan Grinding


Berat Tertahan
No Ukuran Mesh
10’ 15’
1 65 600 0,5
2 80 44,40 99,45
3 100 8,95 12,55
4 150 36,97 103,67
5 200 3,95 4,51
6 -200 44,51 31,52

Tabel 4.1.2 Tabel Pengolahan Data Grinding 10 (Menit)

% Berat % Berat
Berat % Tertahan Lolos
Mesh Fraksi
Tertahan Fraksi
Komulatif Komulatif
65 0,210 600 81,21 81,21 18,76
80 0,177 44,40 6,00 87,21 12,76
100 0,149 8,95 1,21 88,42 11,55
150 0,105 36,97 5,00 93,42 6,55

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

200 0,074 3,95 0,53 93,95 6,02


-200 -0,074 44,51 6,02 99,97 0
Total 0,641 738,78 99,97

Grafik 4.1 Pengolahan Data Grinding 10 (Menit)


1) % Fraksi = berat tertahan/berat total x 100%
% Fraksi 65 = 600/738,78 X 100% = 81,21%
% Fraksi 80 = 44,40/738,78 X 100% = 6,00%
% Fraksi 100 = 8,95/738,78 X 100% = 1,21%
% Fraksi 150 = 36,97/738,78 X 100% = 5,00%
% Fraksi 200 = 3,95/738,78 X 100% = 0,53%
% Fraksi -200 = 44,51/738,78 X 100% = 6,02%
2) Berat Tertahan Komulatif = % Berat tertahan kumulatif + % Fraksi
65 = 81,21%
80 = 81,21 + 6,00 = 87,21%
100 = 87,21 + 1,21 = 88,42%
150 = 88,42 + 5,00 = 93,42%
200 = 93,42 + 0,53 = 93, 95%
-200 = 93,95 + 6,02 = 99,97%
3) % Berat lolos kumulatif = Total % Fraksi - % Berat tertahan kumulatif
65 = 99,97 – 81,21 = 18,76%
80 = 99,97 – 87,21 = 12,76%

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING
100 = 99,97 – 88,82 = 11,55%
150 = 99,97 – 93,42 = 6,55%
200 = 99,97 – 93,95 = 6,02%
-200 = 99,97 - 99,97 = 0%
Tabel 4.1.3 Tabel Pengolahan Data Grinding 10 (Menit)
% Berat % Berat
Berat % Tertahan Lolos
Mesh Fraksi
Tertahan Fraksi
Komulatif Komulatif
65 0,210 0,5 0,19 0,19 99,97
80 0,177 99,45 39,43 39,62 60,34
100 0,149 12,55 4,97 44,59 55,37
150 0,105 103,67 41,10 85,69 12,37
200 0,074 4,51 1,78 87,47 12,49
-200 -0,074 31,52 12,49 99,96 0
Total 0,641 252,2 99,77

Grafik 4.2 Pengolahan Data Grinding 15 (Menit)

1) % Fraksi = berat tertahan/berat total x 100%


% Fraksi 65 = 0,5/252,2 X 100% = 0,19%
% Fraksi 80 = 99,94/252,2 X 100% = 39,43%
% Fraksi 100 = 12,55/252,2 X 100% = 4,97%
% Fraksi 150 = 103,67/252,2 X 100% = 41,10%
% Fraksi 200 = 4,51/252,2 X 100% = 1,78%
% Fraksi -200 = 31,52/252,2 X 100% = 12,49%
FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI
09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING
2) Berat Tertahan Komulatif = % Berat tertahan kumulatif + % Fraksi
65 = 0,19%
80 = 0,19 + 39,43 = 39,62%
100 = 93,62 + 4,97 = 44,59%
150 = 44,59 + 41,10 = 85,69%
200 = 85,69 + 1,78 = 87,47%
-200 = 87,47 + 12,49 = 99,96%
3) % Berat lolos kumulatif = Total % Fraksi - % Berat tertahan kumulatif
65 = 99,96 - 0,19 = 99,97%
80 = 99,96 – 39,62 = 60,34%
100 = 99,96 – 44,59 = 55,37%
150 = 99,96 – 85,59 = 14,37%
200 = 99,96 – 87,47 = 12,49%
-200 = 99,96 - 99,96 = 0%

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Grinding adalah metode dalam menghaluskan suatu partikel kasar dan besar
menjadi partikel-partikel lebih halus. Mekanisme cara kerja alat Ball mill dengan
media penggerus berupa bola-bola baja atau keramik. Bila tromol penggiling
berputar, tembereng-tembereng dan ayakannya akan ikut berputar bersama-sama
menurut sumbu mendatar.
Pada praktikum pengolahan bahan galian ini melalui tahapan penggerusan
dan pengayakan pada suatu material. Alat yang digunakan adalah Ball Mill dan Sieve
Shaker. Pada praktikum ini telah kita lakukan kegiatan grinding dengan sampel
batubara seberat 2 kg. Proses penggerusan ini dibagi menjadi 2 sesi. Sesi yang
pertama selama 10 menit dan sesi yang kedua selama 15 menit. Setelah material
melalui tahap penggerusan selanjutnya masuk ketahap pengayakan, pada tahap
pengayakan ini dibagi menjadi 2 sesi sama seperti tahap penggerusan. Pada proses
pengayakan menggunakan mesh 65, 80, 100, 150, 200 dan -200.
Jadi, pada praktikum pengolahan bahan galian ini dapat diketahui bahwa
semakin lama proses grinding dari suatu material maka akan semakin halus material
hasil pengolahan tersebut.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium


Agar Kebersihan Laboratorium tetap dijaga sehingga praktikan dan asisten
bisa lebih nyaman dalam proses berlangsungnya praktikum.
5.2.2 Saran untuk Asisten
Tetap sabar dan ikhlas dalam mendidik kami, karena kami semua memiliki
kepribadian yang berbeda-beda.

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

DAFTAR PUSTAKA

Didit, P. O., Dedy, P. O., Rusdi, N., & Asmeati, A, (2033,8), Rancang Bangun
Penghancur Limbah Cangkang Kepiting Dengan Menggunakan Sistem
Grinding Dan Sizing, Journals Techno Entrepreneur ACTA, 3(1), 41-46.
Juniardi, F., & Adiansyah, J. S, (2020), Target Produksi Agregat Batu Andesit Hasil
Crushing Plant Untuk Kebutuhan Asphalt Mixing Plant (Pt. Niat
Karya), Jurnal Ulul Albab, 24 (1), 60-64.
Santosa, B, (2010), Sistem Informasi Geografis Lokasi Mineral Kabupaten Ponorogo
Berbasis Web, Telematika: Jurnal Informatika dan Teknologi
Informasi, 6 (2).
Tim Asisten, (2020), Penuntun Praktikum Pengolahan Bahan Galian, Fakultas
Teknologi Industri, Jurusan Teknik Pertambangan. Universitas Muslim
Indonesia: Makassar.
Yusuf, M, (2016), Analisis Perbandingan Antara Kondisi Normal Dengan Kondisi
Direct Pumping Untuk Sump Discharge Ball Mill Dari Underflow Fines
Thickener Untuk Meningkatkan Efisiensi Milling Di Pt Antam, Tbk, Ubpe
Pongkor, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

FATWA PAWAWOI DIAN FEBIYANTI


09320190101 09320200164

Anda mungkin juga menyukai