Anda di halaman 1dari 43

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PANGAN I

KARIN MAWADDAH
2006112535
AGROTEKNOLOGI A

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T atas Rahmat dan
Hidayah- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laprak akhir mata kuliah
teknologi produksi tanaman pangan I dengan tepat waktu. Terselesaikannya
laporan ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Para Asisten praktikum yang telah membina dan mengarahkan praktikan
selama proses praktikum berlangsung.
2. Orang tua penulis yang sudah memberi dukungan berupa moral dan materil.
3. Anggota kelompok padi yang telah bahu membahu dalam pengerjaan
kegiatan praktikum.
Laporan akhir ini membahas tentang seluruh rangkuman kegiatan semasa
praktikum teknologi produksi tanaman pangan I. Selain itu, laporan akhir juga
menjadi salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir praktikum. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan dapat menjadikan
laporan ini jauh lebih baik lagi.

Pekanbaru, 09 Juni 2022


Penulis.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... 5
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... 6
BAB I ............................................................................................................................ 7
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 7
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 7
1.2 Tujuan............................................................................................................. 8
BAB II ........................................................................................................................... 9
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 9
2.1 Jagung ................................................................................................................. 9
2.2 Sorgum .............................................................................................................. 12
2.3 Padi ................................................................................................................... 17
BAB III ....................................................................................................................... 21
METODOLOGI .......................................................................................................... 21
3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................................ 21
3.2 Bahan dan Alat .................................................................................................. 21
3.3 Pelaksanaan Penelitian ...................................................................................... 21
3.4 Pengamatan ....................................................................................................... 23
BAB IV ....................................................................................................................... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................... 24
4.1 Hasil .................................................................................................................. 24
4.2 Pembahasan ....................................................................................................... 24
BAB V ........................................................................................................................ 34
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 34
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 34
5.2 Saran ................................................................................................................. 34

3
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 35
LAMPIRAN ................................................................................................................ 37
Dokumentasi ........................................................................................................... 37
Perhitungan Pupuk .................................................................................................. 41
Perhitungan pestisida .............................................................................................. 43

4
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data hasil pengamatan budidaya tanaman padi ............................................ 24

5
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman Jagung........................................................................................ 10
Gambar 2. Tanaman Sorgum ...................................................................................... 13
Gambar 3. Tanaman Padi Gogo .................................................................................. 17
Gambar 4. Hama Wereng Cokelat .............................................................................. 30
Gambar 5. Penyakit Tungro Padi ................................................................................ 32

6
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga menjadi perhatian
penguasa di suatu negara. Kekurangan bahan makanan tidak hanya menimbulkan
masalah ekonomi, tetapi masalah sosial politik pada suatu negara. Kebudayaan
menanam padi pada masyarakat Nusantara sudah terdapat sejak zaman pra sejarah,
proses pertanian merupakan kegiatan turun temurun yang dilakukan masyarakat
terutama pulau Jawa. Pertanian padi sampai awal abad masehi masih sederhana dan
belum menggunakan teknologi pertanian.
Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya akan
meningkatkan kebutuhan terhadap bahan pangan. Dilain pihak upaya diversifikasi
masih belum optimal akibat berbagai hal baik teknis, sosial maupun ekonomi.
Permasalahan ini semakin kompleks dengan semakin berkurangnya lahanpertanian,
sebagai akibat tidak terbendungnya permasalahan konversi lahanpertanian ke sektor
non pertanian, hal ini akan berpengaruh terhadap produksi bahan pangan secara
nasional.
Produktivitas tanaman berkaitan dengan kualitas genetik masing-masing
tanaman dan sumber daya lingkungan sebagai tempat hidup tanaman. Ancaman
produksi pangan menurut UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan antara lain ialah
perubahan iklim, serangan OPT, degradasi sumber daya air dan lahan serta alih fungsi
lahan. Upaya mewujudkan produktivitas tanaman yang maksimal adalah dengan
perbaikan genetik tanaman dan menciptakan lingkungan hidup yang sesuai bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui kegiatan budidaya tanaman.
Budidaya tanaman dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek ekonomi,
sosial budaya dan lingkungan. Budidaya tanaman pangan merupakan upaya dalam
pemenuhan kebutuhan pangan manusia baik dalam skala regional, nasional hingga
internasional. Menurut UU No.12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman
bahwa penyelenggaraan budidaya tanaman meliputi pengolahan lahan atau
penggunaan media tumbuh tanaman, perbenihan, penanaman, pemanfaatan air,
perlindungan tanaman, pemeliharaan tanaman dan panen. Pelaksanaan budidaya
tanaman pangan secara organik menjamin kesehatan dan keamanan produk pangan dan
lingkungan, serta berorientasi terhadap efisiensi input produksi. Pengaturan jarak
tanam dalam sistem budidaya tanaman juga berperan penting yaitu mampu mengatur
tingkat kompetensi penyerapan air dan hara dengan sesama tanaman budidaya maupun
gulma.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum teknologi produksi tanaman pangan I adalah
memberikan pengalaman dan melatih praktikan melakukan proses budidaya tanaman
pangan berupa jagung, padi dan sorgum dilapangan dengan metode yang telah
dipelajari diteori dan menerapkannya pada praktikum.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jagung
Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis
rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan
munculnya cabang anakan pada beberapa genotipe dan lingkungan tertentu. Batang
jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan
satu sama lain. Bunga jantan terletak pada bagian terpisah pada satu tanaman sehingga
lazim terjadi penyerbukan silang. Jagung merupakan tanaman hari pendek, jumlah
daunnya ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan, dan dikendalikan oleh genotipe,
lama penyinaran, dan suhu. Berikut adalah klasifikasi tanaman jagung : Kingdom:
Plantae, Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Monocotyledone,
Ordo: Graminae, Famili: Graminaceae, Genus: Zea, dan Spesies: Zea mays L. (Paeru
dan Dewi, 2017).
Jagung merupakan salah satu komoditas utama yang banyak dibudidayakan
oleh masyarakat terutama di Indonesia. Jumlah jagung yang diproduksi oleh
masyarakat belum cukup untuk memenuhi permintaan pasar karena masih banyak
masyarakat yang belum mengetahui tentang bagaimana cara membudidayakan jagung
yang benar dan baik dan tanah atau lahan untuk tanaman jagung telah banyak dialih
fungsikan sebagai gedung-gedung dan lain-lain. Perusahaan swasta pun juga belum
memproduksi jagung secara optimal. Jagung juga sebagai makanan pokok di suatu
daerah tertentu dan diubah menjadi beberapa makanan ringan yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat sehingga kebutuhan akan jagung meningkat di
masyarakat.
Gambar 1. Tanaman Jagung
Hasil tanaman jagung juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu masih
belum optimalnya penyebaran varietas unggul dimasyarakat, pemakaian pupuk yang
belum tepat, penerapan teknologi dan cara bercocok tanam yang beum diperbaiki.
Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman jagung adalah peningkatan taraf hidup
petani dan memenuhi kebutuhan pasar maka perlu peningkatan produksi jagung yang
memenuhi standard baik kualitas dan kuantitas jagung yan dihasilkan tetapi dalam
melakukan hal tersebut perlu mengetahui atau memahami karakteristik tanaman
jagung yang akan ditanam seperti morfologi, fisiologi dan agroekologi yang
diperlukan oleh tanaman jagung sehingga dapat meningkatkan produksi jagung di
Indonesia.
Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) akar
seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar
yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan
melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar seminal
akan berhenti pada fase V3. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari
buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara
berurutan dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah.
Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit
berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air
dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar
nodal. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga
buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman
agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan

10
hara dan air. Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya) bergantung
pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan
pemupukan. Akar jagung dapat dijadikan indikator toleransi tanaman terhadap
cekaman aluminium. Tanaman yang toleran aluminium, tudung akarnya terpotong dan
tidak mempunyai bulu-bulu akar (Syafruddin 2002). Pemupukan nitrogen dengan
takaran berbeda menyebabkan perbedaan perkembangan (plasticity) sistem perakaran
jagung (Smith et al. 1995).
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris,
dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang
berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang
produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis),
jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Bundles vaskuler
tertata dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi, dan
lingkaranlingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang
begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi di bawah
epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe jagung yang mepunyai batang
kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah
epidermis batang dan sekeliling bundles vaskuler (Paliwal 2000). Terdapat variasi
ketebalan kulit antargenotipe yang dapat digunakan untuk seleksi toleransi tanaman
terhadap rebah batang.
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan
dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul dari
axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal di
ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga biseksual.
Selama proses perkembangan, primordia stamen pada axillary bunga tidak
berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya primordia ginaecium
pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan (Palliwal 2000).
Serbuk sari (pollen) adalah trinukleat. Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet jantan
dan mengandung butiran-butiran pati. Dinding tebalnya terbentuk dari dua lapisan,
exine dan intin, dan cukup keras. Karena adanya perbedaan perkembangan bunga pada

11
spikelet jantan yang terletak di atas dan bawah dan ketidaksinkronan matangnya spike,
maka pollen pecah secara kontinu dari tiap tassel dalam tempo seminggu atau lebih.
Peningkatan produktivitas tanaman jagung merupakan hal yang penting dalam
memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia. Dalam hal peningkatan produksi tanaman
jagung ini perlu memperhatikan berbagai faktor seperti iklim, esensial, hama dan
penyakit danvarietas tanaman yang akan ditanam. Salah satu faktok iklim yang
berpengaruh dalam meningkatkan produksi tanaman adalah cahaya. Cahaya
merupakan hasil dari gabungan antara berbagai warna yang ditimbulkan oleh sinar
matahari atau benda lain yang dapat menghasilkan cahaya. Bagi tanaman cahaya
sangat penting karena menyangkut berbagai hal dalam melakukan fotosintesis yang
dibutuhkan oleh tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Bukan hanya dalam hal
fotosintesis cahaya yang diperlukan oleh tanaman tetapi proses pekembangan seperti
perkecambahan, perpanjangan batang, membukanya hipocotyl, perluasan daun,
sintesa klorofil, gerakan batang dan daun, pembukaan bunga dan dormansi tunas
(Fitter dan Hay, 1992).

2.2 Sorgum
Sorgum merupakan tanaman serealia yang dapat tumbuh pada berbagai
keadaan lingkungan sehingga potensial dikembangkan, khususnya pada lahan marginal
beriklim kering di Indonesia. Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasinya yang
luas, toleran terhadap kekeringan, produktivitas tinggi, dan lebih tahan terhadap hama
dan penyakit dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Selain budidaya yang
mudah, sorgum mempunyai manfaat yang luas, antara lain untuk pakan, pangan,dan
bahan industry. Tanaman sorgum sekeluarga dengan tanaman serealia lainnya seperti
padi, jagung, hanjeli dan gandum, bahkan tanaman lain seperti bambu dan tebu.
Di negara-negara berkembang, sorgum dibudidayakan terutama sebagai bahan
pangan dan minuman beralkohol atau bahan upacara adat. Minuman beralkohol yang
dibuat dari biji sorgum dapat berupa bir berasal dari biji yang difermentasi setelah
dikecambahkan. Di negara-negara maju, batang atau biji sorgum digunakan sebagai
pakan,media jamur merang. Khusus sorgum manis, batangnya digunakan sebagai

12
bahan untuk gula dan kertas. Tanaman sorgum dibudidayakan di Eropa Selatan,
Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Asia Selatan. Di antara spesies-spesies sorgum,
yang paling banyak dibudidayakan adalah spesies Sorghum bicolor (L.) Moench.
Morfologi tanaman sorgum mencakup akar, batang, daun, tunas, bunga, dan biji.

Gambar 2. Tanaman Sorgum


Tanaman sorgum merupakan tanaman biji berkeping satu, tidak membentuk
akar tunggang, perakaran hanya terdiri atas akar lateral. Sistem perakaran sorgum
terdiri atas akar-akar seminal (akar-akar primer) pada dasar buku pertama pangkal
batang, akar skunder dan akar tunjang yang terdiri atas akar koronal (akar pada pangkal
batang yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara (akar yang tumbuh di permukaan
tanah). Tanaman sorgum membentuk perakaran sekunder dua kali lebih banyak dari
jagung. Ruang tempat tumbuh akar lateral mencapai kedalaman 1,3-1,8 m, dengan
panjang mencapai 10,8 m. Sebagai tanaman yang termasuk kelas monokotiledone,
sorgum mempunyai system perakaran serabut.
Batang tanaman sorgum merupakan rangkaian berseri dari ruas (internodes)
dan buku (nodes), tidak memiliki kambium. Pada bagian tengah batang terdapat
seludang pembuluh yang diselubungi oleh lapisan keras (sel-sel parenchym). Tipe
batang bervariasi dari solid dan kering hingga sukulen dan manis. Jenis sorgum manis
memiliki kandungan gula yang tinggi pada batang gabusnya, sehingga berpotensi
dijadikan sebagai bahan baku gula sebagai mana halnya tebu. Bentuk batang tanaman
sorgum silinder dengan diameter pada bagian pangkal berkisar antara 0,5-5,0 cm.
Tinggi batang bervariasi, berkisar antara 0,5-4,0 m, bergantung pada varietas. Ruas
batang sorgum pada bagian tengah tanaman umumnya panjang dan seragam
disbanding ruas pada bagian bawah dan atas tanaman. Ruas paling panjang terdapat
pada ruas terakhir (ujung tanaman), yang berupa tangkai malai. Permukaan ruas batang

13
sorgum mirip dengan tanaman tebu, yaitu diselimuti oleh lapisan lilin yang tebal,
kecuali pada ujung batang. Lapisan lilin paling banyak pada bagian atas dari pelepah
daun, yang berfungsi mengurangi transpirasi sehingga sorgum toleran terhadap
kekeringan. Buku pada batang sorgum rata dengan ruasnya, pada bagian ini tumbuh
akar tunjang dan tunas. Bagian dalam batang sorgum seperti spon setelah tua. Pada
kondisi kekeringan, bagian dalam batang sorgum bisa pecah. Tinggi tanaman sorgum
bergantung pada jumlah dan ukuran ruas batang. Sorgum memiliki tinggi rata-rata 2,6-
4 m. Pohon dan daun sorgum mirip dengan jagung. Tinggi batang sorgum manis yang
dikembangkan di China dapat mencapai 5 m, dan struktur tanaman yang tinggi ideal
dikembangkan untuk pakan ternak dan penghasil gula. Tinggi tanaman sorgum
berhubungan erat dengan umur dan jumlah daun, pada tanaman berumur genjah tinggi
dan jumlah daun lebih sedikit daripada tanaman berumur dalam.
Pada beberapa varietas sorgum, batangnya dapat menghasilkan tunas baru
membentuk percabangan atau anakan dan dapat tumbuh menjadi individu baru selain
batang utama. Ruas batang sorgum bersifat gemmiferous, setiap ruas terdapat satu mata
tunas yang bisa tumbuh sebagai anakan atau cabang. Tunas yang tumbuh pada ruas
yang terdapat di permukaan tanah akan tumbuh sebagai anakan, sedangkan tunas yang
tumbuh pada batang bagian atas menjadi cabang. Pertumbuhan tunas atau anakan
bergantung pada varietas dan lingkungan tumbuh tanaman sorgum. Pada suhu kurang
dari 180C memicu munculnya anakan pada fase pertumbuhan daun ke-4 sampai ke-6.
Tanaman sorgum tahunan mampu menghasilkan anakan 2-3 kali lebih banyak dari
sorgum semusim. Kemampuan menghasilkan anakan dan tunas lebih banyak
menjadikan tanaman sorgum bias dipanen untuk kemudian diratun. Cabang pada
tanaman sorgum umumnya tumbuh bila batang utama rusak. Jumlah cabang dan
anakan bergantung pada varietas, jarak tanam,dan kondisi lingkungan.
Daun merupakan organ penting bagi tanaman, karena fotosintat sebagai bahan
pembentuk biomasa tanaman dihasilkan dari proses fotosintesis yang terjadi di daun.
Sorgum mempunyai daun berbentuk pita, dengan struktur terdiri atas helai daun dan
tangkai daun. Posisi daun terdistribusi secara berlawanan sepanjang batang dengan
pangkal daun menempel pada ruas batang. Panjang daun sorgum rata-rata 1 m dengan

14
penyimpangan10-15 cm dan lebar 5-13 cm. Jumlah daun bervariasi antara 7-40 helai,
bergantung pada varietas. Daun melekat pada buku-buku batang dan tumbuh
memanjang, yang terdiri atas pelepah dan helaian daun. Pada pertemuan antara pelepah
dan helaian daun terdapat ligula (ligule) dan kerah daun (dewlaps). Helaian daun muda
kaku dan tegak, kemudian menjadi cenderung melengkung pada saat tanaman dewasa.
Helaian daun berbentuk lanselot, lurus mendatar, berwarna hijau muda hingga hijau
tua dengan permukaan mengkilap oleh lapisan lilin. Stomata berada pada permuakaan
atas dan bawah daun. Tulang daun lurus memanjang dengan warna bervariasi dari hijau
muda, kuning hingga putih, bergantung pada varietas.
Rangkaian bunga sorgum berada pada malai di bagianujung tanaman. Sorgum
merupakan tanaman hari pendek, pembungaan dipicu oleh periode penyinaran pendek
dan suhu tinggi. Bunga sorgum merupakan bunga tipe panicle/malai (susunan bunga
ditangkai). Bunga sorgum secara utuh terdiri atas tangkai malai (peduncle), malai
(panicle),rangkaian bunga (raceme), dan bunga (spikelet).
Biji sorgum yang merupakan bagian dari tanaman memiliki ciri-ciri fisik
berbentuk bulat (flattenedspherical) dengan berat 25-55 mg. Biji sorgum berbentuk
butiran dengan ukuran 4,0 x 2,5 x 3,5 mm. Berdasarkan bentuk dan ukurannya, sorgum
dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu biji berukuran kecil (8-10 mg), sedang (12-
24mg), dan besar (25-35 mg). Biji sorgum tertutup sekam dengan warna coklat muda,
krem atau putih, bergantung pada varietas. Biji sorgum terdiri atas tiga bagian utama,
yaitu lapisan luar (coat), embrio (germ), dan endosperm.
Dalam roadmap pengembangan dan penyediaan pangan nasional, komoditas
sorgum jarang diungkapkan secara eksplisit sebagai bagian integral dari pangan pokok
nasional. Pernyataan resmi sorgum dipakai sebagai bahan pangan pendukung hanya
dijumpai dalam jumlah terbatas di Kabupaten Rote Ndao dan Sumba, Nusa Tenggara
Timur (Diperta NTT 2012). Fakta lapangan menunjukkan bahwa walaupun tanaman
sorgum sudah lama dikenal oleh petani, namun masih diusahakan secara asalan karena
dipandang sebagai tanaman klas rendah. Perkembangan luas tanam sorgum di
Indonesia juga memperlihatkan kecenderungan (trend) penurunan dari waktu ke waktu.
Data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 1990 menunjukkan luas tanam

15
sorgum di Indonesia di atas 18.000 ha. Tahun 2011 luas tanam sorgum menurun
menjadi 7.695 ha (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2012).
Sebagai komoditas tanaman pangan, pengembangan sorgum di Indonesia
masih menghadapi sejumlah kendala baik teknis maupun sosial ekonomi. Selain itu,
pemerintah juga belum menempatkan sorgum sebagai prioritas dalam program
perluasan areal tanam dengan alasan sorgum bukan kebutuhan pokok, sehingga
perluasan sorgum tidak masuk dalam rencana strategis dan belum ada anggaran khusus
(Direktorat Serealia 2013). Di Amerika Serikat, sorgum justru menjadi sumber
pemenuhan pangan nomor tiga, sementara di tingkat global menjadi tanaman penting
kelima setelah gandum, padi, jagung dan barley. Sorgum juga telah menjadi sumber
energy, protein, vitamin dan mineral utama bagi penduduk Asia dan Afrika selama
lebih dari satu abad. Negara eksportir utama sorgum adalah Amerika Serikat, Australia
dan Argentina.
Peningkatan citra sorgum di Indonesia dapat dilakukan melalui eksplorasi
potensi sorgum baik untuk pangan, pakan ternak maupun industri bioetanol sehingga
dapat memberikan manfaat ekonomi lebih beasar bagi masyarakat. Pemanfaatan
sorgum baik sebagai sumber pangan, pakan maupun industri telah banyak dilaporkan.
Sebagai bahan pangan, sorgum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, bahkan kadar
proteinnya lebih tinggi daripada beras. Sorgum memiliki kadar protein 11%, lebih
tinggi dibandingkan beras yang hanya mencapai 6,8%. Kandungan nutrisi mikro lain
yang dimiliki oleh sorgum adalah kalium, besi, fosfor, serta vitamin B. Sebagai pakan
ternak, biji sorgum digunakan untuk bahan campuran ransum pakan unggas, sedangkan
batang dan daun banyak digunakan untuk ternak ruminansia. Penggunaan biji sorgum
dalam ransum pakan ternak bersifat suplementer (subtitusi) terhadap jagung karena
kandungan nutrisinya tidak berbeda dengan jagung. Sebagai bahan baku industri, biji
sorgum mempunyai potensi untuk dijadikan bahan baku industri bir, pati, gula cair,
serta etanol. Jenis sorgum yang batangnya mengandung kadar gula yang tinggi disebut
sorgum manis. Seiring dengan terjadinya krisis energi sebagai akibat berkurangnya
cadangan bahan bakar minyak maka peluang pemanfaatan bioenergi semakin besar.
Sorgum adalah salah satu sumber energy terbarukan yang mempunyai potensi untuk

16
mensubtitusi kebutuhan bahan bakar dunia. Peningkatan perhatian terhadap sorgum
manis bukan hanya terjadi di negara maju tetapi juga negara berkembang termasuk
Indonesia. Penggunaan biofuel yang diekstraksi dari juice dan bagas sorgum manis
akan dapat membantu pemenuhan kebutuhan energi dunia. Sorgum manis dicirikan
oleh kandungan gula yang tinggi, khususnya fraksi fruktosa, sukrosa dan glukosa yang
dapat diolah menjadi etanol.
2.3 Padi
Padi merupakan tanaman panganberupa rumput berumpun.Tanaman pertanian
kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti
sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada
3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh
India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah,
Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam. Klasifikasi botani tanaman padi
adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta, Sub divisi : Angiospermae, Kelas :
Monotyledonae, Keluarga : Gramineae (Poaceae), Genus :Oryza, Spesies :Oryza spp.

Gambar 3. Tanaman Padi Gogo


Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua
subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi
cere).Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran
tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan. Varietas
padi gogo lokal yang berasal dari Kalimantan yang masih diminati oleh petani karena
daya adaptifnya yang baik antara lain : varietas Buyung, Cantik, Katumping, Sabai dan
Sasak Jalan. Demikian pula di Sumatera varietas lokal seperti Arias, Simaritik, Napa,
Jangkong, Klemas, Gando, Seratus Malam, dll.Varietas-varietas lokal umumnya selain
berumur panjang, potensi hasilnya rendah sekitar 2 ton GKG/ha.Namun kelebihannya

17
varietas lokal mempunyai rasa enak yang sesuai dengan etnis daerah setempat. Selain
itu varietas lokal toleran terhadap keadaan lahan yang marjinal, tahan terhadap
beberapa jenis hama dan penyakit, memerlukan masukan (pupuk dan pestisida) yang
rendah, serta pemeliharaan mudah dan sederhana.
Varietas unggul padi gogo telah dilepas sejak tahun 1960-1994. Varietas Danau
Atas, Danau Tempe dan Laut Tawar merupakan varietas yang cocok dibudidayakan
pada lahan podsolik merah kuning. Varietas Gajah Mungkur dan Kalimutu yang
dilepas tahun 1994 cocok dikembangkan pada lahan-lahan kering yang tersebar di
kawasan Nusa Tenggara.
Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan
Negara Asia. Negara-negara lain seperti di benua Eropa, Australia dan Amerika
mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia. Selain
itu jerami padi dapat digunakan sebagai penutup tanah pada suatu usaha tani.
Pusat penanaman padi di Indonesia adalah Pulau Jawa (Karawang, Cianjur),
Bali, Madura, Sulawesi, dan akhir-akhir ini Kalimantan. Pada tahun 1992 luas panen
padi mencapai 10.869.000 ha dengan rata-rata hasil 4,35 ton/ha/tahun. Produksi padi
nasional adalah 47.293.000 ton. Pada tahun itu hampir 22,5 % produksi padi nasional
dipasok dari Jawa Barat. Dengan adanya krisis ekonomi, sentra padi Jawa Barat seperti
Karawang dan Cianjur mengalami penurunan produksi yang berarti.Produksi padi
nasional sampai Desember 1997 adalah 46.591.874 ton yang meliputi area panen
9.881.764 ha. Karena pemeliharaan yang kurang intensif, hasil padi gogo hanya 1-3
ton/ha, sedangkan dengan kultur teknis yang baik hasil padi sawah mencapai 6-7
ton/ha.
Pada dasarnya dalam budidaya tanaman, pertumbuhan dan perkembangan
tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan.Faktor
lingkungan yang paling penting adalah tanah dan iklim serta interaksi kedua faktor
tersebut.Tanaman padi gogo dapat tumbuh pada berbagai agroekologi dan jenis
tanah.Sedangkan persyaratan utama untuk tanaman padi gogo adalah kondisi tanah dan
iklim yang sesuai.Faktor iklim terutama curah hujan merupakan faktor yang sangat

18
menentukan keberhasilan budidaya padi gogo.Hal ini disebabkan kebutuhan air untuk
padi gogo hanya mengandalkan curah hujan.
Padi gogo memerlukan air sepanjang pertumbuhannya dan kebutuhan air
tersebut hanya mengandalkan curah hujan.Tanaman dapat tumbuh pada derah mulai
dari daratan rendah sampai daratan tinggi.Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada
450 LU sampai 450 LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan
4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan selama 3 bulan berturut-
turut atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau
hujan.Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia.Di
musim hujan, walaupun air melimpah prduksi dapat menurun karena
penyerbukankurang intensif.Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m
dpl dengan temperature 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl
dengan temperature 19-230C.
Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan. Di
Indonesia memiliki panjang radiasi matahari ± 12 jam sehari dengan intensitas radiasi
350 cal/cm2/hari pada musim penghujan. Intensitas radiasi ini tergolong rendah jika
dibandinkan dengan daerah sub tropis yang dapat mencapai 550 cal/cm2/hari. Angin
berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan
merobohkan tanaman.
Padi gogo harus dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, sehingga jenis tanah
tidak begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo.Sedangkan yang
lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil adalah sifat fisik, kimia dan biologi
tanah atau dengan kata lain kesuburannya. Untuk pertumbuhan tanaman yang baik
diperlukan keseimbangan perbandingan penyusun tanah yaitu 45% bagian mineral, 5%
bahan organik, 25% bagian air, dan 25% bagian udara, pada lapisan tanah setebal 0 –
30 cm.
Struktur tanah yang cocok untuk tanaman padi gogo ialah struktur tanah yang
remah.Tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung
halus sampai tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup banyak.Sebaiknya
tanah tidak berbatu, jika ada harus < 50%. Keasaman (pH) tanah bervariasi dari 5,5

19
sampai 8,0. Pada pH tanah yang lebih rendah pada umumnya dijumpai gangguan
kekahatan unsur P, keracunan Fe dan Al. sedangkan bila pH lebih besar dari 8,0 dapat
mengalami kekahatan Zn.

20
BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Adapun tempat pelaksanaan praktikum teknologi produksi tanaman pangan 1


adalah di upt percobaan fakultas pertanian universitas Riau.
Adapun waktu pelaksanaan praktikum teknologi produksi tanaman pangan 1
adalah hari setap hari selasa tanggal 22 maret – 24 mei jam 15.00 WIB S/D

3.2 Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum teknologi produksi tanaman


pangan 1 adalah benih padi gogo, benih sorgum, benih jagung, pupuk kandang, pupuk
urea, pupuk tsp, pupuk kcl, pestisida, air
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah cangkul, parang,
gembor, sprayer, APD pertanian, tali rafiah, pancang, meteran

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Pada persiapan lahan kegiatan yang dilakukan pertama kali adalah mengukur
panjang dan lebar lahan yang akan di gunakan, ukuran lahan yang digunakan pada
praktikum teknologi produksi tanaman pangan 1 adalah 10 X 15 m. Setelaah itu para
praktikan membersihkan gulma – gulma atau tanaman pengganggu lainnya yang ada
di permukaan tanah dengan tujuan agar budidaya tanaman nantinya dapat
menghasilkan produksi yang baik dan bebas dari gulma dan hama
Pada pembuatan bedengan hal yang dilakukan pertama kali adalah mengukur
panjang dan lebar bedengan yang akan digunakan pada lahan yang digunakan,
pengukuran bedengan dilakukan setelah lahan di bersihkan, ukuran bedengan yang
digunakan adalah 4 X 1 m, dengan jumlah bedengan 16 bedengan. setelah di ukur
kemudian dibuat bedengan dengan cara membalikkan tanah dan menggemburkan
tanah lalu di buat seperti gundukan dan disesuaikan dengan ukuran bedengan yang
digunakan, setelah bedengan dibuat tidak lupa untuk membuat drainase di areal
bedengan dengan tujuan agar terhindar dari genangan air.
Pemupukan dasar dilakukan setelah bedengan siap untuk di berikan pupuk
kandang, pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran ayam, dosis yang digunakan
pada pemberian pupuk kandang ini adalah 3 bedengan per satu karung pupuk kandang,
dengan cara pupuk disebar di atas bedengan kemudian dicampurkan dengan tanah yang
ada dibedengan tersebut.
Untuk penanaman, memiliki cara yang berbeda – beda antara jagung, padi, dan
sorgum. Untuk padi sendiri penanaman dilakukan dengan cara penyemaian terlebih
dahulu, penyemaian dilakukan dengan cara meletakkan benih padi di kain yang lembab
kemudian tunggu selama sekitar satu minggu, ketika benih telah siap ditanam
kemudian dilakukan penanaman, untuk padi gogo jarak tanam yang digunakan adalah
25 X 50 cm denga banyak populasi 32 tanaman, penanaman dilakukan dengan cara
melubangi tanah pada bedengan dengan kedalam 2 – 3 cm, pastikan tanaman berdiri
dengan kokoh agar tidak mudah tumbang.
Penyiraman dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan air pada
tanaman yang dibudidayakan, Penyiraman dilakukan pada pagi pukul 06.00 – 08.00
WIB dan sore hari pada pukul 17.00 – 18.00 WIB penyiraman dilakukan pada pagi dan
sore hari karna pada waktu itu lah suhu tanah sudah mengalami penurunan suhunya
sehingga tidak merusak tanaman
Adapun yang dilakukan pada tahap penjarangan ini adalah memotong atau
menghilangkan satu tanaman yang memilki pertumbuhan yang buruk dan menyisakan
tumbuhan yang memiliki pertumbuhan yang lebih baik.
Adapun pada tahap pembersihan gulma para praktikan membersihkan gulma di
areal bedengan tiap kelompoknya, dengan cara membersihkan bedengan menggunakan
cangkul maupun dengan parang. Pembersihan gulma dilakukan guna untuk

22
memberantas gulma atau tanaman pengganggu yang dapat merusak dan menganggu
tanaman yang dibudidayakan.
Penggembuan tanah dilakukan guna untuk menjaga tekstur tanah agar tidak
padat dan mempermudah akar tanaman untuk berkembang, penggemburan tanah
dilakukan dengan cara mencangkul dengan perlahan di areal bedengan dengan tidak
terlalu dekat dengan tanaman agar akar tanaman tidak rusak kecangkul pada saat
penggemburan.
Adapun pada pembumbunan hal yang dilakukan adalah melakukan
penimbunan di sekitar areal batang dengan tujuan agar batang dan akar tanaman lebih
kokoh dan tidak mudah tumbang.
Adapun pada pemberantasan hama yang dilakukan adalah menyemprotkan
pestisida yang telah dicampurkan air ke tanaman yang terserang hama maupun
penyakit.
Pemupukan susulan dilakukan guna untuk membantu memenuhi nutrisi pada
tanaman yang dibudidayakan, pemupukan susulan menggunakan pupuk tunggal, yaitu
pupuk urea, tsp dan kcl. Untuk dosis anjuran yang digunakan pada tanaman padi gogo
adalah urea 100 kg/ha, tsp 75 kg/ha, dan kcl 50 kg/ha. Pemupukan dilakukan dengan
cara menghitunga dosis terlebih dahulu, setalah itu ditimbang pupuk sesuai dosis yang
akan diberikan pertanaman, kemudian untuk pengaplikasiannya dengan cara membuat
larikan pada piringan tanaman kemudian pupuk disebar dilarikan tadi kemudian pupuk
di timbun.

3.4 Pengamatan
Adapun pengematan yang dilakukan pada praktikum kali ini memiliki
parameter pengamatan yang berbeda antara jagung, sorgum dan padi gogo. Untuk padi
gogo sendiri parameter yang digunakan adalah menghitung jumlah daun, menghitung
jumlah anakan padi , dan mengukur tinggi tanaman. untuk setiap kelompok memiliki
4 sampel tanamana yang akan diamati, pengambilan sampel dilakukan secara pola zig
– zag.

23
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Tabel 1. Data hasil pengamatan budidaya tanaman padi

Jenis Sampel Parameter


NO
Tinggi Jumlah Jumlah
Tanaman Anakan Daun

Sampel 1 105 cm 11 82
1
Sampel 2 93,3 cm 8 53
2
Sampel 3 77 cm 7 64
3
Sampel 4 90,8 cm 10 87
4

4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada 07 juni 2022 oleh praktikan, data
yang telah didapatkan kemudian diinput seperti pada tabel , sesuai dengan parameter
yang ada berupa tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah anakan. Tanaman tertinggi
adalah tanaman sampel satu dengan tinggi 105 cm, tanaman terendah adalah tanaman
sampel tiga dengan tinggi 77 cm. Jumlah daun terbanyak ada pada tanaman sampel
ke-4 dengan jumlah 87 helai daun dan tanaman sampel dengan jumlah daun paling
sedikit adalah sampel dua dengan 53 helai daun. Jumlah anakan terbanyak ada pada
sampel satu dengan jumlah anakan 11 dan yang paling sedikit ada pada sampel 3
dengan jumlah anakan 7.
Untuk mencari tahu perkembangan atau presentase perkembangan dari
tanaman padi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝑥 100% ,
𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ

Berdasarkan hasil perhitungan dari tinggi tanaman sampel 1 mengalami pertumbuhan


tinggi tanaman sebesar 22% dimana pada minggu sebelumnya tanaman sampel 1
memiliki tinggi 67 cm naik menjadi 105 cm. Selanjutnya, pada jumlah daun sampel
tanaman padi 1 hasil nilai presentase perkembangannya adalah mencapai 28%, dapat
dilihat tanaman padi sampel 1 pada minggu lalu ialah sebanyak 64 helai sekarang 82
helai daun. Parameter terakhir adalah jumlah anakan, presentase perkembangan dari
sampel tanaman 1 menunjukkan perubahan 22%, dimana jumlah anakan pada minggu
lalu ada sebanyak 9 anakan dan pada minggu ini jumlahnya adalah 11 anakan.
Terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan dalam praktikum teknologi
produksi pangan I yaitu budidaya tanaman yang akan di budidayakan, tanaman yang
akan dibudidayakan ada tiga jenis tanaman pangan yaitu jagung, padi dan sorgum.
Berikut kegiatan yang dilakukan adalah pembersihan lahan, pembuatan bedengan,
pemupukan dasar. penanaman, perawatan, pemupukan susulan, pengamatan.
Pembukaan lahan atau areal tanam tanaman adalah salah satu langkah awal
untuk menanam ataupun bercocok tanam pada suatu areal atau lahan yang sebelumnya
tidak terpakai sehingga banyak ditumbuhi oleh gulma yagn akan menjadi saingan
kepada tanaman sehingga perlu dibersihkan terlebih dahulu agar tidak terjadi
persaingan antar tanaman yang ditanam dengan gulma yang ada disekitar lahan (Alif,
2017).
Pembuatan bedengan merupakan langkah kedua setelah pembersihan laha
dilakukan , ukuran bedengan yang digunakan adalah 4 × 1 m , dengan lebar drainase
50 cm. Pembuatan bedengan dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah dan
bertujuan untuk membuat medium tanah, memperbaiki struktur tanah, agregat tanah,
dan juga untuk pengendalian hama maupun pathogen yang ada didalam tanah yang
dapat merugikan bagi tanaman. Dalam pembuatan bedengan ini juga harus
memperhatikan drainase yang baik dan mendukung khususnya untuk

25
mempertahankan air agar air tidak mudah hilang mengalir. Fungsi drainase adalah
untuk membuang kelebihan air, menciptakan keadaan tidak jenuh untuk pernapasan
akar tanaman, dan mencuci sebagian asam-asam organik. Semakin pendek interval
atau jarak antar parit drainase, maka hasil tanaman semakin tinggi (Sumadi, 2001).
Pemupukan dasar dilakukan setelah pembuatan bedengan telah selesai,
pemupukan dasar pada praktikum kali ini menggunakan pupuk kandang dari kotoran
ayam, dosis yang digunkan adalh sekitar 15 kg perbedengan, cara apengaplikasiannya
adalah dengan cara menaburkan pupuk kandang diatas bedengan tadi kemudian
diaduk dan diratakan dengan menggunakan cangkul. Pemupukan dasar bertujuan
untuk menyediakan unsur hara makro dan mikro pada awal pertumbuhan tanaman.
Meningkatkan pertumbuhan tanaman karena umur hara sudah tersedia. Mempercepat
membantu proses produksi buah pada tanaman karena tanaman sudah tumbuh subur
dan tidak terganggu pertumbuhannya. Menurut Surtinah (2013) kandungan unsur hara
dalam pupuk kandang tidak terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk ini mempunyai fungsi
lain yaitu dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti permeabilitas, porotasi
tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation-kation tanah.
Penanaman padi gogo dilakukan setelah pemupukan dasar dilakukan, Untuk
penanaman padi gogo harus disemai terlebih dahulu sebelum dilakukan penanaman.
Penyemaian dilakukan sekitar seminggu, setelah penyemaian dilakukan barulah bisa
dilakukan penanaman pada bedengan yang telah disiapkan, sebelum penanaman
dilakukan harus dibuat terlebih dahulu jarak tanamanya untuk jarak tanam padi gogo
dibuat 25 X 50 cm, kemudian dipasangkan ajir disetiap lubang tanam, dalam satu
bedengan terdapat 32 lubang atau ada 32 populasi padi gogo.
Menurut Irawan dkk (2020) kemampuan hidup yang lebih baik bibit yang
berasal dari persemaian disebabkan oleh 4 faktor yakni (1) Di lapangan benih sering
gagal untuk menyelesaikan perkecambahan disebabkan oleh lingkungan yang kurang
mendukung atau terserang patogen; (2) Kerusakan oleh pemangsa benih yang tinggi;
(3) Benih yang baru berkecambah dan bibit kecil seringkali tertekan oleh vegetasi lain,
dengan contoh gulma tebal; (4) Pada persemaian dapat mengendalikan
perkecambahan dan lingkungan pertumbuhan, sehingga bibit memiliki peluang yang

26
optimal untuk bertahan pada tahapan kritis dan pemangsaan biasanya kecil.
penanaman secara langsung ke lapangan dilakukan apabila biji-biji atau benih sudah
berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar,
namun kalau jumlahnya terbatas, maka benih harus dilakukan penyemaian terlebih
dahulu.
Di dalam pertanian, menanam dan pola tanam sangatlah diperlukan. Tanam dan
juga poa yang berbeda akan menentukan tingkat produksi dalam kualitad maupun
kuantitas. Menanam merupakan menempatkan bahan tanah yang berupa benih atau
bibit pada media tanam baik itu media tanah maupun media bukan tanah dalam satu
bentuk dari pola tanam. Keberhasilan tanam dipengaruhi oleh faktor, contohnya
manusia seperti edukasi, skill, inovasi, rencana, dan evaluasi. Agar nantinya diperoleh
interaksi yang baik maka harus diperhatikan bahan tanamnnya, yakni seperti asal
benih, bersertifikat, dan sesuai dengan habitat tumbuh. Media tanamnya seperti
memahami karakteristik media, mengetahui kandungan nutrisi, peralatan yang sesuai,
persiapa media. Penanaman tanaman pada suatu lahan memakai jarak tanam, yakni
jarak antara saru tanaman dengan tanaman lain (Amarullah, dkk. 2021).
Perawatan tanaman adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia yang
bertujuan untuk memberikan kondisi lingkungan yang menguntungkan sehingga
tanaman tetap akan tumbuh dengan baik dan mendapatkan hasil optimal. Seperti pada
budidaya padi gogo ini, perawatan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai tindakan
seperti contohnya pemberantasan hama dan penyakit, penyiangan, pemupukan,
penyiraman, penyulaman, dan pembumbunan. Perawatan tanaman tersebut
merupakan sebuah hal yang perlu dilakukan pada saat membudidayakan tanaman,
selama pertumbuhannya. Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka tanaman akan
tumbuh tidak optimal dan terjadinya penghambatan pertumbuhan tanaman. Beberapa
faktor yang menyebabkan rendahnya produksi yakni karena pengolahan tanah yang
kurang optimal, mutu dan kualitas benih masih rendah dan pemeliharaan tanaman
seperti penyiangan hama dan penyakit serta pemupukan yang kurang sempurna (Adli,
Mbue, dan Edison, 2018).

27
Penyiraman air termasuk di dalam perwatan pada budidaya tanaman padi gogo,
pemberian air pada padi gogo berfungsi dalam memenuihi kebutuhan air pada
pertumbuhan dan perkembangan padi gogo. Pengairan untuk tanaman padi diberikan
pada waktu persemaian benihsampai produksi padi (Huda et al 2012). Irigasi pada
dasarnya merupakan penambahan air untuk memenuhi kebutuhan air untuk tanaman.
Cara pengairan padi terdiri dari berbagai macam cara, salah satu cara yang dilakukan
untuk irigasitanaman padi yaitu melakukan pengairan diatas tanah, pengairan didalam
tanah, pengairan dengan penyemprotan, dan pengairan tetes (Sapei dan Fauzan, 2012).
Penyiangan merupakan kegiatan sanitasi lahan dengan melakukan
pemeliharaan terhadap tanaman yang ditanam dan membersihkan guludan dari gulma,
tanaman pengganggu, dan tanaman yang sakit. Penyiangan terhadap tanaman
budidaya dilakukan pada saat tanaman berumur 20-40 HST . Gulma dan tanaman
pengganggu hasil dari penyiangan dapat dibenamkan ke dalam tanah, sedangkan
tanaman yang terserang penyakit harus segera di hilangkan (Santosa, 2019).
Penyiangan dapat menggunakan alat bantu seperti cangkul, parang atau tajak. Seperti
yang dilakukan pada praktikum tersebut. Penyiangan merupakan salah satu
pengendalian gulma yang sangat praktis aman, efisien dan murah jika diterapkan pada
suatu area yang tidak luas dan pada area yang cukup banyak tenaga kerja. Pemilihan
waktu penyiangan yang tepat dapat mengurangi jumlah dari gulma tumbuh serta dapat
mempersingkat persaingan.
Pembumbunan merupakan menaikkan tanah di antara baris sekitar batang.
Pembumbunan tersebut dilakukan untuk menjaga tanaman agar tetap tegak dan tanah
tetap gembur, kemudian untuk mencegah serangga hama dan mencegah tumbuhnya
gulma kembali titik pembumbunan dapat dilakukan dengan sekaligus penyiangan.
Menurut Ratnawati dan Silma (2017) penyiraman merupakan sebuah kegiatan yang
perlu untuk dilakukan dalam pemeliharaan tanaman. Air merupakan salah satu bagian
terpenting untuk pertumbuhan tanaman. Tanpa perawatan intensif tanaman akan mati,
oleh karena itu dibutuhkan perhatian yang khusus untuk mengoptimalkan
pertumbuhannya. Tanaman yang sehat diikuti dengan kondisi tanah yang baik. Kondisi

28
tersebut adalah nilai kelembaban tanah yang ideal. Terlalu basah atau kering akan
kurang baik bagi keberlangsungan hidup dari tanaman tersebut.
Pada kegiatan perawatan sebelumnya juga dilakukan penyulaman. Penyulaman
dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati, tidak sehat atau merana. Kegiatan ini
dapat dilakukan pada 15-30 HST . BIbit sulaman dapat menggunakan anakan.
Penyulaman bertujuan untuk meningkatkan persen, jadi tanaman dalam satu kesatuan
luast tertentu. Penyulaman tersebut dapat dilakukan pada pagi hari atau sore hari dalam
musim hujan. Besarnya intensitas penyulaman tergantung dari persen jadi tanaman.
Jika persen tanaman jadi mencapai 100% pada areal tersebut maka tidak perlu
dolakukan penyulaman. Pada 80-100% dilakukan penyulaman ringan, sedangkan
antara 60-80% dilakukan sulaman intensif, sedangkan dibawah dari 60% perlu
dilakukan penanaman ulang. Tanaman yang disulam tersebut adalah tanaman mati,
tanaman terkena penyakitm dan tanaman yang tidak bagus. Standar teknis penyulaman
meliputi bibit tertanam tegak lurus, akar tidak terlipat dan lubang ditutup kembali dan
dipadatkan. (Hendro, Shodiq, dan Untung., 2021).
Perawatan selanjutnya yang dilakukan pada tanaman padi gogo yakni
pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pada praktikum ini pestisida yang
digunakan yakni pestisida decis. Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan
untuk membunuh hama, baik itu insekta, jamur, maupun gulma. Tujuan dari
penggunaan pestisida tersebut yakni (1) memberantas atau mencegah hama dan
penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman, atau hasil-hasil; (2) memberantas
rerumputan ; (3) mematikan gulma dan mencegah pertumbuhan yang tidak
diharapkan; (4) mengatur atau merancang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman. Ketepatan dari aplikasi pestisida yakni identifikasi saran jenis pestisida,
dosis, faktor aplikasi, dan cara aplikasi dalam. Aplikasi pestisida terdapat beberapa
faktor yang harus diperhatikan yakni strategi pengendalian, tipe pestisida yang
digunakan, habitat hama, dan tingkah laku hama. Metode yang dapat dilakukan yakni
dengan cara penyemprotan, pelarutan penaburan, penuangan injeksi batang, dipping,
fungsasi (Dadang, 2006).

29
Pemupukan lanjutan juga termasuk dalam perawatan tanaman. Pemupukan lanjutan
menggunakan pupuk urea, pupuk TSP dan pupuk KCL, dengan dosis anjuran pupuk
urea 100 kg/ha, TSP 75 kg/ha dan KCL 50 kg/ha dimana dalam pengaplikasian pupuk
urea dilakukan dua kali. Untuk mencari Dosis pupuknya dapat menggunakan rumus
luas bedengan dibagi dengan luas lahan per hektar dikalikan dosis anjuran.
Pemupukan lanjutan merupakan pemberian zat-zat makanan yang diperlukan
oleh tanaman untuk pertumbuhan dan pembentukkan hasil. Pemupukan lanjutan juga
merupakan pemupukan kedua setelah pemupukan dasar yang dilakukan pada saat
pengolahan tanah. Pemupukan ini memiliki prinsip memberikan makanan tambahan
berupa zat makanan atau zat hara atas kekurangan pada pemupukan dasar, dan
merupakan pemberian pupuk yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan tanaman
(Alif, 2017).
Pada selama proses budidaya tanaman, praktikan menjumpai hama dan
penyakit berupa hama wereng dan penyakit tungro. :
1. Hama Wereng

Gambar 4. Hama Wereng Cokelat


Wereng coklat mulai menyerang tanaman padi pada umur 15 hst dan gejala
serangan akan nampak pada umur tanaman 20-40 hst. tidak hanya menghisap
cairan batang tanaman padi, hama wereng coklat juga menularkan virus pada
tanaman, sehingga tanaman terjangkit penyakit virus kerdil rumput dan virus
kerdil hampa. hingga saat ini kedua virus ini belum dapat di obati. Serangan Virus
Kerdil Hampa dicirikan dengan bengkoknya daun sehingga pertumbuhan tanaman
nampak tidak normal, daun berwarna hijau gelap dan tinggi tanaman kerdil. jika

30
tanaman telah diserang mulai awal pertumbuhan (15Hst) mengakibatkan
banyaknya malai hampa saat dewasa. Serangan Virus Kerdil Rumput dicirikan
banyaknya anakan yang muncul, sedangkan daun berwarna kekuningan, lebar
daun sempit (menyerupai rumput) serangan diawal pertumbuhan mengakibatkan
tanaman seperti terbakar saat umur 40-45 Hst. Kemungkinan sebesar 80% gagal
panen jika tanaman mulai terserang sejak umur 10 – 15 Hst.
Serangan hama wereng ini sering menyerang pada tanaman padi sawah, jarang
terjadi pada padi gogo. Dengan kondisi lahan yang lembab, selalu tergenang air,
lahan ternaungi, penggunaan pupuk N yang tinggi memicu perkembangan hama
wereng semakin tinggi. Terdapat beberapa metode untuk mencegah serangan
hama wereng coklat, antara lain:
1. Menggunakan varietas tahan
Penggunaan Varietas IR74 dapat menurunkan populasi wereng coklat biotipe 4
sebesar 52%, sedangkan varietas Ciherang menurunkan sebesar 19,1% [5]
Dianjurkan pula menggunaan varietas baru seperti Inpari 18, Inpari 19, Inpari 31
dan Inpari 33, semua varietas Inpari tersebut tahan terhadap wereng coklat biotipe
1, 2, dan 3.
2. Penggiliran Varietas Antar Musim
Pergiliran varietas pada daerah wereng coklat biotipe 3 dilakukan dengan
menanam varietas yang mempunyai gen tahan Bph1+ (IR64) dan Bph3 (Inpari 13)
pada musim hujan. Pada musim kemarau ditanam varietas dengan gen tahan Bph1
(Ciherang) dan bph2 (Inpari 31/33).[6]
3. Penggunaan Pestisida
Penggunaan pestisida sistemik dengan bahan aktif imidakloprid (Contoh Merk
Confidor 5WP), dosis 0.5Kg/Ha dapat mengurangi populasi hama wereng sebesar
20,1 – 52,4% Penggunaan pestisida kontak lambung dengan bahan aktif BPMC
(Contoh Merk Sidabas 500 EC), dosis 1,5 L/Ha dapat mengurangi populasi hama
wereng coklat sebesar 9,2 – 26,4%.

31
2. Penyakit Tungro

Gambar 5. Penyakit Tungro Padi


Penyakit tungro merupakan penyakit padi yang disebabkan oleh dua jenis virus
yaitu virus yang berbentuk batang atau virus batang tungro padi Rice tungro
bacilliform virus (RTBV), dan virus berbentuk bulat atau virus bulat tungro padi
Rice tungro spherical virus (RTSV). Kedua virus tersebut ditularkan oleh beberapa
spesies wereng hijau dan wereng daun lainnya. Tanaman padi yang terinfeksi virus-
virus tungro umumnya tampak kerdil dan daun berwarna kuning terutama pada
daun muda. Sejak tahun 1981, penyakit ini telah meluas dari Sulawesi Selatan ke
Bali, Lombok, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Hingga saat ini hampir
seluruh sentra produksi padi di Indonesia tidak terlepas dari penyakit tungro.
Gejala utama penyakit tungro terlihat pada perubahan warna daun terutama
pada daun muda berwarna kuning oranye dimulai dari ujung daun. Daun muda agak
menggulung, jumlah anakan berkurang, tanaman kerdil dan pertumbuhan
terhambat. Gejala ini biasanya tersebar mengelompok pada areal pertanaman padi
sehingga hamparan tanaman padi terlihat bergelombang karena adanya perbedaan
tinggi tanaman antara tanaman sehat dan tanaman sakit. Gejala biasanya mulai
tampak pada 6-15 hari setelah terinfeksi. Tanaman muda lebih rentan terinfeksi
disbanding tanaman tua. Jika tanaman sampai berumur dua bulan terhindar dari
infeksi, penyakit tungro kurang berpengaruh terhadap kerusakan dan kehilangan
hasil.
Mengingat banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit tungro,
maka pengendalian penyakit tungro yang dianjurkan adalah dengan

32
mengintegrasikan komponen-komponen pengendalian dalam satu system yang
dikenal dengan konsep pengendalian penyakit secara terpadu. Beberapa teknologi
pengendalian tungro yang dianjurkan adalah tanam serempak, pengaturan waktu
tanam, varietas tahan, sanitasi lingkungan, dan penyemprotan insektisida.

33
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Pada praktikum teknologi produksi tanaman pangan I ada tiga jenis tanaman
pangan yang dibudidayakan yaitu padi, jagung dan sorgum. Praktikan dibagi menjadi
bagian bagian kelompok kecil yang terdiri dari tiga peserta dan masing- masing
kelompok bertanggung jawab atas bedengannya. Proses budidaya tanaman dimulai dari
pembukaan lahan, melakukan pengolahan pada tanah dengan dibolak balikkan lalu
setelah beberapa hari kemudian diberikan pupuk kandang yang telah ditentukan
jumlahnya, selanjutnya praktikan membuat bedengan dengan luas 4 × 1 m. Praktikan
mendapatkan kelompok padi sehingga menanam padi dengan jumlah populasi 32.
Setelah itu praktikan melakukan perawatan mulai dari penyiraman, pemberian pupuk
NPK tunggal dalam bentuk urea, TSP dan KCl, penjarangan dan pembersihan gulma
setiap minggu, pemberian pestisida serta pemupukan lanjutan.
Padi gogo merupakan jenis padi yang dibudidayakan pada lahan marginal atau
lahan kering dimana pemenuhan kebutuhan air tanaman tergantung pada hujan yang
turun (tadah hujan).Oleh karena itu penaman yang baik dilakukan setelah terdapat 1 –
2 kali hujan, awal musim penghujan (Oktober – Nopember) agar kebutuhan air
terpenuhi.
5.2 Saran
Saran saya untuk praktikum kedepannya agar hasil yang diperoleh dari
praktikum optimal praktikan dituntut untuk menyediakan alat gembor masing- masing
kelompok agar proses praktikum lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Alif S.M. 2017. Budidaya Cabai Rawit. Bio Genesis. Yogyakarta.


Amarullah, Mardhiana, Willem, dan Nurul Wardah. 2021. Dasar Agronomi. Aceh
Fabians J.D Hitijahubessy dan Adelina Siregar. 2016. Peranan Bahan Organik dan
Pupuk Majemuk Npk Dalam Menentukan Percepatan Pertumbuhan Tanaman
Jagung (Zea mays Saccharata L.). Pada Tanah Inceptisol (Suatu Kajian Analisis
Pertumbuhan Tanaman). J. Budidaya Pertanian Vol. 12(1): 1-9 Th. 2016 ISSN:
1858-4322
Fajarany, Ratih. Wardani., Titiek Islami dan Husni, Thamrin. Sebayang. 2016.
Pengaruh Pemberian Jenis Pupuk dan Waktu Pengendalian Gulma pada
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata). Jurnal
Prduksi Tanaman. Vol 4(6).
Fanindi, A., S. Yuhaeni dan Wahyu,H. 2005. Pertumbuhan danProduktivitas
Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor(L) Moench dan Sorghum sudanense(Piper)
Stafp) yang Mendapatkan Kombinasi Pemupukan N, P, K dan Ca.
Seminar Nasional TeknologiPeternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak.
Bogor.
Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu tanah. Akademika , Pressindo ; Jakarta
Hartono. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-
Pengalaman. Edisi 2007. BPFE. Yogyakarta.
Hasanah, I. 2007. Bercocok Tanam Padi. Azka Mulia Media. Jakarta. 68 hal.
Hendro, H, S. E. Ariyanto, dan U.Sudjianto. 2021. ‘Pemberdayaan masyarakat melalui
Penerapan Agroforestri Pada Lahan Kritis Di Desa Wonosoco Kecamatan
Undaan Kabupaten Kudus’. Muria Jurnal Layanan Masyarakat. 3(2) : 111-
118.Herawati, W.D. 2012. Budidaya Padi. Yogyakarta: Javalitera.
Irawan, Ujang Susep, dkk. 2020. Manual Pembuatan Persemaian dan Pembibitan
Tanaman Hutan. Operasi Wallacea Terpadu. Bogor.
Iriany R, Makkulawu 2014. Asal Usul dan Taksonomi Tanaman Sorgum. Sulawesi
Selatan : Bahai Penelitian Tanaman Serealia.

35
Juandi T, Selvie T, Marjam MT. 2016. Pertumbuhan dan produksi jagung pulut lokal
(Zea mays ceratina kulesh) pada beberapa dosis pupuk NPK. Manado:
Universitas Sam Ratulangi.
Kalshoven, L.G.E. 2008. Pest of Crop in Indonesia. P.T.Ichtiar Baru –van Hoeve,
Jakarta. P.85
Lingga, P. dan Marsono. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penerbit Swadaya.
Jakarta. 150 hal
Ratnawati dan Silma. 2017. ‘Sistem Kendali Penyiram Tanaman Menggunakan
Propeller Berbasis Internet Of Things’. Jurnal Inspiration. 7(2) : 143-154.
Santosa, M. 2019. Budidaya Kentang Dataran Tinggi dan Dataran Medium di Lahan
Tropis. UB Press. Malang.
Sapei, A. dan M. Fauzan. 2012. Lapisan kedap buatan untuk memperkecil perkolasi
lahan sawah tadah hujan dalam mendukung irigasi hemat air. J.Irigasi,7 (1) : 52
- 58.
Sumadi. 2001. Usaha Tani Bawang Putih. Kanisius. Yogyakarta.
Surtinah, 2013. Analisis data penelitian tanaman budidaya. Unilak Press. Pekanbaru.
161 halaman.
Tjitrosoepomo, 2004.Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Padi Oryza sativa..UIN-
Suska Riau

36
LAMPIRAN
Dokumentasi

Gambar 6. Penggemburan Tanah Gambar 7. Pembersihan


Bedengan

Gambar 8. Perataan Tanah Gambar 9. Penyiraman Bedengan

Gambar 10.Pengukuran Jarak Tanam Gambar 11.Pembuatan Ajir

37
Gambar 12. Pemasangan Ajir Gambar 13. Benih Padi Berkecambah

Gambar 14. Pembuatan Lubang Tanam Gambar 15. Kegiatan


Penanaman

Gambar 16. Penyiraman Gambar 17. Pembuatan


Lubang
Untuk Pemupukan

38
Gambar 18. Pemberian Urea Gambar 19. Pemberian KCL

Gambar 20. Penggemburan Tanah Gambar 21. Penyiangan Gulma

Gambar 22. Pestisida Gambar 23. Alat Sprayer

39
Gambar 24. Pengaplikasian Pestisida Gambar 25. Pembuatan Lubang Pupuk

Gambar 26. Pemupukan Lanjutan Gambar 27. Penyiangan Secara Manual

Gambar 28. Penyiangan Menggunakan Gambar 29. Pengamatan Minggu


Cangkul Pertama

40
Gambar 30. Pengamatan Minggu Kedua Gambar 31. Pengamatan Minggu
Ketiga

Gambar 32. Tanaman Padi

Perhitungan Pupuk
Perhitungan Jagung dan Sorgum
Diketahui: N= 150 kg/ha => 150.000 gr
P= 150 kg/ha => 150.000 gr
K= 100 kg/ha => 100.000 gr
Ditanya: Dosis Pupuk N,P,K?
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑒𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛
Rumus: x dosis anjuran
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛/ℎ𝑎

1𝑥4𝑚
• N= x 150.000 gr
10.000

41
600
= 10
= 60 gr/ bedengan atau 3 gr/ tanaman

1𝑥4𝑚
• P= x 150.000 gr
10.000
600
= 10
= 60 gr/ bedengan atau 3 gr/ tanaman

1𝑥4𝑚
• K= x 100.000gr
10.000
400
=
10
= 40 gr/ bedengan atau 2 gr/ tanaman
Perhitungan Pupuk Padi
Diketahui: N= 200 kg/ha => 200.000 gr
P= 75 kg/ha => 75.000 gr
K= 50 kg/ha => 50.000 gr
Ditanya: Dosis Pupuk N,P,K?
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑒𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛
Rumus: x dosis anjuran
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛/ℎ𝑎

1𝑥4𝑚
• N= x 200.000 gr
10.000
800
= 10
= 80 gr/ bedengan atau 4 gr/ tanaman

1𝑥4𝑚
• P= x 75.000 gr
10.000
300
= 10
= 30 gr/ bedengan atau 1.5 gr/ tanaman

1𝑥4𝑚
• K= x 50.000gr
10.000
200
= 10
= 20 gr/ bedengan atau 1 gr/ tanaman

42
Perhitungan pestisida
Adapun perhitungan dosis pestisida tang digunakan dengan takraan : 2 ml/1 L air yaitu
:
= 3 x 2 ml = 6 ml
Jadi dosis pestisida yang digunakan sebanyak 6 ml untuk 12 bedengan dengan kata lain
untuk satu bedengan mendapatkan pestisida sebanyak ½ ml

43

Anda mungkin juga menyukai