Anda di halaman 1dari 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/281214637

MEMBRAN UNTUK PENGOLAHAN AIR

Technical Report · November 1997

CITATIONS READS

5 7,606

1 author:

I Gede Wenten
Bandung Institute of Technology
548 PUBLICATIONS   3,027 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

[RESEARCH PROJECT: Penelitian Unggulan Strategis Nasional (PUSN), 2017-2018] ZERO LIQUID DISCHARGE DESALINATION PLANT: Superhydrophobic Membrane
Crystallization for Pharmaceutical Grade Salt from Brine SWRO and Nanofiltration View project

[RESEARCH PROJECT: Pertamina RTC, 2018-2019] Research and Development of Membrane-based Carbon Capture Process for Zero Flaring Programs View project

All content following this page was uploaded by I Gede Wenten on 25 August 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


LAPORAN

MEMBRAN UNTUK PENGOLAHAN AIR

Ahli Utama:
Dr. I G. Wenten

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG – PT. OLAH BUMI MANDIRI


1997
MEMBRAN UNTUK PENGOLAHAN AIR

Daftar Isi

Daftar Isi ................................................................................................................................................. ii


Daftar Gambar ....................................................................................................................................... iii
Daftar Tabel ........................................................................................................................................... iv
Executive Summary ................................................................................................................................. 1
1. Pendahuluan .................................................................................................................................... 1
2. Aplikasi Membran untuk Pengolahan Air ...................................................................................... 2
3. Minimisasi dan Pemanfaatan Kembali Limbah Industri ................................................................. 5
4. Sistem Ultrafiltrasi (UF) ................................................................................................................. 6
5. Sistem membran terintegrasi UF-RO .............................................................................................. 9
6. Bioreaktor Membran untuk Pengolahan Limbah Industri ............................................................ 10
Daftar pustaka ....................................................................................................................................... 11

ii
MEMBRAN UNTUK PENGOLAHAN AIR

Daftar Gambar

Gambar 1. Tipe utama modul membran (a) Spiral wound dan (b) hollow fiber..................................... 7
Gambar 2. Skema bioreaktor membran eksternal (recirculated) dan terendam (integrated) ............... 10
Gambar 3. Skema tiga tipe bioreaktor membran, (a) bioreaktor membran pemisahan biomassa, (b)
bioreaktor membran aerasi, dan (c) bioreaktor membran ekstraktif) .................................................... 11

iii
MEMBRAN UNTUK PENGOLAHAN AIR

Daftar Tabel

Tabel 1. Perbandingan proses-proses pemisahan dengan membran dengan gaya dorong beda tekanan 3
Tabel 2. Beberapa aplikasi teknologi membran dalam proses pengolahan air* ..................................... 4
Tabel 3. Aplikasi membran dalam minimasi dan pemanfaatan kembali limbah industri* ..................... 6

iv
MEMBRAN UNTUK PENGOLAHAN AIR

Executive Summary
Teknologi membran merupakan salah satu teknologi pemisahan yang relatif baru namun aplikasinya
telah merambah luas ke berbagai sektor termasuk sektor pengolahan air dan limbah industri. Pada
proses pengolahan air, teknologi membran mampu menghasilkan air dengan kualitas tinggi baik untuk
keperluan domestik seperti air minum dan untuk keperluan industri terutama pada penyediaan air
proses. Keunggulan-keunggulan yang ditawarkan teknologi membran pada proses pengolahan air baik
dari segi teknologi maupaun ekonomi menjadikan teknologi membran sebagai teknologi yang
menjanjikan di masa mendatang untuk proses pengolahan air. Pada sektor pengolahan limbah industri,
proses membran terbukti berhasil menghasilkan efluen dengan kualitas di atas standar baku mutu yang
memungkinkan untuk dapat dimanfaatkan kembali sebagai air proses. Kemampuan membran
menghasilkan efluen dengan kualitas yang sangat baik mampu menggeser anggapan “limbah sebagai
cost” menjadi “limbah sebagai profit”. Hal ini memberikan implikasi positif tidak saja bagi pihak
industri karena proses menjadi hampir selalu menguntungkan tetapi juga bagi kelestarian lingkungan
yang selama ini acapkali terabaikan.

1. Pendahuluan
Dari tahun ke tahun, kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan domestik ataupun industri
cenderung meningkat. Peningkatan ini antara lain disebabkan oleh pertambahan penduduk dan
pertumbuhan industri. Di sisi lain, pencemaran serta kerusakan lingkungan yang semakin parah
mengakibatkan menipisnya ketersediaan sumber-sumber air, khususnya air tawar. Di lain pihak, air laut
yang melimpah tidak dapat langsung digunakan karena nilai salinitas yang tinggi sehingga memerlukan
proses pengolahan khusus terlebih dahulu yang cenderung mahal. Indonesia sendiri saat ini mengalami
krisi air, yang gejalanya ditandai dengan sulitnya akses terhadap air bersi dan terbatasnya fasilitas
sanitasi yang memadai. Dengan demikian, pengolahan air menjadi salah satu kunci untuk mengatasi
krisis air, terutama bila upaya ini dikaitkan dengan beragamnya kualitas air yang tersedia.
Krisis air juga tidak terlepas dari permasalahan limbah. Tidak sedikit pencemaran lingkungan
yang disebabkan oleh pembuangan limbah industri yang tidak melewati proses pengolahan. Industri
sendiri menggunakan air dalam jumlah yang signifikan, bahkan menjadikan air sebagai komponen
utama dan penentu kualitas produk, misalnya industri minuman, industri tapioka, dsb. Ketidaksadaran
pihak industri dalam penanganan limbah yang dihasilkannya sangat mengkhawatirkan mengingat saat
ini ketersediaan air tawar semakin langka. Sementara itu, pertumbuhan industri terus meningkat
sehingga limbah yang dihasilkannya pun kian bertambah. Keterbatasan teknologi pengolahan limbah
menyebabkan effluent (buangan) yang dihasilkan memiliki kualitas yang jauh dari standar baku mutu
limbah, padahal pengolahan limbah itu sendiri merupakan komponen yang cukup mahal. Akibatnya,
selama ini limbah selalu dianggap sebagai sektor non-profit, bahkan dianggap sebagai ‘cost center’.
Penerapan pajak lingkungan yang mengharuskan industri membayar pajak per volume limbah yang
dihasilkan semakin menguatkan anggapan ini. Kondisi perekonomian yang tidak kondusif juga semakin
mempersulit permsalahan limbah.
Dalam situasi seperti ini, reklamasi merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah
pemenuhan kebutuhan air. Sistem pengolahan limbah dengan konsep ‘reuse’ (guna-ulang) merupakan
salah satu cara untuk mengatasi ketersediaan air. Teknologi membran merupakan pilihan yang tepat
dengan kemampuannya yang sangat selektif untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi.
Secara definitif membran memiliki arti sebagai lapisan tipis yang berada di antara dua fasa dan
berfungsi sebagai pemisah yang selektif. Pemisahan pada membran bekerja berdasarkan perbedaan
koefisien difusi, perbedaan potensial listrik, perbedaan tekanan, atau perbedaan konsentrasi. Proses
membran mikrofiltrasi (MF), ultrafiltrasi (UF), reverse osmosis (RO), dan piezodialisis menggunakan
perbedaan tekanan sebagai gaya dorong (driving force). Proses membran lainnya menggunakan
perbedaan konsentrasi (pemisahan gas, pervaporasi, membran cair, dialisis), perbedaan suhu (membran
distilasi, termo-osmosis), dan perbedaan potensial listrik (elektrodialisis) sebagai gaya dorongnya.
Sebagai salah satu teknik pemisahan, teknologi membran dalam aplikasinya dapat ditujukan untuk
pemekatan, pemurnian, fraksionasi, dan perantara reaksi [1].

1
MEMBRAN UNTUK PENGOLAHAN AIR

Saat ini aplikasi membran telah merambah ke berbagai industri diantaranya industri logam
(pengambilan kembali logam), industri makanan, bioteknologi (pemisahan, pemurnian, sterilisasi,
pengambilan produk samping), serta industri kulit dan tekstil (pengambilan kembali bahan kimia dan
panas). Pada industri pulp dan kertas, membran berperan dalam pengambilan serat dan bahan kimia dan
sebagai pengganti proses evaporasi. Industri-industri lainnya yang juga telah menerapkan teknologi
membran adalah industri berbasis proses kimia (pemisahan materi organik, pemisahan gas), industri
farmasi dan kesehatan (organ buatan, control release, fraksionasi darah, sterilisasi, pemurnian air) dan
proses penanganan limbah.
Penggunaan teknologi membran dalam beberapa pengolahan limbah bahkan menggeser
anggapan "limbah sebagai cost" menjadi "limbah sebagai profit". Konsep pemanfaatan kembali yang
ditawarkan oleh teknologi membran terbukti dapat menghasilkan keuntungan, di antarnya penghematan
biya operasional (air, listrik, bahan kimia, dll). Hal ini tentu memberikan implikasi positif tidak saja
bagi industri karena prosesnya hampir selalu menguntungkan (profitable) melainkan juga bagi
kelestarian lingkungan yang selama ini acap kali terabaikan.
Dalam pengolahan limbah, teknologi membran dapat diterapkan secara tunggal atau
digabungkan dengan proses lain. Minimalisasi limbah dilakukan dengan pemulihan air (recovery) yang
terdapat dalam limbah untuk digunakan kembali sebagai air proses sehingga debit limbah menjadi
minimum. Ukuran pori membran yang sedemikian rupa akan menghasilkan air yang kualitasnya
memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air proses sehingga konsep guna-ulang dapat dicapai. Dalam
aplikasi membran terintegrasi, membran dikombinasikan dengan proses-proses fisik konvensional atau
dengan membran lainnya. Salah satu kombinasi proses yang saat ini tengah berkembang pesat adalah
kombinasi proses membran dengan proses biologis untuk mengolah limbah yang dikenal dengan sistem
bioreaktor memban. Namun demikian, baik proses membran tunggal ataupun proses membran
terkombinasi mampu menghasilkan effluent yang kualitasnya memenuhi syarat untuk digunakan
kembali.

2. Aplikasi Membran untuk Pengolahan Air


Kelangkaan maupun penurunan kualitas air tawar disertai dengan kebutuhan air yang terus
meningkat baik dari masyarakat maupun industri merupakan pendorong diperlukannya teknologi
pengolahan air yang berkualitas sekaligus ramah lingkungan. Pengolahan air dengan demikian
merupakan peluang besar bagi aplikasi teknologi membran. Sebagai teknologi yang relatif baru, proses
membran menawarkan keuntungan-keuntungan yang tidak didapat dari proses konvensional. Salah
satu keuntungan dari aplikasi teknologi membran adalah rendahnya energi yang digunakan. Pemisahan
yang berbasis membran tidak berdasarkan hasil kesetimbangan fasa yang menggunakan banyak energi.
Perubahan fasa akan mempengaruhi kualitas bahan dan produk yang dihasilkan. Keuntungan lain
teknologi membran adalah desain modul membran sangat sederhana, kompak, mudah dioperasikan dan
tidak membutuhkan peralatan tambahan dalam jumlah banyak. Memperbesar atau memperkecil skala
pengoperasian merupakan hal yang mudah dilakukan. Dengan sifat modular yang dimilikinya maka
peningkatan skala proses membran dapat dilakukan dengan hanya menambah modul membran
termasuk peralatan bantunya. Dalam aplikasinya untuk pengolahan air, penggunaan membran tidak
membutuhkan penambahan bahan-bahan kimia (koagulan, flokulan) sehingga ramah bagi lingkungan.
Proses membran yang dikenal luas dalam pengolahan air adalah proses membran berbasis gaya
dorong tekanan seperti membran MF, UF, NF, dan RO. Karakteristik masing-masing dapat dilihat di
Tabel 1. Dalam pengolahan air saat ini, khususnya untuk produksi air minum, salah satu isu penting
yang berkembang adalah semakin ketatnya standar kualitas yang harus dipenuhi. Salah satu metode
konvensional yang biasa ditempuh untuk memenuhi persyaratan ini adalah penambahan dosis klorin
sebagai disinfektan. Akan tetapi peningkatan dosis disinfektan juga akan mengakibatkan semakin
tingginya kemungkinan terbentuknya produk samping dari disinfektan ini. Pembentukan produk
samping disinfektan seperti trihalometan (THM) juga menjadi isu penting karena berkaitan dengan
masalah kesehatan.

2
MEMBRAN UNTUK PENGOLAHAN AIR

Tabel 1. Perbandingan proses-proses pemisahan dengan membran dengan gaya dorong beda tekanan
Nanofiltrasi &
Mikrofiltrasi Ultrafiltrasi
Reverse Osmosis
Merupakan proses Merupakan proses pemisahan antar- Merupakan proses pemisahan antar zat
pemisahan antar-partikel. molekul. ( bakteri, yeast ) terlarut dengan B.M. rendah ( garam,
glukosa, laktosa, micropollutents )
Tekanan osmotik Tekanan osmotik diabaikan, tanpa Tekanan osmotik tinggi, sekitar 1-25
diabaikan, tanpa memperhitungkan adanya polarisasi bar.
memperhitungkan adanya konsentrasi.
polarisasi konsentrasi.
Tekanan yang digunakan Tekanan yang digunakan rendah ( 1- Tekanan yang digunakan tinggi ( 1-25
rendah ( < 2 bar ). 10 bar ). bar ).
Struktur asimetrik dan Struktur asimetrik. Struktur asimetrik.
struktur simetrik
Ketebalan dari lapisan Ketebalan dari lapisan pemisah = Ketebalan dari lapisan pemisah = 0,1-1
pemisah : 0,1-1 m. m.
simetrik = 10-150 m
asimetrik = 1 m.
Pemisahan berdasarkan Pemisahan berdasarkan ukuran Pemisahan berdasarkan perbedaan di
ukuran partikel partikel. dalam kelarutan dan difusivitas

Produk samping disinfekan ini akan terbentuk ketika material organik alami dalam air bereaksi
dengan klorin atau senyawa oksidator lainnya yang digunakan sebagai disinfeksi. Tidak semua senyawa
organik alami merupakan precursor produk samping tersebut, tetapi pengendaliannya dapat dilakukan
dengan penghilangan senyawa-senyawa organik alami atau penghilangan prekursor produk samping.
Penyisihan senyawa organik alami tidak hanya mengurangi pembentukan produk samping disinfektan
tetapi juga mengurangi kebutuhan klorin pada sistem distribusi. Penyisihan senyawa organik alami akan
menghilangkan sumber makanan bakteri sehingga akan menurunkan aktivitas biologis dan
pertumbuhan kembali mikroba di dalam sistem distribusi. Proses membran merupakan pilihan yang
tepat untuk produksi air minum, karena proses membran mampu merejeksi kontaminan organik dan
anorganik dari air.
Desalinasi merupakan salah satu cara untuk mengatasi kebutuhan air tawar. Di dunia, kapasitas
desalinasi total pada tahun 1971 adalah 1,5 juta m3/hari dan pada tahun 1995, kapasitas total ini
meningkat hingga 20,3 juta m3/hari dengan 11.000 instalasi yang tersebar di 120 negara di dunia. Sekitar
50% kapasitas ini berada di Teluk Persia dengan 30%-nya terdapat di Arab Saudi. Plant desalinasi
terbesar terletak di kompleks Al Jubail Phase II yang telah berproduksi sejak tahun 1982 menghasilkan
hampir 1 juta m3/hari. Proses membran misalnya RO (reverse osmosis) dapat digunakan pada proses
desalinasi air laut dan air payau untuk menghasilkan air tawar. Di Amerika Serikat terdapat sekitar 1900
unit desalinasi dengan kapasitas lebih dari 15% produksi dunia.
Saat ini proses RO mulai menggantikan proses distilasi untuk menghasilkan air tawar misalnya
di daerah-daerah gurun. Indonesia sendiri memiliki potensi untuk menggunakan proses membran
sebagai sarana desalinasi, terutama mengingat banyaknya sumber air tawar yang kini mulai terintrusi
air laut sehingga berubah menjadi air payau misalnya di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya.
Seperti telah disebut sebelumnya, negara-negara lain seperti Arab Saudi dan Amerika Serikat telah
memiliki unit desalinasi air payau berbasis membran. Beberapa unit desalinasi di Arab Saudi terletak
di Buwayb dan Salbukh, sementara di Amerika, berlokasi di Sanibel Island dan Florida. Unit Buwayb
memiliki kapasitas sebesar 45.000 ton/hari, menggunakan modul spiral wound dengan tingkat
perolehan 89,9% dan konsumsi energi total 3,6 kWh/ton produk. Adapun Salbukh memiliki kapasitas
38.500 ton/hari, menggunakan modul membran hollow fiber, dengan tingkat perolehan 88,2 % dan
konsumsi energi total 3,12 kWh/ton produk. Kedua unit di atas dioperasikan dengan tekanan rendah
yaitu 27,6 bar [2]. Unit Sanibel Island berkapasitas 13.600 m3/hari dengan tingkat perolehan 80% dan
rejeksi garam sebesar 86,3% (umpan 3.300 ppm dan produk 450 ppm) [3]. Tabel 2 berikut berisi
beberapa aplikasi teknologi membran dalam proses pengolahan air baik air sumur dalam maupun air
tanah, serta desalinasi air laut dan air payau dengan kapasitas hingga ratusan ribu m3 per hari.

3
MEMBRAN UNTUK PENGOLAHAN AIR

Tabel 2. Beberapa aplikasi teknologi membran dalam proses pengolahan air*


No. Lokasi Umpan Proses membran Kapasitas (m3/hari)
1 Vero Beach, Florida Air sumur dalam RO 24.000
2 Fort Meyer, Florida Air tawar NF 80000
3 Haute Saone, Prancis Air tanah UF 280
4 Douchy, Loire, Prancis Air tanah UF 1520
5 Gracay, Cher, Prancis Air tanah UF 760
6 Sauve, Gard, Prancis Air tanah UF 2000
7 Stonehaugh, Inggris Air tanah UF 40
8 Bernay, Prancis Air tanah UF 3480
9 Fontgombault, Prancis Air tanah UF 5280
10 Corfu, Yunani Air tanah EDR 14.800
11 Suffolk, Virginia Air tanah EDR 15.100
12 Macao, Asia Tenggara Air permukaan UF 2760
13 La Nive, Prancis Air permukaan UF 5280
14 Avoriaz, Prancis Air permukaan UF 3600
15 New York, Amerika Serikat Air permukaan UF 320
16 California, Amerika Serikat Air permukaan UF 520
17 Prancis Air permukaan UF 29.600
18 UK Clarified surface water UF 10.560
19 Prancis Clarified surface water UF 58.120
20 Yuma, AS Air payau RO 250.000
21 Riyadh-Salbukh, Arab Saudi Air payau RO 50.000
22 Jeddah, Arab Saudi Air payau RO 18.000
23 Ras Abu-Jarjur, Bahrain Air payau RO 45.420
24 Al Dur, Bahrain Air payau RO 56.000
25 Son Tugores, Spanyol Air payau RO 30.000
26 Manfouha I, Arab Air payau RO 27300
27 Manfouha II, Arab Air payau RO 36400
28 Malez, Arab Air payau RO 18200
29 Jubail, Arab Air payau RO 15000
30 Berri, Arab Air payau RO 6800
31 Riyadh, Arab Air payau RO 4500
32 Mekah, Arab Air payau RO 15.000
33 Daesan, Korea Air payau RO 95000
34 Bayswater, Australia Air payau RO 36000
35 Malta Air laut RO 20.000
36 Cina Air laut EDR 200
37 Florida, Amerika Serikat Air laut RO 13.600
38 Jeddah, Arab Saudi Air laut RO 57.000
39 Al-Birk, Arab Air laut RO 2300
40 Umm Lujj, Arab Air laut RO 4400
41 Doha, Kuwait Air laut RO 3000
42 Yanbu, Arab Air laut RO 5000
43 Key West, Florida Air laut RO 11.400
44 Jean Prince Hospital, Tahiti Tap water UF 120
45 Jepang - ED 120
*[4-11]

Selain ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pihak industri juga merupakan pihak
yang membutuhkan air dalam proses produksinya. Industri mikroelektronik misalnya membutuhkan air
dengan kualitas sangat tinggi atau dikenal sebagai air ultramurni. Selain proses RO, proses membran
lain yaitu EDI (elektrodeionisasi) merupakan proses yang umum digunakan di industri mikroelektronik.
Industri farmasi dan medis juga merupakan industri yang kerap menggunakan proses membran dalam
pengolahan airnya. Air yang digunakan untuk industri farmasi/medis umumnya adalah air dengan
kemurnian yang sangat tinggi. Air digunakan dalam formula obat-obatan, losion, cairan pembersih, dan
krim. Selain itu air juga merupakan komponen utama fluida intravena yang digunakan untuk
menggantikan fluida tubuh alami pada pasien yang menderita penyakit tertentu. Keberadaan
kontaminan di dalam formulasi tersebut dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, dan
mengganggu karakteristik kimia pengobatan, atau bahkan memberikan efek yang membahayakan

4
MEMBRAN UNTUK PENGOLAHAN AIR

pasien. Hemodialisis juga merupakan aplikasi medis yang membutuhkan air dengan kemurnian yang
sangat tinggi. Proses membran yang biasa digunakan adalah NF, UF, dan RO.

3. Minimisasi dan Pemanfaatan Kembali Limbah Industri


Semakin berkurangnya persediaan air tawar yang disertai dengan penurunan kualitas air
permukaan yang salah satunya diakibatkan oleh pencemaran limbah industri merupakan alasan utama
yang mendorong untuk dilakukannya minimisasi dan pemanfaatan kembali limbah industri. Langkah
ini harus secepatnya dilakukan karena keberlangsungan hidup dari pihak pengguna baik
masyarakat maupun industri bergantung pada langkah ini. Contoh nyata pencemaran air tawar akibat
limbah pada kondisi yang ekstrim misalnya terjadi di daerah sekitar industri penambangan. Pada daerah
ini secara umum limbah bahkan menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat parah. Musim
kemarau yang berkepanjangan dimana air bersih menjadi sulit sekali didapat juga merupakan salah satu
bukti semakin menipisnya keberadaan air bersih yang notabene merupakan kebutuhan primer bagi
manusia.
Salah satu langkah nyata yang dapat dilakukan adalah meminimumkan volume limbah yang
dihasilkan dengan mengambil air yang terdapat di dalam limbah tersebut. Hal ini dapat dilakukan
dengan menerapkan proses pemisahan berbasis membran. Perkembangan teknologi membran yang juga
merambah pada bidang lingkungan memungkinkan dilakukannya pengolahan limbah dalam bentuk
aplikasi langsung. Teknologi membran dalam aplikasinya di industri tidak memerlukan zat-zat kimia
dalam pengoperasiannya sehingga tidak menambah jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan.
Aplikasi membran secara langsung menggunakan proses membran sebagai sistem pengolahan limbah
secara fisik yaitu sebagai unit filtrasi (non-biologis). Air limbah dilewatkan pada membran, kontaminan
akan terejeksi menjadi konsentrat sementara air yang telah terpisah dari kontaminan limbah akan lolos
melewati membran dan keluar dalam bentuk permeat. Permeat yang berasal dari limbah ini dapat
digunakan kembali sebagai air proses sehingga mengurangi kebutuhan pemakaian air baku. Hal ini
dimungkinkan karena proses membran yang digunakan mampu merejeksi kontaminan-kontaminan
berukuran mikron hingga ionik dari air sehingga menghasilkan air berkualitas yang tidak saja
memenuhi standar baku mutu tapi juga dapat dipergunakan kembali. Proses ini terbukti dapat dilakukan
di berbagai sektor industri. Dalam aplikasinya, teknologi membran dapat ditempatkan sebagai
pengolahan lanjut (tersier). Penerapannya dapat sebagai proses yang berdiri sendiri atau
dikombinasikan dengan proses konvensional (penukar ion, karbon aktif, dll. ) atau dengan proses
membran sendiri (MF/UF, UF/RO, dll.). Tabel 2 di bawah ini berisikan proses-proses membran yang
telah diaplikasikan di berbagai industri untuk kepentingan minimisasi limbah dan pemanfaatan kembali.
Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat beragamnya industri yang telah menerapkan proses membran
untuk pengolahan limbahnya. Pemanfaatan kembali air limbah akan menghemat penggunaan air baku
sehingga dapat mengurangi biaya operasional yang harus dikeluarkan. Pada Tabel 2 juga terlihat bahwa
pemanfaatan kembali bukan hanya pada komponen air tapi juga komponen-komponen bernilai lainnya
yang masih terdapat di dalam limbah. Pewarna misalnya pada limbah industri tekstil dapat diambil
kembali dari limbah. Hal yang sama juga terlihat pada proses laundry. Penggunaan UF memungkinkan
deterjen yang tersisa di dalam limbah laundry untuk diperoleh kembali dan dimanfaatkan kembali ke
aliran proses. Demikian pula pada industri susu, selain dihasilkan air berkualitas, didapat pula
konsentrat berupa produk bernilai yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain. Energi juga
merupakan salah satu komponen yang dapat diperoleh kembali seperti terlihat pada Tabel 3, khususnya
untuk sektor industri tekstil dan laundry.

5
MEMBRAN UNTUK PENGOLAHAN AIR

Tabel 3. Aplikasi membran dalam minimasi dan pemanfaatan kembali limbah industri*
Sektor industri & jenis limbah Aplikasi Proses membran
Industri tekstil Pemisahan warna RO, UF, MF, NF
Pengambilan kembali pewarna
Pengambilan kembali energi
Industri pelapisan logam Pengambilan kembali air dari air limbah pencucian UF, NF, RO, ED
Pengambilan kembali logam dari larutan galvani
Pemanfaatan kembali limbah galvani
Industri petrokimia Penggunaan kembali blowdown menara pendingin UF, RO
Pemanfaatan kembali kondensat
Industri pulp dan kertas Pemisahan warna UF, RO
Pengambilan kembali air
Pengambilan kembali lignin alkali
Pengeboran minyak Penggunaan kembali air limbah pengeboran RO
minyak untuk umpan boiler atau injeksi
Pembangkit tenaga listrik Penggunaan kembali blowdown menara pendingin RO
Laundry Pengambilan kembali air, deterjen, dan panas UF
Limbah berminyak Penggunaan kembali air UF
Industri cat Pengambilan kembali electropaint UF
Industri susu (cheese whey) Pengambilan kembali air UF
Pengambilan kembali produk bernilai
Industri tapioka Pengambilan kembali air dan soluble starch UF, RO
*[4, 5, 12, 13]
Namun demikian, salah satu produk pengolahan yang perlu diperhatikan pada proses penerapan
membran secara langsung ini adalah konsentrat limbah. Pada aplikasi membran secara langsung, akan
dihasilkan dua aliran yaitu permeat (air) dan konsentrat. Permeat merupakan produk air yang dapat
dimanfaatkan kembali. Sedangkan konsentrat dalam hal ini adalah limbah yang telah jauh berkurang
dari segi volume namun dari segi konsentrasi akan jauh lebih pekat. Pada sejumlah kasus, konsentrat
yang dihasilkan merupakan produk bernilai misalnya pada industri susu (cheese whey) dan industri
tapioka. Namun pada kasus dimana konsentrat merupakan limbah yang harus diolah, instalasi
pengolahan limbah yang biasanya sudah tersedia di lingkungan pabrik tetap diperlukan untuk mengolah
limbah ini. Namun demikian, efluen yang dihasilkan dari teknologi pengolahan limbah konvensional
umumnya belum mampu memenuhi standar baku mutu. Penerapan teknologi membran berupa aplikasi
tak-langsung (bioreaktor membran) dapat dimanfaatkan untuk keperluan ini.

4. Sistem Ultrafiltrasi (UF)


Proses ultrafiltrasi adalah salah satu proses membran yang saat ini tengah berkembang secara
pesat baik dalam perluasan aplikasinya maupun dalam pengembangan lainnya yang berkaitan dengan
usaha peningkatan kinerja membran. Sistem UF beroperasi pada tekanan rendah dengan trans-
membrane pressure (TMP) berkisar antara 0,5-5 bar. Hal tersebut tidak hanya memungkinkan
penggunaan non-positive displacement pump tetapi juga instalasi membran dapat dikonstruksi dari
komponen-komponen sintetik yang lebih murah.
Membran UF dapat disintesis dari polimer organik atau polimer anorganik (keramik). Terdapat
banyak pilihan polimer ataupun material lain yang dapat digunakan untuk membuat membran UF.
Pemilihan polimer tertentu sebagai bahan membran didasarkan atas sifat-sifat yang sangat spesifik,
seperti berat molekul, fleksibilitas rantai, interaksi rantai, dll. Beberapa bahan polimer yang sering
digunakan untuk pembuatan membran antara lain: polisulfon, polietersulfon, polisulfon tersulfonasi,
polivinilidenfluorida, poliakrilonitril, selulosa, poliimid, polieterimid, poliamid alifatik, dan
polieterketon. Bahan anorganik juga telah digunakan seperti alumina dan zirconia [1].
Struktur pori membran UF dapat berupa struktur simetris atau asimetris. Tebal membran
simetris (porous atau non-porous) berkisar antara 10 dan 200 µm. Membran UF memiliki struktur
asimetris yang terdiri atas lapisan atas yang sangat padat (dense) dengan tebal 0,1-0,5 µm yang
ditunjang oleh lapisan sub berpori dengan tebal 50-150 µm. Membran ini mengkombinasikan

6
MEMBRAN UNTUK PENGOLAHAN AIR

selektivitas membran dense dengan laju permeasi dari membran yang sangat tipis. Tahanan terhadap
transfer massa ditentukan sebagian atau bahkan sepenuhnya oleh lapisan atas yang tipis.
Membran UF dapat difabrikasi dalam dua bentuk yaitu bentuk tubular dan bentuk lembaran.
Dalam aplikasinya, kedua membran tersebut digunakan dalam bentuk modul-modul. Modul umumnya
terdiri atas membran, struktur penunjang tekanan, inlet umpan, outlet konsentrat, dan saluran permeat.
Dua modul membran yang paling umum dijumpai di pasaran adalah modul hollow fiber (kapiler) dan
spiral wound. Bentuk modul lainnya adalah plate-and-frame, tubular, rotari, vibrasi, dan vortex Dean.
Setiap tipe modul memiliki karakteristik khusus yang berdasarkan pada packing densitas, kemudahan
dalam perawatan, biaya modul, volume hold up dan kualitas pretreatment.

Gambar 1. Tipe utama modul membran (a) Spiral wound dan (b) hollow fiber.

Modul hollow fiber memiliki packing density yang paling tinggi jika dibandingkan dengan jenis
modul lainnya, juga termasuk yang paling mudah dibersihkan. Dari segi harga, hollow fiber dan spiral
wound lebih kompetitif dibandingkan dengan modul lainnya. Adapun modul tubular dan rotating disc
(rotary)/silinder memiliki hilang tekan yang paling rendah. Kebutuhan pretreatment paling minim
terdapat pada modul tubular dan rotating disc/silinder [7].
Sistem membran yang ada saat ini biasanya merupakan sistem modular dengan packing density
yang tinggi. Sebagian besar dapat di-scale up hingga mencapai dimensi yang lebih besar. Perangkat-
perangkat pendukung sistem membran juga tersedia, mulai dari skal kecil di laboratorium hingga skala
besar di industry [10]. Pada skala industry, membran biasanya disusun secara seri atau parallel dengan
sistem satu-tahap hingga multi-tahap.
Dari segi pengoperasiannya, membran dapat dioperasikan secara dead-end (filtrasi statis)
ataupun cross-flow. Operasi dengan tipe dead-end serupa dengan operasi cartridge filter dimana hanya
terdapat aliran umpan dan aliran filtrat. Operasi secara dead-end umumnya memungkinkan recovery
air sebanyak 95-98%, khusunya untuk umpan dengan kandungan padatan tersuspensi rendah. Mode
operasi cross-flow berbeda dengan dead-end dimana terdapat aliran tambahan selain aliran umpan dan
aliran filtrate (permeate), yakni aliran konsentrat. Mode aliran cross-flow biasanya memberikan
recovery yang lebih rendah.
UF terbukti menjadi sistem pengolahan yang kompetitif jika dibandingkan dengan sistem
konvensional. Untuk memproduksi air yang bersih dan aman biasanya diperlukan tahap-tahap
presipitasi kimiawi, adsorpsi, sedimentasi, dan filtrasi [10]. Saat ini UF telah digunakan untuk
menggantikan tahap klarifikasi pada plant pengolahan air konvensional (koagulasi, sedimentasi, dan
filtrasi), dengan demikian aplikasi UF dapat dikatakan sebagai operasi klarifikasi dan disinfeksi.
Membran UF merupakan membran berpori akan tetapi seluruh kontaminan partikulat seperti virus dan

7
MEMBRAN UNTUK PENGOLAHAN AIR

bakteri termasuk makromolekul dapat direjeksi. Keuntungan utama proses membran UF bertekanan
rendah dibandingkan dengan klarifikasi konvensional dan disinfeksi antara lain: tidak memerlukan
bahan kimia, filtrasi berbasis ukuran, kualitas produk yang baik dan konsisten khusunya terhadap
penghilangan partikel dan mikroba, proses dan plant yang kompak dan otomatisasi yang sederhana [10].
Dalam pengooperasiannya, kualitas umpan juga merupakan faktor penting yang harus
diperhatikan. Kualitas umpan berpengaruh langsung terhadap kinerja membran UF. Karena itu, dalam
prakteknya, UF dapat dioperasikan dalam bentuk operasi tunggal atau dikombinasikan dengan proses
lain (koagulasi, adsorpsi, dll) atau hibrid dengan sistem membran (MF-UF) bergantung pada kualitas
air baku. UF juga dapat bertindak sebagai proses utama ataupaun sebagai pre-treatment misalnya untuk
sistem RO. Plant-plant UF yang ada di dunia saat ini (beberapa berlokasi di Prancis, Inggris, Amerika
Serikat, Tahiti, dan Jepang) digunakan untuk mengolah berbagai macam umpan seperti air tanah, air
permukaan, air permukaan terklarifikasi, untuk memproduksi air minum, dengan kapasitas 0,01-14,53
galon/hari [10].
Fenomena penurunan fluks yang memberikan pengaruh negatif terhadap nilai keekonomian
operasi UF merupakan tantangan yang paling serius. Keberadaan fouling menyebabkan membran harus
dicuci secara periodik untuk menghilangkan komponen penyebab fouling dari permukaan maupun
struktur membran. Frekuensi pencucian merupakan faktor ekonomi penting karena memberikan
pengaruh terhadap usia membran [14, 15]. Pencucian dan sanitasi membran juga diperlukan untuk
beberapa alasan seperti persyaratan untuk industri makanan dan bioteknologi, reduksi mikroba untuk
mencegah kontaminasi produk, dan optimalisasi proses. Ada beberapa strategi untuk mengendalikan
fouling, yaitu: membuat atau perlakuan khusus terhadap membran, memodifikasi atau pengolahan air
umpan, mengatur kondisi operasi, dan pencucian [16, 17].
Pencucian merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk menghilangkan foulant
dari permukaan membran. Metode pencucian membran dapat dibedakan ke dalam empat golongan,
yaitu pencucian hidraulik, pencucian mekanis, pencucian kimiawi, dan pencucian elektris. Pemilihan
metode pencucian bergantung pada konfigurasi modul, tipe membran, ketahanan kimia, dan jenis
foulant. Pencucian hidraulik meliputi backflushing, pressurize-depressurize tekanan, dan perubahan
aliran pada frekuensi tertentu. Pada metode backflushing, arah aliran permeat dibalik secara periodik.
Backflushing dapat juga dikategorikan pada pengendalian fouling melalui pengaturan kondisi operasi.
Pada motode tersebut, produk dialirkan dari sisi permeat menuju sisi umpan. Metode tersebut mereduksi
waktu operasi efektif juga menyebabkan kehilangan permeat ke larutan umpan. Hal ini menyebabkan
backflush dalam aplikasi industri sangat terbatas sehingga diperlukan optimalisasi. Optimalisasi proses
backflush dilakukan terhadap durasi dan interval backflush. Peningkatan laju produk setelah dilakukan
backflush semata-mata merupakan fungsi tekanan backflush dan interval antara dua backflush.
Belakangan ini, waktu interval backflush telah dikurangi hingga hitungan detik yang menandakan pula
tahanan cake tetap rendah karena tidak sempat membentuk lapisan.
Teknik backflush terbaru dengan frekuensi tinggi dan waktu yang sangat singkat juga telah
dikembangkan. Dengan waktu bakcflush yang sangat singkat (0,06 detik) dan interval maksimum 5
detik (disarankan 1-3 detik) didapatkan hasil yang sangat baik [18, 19]. Karena waktu backflush efektif
yang sangat singkat dan tekanan backflush yang relative tinggi (1 bar di atas tekanan umpan) metode
ini disebut sebagai “backshock”. Kehilangan permeat selama backshock menjadi sangat rendah dan
hampir tidak mempengaruhi aliran permeat. Teknik backshock yang dikombinasikan dengan struktur
memban asimetrik terbalik memungkinkan filtrasi pada kecepatan crossflow yang sangat rendah dan
fluks permeat yang sangat stabil. Backshock dengan frekuensi tinggi akan mencegah membran dari
penyumbatan dan memungkinkan filtrasi dengan fluks yang sangat stabil [19]. Dengan metode tersebut,
permasalahan fouling pada proses klarifikasi larutan tersuspensi dapat diatasi [20-23].
Metode lainnya yaitu pencucian mekanis, hanya dapat diterapkan pada sistem modul tubular
seperti dengan metode ultrasonik. Adapun pencucian kimiawi merupakan metode yang paling penting
untuk mereduksi fouling menggunakan bahan kimia yang dapat digunakan secara terpisah maupun
terkombinasi. Konsentrasi bahan kimia dan waktu pencucian juga merupakan hal yang penting karena
berkaitan dengan ketahanan membran terhadap bahan kimia. Pencucian secara elektrik merupakan

8
MEMBRAN UNTUK PENGOLAHAN AIR

metode pencucian yang sangat khusus. Dengan mengaplikasikan arus listrik melewati membran,
partikel-partikel atau molekul-molekul bermuatan akan bermigrasi sesuai dengan arah arus listrik.
Pencucian elektrik dapat dilakukan tanpa mengganggu proses yang sedang berjalan dimana arus listrik
dihidupkan hanya pada interval-interval waktu tertentu [1].
Selain pencucian, fouling juga dapat dikendalikan dengan mengatur laju alir membran seperti
mengoperasikan membran di bawah fluks kritisnya [24]. Dengan metode seperti ini, penumpukan
foulant dipermukaan membran dapat dihindari. Selain itu, membran dapat dioperasikan dengan fluks
yang stabil. Untuk mengatasi masalah fouling, membran dengan sifat fouling-resistance juga telah
banyak dikembangkan [15, 17].

5. Sistem membran terintegrasi UF-RO


Salah satu aplikasi teknologi membran pertama kali adalah pengolahan air laut menjadi air
minum dengan menggunakan membran reverse osmosis (RO). Sistem RO memisahkan zat terlarut
(total dissolved solid) dari air melewati membran semipermeable yang melewatkan air dan menahan
solut. RO dapat digambarkan sebagai proses difusi terkendali di mana transfer massa solute seperti ion
melewati membran dikendalikan oleh difusi. Membran RO tidak terdapat lubang secara fisik yang
membedakannya dengan sistem filtrasi lain. Membran RO bersifat hidrofilik sehingga air dapat
didifusikan melewati struktur polimer membran.
Ada empat tipe modul yang digunakan pada membran RO yaitu: plate-and-frame, tubular,
hollow fiber, dan spiral wound. Elemen spiral wound adalah elemen yang paling banyak digunakan
untuk proses produksi air minum. Modul-modul RO disusun di dalam tabung-tabung bertekanan
(pressure vessel). Modul-modul tersebut dapat dirangkai menjadi sistem satu tahap, dua tahap dan two-
pass (dua kali lewat). Sistem satu tahap merupakan sistem yang paling sederhana. Sistem dua tahap
memberikan nilai recovery overall yang lebih besar dengan mengolah konsentrat pada tahap pertama.
Sementara two-pass dapat menghasilkan produk dengan kualitas terbaik karena produk (permeate) pada
tahap pertama diolah lebih lanjut di tahap kedua.
Saat ini sistem RO sangat dikenal sebagai teknologi pengolahan air dalam industri yang
membutuhkan pemisahan padatan terlarut seperti desalinasi dan juga untuk meningkatkan rasa dan
menghilangkan kontaminan-kontaminan dalam air. Desalinasi menggunakan RO menjadi sumber
utama untuk memproduksi air tawar di daerah kering yang sulit mendapatkan air. Melalui
pengembangan secara terus-menerus, RO menjadi teknologi desalinasi sekaligus pemekatan air laut
yang sangat ekonomis. Belakangan, membran telah banyak diaplikasikan pada skala besar dengan
kapasitas mencapai 19000 m3/hari [8].
Membran RO tidak dapat langsung dioperasikan pada umpan air laut. Memban RO lebih
sensitif terhadap fouling, scaling, bahan kimia, dan serangan biologis jika dibandingan dengan proses
desalinasi termal. Kerentanan membran RO terhadap fouling merupakan salah satu kelemahan. Dengan
demikian meskipun RO telah berkembang sebagai sistem alternative dengan energi yang efisien, akan
tetapi tetap bersaing dari segi kebutuhan pre-treatment. Hal ini khususnya jika umpan yang akan diolah
memiliki kecenduran fouling yang tinggi terhadap membran sehingga memerlukan pre-treatment yang
kompleks. Proses pre-treatment yang baik sangat penting untuk menjaga umur membran dan operasi
yang ekonomis [10]. Membran UF merupakan proses pre-treatment yang sangat baik untuk sistem RO.
Keunggulan UF sebagai pre-treatment antara lain [25]: beroperasi secara kontinyu, mudah
dioperasikan, tidak ada kebocoran seperti pada filtrasi menggunakan media granular, tidak memerlukan
bahan kimia, perlakuan disinfeksi kimiawi sederhana, dan desain peralatan yang kompak. Pre-treatment
terhadap umpan sebelum masuk RO ditujukan untuk menurunkan nilai silt density index (SDI),
menyisihkan turbiditas atau padatan tersuspensi, serta mengatur dan mengendalikan nilai pH. SDI
merupakan indeks fouling yang paling sering digunakan. Persyaratan nilai SDI umpan RO adalah <2,
yang dimaksudkan untuk meminimalisasi fouling yang disebabkan oleh komponen koloid (colloidal
fouling) [9]. Membran UF dapat menghasilkan produk yang berkualitas di samping keunggulan-

9
MEMBRAN UNTUK PENGOLAHAN AIR

keunggulan lain dibanding teknologi konvensional sebagaimana telah disebutkan di atash, sehingga
sangat sesuai sebagai pre-tretament sistem RO.

6. Bioreaktor Membran untuk Pengolahan Limbah Industri


Bioreaktor membran (Membrane bioreactor, MBR) merupakan kombinasi antara proses
pengolahan limbah secara biologis dengan proses membran. Berdasarkan fungsi membrannnya, MBR
dapat dikelompokkan menjadi dua. Jenis pertama, membran merupakan bagian integral dari bioreaktor
yang berfungsi sebagai unit pemisahan biokatalis dan/atau substrat dari produk. Untuk aplikasi ini, tipe
yang paling banyak digunakan adalah membran ultrafiltrasi dan mikrofiltrasi. Jenis kedua, membran
berfungsi sebagai reactor dan separator sekaligus yang memungkinkan pemisahan enzim, substrat, dan
produk in situ (Gambar 2). Berdasarkan karakteristik permeasi substrat, MBR dapat diklasifikasikan
menjadi dua yaitu (i) bioreaktor untuk substrat dengan berat molekul rendah dan (ii) bioreaktor untuk
substrat dengan berat molekul tinggi [26]. Pada tipe (i) substrat dan produk dapat melewati pori-pori
membran dengan bebas, sedangkan pada tipe (ii) substrat tidak permeabel sedangkan produk permeable.
Peran membran pada bioreaktor membran pemisahan biomassa adalah menggantikan bak
sedimentasi sekunder pada proses pengolahan limbah lumpur aktif. Dengan demikian, pemisahan antara
efluen dan biomassa yang biasanya mengandalkan pada proses sedimentasi digantikan dengan proses
filtrasi menggunakan membran. Hal ini menghasilkan keuntungan utama berupa penghematan ruang
dan dihasilkannya kualitas efluen yang jauh lebih baik dibandingkan kualitas efluen yang dihasilkan
proses sedimentasi. Sejumlah kasus yang ada menunjukkan bahwa efluen yang dihasikan dari
bioreaktor membran tidak saja memenuhi standar buangan tetapi juga memiliki kualitas yang memenuhi
syarat untuk digunakan kembali sebagai air proses. Proses membran yang biasa digunakan untuk
bioreaktor membran pemisahan biomassa adalah MF, UF, dan NF. Dengan ukuran pori yang dimiliki
ketiga proses membran ini, maka dapat dipastikan hampir seluruh biomassa maupun pengotor yang
terdapat pada umpan yang berasal dari bioreaktor dapat direjeksi sehingga yang melewati membran
adalah air yang telah terpisah dari biomassa dan pengotor lainnya. Konfigurasi bioreaktor membran
untuk pemisahan biomassa pada awalnya berupa bioreaktor dan modul membran yang terpisah,
belakangan kemudian muncul konfigurasi dimana modul membran direndam langsung ke dalam
bioreaktor (Gambar 3).

Gambar 2. Skema bioreaktor membran eksternal (recirculated) dan terendam (integrated)

10
MEMBRAN UNTUK PENGOLAHAN AIR

(a) (b) (c)

Gambar 3. Skema tiga tipe bioreaktor membran, (a) bioreaktor membran pemisahan biomassa, (b)
bioreaktor membran aerasi, dan (c) bioreaktor membran ekstraktif)

Sejumlah penelitian tentang aplikasi MBR untuk pengolahan limbah telah di rangkum di dalam
literatur [27]. Dari literature tersebut dijelaskan bahwa MBR dapat menyisihkan COD, BOD5, SS, dan
total N dengan efisiensi penyisihan rata-rata di atas 97%. Beban COD yang sangat tinggi yaitu 58000
mg/L seperti pada limbah sweet whey berhasil diolah dengan MB dengan efisiensi penyisihan kurang
lebih 98%. Aplikasi MBR juga telah merambah ke berbagai industri seperti industri kosmetik, industry
pemrosesan susu, industry tekstil, inudsti jus buah, industry penyamakan, industry limbah berminyak,
dan industry tapioka.

Daftar pustaka

1. Mulder, M., Basic Principles of Membrane Technology. 2nd ed. 1996, Netherlands: Kluwer
Academic Publisher.
2. Rautenbach, R. and Albrecht, R., Membrane Processes. 1989, New York: John Wiley & Sons.
3. Sourirajan, S., Matsuura, T., Sourirajan, S., Sourirajan, S., and Chemist, I., Reverse osmosis-
ultrafiltration process principles. 1985: National Research Council Canada Ottawa.
4. Ho, W.S.W. and Sirkar., K.K., Membrane Handbook. 1992, New York: Van Nostrand
Reinhold.
5. Scott, K., Handbook of industrial membranes. 1995, UK: Elsevier Advanced Technology.
6. Mallevaille, J., Peter, E., and Mark, R., The Emergence of Membrane in Water and Wastewater
Treatment, in Water Treatment Membran Processes, J. Mallevialle, P. Odendaal, and M.R.
Wiesner, Editors. 1996, McGraw-Hill: New York.
7. Aptel, P. and Buckley, C.A., Categories of membrane operations, in Water Treatment
Membrane Processes, J. Mallevialle, P. Odendaal, and M.R. Wiesner, Editors. 1996, McGraw-
Hill: New York.
8. Buckley, C. and Hurt, Q., Membrane Applications: A Contaminant-Based Perspective, in
Water Treatment Membran Processes, J. Mallevialle, P. Odendaal, and M.R. Wiesner, Editors.
1996, McGraw-Hill: New York.
9. Taylor, J.S. and Jacobs, E.P., Reverse Osmosis and Nanofiltration, in Water Treatment
Membran Processes, J. Mallevialle, P. Odendaal, and M.R. Wiesner, Editors. 1996, McGraw-
Hill: New York.
10. Anselme, C. and Jacobs, E.P., Ultrafiltration, in Water Treatment Membran Processes, J.
Mallevialle, P. Odendaal, and M.R. Wiesner, Editors. 1996, McGraw-Hill: New York.

11
MEMBRAN UNTUK PENGOLAHAN AIR

11. Schoeman, J.J. and Thompson., M.A., Electrodialysis, in Water Treatment Membran
Processes, J. Mallevialle, P. Odendaal, and M.R. Wiesner, Editors. 1996, McGraw-Hill: New
York.
12. Cartwright, P., Industrial wastewater treatment with membranes-a united states perspective.
Water Science & Technology, 1992. 25(10): p. 373-390.
13. Mallevialle, J., Odendaal, P., and Wiesner, M.R., Water Treatment Membran Processes. Vol.
24. 1996, New York: McGraw-Hill.
14. Wenten, I.G., Taylour, J., Skou, F., Rasmussen, A., and Jonsson, G. Membrane cleaning after
beer clarification. in Fouling and Cleaning in Food Processing, European Commission. 1996.
Jesus College, Cambridge.
15. Michaels, A.S., Membranes, Membrane Processes, and their Applications: Needs, Unsolved
Problems, and Challenges of the 1990’s Desalination, 1990. 77: p. 5-34.
16. Fane, A.G. and Fell, C.J.D., A review of fouling and fouling control in ultrafiltration.
Desalination, 1987. 62: p. 117-136.
17. Matthiasson, E. and Sivik, B., Concentration polarization and fouling. Desalination, 1980. 35:
p. 59-103.
18. Wenten, I., Koenhen, D., Roesink, H., Rasmussen, A., and Jonsson, G., The Backshock
Process: A novel backflush technique in microfiltration. Proceedings of Engineering of
Membrane Processes, II Environmental Applications, Ciocco, Italy, 1994.
19. Wenten, I.G., Mechanisms and control of fouling in crossflow microfiltration. Filtration &
separation, 1995. 32(3): p. 252-253.
20. Jonsson, G. and Wenten, I.G. Control of concentration polarization, fouling and protein
transmission of microfiltration processes within the agro-based industry. in Proceedings of the
ASEAN-EC Workshop on Membrane Technology in Agro-Based Industry, Kuala-Lumpur,
Malaysia. 1994.
21. Wenten, I.G., Application of crossflow membrane filtration for processing industrial
suspensions. 1994, The Technical University of Denmark.
22. Wenten, G., Koenhen, D.M., Roesink, H.D.W., Rasmussen, A., and Jonsson, G. Method for the
removal of components causing turbidity, from a fluid, by means of microfiltration. US Patent
No. US5560828 A. 1996
23. Wenten, I.G. and Jonsson, G.E. Fouling studies during membrane filtration of single-cell
protein suspension. in International Congress on Membranes and Membrane Processes. 1996.
24. Chen, V., Fane, A.G., Madaeni, S., and Wenten, I.G., Particle deposition during membrane
filtration of colloids: transition between concentration polarization and cake formation.
Journal of Membrane Science, 1997. 125(1): p. 109-122.
25. Heyden, W., Seawater desalination by reverse osmosis: Plant design, performance data,
operation and maintenance (Tanajib, Arabian Gulf Coast). Desalination, 1985. 52(2): p. 187-
199.
26. Deeslie, W.D. and Cheryan, M., A CSTR‐hollow fiber system for continuous hydrolysis of
proteins. Performance and kinetics. Biotechnology and Bioengineering, 1981. 23(10): p. 2257-
2271.
27. Manam, J. and Sanderson, E., Membrane bioreactors In: Water Treatment: Membrane Process,
in Water Treatment Membran Processes, J. Mallevialle, P. Odendaal, and M.R. Wiesner,
Editors. 1996, McGraw-Hill: New York.

12

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai