1906113746
JURUSAN AGRIBISNIS
PEKANBARU
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan keselamatan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan
akhir praktikum tentang budidaya tanaman.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Husna Yetti, M.Si dan
Ibu Sri Yoseva, SP., M.P yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan
motivasi sampai selesainya laporan akhir praktikum ini. Tidak lupa pula untuk
seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis dalam peneyelesaian
laporan penelitian ini, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Tidak ada yang
pantas diberikan, selain balasan dari Tuhan Maha Kuasa untuk kemajuan kita
semua dalam menghadapi masa depan nanti.
Akhirnya penulis sangat mengharapkan agar laporan akhir praktikum ini
bermanfaat bagi kita semua baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan
datang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................1
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3
2.1 Teknologi Budidaya Tanaman......................................................................3
2.2 Perbanyakan Tanaman Generatif..................................................................5
2.3 Perbanyakan Tanaman Vegetatif.................................................................12
2.5 Pupuk Anorganik (Pupuk Kimia)................................................................12
2.6 Pengertian Pestisida Nabati.........................................................................13
2.7 Pestisida Sintetis Kimia...............................................................................14
4.2 Pembahasan...............................................................................................26
V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................33
5.1 Kesimpulan...............................................................................................33
5.2 Saran..........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................35
DOKUMENTASI.................................................................................................36
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
2
Anisogami merupakan hasil pelebutan antara sel kemanin jantan dan sel
kelamin betina yang tidak sama besarnya, misalnya ganggang berbentuk
lembaran ( Ulva )
Penyerbukaan di ikuti dengan pembuahan, di karenakan tumbuhan
berbunga atau memiliki biji.
Kelebihan perbanyakan secara generatif yaitu Tanaman dapat
diperoleh dengan mudah dan cepat, pekarakan lebih kuat dan rimbun,
memiliki keragaman genetik, lebih tahan terhadap hama dan penyakit yang
menyerang, lebih mudah dalam melakukan persilangan antar tanaman.
Perbanyakan tanaman secara generatif selain memiliki kelebihan juga
memiliki kekurangan, kekurangan perbanyakan sistem generatif adalah
Tanaman baru belum dapat di tentukan bagus dan berkualitas, jangka
waktu bunga dan berbuah relatif lama, kualitas tanaman akan di ketahui
jika sudah berbuah serta varietes baru belum tentu baik di gunakan.
tumbuh ketika masih berada di pohon induk, produksi dan kualitas buahnya akan
persis sama dengan tanaman induknya, tanaman asal cangkok bisa ditanam pada
tanah yang letak air tanahnya tinggi atau dipematang kolam ikan. Teknik
vegetatif dengan kultur jaringan
Kultur jaringan merupakan metode guna mengisolasi salah satu
bagian dari tanaman seperti sekelompok sel ataupun jaringan yang
ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, yang dapat menyebabkan bagian
tanaman tersebut untuk memperbanyak diri tumbuh menjadi sebuah
tanaman yang lengkap kembali. Adanya teknik kultur jaringan menjadi
salah satu cara untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif. Pengertian
kultur jaringan ialah teknik memperbanyak tanaman dengan menggunakan
cara isolasi salah satu bagian tanaman seperti daun, mata tunas, dan untuk
menumbuhkan bagian-bagian tersebut ke dalam media buatan secara
aseptik dimana kaya akan nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah
yang tertutup yang dapat tembus cahaya sehingga bagian-bagian tanaman
tersebut dapat memperbanyak diri serta bergenerasi menjadi sebuah
tanaman lengkap.
2.3 Tanah Inceptisol
Inceptisol adalah tanah – tanah yang dapat memiliki epipedon
okhrik dan horizon albik seperti yang dimiliki tanah Entisol juga yang
menpunyai beberapa sifat penciri lain ( misalnya horizon kambik) tetapi
belum memenuhi syarat bagi ordo tanah yang lain. Inceptisol adalah tanah
yang belum matang (immature) yang perkembangan profil yang lebih
lemah dibanding dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai
sifat bahan induknya (Hardjowigeno, 1993). Inceptisol merupakan ordo
tanah yang belum berkembang lanjut dengan ciri-ciri bersolum tebal antara
1.5-10 meter di atas bahan induk, bereaksi masam dengan pH 4.5-6.5. Bila
mengalami perkembangan lebih lanjut pH naik menjadi kurang dari 5.0,
dan kejenuhan basa dari rendah sampai sedang. Tekstur seluruh solum ini
umumnya adalah liat, sedang strukturnya remah dan konsistensi adalah
gembur. Secara umum, kesuburan dan sifat kimia Inceptisol relatif rendah,
13
pestisida kimia. Oleh karena terbuat dari bahan alami/nabati maka jenis
pestisida ini bersifat mudah terurai di alam jadi residunya singkat sekali.
Pestisida nabati bersifat “pukul danlari” yaitu apabila diaplikasikan akan
membunuh hama pada waktu itu dan setelah terbunuh maka residunya
cepat menghilang di alam. Jadi tanaman akan terbebas dari residu sehingga
tanaman aman untuk dikonsumsi. Pestisida nabati dapat membunuh atau
menganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik
yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara
kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu merusak perkembangan telur,
larva, dan pupa kemudian menghambat pergantian kulit dan menganggu
komunikasi serangga serta menyebabkan serangga menolak makan.
Selanjutnya menghambat reproduksi serangga betina dan mengurangi
nafsu makan, memblokir kemampuan makan serangga, mengusir serangga
kemudian menghambat perkembangan patogen penyakit (Anonim , 2011).
Pestisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti
daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok
metabolit sekunder atau senyawa bioaktif. Beberapa tanaman telah
diketahui mengandung bahan-bahan kimia yang dapat membunuh,
menarik, atau menolak serangga. Beberapa tumbuhan menghasilkan
racun, ada juga yang mengandung senyawa-senyawa kompleks yang
dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau
mengubah perilaku serangga (Supriyatin dan Marwoto, 2000).
Secara ekonomis, maka biaya pestisida nabati yang dikeluarkan petani
relatif lebih ringan dibanding pestisida sintetis, di mana harga pestisida sintetis di
era sekarang lebih mahal. Pestisida nabati/ alami diartikan sebagai suatu estisida
yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang tumbuh di sekitar kita. Pestisida
nabati relatif lebih mudah dibuat dan didapat oleh petani dengan kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas. Dari sisi lain pestisida alami/ nabati, mempunyai
keistimewaan yang bersifat mudah terurai di alam, sehingga tidak mencemari
lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya
mudah hilang. Pestisida nabati bersifat lebih aman dan nyaman, yaitu apabila
diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu (bersifat kontak) dan setelah
17
inhibitor. Zat pengatur tumbuh golongan auksin adalah Indol Asam Asetat
(IAA), Indol Asam Butirat (IBA), Naftalen Asam Asetat (NAA), dan 2,4
D Dikhlorofenoksiasetat (2,4 D). Zat pengatur tumbuh yang termasuk
golongan sitokinin adalah Kinetin, Zeatin, Ribosil, Benzil Aminopurin
(BAP) atau Benziladenin (BA). Zat pengatur tumbuh golongan giberelin
yaitu GA 1, GA 2, GA 3, GA 4, sedangkan ZPT yang termasuk golongan
inhibitor adalah fenolik dan asam absisik (Hendaryono dan Wijayani,
1994).
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemakaian ZPT
antara lain adalah dosis, kedewasaan tanaman, dan lingkungan. Pemberian
ZPT pada tanaman yang belum dewasa justru akan memperburuk
pertumbuhannya, karena secara fisiologis tanaman tersebut belum mampu
berbunga. Faktor lingkungan 9 yaitu suhu, kelembaban, curah hujan,
cuaca, dan cahaya sangat berpengaruh terhadap aplikasi ZPT. Bila kondisi
lingkungan sesuai dengan kebutuhan tanaman, ZPT yang diberikan akan
dapat segera diserap tanaman. Penggunaan dosis ZPT yang tepat dapat
mempengaruhi proses pembungaan tanaman. Dosis yang kurang atau
berlebihan menyebabkan pengaruh ZPT menjadi hilang, sedangkan dosis
yang tinggi akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman
(Endah, 2001). Zat pengatur tumbuh dapat mempengaruhi aktivitas
jaringan pada berbagai organ atau sistem organ tanaman.
Zat pengatur tumbuh tidak memberi tambahan unsur hara karena
bukan pupuk. Fungsi ZPT dalam jaringan tanaman adalah mengatur proses
fisiologis pembelahan dan pemanjangan sel, serta mengatur pertumbuhan
akar, batang, daun, bunga, dan buah (Saptarini, Widiyati, Sari, dan
Sarwono, 1988). Jenis sitokinin yang sering digunakan untuk multiplikasi
tunas adalah BA (Benzyl Adenine) atau BAP (Benzyl Amino Purine),
karena efektifitasnya tinggi, harganya murah, dan bisa disterilisasi
(Andriana, 2005). Benziladenin memiliki susunan formula molekul
C12H11N5 dengan rumus bangun sebagaimana disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Rumus bangun Benziladenin. 9 yaitu suhu, kelembaban, curah
hujan, cuaca, dan cahaya sangat berpengaruh terhadap aplikasi ZPT. Bila
20
lilin, dan plastik es batu. Sedangkan bahan yang diperlukan adalah batang pohon
manga yang akan dicangkok, dan tanah sebagai media tanam dan ZPT-Hantu
sebagai zat perangsang tumbuh akar.
3.2.4 Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif (Sambung Pucuk/Grafting)
Pada Tanaman Hias
Pada kegiatan perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu sambung
pucuk/grafting pada tanaman hias ini memerlukan peralatan seperti, pisau yang
tajam dan steril, plastik transparan/plastik es batu, dan tali rafia atau plastic es lilin
sebagai pengikat. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu batang bawah dan
batang atas tanaman hias yang sehat yang akan disambung/grafting.
13. Bersihkan gulma dari atas bedengan dengan cara manual yaitu
menggunakan tangan atau menggunakan garu kecil. Penyiangan sebaiknya
dilakukan secara hati-hati jangan sampai mengenai akar
14. lakukan penyulaman jika terdapat di dalam lubang tanam tersebut tidak
sama sekali tumbuh benih yang telah ditanam
15. Buatlah lubang dalam barisan 5 cm sebagai lubang pemupukan, kemudian
timbun lagi setelah pemupukan dilakukan
16. Lakukanlah pembumbunan
17. Siramlah tanaman tersebut menggunakan ember atau gembor
18. Lihatlah hama dan penyakit apa yang menyerang tanaman
19. Kemudian tentukan fungisida dan insektisida apa yang akan digunakan
20. Ambil sprayer yang sudah terisi air dan pestisida yang telah ditentukan
dosis penggunaannya
21. Lakukan penyemprotan disetiap bagian batang dan daun tanaman
dipermukaan atas dan bawahnya
22. Jangan melakukan penyemprotan berlawanan dengan arah mata angin
23. Lakukan pengamatan terhadap hama dan penyakit yang menyerang
tanaman
3.3.2 Stek Tanaman Hias
1. Tentukan pohon induk yang akan di stek
2. Potonglah bagian cabang yang digunakan sebagai stek menggunakan
gunting/pisau yang bersih, panjang potongan antara 10-15 cm dengan jumlah
daun 3-5
3. Potonglah sebelah atas kira-kira 1 cm diatas mata, sedangkan yang bawah
kira-kira 0,3 cm di bawah mata yang paling bawah
4. Potong miring bagian bawah dan atas batang
5. Siapkan Bawang merah 1 atau 2 siung, kemudian kupas bagian kulit
bawang dan bawangnya dihaluskan menggunakan batu gilingan/apa saja yang
bisa membuat bawang halus
6. larutkan dalam air sekitar 100 ml atau setengah gelas minum saja, nah
seharusnya kita menggunakan aquades konsentrasinya itu 100 gram bawang
24
di larutkan dalam 1 liter air aquades tapi karena jarak dan waktu makanya kita
pakai air minum biasa saja
7. Siapkan media tanam dalam polybag atau tempat lain yang kalian
gunakan, polybag tidak boleh diisi penuh dengan tanah tinggalkan bagian atas
sekitar 3 cm saja, tanah yang diisi harus padat, usahakan tanahnya halus dan
terhindar dari batu atau bahan-bahan lain yang mengganggu pertumbuhan
kemudian siram terlebih dahulu media dalam polybag tersebut
8. Buat kertas Label pada polybag, jumlah polybag ada 4 jadi ada 4 label. 1)
Tanpa ZPT 2). ZPT 5 menit 3). ZPT 10 Menit 4). Zpt 15 Menit
9. Siapkan bahan tanaman sebanyak 4 potong, pilih tanaman yang masih aktif
untuk pembelahan sel dengan ciri tidak terlalu muda dan terlalu tua dimana
batang masih terlihat hijau kecoklatan
10. Potong bahan tanaman menggunakan gunting stek atau pisau cutter,
sekitar 10-15 cm pemotongan dilakukan dengan memotong miring bagian
bawah dan atas tanaman dan jangan sampai bagian pinggir bekas pemotongan
rusak atau lepasnya kulit dari batang
11. Setelah dipotong tanam satu bahan tanaman ke polybag yang tanpa ZPT,
kemudian rendam 3 tanaman pada larutan bawang merah dengan waktu 5, 10
dan 15 menit. Jika sudah 5 menit tanam satu pada perlakuan 5 menit,, jika
sudah 10 menit ambil satu lagi tanam pada perlakuan 10 menit dan jika sudah
15 menit ambil lagi dan tanam pada polybag yg perlakuan 15 menit
12. Setelah di tanam letakkan pada tempat yang tidak terkena cahaya
matahari langsung dan tidak juga terkena hujan sepertia dibawah naungan
teras
13. Amati perkembangan tanaman setiap hari dengan melihat Waktu muncul
Tunas, Jumlah Tunas dan Panjang tunas.
3.3.3 Pencangkokan Tanaman Buah
1. Persiapakan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Carilah dahan yang tidak terlalu kecil atau terlalu besar
3. Ukurlah dari batang pohon paling sedikit 10 cm
4. Kupaslah kulit dahan yang akan dicangkok sekelilingnya dengan panjang
kupasan kira-kira 5 cm
25
4.2 Pembahasan
4.2.1 Budidaya Tanaman Kangkung
1. Benih
Kangkung darat dapat diperbanyak dengan biji. Untuk luasan 2m x
3m diperlukan benih sekitar ±600 benih. Varietas yang dianjurkan adalah
varietas Sutra atau varietas lokal yang telah beradaptasi.
2. Persiapan Lahan
Lahan terlebih dahulu dicangkul sedalam 20-30 cm supaya
gembur, setelah itu dibuat bedengan membujur dari Barat ke Timur agar
mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan sebaiknya adalah 2m tinggi
3m dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan + 30 cm.
Lahan yang asam (pH rendah) lakukan pengapuran dengan kapur kalsit
atau dolomit.
3. Pemupukan
Bedengan diratakan, 3 hari sebelum tanam diberikan pupuk
kandang (kotoran ayam) dengan dosis 20.000 kg/ha atau pupuk kompos
organik hasil fermentasi (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan
dosis 4 kg/m2 . Sebagai starter ditambahkan pupuk anorganik 150 kg/ha
Urea (15 gr/m2 ) pada umur 10 hari setelah tanam. Agar pemberian pupuk
lebih merata, pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian
diberikan secara larikan disamping barisan tanaman, jika perlu tambahkan
pupuk cair 3 liter/ha (0,3 ml/m2 ) pada umur 1 dan 2 minggu setelah
tanam.
4. Penanaman
Biji kangkung darat ditanam di bedengan yang telah dipersiapkan.
Buat lubang tanam dengan jarak 10 x 10 cm, tiap lubang tanamkan 2 - 5
benih kangkung. Sistem penanaman dilakukan secara zigzag atau system
garitan (baris).
5. Pemeliharaan
Yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan air, bila tidak turun
hujan harus dilakukan penyiraman. Hal lain adalah pengendalian gulma
28
waktu tanaman masih muda dan menjaga tanaman dari serangan hama dan
penyakit.
6. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Hama yang menyerang tanaman kangkung antara lain ulat grayak
(Spodoptera litura F), kutu daun (Myzus persicae Sulz) dan Aphis
gossypii. Sedangkan penyakit antara lain penyakit karat putih yang
disebabkan oleh Albugo ipomoea reptans. Untuk pengendalian, gunakan
jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida
nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus
dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara
aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.
7. Panen
Panen dilakukan setelah berumur + 30 hari setelah tanam, dengan
cara mencabut tanaman sampai akarnya atau memotong pada bagian
pangkal tanaman sekitar 2 cm di atas permukaan tanah.
8. Pasca Panen
Pasca panen terutama diarahkan untuk menjaga kesegaran
kangkung, yaitu dengan cara menempatkan kangkung yang baru dipanen
di tempat yang teduh atau merendamkan bagian akar dalam air dan
pengiriman produk secepat mungkin.
29
perakaran stek berkisar antara 21oC sampai 27oC pada pagi dan siang hari dan
15oC pada malam hari. Suhu yang terlampau tinggi dapat mendorong
perkembangan tunas melampaui perkembangan perakaran dan meningkatkan laju
transpirasi.
2. Faktor Dari Dalam Tanaman
Kondisi fisiologis tanamn mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan stek,
jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan
makanan, dan zat pengatur tumbuh.
a. Umur Bahan Stek
Stek yang berasal dari tanaman muda akan lebih mudah berakar dari pada yang
berasal dari tanaman tua, hal ini disebabkan apabila umur tanaman semakin tua
maka terjadi peningkatan produksi zat-zat penghambat perakaran dan penurunan
senyawa fenolik yang berperan sebagai auksin kofaktor yang mendukung inisiasi
akar pada stek.
b. Jenis Tanaman
Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Keberhasilan dengan
cara stek bergantung pada kesanggupan jenis tersebut untuk berakar. Ada jenis
yang mudah berakar dan ada yang sulit. Kandungan lignin yang tinggi dan
kehadiran cincin sklerenkim yang kontinyu merupakan penghambat anatomi pada
jenis-jenis sulit berakar, dengan cara menghalangi tempat munculnya adventif.
c. Adanya Tunas dan Daun Pada Stek
Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh
tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi
sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin yang
berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin.
d. Persediaan Bahan Makanan
Persediaan bahan makanan sering dinyatakan dengan perbandingan antara
persediaan karbohidrat dan nitrogen (C/N ratio). Ratio C/N yang tinggi sangat
diperlukan untuk pembentukan akar stek yang diambil dari tanaman dengan C/N
ratio yang tinggi akan berakar lebih cepat dan banyak dari pada tanaman dengan
C/N ratio rendah.
e. Zat pengatur Tumbuh
31
Hormon berasal dari bahasa Yunani yang artinya menggiatkan. Hormon pada
tanaman menurut batasan adalah zat yang hanya dihasilkan oleh tanaman itu
sendiri yang disebut fitohormon dan zat kimia sintetik yang dibuat oleh ahli
kimia. Hormon tanaman (fitohormon) adalah “regulators” yang dihasilkan oleh
tanaman sendiri dan pada kadar rendah mengatur proses fisiologis tanaman.
Hormon biasanya mengalir di dalam tanaman dari tempat dihasilkannya ke tempat
keaktifannya. Salah satu hormon tumbuh yang tidak lepas dari proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah auksin. Dalam hubungan antara
pertumbuhan dan kadar auksin adalah sama pada akar, batang dan tunas yaitu
auksin merangsang pertumbuhan pada kadar rendah, sebaliknya menghambat
pertumbuhan pada kadar tinggi. Kadar optimum hormon untuk pertumbuhan akar
jauh lebih rendah kira-kira 1.100.000 dari kadar optimum untuk pertumbuhan
batang. Zat pengatur tumbuh bawang merah termasuk dalam kelompok auksin.
Secara teknis bawang merah sangat aktif mempercepat dan memperbanyak
keluarnya akar sehingga penyerapan air dan unsur hara tanaman akan banyak dan
dapat mengimbangi penguapan air pada bagian tanaman yang berada di atas tanah
dan secara ekonomis penggunaan bawang merah dapat menghemat tenaga, waktu,
dan biaya. Cara pemberian hormon pada stek batang dapat dilakukan dengan cara
pemberian dengan menggiling bawang merah sampai halus, campurkan dengan
sedikit air dan dilakukan perendaman batang stek sesuai waktu yang ditentukan.
4.2.3 Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif (Cangkok) Pada Tanaman
Buah
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran yang dapat saya sampaikan sebagai praktikan, sebaiknya praktikan
lebih menghargai waktu pada saat dilakukannya praktikum, praktikum harus
dilaksanakan secara sistematis dan tersusun agar produksi yang dihasilkan
optimal. Dalam pemilihan benih dan bibit haruslah benar-benar diperhatikan agar
dapat tumbuh dengan apa yang diharapkan serta praktikan harus dapat
memberikan perlakuan dan perawatan yang maksimal untuk meningkatkan
produksi. Praktikan lebih memahami materi sebelum dilaksanakannya praktikum
agar pada saat praktikum lebih nyambung dengan penjeasan asisten. Perbanyakan
secara vegetatif yang telah dilakukan yaitu stek tanaman hias, cangkok pada
jambu biji, dan sambung susu. Sehingga ke depannya mampu melakukan
perbanyakan vegetatif yang lainnya seperti merunduk dan lainnya.
36
DAFTAR PUSTAKA
Jambi.
akar terhadap komponen akar tunas anakan salak. Jurnal Pengkajian dan
Sari, D.N. 2011. Produksi Kangkung (Ipomoea reptans Poir) Pada Berbagai
Macam Pupuk Kandang dan Dosis NPK. Agriwarta 9(11):330-338.
Suyatno. 2004. Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan
Kangkung Darat (Ipomoea sp) dan Caisim (Brassica juncea) pada Tanah Pasir
Kawasan Pantai Samas. Buletin Penelitian Hortikultura 2(2):59-62.
Syukur, A dan E.S. Harsono. 2008. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan NPK
terhadap beberapa sifat kimia dan fisika tanah pasir pantai samas bantul.
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 6 (2):52-58
37
DOKUMENTASI