BAB I
PENDAHULUAN
Sumber daya mineral merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki
bangsa Indonesia, apabila dikelola dengan baik akan memberikan kontribusi
terhadap pembangunan ekonomi negara. Dalam dunia pertambangan, Indonesia
memang dikenal sebagai negara yang kaya sehingga industri pertambangan
mempunyai potensi konflik dengan kepentingan masyarakat. Endapan bahan galian
yang ditemukan di alam sudah jarang yang mempunyai mutu atau kadar mineral
berharga yang tinggi dan siap untuk dilebur atau dimanfaatkan. Kebutuhan sosial
akan hasil tambang dan kepentingan akan keberlanjutan hidup maka dibutuhkan
regulasi-regulasi agar tidak terjadi eksploitasi yang dapat merusak lingkungan hidup.
Secara etimologi pengelolaan biasanya merujuk pada proses mengurus atau
menangani sesuatu untuk mencapai tujuan. Proses pengolahan dengan
memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat fisik bahan galian untuk memperoleh
produk bahan galian yang bersangkutan. Pengolahan bahan galian (mineral dressing)
adalah istilah umum yang digunakan untuk mengolah semua jenis bahan galian hasil
tambang yang berupa mineral, batuan, bijih atau bahan galian lainnya yang
ditambang atau diambil dari endapan-endapan alam pada kulit bumi. Mineral yang
dikehendaki biasanya disebut dengan mineral berharga karena memiliki nilai
ekonomis, sedangkan mineral yang tidak dikehendaki disebut mineral buangan.
Dewatering adalah proses penurunan muka air tanah selama Konstruksi
berlangsung selain itu juga diperuntukkan pencegahan kelongsoran akibat adanya
aliran tanah pada galian atau bisa dipaparkan sebagai proses pemisahan antara cairan
dengan padatan. Tujuan praktikum ini yaitu Memahami mekanisme dewatering
untuk menurungkan kadar air, Oleh karena itu, kami mengangkat perihal analisis
genangan air pada pengembangan Hotel Anugerah Palace yang ditinjau dari biaya
pelaksanaan dewatering. Hal ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah parameter
didalam analisis pengaruh genangan air pada pondasi dan biaya pelaksanaan
dewatering yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan konstruksi tahap
awal proyek ( Heri Surendar, 2012).
1.2.1 Maksud
Tujuan dari percobaan ini adalah memahami mekanisme dewatering untuk
menurunkan kadar air
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum analisis ayak adalah:
1. Memahami mekanisme penggerusan dan cara kerja alat;
2. Mempelajari pengaruh waktu grinding terhadap halusan hasil gerus.
1.3.1 Alat
1. Oven
2. Talang
3. Masker
4. Kaos tangan
5. Alat tulis menulis
1.3.2 Bahan
1. Sampel pasir kuarsa 500 gr
2. Tabel data pengamatan
3. Kantong sampel A3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
segmen-segmen. Tiap filter bisa memiliki 1-12 cakram dengan diameter mencapai 5
m atau seluas 30 m persegi permukaan filter per cakram. Filter cakram ini harganya
murah dan sangat kompak. Kelemahannya adalah tidak mampu mencuci secara
efektif, namun hal ini tidak penting dalam proses filtrasi konsentrat.
2. Pengeringan (drying)
Pengeringan yaitu proses untuk membuang seluruh kandungan air dari padatan
yang berasal dari konsentrat dengan cara penguapan (evaporazation/ evaporation)
Peralatan atau cara yang dipakai pada proses pengeringan yaitu :
a. Hearth type drying/ air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan di atas
lantai oleh sinar matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik).
b. Shaft drier, ada dua macam, yaitu:
1) Towed drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan didalam saluran
silindris vertikal yang dialiri udara panas (800-1000)
2) Rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang yang
diputar pada posisi agak miring dan dialiri udara panas yang berlawanan
arah.
c. Film type drier (atmospheric drum drier), berupa silinder baja yang didalamnya
dialiri uap air (steam), namun jarang digunakan.
d. Spray drier, material halus yang basah dan disemburkan ke dalam ruang panas,
material yang kering akan terkumpul dibagian bawah ruangan, namun cara ini
juga jarang digunakan.
yang memiliki saluran pembuangan air, memiliki debit rembesan cukup besar, dan
tanah yang sensitif terhadap erosi.
Metode predrainage terbilang tak mempunyai efek yang bisa mengganggu
bangunan-bangunan di sekelilingnya. Tetapi bagi warga yang berada di sekitar area
proyek, kebisingan dan polusi udara yang ditimbulkan metode dewatering
predrainage akan sangat mengganggu. Selain itu, sumur warga berpotensi mengalami
kekeringan akibat penempatan pompa yang dalam.
Metode dewatering predrainage dapat dilakukan dengan dua metode yakni
metode pompa dalam dan metode well points. Metode pompa dalam atau deep well
adalah metode pengeringan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Alat yang
digunakan pada metode ini adalah pompa submersible yang bisa diletakkan di dalam
air. Sementara metode well points atau disebut juga metode pemompaan dilakukan
dengan teknik vacum. Caranya, collecting points yang terhubung dengan pompa
ditempatkan dalam sumuran. Collecting points memiliki panjang sekitar 100 cm
dengan diamter 5-7 cm dengan lubang-lubang di sekelilingnya. Fungsi collecting
points adalah untuk menyedot air tanah.
Jika dibandingkan dengan metode open pumping, waktu yang dibutuhkan
untuk menjalankan metode dewatering predrainage ini tercatat lebih lama. Sebab
pada metode ini diperlukan proses pengeboran terlebih dahulu dan
penyambunganpenyambungan pipa sebagai konsekuensi dari penempatan pompa
yang berjauhan.
b. Metode open pumping
Metode ini terbilang umum digunakan. Metode open pumping biasanya
dipakai pada tanah dengan karakter tanah padat, berkohesi, bergradasi baik, sumur
atau selokan yang digunakan untuk pemompaan tidak mengganggu area proyek dan
debit rembesan air tidak besar.
Metode open pumping dilakukan dengan mengumpulkan air permukaan dan
rembesan dari bagian tepi galian dengan menggunakan kolektor. Kolektor berfungsi
membuang air keluar dari galian dengan posisi kolektor yang terus mengikuti elevasi
galian.
Dari segi biaya, metode open pumping ini lebih murah jika dibandingkan
dengan metode predrainage. Dalam metode ini pula, tidak perlu dilakukan
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
2. Kemudian masukkan sampel kedalam oven dengan suhu 40˚, 80˚ dan 120˚,
dilakukan dengan waktu 10, 20 dan 30 menit, ini dilakukan sebanyak 3 sesi,
hingga memenuhi data yang diinginkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. TABEL 1
1000−530,2
a. 10 menit (40°) = x 100% = 46,98 gr
1000
1000−519,9
b. 20 menit (80°) = x 100% = 48,01 gr
1000
1000−668,6
c. 30 menit (120°) = x 100% = 33,14 gr
1000
Chart Title
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3
2. TABEL 2
1000−668,3
a. 10 menit (40°) = x 100% = 33,17 gr
1000
1000−48,18
b. 20 menit (80°)= x 100% = 48,18 gr
1000
1000−33,34
c. 30 menit (120°) = x 100% = 33,34 gr
1000
TABEL 2
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3
3. TABEL 3
1000−668,6
a. 10 menit (40°) = x 100% = 33,14 gr
1000
1000−519,4
b. 20 menit (80°) = x 100% = 48,06 gr
1000
1000−523,2
c. 30 menit (120°) = x 100% = 47,68 gr
1000
TABEL 3
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3
4.2 Pembahasan
BAB V
MASLINA WAODE GHINA RADHATUL JANNAH
09320180205 09320190182
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum pengolahan bahan galian mata acara dewatering kita dapat
menyimpulkan bahwa waktu dan temperatur sangat berpengaruh dalam kegiatan
dewatering karena semakin lama waktu yang diperlukan untuk mengeringkan
material maka kadar air akan semakin berkurang begitupun dengan temperatur,
semakin tinggi temperatur yang digunakan pada saat pengeringan material makan
semakin cepat pula material tersebut kering.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ardi,rio. 2008. Unjuk kerja Magnetic separator pada proses pemisahan mineralbesi
dari mineral pengotornya. Jurusan Teknik Metalurgi : Cilegon.
Schönmetz, Alois. 1985. Pengetahuan Bahan Dalam Pengerjaan Logam. Angkasa:
Bandung.
Sutisna, Deddy T. 2005. Tinjauan potensi dan pemanfaatan cebakan bijih besi di
Indonesia, (on-line). Available at
Tim Laboran Metalurgi. 2008. Modul Praktikum Laboratorium Metalurgi.
FT.Untirta: Cilegon.Vohdin,K.W. 1981. Mengolah Logam. Pradnya
Paramita: Jakarta.