Anda di halaman 1dari 22

1

LAPORAN MANAJEMEN TATA LINGKUNGAN AKUAKULTUR

MANAJEMEN TATA LINGKUNGAN KOLAM BALAI BENIH


IKAN SIPUNGGUK

OLEH :
KELOMPOK 13

ADE HIDAYAT ILKA 1804112072


JULIO WILLIAM SIREGAR 1804111964
KHOFIFAH AKHYANI LUBIS 1804111590
LULUQ RAYSHA 1804112056
SHECY GABRILEA L. TOBING 1804111865

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Ir. Niken Ayu Pamukas, M. Si

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan begitu banyak rahmat dan karunianya kepada kami, sehingga Laporan dari

kelompok 13 tentang “Manajemen Tata Lingkungan Kolam Balai Benih Ikan

Sipunggguk” dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak

Amiruddin sebagai narasumber 1 dan Bapak Ajis Mustofa sebagai narasumber ke- 2

serta dosen yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan arahan-arahan,

saran, serta petunjuk selama selama penyusunan laporan ini. Penulis telah berusaha

semaksimal mungkin untuk kesempurnaan laporan ini. Namun, sebagai manusia biasa,

penulis juga memiliki kekhilafan dan kemampuan yang terbatas. Oleh karena itu,

dengan segala keindahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun sehingga menjadi masukan untuk perbaikan pada laporan yang

akan datang.

Pekanbaru, Desember 2021

Kelompok 13
ii

DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL............................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. v

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hatchery (Unit Pembenihan)......................................................... 3


2.2. Tata Letak Kolam Budidaya.......................................................... 6

III. METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat................................................................................ 8


3.2. Alat Praktikum .................................................................................8
3.3. Metode Praktikum................................................................................. 8
3.4. Prosedur Praktikum............................................................................... 8

V. HASIL

5.1. Kegiatan yang dilakukan........................................................................

VII. KEIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan.............................................................................................
7.2. Saran.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Bahan Yang Digunakan Selama Praktek Magang................................ 14

2. Alat Yang Digunakan Selama Praktek Magang.................................... 15

3. Jumlah pegawai dan status kepegawaian di BPBALP Teluk Buo........ 23

4. Tingkat Pendidikan Tenaga Pelaksana.................................................. 24

5. Jenis dan Jumlah kolam/ Tambak di BPBALP Teluk Buo................... 25

6. Keadaan Bangunan yang dimiliki di BPBALP Teluk Buo................... 26


iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Peta Lokasi Balai Perikanan Budidaya Air Laut dan Payau............................ 43

2. Alat dan Bahan yang digunakan..................................................................... 44

3. Dokumentasi kegiatan.................................................................................... 46

4. Perhitungan..................................................................................................... 48
v
1

I. PENDAHULUAN

Budidaya perairan adalah kegiatan atau usaha memelihara ikan baik ikan air tawar, air

payau maupun air laut. Di Indonesia permasalahan umum yang sering menjadi kendala utama

dalam budidaya perikanan adalah pengelolaan perikanan, penegakan hukum, dan pelaku usaha

perikanan. Selain itu, kurangnya ketrampilan pembudidaya dalam dalam mengelola lingkungan

budidaya merupakan salah satu penyebab turunya produksi. Dengan kurangnya ketrampilan u

ntuk mengelola lingkungan dan turunnya produksi budidaya disertai dengan meningkatnya infeksi

mikroorganisme pathogen yang menyerang ikan budidaya.

Biota air membutuhkan lingkungan yang nyaman agar dapat hidup sehat dan tumbuh

optimal. Bila lingkungan tersebut tidak memenuhi syarat, biota air dapat mengalami stres, mudah

terserang penyakit yang akhirnya akan menyebabkan kematian. Untuk itu pertimbangan atau

faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan perairan adalah penting untuk diperhatikan karena

kualitas tanah dan air sangat mempengaruhi semua jenis organisme yang hidup di air. Dalam

manajemen tata lingkungan perairan ada beberapa hal atau faktor yang mempengaruhi

kualitas lahan maupun kualitas air yang disebabkan karena adanya pencemaran atau

penurunan mutu lingkungan. Biota budidaya membutuhkan lingkungan hidup yang

optimal untuk pertumbuhan. Lingkungan hidup biota budidaya berkaitan dengan daya

dukung yang berarti kemampuan perairan dalam menerima pencemaran limbah tanpa

mengakibatkan turunnya kualitas badan air tersebut (Muhammad, 2014). Aktivitas

budidaya ikan menyebabkan upaya manipulasi dan modifikasi baikterhadap lingkungan,

bio-reproduksi, kepadatan, manajemen pakan dan lain-lain. Kondisi tersebut

menimbulkan tekanan (stress) terhadap komoditas yang dibudidayakan sehingga rentan


2

penyakit baik infeksius maupun noninfeksius. Munculnya penyakit tersebut merupakan

resiko biologis yang harus diantisipasi.

Pencemaran suatu ekosistem perairan bergantung pada kondisi lingkungannya.

Keseimbangan ekosistem yang terpelihara dengan baik memberikan daur ulang

ekosistem air tanah berlangsung secara alamiah. Jika keseimbangan ekosistem

terganggu maka diperlukan suatu cara atau teknik tertentu untuk mengembalikan

ekosistem kepada kondisi semula. Salah satu cara untuk mengontrol suatu ekosistem

dapat dilakukan dengan pemantauan kualitas air (Bethy, 2007). Kesesuaian kualitas air

untuk kegiatan budidaya ikan dapat diketahui dari nilai parameter kualitas air (Adriani,

2014). Parameter kualitas air dibagi menjadi tiga yaitu parameter fisika, kimia, dan

biologi dan ketiganya saling terkait sehingga ketika salah satu unsur parameter

terganggu maka otomatis akan mengganggu unsur lain.

Kendala lingkungan yang dihadapi dalam kegiatan budidaya diantaranya

penataan wilayah atau penataan ruang pengembangan budidaya yang tidak

memperhatikan daya dukung lingkungan akibat pengelolaan yang tidak tepat,sehingga

menimbulkan permasalahan lingkungan dengan segala aspek komplikasinya dalam

kurun waktu yang panjang (Kordi dan Tancung. 2007). Dalam manajemen tata

lingkungan perairan ada beberapa hal atau faktor yang mempengaruhi kualitas lahan

maupun kualitas air yang disebabkan karena adanya pencemaran atau penurunan mutu

lingkungan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kondisi kualitas lingkungan

tersebut maka perlu dilakukan manajemen dalam melakukan penataan kondisi lahan

maupun lingkungan perairan.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hatchery (Unit Pembenihan)

Peranan sektor perbenihan menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

benih yang bermutu dan penyediaan induk unggul yang akan dicapai melalui sistem

perbenihan perikanan budidaya yang tangguh (Pratiwi, 2013). Menurut Badan

Direktorat Jendral Perikanan Budidaya (DPJB), tujuan dari pembanguan perikanan

budidaya adalah meningkatkan mutu hasil perikanan budidaya dengan komoditas

unggulan yang mudah dibudidayakan secara masal dengan teknologi yang sederhana.

Sesuai dengan tuntutannya upaya yang dilakukan untuk mempersiapkan

pembenihan sangat erat kaitannya dengan penyediaan induk ikan, substrat untuk telur,

dan wadah pemijahan. Penyediaan benih ikan baik kualitas maupun kuantitas yang

memadai merupakan salah satu syarat yang menentukan keberhasilan suatu budidaya

(Rukmana, 2006). Olehnya itu, diperlukan penerapan fungsi-fungsi manajemen pada

pembenihan ikan yang berkualitas dan berkesinambungan, juga dapat mengefesienkan

waktu dan biaya dengan hasil yang optimal.

Penerapan fungsi manajemen pada pembenihan ikan diawali dengan perencanaan.

Perencanaan memegang peranan penting dan utama dalam suatu usaha pembenihan ikan

karena merupakan faktor penentu keberhasilan pembenihan. Perencanaan bertujuan

untuk membuat kegiatan sampai dilakukannya evaluasi suatu kinerja (Sudarmaji &

Hasan, 2017) berjalan dengan baik. Adapun perencanaan pembenihan ikan yang

meliputi persiapan kolam pemeliharaan induk, proses pematangan gonad, Survival

Rate/Kelangsungan Hidup (Sumarni, 2018).


4

1. Persiapan Kolam Pemeliharaan

Kolam pemeliharaan dapat dibuat berdinding beton. Kolam yang bedasar tanah

disukai ikan karena banyak dihuni plankton dan tumbuhan air kecil yang menjadi pakan

tambahan. Kontruksi kolam pemijahan induk terbuat dari beton semua (intensif). Hal

tersebut untuk menghindari kekeruhan air akibat dasar kolam terbuat dari tanah, karena

apabila air keruh itu akan menutupi permukaan telur hasil pemijahan, akibatnya akan

mempengaruhi keberhasilan penetasan telur (Ismail dan Khumaidi, 2016)

2. Proses Pematangan Gonad

Pemeriksaan kematangan gonad pada induk ikan pada tahap seleksi induk yaitu

dilakukan dengan cara pemeriksaan kematangan gonad ikan jantan dan ikan betina.

Cara menentukan kematangan gonad ikan jantan dilakukan dengan cara mengamati

bagian kelamin jantan, memeriksa bagian tubuh dan dipastikan tidak cacat dan

memperkirakan bobot tubuh induk. Ikan jantan yang telah matang kelamin di sekitar

perut sampai kepala bagian bawah berwarna merah.

Cara menentukan kematangan gonad ikan betina dilakukan dengan meraba bagian

perut dan pengamatan bagian kelamin/ lubang urogenital memerah dan pengamatan

anus. Ikan betina yang telah matang gonad melalui pemeriksaan kematangan gonad

ditunjukan dengan bagian perut melebar, lunak apabila diraba, bagian anus menonjol

dan kemerahan.

3. Seleksi Induk

Seleksi induk merupakan kegiatan memilih atau memisahkan antara indukinduk yang

matang gonad, organ tubuh lengkap, dan kondisi ikan sehat. Penyeleksian induk untuk

pemijahan ini bertujuan untuk memilih induk yang baik untuk dilakukan proses
5

pemijahan, sehingga diharapkan dapat menghasilkan kualitas dan kuantitas telur yang

bagus. Menurut FAO (1980); Sutisna dan Sutarmanto (1995) dalam Indaryanto (2011),

bahwa jumlah stok induk yang dibutuhkan untuk kegiatan budidaya jangka pendek

minimal 50 ekor dan untuk jangka panjang 500 ekor sehingga dapat melindungi sifat

genetis keturunannya.

4. Pemberian Pakan

Ikan membutuhkan pakan yang cukup untuk mendukung pertumbuhan,

perkembangbiakan, dan kelangsungan hidupnya. Pakan yang diberikan harus sesuai

kebutuhan ikan baik dari jumlah maupun kualitas pakan. Adi (2015), menyatakan

bahwa unsur nutrien yang harus ada dalam pakan induk ikan antara lain asam lemak dan

vitamin. Menurut Azwar et al. (2004) dan Setijaningsih et al. (2003) dalam Iskandar et

al. (2021), pemberian pakan berdasarkan presentase berat tubuh ikan, dimana semakin

bertambah bobot ikan, maka pemberian pakan semakin sedikit, pemberian pakan untuk

induk dapat terpenuhi sekitar 2 sampai 3%

5. Pemijahan

Pemijahan merupakan perkawinan induk jantan dan betina sehingga terjadi

pembuahan telur. Proses pemijahan biasanya berlangsung dalam waktu 15-20 hari

sehingga jadwal pemanenan sudah dapat direncanakan.

6. Pemanenan Larva

Pemanenan sudah dapat dilakukan apabila larva-larva sudah terlihat di area

permukaan kolam. Pemanenan dilakukan secara hati-hati untuk mengurangi tingkat

stres pada dan kematian larva ketika larva ditebar pada kolam pemeliharaan (Polania,

2015).
6

7. Pendederan

Pendederan merupakan kegiatan penebaran larva ikan nila yang dihasilkan dari

pemijahan dimana larva tersebut berumur ±7 hari. Tujuannya adalah untuk

mendapatkan benih yang seragam dan untuk meminimalisir terjadinya kematian benih

akibat persaingan mendapatkan makanan.

2.2. Tata Letak Kolam Budidaya

Menurut Effendi (2009) kawasan budidaya ikan air tawar adalah suatu kawasan

yang mempunyai kegiatan memproduksi ikan air tawar di lingkungan terkontrol dengan

upaya-upaya campur tangan manusia guna meningkatkan produktivitas ikan air tawar

melalui kegiatan memelihara untuk memperbanyak (reproduksi), menumbuhkan

(growth) serta meningkatkan mutu hingga ikan agar dapat dipasarkan guna

mendapatkan keuntungan (profit).

Pembudidaya perikanan harus mampu mengontol ikan yang dibudidayakan

sehingga nantinya ikan tersebut mampu menjadi komoditas dagang yang mendatangkan

keuntungan bagi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Lingkungan terkontrol merujuk

pada lingkungan atau media yang sepenuhnya dapat dikontrol sehingga ikan yang

dipelihara tidak bisa melepaskan diri (Alawi dan Tang, 2017).

Menurut Rukmini (2012) secara umum budidaya ikan dibagi menjadi beberapa

jenis, hal tersebut bergantung pada tempat atau potensi lokasi untuk budidaya ikan.

Budidaya yang telah diterapkan oleh masyarakat adalah budidaya di kolam, keramba,

fish pen (sistem budidaya yang memanfaatkan bagian-bagian tertentu misalnya

cekungan diperairan), sawah, jaring apung dan budidaya di tambak.


7

Tinjauan Arsitektural Tata Massa Bangunan Menurut Ching (2000) dalam

Kusmiran (2014) ada 5 jenis tata massa bangunan yaitu: linier, cluster, radial, terpusat

dan grid yang pada umumnya dikaitkan dengan sirkulasi di dalam tapak. Perancangan

kawasan budidaya ikan air tawar ini menggunakan penataan perletakan, orientasi,

sirkulasi, vegetasi dan penzoningan, sehingga dapat memudahkan baik pengelola

maupun pengunjung dalam melakukan kegiatan di dalam kawasan. Untuk karakter

bangunan dalam kawasan tetap memperhatikan iklim tropis setempat dan kontektual

dengan bangunan yang lainnya.


8

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada Kamis, 25 November 2021 di Balai Benih Ikan

(BBI) Sipungguk, Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar, Riau.

3.2 Alat Praktikum

Alat yang digunakan selama proses praktikum berupa alat tulis untuk mencatat

hasil wawancara dan handphone untuk memotret beberapa gambar untuk dokumentasi

juga digunakan dalam merekam suara saat wawancara berlangsung.

3.3 Metode Praktikum

Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode wawancara secara

langsung dengan narasumber Bapak Ajis Mustofa dan Bapak Amiruddin yang

merupakan staff di Balai Benih Ikan (BBI) Sipungguk. Wawancara dilakukan dengan

mengajukan beberapa pertanyaan yang sudah disiapkan mengenai manajemen tata

lingkungan akuakultur yang diterapkan dilokasi.

3.4 Prosedur Praktikum

Diskusi kelompok termasuk dalam rangkaian praktikum. Pada diskusi ini

membahas mengenai penentuan lokasi wawancara. Setelah lokasi didapatkan, langkah

selanjutnya yakni dengan menghubungi narahubung yang ada, untuk membahas

mengenai waktu yang tepat untuk dilakukannya wawancara. Juga persiapan yang harus

dilakukan sebelum dan sesudah wawancara, serta poin – poin pertanyaan tersusun yang

akan diajukan nantinya untuk menunjang informasi yang ingin didapatkan mengenai

manajemen tata lingkungan akuakultur khususnya.


9

Pada hari yang telah disepakati, maka seluruh anggota kelompok berkumpul dan

memperhatikan kelengkapan yang akan dibawa saat wawancara nantinya. Titik kumpul

anggota yakni Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, dengan jarak + 61 km

dengan kurun waktu 1 jam 40 menit seluruh anggota kelompok sampai ditujuan.

Diawali dengan perbincangan ringan dan perkenalan, selanjutnya wawancara

dimulai dengan mengajukan pertanyan – pertanyaan yang telah disiapkan. Sembari

merekam suara, tidak lupa untuk dicatat setiap jawaban yang diberikan dari narasumber,

kemudian ada juga yang bertugas untuk memvideokan kegiatan wawancara juga

mengambil beberapa gambar sebagai dokumentasi.

Setelah pertanyaan – pertanyaan usai disampaikan selanjutnya dilakukan

pemantauan lokasi berdasarkan informasi yang didapatkan pada saat wawancara tadi,

seperti melihat lingkungan sekitar kolam dan asal perairan yang digunakan. Kegiatan

tersebut kemudian disusun menjadi sebuah laporan praktikum yang berguna untuk

menambah wawasan.
10

DAFTAR PUSTAKA

Adi, N. (2015). Pengaruh Pemberian Omega-3 dan Klorofil Dalam Pakan Terhadap
Fekunditas dan Derajat Penetasan Benih Ikan Nila (Oreochromisniloticus).
Journal of aquaculture Management and Technology, 4(4): 95 – 100.

Adriani, 2014. Pengelolaan Kualitas Air. Bahan Ajar. Fakultas Perikanan dan Kelautan
Unlam. Bnajarbaru.

Bethy, M.C. 2007. Penentuan Status Mutu Air dengan Sistem Storet di Kecamatan
Bantar Gebang. Jurnal Geologi Indonesia, 2 (2) : 114.

Hamdan Alawi dan Usman M Tang. 2017. Dasar-Dasar Budidaya Perikanan. Malang:
Intimedia. Hlm.4

Indaryanto, FR. Kajian Teknis Pengembangan Uptd Balai Benih Ikan (BBI) Baros -
Kabupaten Serang. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 1(1), hlm. 56-63.

Iskandar, A., Ishma N., Andri H., Giri MD. 2021. Manajerial Dan Analisa Usaha
Pembenihan Ikan Nila Strain Sultana Oreochromis niloticus Untuk
Meningkatkan Performa Benih Ikan. Jurnal Kemaritiman: Indonesian Journal of
Maritime. 2(1), hlm. 50-57.

Ismail dan Khumaidi Ach. 2016. Teknik Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus carpio, L) di
Balai Benih Ikan (BBI) Tenggarang Bondowoso. Jurnal Ilmu Perikanan. 7(1),
hlm. 27-37.

Kordi, K dan Andi Baso Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan. PT. Rhineka Cipta. Jakarta.

Kusmiran, AR. 2014. Kawasan Budidaya Ikan Air Tawar di Bukit Matok Kabupaten
Melawi. Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura. 2(2), hlm.
1-11.

Muhammad, 2014. Pemantauan Kualitas Air Dan Metode Analisis. Bahan Ajar.
Fakultas Perikanan dan Kelautan Unlam. Bnajarbaru.

Polonia H. 2015. Teknik pembenihan ikan nila merah (Oreochromis niloticus) [Tugas
Akhir]. Sorong (ID): Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong.

Pratiwi, W. (2013). Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Nila pada Anggota
Kelompok Tani Bunisari di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin
Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
11

Rukmana R.H. (2006). Ikan Mas (Pembenihan dan Pembesaran). Aneka Ilmu.
Semarang.

Rukmini. 2012. Teknologi Budidaya Biota Air. Cetakan I. Karya Putra Darwati.
Bandung.

Sudarmaji, I., & Hasan, W. (2017). Strategi Pengembangan Keterkaitan Kebun Inti
Plasma Dengan Kapasitas Pabrik Kelapa Sawit Pada Perkebunan PT. Kurnia
Luwuk Sejati Banggai Sulawesi Tengah. Jurnal Galung Tropika, 6(1), 33 - 41.

Sumarni, 2018. Penerapan Fungsi Manajemen Perencanaan Pembenihan Ikan Nila


(Oreochromis niloticus) Untuk Menghasilkan Benih Ikan Yang Berkualitas.
Jurnal Galung Tropika. 7 (3), hlm. 175-183.
12

LAMPIRAN
13

Lampiran 1. Lokasi Wawancara

Balai Benih Ikan (BBI) Sipungguk


14

Lampiran 2. Narasumber

Foto

Bersama Bapak Ajis Mustofa


15

Foto Bersama Bapak Amiruddin

Lampiran 3. Kegiatan Wawancara

Wawancara Bersama Bapak Wawancara Bersama Bapak

Bendungan Aasal Air Penyaringan Air

Saluran Pemasukan Air Pengamaran Lingkungan


16

Bentuk Kolam

Anda mungkin juga menyukai