Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

SHAKING TABLE

MUHAMMAD IRFAN LABA


09320200200
C5

LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2022
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengolahan mineral adalah proses mekanis yang memisahkan mineral


berharga dari batuan sisa, sehingga menghasilkan produk yang kaya akan mineral
berharga (konsentrat) dan produk dengan kandungan mineral rendah (tailing). Proses
pemisahan ini didasarkan pada sifat fisik mineral dan sifat fisikokimia permukaan
mineral dan dianggap menguntungkan. Pengolahan mineral (beneficiation/mineral
processing/mineral processing) adalah proses pengolahan yang menggunakan
perbedaan sifat fisik mineral untuk menghasilkan produk dari mineral tersebut.
Pemrosesan terjadi secara mekanis tanpa mengubah sifat kimia dan fisik mineral ini,
atau hanya sebagian dari sifat fisik yang diubah.
Pengolahan mineral melibatkan proses yang disebut drainase. Proses drainase
adalah menurunkan muka air tanah pada suatu daerah tertentu dengan cara dipompa
melalui sumur atau saluran. Proses drainase biasanya dilakukan pada bangunan
dengan basement yang cukup dalam. Kondisi air tanah yang tidak stabil pada suatu
bangunan dapat menyebabkan cacat desain seperti retakan dan erosi tanah. Peran
sistem drainase sangat penting dan dapat mempengaruhi perubahan desain yang
mempengaruhi kebutuhan untuk menganalisis total biaya bangunan dan biaya
drainase terkait. Kondisi air tanah yang semula kurang diketahui atau tidak
diperhitungkan, dapat mengubah proses pelaksanaan dan bahkan dapat mengubah
desain struktur, dan terakhir akan mempengaruhi biaya keseluruhan bangunan.
Metode praktikum pengolahan bahan galian mata acara dewatering yaitu
dimana disini kita mengurangi kadar air pada suatu material dengan menggunakan
oven kemudian material yang tadi mau kita keringkan dimasukkan ke dalam oven
kemudian diatur suhu dan waktunya. Pengertian dari dehidrasi yaitu pengurangan
kadar air material. Kemudian, mengetahui langkah-langkah proses dehidrasi dari
pengambilan sampel hingga pengeringan sampel ditempatkan dalam oven pada suhu
dan waktu yang telah ditentukan. Kemudian, penimbangan kembali sampel di dalam
oven merupakan langkah terakhir dari proses dehidrasi. Sering dijumpai, bahwa
problem air tanah dapat menyelesaikan proyek konstruksi (Heri Surendar, 2012).

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 96
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

1.2 Manfaat dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengenal, mengetahui dan
menguasai ilmu tentang pengolahan bahan galian yang menjadi salah satu aplikasi
dasar dalam dunia pertambangan.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini, yaitu agar:
a. Memahami mekanisme dewatering untuk menurunkan kadar air;
b. Mengetahui nilai moisture content pada material.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
a. Oven;
b. Timbangan;
c. Talang;
d. Neraca Analitik;
e. Kuas (3 inch);
f. Perlengkapan Safety;
g. Kantong Sampel A4 (5 lembar);
h. ATM.
1.3.2 Bahan
a. Pasir Besi;
b. Tabel Data Pengamatan;
c. Kantong Sampel.

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 97
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dewatering

Usaha pertambangan merupakan upaya pengolahan bahan galian yang penuh


resiko semenjak tahap eksplorasi, tahap penambangan sampai tahap pengolahan
bahan (produksi). Pelaksanaan usaha pertambangan dimasa depan bukanlah tugas
yang mudah dan salah satu tantangan yang dihadapi adalah pengembangan sumber
daya mineral sebagai sumbangan yang nyata bagi rakyat dan pembangunan nasional
yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pengolahan bahan galian
perlu mengikuti prinsip-prinsip konservasi. Dalam pelaksanaannya, dalam kaitan
dengan otonomi daerah, aparat pemerintah daerah perlu mendapatkan bimbingan
teknis, khususnya di bidang pengelolaan sumber daya mineral.
Sumber daya alam merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan
nasional, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan
rakyat dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup sekitar. Salah satu
kegiatan dalam memanfaatkan sumber daya alam adalah kegiatan penambangan
bahan galian, tetapi kegiatan–kegiatan penambangan selain menimbulkan dampak
positif juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup terutama
perusahaannya, bentang alam, berubahnya estetika lingkungan, habitat flora dan
fauna menjadi rusak, penurunan kualitas tanah, penurunan kualitas air atau
penurunan permukaan air tanah, timbulnya debu dan kebisingan.
Sumber daya mineral (mineral resource) adalah endapan mineral yang
diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan
keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan
pengkajian kelayakan tambang dan menemui kriteria layak tambang.
Dewatering adalah proses pengurangan kadar air pada bahan galian. Kegiatan
ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang ada pada konsentrat yang
diperoleh dengan proses basah, misalnya proses konsentrasi gravitasi dan flotasi.
Operasi pengeringan bahan diperlukan setelah proses konsentrasi mineral
agar ongkos transportasi menuju ke smelter lebih murah. Selain itu pengambilan
kembali air setelah proses dapat mengurangi supplay air terlalu banyak, sehingga

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 98
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

operasi menjadi lebih efisien. Sedikitnya dua metode yang sering digunakan dalam
proses pengeringan yaitu thickening dan filtration. Kemampuan operasi dengan
menggunakan metode ini dipengaruhi oleh variasi ukuran butir.
Dalam kegiatan mine dewatering juga tidak lepas dari pemompaan yang
dilakukan sehingga dalam kegiatan pemompaan ini perlu sekali dilakukan
perhitungan pemompaan yakni head-head pompa agar dapat diketahui debit pompa
yang real sehingga dengan diketahui debit pompa yang real tersebut maka dapat
dilakukan perhitungan dari lamanya pemompaan dan berapa pompa yang mungkin
akan dibutuhkan dalam kegiatan mine dewatering. Dengan dilakukannya kegiatan
mine dewatering dengan baik maka proses kegiatan penambangan akan dapat
berjalan dengan lancar dan baik (Adnyano and Bagaskoro, 2020).

Gambar 2.1 Proses Dewatering


Untuk membuat sistem dewatering yang baik dan akurat maka diperlukan
analisis genangan air, data-data muka air tanah, lamanya pengeringan, tenaga listrik,
dan analisis biaya dewatering sebagai faktor penting dalam pengerjaan dewatering.
Di dalam perhitungan biaya dewatering biasanya dikaitkan dengan lamanya periode
pengeringan yang diperlukan. Oleh karena itu, keterlambatan pekerjaan yang
berkaitan dengan dewatering akan mempengaruhi naiknya biaya dewatering. Biaya
dewatering ada dua macam yaitu langsung dan tidak langsung untuk biaya
dewatering. Biaya langsung dari dewatering terdiri dari 3 unsur yaitu, Biaya

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 99
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

mobilisasi dan demobilisasi yang diperlukan, biaya pemasangan dan pembongkaran


peralatan dewatering serta biaya operasi dan pemeliharaan. Sedangkan biaya tidak
langsung dewatering yaitu, overhead subkontraktor, asuransi pekerjaan dan
cadangan keuntungan spesialisasi subkontraktor.

2.2 Proses-proses Dewatering

2.2.1 Cara pengentalan/ pemekatan (thickening)


Konsentrat yang berupa lumpur dimasukkan kedalam bejana bulat. Bagian
yang pekat/kental, mengendap ke bawah disebut underflow, sedangkan bagian yang
encer atau airnya mengalir di bagian atas disebut overflow. Kedua produk tersebut itu
dikeluarkan secara terus menerus (continous). Peralatan yang biasa dipakai pada
thickening atau pemekatan dan pengentalan adalah Rake thickener, deep cone
thickener dan free flow thickener.
2.2.2 Cara penapisan/ pengawa-airan (filtration)
Filtrasi adalah pemisahan partikel padatan dari cairan dengan melewatkan
fluida melalui medium penyaringan. Spesifikasi ukuran peralatan diperlukan untuk
produk yang disyaratkan. Filter dapat dioprasikan dalam 2 metode yaitu: filtrasi
tekanan konstan dan filtrasi laju tetap. Bebagai macam peralatan filtrasi dan yang
paling banyak digunakan yakni tipe “continous vacuum filter”. Metode ini tediri dari
3 klas yaitu:
1. Drum filter
Drum filter terdiri dari drum silinder mendatar yang berputar. Filter ini
menggunakan mempunyai diameter sekitar 1–4,5 m dengan luas penyaringan
antara 1–80 m3. Penyaringan terjadi pada permukaan drum yang berputar.
Drum berputar ini di bagi dalam beberapa bagian yang masing – masing
berada di bawah tekanan vakum. Sekitar 20 – 40% bagian drum akan
terendam lumpur dan mengambil zat padat membentuk padatan lumpur yang
menempel dipermukaan karena diserap pompa vakum. Sebelum bagian drum
dengan padatan lumpur yang menempel terendam kembali, padatan tersebut
akan terlepas setelah dicuci lumpur kimia-fisika dapat dikeluarkan airnya
sampai mencapai padatan kering sebesar 7-9% atau kandungan air 91-93%
tanpa perlu dikondisikan dahulu dengan bahan kimia.

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 100
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

Gambar 2. 2 Drum filter


2. Discs filter
Discs filter terdiri dari beberapa cakram yang sebagian tercelup dalam lumpur
(slurry), dan tertanan pada saft secara teratur. Masing-masing cakram dibagi
menjadi segmen-segmen. Tiap filter bisa memiliki 1 – 12 cakram dengan
diameter mencapai 5 m atau seluas 30 m persegi permukaan filter per cakram.
Filter cakram ini harganya murah dan sangat kompak. Kelemahannya adalah
tidak mampu mencuci secara efektif, namun hal ini tidak penting dalam
proses filtrasi konsentrat. Dewatering merupakan suatu proses pengeringan
yang bertujuan untuk mengendalikan kadar air yang terkandung di dalam
slurry (lumpur konsentrat) tanpa melakukan evaporasi. Mengendalikan kadar
air pada wet slurry sangat penting untuk menurunkan volume dari slurry,
biaya distribusi slurry, dan meningkatkan nilai kalor dari slurry. Mechanical
dewatering merupakan teknologi yang umumnya digunakan sebagai
perlakuan utama setelah slurry mendapatkan pengkondisian fisik, kimiawi,
atau panas. Terdapat beberapa metode slurry dewatering seperti filter vakum,
belt presses, filters presses, thermal drying, centrifugal press, dll.

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 101
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

Gambar 2. 3 Filter cakram


3. Belt Filter
Belt filter dicirikan oleh permukaan saringan mendatar dalam bentuk sabuk,
meja atau sederet panci yang disusun secara sirkular atau linier.

Gambar 2. 4 Belt Filter

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 102
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

2.2.3 Pengeringan (drying)


Pengeringan yaitu proses untuk membuang seluruh kandungan air dari
padatan yang berasal dari konsentrat dengan cara penguapan (evaporazation/
evaporation). Peralatan atau cara yang dipakai pada proses pengeringan yaitu :
1. Hearth type drying/ air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan di
atas lantai oleh sinar matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik).
2. Shaft drier, ada dua macam, yaitu:
a. Towed drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan didalam saluran
silindris vertikal yang dialiri udara panas (800-1000)
b. Rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang
yang diputar pada posisi agak miring dan dialiri udara panas yang
berlawanan arah.
3. Film type drier (atmospheric drum drier), berupa silinder baja yang
didalamnya dialiri uap air (steam), namun jarang digunakan.
4. Spray drier, material halus yang basah dan disemburkan ke dalam ruang
panas, material yang kering akan terkumpul dibagian bawah ruangan, namun
cara ini juga jarang digunakan (Adnyano & Bagaskoro, 2020).

2.3 Metode Dewatering

Istilah dewatering merujuk pada suatu cara yang dilakukan untuk


membebaskan area konstruksi dari aliran air tanah. Tujuannya tak lain untuk
menjaga kestabilan lereng galian dan menjaga area galian proyek tetap kering selama
proses konstruksi. Lebih luas lagi, dewatering memberi banyak manfaat untuk
pengerjaan proyek antara lain, memperbaiki kestabilan tanah, mencegah
pengembungan tanah, mencegah perembesan, mencegah erosi buluh, dan mencegah
resiko sand boil. Adapun 3 metode yang digunakan dalam sistem dewatering ialah:
2.3.1 Metode Predrainge
Metode ini pada prinsipnya menurunkan muka air terlebih dahulu sebelum
mulai dilakukan pekerjaan-pekerjaan penggalian. Metode predrainage cocok
digunakan pada tanah dengan karakteristik tanah lepas, cadas lunak dengan banyak
celah dan tanah berbutir seragam. Selain itu, metode ini juga bisa dipakai pada area

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 103
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

yang memiliki saluran pembuangan air, memiliki debit rembesan cukup besar, dan
tanah yang sensitif terhadap erosi.
Metode predrainage terbilang tak mempunyai efek yang bisa mengganggu
bangunan-bangunan di sekelilingnya. Tetapi bagi warga yang berada di sekitar area
proyek, kebisingan dan polusi udara yang ditimbulkan metode dewatering
predrainage akan sangat mengganggu. Selain itu, sumur warga berpotensi
mengalami kekeringan akibat penempatan pompa yang dalam.
Metode Dewatering predrainage dapat dilakukan dengan dua metode yakni
metode pompa dalam dan metode well points. Metode pompa dalam atau deep well
adalah metode pengeringan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Alat yang
digunakan pada metode ini adalah pompa submersible yang bisa diletakkan di dalam
air. Sementara metode well points atau disebut juga metode pemompaan dilakukan
dengan teknik vacum. Caranya, collecting points yang terhubung dengan pompa
ditempatkan dalam sumuran. Collecting points memiliki panjang sekitar 100cm
dengan diamter 5-7cm dengan lubang-lubang di sekelilingnya. Fungsi collecting
points adalah untuk menyedot air tanah.
Jika dibandingkan dengan metode open pumping, waktu yang dibutuhkan
untuk menjalankan metode Dewatering predrainage ini tercatat lebih lama. Sebab
pada metode ini diperlukan proses pengeboran terlebih dahulu dan penyambungan-
penyambungan pipa sebagai konsekuensi dari penempatan pompa yang berjauhan.
2.3.2 Metode Open Pumping
Metode ini terbilang umum digunakan. Metode open pumping biasanya
dipakai pada tanah dengan karakter tanah padat, berkohesi, bergradasi baik, sumur
atau selokan yang digunakan untuk pemompaan tidak mengganggu area proyek dan
debit rembesan air tidak besar.
Metode open pumping dilakukan dengan mengumpulkan air permukaan dan
rembesan dari bagian tepi galian dengan menggunakan kolektor. Kolektor berfungsi
membuang air keluar dari galian dengan posisi kolektor yang terus mengikuti elevasi
galian.
Dari segi biaya, metode open pumping ini jauh lebih murah jika dibandingkan
dengan metode predrainage tersebut. Dalam metode ini pula, tidak perlu dilakukan
pengeboran sehingga efek Dewatering tersebut pada sumur-sumur warga yang

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 104
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

berada di sekitar area proyek terbilang kecil. Waktu pengerjaan metode open
pumping tersebut juga terbilang singkat karena pekerjaan penempatan pipa hanya
perlu dilakukan di satu tempat yakni di lubang penampungan air saja.
2.3.3 Metode Cut Off
Metode ini dijalankan dengan memotong aliran air tanah dengan dinding
pembatas supaya area proyek bisa terbebas dari air tanah. Metode cut off cocok
dipakai jika area proyek bersebelahan dengan gedung yang sensitif terhadap
penurunan air tanah, tidak ada saluran pembuangan, dan karakteristik tanah berupa
cadas lunak yang banyak celah, tanah lepas, serta tanah berbutir seragam.
Bila dilihat dari pergerakan air tanah, metode cut off ini terbilang merupakan
metode Dewatering yang terbaik. Sebab metode ini tidak menimbulkan penurunan
muka air tanah di sekitar luar area galian dan juga tak terjadi aliran air tanah. Tetapi
memang metode cut off membutuhkan biaya yang cukup tinggi karena melibatkan
penggunaan alat-alat berat untuk pengerjaan dinding cut off.
Selain biaya yang tinggi, penggunaan alat berat seringkali menimbulkan
ketidaknyamanan bagi warga yang berada di sekitar area proyek dan mengganggu
keamanan bangunan yang berada dekat area proyek. Area proyek yang jauh dari
pemukiman lebih cocok menggunakan metode cut off ini.

2.4 Pemilihan Metode Dewatering

Pemilihan metode dewatering yang tepat selaras dengan konsep green


construction atau konstruksi hijau. Konsep ini merupakan gerakan yang
mengusahakan konstruksi mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan dan
penggunaan produk-produk konstruksi yang ramah lingkungan, berbiaya rendah,
efisien dalam pemakaian sumber daya dan energi, dan kualitas konstruksi yang tepat.
Metode pelaksanaan proyek pada setiap jenis bangunan pastinya berbeda-
beda. Setiap kontraktor memiliki pertimbangan-pertimbangan yang berbeda untuk
menentukan metode pelaksanaan yang akan diterapkan. Ada begitu banyak metode
pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang berkembang saat ini. Mulai dari metode yang
sederhana hingga metode yang canggih dengan bantuan teknologi. Tuntutan untuk
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan konstruksi dengan cepat, tepat dan berkualitas
membuat kontraktor memperhitungkan semua aspek dengan jeli.

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 105
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

Dengan memahami pengertian dewatering dan metode-metodenya, maka


diharapkan bisa membantu memudahkan penentuan metode dewatering yang hendak
digunakan. Setiap metode dewatering memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing.
Sistem penyaliran adalah suatu upaya atau cara untuk mencegah,
mengeringkan dan mengeluarkan air yang terdapat atau menggenangi suatu daerah
tertentu. Sedangkan penyaliran pada tambang terbuka adalah upaya penyaliran di
dalam lingkungan tambang yang dilakukan untuk mencegah masuknya air atau
mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah penambangan. Upaya ini dilakukan
dengan maksud untuk mencegah atau mengurangi terganggunya aktivitas
penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan terutama pada musim
hujan dalam kegiatan mine dewatering juga tidak lepas dari pemompaan yang
dilakukan sehingga dalam kegiatan pemompaan ini perlu sekali dilakukan
perhitungan pemompaan yakni head-head pompa agar dapat diketahui debit pompa
yang real sehingga dengan diketahui debit pompa yang real tersebut maka dapat
dilakukan perhitungan dari lamanya pemompaan dan berapa pompa yang mungkin
akan dibutuhkan dalam kegiatan mine dewatering. Dengan dilakukannya kegiatan
mine dewatering dengan baik maka proses kegiatan penambangan akan dapat
berjalan dengan lancar dan baik (Adnyano and Bagaskoro, 2020).

2.5 Tujuan Dewatering

Dewatering memiliki beberapa tujuan yaitu sebagai berikut:


1. Menjaga agar dasar galian tetap kering. Untuk mencapai tujuan tersebut
biasanya air tanah diturunkan elevasinya 0,5 – 1 m dibawah dasar galian.
2. Mencegah erosi buluh. Pada galian tanah pasir (terutama pasir halus dibawah
muka air tanah) rembesan air kedalam galian dapat mengakibatkan
tergerusnya tanah pasir akibat aliran air.
3. Mencegah resiko sand boil. Pada saat dilaksanakan galian, maka perbedaan
elevasi air didalam dan diluar galian semakin tinggi.
4. Mencegah resiko terjadinya kegagalan upheave. Bila tekanan air dibawah
lapisan tanah lebih besar daripada berat lapisan tanah tersebut maka lapisan
tanah tersebut dapat terangkat atau mangalami failure.

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 106
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

5. Mencaga gaya uplift terhadap bangunan sebelum mencapai bobot tertentu.


Pada bangunan-bangunan yang memiliki basement, maka pada saat bobot
bangunan masih lebih kecil daripada gaya uplift dari tekanan air, dewatering
harus tetap dijalankan hingga bobot mati dari bangunan melebihi gaya uplift
tersebut.
6. Mencegah rembesan.
7. Memperbaiki kestabilan tanah.
8. Mencegah pengembungan tanah.
9. Memperbaiki karakteristik dan kompaksi tanah terutama dasar.
Untuk mendapatkan kalor input mesin yaitu kalor bahan bakar, diperlukan
nilai dari laju bahan bakar (ṁg) yang digunakan dan Low Heating Value (LHV)
atau nilai pembakaran dari campuran Diesel dan oli bekas, dimana total
penggunaan selama satu hari berkisar 2.000–7.000 liter, bergantung pada kebutuhan
jumlah suplai input slurry ke dryer selama proses dewatering. Kalor digunakan
untuk menaikkan temperatur slurry yang telah didapatkan dengan mengetahui
massa slurry masuk sistem, kalor jenis slurry (CpSlurry) yakni campuran tembaga
dan air, serta selisih temperatur slurry saat berada di dalam drum dryer dan
temperatur lingkungan (32 oC), maka didapatkan nilai kalor yang berkisar 15.000
sampai dengan 41.000 kW dengan rata-rata 22.329,58 kW, dengan input massa
slurry pada hari ke-5 yang memiliki nilai kalor terbesar dengan nilai 41.052 kW
sedangkan input massa slurry pada hari ke-9 memiliki nilai kalor paling rendah
dengan nilai 15.694 kW. Sedangkan kalor untuk menguapkan air yang terkandung
dalam slurry didapatkan dengan mengetahui laju penguapan air (kg/s) dan nilai
kalor uap air maka didapatkan nilai kalor penguapan dengan rata-rata 40.803,4 kW.
Diketahui pula bahwa nilai kalor tertinggi berada pada hari ke-5 dengan nilai kalor
75.750 kW, dipengaruhi oleh besarnya jumlah input massa slurry. Kalor yang
didapatkan pada permukaan-permukaan drum dryer dibagi menjadi kalor konveksi,
dan kalor radiasi. Kalor konveksi pada permukaan dibagi atas beberapa zona
dengan panjang yang berbeda-beda yang dibagi dari zona I sampai dengan zona V
dengan temperatur yang telah didapatkan dan kemudian dikonversi menjadi satuan
kelvin, serta dengan mengetahui koefisien kalor konveksi yang didapatkan
(Amaliyah, 2021).

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 107
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

1. Pertama menyiapkan sampel

Gambar 3.1 Menyiapkan sampel


2. Setting ovennya sesuai dengan ketentuan yaitu dengan cara menekan tombol
on, lalu tekan tombol pengaturan suhu dan waktu, selanjutnya masukkan suhu
dan waktu sesuai dengan yang telah ditentukan dan kemudian masukkan
sampel ke dalam oven.

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 108
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

Gambar 3.2 Mengatur suhu dan waktu serta memasukkan sampel.


3. Proses Pengovenan, tunggu hingga waktu habis, umpan dimasukkan dengan
berat tertentu dengan temperature masing 40, 80 dan 120 derajat dilakukan
dengan waktu 10, 20 dan 30 menit, ini dilakukan sebanyak 3 sesi.

Gambar 3.3 Mengatur timer pada oven.

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 109
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

4. Setelah waktu habis, kemudian sampel tersebut dikeluarkan dari dalam oven.

Gambar 3.4 Mengeluarkan sampel dari dalam oven


5. Kemudian sampel yang telah dikeluarkan ditimbang dan dicatat datanya.

Gambar 3.5 Menimbang sampel

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 110
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Pengamatan Dewatering

Berat
BERAT AWAL
NO Temperatur Waktu Akhir MC (%)
(gr)
(gr)

40˚ 10’ 594,2 40,58 %

1 1000 80˚ 20’ 583,9 41,61 %

120˚ 30’ 732,6 26,74 %

40˚ 10’ 732,3 26,77 %

2 1000 80˚ 20’ 582,2 41,78 %

120˚ 30’ 730,6 26,94 %

40˚ 10 732,4 26,76 %

3 1000 80˚ 20’ 583,3 41,67 %

120˚ 30’ 587,2 41,28 %

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 111
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

kolom 1
45 41.61
40.58
40
35
30
30 26.74
25
20
20
15
10
10
5
0
40° 80° 120°

waktu MC (%)

Diagram 4.1 Pengolahan data kolom 1

Kolom 2
45 41.67 41.28
40
35
30
30 26.76
25
20
20
15
10
10
5
0
40° 80° 120°

waktu MC (%)

Diagram 4.2 Pengolahan data kolom 2

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 112
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

Kolom 3
45 41.67 41.28
40
35
30
30 26.76
25
20
20
15
10
10
5
0
40° 80° 120°

waktu MC (%)

Diagram 4.3 Pengolahan data kolom 3

4.2 Pembahasan

4.2.1 Untuk Menghitung Tabel Pertama


1. Untuk Temperatur 40º
1000 𝑔𝑟−594,2 𝑔𝑟
10′ = 𝑥 100%
1000 𝑔𝑟

= 40,58 %
2. Untuk Temperatur 80º
1000 𝑔𝑟−583,9 𝑔𝑟
20′ = 𝑥 100%
1000 𝑔𝑟

= 41,61 %
3. Untuk Temperatur 120º
1000 𝑔𝑟−732,6 𝑔𝑟
30′ = 𝑥 100%
1000 𝑔𝑟

= 26,74 %
4.2.2 Untuk Menghitung Tabel Kedua
1. Untuk Temperatur 40º
1000 𝑔𝑟−732,3 𝑔𝑟
10′ = 𝑥 100%
1000 𝑔𝑟

= 26,77 %
2. Untuk Temperatur 80º

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 113
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

1000 𝑔𝑟−582,2 𝑔𝑟
20′ = 𝑥 100%
1000 𝑔𝑟

= 41,78 %
3. Untuk Temperatur 120º
1000 𝑔𝑟−730,6 𝑔𝑟
30′ = 𝑥 100%
1000 𝑔𝑟

= 26,94 %
4.2.3 Untuk Menghitung Tabel Ketiga
1. Untuk Temperatur 40º
1000 𝑔𝑟−732,4𝑔𝑟
10′ = 𝑥 100%
1000 𝑔𝑟

= 26,76 %
2. Untuk Temperatur 80º
1000 𝑔𝑟−583,3 𝑔𝑟
20′ = 𝑥 100%
1000 𝑔𝑟

= 41,67 %
3. Untuk Temperatur 120º
1000 𝑔𝑟−587,2 𝑔𝑟
30′ = 𝑥 100%
1000 𝑔𝑟

= 41,28 %

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 114
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum pengolahan bahan galian mata acara dewatering telah kita
lakukan kegiatan pengeringan menggunakan oven. mekanisme dewatering dengan
menggunakan 3 cara yaitu cara pengentalan atau pemekatan (Thickening), cara
penapisan atau pengawa-airan (Filtrasi), dan cara pengeringan (Drying).
Berdasarkan hasil pengolahan data, diketahui nilai moisture content pada
material dari masing-masing kolom yaitu kolom 1, 2, dan 3. Dengan menggunakan
temperatur 40°, 80°, dan 120° dengan waktu 10, 20 dan 30 menit dengan berat awal
1000 gram. Pada tabel 1 nilai moisture contentnya adalah 40,58%, 41,61% dan
26,74%, kemudian pada kolom 2 yaitu 26,77%, 41,78%, dan 26,94%, dan pada
kolom 3 nilai moisture contentnya adalah 26,76%, 41,67% dan 41,28%.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium


Kiranya untuk laboratorium bisa lebih ditingkatkan lagi mengenai
kedisiplinan waktu dimulainya laboratorium.
5.2.2 Saran untuk Asisten
Saran untuk asisten yaitu tetap mempertahankan keramahannya pada saat
praktikum maupun saat asistensi.

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 115
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

DAFTAR PUSTAKA

Adnyano, A. I. A., & Bagaskoro, M. (2020). Technical Study Of Mine Dewatering


System In Coal Mining. PROMINE, 8(1), 28-33.

Lorenza, A., Sentosa, G. S., & Iskandar, A. (2019). Pemodelan Pumping Test
Sebagai Dasar Perhitungan Dewatering Pada Proyek Di Sudirman. Jmts:
Jurnal Mitra Teknik Sipil, 2(2), 161-172.

Nuraida, Z., & Herumurti, W. (2021). Perencanaan Tipikal Unit Pengolahan Lumpur
Tinja Skala Kecil Kota Surabaya. Jurnal Teknik ITS, 9(2), D203-D209.

Syahrir, S. (2017). Dampak Kegiatan Penambangan Nikel Dalam Kehidupan


Masyarakat Desa Baliara Selatan, Kecamatan Kabaena Barat, Kabupaten
Bombana (Disertasi Doktor, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

Tim Asisten, (2020), Penuntun Praktikum Pengolahan Bahan Galian, Fakultas


Teknologi Industri, Jurusan Teknik Pertambangan. Universitas Muslim
Indonesia: Makassar.

ANDI PUTRI MAHARANI MUHAMMAD IRFAN LABA


09320190173 09320200200
Dewatering - 116

Anda mungkin juga menyukai