Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya mineral merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki
bangsa Indonesia, apabila dikelola dengan baik akan memberikan kontribusi
terhadap pembangunan ekonomi negara. Dalam dunia pertambangan, Indonesia
memang dikenal sebagai negara yang kaya sehingga industri pertambangan
mempunyai potensi konflik dengan kepentingan masyarakat. Endapan bahan galian
yang ditemukan di alam sudah jarang yang mempunyai mutu atau kadar mineral
berharga yang tinggi dan siap untuk dilebur atau dimanfaatkan. Kebutuhan sosial
akan hasil tambang dan kepentingan akan keberlanjutan hidup maka dibutuhkan
regulasi-regulasi agar tidak terjadi eksploitasi yang dapat merusak lingkungan hidup.
Secara etimologi pengelolaan biasanya merujuk pada proses mengurus atau
menangani sesuatu untuk mencapai tujuan. Proses pengolahan dengan
memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat fisik bahan galian untuk memperoleh
produk bahan galian yang bersangkutan. Pengolahan bahan galian (mineral dressing)
adalah istilah umum yang digunakan untuk mengolah semua jenis bahan galian hasil
tambang yang berupa mineral, batuan, bijih atau bahan galian lainnya yang
ditambang atau diambil dari endapan-endapan alam pada kulit bumi. Mineral yang
dikehendaki biasanya disebut dengan mineral berharga karena memiliki nilai
ekonomis, sedangkan mineral yang tidak dikehendaki disebut mineral buangan.
Dewatering adalah proses penurunan muka air tanah selama Konstruksi
berlangsung selain itu juga diperuntukkan pencegahan kelongsoran akibat adanya
aliran tanah pada galian atau bisa dipaparkan sebagai proses pemisahan antara cairan
dengan padatan. Tujuan praktikum ini yaitu Memahami mekanisme dewatering
untuk menurungkan kadar air, Oleh karena itu, kami mengangkat perihal analisis
genangan air pada pengembangan Hotel Anugerah Palace yang ditinjau dari biaya
pelaksanaan dewatering. Hal ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah parameter
didalam analisis pengaruh genangan air pada pondasi dan biaya pelaksanaan
dewatering yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan konstruksi tahap
awal proyek ( Heri Surendar, 2012).

MASLINA WAODE GHINA RADHATUL JANNAH


09320180205 09320190182
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum

1.2.1 Maksud
Tujuan dari percobaan ini adalah memahami mekanisme dewatering untuk
menurunkan kadar air
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum analisis ayak adalah:
1. Memahami mekanisme penggerusan dan cara kerja alat;
2. Mempelajari pengaruh waktu grinding terhadap halusan hasil gerus.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
1. Oven
2. Talang
3. Masker
4. Kaos tangan
5. Alat tulis menulis
1.3.2 Bahan
1. Sampel pasir kuarsa 500 gr
2. Tabel data pengamatan
3. Kantong sampel A3

MASLINA WAODE GHINA RADHATUL JANNAH


09320180205 09320190182
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dewatering

Dewatering (pekerjaan pengeringan) adalah pekerjaan sipil yang bertujuan


untuk dapat mengendalikan air (air tanah atau permukaan) agar tidak mengganggu
atau menghambat proses pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi, terutama untuk
pelaksanaan bagian struktur yang berada dalam tanah dan di bawah muka air tanah.
Pengaruh air tanah yang tidak dipertimbangkan pada proyek konstruksi dapat
mengakibatkan suatu problem yang besar. Kondisi air tanah yang semula kurang
diketahui atau tidak diperhitungkan, dapat mengubah proses pelaksanaan dan bahkan
dapat mengubah desain struktur, dan terakhir akan mempengaruhi biaya keseluruhan
bangunan.
Sering dijumpai, bahwa problem air tanah yang tidak diharapkan dapat
menyebabkan terlambatnya penyelesaian proyek konstruksi, dan bahkan dapat
mengakibatkan perubahan desain konstruksi secara drastis. Agar dapat menghindari
masalah-masalah di atas, kita harus dapat memahami dan mengerti hal-hal tentang
air tanah. Pada dasarnya ada 2 hal yang perlu diketahui tentang air tanah, ditinjau
dari pengaruhnya terhadap proses pelaksanaan bangunan, yaitu:
1. Bagaimana air tersebut bergerak di dalam tanah sekitarnya.
2. Bagaimana pengaruh air tersebut terhadap tanah sekitarnya.
3. Dengan mempelajari kedua faktor pokok tersebut, kita dapat melakukan
berbagai usaha untuk mencegah hal-hal yang tidak kita inginkan.
Jadi maksud dan tujuan dewatering atau pekerjaan pengeringan adalah untuk
dapat mengendalikan air tanah, supaya tidak mengganggu atau menghambat proses
pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi bangunan sipil. Metode yang dapat dipakai
untuk pekerjaan dewatering antara lain:
a. Open Pumping
b. Predrainage
c. Cut Off
d. Compressed Air

MASLINA WAODE GHINA RADHATUL JANNAH


09320180205 09320190182
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

2.2 Proses- proses Dewatering

Cara pengentalan atau pemekatan (thickening) Konsentrat yang berupa


lumpur dimasukkan kedalam bejana bulat. Bagian yang pekat, mengendap ke bawah
disebut underflow, sedangkan bagian yang encer atau airnya mengalir di bagian atas
disebut overflow. Kedua produk itu dikeluarkan secara terus menerus (continous).
Peralatan yang biasa dipakai adalah Rake thickener, deep cone thickener, free flow
thickener.
1. Cara penapisan/ pengawa-airan (filtration)
Filtrasi adalah pemisahan partikel padatan dari cairan dengan melewatkan fluida
melalui medium penyaringan. Spesifikasi ukuran peralatan diperlukan untuk produk
yang disyaratkan. Filter dapat dioprasikan dalam 2 metode yaitu: filtrasi tekanan
konstan dan filtrasi laju tetap. Bebagai macam peralatan filtrasi dan yang paling
banyak digunakan yakni tipe “continous vacuum filter”. Metode ini tediri dari 3 klas
yaitu:
a. Drum filter
Drum filter terdiri dari drum silinder mendatar yang berputar. Filter ini
menggunakan mempunyai diameter sekitar 1-4,5 m dengan luas penyaringan antara
1-80 m3 .

Gambar 2.1 Drum filter


b. Discs filter
Discs filter terdiri dari beberapa cakram yang sebagian tercelup dalam lumpur
(slurry), dan tertanan pada saft secara teratur. Masing-masing cakram dibagi menjadi

MASLINA WAODE GHINA RADHATUL JANNAH


09320180205 09320190182
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

segmen-segmen. Tiap filter bisa memiliki 1-12 cakram dengan diameter mencapai 5
m atau seluas 30 m persegi permukaan filter per cakram. Filter cakram ini harganya
murah dan sangat kompak. Kelemahannya adalah tidak mampu mencuci secara
efektif, namun hal ini tidak penting dalam proses filtrasi konsentrat.

Gambar 2. 2 Filter cakram


c. Belt Filter
Belt filter dicirikan oleh permukaan saringan mendatar dalam bentuk sabuk,
meja atau sederet panci yang disusun secara sirkular atau linier.

Gambar 2.3 Belt Filter

MASLINA WAODE GHINA RADHATUL JANNAH


09320180205 09320190182
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

2. Pengeringan (drying)
Pengeringan yaitu proses untuk membuang seluruh kandungan air dari padatan
yang berasal dari konsentrat dengan cara penguapan (evaporazation/ evaporation)
Peralatan atau cara yang dipakai pada proses pengeringan yaitu :
a. Hearth type drying/ air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan di atas
lantai oleh sinar matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik).
b. Shaft drier, ada dua macam, yaitu:
1) Towed drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan didalam saluran
silindris vertikal yang dialiri udara panas (800-1000)
2) Rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang yang
diputar pada posisi agak miring dan dialiri udara panas yang berlawanan
arah.
c. Film type drier (atmospheric drum drier), berupa silinder baja yang didalamnya
dialiri uap air (steam), namun jarang digunakan.
d. Spray drier, material halus yang basah dan disemburkan ke dalam ruang panas,
material yang kering akan terkumpul dibagian bawah ruangan, namun cara ini
juga jarang digunakan.

2.3 Metode dewatering

Istilah dewatering merujuk pada suatu cara yang dilakukan untuk


membebaskan area konstruksi dari aliran air tanah. Tujuannya tak lain untuk
menjaga kestabilan lereng galian dan menjaga area galian proyek tetap kering selama
proses konstruksi. Lebih luas lagi, dewatering memberi banyak manfaat untuk
pengerjaan proyek antara lain, memperbaiki kestabilan tanah, mencegah
pengembungan tanah, mencegah perembesan, mencegah erosi buluh, dan mencegah
resiko sand boil.
Adapun 3 metode yang digunakan dalam sistem dewatering ialah:
a. Metode predrainage
Metode ini pada prinsipnya menurunkan muka air terlebih dahulu sebelum
mulai dilakukan pekerjaan-pekerjaan penggalian. Metode predrainage cocok
digunakan pada tanah dengan karakteristik tanah lepas, cadas lunak dengan banyak
celah dan tanah berbutir seragam. Selain itu, metode ini juga bisa dipakai pada area

MASLINA WAODE GHINA RADHATUL JANNAH


09320180205 09320190182
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

yang memiliki saluran pembuangan air, memiliki debit rembesan cukup besar, dan
tanah yang sensitif terhadap erosi.
Metode predrainage terbilang tak mempunyai efek yang bisa mengganggu
bangunan-bangunan di sekelilingnya. Tetapi bagi warga yang berada di sekitar area
proyek, kebisingan dan polusi udara yang ditimbulkan metode dewatering
predrainage akan sangat mengganggu. Selain itu, sumur warga berpotensi mengalami
kekeringan akibat penempatan pompa yang dalam.
Metode dewatering predrainage dapat dilakukan dengan dua metode yakni
metode pompa dalam dan metode well points. Metode pompa dalam atau deep well
adalah metode pengeringan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Alat yang
digunakan pada metode ini adalah pompa submersible yang bisa diletakkan di dalam
air. Sementara metode well points atau disebut juga metode pemompaan dilakukan
dengan teknik vacum. Caranya, collecting points yang terhubung dengan pompa
ditempatkan dalam sumuran. Collecting points memiliki panjang sekitar 100 cm
dengan diamter 5-7 cm dengan lubang-lubang di sekelilingnya. Fungsi collecting
points adalah untuk menyedot air tanah.
Jika dibandingkan dengan metode open pumping, waktu yang dibutuhkan
untuk menjalankan metode dewatering predrainage ini tercatat lebih lama. Sebab
pada metode ini diperlukan proses pengeboran terlebih dahulu dan
penyambunganpenyambungan pipa sebagai konsekuensi dari penempatan pompa
yang berjauhan.
b. Metode open pumping
Metode ini terbilang umum digunakan. Metode open pumping biasanya
dipakai pada tanah dengan karakter tanah padat, berkohesi, bergradasi baik, sumur
atau selokan yang digunakan untuk pemompaan tidak mengganggu area proyek dan
debit rembesan air tidak besar.
Metode open pumping dilakukan dengan mengumpulkan air permukaan dan
rembesan dari bagian tepi galian dengan menggunakan kolektor. Kolektor berfungsi
membuang air keluar dari galian dengan posisi kolektor yang terus mengikuti elevasi
galian.
Dari segi biaya, metode open pumping ini lebih murah jika dibandingkan
dengan metode predrainage. Dalam metode ini pula, tidak perlu dilakukan

MASLINA WAODE GHINA RADHATUL JANNAH


09320180205 09320190182
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

pengeboran sehingga efek dewatering pada sumur-sumur warga yang berada di


sekitar area proyek terbilang kecil. Waktu pengerjaan metode open pumping juga
terbilang singkat karena pekerjaan penempatan pipa hanya perlu dilakukan di satu
tempat yakni di lubang penampungan air saja.
c. Metode cut off
Metode ini dijalankan dengan memotong aliran air tanah dengan dinding
pembatas supaya area proyek bisa terbebas dari air tanah. Metode cut off cocok
dipakai jika area proyek bersebelahan dengan gedung yang sensitif terhadap
penurunan air tanah, tidak ada saluran pembuangan, dan karakteristik tanah berupa
cadas lunak yang banyak celah, tanah lepas, serta tanah berbutir seragam.
Bila dilihat dari pergerakan air tanah, metode cut off ini terbilang merupakan
metode dewatering yang terbaik. Sebab metode ini tidak menimbulkan penurunan
muka air tanah di sekitar luar area galian dan juga tak terjadi aliran air tanah. Tetapi
memang metode cut off membutuhkan biaya yang cukup tinggi karena melibatkan
penggunaan alat-alat berat untuk pengerjaan dinding cut off.
Selain biaya yang tinggi, penggunaan alat berat seringkali menimbulkan
ketidaknyamanan bagi warga yang berada di sekitar area proyek dan mengganggu
keamanan bangunan yang berada dekat area proyek. Area proyek yang jauh dari
pemukiman lebih cocok menggunakan metode cut off ini.
Pemilihan metode dewatering yang tepat selaras dengan konsep green
construction atau konstruksi hijau. Konsep ini merupakan gerakan yang
mengusahakan konstruksi mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan dan
penggunaan produk-produk konstruksi yang ramah lingkungan, berbiaya rendah,
efisien dalam pemakaian sumber daya dan energi, dan kualitas konstruksi yang tepat.
Metode pelaksanaan proyek pada setiap jenis bangunan pastinya
berbedabeda. Setiap kontraktor memiliki pertimbangan-pertimbangan yang berbeda
untuk menentukan metode pelaksanaan yang akan diterapkan. Ada begitu banyak
metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang berkembang saat ini. Mulai dari
metode yang sederhana hingga metode yang canggih dengan bantuan teknologi.
Tuntutan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan konstruksi dengan cepat, tepat
dan berkualitas membuat kontraktor memperhitungkan semua aspek dengan jeli.

MASLINA WAODE GHINA RADHATUL JANNAH


09320180205 09320190182
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

Dengan memahami pengertian dewatering dan metode-metodenya, maka


diharapkan bisa membantu memudahkan penentuan metode dewatering yang hendak
digunakan. Setiap metode dewatering memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing. Penggunaan masing-masing metode juga perlu memperhatikan
karakteristik tanah dan lingkungan di sekitarnya.

MASLINA WAODE GHINA RADHATUL JANNAH


09320180205 09320190182
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

1. Menyiapkan sampel yang akan dilakukan dewatering berupa tanah yang


beratnya telah ditentukan.

Gambar 3.1 Menyiapkan sampel

MASLINA WAODE GHINA RADHATUL JANNAH


09320180205 09320190182
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

2. Kemudian masukkan sampel kedalam oven dengan suhu 40˚, 80˚ dan 120˚,
dilakukan dengan waktu 10, 20 dan 30 menit, ini dilakukan sebanyak 3 sesi,
hingga memenuhi data yang diinginkan.

Gambar 3.2 Memasukkan sampel kedalam oven


3. Setelah itu keluarkan sampel dari oven

Gambar 3.3 Mengeluarkan sampel dari oven

MASLINA WAODE GHINA RADHATUL JANNAH


09320180205 09320190182
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

4. Setelah itu timbang berat kering sampel pada masing-masing suhu.

Gambar 3.4 Menimbang berat kering sampel

MASLINA WAODE GHINA RADHATUL JANNAH


09320180205 09320190182
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Data Percobaan Waktu Ayak 5 Menit dan 10 Menit


NO Berat Awal (Gr) Temperatur Waktu Berat Akhir (Gr)
1 40° 10 530,2

1000 80° 20 519,9


120° 30 668,6
2 40° 10 668,3
1000 80° 20 518,2
120° 30 666,6
3 40° 10 668,6
1000 80° 20 519,4
120° 30 523,2

MASLINA WAODE GHINA RADHATUL JANNAH


09320180205 09320190182
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

1. TABEL 1
1000−530,2
a. 10 menit (40°) = x 100% = 46,98 gr
1000
1000−519,9
b. 20 menit (80°) = x 100% = 48,01 gr
1000
1000−668,6
c. 30 menit (120°) = x 100% = 33,14 gr
1000

Chart Title
60

50

40

30

20

10

0
1 2 3

Gambar 1 Hasil tabel

MASLINA WAODE GHINA RADHATUL JANNAH


09320180205 09320190182
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

2. TABEL 2
1000−668,3
a. 10 menit (40°) = x 100% = 33,17 gr
1000
1000−48,18
b. 20 menit (80°)= x 100% = 48,18 gr
1000
1000−33,34
c. 30 menit (120°) = x 100% = 33,34 gr
1000

TABEL 2
60

50

40

30

20

10

0
1 2 3

Gambar 2 Hasil tabel 2

MASLINA WAODE GHINA RADHATUL JANNAH


09320180205 09320190182
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

3. TABEL 3
1000−668,6
a. 10 menit (40°) = x 100% = 33,14 gr
1000
1000−519,4
b. 20 menit (80°) = x 100% = 48,06 gr
1000
1000−523,2
c. 30 menit (120°) = x 100% = 47,68 gr
1000

TABEL 3
60

50

40

30

20

10

0
1 2 3

Gambar 2 Hasil tabel 2

4.2 Pembahasan

Pada praktikum dewatering ini kita mendapatkan hasil pengamatan moisture


content yang pertama pada suhu 40˚ dengan waktu 10” sebesar 46,98 gr, 33,17 gr
dan 33,14 gr. Pada suhu 80˚ dengan waktu 20” sebesar 48,01 gr, 48,18 gr dan 48,06
gr. Pada suhu 120˚ dengan waktu 30’ sebesar 33,17 gr, 33,34 gr dan 47,68 gr.

BAB V
MASLINA WAODE GHINA RADHATUL JANNAH
09320180205 09320190182
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum pengolahan bahan galian mata acara dewatering kita dapat
menyimpulkan bahwa waktu dan temperatur sangat berpengaruh dalam kegiatan
dewatering karena semakin lama waktu yang diperlukan untuk mengeringkan
material maka kadar air akan semakin berkurang begitupun dengan temperatur,
semakin tinggi temperatur yang digunakan pada saat pengeringan material makan
semakin cepat pula material tersebut kering.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium


Agar Kebersihan Laboratorium tetap dijaga sehingga praktikan dan asisten
bisa lebih nyaman dalam proses berlangsungnya praktikum.
5.2.2 Saran untuk Asisten
Tetap sabar dalam menuntun praktikannya sampai selesai membuat laporan.

MASLINA WAODE GHINA RADHATUL JANNAH


09320180205 09320190182
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

DAFTAR PUSTAKA

Ardi,rio. 2008. Unjuk kerja Magnetic separator pada proses pemisahan mineralbesi
dari mineral pengotornya. Jurusan Teknik Metalurgi : Cilegon.
Schönmetz, Alois. 1985. Pengetahuan Bahan Dalam Pengerjaan Logam. Angkasa:
Bandung.
Sutisna, Deddy T. 2005. Tinjauan potensi dan pemanfaatan cebakan bijih besi di
Indonesia, (on-line). Available at
Tim Laboran Metalurgi. 2008. Modul Praktikum Laboratorium Metalurgi.
FT.Untirta: Cilegon.Vohdin,K.W. 1981. Mengolah Logam. Pradnya
Paramita: Jakarta.

MASLINA WAODE GHINA RADHATUL JANNAH


09320180205 09320190182

Anda mungkin juga menyukai