Anda di halaman 1dari 28

PROSES WATER TREATMENT

DI PTPN II PKS UNIT SAWIT HULU

TUGAS

Pengolahan Air dan Limbah Industri Kelapa Sawit

Oleh :

ASTRI SASMITA HARAHAP


NIM. 22 03 020

KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN R.I.


POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS KELAPA SAWIT
2023

i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya lah sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
Pengolahan Air Dan Limbah ini dengan tepat waktu. Adapun Tugas Pengolahan Air
Dan Limbah ini yang berjudul “PROSES WATER TREATMENT DI PTPN II UNIT
SAWIT HULU ”.
Secara pribadi saya juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dosen pengampu Emil Salim Siregar, S.T.,M.Sc.Eng. yang telah banyak
membantu dan membimbing kami dari awal sampai akhir pembelajaran ini.
Secara pribadi saya mengharapkan tugas ini dapat dijadikan sebagai sumber
referensi dan menjadi literatur yang relevan bagi para pembaca. Saya juga
menyadari bahwa tugas ini jauh dari kata sempurna . Kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan. Akhir kata saya
ucapkan terima kasih.

Medan, 20 November 2023


Penulis

ASTRI SASMITA
NIM 22 03 020

ii
DAFTAR ISI
COVER Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. 9
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 11
1.1 Latar Belakang ........................................................................................11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 13
2.1 Pengertian Kelapa Sawit ........................................................................ 13
2.2 Varietas Kelapa Sawit ............................................................................. 14
2.3 Water Treatment .......................................................................................... 17
2.4 Raw water………………………………………………………………….17

2.5 Proses Water Treatment .............................................................................. 18


2.5.1 clarifier………………………………………………………………….19

2.5.2 flokulasi………………………………………………………………19

2.5.3 ion exchanger………………………………………………………...22

2.5.4 Proses softener………………………………………………………23

2.5.5 Proses deminiralization………………………………………………24

2.5.6 Proses boiler………………………………………………………….25

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 28


3.1 KESIMPULAN ...................................................................................... 28
1.1 SARAN .................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 30
LAMPIRAN ......................................................................................................... 31

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Varietas Kelapa sawit ………………………………………….....15
Gambar 2.2 Buah Kelapa Sawit …….…………………………………………16
Gambar 2.5.1 Clarifier tank..…………………………………………………..18
Gambar 2.5.2 Bak Basin (Bak Sedimentasi)……………………..……………20
Gambar 2.6.3 proses pertukaran ion…………………………………………...23
Gambar 2.6.5 Proses Demineralisasi dengan Pertukaran Ion………………….24

9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Air………………….…..31

Lampiran 2. Diagram Alir Proses pengolahan air………………………32

Lampiran 3. Diagram Alir Pengolahan Air …………………………….33

10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan
industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang
dikembangkan dan usaha dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang
telah memiliki izin usaha kawasan industri ( Keppres No.41 Tahun 1999).
Dipilihnya kawasan ini karena nantinya sistem penyaluran ini sangat
dibutuhkan begitu juga dengan IPAL untuk menekan angka kontaminasi
pada lingkungan sekitar. Industri sendiri merupakan perkembangan
peradaban manusia bersumber dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dengan bersamaan akan merusak Sistem kehidupan mencemari
lingkungan.
Ketersediaan air bersih merupakan salah satu pertimbangan utama
bagi pengelola kawasan industri. Pengembang kawasan industri memiliki
kewajiban untuk menyediakan sarana air bersih dan fasilitas pengolahan air
limbah industri yang diatur oleh Peraturan Menteri Perindustrian Nomor
35/M-IND/PER/3/2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri.
Air sangat penting bagi kehidupan sehari-hari dan berfungsi sebagai
elemen penting untuk kesehatan, kebersihan, dan produktivitas komunitas
kita. Oleh karena itu perlu adanya metode-metode untuk mengelola air kita
supaya kualitasnya terjaga. Seiring berkembangnya zaman, muncul
beberapa metode untuk mengelola air yang telah habis pakai atau kotor
menjadi bersih kembali. Metode pengelolaan air ini sering disebut sebagai
water treatment.
Water treatment adalah proses pengolahan peningkatkan kualitas air
agar lebih diterima untuk penggunaan akhir dengan kondisi tertentu.
Penggunaan akhir yang dimaksud adalah minum, pasokan air industri,
irigasi, pemeliharaan aliran sungai, rekreasi air atau banyak kegunaan
lainnya, termasuk dengan aman dikembalikan ke lingkungan.

11
Untuk memenuhi standar operasional di Industri mengenai
permasalahan air, Industri harus merancang dan membuat peralatan
pengolahan air industri. Pengolahan air industri dapat mencegah korosi,
kerak, pertumbuhan biologis dan untuk memastikan bahwa standar
pembuangan air terpenuhi. Tanpa penghapusan mineral berbahaya, dan gas
korosif, infrastruktur peralatan proses industri seperti sistem perpipaan,
menara pendingin, dan boiler semuanya akan mengalami potensi korosi dan
kegagalan sistem yang besar. Kegagalan sistem dapat terjadi ketika proses
pengolahan air industri menjadi tidak seimbang dan komponen penting
terpapar zat korosif yang berbahaya. Peralatan penting seperti produksi uap
seringkali terhenti karena kerak atau korosi yang mengurangi efisiensi.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pengolahan air (water treatment)
2. Untuk mengetahui karasteristik dari raw water
3. Untuk mengetahui parameter dari air baku
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pengolahan air?
2. Apa saja yang di tambahkan pada saat proses pembentukan flok?
3. Bagaimana proses air hasil wtp saat di boiler?

12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis Quineensis Jack) merupakan
tumbuhan tropis golongan plasma yang termasuk tanaman tahunan. Buah
sawit berukuran kecil antara 12-18 gr/butir yang duduk pada bulir. Setiap
bulir terdiri dari 10-18 butir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan.
Beberapa bulir bersatu membentuk tandan. Buah sawit yang dipanen dalam
bentuk tandan disebut dengan tandan buah sawit.
Tanaman buah sawit sudah mulai menghasilkan pada umur 24-30
bulan. Buah yang pertama keluar masih dinyatakan dengan buah pasir
artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena masih mengandung minyak
yang rendah. Dalam satu pohon dijumpai bunga betina dan bunga jantan
yang berbeda, sehingga penyerbukannya disebut penyerbukan silang.
Jumlah bunga betina dan bunga jantan yang berbeda, sehingga
penyerbukannya disebut penyerbukan silang. Jumlah bunga betina dan
bunga jantan yang terbentuk dipengaruhi oleh sifat tanaman dan pengaruh
lingkungan seperti penyinaran, pemupukan dan perlakuan lainnya. Umur
buah tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman dan iklim. Umumnya
buah dapat dipanen setelah berumur 6 bulan terhitung sejak penyerbukan.
(Naibaho,2018)
Kelapa sawit adalah tumbuhan industri/ perkebunan yang berguna
sebagai penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar.
Pohon Kelapa Sawit terdiri dari dua spesies yaitu elaeis guineensis dan
elaeis oleifera yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran
minyak kelapa sawit. Pohon Kelapa Sawit elaeis guineensis, berasal dari
Afrika barat diantara Angola dan Gambia, pohon kelapa sawit elaeis
oleifera, berasal dari Amerika tengah dan Amerika selatan. Kelapa sawit
menjadi populer setelah revolusi industri pada akhir abad ke-19. (Dinas
Perkebunan Indonesia, 2007: 1).

13
Saat ini tanaman kelapa sawit menjadi salah satu andalan atau
komoditas yang unggulan dalam sektor perkebunan dan merupakan
komoditas ekspor yang berperan penting dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Minyak sawit merupakan produk perkebunan
yang memilki prospek yang sangat cerah karena seiring dengan berjalannya
waktu, industri-industri yang berbasis bahan baku produk kelapa sawit
berkembang dengan sangat pesat. Selain itu, kelapa sawit juga memilki
produk olahan yang beraneka ragam seperti bahan makanan, bahan industri,
kosmetik dan obat-obatan.Tanaman kelapa sawit merupakan tumbuhan
tropis golongan palma yang termasuk tanaman tahunan. Kelapa sawit yang
dikenal yaitu Dura, Psifera dan Tenera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan
berdasarkan penampang irisan buah, yaitu jenis Dura memiliki tempurung
yang tebal, jenis Psifera memiliki biji yang kecil dengan tempurung yang
tipis, sedangkan Tenera yang merupakan hasil persilangan Dura dan Psifera
menghasilkan buah bertempurung tipis dan inti yang besar (Hadriman,
2014)
2.2 Varietas Kelapa Sawit
Kelapa sawit mempunyai beberapa jenis atau varietas yaitu Dura,
Tenera, dan Psifera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan dengan cara memotong
buahnya secara memanjang atau melintang. Ketiga varietas kelapa sawit
yang pembagiannya didasarkan pada perbedaan perbandingan antara tebal
tipisnya serat (pericarp) dan lapisan cangkang (shell) yaitu :
a. Dura (D)
Dura memiliki inti besar dan bijinya tidak dikelilingi serabut,
dengan seratnya berkisar 35-50%. Dura memiliki inti besar dengan
cangkang tebal serta daging buahnya tipis.
b. Tenera (T)
Tenera merupakan hasil persilangan antara dura dan psifera,
memilik cangkang tipis dengan cincin serat disekeliling biji serta daging
buah berkisar 60-96%. Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang mempunyai
induknya yaitu dura dan psifera. Varietas inilah yang banyak ditanam
didaerah perkebunan pada saat ini.

14
c. Pesifera (P)
Jenis psifera memiliki ketebalan tempurung yang sangat tipis
bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging
buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan biji sangat kecil sehingga
kandungan minyak kelapa sawitnya juga tinggi.
Tandan kelapa sawit baru dapat memproduksi setelah berumur
sekitar 3 bulan setelah ditanam di lapangan. Buah yang dihasilkan disebut
tandan buah segar (TBS) atau fresh fruit bunch (FFB). Produktivitas
tanaman kelapa sawit meningkat mulai 3–14 tahun dan akan menurun
kembali setelah umur 15–25 tahun. Setiap pohon sawit dapat menghasilkan
10–15 TBS pertahun dengan berat 15–30 kg per tahun, tergantung umur
tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1.000–3.000 brondolan dengan berat
brondolan berkisar 10–20 gr. (Pahan, 2012)

Gambar 2.1 : Varietas Kelapa Sawit


(Sumber: Fauzi Yan, 2012 )
Adapun bagian – bagian dari buah kelapa sawit adalah sebagai
berikut :
2. Eksocarp
Eksocarp atau kulit luar yang keras dan licin, ketika buah masih
muda warnanya hitam, ungu tua ataupun hijau. Semakin tua buah, warnanya
berubah menjadi orange atau kuning orange.
3. Mesocarp

15
Mesocarp atau serabut, diantara jaringan-jaringannya ada sel
pengisi seperti spons tau karet busa yang sangat banyak megandung minyak
(CPO). Jika buah sudah masak.
4. Endocarp
Endocarp atau tempurung, ketika buah masih muda endocarp
memiliki tekstur lunak dan berwarna putih. Ketika buah sudah tua endocarp
berubah menjadi keras dan berwarna hitam. Ketebalan endocarp tergantung
pada varietasnya. Contohnya varietas dura memiliki endocarp sangat tebal,
sedangkan varietas psifera sangat tipis bahkan tanpa endocarp.
5. Kernel
Kernel atau biji (nut), inti dapat disamakan dengan daging buah,
tetapi bentuknya lebih padat dan tidak berisi air buah. Kernel mengandung
minyak (CPKO) sebesar 3% dari berat tandan, berwarna jernih, dan bermutu
sangat tinggi. Biji kelapa sawit atau kernel (nut) terdiri dari 3 bagian sebagai
berikut :
a. Kulit biji (Sphermodermis) disebut cangkang (Shell)
b. Tali pusat (Funiculus)
c. Inti biji (Nucleus Seminis)
Didalam inti inilah terdapat lembaga atau embrio yang merupakan
calon tanaman baru. (Heryani dan Nugroho, 2017)
Berikut adalah gambar lapisan dari buah kelapa sawit.

Gambar 2.2 : Buah Kelapa Sawit


(Sumber: Hamburg, 2013)

16
2.3 Water Treatment
Water Treatment atau pengolahan air adalah proses pengolahan air
yang meningkatkan kuali-tas air agar lebih bisa digunakan untuk
penggunaan akhir tertentu. Penggunaan akhir tersebut diantara lain untuk
kebutuhan air minum, pasokan air industri, pencuci tangan dan banyak
kegunaan lainnya termasuk diantaranya aman saat dikembalikan ke
lingkungan atau alam. Kebanyakan limbah di saluran air berasal dari
do-mestik, industri, pertanian, dan pertenakan. Water treatment atau
pengolahan air ini menghilangkan kontaminan dan komponen yang tidak
diinginkan, atau mengurangi konsentrasinya sehingga air menjadi layak
untuk penggunaan akhir yang diinginkan.Secara umum proses pen-golahan
air terdiri dari tiga tahapan. Yang terdiri dari penampungan awal, unit
pengolahan dan penampungan akhir.Untuk melakukan pros-es-proses
penjernihan air agar dapat diguanakan dan dikembalikan kealam dengan
baik menggunakan beberapa alat yang memerlukan sumber listrik sepeti,
PLN dan penggunaan listrik mandiri (solar cell). Penggunaan listrik ini
diharuskan memilih daya yang lebih kecil sekitar 5170 Watt agar efesiensi
sistem lebih besar (Veber et al., 1995)
2.4 Raw water
Raw Water adalah air yang diperoleh dari dalam tanah dengan
bantuan submersible pump dan sudah mengalami desinfeksi menggunakan
chlorin kemudian ditampung di tanki penyimpanan. Air ini dikenal juga
sebagai deep well water. Pemakaian air ini adalah untuk proses sehari- hari
diindustri seperti pencucian di kantin, penyiraman tanah, dan untuk kamar
mandi dan toilet. Raw water ini adalah bahan baku untuk air dengan grade
yang lebih tinggi yaitu filter water.
Klarifikasi air baku (raw water clarification) adalah proses
pengolahan air yang bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel padat
dan kontaminan yang terdapat dalam air baku sebelum air tersebut
digunakan dalam berbagai aplikasi industri atau konsumsi manusia. Tujuan
utama dari klarifikasi air baku adalah untuk meningkatkan kualitas air

17
dengan menghilangkan materi yang bisa mencemari air dan mengganggu
berbagai proses industri.
Proses klarifikasi ini melibatkan beberapa langkah, seperti
pengendapan, flokulasi, dan penyaringan, tergantung pada tingkat
kekeruhan dan jenis kontaminan yang terdapat dalam air baku.
2.5 Proses Water Treatment
Water treatment merupakan proses pengolahan air dimana air
tersebut diolah untuk menghilangkan kontaminan yang ada di dalamnya.
Proses pengolahan air ini dibagi menjadi tiga proses yaitu :
1. Pengolahan air secara kimia
2. Pengolahan air secara fisika
3. Pengolahan air secara biologi
2.5.1 Clarifier
Clarifier merupakan suatu tank berbentuk kerucut yang didalamnya
sering dilakukan pengendendapan awal, didalam tank tersebut terjadi
pengendapan partikel halus yang tidak dapat diendapkan pada bak
sedimentasi. Alat ini berfungsi untuk memisahkan partikel berat dengan
aliran berputar. Partikel dengan berat jenis < I akan bergerak menuju
permukaan air > 1 akan mengendap kedasar clarifier.

2.5.1 Gambar clarifier tank

18
Pada dasarnya air dipompakan ke tengah clarifier tank dengan suatu
effect cyclonic untuk memastikan bahan kimia tercampur merata dengan
air, proses koagulasi mulai terjadi dibawah kerucut dan menurun akibat
turunnya kecepatan air dan mengendap sehingga membentuk sludge
blunket. Senyawa yang berbentuk koloidal yang keluar dari bak
sedimentasi dapat dipisahkan pada alat clarifler jika air sebelum
memasuki clarifier diberikan bahan kimia flokulan, bahan kimia yang
biasa digunakan pada tank clarifier yaitu aluminium sulfat (Tawas) dan
Soda Ash. Untuk mengurangi sludge blanket perlu dilakukan bloedown
secara terkontrol (Naibaho,P., 2016).

2.5.2 Koagulasi dan Flokulasi


Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena
penambahan sintetik tertentu sehingga partikel partikel tersebut bersifat
netral dan membentuk endapan karena adanya gaya grafitasi. Salah satu cara
pengolahan air adalah melalui proses koagulasi- flokulasi. Pemisahan
koloid dapat dilakukan dengan cara penambahan koagulan sintetik ataupun
koagulan alami yang diikuti dengan pengadukan lambat pada proses
flokulasi sehingga menyebabkan penggumpalan partikel-partikel koloid
yang kemudian semakin besar dapat dipisahkan dengan sedimentasi. Proses
koagulasi-flokulasi dapat menggunakan bahan koagulan sintetis dan alami.
Proses koagulasi merupakan proses destabilisasi koloid dengan adanya
penambahan koagulan. Bahan koagulan dapat berupa sintetik
seperti ferro sulfat (FeSO4), Aluminium sulfat (Al2(SO)) dan Poly
Aluminium Chloride (PAC) (Naibaho, P., 2016).
Flokulasi adalah penyisihan kekeruhan air dengan cara
penggumpalan partikel kecil menjadi partikel yang lebih besar. Pada proses
flokulasi terjadi penggumpalan mikro flok menjadi makro flok yang sudah
terbentuk pada proses koagulasi (Naibaho, P., 2016). Koagulan sintetik
adalah garam logam yang bereaksi dengan air yang bersifat alkali (basa)
untuk menghasilkan flok logam hidroksida yang tidak larut, dimana flok
yang terbentuk tidak dapat digolongkan sebagai partikel koloid.
Pengendapan yang baik adalah terbentuknya flok-flok yang menghasilkan

19
padatan yang dapat turun. Koagulan sintetik yang digunakan untuk
pengolahan air adalah aluminium sulfat (Al2(SO4)3. Untuk koagulan
(Al2(SO4)3. 18H2O,ketika penambahan koagulan ke dalam air kotor
disertai pengadukan cepat. Namun pada kondisi sebenarnya ada beberapa
tahapan reaksi yang harus dilalui, yaitu ionisasi (Al2(SO4); dalam air untuk
membentuk ion Al³ dan ion sulfat (SO2) yang diikuti dengan reaksi
hidrolisis dengan H₂O untuk membentuk logam hidroksida dan ion
hydrogen, seperti reaksi dibawah ini
Al*+ 3H₂O →AI(OH), +3H'
Bak basin befungsi untuk menampung air yang keluar dari Clarifier
Tank Air ini biasanya masih keruh dan mengandung zat-zat padatan halus
tidak larut dalam air, zat-zat padatan tersebut harus dihilangkan melalui
pengendapan dan dengan aliran secara Overflow untuk mendapatkan air
yang lebih jemnih (Naibaho, P., 2016).

Gambar 2.5.2 Bak Basin (Bak Sedimentasi)

2.5.3 Proses Anion-Kation Exchanger


Pertukaran ion secara luas digunakan untuk pengolahan air dan
limbah cair, terutama digunakan pada proses penghilangan kesadahan dan
dalam proses demineralisasi air.Proses pertukaran ion pada industri
pengolahan air dan limbah cair, banyak diterapkan untuk proses
penghilangan kesadahan dan demineralisasi air. Sebagai bahan yang
digunakan untuk keperluan proses ini dapat dibedakan menurut ion

20
penukarnya, yakni catiaon exchange pertukaran ion positif) dan anion
exchange (pertukaran ion negatif). Sebagai bahan penukar ion positif yang
umumnya digunakan adalan ion Natriun (Na+) dan ion hidrogen (H+),
sedangkan bahan penukar ion negatif umumnya yang digunakan adalah
(OH-).
Pertukaran ion adalah sebuah proses fisika-kimia. Pada proses
tersebut senyawa yang tidak larut, dalam hal ini resin, menerima ion positif
atau negatif tertentu dari larutan dan melepaskan ion lain ke dalam larutan
tersebut dalam jumlah ekivalen yang sama. Jika ion yang dipertukarkan
berupa kation, maka resin tersebut dinamakan resin penukar kation, dan jika
ion yang dipertukarkan berupa anion, maka resin tersebut dinamakan resin
penukar anion.
Dalam pengolahan air minum, media ion exchange harus memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
a. Memiliki ion dalam media ion exchange itu sendiri;
b. Tidak larut dalam air;
c. Memiliki luas permukaan yang cukup pada struktur pori-pori
sehingga mudah bagi ion untuk melewatinya;
d. Memiliki kapasitas ion exchange dan dapat diregenerasi
dengan bahan kimia yang sesuai;
e. Bersifat tahan lama dan stabil secara kimia;
f. Tidak beracun dan dalam penggunaannya tidak mewarnai
air.
Fungsi dari ion exchange adalah:
a. Demineralisi air;
b. Penyisihan amoniak;
c. Penyisihan logam berat;
d. Pengolahan radioaktif tingkat tinggi dan tingkat rendah.

Kriteria desain kolom penukar ion:


a. Kedalaman resin 2,0-8,5 ft;
b. Laju alir larutan 1-8 gpm/ft2;

21
c. Ukuran diameter butiran (0,1-1) mm;
d. Tingkat kolom harus memungkinkan terjadinya ekspansi
resin (resin bergerak mengembang) selama backwash, tinggi
maksimum kolom ± 12 ft;
e. Selama backwash, zeolit berekspansi 25% dari
kedalamannya sedangkan resin sintetis akan mengembang
75-100% dari kedalamannya semula;
f. Bila tinggi kolom yang dikehendaki besar dari 12 ft,
digunakan 2 buah kolom. Salah satu jenis kolom ialah kolom
silinder baja dengan tinggi kolom 12 ft dan diameter 3 inchi.
Contoh reaksi pertukaran kation dan reaksi pertukaran anion disajikan pada
reaksi di bawah ini :
1. Reaksi pertukaran kation :
2NaR (s) + CaCl2 (aq) CaR(s) + 2 NaCl(aq) (2.1)
2. Reaksi pertukaran anion :
2RCl (s) + Na2SO4 R2SO4(s) + 2 NaCl (2.2)
Reaksi 1 menyatakan bahwa larutan yang mengandung CaCl2
diolah dengan resin penukar kation NaR, dengan R menyatakan resin. Resin
mempertukarkan ion Na+ larutan dan melepaskan ion Na+ yang dimilikinya
ke dalam larutan. Proses penukaran kation yang diikuti dengan penukaran
anion untuk mendapatkan air demin (demineralized water). Tahap
terjadinya reaksi pertukaran ion disebut tahap layanan (service).
Jika resin tersebut telah mempertukarkan semua ion Na+ yang
dimilikinya, maka reaksi pertukaran ion akan terhenti. Pada saat itu resin
dikatakan telah mencapai titik habis (exhausted), sehingga harus
diregenerasi dengan larutan yang mengandung ion Na+ seperti NaCl. Tahap
regenerasi merupakan kebalikan dari tahap layanan.Reaksi yang terjadi
pada tahap regenerasi merupakan kebalikan reaksi 1. Resin penukar kation
yang mempertukarkan ion Na+ tahap tersebut di atas dinamakan resin
penukar kation dengan siklus Na. Resin penukar kation dengan siklus H
akan mempertukarkan ion H+ pada tahap layanan dan regenerasi.

22
Gambar 2.6.3 proses pertukaran ion
2.6.4 Proses Softener
Proses softening ( pelunakan ) bertujuan untuk mengurangi kadar
kesadahan air yang biasanya digunakan sebagai air umpan boiler. Proses
softening dilakukan dengan 2 cara, yaitu : preaifitasi kimia dan pertukaran
ion. Presipitasi kimia dilakukan dengan cara mengubah kesadahan kalsium
dan magnesium yang mempunyai kelarutan kecil menjadi kalsium karbonat
dan magnesium hidroksida yang mempunyai kelarutan besar. Presipitasi
kimia dilakukan dengan 2 cara pengolahan, yaitu : Proses Kapur Soda Abu
dan Proses Soda Kaustik.
A. Proses Kapur Abu Soda
Proses presipitasi kimia dengan Kapur Soda Abu mampu mengubah
bentuk kesadahan karbonat (CH) dan magnesium non karbonat
(MgNCH) menjadi spesies terendapkan dengan bantuan penambahan
kapur (CaO). Spesies hasil reaksi tersebut merupakan bentuk padatan
terendapkan ( disimbolkan dengan s ) yang mempunyai densitas cukup
untuk melakukan pengendapan secara gravitas.
B. Proses Soda Kaustik

23
Semua bentuk senyawa sadah dapat diubah menjadi bentuk yang
terendapkan dengan penambahan soda kaustik (NaOH).
2.6.5 Proses Deminiralization
Proses demineralisasi adalah suatu proses penghilangan garam-
garam mineral yang ada didalam air, sehingga air yang dihasilkan
mempunyai kemurnian yang tinggi. Padadasarnya proses ini seperti apa
yang dilakukan didalam pelunakan air secara pertukaran ion. Bahan penukar
ion yang digunakan terdiri dari penukar kation dan penukar anion. Penukar
kation dikenal orang dengan sebutan Resin asam karena penukar ion-nya
adalah ion hidrogen (H+), sedangkan penukar anion dikenal dengan sebutan
Resin basa karena penukar ion-nya adalah ion hidroksida (OH-). Resin asam
secara umum ditulis dengan simbul H2R dan Resin basa dengan simbul
R(OH)2.

Gambar 2.6.5 Proses Demineralisasi dengan Pertukaran


Ion

24
Kedua macam Resin ini dapat ditempatkan secara terpisah pada dua buah
bejana ataupun dalam satu buah bejana.Susunannya harus berurutan (seri)
dimana yang pertama adalah Resin asam dan yang berikutnyaadalah Resin
basa. Resin asam berfungsi untuk merubah garam-garam mineral menjadi
asam, dan Resin basa berfungsi untuk merubah (menetralkan) asam yang
dihasilkan dari reaksi pertama menjadi air murni.
2.6.6 Boiler
Dalam mengoperasikan WTP, anda perlu menjaga kualitas air boiler
agar tidak terjadi kegagalan yang menyebabkan masalah serius. Lazimnya,
proses analisa air boiler dapat dilakukan dengan menghadirkan pH air
dengan standar aman kisaran 9,5 hingga 11,5. Meski demikian, anda juga
bisa menghadirkan air umpan boiler dalam tangki penampungan dengan
kisaran pH 6-9.Selain memahami sistem analisa penggunaan air boiler, anda
juga perlu memahami masalah yang bisa terjadi ketika penggunaan air
boiler di bawah maupun di atas standar aman. Penggunaan air dengan pH di
bawah standar biasanya akan menyebabkan bahan kimia tidak bekerja
dengan baik, sehingga memicu carry over dan menyebabkan kerak di
sepanjang pipa jalur steam ke turbin.Sebaliknya, penggunaan air boiler di
atas standar dapat menyebabkan foaming. Hal ini dapat ditandai dengan
ketinggian tegangan permukaan air yang memicu gelembung pada air
boiler. Begitu pula, penggunaan caustik (NaOH) yang terlalu berlebihan
juga dapat menimbulkan korosi pada WTP atau Water Treatment Plant yang
digunakan.
Pabrik kelapa sawit juga membutuhkan reverse osmosis atau RO
guna memurnikan air yang digunakan untuk mengolah kelapa sawit. Proses
pemurnian yang dihadirkan oleh pabrik kelapa sawit dilakukan dengan
menghilangkan ion, molekul dan berbagai jenis partikel lain dengan ukuran
yang lebih besar.
Proses pengalihan hasil WTP menuju boiler masuk ke daerator.
Prinsip kerjanya adalah air pengisi dialirkan di dalam pipa, dan uap panas
mengalir di luar pipa. Setelah dipanasi di LP Heater air pengisi kemudian

25
dialirkan menuju deaerator untuk proses penghilangan unsur oksigen yang
masih terkandung dalam air pengisi. Didalam deaerator terjadi kontak
langsung antara air pengisi dan uap oleh karena itu disebut open feed water.
Uap akan memisahkan gas dari air pengisi untuk kemudian gas- gas tersebut
bergerak dengan cepat ke bagian atas daearator dan selanjutnya dibuang ke
atmosfir. Uap yang digunakan berasal dari ekstraksi uap HP Turbine.
Setelah dari daearator air langsung dipompakan oleh boiler feed pump
menuju ekonomiser. Tapi sebelum ke economizer air terlebih dahulu
dilewatkan HP heater untuk memanaskan air pengisi. Prinsip kerja dari HP
heater sama dengan LP heater, bedanya hanya pada tekanan dan
temperaturnya. Di HP heater tekanan dan temperaturnya lebih tinggi
dibandingkan tekanan dan temperatur di LP heater. Setelah melewati HP
heater air kemudian masuk ke economizer untuk dipanaskan lagi sebelum
masuk ke steam drum.
Steam drum adalah alat yang digunakan untuk menampung
sekaligus memisahkan air pengisi boiler yang masih berbentuk air dengan
yang sudah berbentuk uap basah. Prinsip kerjanya secara alami, maksudnya
adalah air yang sudah menjadi uap akan berada di atas, dan yang masih
berwujud berwujud air akan berada di bagian bawah steam drum. Uap akan
langsung dialirkan ke superheater, sementara air akan turun melewati water
wall untuk diuapkan dan kemudian dialirkan ke superheater. Di superheater
uap basah dari steam drum dan water wall akan dipanaskan lagi menjadi uap
panas lanjut. Uap panas lanjut ini kemudian dialirkan ke HP turbine untuk
memutar sudu- sudu HP turbine.Setelah digunakan di HP turbine uap akan
mengalami ekspansi (tekanan dan temperatur uap turun). Uap tidak
dipanaskan lagi, tapi langsung dialirkan ke LP turbine untuk memutar sudu-
sudu LP turbine. Terakhir uap yang keluar dari LP turbine kemudian
dialirkan di kondensor untuk di kondensasikan menjadi air pengisi. Proses
kondensasi uap menggunakan media air sungai setelah diproses di
Pretreatment

26
system sebagai pendinginnya yang dipompakan oleh CWP (Circulating
Water Pump). Air kondensat ini kemudian digunakan lagi sebagai air
pengisi boiler dengan proses yang sama.(Rosidah;., 2018)

27
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
1. Dapat mengetahui cara pengolahan air (water treatment) yaitu, a. Tahap
Koagulasi (Coagulation) Pada tahap ini, air yang berasal dari penampungan
awal diproses dengan menambahkan zat kimiaTawas (alum) atau zat sejenis
seperti zat garam besi (Salts Iron) atau dengan menggunakan sistem
pengadukan cepat (Rapid Mixing). Air yang kotor atau keruh umumnya karena
mengandung berbagai partikel koloid yang tidak terpengaruh gaya gravitasi
sehingga tidak bisa mengendap dengan sendirinya. Tujuan dari tahap ini adalah
untuk menghancurkan partikel koloid (yang menyebabkan air keruh) tadi
sehingga terbentuk partikel-partikel kecil namun masih sulit untuk mengendap
dengan sendirinya.
b. Tahap Flokulasi (Flocculation)Proses Flokulasi adalah proses penyisihan
kekeruhan air dengan cara penggumpalan partikel untuk dijadikan partikel
yang lebih besar (partikel Flok). Pada tahap ini, partikel-partikel kecil yang
terkandung dalam air digumpalkan menjadi partikel-partikel yang berukuran
lebih besar (Flok) sehingga dapat mengendap dengan sendirinya (karena
gravitasi) pada proses berikutnya. Di proses Flokulasi ini dilakukan dengan
cara pengadukan lambat (Slow Mixing). c. Tahap Pengendapan
(Sedimentation) Pada tahap ini partikel-patikel flok tersebut mengendap secara
alami di dasar penampungan karena massa jenisnya lebih besar dari unsur air.
Kemudian air di alirkan masuk ke tahap penyaringan di Unit Filtrasi.d. Tahap
Penyaringan (Filtration Pada tahap ini air disaring melewati media penyaring
yang disusun dari bahan-bahan biasanya berupa pasir dan kerikil silica. Proses
ini ditujukan untuk menghilangkan bahan-bahan terlarut dan tak terlarut.
2. Dapat mengetahui karasteristik dari raw water yaitu berwujud padatan (es),
cairan (air), dan gas (uap air) 12. Air memiliki beberapa karakteristik, di
antaranya: Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau dalam
kondisi standar 12. Air memiliki titik didih 100°C dan titik beku 0°C 3.
3. Dapat mengetahui parameter dari air baku yaitu Parameter-parameter yang
digunakan dalam air limbah yaitu BOD, COD, DO, hardness, settleable solid,

28
Total Suspended Solid, Mixed Liquor Suspended Solid, Mixed Liquor Volatile
Suspended Solid.

1.1 SARAN
Sebaiknya dalam kehidupan sehari-hari kita bisa mengelolah air limbah
menjadi air baku dengan cara yang sederhana misalnya flokulasi,
koagulasi,sedimentasi dan filtrasi.

29
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan perairan. Yogyakarta: Kanisius .
Endar Budi Sasongko, E. W. (2014). Kajian Kualitas Air dan penggunaaan sumur
gali oleh masyarakat di sekitar kawasan kabupaten cilacap. Semarang:
UNDIP.
Megawati, C. Y. (2014). Sebaran Kualitas Perairan ditinjau dari zat hara, oksigen
terlarut dan pH di perairan selatan Bali bagian Selatan. Semarang:
UNDIP.
Naibaho, P. M. (2016). Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat
penelitian kelapa sawit.
Naibaho, P. M.2018. “Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit”. Pusat penelitian
kelapa sawit: Medan.
Pahan, I., 2006. “Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisinis dari Hulu
hingga Hilir”. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pararaja. (2008). Meninjau: Proses Koagulasi dan Flokulasi dalam suatu Instalasi
Pengolahan Air. Bandung: Erlangga
Posman Sibuea, 2014. “Minyak Kelapa Sawit: Teknologi dan Manfaatnya untuk
Pangan Nutrasetikal”. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Purba, A.R., Akiyat, A.D. Koedadiri, E.S. Dja’far, Sutarta, I.Y. Harahap
dkk.,(2005),Budidaya Kelapa Sawit,Pusat Penelitian Kelapa Sawit,
Medan,(1-2).
Rahardja, I.B., Daraquthni, Z., dan Ramadhan, A.I. (2019). Potential of Palm Oil
Solid Waste as Steam Power Fuel (Case Study at XYZ Palm Oil Mill).
Journal of Applied Sciences and Advanced Technology, 2(2), 33-38.
Raharja, I., Abinanda, E., Siregar, A, L.2022.Water Tube Boiler Pabrik Kelapa
Sawit Kapasitas 45 Ton/Jam.Bekasi. Jurnal Citra Widya Edukasi Vol 14
Rosidah;. (2018). Bab Ii Landasan Teori. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 8–24.
Veber, E. V., Yulistio, N., Fitriyah, Q., Wahyudi, M., Eko, P., & 1. (1995). Water
Treatment Water Treatment. Public Health Engineering, 206(403), 1–5.

30
LAMPIRAN

Lampiran 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Air

31
Lampiran 2. Diagram Alir Proses pengolahan air di ptpn II

32
Lampiran 3. Diagram Alir Pengolahan Air

33

Anda mungkin juga menyukai