Anda di halaman 1dari 46

1

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

DASAR-DASAR TEKNOLOGI BUDIDAYA

MONIKA SARI KRISTIN

1906113746

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2019
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan keselamatan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan
akhir praktikum tentang budidaya tanaman.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Husna Yetti, M.Si dan
Ibu Sri Yoseva, SP., M.P yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan
motivasi sampai selesainya laporan akhir praktikum ini. Tidak lupa pula untuk
seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis dalam peneyelesaian
laporan penelitian ini, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Tidak ada yang
pantas diberikan, selain balasan dari Tuhan Maha Kuasa untuk kemajuan kita
semua dalam menghadapi masa depan nanti.
Akhirnya penulis sangat mengharapkan agar laporan akhir praktikum ini
bermanfaat bagi kita semua baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan
datang.

Pekanbaru, 4 Mei 2020


ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................1
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3
2.1 Teknologi Budidaya Tanaman......................................................................3
2.2 Perbanyakan Tanaman Generatif..................................................................5
2.3 Perbanyakan Tanaman Vegetatif.................................................................12
2.5 Pupuk Anorganik (Pupuk Kimia)................................................................12
2.6 Pengertian Pestisida Nabati.........................................................................13
2.7 Pestisida Sintetis Kimia...............................................................................14

2.8 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) ......................................................................18

III. METODOLOGI PRAKTIKUM..................................................................20


3.1 Tempat dan Waktu......................................................................................20
3.2 Alat dan Bahan............................................................................................20
3.2.1 Budidaya Tanaman............................................................................20
3.2.2 Stek Tanaman Hias............................................................................20
3.2.3 Pencangkokan Tanaman Buah..........................................................20
3.2.4 Sambung Pucuk Tanaman Hias.........................................................21
3.3 Cara Kerja....................................................................................................21
3.3.1 Budidaya Tanaman............................................................................21
3.3.2 Stek Tanaman Hias............................................................................22
3.3.3 Pencangkokan Tanaman Buah..........................................................23
3.3.4 Sambung Pucuk Tanaman Hias.........................................................24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................25
4.1 Hasil..........................................................................................................25
iii

4.2 Pembahasan...............................................................................................26
V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................33
5.1 Kesimpulan...............................................................................................33
5.2 Saran..........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................35
DOKUMENTASI.................................................................................................36
iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pengamatan tanaman pada minggu ke-1.........................................25

2. Pengamatan tanaman pada minggu ke-2.........................................25


v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Lahan sebelum dibersihkan.............................................................36


2. Pembershan lahan............................................................................36
3. Lahan setelah dibersihkan...............................................................36
4. Pengukuran bedengan.....................................................................36
5. Pembuatan bedengan.......................................................................36
6. Bedengan yang telah selesai............................................................36
7. Pemupukan dasar.............................................................................37
8. Setelah pemupukan.........................................................................37
9. Pengukuran jarak tanam..................................................................37
10. Pembuatan lubang tanam..............................................................37
11. Penanaman benih...........................................................................37
12. Penyiraman tanaman.....................................................................37
13. Cara stek tanaman.........................................................................38
14. Penanaman stek.............................................................................38
15. Cara mencangkok tanaman...........................................................38
16. Cara sambung pucuk.....................................................................38
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu usaha yang bisa menunjang


kehidupan masyarakat dalam kehidupannya yang saat ini. Pertanian
memang telah banyak digeluti oleh masyarakat kecil maupun masyarakat
tingkat sedang. Namun, sebagian besar masyarakat kecil masih terhambat
oleh kurangnya pengembangan teknologi yang memang sangat dibutuhkan
sebagai pembantu dalam mengelola lahan petanian maupun hasil-hasil
pertanian. Keterbatasan inilah yang menjadi bahan untuk dipecahkan
bersama-sama guna membantu para petani dalam mengembangkan
usahanya dalam bertani.
Selain dari pada itu, pengembangan teknologi juga dibutuhkan
sebagai pembaruan dari usaha tani tradisional guna lebih meningkatkan
lagi produktivitas hasil pertanian. Usaha yang telah dilakukan dalam
mengembangkan usaha tani juga memang penting karena pengembangan
teknologi dalam bidang usaha pertanian ditujukan agar dapat membantu
para petani dalam mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi
sebagaimana yang diharapkan oleh semua petani.
Pengembangan teknologi dalam bidang pertanian tentunya harus
dilakukan dengan memperhatikan sistem pertanian yang digunakan yang
didalamnya mencakup berbagai macam cara dalam mengembangkan hasil
pertaian selain daripada teknologi. Pengetahuan yang seperti ini
seharusnya menjadi modal utama dalam mengembangkan usaha tani
apabila kita ingin mendapatkan keuntugan yang besar. Hal-hal yang
seperti inilah yang seharusnya petani perhatikan terlebih dahulu ketika
ingin memulai usaha tani agar tidak mendatangkan kerugian. Selain itu,
peran pemerintah juga dibutuhkan guna memberi pengetahuan berupa
sosialisasi ketika ada pengembangan metode pertanian maupun
pengembangan alat-alat pertaian yang dapat membantu megurangi beban
para petani.

1.2 Tujuan
2

Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk


mengetahui dan memahami bagaimana teknik budidaya
tanaman (memperbanyak tanaman) yang baik dan benar
agar memperoleh hasil yang maksimal. Sedangkan tujuan
dibuatnya laporan ini yaitu untuk :
1. Mengetahui tentang budidaya tanaman kangkung
2. Mengetahui tentang perbanyakan tanaman secara vegetatif stek tanaman hias
3. Mengetahui tentang perbanyakan tanaman secara vegetatif pencangkokan
tanaman buah
4. Mengetahui tentang perbanyakan tanaman secara vegetatif sambung pucuk
tanaman hias
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perbanyakan Tanaman Generatif


Tanaman secara generatif adalah salah satu perbanyakan yang di
lakukan dengan cara mempertemukan dua tanaman induk jantan dan
betina melalui sistem kawin, antara organ bunga. Kemudian akan terjadi
proses penyerbukaan dan menghasilkan buah dengan di dalamnya biji. biji
dalam buah tersebut akan di tanam untuk tumbuh dan berkembang
menjadi tanaman baru dengan bentuk yang variasi, mulai dari batang, akar,
bunga dan daun tergantung dengan induk tanaman yang sudah di pilih.
Mekanisme dalam perbanyakan generatif di tandai dengan adanya
pembuahan, pembuahan tersebut berasal dari peleburan antara sel kelamin
jantan dan sel kelamin betina kemudian menghasilkan zigot yang akan
tumbuh dan berkembang menjadi tanaman baru yang bagus dan
berkualitas.
Untuk saat ini perbanyakan tanaman secara generatif masih sering
digunakan dalam menghasilakan varietas-varietas baru yang lebih unggul
dengan mengawinkan antar tanaman yang sejenis. Sehingga dengan
adanya perkembangan ilmu dibidang genetika tumbuhan tersebut
diharapkan mampu menghasilkan tanaman yang tahan terhadap hama dan
penyakit serta mempunyai daya produksi yang tinggi dengan kualitas yang
terjamin.

Jenis – jenis perbanyakan secara generatif


Perbanyakan secara generatif  pada tumbuhanan ada beberapa jenis yaitu adalah
sebagai berikut :

 Konjugasi merupakan salah satu reproduksi generatif pada tumbuhan yang


belum jelas kelaminnya, misalnya ganggang hijau ( Spyrogyra )
 Isogami merupakan hasil dari peleburan antara sel kelamin jantan dan sel
kelamin betina yang memiliki sama besarnya, misalnya ganggang biru
( clamydomonas )
4

 Anisogami merupakan hasil pelebutan antara sel kemanin jantan dan sel
kelamin betina yang tidak sama besarnya, misalnya ganggang berbentuk
lembaran ( Ulva )
 Penyerbukaan di ikuti dengan pembuahan, di karenakan tumbuhan
berbunga atau memiliki biji.
Kelebihan perbanyakan secara  generatif yaitu Tanaman dapat
diperoleh dengan mudah dan cepat, pekarakan lebih kuat dan rimbun,
memiliki keragaman genetik, lebih tahan terhadap hama dan penyakit yang
menyerang, lebih mudah dalam melakukan persilangan antar tanaman.
Perbanyakan tanaman secara generatif selain memiliki kelebihan juga
memiliki kekurangan, kekurangan perbanyakan sistem generatif adalah
Tanaman baru belum dapat di tentukan bagus dan berkualitas, jangka
waktu bunga dan berbuah relatif lama, kualitas tanaman akan di ketahui
jika sudah berbuah serta varietes baru belum tentu baik di gunakan.

Faktor – Faktor lingkungan yang mempengaruhi sistem generatif


yaitu : Ketersediaan air, su hu, cahaya, pertukaran gas antara embrio dan
atmosfir, penyimpanan dan perlakukan benih.

Siklus Hidup Seksual atau Generatif


Perkembangbiakan secara generatif merupakan perkembangbiakan
yang menggunakan biji sebagai alat reproduksinta. Reproduksi denga biji
ini akan menyebabkan variasi antar tanaman.  Pertumbuhan dan
perkembangan tanaman dari kecambah menjadi dewasa terjadi dalam
beberapa fase, yaitu :
1.      Fase Embrio, yaitu dimulai dengan fusi atau peleburan antara gamet jantan
dan gamet betina. Proses peleburan kedua inti ini, disebut pembuahan atau
fertilisasi. Inti sperma yang satu akan membuahi inti sel telur membentuk zigot,
sedangkan inti sperma lainnya membuahi inti kandung lembaga sekunder
membentuk endosperma. Endosperma akan menyediakan makanan bagi embrio
yang berkembang dari zigot.
2.      Fase Juvenil, yaitu dimulai dengan perkecambahan biji dan embrio tumbuhan
menjadi tanaman muda. Dalam fase ini pertumbuhan yang mendominasi
5

morfologi perkembangan tanaman adalah pertumbuhan vegetatif. Secara umum


tanaman pada fase ini tidak merespon terhadap zat perangsang pembungaan.
3.      Fase Transisi, merupakan fase pada saat tanaman secara bertahap kehilangan
sifat juvenilitasnya dan memasuki fase dewasa. Perubahan ini ditunjukkan pada
perubahan morfologi seperti hilangnya kemampuan  berkembang secara vegetatif
dan meningkatnya kemampuan untuk memberikan respon terhadap zat
perangsang pembungaan.
4.      Fase Dewasa, yaitu dimana tanaman mencapai ukuran maksimal dan
memasuki stadia yang didominasi oleh pembentukan bunga, buah dan biji.

2.2 Perbanyakan Tanaman Vegetatif


Perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah perbanyakatan
tanaman yang menggunakan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti akar,
batang dan daun. Bahan tanaman yang berasal dari bagian vegetatif
disebut bibit. Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan
perkembangbiakan tanaman yang terjadi tanpa melalui proses perkawinan.
Walaupun demikian perbanyakan tanaman secara vegetatif ini memiliki
kelebihan dan kekurangan.

 Perbanyakan vegetatif alami

Perbanyakan vegetatif secara alami adalah perbanyakan tanaman


secara tak kawin tetapi terbentuk secara alami tanpa bantuan manusia.
Contohnya:pembentukan tunas (pisang, nenas dan lain-lain),rizoma/akar
rimpang (tanaman toga jahe, lengkuas, kunyit dan lain-lain), Umbi lapis
(bawang merah, bawang putih, bawang dayak dan bawang bombai), Umbi
batang (ubi jalar, kentang dan lainnya), Geragih atau stolon (rumput
pantai), Umbi akar (wortel) dan Membela diri (alga).

 Perbanyakan vegetatif buatan

Perbanyakan vegetatif secara buatan adalah perbanyakan tanaman


yang dilakukan secara tak kawin tetapi melalui bantuan manusia.
Contohnya:Percangkokan (percangkokan mangga, rambutan, sawo dan
6

lain sebagainya), Stek (tanaman kerokot, brokoli hijau, brokoli kuning,


malati mini dan sebagainya), Okulasi (tanaman mangga, belimbing dan
lain sebagainya), Sambung pucuk (tanaman durian, jambu biji, kopi dan
lain sebagainya), Runduk (tanaman apel, melati dan lain seabagainya), dan
Kultur jaringan (tanaman kelapa sawit, anggrek dan lain sebagainya).
Kelebihan perbanyakan tanaman dengan cara vegetatif yaitu: Dapat
diterapkan pada tanaman yang tidak menghasilkan biji, sifat-sifat yang
lebih baik pada induknya dapat diturunkan, masa juvenil (masa muda)
relatif pendek, tanaman lebih cepat bereproduksi dan dapat tumbuh pada
tanah yang memiliki lapisan tanah dangkal karena memiliki sistem
perakaran yang dangkal. Sedangkan kelemahan perbanyakan tanaman
dengan cara vegetatif yaitu : mewarisi sifat jelek induknya disamping sifat
baik induknya, sistem perakaran kurang kuat karena tidak memiliki akar
tunggang, biaya pengadaan bibit mahal, sulit memperoleh tanaman dalam
jumlah yang besar yang berasal dari satu pohon induk, serta waktu yang
dibutuhkan untuk memperbanyak tanaman relatif lama.
Siklus Hidup Aseksual Atau Vegetatif
Pada perbanyakan tanaman secara vegetatif, genotip dari tanaman
induk diwariskan secara sempurna. Bagian-bagian tanaman pada fase
siklus seksual manapun dapat digunakan sebagai bahan awal. Bahan yang
dipilih untuk perbanyakan karena sifat  vegetatifnya dan diambil sebelum
mencapai fase dewasa akan tetap menunjukkan sifat juvenilnya. Bahan
tanaman yang dipilih karena sifat bunga dan buah nya tidak lagi
menunjukkan sifat juvenilnya ataupun trasnsisinya dan tetap secara biologi
dewasa.
Dengan demikian perlu diketahui fase vegetatif dan fase pembungaan.
Fase vegetatif adalah fase pertumbuhan tanaman dengan perpanjangan
akar dan batang, peningkatan volume tanaman dan perluasan daun. Pada
fase pembungaan perpanjangan batang berakhir dan beberapa titik tumbuh
berubah menjadi kuncup dan akhirnya membentuk buah dan
biji.Perbanyakan tanaman secara vegetatif mencakup beberapa cara antara
lain stek (batanag, akar dan daun), okulasi dan penyambungan.
7

Perbanyakan vegetatif ini tidak seperti perbanyakan tanaman secara


generatif yang secara langsung dapat ditanam dilapangan. Untuk
perbanyakan tanaman secara vegetatif biasanya perlu disemaikan lebih
dahulu sebelum ditanam di lapangan.

Persemaian tanaman dilakukan bertujuan untuk :


a.       Memudahkan pemeliharaan tanaman, misalnya penyiraman pagi dan sore
hari.
b.      Menydiakan media tanam yang sangat bagus, misalnya permukaan tanah
yang halus.
c.       Mengurangi biaya dan tenaga kerja
d.      Memberi kesempatan menyeleksi tanaman yang baik untuk dipindahkan
kelapangan sehingga akan mengurangi persentase penyulaman,
e.       Pada jenis tanaman tetentu dengan transplating (pindah tanam)
memungkinkan diperoleh pertumbuhan tanaman dan hasil yang lebih tinggi.
 Teknik Perbanyakan Dengan Stek (Cutting)

Stek atau cutting  merupakan salah satu teknik perbanyakan


tanaman secara vegetatif. Tanaman yang disetek dipotong salah satu
bagiannya, potongan bagian tanaman bisa langsung ditanam di
lapangan.Dibandingkan dengan perbanyakan tanaman secara vegetatif
yang lainnya, stek memiliki beberapa keuntungan, diantaranya : 1) Sifat
tanaman baru sama dengan induknya 2) Bagian tanman induk yang
diperlukan sebagai bahan setek relatif sedikit, sehingga tidak merugikan
tanaman induk.3)Mudah dilakukan dan tidak memerlukan teknologi rumit.
4)Biaya yang dikeluarkan sedikit dan waktu yang diperlukan relatif
singkat.5) Jumlah tanaman yang dihasilkan lebih banyak dibanding
cangkok dan okulasi.6) Tanaman baru hasil setek memiliki keseragaman
umur.

Faktor Yang Mempengaruhi Regenerasi Tanaman Dari Stek


 Seleksi Bahan Stek
8

Unsur hara pada tanaman yang distek menunjukkan pengaruh terhadap


pertumbuhan akar, pucuk, etiolasi dan juvenilitas dari stek. Kemudian bagian
tanaman yang dipilih sebagai bahan stek tergantung kepada spesies, pucuk lateral
atau terminal, fase berbunga atau vegetatif. Faktor lain yang juga berpengaruh
adalah penyakit.
         Waktu Pengambilan
Pada beberapa tanaman, waktu pengambilan stek menentukan inisiasi akar. Pada
umumnya penyetekan dilakukan pada musim penghujan, tujuannya dalah untuk
mencegah pengeringan pada stek.
         Perlakuan pada stek
Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai perlakuan pada stek adalah zat
pengatur tumbuh atau bahan lain seperti 2,4-D, NAA, IBA, IAA. Vitamin seperti
thiamin (B1), phiroxidine, riboflavin, asam nikohinil, asam askorbat dan unsur-
unsur mineral seperti Nitrogen, Boron dan lain-lain. Kondisi lingkungan juga
mempengaruhi perkembangan stek seperti air, suhu, caha dan media.
Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai terjadinya
regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman
baru. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor
ekstern. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi regenerasi akar dan
pucuk adalah fitohormon.
Faktor internal yang paling penting dalam mempengaruhi
regenerasi akar dan pucuk pada stek adalah faktor genetik. Untuk
menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cara stek, tanaman
sumber seharusnya  adalah: Status air, stek lebih baik diambil pada pagi
hari dimana bahan stek dalam kondisi turgid. Temperatur, tanaman stek
lebih baik ditumbuhkan pada suhu 12°C hingga 27°C, Cahaya, durasi dan
intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman sumber tergantung pada jenis
tanaman, sehingga tanaman sumber seharusnya ditumbuhkan pada kondisi
cahaya yang tepat. Kandungan karbohidrat, untuk meningkatkan
kandungan karbohidrat bahan stek yang masih ada.
Faktor lingkungan tumbuh stek yang cocok sangat berpengaruh
pada terjadinya regenerasi akar dan pucuk. Lingkungan tumbuh atau
9

media pengakaran seharusnya kondusif untuk regenerasi akar yaitu cukup


lembab, evapotranspirasi rendah, drainase dan aerasi baik, suhu tidak
terlalu dingin atau panas, tidak terkena cahaya penuh (200-100 W/m2) dan
bebas dari hama atau penyakit. 
Macam-macam stek dan teknisnya
1.      Stek batang, stek batang merupakan stek yang paling penting. Bagian
batang yang memiliki kuncup lateral terminal dipotong lalu ditanam di
tanah dengan harapan dapat tumbuh menjadi tumbuhan yang sempurna.
Bahan awal perbanyakan berupa batang tanaman. Stek batang
dikelompokkan menjadi empat macam berdasarkan jenis batang tanaman,
yakni: berkayu keras, semi berkayu, dan herbaceous. Bahan tanaman yang
biasa diperbanyak dengan stek batang berkayu keras antara lain: apel,
pear, cemara, dan lain-lain, dengan perlakuan kimia IBA atau NAA 2500 –
5000 ppm. Panjang stek berkisar antara 10 – 76 cm atau dua buku (nodes).
Stek batang semi berkayu, contohnya terdapat pada tanaman Citrus sp,
Manihot utilissima dengan perlakuan kimia yang sudah umum yaitu IBA
dan NAA 1000 – 3000 ppm dan panjang stek 7,5 – 15 cm. Pada stek
batang semi berkayu ini, daun- Stek batang yang tergolong herbaceus,
dilakukan pada tanaman Chrysanthemum sp, dan Ipomoea batatas. Pada
dasarnya perlakuan auksin tidak diperlukan pada stek batang herbaceous
ini, tetapi kadang diberikan IBA atau NAA 500 –1250 ppm dan panjang
stek yang biasa digunakan adalah 7,5 – 12,5 cm.
2.      Stek daun, stek dauan adalah helaian daun dan petiole yang digunakan
sebagai stek. Cara ini biasanya dilakukan pada tanaman hias yang tidak
berkayu seperti cocor bebek, begonia. Masalah pada stek daun secara
umum adalah pembentukan tunas-tunas adventif, bukan akar adventif.
Pembentukan akar adventif pada daun lebih mudah dibandingkan
pembentukan tunas adventif.
3.      Stek daun pucuk, stek daun pucuk terdiri dari helaian daun petiole dan
potongan pendek dari batang. Karena bahan yang dibutuhkan sedikit, dari
bahan yang sama metode ini bisa menghasilkan tanaman yang lebih
10

banyak misalnya lada biasa dikembangbiakkan dengan stek berdaun


tunggal.
4.      Stek akar, akar yang digunakan sebagai stek hatus diambil pada saat
tanaman tidak sedang aktif membuat pucuk-pucuk baru. Dalam kondisi
demikian bahan makanan dalam akar relatif lebih banyak sehingga
keberhasilan stek untuk tumbuh akan lebih baik.
5.      Stek umbi, pada stek umbi, bahan awal untuk perbanyakan berupa umbi,
yaitu: umbi batang, umbi akar, dan lain-lain. Sebagai bahan perbanyakan,
umbi dapat digunakan utuh atau dipotong-potong dengan syarat setiap
potongannya mengadung calon tunas. dierandap dalam bakterisida dan
fungisida. Contoh tanaman yang bisa diperbanyak contoh stek umbi antara
lain: Solanum tuberosum, Ipomoea batatas, Caladium sp, Amarilis sp, dan
lain-lain.

Teknik vegetatif dengan okulasi


Salah satu cara meningkatkan mutu tumbuhan dengan cara
menempelkan sepotong kulit pohon yg bermata tunas dari batang atas pada
suatu irisan dari kulit pohon lain dari batang bawah sehingga tumbuh
bersatu menjadi tanaman yang baru. Okulasi merupakan teknik pembiakan
tanaman secara vegetatif dengan cara menempelkan mata tunas dari suatu
tanaman kepada tanaman. Okulasi bertujuan untuk menggabungkan sifat
yang baik dari masing-masing tanaman yang diokulasi sehingga
mendapatkan varietas tumbuhan yang baik. Prinsip dasar dari okulasi
adalah penempelan atau penggabungan batang bawah dengan batang
bagian atas. Okulasi memerlukan teknik tersendiri supaya tujuan okulasi
dapat berhasil. Kebaikan yang diharapkan dari batang bawah biasanya
sistem perakarannya yang baik, sedangkan batang bagian atas biasanya
diharapkan adalah produknya. Apabila bibit hasil okulasi ditanam di
lapangan maka biasanya disebut tanaman okulasi dan bila yang ditanam
berasal dari biji biasanya disebut tanaman semai. Teknik okulasi ada dua
macam yaitu teknik okulasi tradisional dan teknik okulasi hijau.
11

Teknik vegetatif dengan cangkok

Mencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif


buatan yang bertujuan untuk memperbanyak tanaman yang memiliki sifat
yang sama dengan induknya dan cepat menghasilkan. Selain itu, pohonnya
juga tidak terlalu tinggi. Mencangkok dilakukan dengan cara menguliti
hingga bersih dan menghilangkank ambium pada cabang atau ranting
sepanjang 5-10 cm pada tanaman dikotil untuk kemudian dipindahkan ke
dalam wadah lain saat akartelah tumbuh.  Cangkok adalahcara
perkembangbiakan pada tumbuhan dengan menanam batang atau dahan
yang  diusahakan berakar terlebih dahulu sebelum di potong dan di tanam
di tempat lain. Tidak semua tumbuhan bisa di cangkok. Tumbuhan yang
bisa di cangkok hanyalah tumbuhan dikotil dan tumbuhan biji terbuka.
Cara perkembangbiakan dengan mencangkok adalah sangat istimewa
terutama untuk buah-buahan. Karena rasa dan bentuk buah yang
dihasilkan biasanya akan sama persis dengan induknya. Berbeda jika
perkembang biakan di lakukan dengan menanam biji, terkadang tanaman
yang dihasilkan tidak sama dengan kriteria yang dimiliki oleh induknya.
Tumbuhan hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan
tumbuhan yang ditanam dari biji dan memiliki sifat yang sama dengan
induknya. Akan tetapi, tumbuhan hasil cangkokan mudah roboh, karena
sistem perakarannya adalah serabut, oleh karena itu berhati-hatilah ketika
menanamnya dan umurnya lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang
ditanam dari biji.
Pada saat mencangkok, kambium pada cabang atau ranting harus
dihilangkan agar kulit tidak terbentuk kembali. Bila kulit terbentuk kembali, maka
akar tidak akan dapat terbentuk. Sebaliknya, jika lapisan kambium tersebut
bersih, maka hasil fotosintesis akan terkumpul di tempat cambium yang telah
dibersihkan dan pertumbuhan akar dapat terangsang dengan baik.
Ada beberapakeuntungan dari mencangkok.diantaranya, Tumbuhan hasil
cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari
biji, tumbuhan yang dicangkok memiliki sifat yang sama dengan induknya,
tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karenapada proses mencangkok akar akan
12

tumbuh ketika masih berada di pohon induk, produksi dan kualitas buahnya akan
persis sama dengan tanaman induknya, tanaman asal cangkok bisa ditanam pada
tanah yang letak air tanahnya tinggi atau dipematang kolam ikan. Teknik
vegetatif dengan kultur jaringan
Kultur jaringan merupakan metode guna mengisolasi salah satu
bagian dari tanaman seperti sekelompok sel ataupun jaringan yang
ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, yang dapat menyebabkan bagian
tanaman tersebut untuk memperbanyak diri tumbuh menjadi sebuah
tanaman yang lengkap kembali. Adanya teknik kultur jaringan menjadi
salah satu cara untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif. Pengertian
kultur jaringan ialah teknik memperbanyak tanaman dengan menggunakan
cara isolasi salah satu bagian tanaman seperti daun, mata tunas, dan untuk
menumbuhkan bagian-bagian tersebut ke dalam media buatan secara
aseptik dimana kaya akan nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah
yang tertutup yang dapat tembus cahaya sehingga bagian-bagian tanaman
tersebut dapat memperbanyak diri serta bergenerasi menjadi sebuah
tanaman lengkap.
2.3 Tanah Inceptisol
Inceptisol adalah tanah – tanah yang dapat memiliki epipedon
okhrik dan horizon albik seperti yang dimiliki tanah Entisol juga yang
menpunyai beberapa sifat penciri lain ( misalnya horizon kambik) tetapi
belum memenuhi syarat bagi ordo tanah yang lain. Inceptisol adalah tanah
yang belum matang (immature) yang perkembangan profil yang lebih
lemah dibanding dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai
sifat bahan induknya (Hardjowigeno, 1993). Inceptisol merupakan ordo
tanah yang belum berkembang lanjut dengan ciri-ciri bersolum tebal antara
1.5-10 meter di atas bahan induk, bereaksi masam dengan pH 4.5-6.5. Bila
mengalami perkembangan lebih lanjut pH naik menjadi kurang dari 5.0,
dan kejenuhan basa dari rendah sampai sedang. Tekstur seluruh solum ini
umumnya adalah liat, sedang strukturnya remah dan konsistensi adalah
gembur. Secara umum, kesuburan dan sifat kimia Inceptisol relatif rendah,
13

akan tetapi masih dapat diupayakan untuk ditingkatkan dengan


penanganan dan teknologi yang tepat (Sudirja, 2007).

Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat – sifat


tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3
bulan berturut – turut dalam musim – musim kemarau, satu atau lebih
horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau
silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa
mineral lapuk dan kemampuan menahan kation fraksi lempung ke dalam
tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dalam tanah Inceptisol
sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk
hampir di semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutub sampai
tropika (Darmawijaya, 1990).

2.4 Pupuk organik


Pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah
melalui proses pembusukan oleh bakteri pengurai. Macam-macamnya
antara lain:
a) Pupuk kandang, merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan
b) Pupuk hijau, merupakan pupuk organik yang berasal dari tanaman atatu berupa
sisa panen.
c) Kompos, sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan dan limbah
pabrik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi.
d) Humus, merupakan material organik yang berasal dari degradasi ataupun
pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk, yang
akhirnya mengubah humus menjadi tanah.
e) Mikroba Penyubur Tanah, Mikroba yang dikemas sebagai pupuk cair
disemprotkan ke tanah hingga berkembang biak dan memberi dampak positif bagi
kesuburan tanah.

2.5 Pupuk Anorganik (Pupuk Kimia)


Pupuk anorganik atau pupuk kimia (dari senyawa anorganik)
adalah pupuk yang sengaja dibuat oleh manusia dalam pabrik dan
14

mengandung unsur hara tertentu dalam kadar tinggi. Pupuk anorganik


digunakan untuk mengatasi kekurangan mineral murni dari alam yang
diperlukan tumbuhan untuk hidup secara wajar. Puuk anorganik dapat
menghasilkan bulir hijau dan yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis.
Berdasarkan kandungan unsur-unsurnya, pupuk anorganik digolongkan sebagai
berikut :
1. Pupuk Tunggal
Pupuk tunggal yaitu pupuk yang mengandung hanya satu jenis unsure hara
sebagai penambah kesuburan. Contoh pupuk tunggal yaitu pupuk N, P, dan K.
a) Pupuk Nitrogen.
Fungsi nitrogen (N) bagi tumbuhan adalah:
1) Mempercepat pertumbuhan tanaman, menambah tinggi tanaman, dan
merangsang pertunasan.
2) Memperbaiki kualitas, terutama kandungan proteinnya.
3) Menyediakan bahan makanan bagi mikroba (jasad renik)
Pupuk yang paling banyak mengandung unsure nitrogen adalah pupuk urea.
b) Pupuk Fosforus
Fosforus (P) bagi tanaman berperan dalam proses:
1) Respirasi dan fotosintesis
2) Penyusunan asam nukleat
3) Pembentukan bibit tanaman dan penghasil buah.
4) Perangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap
kekeringan, dan,
5) Mempercepat masa panen sehingga dapat mengurangi resiko keterlambatan
waktu panen.
Unsure fosfor diperlukan diperlukan dalam jumlah lebih sedikit daripada unsure
nitrogen. Fosfor diserap oleh tanaman dalam bentuk apatit kalsium fosfat, FePO4,
dan AlPO4.
c) Pupuk Kalium
Fungsi kalium bagi tanaman adalah:
1) Mempengaruhi susunan dan mengedarkan karbohidrat di dalam tanaman.
2) Mempercepat penyerapan unsure nitrogen.
15

3) Mencegah bunga dan buah agar tidak mudah gugur.


2. Pupuk Majemuk
Pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu
unsure hara yang digunakan untuk menambah kesuburan tanah. Contoh
pupuk majemuk yaitu NP, NK, dan NPK. Pupuk majemuk yang paling
banyak digunakan adalah pupuk NPK yang mengandung senyawa
ammonium nitrat (NH4NO3), ammonium dihidrogen fosfat (NH4H2PO4),
dan kalium klorida (KCL).
Penggunaan pupuk majemuk harus disesuaikan dengan kebutuhan dari jenis
tanaman yang akan dipupuk karena setiap jenis tanaman memerlukan
perbandingan N, P, dan K tertentu. Di Indonesia beredar beberapa jenis pupuk
majemuk dengan komposisi N, P, dan K yang beragam. (Anonymousc,2012)

2.6 Pengertian Pestisida Nabati


            Pestisida nabati merupakan kearifan lokal di Indonesia yang sangat
potensial untuk dimanfaatkan dalam pengendalian Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT), guna mendukung terciptanya sistem pertanian organik. Secara
umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya
berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah.
Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang
terbatas juga oleh karena terbuat dari bahan alami /nabati,maka jenis pestisida ini
bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari
lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya
mudah hilang (Kardinan, 2008).
Pestisida Nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuhan. Pestisida nabati sudah dipraktekkan 3 abad yang lalu. Pada
tahun 1690, petani di Perancis telahmenggunakan perasaan daun tembakau
untuk mengendalikan hama kepik pada tanaman buahpersik. Tahun 1800,
bubuk tanaman pirethrum digunakan untuk mengendalikan kutu.
Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran
lingkungan, harganya relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan
16

pestisida kimia. Oleh karena terbuat dari bahan alami/nabati maka jenis
pestisida ini bersifat mudah terurai di alam jadi residunya singkat sekali.
Pestisida nabati bersifat “pukul danlari” yaitu apabila diaplikasikan akan
membunuh hama pada waktu itu dan setelah terbunuh maka residunya
cepat menghilang di alam. Jadi tanaman akan terbebas dari residu sehingga
tanaman aman untuk dikonsumsi. Pestisida nabati dapat membunuh atau
menganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik
yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara
kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu merusak perkembangan telur,
larva, dan pupa kemudian menghambat pergantian kulit dan menganggu
komunikasi serangga serta menyebabkan serangga menolak makan.
Selanjutnya menghambat reproduksi serangga betina dan mengurangi
nafsu makan, memblokir kemampuan makan serangga, mengusir serangga
kemudian menghambat perkembangan patogen penyakit (Anonim , 2011).
Pestisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti
daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok
metabolit sekunder atau senyawa bioaktif. Beberapa tanaman telah
diketahui mengandung bahan-bahan kimia yang dapat membunuh,
menarik, atau menolak serangga. Beberapa tumbuhan menghasilkan
racun, ada juga yang mengandung senyawa-senyawa kompleks yang
dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau
mengubah perilaku serangga (Supriyatin dan Marwoto, 2000).
            Secara ekonomis, maka biaya pestisida nabati yang dikeluarkan petani
relatif lebih ringan dibanding pestisida sintetis, di mana harga pestisida sintetis di
era sekarang lebih mahal. Pestisida nabati/ alami diartikan sebagai suatu estisida
yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang tumbuh di sekitar kita. Pestisida
nabati relatif lebih mudah dibuat dan didapat oleh petani dengan kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas. Dari sisi lain pestisida alami/ nabati, mempunyai
keistimewaan yang bersifat mudah terurai di alam, sehingga tidak mencemari
lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya
mudah hilang. Pestisida nabati bersifat lebih aman dan nyaman, yaitu apabila
diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu (bersifat kontak) dan setelah
17

hamanya terbunuh, maka residunya akan cepat menghilang di alam. Dengan


demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk
dikonsumsi.
          Penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan
menganggap tabu penggunaan pestisida sintetis, tetapi hanya merupakan suatu
cara alternatif agar pengguna tidak hanya tergantung kepada pestisida sintetis dan
agar penggunaan pestisida sintetis dapat diminimalkan, sehingga kerusakan
lingkungan yang diakibatkannya pun diharapkan dapat dikurangi dan waktu
kerusakan lingkungan dapat diperlambat pula. Kegunaan Pemakaian Pestisida
Nabati : Untuk meminimalkan pemakaian pestisida sintetis sehingga dapat
mengurangi kerusakan lingkungan, Untuk mengurangi biaya usaha tani yang
mana bahan pestisida nabati mudah didapat yang tumbuh di sekitar kita dan
mudah dibuat oleh siapapun khususnya para petani, Tidak membahayakan
kesehatan bagi manusia dan ternak peliharaan (Anonima, 2010).

2.7 Pestisida Sintetis Kimia


Penggunaan pestisida kimia pertama kali diketahui sekitar 4.500
tahun yang lalu (2.500 SM) yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk
mengendalikan tungau di Sumeria. Sedangkan penggunaan bahan kimia
beracun seperti arsenic, mercury dan serbuk timah diketahui mulai
digunakan untuk memberantas serangga pada abad ke15. Kemudian pada
abad ke-17 nicotin sulfate yang diekstrak dari tembakau mulai digunakan
sebagai insektisida. Pada abad ke-19 diintroduksi dua jenis pestisida alami
yaitu, pyretrum yang diekstrak dari chrysanthemum dan rotenon yang
diekstrak dari akar tuba Derris eliptica (Miller, 2002).
Pada tahun 1874 Othmar Zeidler adalah orang yang pertama kali
mensintesis DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane), tetapi fungsinya
sebagai insektisida baru ditemukan oleh ahli kimia Swiss, Paul Hermann
Muller pada tahun 1939 yang dengan penemuannya ini dia dianugrahi
hadiah nobel dalam bidang Physiology atau Medicine pada tahun 1948
(NobelPrize.org). Pada tahun 1940an mulai dilakukan produksi pestisida
sintetik dalam jumlah besar dan diaplikasikan secara luas (Daly et al.,
18

1998). Beberapa literatur menyebutkan bahwa tahun 1940an dan 1950an


sebagai “era pestisida” (Murphy, 2005).
Penggunaan pestisida terus meningkat lebih dari 50 kali lipat
semenjak tahun 1950, dan sekarang sekitar 2,5 juta ton pestisida ini
digunakan setiap tahunnya (Miller, 2002). Dari seluruh pestisida yang
diproduksi di seluruh dunia saat ini, 75% digunakan di negara-negara
berkembang (Miller, 2004). Reaksi terhadap bahaya penggunaan pestisida
kimia terutama DDT mulai nampak setelah Rachel Carson menulis buku
paling laris yang berjudul “Silent Spring” tentang pembengkakan biologi
(biological magnification) tahun 1962. Sehingga minimal ada 86 negara
melarang penggunaan DDT, meskipun masih digunakan di beberapa
negara berkembang untuk memberantas nyamuk malaria (Willson 1996).
Menyadari besarnya bahaya penggunaan pestisida kimia, sehingga
di beberapa negara maju, penjualan dan penggunaan pestisida diatur oleh
pemerintah. Sebagai contoh pada tahun 1972 di Amerika Serikat dibentuk
Environmental Protection Agency (EPA) yang bertanggung jawab atas
regulasi pestisida (Willson, 1996). Akan tetapi dalam implementasinya
penggunaan pestisida sulit untuk dikontrol, maka pada tahun 1979
Presiden Carter mendirikan Interagency Integrated Pest Management
Coordinating Committe untuk memberi jaminan pengembangan dan
penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) atau Integrated Pest
Management (IPM). PHT merupakan sistem yang mendukung dalam
pengambilan keputusan untuk memilih dan menggunakan taktik
pengendalian hama, satu cara atau lebih yang dikoordinasi secara
harmonis dalam satu strategi manajemen, dengan dasar analisa biaya dan
keuntungan yang berpatokan pada kepentingan produsen, masyarakat dan
lingkungan (Kogan, 1998).
2.8 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan hormon sintetis dari luar
tubuh tanaman. Zat pengatur tumbuh memiliki fungsi untuk merangsang
perkecambahan, pertumbuhan akar, dan tunas. Zat pengatur tumbuh dapat
dibagi menjadi beberapa golongan yaitu auksin, sitokinin, giberelin, dan
19

inhibitor. Zat pengatur tumbuh golongan auksin adalah Indol Asam Asetat
(IAA), Indol Asam Butirat (IBA), Naftalen Asam Asetat (NAA), dan 2,4
D Dikhlorofenoksiasetat (2,4 D). Zat pengatur tumbuh yang termasuk
golongan sitokinin adalah Kinetin, Zeatin, Ribosil, Benzil Aminopurin
(BAP) atau Benziladenin (BA). Zat pengatur tumbuh golongan giberelin
yaitu GA 1, GA 2, GA 3, GA 4, sedangkan ZPT yang termasuk golongan
inhibitor adalah fenolik dan asam absisik (Hendaryono dan Wijayani,
1994).
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemakaian ZPT
antara lain adalah dosis, kedewasaan tanaman, dan lingkungan. Pemberian
ZPT pada tanaman yang belum dewasa justru akan memperburuk
pertumbuhannya, karena secara fisiologis tanaman tersebut belum mampu
berbunga. Faktor lingkungan 9 yaitu suhu, kelembaban, curah hujan,
cuaca, dan cahaya sangat berpengaruh terhadap aplikasi ZPT. Bila kondisi
lingkungan sesuai dengan kebutuhan tanaman, ZPT yang diberikan akan
dapat segera diserap tanaman. Penggunaan dosis ZPT yang tepat dapat
mempengaruhi proses pembungaan tanaman. Dosis yang kurang atau
berlebihan menyebabkan pengaruh ZPT menjadi hilang, sedangkan dosis
yang tinggi akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman
(Endah, 2001). Zat pengatur tumbuh dapat mempengaruhi aktivitas
jaringan pada berbagai organ atau sistem organ tanaman.
Zat pengatur tumbuh tidak memberi tambahan unsur hara karena
bukan pupuk. Fungsi ZPT dalam jaringan tanaman adalah mengatur proses
fisiologis pembelahan dan pemanjangan sel, serta mengatur pertumbuhan
akar, batang, daun, bunga, dan buah (Saptarini, Widiyati, Sari, dan
Sarwono, 1988). Jenis sitokinin yang sering digunakan untuk multiplikasi
tunas adalah BA (Benzyl Adenine) atau BAP (Benzyl Amino Purine),
karena efektifitasnya tinggi, harganya murah, dan bisa disterilisasi
(Andriana, 2005). Benziladenin memiliki susunan formula molekul
C12H11N5 dengan rumus bangun sebagaimana disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Rumus bangun Benziladenin. 9 yaitu suhu, kelembaban, curah
hujan, cuaca, dan cahaya sangat berpengaruh terhadap aplikasi ZPT. Bila
20

kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan tanaman, ZPT yang


diberikan akan dapat segera diserap tanaman. Penggunaan dosis ZPT yang
tepat dapat mempengaruhi proses pembungaan tanaman. Dosis yang
kurang atau berlebihan menyebabkan pengaruh ZPT menjadi hilang,
sedangkan dosis yang tinggi akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Endah, 2001). Zat pengatur tumbuh dapat
mempengaruhi aktivitas jaringan pada berbagai organ atau sistem organ
tanaman. Zat pengatur tumbuh tidak memberi tambahan unsur hara karena
bukan pupuk. Fungsi ZPT dalam jaringan tanaman adalah mengatur proses
fisiologis pembelahan dan pemanjangan sel, serta mengatur pertumbuhan
akar, batang, daun, bunga, dan buah (Saptarini, Widiyati, Sari, dan
Sarwono, 1988).
21

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum dilaksanakan di UPT perkebunan Fakultas Pertanian
Universitas Riau. Praktikum dilaksanakan dari tanggal 28 Februari sampai
dengan 14 April 2020.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Budidaya Tanaman
Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan selama melakukan
kegiatan budidaya tanaman di lahan dalam pembukaan lahan atau
persiapan lahan adalah cangkul, parang, tali rafia, ajir, dan meteran.
Setelah itu dilakukan kegiatan penanaman dimana bahan yang dibutuhkan
yaitu lahan atau tanah media percobaan tanam yaitu bedengan, pupuk
kompos atau pupuk kandang yang ditaburkan pada bedengan yang telah
digemburkan, benih kangkung yang akan ditanam, dan alat yang
dibutuhkan adalah alat ukur untuk mengukur jarak tanam benih kangkung
dan gembor untuk menyiram tanaman. Guna melindungi diri selama
kegiatan praktikum budidaya tanaman berlangsung maka digunakan alat
perlindung diri (APD) seperti sepatu boot,sarung tangan, caping/topi,
memakai baju lengan panjang dan celana panjang (training) serta masker.
3.2.2 Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif (Stek) Pada Tanaman Hias
Pada kegiatan perbanyakan tanaman secara vegetative yakni stek
pada tanaman hias alat yang dibutuhkan yaitu pisau cutter, gunting stek,
polybag, plastik transparan, kertas, pulpen dan lem. Sedangkan Peralatan
yang digunakan yaitu Batang tanaman hias yang akan distek, media tanam
(tanah hasil ayakan/ tanah halus/ tanah yang bercampur pupuk organic
kompos dan pupuk kandang) serta zat perangsang tumbuh (bawang
merah).
3.2.3 Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif (Cangkokan) Pada Tanaman
Buah
Kegiatan perbannyakan tanaman secara vegetative yaitu mencangkok pada
tanaman buah memerlukan beberapa alat yaitu pisau yang tajam, tali raffia/plastik
22

lilin, dan plastik es batu. Sedangkan bahan yang diperlukan adalah batang pohon
manga yang akan dicangkok, dan tanah sebagai media tanam dan ZPT-Hantu
sebagai zat perangsang tumbuh akar.
3.2.4 Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif (Sambung Pucuk/Grafting)
Pada Tanaman Hias
Pada kegiatan perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu sambung
pucuk/grafting pada tanaman hias ini memerlukan peralatan seperti, pisau yang
tajam dan steril, plastik transparan/plastik es batu, dan tali rafia atau plastic es lilin
sebagai pengikat. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu batang bawah dan
batang atas tanaman hias yang sehat yang akan disambung/grafting.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Budidaya tanaman
1. Pembagian lahan, lahan dibagi perkelompok
2. Bersihkan gulma yang terdapat di atas permukaan tanah menggunakan
parang dan cangkul, kemudian tumpuk gulma tersebut dipinggir area
3. Setelah dibersihkan lahan tersebut diolah menggunakan cangkul
4. Dibentuk bedengan sesuai ukuran yang ditentukan
5. Setelah bedengan terbentuk maka ditaburkan pupuk (pupuk kandang,
pupuk kompos) tersebut, kemudian campur sampai rata.
6. Dibuat jarak tanam sesuai tanaman yang akan ditanam, kemudian setiap
jarak tanam dipasang ajir sebagai tanda
7. Lubangi jarak tanam yang sudah diberi tanda tadi dengan menggunakan
tugal
8. Dihitung kebutuhan benih
9. Merendam benih selama satu menit dengan menggunakan air untuk
memilih benih yang terapung dan yang tetap tenggelam
10. Kemudian masukkan 2-5 benih ke dalam lubang, setelah itu tutup
permukaan lubang dengan tanah
11. Setelah benih dibenamkan maka disiram
12. Lakukan pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang
23

13. Bersihkan gulma dari atas bedengan dengan cara manual yaitu
menggunakan tangan atau menggunakan garu kecil. Penyiangan sebaiknya
dilakukan secara hati-hati jangan sampai mengenai akar
14. lakukan penyulaman jika terdapat di dalam lubang tanam tersebut tidak
sama sekali tumbuh benih yang telah ditanam
15. Buatlah lubang dalam barisan 5 cm sebagai lubang pemupukan, kemudian
timbun lagi setelah pemupukan dilakukan
16. Lakukanlah pembumbunan
17. Siramlah tanaman tersebut menggunakan ember atau gembor
18. Lihatlah hama dan penyakit apa yang menyerang tanaman
19. Kemudian tentukan fungisida dan insektisida apa yang akan digunakan
20. Ambil sprayer yang sudah terisi air dan pestisida yang telah ditentukan
dosis penggunaannya
21. Lakukan penyemprotan disetiap bagian batang dan daun tanaman
dipermukaan atas dan bawahnya
22. Jangan melakukan penyemprotan berlawanan dengan arah mata angin
23. Lakukan pengamatan terhadap hama dan penyakit yang menyerang
tanaman
3.3.2 Stek Tanaman Hias
1. Tentukan pohon induk yang akan di stek
2. Potonglah bagian cabang yang digunakan sebagai stek menggunakan
gunting/pisau yang bersih, panjang potongan antara 10-15 cm dengan jumlah
daun 3-5
3. Potonglah sebelah atas kira-kira 1 cm diatas mata, sedangkan yang bawah
kira-kira 0,3 cm di bawah mata yang paling bawah
4. Potong miring bagian bawah dan atas batang
5. Siapkan Bawang merah 1 atau 2 siung, kemudian kupas bagian kulit
bawang dan bawangnya dihaluskan menggunakan batu gilingan/apa saja yang
bisa membuat bawang halus
6. larutkan dalam air sekitar 100 ml atau setengah gelas minum saja, nah
seharusnya kita menggunakan aquades konsentrasinya itu 100 gram bawang
24

di larutkan dalam 1 liter air aquades tapi karena jarak dan waktu makanya kita
pakai air minum biasa saja
7. Siapkan media tanam dalam polybag atau tempat lain yang kalian
gunakan, polybag tidak boleh diisi penuh dengan tanah tinggalkan bagian atas
sekitar 3 cm saja, tanah yang diisi harus padat, usahakan tanahnya halus dan
terhindar dari batu atau bahan-bahan lain yang mengganggu pertumbuhan
kemudian siram terlebih dahulu media dalam polybag tersebut
8. Buat kertas Label pada polybag, jumlah polybag ada 4 jadi ada 4 label. 1)
Tanpa ZPT 2). ZPT 5 menit 3). ZPT 10 Menit 4). Zpt 15 Menit
9. Siapkan bahan tanaman sebanyak 4 potong, pilih tanaman yang masih aktif
untuk pembelahan sel dengan ciri tidak terlalu muda dan terlalu tua dimana
batang masih terlihat hijau kecoklatan
10. Potong bahan tanaman menggunakan gunting stek atau pisau cutter,
sekitar 10-15 cm pemotongan dilakukan dengan memotong miring bagian
bawah dan atas tanaman dan jangan sampai bagian pinggir bekas pemotongan
rusak atau lepasnya kulit dari batang
11. Setelah dipotong tanam satu bahan tanaman ke polybag yang tanpa ZPT,
kemudian rendam 3 tanaman pada larutan bawang merah dengan waktu 5, 10
dan 15 menit. Jika sudah 5 menit tanam satu pada perlakuan 5 menit,, jika
sudah 10 menit ambil satu lagi tanam pada perlakuan 10 menit dan jika sudah
15 menit ambil lagi dan tanam pada polybag yg perlakuan 15 menit
12. Setelah di tanam letakkan pada tempat yang tidak terkena cahaya
matahari langsung dan tidak juga terkena hujan sepertia dibawah naungan
teras
13. Amati perkembangan tanaman setiap hari dengan melihat Waktu muncul
Tunas, Jumlah Tunas dan Panjang tunas.
3.3.3 Pencangkokan Tanaman Buah
1. Persiapakan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Carilah dahan yang tidak terlalu kecil atau terlalu besar
3. Ukurlah dari batang pohon paling sedikit 10 cm
4. Kupaslah kulit dahan yang akan dicangkok sekelilingnya dengan panjang
kupasan kira-kira 5 cm
25

5. Setelah selesai dikupas, keriklah lender/kambium dengan perlahan agar


kering dan semprotkan ZPT-Hantu yang telah dicampurkan air
6. Tutuplah hasil kupasan dengan tanah
7. selanjutnya, bungkuslah tanah dengan plastik lalu ikat kedua ujungnya agar
tanah tidak jatuh
3.3.4 Sambung Pucuk Tanaman Hias
1. Siapakan alat dan bahan berupa batang bawah, batang atas, plastic
transparan, tali rapia/ plastik es lilin, dan pisau
2. Pilih batang bawah yang diameternya sama dengan batang atas
3. Potong batang bawah lalu belah hingga terbentuk celah
4. Batang atas yang sudah di siapkan dipotong daunnya dan disayat pada
kedua sisinya menjadi lancip dan dapat dimasukkan pada celah batang bawah
5. Batang atas dimasukkan pada celah batang bawah
6. Tutuplah dengan sungkup kantong plastik dan ikat menggunakan tali rafia
untuk menjaga kelembaban dan mengurangi penguapan disekitar sambungan.
7. Letakkan tanaman pada tempat yang teduh dan diberi naungan agar
terhindar dari panas matahari secara langsung
26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Stek Tanaman Hias


Minggu Pertama
No Sampel Lama Tinggi Diameter Jumlah
Perendaman batang batang (cm) daun
ZPT (cm)
1 Batang - 17,01 2,5 -
bugenvil
2 Batang asoka 5 menit 14,7 2,2 1
3 Batang asoka 10 menit 14 2 1
4 Batang 15 menit 15,5 2,4 2
bugenvil

Tabel 2. Hasil Pengamatan Stek Tanaman Hias


Minggu Kedua

No Sampel Lama Tinggi Diameter Jumlah


Perendaman batang batang (cm) daun
ZPT (cm)

1 Batang - 17,01 2,5 2


bugenvil

2 Batang asoka 5 menit 14,7 2,3 2

3 Batang asoka 10 menit 14 2,1 3

4 Batang 15 menit 15,5 2,4 5


bugenvil
27

4.2 Pembahasan
4.2.1 Budidaya Tanaman Kangkung
1. Benih
Kangkung darat dapat diperbanyak dengan biji. Untuk luasan 2m x
3m diperlukan benih sekitar ±600 benih. Varietas yang dianjurkan adalah
varietas Sutra atau varietas lokal yang telah beradaptasi.
2. Persiapan Lahan
Lahan terlebih dahulu dicangkul sedalam 20-30 cm supaya
gembur, setelah itu dibuat bedengan membujur dari Barat ke Timur agar
mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan sebaiknya adalah 2m tinggi
3m dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan + 30 cm.
Lahan yang asam (pH rendah) lakukan pengapuran dengan kapur kalsit
atau dolomit.
3. Pemupukan
Bedengan diratakan, 3 hari sebelum tanam diberikan pupuk
kandang (kotoran ayam) dengan dosis 20.000 kg/ha atau pupuk kompos
organik hasil fermentasi (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan
dosis 4 kg/m2 . Sebagai starter ditambahkan pupuk anorganik 150 kg/ha
Urea (15 gr/m2 ) pada umur 10 hari setelah tanam. Agar pemberian pupuk
lebih merata, pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian
diberikan secara larikan disamping barisan tanaman, jika perlu tambahkan
pupuk cair 3 liter/ha (0,3 ml/m2 ) pada umur 1 dan 2 minggu setelah
tanam.
4. Penanaman
Biji kangkung darat ditanam di bedengan yang telah dipersiapkan.
Buat lubang tanam dengan jarak 10 x 10 cm, tiap lubang tanamkan 2 - 5
benih kangkung. Sistem penanaman dilakukan secara zigzag atau system
garitan (baris).
5. Pemeliharaan
Yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan air, bila tidak turun
hujan harus dilakukan penyiraman. Hal lain adalah pengendalian gulma
28

waktu tanaman masih muda dan menjaga tanaman dari serangan hama dan
penyakit.
6. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Hama yang menyerang tanaman kangkung antara lain ulat grayak
(Spodoptera litura F), kutu daun (Myzus persicae Sulz) dan Aphis
gossypii. Sedangkan penyakit antara lain penyakit karat putih yang
disebabkan oleh Albugo ipomoea reptans. Untuk pengendalian, gunakan
jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida
nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus
dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara
aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.
7. Panen
Panen dilakukan setelah berumur + 30 hari setelah tanam, dengan
cara mencabut tanaman sampai akarnya atau memotong pada bagian
pangkal tanaman sekitar 2 cm di atas permukaan tanah.
8. Pasca Panen
Pasca panen terutama diarahkan untuk menjaga kesegaran
kangkung, yaitu dengan cara menempatkan kangkung yang baru dipanen
di tempat yang teduh atau merendamkan bagian akar dalam air dan
pengiriman produk secepat mungkin.
29

4.2.2 Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif (Stek) Pada Tanaman Hias


Berdasarkan tabel 1 dan table 2 dapat dilihat bahwa jumlah
tanaman stek yang menggunakan perlakuan ZPT saja yang tumbuh
berjumlah 3 dan 1 tumbuh tanpa menggunakan perlakuan ZPT. Pada
minggu pertama tanaman stek yang tidak menggunakan perlakuan ZPT
belum terlihat pertumbuhan daun nya sedangkan tanaman yang
menggunakan perlakuan ZPT sudah mulai terlihat dimana tanaman yang
diberi perlakuan ZPT lebih lama yaitu 15 menit lebih banyak
menghasilkan daun pada minggu pertama. Sedangkan pada minggu kedua
1 tanaman tumbuh tanpa menggunakan ZPT dengan jumlah mata daun 2
lalu 1 tanaman tumbuh dengan 2 daun menggunakan perlakuan ZPT 5
menit. 1 tanaman tumbuh dengan 3 daun menggnakan perlakuan ZPT 10
menit serta 1 tanaman tumbuh dengan jumlah 5 daun mengggunakan
perlakuan ZPT 15 menit.
Semua tanaman stek baik bunga bugenvil maupun bunga asoka
yang ditanam menggunakan perlakuan maupun tidak menggunakan
perlakuan ZPT tumbuh dengan baik, namun terlihat perbedaan dimana
tanaman yang menggunakan perlakan ZPT akan lebih cepat terlihat
pertumbuhannya.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek:
Terbentuknya akar pada stek merupakan indikasi keberhasilan dari stek. Adapun
hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah faktor
lingkungan dan faktor dari dalam tanaman.
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek yaitu:
media perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya. Media perakaran berfungsi
sebagai pendukung stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada
stek, dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran yang
baik menurut Hartman (1983) adalah yang dapat memberikan aerasi dan
kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang dapat
merusak stek. Media perakaran stek yang biasa dipergunakan adalah tanah, pasir,
campuran gambut dan pasir, perlite dan Vermikulit. Suhu perakaran optimal untuk
30

perakaran stek berkisar antara 21oC sampai 27oC pada pagi dan siang hari dan
15oC pada malam hari. Suhu yang terlampau tinggi dapat mendorong
perkembangan tunas melampaui perkembangan perakaran dan meningkatkan laju
transpirasi.
2. Faktor Dari Dalam Tanaman
Kondisi fisiologis tanamn mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan stek,
jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan
makanan, dan zat pengatur tumbuh.
a. Umur Bahan Stek
Stek yang berasal dari tanaman muda akan lebih mudah berakar dari pada yang
berasal dari tanaman tua, hal ini disebabkan apabila umur tanaman semakin tua
maka terjadi peningkatan produksi zat-zat penghambat perakaran dan penurunan
senyawa fenolik yang berperan sebagai auksin kofaktor yang mendukung inisiasi
akar pada stek.
b. Jenis Tanaman
Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Keberhasilan dengan
cara stek bergantung pada kesanggupan jenis tersebut untuk berakar. Ada jenis
yang mudah berakar dan ada yang sulit. Kandungan lignin yang tinggi dan
kehadiran cincin sklerenkim yang kontinyu merupakan penghambat anatomi pada
jenis-jenis sulit berakar, dengan cara menghalangi tempat munculnya adventif.
c. Adanya Tunas dan Daun Pada Stek
Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh
tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi
sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin yang
berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin.
d. Persediaan Bahan Makanan
Persediaan bahan makanan sering dinyatakan dengan perbandingan antara
persediaan karbohidrat dan nitrogen (C/N ratio). Ratio C/N yang tinggi sangat
diperlukan untuk pembentukan akar stek yang diambil dari tanaman dengan C/N
ratio yang tinggi akan berakar lebih cepat dan banyak dari pada tanaman dengan
C/N ratio rendah.
e. Zat pengatur Tumbuh
31

Hormon berasal dari bahasa Yunani yang artinya menggiatkan. Hormon pada
tanaman menurut batasan adalah zat yang hanya dihasilkan oleh tanaman itu
sendiri yang disebut fitohormon dan zat kimia sintetik yang dibuat oleh ahli
kimia. Hormon tanaman (fitohormon) adalah “regulators” yang dihasilkan oleh
tanaman sendiri dan pada kadar rendah mengatur proses fisiologis tanaman.
Hormon biasanya mengalir di dalam tanaman dari tempat dihasilkannya ke tempat
keaktifannya. Salah satu hormon tumbuh yang tidak lepas dari proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah auksin. Dalam hubungan antara
pertumbuhan dan kadar auksin adalah sama pada akar, batang dan tunas yaitu
auksin merangsang pertumbuhan pada kadar rendah, sebaliknya menghambat
pertumbuhan pada kadar tinggi. Kadar optimum hormon untuk pertumbuhan akar
jauh lebih rendah kira-kira 1.100.000 dari kadar optimum untuk pertumbuhan
batang. Zat pengatur tumbuh bawang merah termasuk dalam kelompok auksin.
Secara teknis bawang merah sangat aktif mempercepat dan memperbanyak
keluarnya akar sehingga penyerapan air dan unsur hara tanaman akan banyak dan
dapat mengimbangi penguapan air pada bagian tanaman yang berada di atas tanah
dan secara ekonomis penggunaan bawang merah dapat menghemat tenaga, waktu,
dan biaya. Cara pemberian hormon pada stek batang dapat dilakukan dengan cara
pemberian dengan menggiling bawang merah sampai halus, campurkan dengan
sedikit air dan dilakukan perendaman batang stek sesuai waktu yang ditentukan.
4.2.3 Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif (Cangkok) Pada Tanaman
Buah

Kegiatan praktikum kali ini mengenai perbanyakan tanaman secara


vegetatif yaitu mencangkok, dimana dilakukan proses pencangkokan
pada tanaman mangga. Tanaman mangga sendiri merupakan salah satu
diantara banyak tanaman buah yang memenuhi syarat untuk dilakukan
pencangkokan, tanaman mangga memiliki kandungan kambium yang
relatif lebih banyak dan mudah untuk dilakukan pencangkokan
dibandingkan dengan tanaman buah lainnya.
Berdasarkan hasil yang dilakukan praktikum dasar
dasar teknologi budidaya percobaan pencangkokan
dilakukan dengan menggunakan tanaman jambu air, pada
32

percobaan tersebut diberi perlakuan ZPT-Hantu dengan


maksud agar bahan cangkokan cepat berakar juga
mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar. Hal
tersebut dapat di buktikan misalnya dalam praktikum yang
telah dilakukan disitu terlihat adanya perbedaan antara
cangkokan dengan menggunakan ZPT-Hantu dengan yang
tidak. Pada cangkokan yang mengunakan ZPT-Hantu
memilki jumlah akar lebih banyak daripada yang tidak
menggunakan ZPT-Hantu. Dari situ jelas sekali peranan
ZPT-Hantu terhadap pertumbuhan akar cangkokan. Seperti
yang dikatakan bahwa “Pemberian ZPT-hantu
menyebabkan akar lebih cepat keluar dan jumlahnya
lebih banyak, kondisi yang sama juga dapat dilihat pada
media tanah + kompos dengan ZPT-Hantu. Kondisi
sebaliknya terjadi pada kedua media tanpa ZPT-Hantu
akar akan lebih lambat keluar dan jumlahnya sedikit. Hal
ini dapat dijelaskan bahwa ZPT-Hantu merupakan salah
satu zat pengatur tumbuh untuk induksi perakaran.

4.2.2 Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif (Sambung Pucuk/Grafting)


Pada Tanaman Hias
Pada percobaan ini digunakan bunga buogenvil yang berwarna
kuning sebagai batang bawah dan bunga bougenvil warna merah sebagai
batang atas. Pemilihan batang atas dan batang bawah yaitu dipilih ukuran
batang atas dan bawah yang hampir sama diameternya. Batang atas yaitu
batang yang telah tua namun tidak teralu tua dan batang atas dipilih batang
yang masih hijau atau masih muda.

Disini digunakan teknik  kail atau V. Dimana, pada batang bawah


dibuat seperti huruf V dan pada batang atas di buat seperti huruf V
terbalik, sehingga antara kambium batang bawah dan batang atas dapat
menyatu dengan erat, seperti yang dijelaskan oleh (Adinugraha, 2007)
bahwa, dalam menyambung, perlu diperhatikan bahwa daerah kambium
33

tanaman bawah letaknya harus sangat dekat dengan kambium tanaman


atas. Atau juga dapat di artikan sebagai kambium antar kedua sambungan
antara tanaman atas dan tanaman bawah menempel satu sama lain, akan
tetapi dalam praktiknya hal ini jarang sekali terjadi. Baik tanaman bawah
maupun tanaman atas membentuk kakus. Jaringan kakus dari kedua
tanaman tersebut akan bertemu, bersatu dan membentuk kambium baru
dengan jalan mempersatukan antar kedua kambium, yaitu kambium dari
tanaman bawah dan kambium dari tanaman atas. Dari sumber kambium
tersebut maka akan menghasilkan bahan makanan, air, dan mineral secara
kontinyu antara tanaman bawah dan tanaman atas yaitu tanpa gangguan
Percobaan ini hanya dilakukan satu buah sambungan, dimana hasil
akhir yang dapatkan yaitu tanaman mengalami pertumbuhan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu terampilnya dalam melakukan
sambungan seperti pada penyayatan batang atas dan batang bawah yang
pas sehingga kambium antara batang atas dan batang bawah menyatu,
pada saat pengikatan tidak terjadi pergeseran antara batang bawah dan
batang atas yang menjadi menyatu, dan juga disebabkan oleh lingkungan
yang pada saat melakukan praktikum dalam kondisi cuaca yang baik.
34

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan uraian diatas adalah:


1. Pembudidayaan tanaman kangkung sangat memerhatikan lingkungan
dan perlakuan yang diberikan terhadap komoditi yang ditanam, karena
dengan berbedanya komoditi yang ditanam maka berbeda pula
perlakuan yang dilakukan. Penanaman kangkung menggunakan jarak
tanam 10cm x 10 cm pada bedengan yang seluas 2m x 3m agar dapat
tumbuh dengan optimal. Pemupukan sangat perlu dilakukan untuk
memperbaiki unsur hara yang dibutuhkan tanaman kangkung serta
pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestida alami dan
pestisida kimia.
2. Teknologi Budidaya Tanaman ini bertujuan untuk dapat
meningkatkan hasil produksi yang mampu melebihi standar serta
dapat optimal dalam menghasilkan produksi. Teknik budidaya
tanaman secara vegetatif dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
cangkok, stek/ grafting, dan sambung pucuk.
3. Untuk stek batang, batang yang dipilih tidak terlalu tua ataupun tidak
terlalu muda. Cangkok hanya dapat dilakukan pada tanaman dikotil.
Floem terletak dibagian luar pembuluh dan xylem terdapat dibagian
dalam pembuluh, diantara dua bagian ini terdapat kambium yang
merupakan jaringan meristem sekunder. Pada tanaman monokotil
berkas pembuluhnya menyebar, sedangkan pada sambung pucuk
tanaman dilakukan dengan menyambungkan batang bawah dan batang
atas, pemilihan batang atas dan batang bawah yaitu dipilih ukuran
batang atas dan bawah yang hampir sama diameternya. Batang atas
yaitu batang yang telah tua namun tidak teralu tua dan batang atas
dipilih batang yang masih hijau atau masih muda.
4. Pada praktikum perbanyakan vegetatif menggunakan zat perangsang
tumbuh menghasilkan pertumbuhan yang cepat hal ini terlihat dari
hasil stek pada tanaman hias dan hasil cangkok pada tanaman buah
35

yang pertumbuhan akarnya menjadi cepat karena adanya perlakuan


zat perangsang tanaman.

5.2 Saran
Saran yang dapat saya sampaikan sebagai praktikan, sebaiknya praktikan
lebih menghargai waktu pada saat dilakukannya praktikum, praktikum harus
dilaksanakan secara sistematis dan tersusun agar produksi yang dihasilkan
optimal. Dalam pemilihan benih dan bibit haruslah benar-benar diperhatikan agar
dapat tumbuh dengan apa yang diharapkan serta praktikan harus dapat
memberikan perlakuan dan perawatan yang maksimal untuk meningkatkan
produksi. Praktikan lebih memahami materi sebelum dilaksanakannya praktikum
agar pada saat praktikum lebih nyambung dengan penjeasan asisten. Perbanyakan
secara vegetatif yang telah dilakukan yaitu stek tanaman hias, cangkok pada
jambu biji, dan sambung susu. Sehingga ke depannya mampu melakukan
perbanyakan vegetatif yang lainnya seperti merunduk dan lainnya.
36

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budaya. Jakarta:Universitas Indonesia Press.

Edi S. dan J. Bobihoe. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. BPTP.

Jambi.

Firmansyah, M.A.2000. Pengaruh macam media cangkok dan zat perangsang

akar terhadap komponen akar tunas anakan salak. Jurnal Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian.Bogor:Departemen Pertanian Indonesia.

Goenadi,P.H.2006.Pupuk dan Teknologi Pemupukan Berbasis Hayati. Jakarta:

Yayasan John. Hitech

Harjadi, S. S. 1984. Pengantar Agronomi. Gramedia: Jakarta

Rochiman, K. dan S.S. Harjadi.1973. Pembiakan Vegetatif. Bogor:


Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.

Rukmana, R. 1994. Bertanam Kangkung. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Sari, D.N. 2011. Produksi Kangkung (Ipomoea reptans Poir) Pada Berbagai
Macam Pupuk Kandang dan Dosis NPK. Agriwarta 9(11):330-338.

Suyatno. 2004. Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan
Kangkung Darat (Ipomoea sp) dan Caisim (Brassica juncea) pada Tanah Pasir
Kawasan Pantai Samas. Buletin Penelitian Hortikultura 2(2):59-62.

Syukur, A dan E.S. Harsono. 2008. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan NPK
terhadap beberapa sifat kimia dan fisika tanah pasir pantai samas bantul.
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 6 (2):52-58
37

DOKUMENTASI

Gambar 1. Lahan sebelum dibersihkan Gambar 2. Pembersihan lahan

Gambar 3. Lahan setelah dibersihkan Gambar 4. Pengukuran bedengan

Gambar 5. Pembuatan Bedengan Gambar 6. Bedengan yang telah jadi


38

Gambar 7. Pemupukan dasar Gambar 8. Setelah pemupukan


39

Gambar 9. Pengukuran jarak tanam Gambar 10. Pembuatan lubang tanam

Gambar 11. Penanaman benih Gambar 12. Penyiraman benih


40

Gambar 13. Cara Stek Gambar 14. Penanaman stek

Gambar 15. Cara Mencangkok Gambar 16. Cara sambung pucuk

Anda mungkin juga menyukai