Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................... 4
1.3 Pembatasan Masalah .......................................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penulisan ................................................................................................................ 4
1.5 Manfaat Penulisan .............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................... 6
A. Desalinasi............................................................................................................................... 6
B. Elektrodialisis ......................................................................................................................... 6
B.1 Model operasional proses Elektrodialisis .......................................................................... 7
B.2 Skema alat elektrodialisis................................................................................................. 9
B.3 Prinsip dasar elektrodialisis ............................................................................................ 13
B.4 Mekanisme elektrodialisis.............................................................................................. 13
B.5 Kontaminan yang dapat dihilangkan dengan elektrodialisis.............................................. 15
B.6 Kelebihan dan kekurangan model operasional proses Elektrodialisis ................................ 16
B.7 Aplikasi proses Elektrodialisis ......................................................................................... 17
C. Contoh Soal.......................................................................................................................... 18
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................. 22
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 22
B. Saran ................................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 23

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah zat atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi ini. Karena

keberadaannya yang sangat penting, maka keberadaan dan penggunaanya perlu dijaga dengan

baik. Sebanyak 97,5% bumi kita terdiri dari air, namun yang layak dikonsumsi hanya 2,5 %. Hal

ini menunjukan begitu besar jumlah air namun sedikit sekali air yang bisa digunakan dalam

aktivitas sehari-hari. Sedikitnya resapan air dan seringnya banjir membuat air yang biasa

dikonsumsi menjadi kotor dan berpengaruh pada kualitas air yang digunakan. Belum lagi pengaruh

hujan asam dan polusi udara yang memperburuk kualitas air.

Berikut daftar hujan asam yang ada di Indonesia selama November hingga Desember 2007.

Tabel 1.1 Daftar Hujan yang ada di Indonesia, November-Desember 2007

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,

karena air termasuk salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit. Setiap hari manusia

membutuhkan air untuk mandi, mencuci, minum, dan kebutuhan lainnya. Kebutuhan air yang

digunakan sangatlah krusial karena harus air yang baik, bersih, dan menyehatkan.

Secara kimia kualitas air bersih dibagi ke dalam lima bagian, yaitu :
a) di dalam air minum tidak boleh terdapat zat-zat yang beracun,

b) tidak ada zat yang menimbulkan gangguan kesehatan,

c) tidak mengandung zat-zat kimia yang melebihi batas tertentu sehingga bias menimbulkan

gangguan teknis,

d) tidak boleh mengandung zat-zat kimia yang melebihi batas tertentu sehingga bias

menimbulkan gangguan ekonomi.

Dengan mengacu pada persyaratan di atas, maka keberadaan zat-zat kimia masih

diperbolehkan dalam air minum asalkan jumlahnya tidak melebihi batas yang telah ditentukan oleh

Baku Mutu Air Minum. Secara biologis, air minum tidak boleh mengandung kuman parasit,

kuman patogen, dan bakteri coli. Persyaratan bakteriologis air bersih berdasarkan kandungan

jumlah total bakteri Coliform dalam air bersih setiap 100 ml air contoh menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 adalah :

a) air bersih yang berasal dari selain perpipaan, kadar maksimum yang diperbolehkan untuk

jumlah total bakteri Coliform setiap 100 ml air contoh jumlahnya tidak boleh melebihi 50.

b) air bersih yang berasal dari perpipaan, kadar maksimum total bakteri Coliform tidak

diperbolehkan melebihi 10 per 100 ml air.

Sedangkan secara fisik, air bersih haruslah jernih, tidak berbau, dan tidak berwarna.

Pemilihan kualitas air yang layak dalam setiap kegunaan sangatlah penting untuk

diperhatikan agar efektifitas dan pemeliharaan fungsi kerja dapat berjalan lancar sehingga

kegagalan-kegagalan ataupun kerusakan alat yang ditimbulkan oleh air dapat dihilangkan. Air

dalam industri haruslah memenuhi standar industri yang telah ditetapkan.

Industri kimia melibatkan rangkaian proses untuk menghasilkan suatu produk. Salah satu

proses yang memegang peranan penting adalah proses pemisahan dan pemurnian produk karena

2
tingkat kemurnian suatu produk sangat menentukan keekonomisan dari suatu produk dalam

industri kimia. Sejalan dengan hal itu, berbagai teknologi pemisahan dan pemurnian produk telah

diaplikasikan dan memiliki keunggulan masing – masing.

Kebutuhan akan air bersih telah memacu berbagai pemikiran dari kalangan peniliti untuk

menghasilkan suatu teknologi yang ramah lingkungan. Salah satu teknologi baru dan sangat

menjanjikan adalah teknologi pemisahan dan pemurnian dengan menggunakan membran. Proses

pemisahan dan pemurnian berbasis membran akhir – akhir ini mengalami kemajuan yang sangat

berarti. Karena proses berbasis membran memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan

proses yang telah banyak digunakan selama ini. Beberapa keunggulan tersebut diantaranya adalah

pada proses berbasis membran tidak terjadi perubahan fase yang melibatkan banyak energi serta

dapat beroperasi secara kontinyu.

Proses pemisahan dan pemurnian berbasis membran didasarkan atas terjadinya

perpindahan massa antar komponen oleh adanya driving force yang diberikan dari luar. Driving

force perpindahan massa yang digunakan sangat tergantung pada jenis operasi membran yang

digunakan. Salah satu driving force yang digunakan adalah perbedaan potensial listrik di antara

katoda dan anoda pada proses pemisahan dan pemurnian dengan menggunakan sel elektrodialisis.

Elektrodialisis dapat digunakan untuk memisahkan larutan yang mengandung ion. Dimana pada

sel elektrodialisis diletakkan membran penukar ion dengan susunan tertentu disesuaikan dengan

tujuan pemisahannya.

Proses desalinasi dengan metode elektrodialisis merupakan salah satu alternative

pemenuhan kebutuhan air bersih dan air minum yang berkualitas dan tidak membahayakan

masyarakat. Mengingat melimpahnya sumber daya air yang berasal dari laut, maka perlu dikaji

3
tentang kemungkinan dimanfaatkannya air laut sebagai bahan baku pemenuhan kebutuhan air

bersih bagi masyarakat serta kelebihan yang mungkin didapat ketika menggunakan air laut.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan desalinasi?

1.2.2 Apakah yang dimaksud dengan elektrodialisis?

1.2.3 Bagaimana model operasional serta kelebihan dan kekurangannya?

1.2.4 Bagaimanakah prinsip dasar dan mekanisme desalinasi menggunakan metode

elektrodialisis?

1.2.5 Apa saja aplikasi dalam metode elektrodialisis?

1.3 Pembatasan Masalah

1.3.1 Definisi desalinasi

1.3.2 Definisi metode elektrodialisis

1.3.3 Model operasional serta kelebihan dan kekurangannya

1.3.4 Prinsip dasar dan mekanisme desalinasi dengan metode elektrodialisis

1.3.5 Manfaat dari proses elektrodialisis

1.4 Tujuan Penulisan

1.4.1 Mengetahui dan mengerti definisi dari Elektrodialisis

1.4.2 Mengetahui berbagai macam model operasional serta kelebihan dan kekurangannya

1.4.3 Mengetahui prinsip dan mempelajari mekanisme yang terjadi pada desalinasi air dengan

metode Elektrodialisis

4
1.4.4 Dapat mengaplikasikan proses Elektrodialisis dalam kehidupan sehari-hari

1.5 Manfaat Penulisan

1.5.1. Dapat mengaplikasikan proses desalinasi dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan air bersih.

1.5.2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan akan proses pengolahan air

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Desalinasi

Desalinasi adalah proses pemisahan yang digunakan untuk mengurangi kandungan garam
terlarut dari air garam hingga level tertentu sehingga air dapat digunakan. Desalinasi air laut
mengacu pada proses pembuatan air minum dari air laut asin.

Proses desalinasi melibatkan tiga aliran cairan, yaitu umpan berupa air garam (misalnya air
laut), produk bersalinitas rendah, dan konsentrat bersalinitas tinggi. Produk proses desalinasi
umumnya merupakan air dengan kandungan garam terlarut kurang dari 500 mg/l, yang dapat
digunakan untuk keperluan domestik, industri, dan pertanian. Hasil sampingan dari proses
desalinasi adalah brine. Brine adalah larutan garam berkonsentrasi tinggi (lebih dari 35000
mg/l garam terlarut).

B. Elektrodialisis

Penggunaan elektrodialisis pertamakali oleh Schwein pada tahun 1900 untuk purifikasi
ekstrak gula, kemudian proses elektrodialisis mulai populer setelah tahun 1970 yang banyak
dipergunakan untuk penawaran air payau. Studi tentang elektrodialisis yang dilakukan di
Jerman mulai dilakukan pada awal abad ini (1924) menggunakan sel tunggal dan tanpa
menggunakan membran permeabel, kemudian Manegold dan Kalauch mengusulkan
penggunaan membrane kation dan anion (1939) dan oleh Meyer dan Strauss (1940) dikenalkan
susunan multi sel antara sepasang electrode. Pada tahun 1960, di Amerika dicoba
memproduksi air tawar dari air payau dengan elektrodialisis dan dengan menggunakan
elektrodialisis juga di Jepang dicoba memproduksi garam meja dari air laut.
Elektrodialisis adalah proses pemisahan secara elektrokimia dengan ion-ion berpindah
melintasi membran selektif anion dan kation dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat
akibat aliran arus listrik searah. Arus listrik searah atau DC dapat diperoleh dari arus AC
menjadi DC menggunakan suatu konverter.
Proses pemisahan ion dalam suatu larutan dengan menggunakan alat elektrodialisis
pada prinsipnya adalah dengan memanfaatkan perbedaan kemampuan ion untuk melewati

6
rangkaian membran penukar ion dengan driving force perpindahan ionnya adalah perbedaan
potensial listrik.
Proses elektrodialisis sangat bergantung pada hal – hal sebagai berikut :
1. garam yang terlarut dalam air adalah terdiri dari ion – ion (positif maupun negatif)
2. ion – ion dalam larutan bergerak ke arah elektroda yang memiliki muatan listrik
yang berlawanan dengan muatan ion tersebut.
3. membran yang digunakan dibuat agar bersifat selektif terhadap anion atau kation.
Membran yang digunakan dalam proses elektrodialisis adalah membran penukar ion
atau ion exchange membranes. Membran penukar ion ada dua, yaitu membrane penukar kation
dan membran penukar anion. Membran penukar ion umumnya dibuat dari proses cross linking
polymer dengan menambahkan gugus fungsi untuk masing – masing membran. Membran
penukar kation diberikan gugus fungsi negatif sedangkan membran penukar anion diberikan
gugus fungsi positif.
Jika membran penukar ion diletakkan dalam suatu larutan elektrolit, afinitas membran
penukar ion tersebut akan berbeda untuk setiap jenis ion bermuatan berbeda. Kation atau ion
bermuatan positif akan bergerak menembus membran penukar kation karena adanya gugus
fungsi negatif di dalam membran. Sedangkan anion dalam larutan elektrolit akan tertolak oleh
membran penukar kation karena memiliki muatan yang sama dengan gugus fungsi negatif yang
dimiliki oleh membran penukar kation.
B.1 Model operasional proses Elektrodialisis
Ada tiga bentuk operasional proses elektrodialisis yaitu : batch, feed and bleed dan
kontinu.
B.1.1 Proses batch
Pada sistem batch, feed disirkulasi dari tangki penampung melewati spacer
demineralisasi suatu stack tunggal hingga hasil yang diinginkan.

7
Gambar 1.1 Proses Batch

B.1.2 Proses feed and bleed


Sistem feed and bleed digunakan bila variasi besar pada konsentrasi dari
larutan feed berlawanan dan aliran kontinu produk yang diinginkan. Pada sistem ini,
suatu bagian dari larutan produk diresirkulasi dan dicampur dengan larutan feed.
Larutan campuran ini menjadi feed sesungguhnya. Laju produksi adalah bagian dari
aliran produk yang dikeluarkan dari sistem dan tidak disirkulasi kembali ke stack.

Gambar 1.2 Proses feed and bleed

B.1.3 Proses kontinu


Pada sistem kontinu, aliran diluat membuat suatu lintasan tunggal melewati
stack dan ke luar berupa produk. Aliran konsentrat secara partial diresirkulasi untuk
mengurangi kandungan airnya.

8
Gambar 1.3 Proses Kontinu

B.2 Skema alat elektrodialisis

Gambar 1.4 Skema Alat Desalinasi dengan Proses Elektrodialisis

B.2.1 Modul Membran dan seleksi membran


Untuk dapat mengaplikasikan membran di dalam skala teknik,
umumnya diinginkan membran dengan permukaan yang cukup luas, hal ini
dapat diakomodir dengan mengemas membran di dalam suatu unit yang
biasanya disebut modul.

9
a. Konfigurasi modul
Bentuk konfigurasi modul yang umum digunakan pada proses
elektrodialisis adalah bentuk filter press dan unit-sel.

b. Komponen modul

Gambar 1.5 Stack (Jejeran membran Elektrodialisis)

Keterangan gambar :

1. Plate 8. Aliran masuk anode

2. Elektrode 9. Aliran masuk konsentrat

3. Kompartemen electrode 10. Membran anion

4. Bingkai spacer 11. Membran kation

5. Spacer 12. Aliran masuk diluat

6. Sekrup 13. Aliran masuk katode

7. Bingkai baja (steel)

Modul atau stack sel suatu elektrodialisis terdiri dari pasangan sel membran,
membran kation, membran anion, suatu spacer (pengatur jarak) aliran diluat, suatu
spacer aliran konsentrat, dua elektrode dan kompartemen elektrode. Biasanya pipa-
pipa dibuat sesuai dengan lubang-lubang pada frame spacer, gasket dan frame
akhir. Setiap frame spacer dilengkapi dengan pipa saluran larutan.

10
B.2.2 Membran Elektrodialisis
Membran elektrodialisis adalah penghantar listrik dan tidak tembus air dan
merupakan resin yang dibentuk sebagai lembaran, yangdapat selektif anion atau
kation. Semenjak polimer penukar ion dapat larut dalam air, maka diperlukan
suatu crosslinking untuk mencegah pelarutan dari membran penukar ion. Biasanya
cross linking yang dipergunakan adalah divinyl benzene. Membran elektrodialisis
terdiri dari membran penukar anion dan membran penukar kation. Membran
penukar anion berisi kation sehingga bertindak sebagai barrier (pembatas) bagi
kation, dan membran penukar kation berisi anion bersifat sebagai barrier
(pembatas) bagi anion.

B.2.3 Spacer
Spacer (pengatur jarak) berfungsi untuk memisahkan letak kedua membran
dan sebagai penguat kedudukan membran, selain itu juga untuk mengaturkontrol
larutan feed, karena itu spacer dilengkapi dengan lubang dan saluran untuk lewat
aliran dan sekat (screen). Sekat pada spacer berfungsi untuk menjaga agar
campuran larutan pada permukaan membran dapat maksimum dan diharapkan
hilang tekan dapat seminim mungkin.
Spacer biasanya terbuat dari plastik, tidak menghantar arus listrik sedangkan
cairan pada port (lubang saluran) dan koneksi-koneksinya barlarutan garam
merupakan penghantar arus listrik. Karena sel amat tipis, port juga kecil-kecil. Ada
dua bentuk konfigurasi spacer yang terdiri dari berliku dan berlapis.

Gambar 1.6 Dua bentuk Spacer (a) berliku (b) berlapis

11
B.2.4 Elektroda
Sepasang elektroda dibutuhkan untuk setiap tahapan listrik elektrodialisis,
normalnya tidak lebih dari dua tahapan listrik untuk setiap satu stack membran,
sebaliknya sepasang electrode sebaiknya hanya untuk satu tahapan listrik.
Elektroda adalah yang paling banyak dikenai keadaan korosi, karenanya
elektrode harus terbuat dari logam mulia, biasanya terbuat dari tantalum,
niobium, titanium dilapis platina.
Katode menghasilkan gas Hidrogen dan Soda kaustik, jadi harus pada
sistem aliran terpisah dan terbuat dari stainless stell. Anode menghasilkan gas
khlor dan terjadi reaksi oksidasi sehingga sebaiknya anode terbuat dari platina
atau dilapis titanium. Untuk mencegah terjadinya padatan akibat reaksi antara
gas dan lapisan elektroda, maka sebaiknya dilakukan pembilasan elektroda
dengan menggunakan asam.
Disarankan oleh Meller, asam yang dipergunakan jangan yang mempunyai
pH ekstrim dan bukan asam kuat karena akan menambah terjadinya reaksi pada
electrode. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di ITB, maka asam Sitrat
adalah yang terbaik digunakan sebagai pencuci elektroda.

B.2.5 Stack (jejeran membran)


Ada dua bentuk konfigurasi stack atau jejeran membran yaitu filter press dan
unit sel.
a. Disain bentuk filter press sesuai dengan tahanan lembaran/tumpukan membran
elektrodialisis terdiri dari plate dan frame, lembaran-lembaran membran
masing-masing dipisahkan dengan lembaran plastik sebagai penyekat.
Penyekat tidak menghantarkan arus listrik, sedangkan cairan pada lubang-
lubang dan koneksi-koneksinya berlarutan garam merupakan suatu penghantar.
Tumpukan membran elektrodialisis karena lingkungan korosif, maka bahan
penguatnya harus terbuat dari komponen plastik atau karet, yang dapat stabil
terhadap gangguan mekanis, panas, kimia dan listrik. Lubang ke luar masuknya
harus kuat, bentuknya pun didisain agar tidak mudah tersumbat.

12
b. Untuk disain bentuk sel, setiap sel konsentrat terdiri dari sepasang membran
penukar kation dan membran penukar ion yang ditutup pada bagian tepinya,
setiap sel bisa berisi (50 - 100) pasang membran, biasanya bentuk seperti ini
dipergunakan untuk membuat garam pekat dari air laut.

B.3 Prinsip dasar elektrodialisis


Prinsip proses ini adalah pemisahan ion dari larutan normal dan pengurangan
mineral-mineralnya dengan menggunakan membran bermuatan dan arus listrik yang
diperlukan sebagai gaya dorongnya. Membran yang dipergunakan bersifat selektif atau
permeabel terhadap anion maupun kation.

B.4 Mekanisme elektrodialisis


Gambar berikut memperlihatkan rangkaian sel dalam alat elektrodialisis :

Gambar 1.7 Rangkaian sel dalam alat elektrodialisis

Terlihat bahwa komponen dasar penyusun sel elektrodialisis adalah 2 (dua) buah
elektroda dan 4 (empat) buah membran penukar ion. Membran penukar kation diletakkan
berdekatan dengan elektroda negative (katoda) sedangkan membrane penukar anion
diletakkan berdekatan dengan elektroda positif (anoda). Sedangkan membran penukar ion
yang lain diletakkan berselang seling. Sehingga sel tersebut terbagi menjadi 3 bagian
(kompartemen) ditambah dengan dua kompartemen pencuci elektroda. Elektroda yang

13
digunakan sebaiknya terbuat dari bahan yang bersifat konduktif namun bersifat inert
sehingga tidak ikut berpartisipasi selama proses dijalankan.

Gambar 1.8 Sel Elektrodialisis

(Aciplex Membrane Electrodialysis, 2003)

Pada gambar 1.7 larutan umpan masuk lewat ketiga kompartemen yang ada. Jika
pada sistem tersebut diberikan arus listrik searah, ion-ion positif yang ada dalam larutan
umpan akan mempunyai kecenderungan untuk bergerak ke arah elektroda negatif
(katoda) sedangkan ion-ion negatif cenderung bergerak ke arah elektroda positif (anoda).
Namun pergerakan ion ini terhalang oleh adanya membran penukar ion yang telah
dipasang dalam sel.
Pada gambar 1.8 terlihat bahwa ion Na+ pada kompartemen pertama akan bergerak
ke arah katoda dan menembus membran penukar kation, sehingga kompartemen I akan
miskin dengan ion Na+. Sedangkan ion Na+ yang telah ada di kompartemen II akan tetap
terakumulasi di kompartemen II karena kation cenderung bergerak ke arah katoda, tetapi
pergerakannya terhalang oleh membran penukar anion.
Ion Na+ yang ada di kompartemen III cenderung bergerak ke arah katoda, dan
bergerak menembus membran penukar kation menuju ke kompartemen kedua.
Selanjutnya pergerakan ion N+ ini terhalang oleh adanya membran penukar anion,
sehingga kompartemen III akan miskin dengan ion Na+. Sedangkan kompartemen II akan
kaya dengan ion H+.

14
Ion Cl- yang ada di kompartemen II akan memiliki kecenderungan untuk bergerak
ke arah anoda. Namun karena di sana terpasang membrane penukar kation, maka ion Cl-
akan tetap terjebak dalam larutan dikompartemen II. Ion Cl- yang ada di kompartemen I,
akan cenderung bergerak ke arah anoda (ditunjukkan oleh arah anak panah) dan akan
bergerak menembus membran penukar anion yang ada di sebelahnya. Sehingga terjadi
penumpukkan ion Cl- di kompartemen II. Sehingga pada akhir proses elektrodialisis ini
diharapkan pada ketiga kompartemen tersebut akan terjadi pemisahan ion-ion Na+ dan
Cl-. Kompartemen II akan teraliri oleh larutan yang kaya dengan ion atau dalam proses
elektrodialisis dinamakan sebagai aliran konsentrat, sedangkan kompartemen I dan III
akan miskin dengan ion atau dinamakan sebagai aliran diluat. Aliran yang akan diambil
sebagai produk tergantung dari tujuan proses. Jika tujuan prosesnya adalah untuk
mendapatkan larutan bebas ion, maka produk utamanya adalah diluat, begitu pula
sebaliknya.
Pada elektroda akan terjadi peristiwa elektrolisa. Reaksi yang terjadi pada anoda
dan katoda adalah sebagai berikut :
 Dalam bilik katoda, air mengalami reduksi menghasilkan hidrogen dan ion
hidroksida,
2H2O + 2e-→H2+ 2OH- (1)
 Dalam bilik anoda, air dioksidasi menjadi oksigen dan ion hidrogen,
2H2O →O2+ 4H++ 4e- (2)
 Dan pada anoda dapat pula terbentuk gas khlor :
2Cl-→Cl2+ 2e- (3)
B.5 Kontaminan yang dapat dihilangkan dengan elektrodialisis
Menurut Belfort (1984) senyawa yang mengandung partikel ukuran kecil (0,0004-
0,1)μm dapat dipisahkan dengan menggunakan elektrodialisis. Beberapa tipe
kontaminan yang dapat dihilangkan dari air dan air buangan dengan menggunakan
elektrodialisis seperti tercantum pada Tabel 1.1.

15
Tabel 1.2 Beberapa kontaminan yang dapat di hilangkan dari air dan air buangan

dengan elektrodialisis

Jenis Kontaminan

Sodium Nickel Khlorida Fluorida

Potasium Chromium Sulfat Chromat

Calsium Copper Nitrat Acetat

Magnesium Zinc Phospat Hydroxil

Ammonium Strontium Cyanida TDS

Arsenik Besi Perak

Alumunium

B.6 Kelebihan dan kekurangan model operasional proses Elektrodialisis


Tabel 1.3 Kelebihan dan kekurangan model operasional proses Elektrodialisis

Model operasional Kelebihan Kekurangan

Proses Batch  Laju demineralisasi tinggi Disain cukup kompleks berkaitan


 Bebas fluktuasi pada dengan feed dan produk
komposisi feed
Proses Feed and Bleed  Produksi kontinu  Kecepatan tinggi dari resirkulasi
 Mudah adaptasi terhadap  Konsumsi energy spesifik tinggi
fluktuasi laju alir dan  Disain komplek terhadap
komposisi perpipaan
 Kecepatan demineralisasi
tinggi

16
Proses Kontinu  Konsumsi energi spesifik  Adaptasi terhadap fluktuasi
minimal buruk pada laju aliran feed dan
 Disain sederhana terhadap komposisi
perpipaan dan kontrol  Laju demineralisasi dan laju
aliran saling ketergantungan

Dalam proses elektrodialisis, ada beberapa persamaan yang digunakan, seperti :


a. Perhitungan energy dalam proses elektrodialisis
E=2×I× V× t

Dimana, E = Energi

I = Arus listrik

V = Beda potensial

T = Waktu

b. Perhitungan fluks diluat


J = (z.ΔC.F.m.∆E/∆x).0,0016

Dimana, J = fluks ion melewati membrane


z = bilangan valensi garam NaCl
∆C = beda konsentrasi antara konsentrat dan diluat

m = mobilitas ion NaCl

F = konstanta faraday

ΔE= beda potensial pada membran

B.7 Aplikasi proses Elektrodialisis


Beberapa aplikasi proses elektrodialisis menurut Lacey dan Loeb (1972), Leitz dan
Eisenman (1981), Mani (1991), Katz (1982) dan Hughes, Raubenheimer dan Viljoen
(1992) (Schoeman, 1996) adalah sebagai berikut :

17
1. Desalinasi air payau
2. Pemekatan air laut
3. Desalinasi air laut
4. Recovery metal dan air dari air pencuci electroplating
5. Desalinasi pendingin tower
6. Recovery asam dan basa dari buangan pengasaman asam
7. Demineralisasi larutan anggur
8. Demineralisasi larutan gula
9. Untuk menghilangkan uranium, arsenik, nitrat, perklorat, sulfat

C. Contoh Soal

1. Perhitngan energi proses elektrodialisis

Dalam suatu proses desalinasi dengan metode elektrodialisis membutuhkan arus listrik
sebesar 5,996 A dengan tegangan 4 V. Proses tersebut berlangsung selama 12 jam.
Hitunglah:

a. Energi total yang digunakan selama proses elektrodialisis tersebut

b. Energi yang dibutuhkan untuk setiap kali proses jika digunakan air laut sebanyak
10 liter.

Penyelesaian:

Diketahui : I = 5,996 A

V=4V

t = 12 jam

Vair laut = 10 liter

Ditanya : a. Energi total

b.Energi setiap kali proses dengan Vair laut 10 liter

18
Jawab :

a. E = 2 × I × V × t

= 2 × 5,996 A × 4 V × 12 jam

= 575,616 watt.jam

b. Setiap kali proses dilakukan untuk 10 liter air tawar, sehingga kebutuhan energi
untuk setiap proses adalah :

E = 575,616 watt.jam / 10liter

= 57,5616 watt.jam/liter

2. Perhitungan Fluks Diluat


Hitunglah fluks diluat dari proses desalinasi dengan metode elektrodialisis jika
diketahui beda potensial pada membran sebesar 4 V dengan konsentrasi konsentrat
25.000 ppm dan diluat sebesar 12.700 ppm serta jarak antar membran 2m.
Penyelesaian :

Diketahui : z (bilangan valensi) = 1

C konsentrat = 25.000 ppm

C diluat = 12.700 ppm

F (konstanta faraday) = 96.500 A. dt/mol

m (mobilitas ion NaCl) = 2 mol.m/N.dt

ΔE = 4 V

Δx = 2 m

BM NaCl = 58,5 mol/m3

Ditanya : J (fluks diluat) ?

19
Jawab :

J = (z.ΔC.F.m.∆E/∆x).0,0016

= [1.( 25.103-12,7.103)/58,5 mol/m3. (96.500 A. dt/mol).2 mol.m/N.dt. 4


volt/2m].0,0016

= (1)(0,21.103 mol/m3)(96.500 dt/mol)(2 mol.m./m.kg.dt-2 .dt)(2 watt/m)(0,0016)

= (1)(0,21.103 mol/m3)(96.500dt/mol)(2mol.m./m.kg.dt-2 .dt)(2


m2.kg.dt3/m)(0,0016)

= 129.696 mol/m2.dt

3. Sebutkan dan jelaskan model operasional proses elektrodialisis ?


Pembahasan :
a. Proses batch.
Pada sistem batch, feed disirkulasi dari tangki penampung melewati spacer
demineralisasi suatu stack tunggal hingga hasil yang diinginkan.
b. Proses feed and bleed
Sistem feed and bleed digunakan bila variasi besar pada konsentrasi dari larutan
feed berlawanan dan aliran kontinu produk yang diinginkan. Pada sistem ini,
suatu bagian dari larutan produk diresirkulasi dan dicampur dengan larutan
feed. Larutan campuran ini menjadi feed sesungguhnya.
c. Proses kontinyu
Pada sistem kontinu, aliran diluat membuat suatu lintasan tunggal melewati
stack dan ke luar berupa produk. Aliran konsentrat secara partial diresirkulasi
untuk mengurangi kandungan airnya.

4. Sebutkan apa saja yang sangat mempengaruhi proses elektrodialisis ?


Pembahasan :
1) garam yang terlarut dalam air adalah terdiri dari ion – ion (positif maupun negatif)

20
2) ion – ion dalam larutan bergerak ke arah elektroda yang memiliki muatan listrik
yang berlawanan dengan muatan ion tersebut.
3) membran yang digunakan dibuat agar bersifat selektif terhadap anion atau kation.

5. Bagaiamana mekanisme kerja pada proses elektrodialisis ?


Pembahasan :
Larutan umpan masuk lewat ketiga kompartemen yang ada. Ion-ion positif
bergerak ke arah elektroda negatif (katoda) sedangkan ion-ion negatif bergerak ke arah
elektroda positif (anoda).
Ion Na+ pada kompartemen pertama akan bergerak ke arah katoda dan
menembus membran penukar kation, sehingga kompartemen I akan miskin dengan ion
Na+. Sedangkan ion Na+ yang telah ada di kompartemen II akan tetap terakumulasi di
kompartemen II karena kation cenderung bergerak ke arah katoda, tetapi
pergerakannya terhalang oleh membran penukar anion.
Ion Na+ yang ada di kompartemen III cenderung bergerak ke arah katoda, dan
bergerak menembus membran penukar kation menuju ke kompartemen kedua.
Selanjutnya pergerakan ion N+ ini terhalang oleh adanya membran penukar anion,
sehingga kompartemen III akan miskin dengan ion Na+. Sedangkan kompartemen II
akan kaya dengan ion H+.

Ion Cl- yang ada di kompartemen II akan memiliki kecenderungan untuk bergerak
ke arah anoda. Namun karena di sana terpasang membrane penukar kation, maka ion Cl-
akan tetap terjebak dalam larutan dikompartemen II. Ion Cl- yang ada di kompartemen I,
akan cenderung bergerak ke arah anoda dan akan bergerak menembus membran penukar
anion yang ada di sebelahnya. Sehingga terjadi penumpukkan ion Cl- di kompartemen II.
Aliran yang akan diambil sebagai produk tergantung dari tujuan proses. Jika tujuan
prosesnya adalah untuk mendapatkan larutan bebas ion, maka produk utamanya adalah
diluat, begitu pula sebaliknya.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Elektrodialisis adalah proses pemisahan secara elektrokimia dengan ion-ion berpindah
melintasi membran selektif anion dan kation dari larutan encer ke larutan yang lebih
pekat akibat aliran arus listrik searah. Arus listrik searah atau DC dapat diperoleh dari
arus AC menjadi DC menggunakan suatu konverter.

2. Model operasional proses Elektrodialisis terdiri dari proses batch, feed and bleed, serta
kontinyu.
3. Prinsip dasar elektrodialisis adalah pemisahan ion dari larutan normal dan pengurangan
mineral-mineralnya dengan menggunakan membran bermuatan dan arus listrik yang
diperlukan sebagai gaya dorongnya.

6. Dapat Elektrodialisis dapat diaplikasikan dalam setiap bidang seperti industri,


kenukliran, dan bidang lainnya.

B. Saran
Elektrodialisis merupakan salah satu metode dari proses desalinasi yang mempunyai
banyak manfaat, sangat menjanjikan, dapat memenuhi kebutuhan akan air bersih dan dapat
diaplikasikan dalam berbagai bidang kehidupan untuk mendukung keberlangsungan dan
kesejahteraan hidup manusia. Maka dari itu, perlu dikembangkan dan diterapkannya proses
elektrodialisis dalam kehidupan sehari-hari.

22
DAFTAR PUSTAKA

Dete, M. T. (2014). Skripsi Pengolahan Air Laut Menjadi Air. diakses

dari: http://mansurdete.blogspot.co.id/2014/05/skripsi-pengolahan-air-laut-menjadi-
air.html (Hapsari, 2007)

Fathurahman, H. W. (2000). Pembuatan U(IV) dari U(VI) menggunakan teknik elektrodialisis.


Jakarta: P2TBDU dan P2BGN-BATAN.

Hapsari, N. (2007). Proses Pemisahan Ion K (Kalium) dan Ca (Calsium) dalam Bittern dengan
Membran Elektrodialisis. Jawa Timur.

Redjeki, S. (2011). Desalinasi dengan Membran. Jawa Timur: UPN-Jatim.

Soler, R. (2013). Aplikasi Elektrodialisa. diakses dari:

http://raisyahsoler.blogspot.co.id/2013/01/aplikasi-elektrodialisa.html

23

Anda mungkin juga menyukai