Yusman Syaukat
Staf Pengajar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
Jl. Kamper, Kampus IPB Darmaga Bogor 16680 Tlp 0251-8626520.
E-mail: ysyaukat@yahoo.com.
ABSTRACT
Agribusiness and local economic development have a close connection.
Agricultural development through agribusiness approach has proven to improve local
economic development in many countries: increase added value and income of farmers, and
create job opportunities for the people. Main commodities grown in Kapuas District,
Province of Central Kalimantan are rice, rubber, and fish and livestock products. However,
those commodities have not yet developed according to agribusiness principals, since most
of them are sold as raw materials, thus the region losses its economic potential from
processing those products. The objective of this paper is to explore agribusiness
development strategy in Kapuas Regency to be able to contribute to local economic
development. To meet this objective, agribusiness in Kapuas Regency should be based on
local condition and resources, by considering local agro-ecosystem, social principal
(fairness, democracy), economic principal (market oriented, competitiveness, added value,
and job opportunity), and supported by sufficient local government policy through
institutional, technology and capital development..
Keyword: agribusiness, local economy development, competitiveness, added value, Kapuas regency.
kontribusi sektor industri yang masih relatif (local economic development) yang
rendah terhadap PDRB, yakni 7,25 persen berkelanjutan di Kabupaten Kapuas.
(BPS Kabupaten Kapuas, 2005).
Sektor pertanian di Kabupaten Kapuas, Tujuan Penulisan
berdasarkan topografinya, dapat dibedakan Tujuan penulisan paper ini adalah
menjadi dua kelompok, yakni kawasan untuk mengeksplorasi strategi
potensi pengembangan tanaman pangan dan pengembangan agribisnis dalam rangka
perkebunan. Kawasan pengembangan pembangunan ekonomi lokal di Kabupaten
tanaman pangan umumnya terdapat di Kapuas. Untuk mencapai tujuan umum
wilayah pasang surut yang berada di tersebut, maka tujuan spesifik dari paper ini
wilayah selatan dan terdiri atas pantai dan adalah sebegai berikut:
rawa-rawa dengan ketinggian antara 0-5 1) Melakukan literature review terhadap
meter di atas permukaan laut (dpl). pengertian dan cakupan pembangunan
Wilayah ini dipengaruhi oleh pasang surut, ekonomi lokal dan agribisnis, serta
dan memiliki potensi banjir (pasang naik air keterkaitan diantara keduanya
laut) yang cukup besar. Wilayah 2) Menganalisis potensi dan kondisi
pengembangan perkebunan berada di bagian ekonomi Kabupaten Kapuas,
Utara Kabupaten Kapuas. Wilayah ini khususunya yang terkait dengan sektor
merupakan daerah perbukitan dengan pertanian
ketinggian antara 100-500 mdpl. 3) Menentukan strategi pengembangan
Berdasarkan kedua masalah tersebut, agribisnis berbasis sumberdaya lokal di
yakni rendahnya tingkat pengolahan hasil- Kabupaten Kapuas.
hasil pertanian dan adanya spesifikasi
pengusahaan jenis komoditas yang
PEMBANGUNAN AGRIBISNIS
diusahakan antar wilayah, maka
DAN EKONOMI LOKAL
pengembangan sektor pertanian secara
terpadu (integrated agriculture) dalam
kerangka pengembangan agribisnis di Pembangunan Agribisnis
Kabupaten Kapuas harus didasarkan pada Agribisnis merupakan paradigma baru
kondisi sumberdaya alam lokal (local yang telah digunakan dalam upaya-upaya
resources endowment) masing-masing pembangunan pertanian di Indonesia.
wilayah. Agribisnis diartikan lebih luas daripada
Paper ini akan membahas dua bisnis yang dilaksanakan dalam lingkup on
pertanyaan penelitian (research questions) farm, menghasilkan produk pertanian
terkait dengan masalah di atas: (1) semata. Agribisnis mencakup pula bisnis di
Bagaimana strategi pengembangan sektor hulu (penyediaan bahan baku dan
Agribisnis di Kabupaten Kapuas yang barang modal untuk menunjang aktivitas
sesuai dengan kondisi sumberdaya lokal, pertanian), bisnis di sektor hilir (pengolahan
baik sumberdaya alam maupun sumberdaya produk-produk pertanian menjadi barang
manusianya?, dan (2) Bagaimana upaya- jadi dan setengah jadi), pemasaran input,
upaya pengembangan agribisnis tersebut output dan hasil olahan pertanian, serta 28
dapat memberikan kontribusi maksimal bisnis jasa dan penunjang (seperti
terhadap pembangunan ekonomi lokal perkreditan, penelitian, penyuluhan,
transportasi, dan lainnya). Dengan
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009
dukungan, fasilitasi, dan regulasi, serta adanya kerjasama antar daerah. Pemahaman
peran untuk mendorong terwujudnya yang kuat atas pendekatan integratif dalam
lingkungan strategis yang kondusif bagi sistem menjadi syarat mutlak untuk
perkembangan agribisnis dan kegiatan mencegah agar otonomi tidak justru menjadi
ekonomi lokal lainnya. Sementara peran penghambat pengembangan sistem
perencanaan akan lebih banyak agribisnis.
dikembangkan pemerintah daerah yang Argumentasi di atas menunjukkan
memang lebih memahami fokus kegiatan bahwa dengan adanya otonomi daerah,
yang harus dikembangkan. seyogyanya pembangunan pertanian dapat
Ketiga, pembangunan pertanian akan lebih berkembang. Pada gilirannya hal ini
lebih banyak bertumpu pada peran dan akan juga mendorong perkembangan daerah
partisipasi perorangan atau kelompok secara keseluruhan. Data dari 328
masyarakat. Kebutuhan dukungan bagi kabupaten (dari 400 lebih kabupaten yang
pelaku usaha untuk mengembangkan ada pada saat ini) menunjukkan bahwa 92
kegiatan pertanian di masing-masing daerah persen diantaranya memiliki ekonomi yang
berbeda antara satu daerah dengan daerah berbasis pertanian (dalam arti luas). Dengan
lain. Pelajaran selama ini menunjukkan demikian, pembangunan pertanian juga
bahwa apa yang diprioritaskan oleh para berarti pembangunan ekonomi daerah yang
pengambil keputusan di tingkat pusat tidak bersangkutan. Dari pemikiran ekonomi
jarang berbeda dengan apa yang sebenarnya pembangunan konvensional, perkembangan
dibutuhkan oleh pelaku usaha di daerah. pertanian akan berdampak positif bagi
Melalui otonomi daerah dukungan tersebut industri, dan akhirnya bagi perekonomian
dapat lebih terfokus. Disamping itu, dengan secara keseluruhan. Pemikiran-pemikiran
otonomi tingkat persaingan yang dihadapi pembangunan modern telah menunjukkan
pengusaha daerah juga akan menjadi lebih bahwa pertanian penting dan akan tetap
realistik: pengusaha daerah akan memiliki penting karena: mampu menciptakan
ajang persaingan yang lebih fair karena permintaan terhadap barang-barang hasil
terdapat harapan bagi berkurangnya campur industri; memasok bahan baku bagi
tangan supra-struktur yang selama ini justru perkembangan industri; memasok bahan
menjadi salah satu penghambat utama pangan; menghasilkan surplus tenaga kerja
dalam perkembangan kegiaitan bisnis lokal. dan surplus pembiayaan bagi
Keempat, pembangunan pertanian pengembangan industri; menciptakan
sebagai sistem agribisnis membutuhkan ketahanan pangan; pengurangan
pemahaman dan operasionalisasi kerja kemiskinan; kelestarian lingkungan;
jaringan usaha antar pelaku dan antar keberlanjutan nilai-nilai sosial budaya;
wilayah, baik di dalam maupun di luar penyangga saat terjadi goncangan ekonomi
negeri. Jaringan kerja (network) tersebut eksternal, dan berbagai aspek non-
sangat diperlukan bukan hanya dalam satu transaksional lainnya. Hal inilah yang
sistem agribisnis, tetapi juga antar sistem, kemudian menyebabkan negara-negara
antara pelaku usaha sejenis atau yang industri tetap mempertahankan
memiliki keterkaitan erat dan langsung, pertaniannya. 33
maupun antara berbagai insitusi yang terkait Disamping faktor keterkaitan di atas,
dengan agribisnis. Otonomi daerah sumberdaya agribisnis juga merupakan
diharapkan tidak justru menjadi penghambat sumberdaya ekonomi yang paling dikuasai
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009
oleh masyarakat di setiap daerah. oleh para pedagang atau pengusaha yang
Sumberdaya tersebut dapat berbasiskan berada di luar sistem mereka atau di luar
tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, daerah. Hal inilah yang menyebabkan
perikanan, peternakan, dan kehutanan. Oleh mengapa pendapatan petani tetap rendah
karena itu, cara yang paling efektif untuk dan ekonomi daerah di sentra-sentra
mengembangkan perekonomian daerah agribisnis juga kurang berkembang.
adalah melalui pengembangan agribisnis
secara terintegrasi. Pengembangan KONDISI DAN POTENSI
agribisnis tersebut harus disertasi upaya- EKONOMI KABUPATEN KAPUAS
upaya transformasi dari factor (supply)
driven menjadi demand (market) driven,
Kondisi Sumberdaya Alam
dari keunggulan komparatif (comparative
advantage) menjadi keuntungan kompetitif Padi merupakan komoditas utama
(competitive advantage), dan disertai dari subsektor tanaman pangan Kabupaten
dengan upaya-upaya penguatan kapital, Kapuas. Pada tahun 2004, Kabupaten
pemanfaatan teknologi unggul dan tepat Kapuas menghasilkan sekitar 288 ribu ton
guna, pengembangan kualitas sumberdaya padi, yang terdiri atas 249 ribu ton padi
manusia, pengembangan kelembagaan, serta sawah dengan produktivitas rata-rata 3.20
pengembangan organisasi ekonomi lokal ton/ha, dan 39 ribu ton padi ladang dengan
yang telah ada di masyarakat. Dengan produktivitas rata-rata 2.53 ton/ha (BPS
transformasi tersebut, kemampuan Kabupaten Kapuas, 2005). Komoditas
masyarakat dalam menghasilkan produk- tersebut dihasilkan dari sekitar 120 ribu
produk agribisnis, yang saat ini masih hektar lahan pertanian yang diusahakan,
didominasi oleh produk-produk yang yang terdiri dari beberapa jenis lahan,
bersifat less capital, less knowledge, dan sebagaimana disajikan pada Tabel 1.
unskill labor based, secara bertahap beralih Dari Tabel 1 tampak bahwa lahan
kepada produk-produk yang lebih bersifat beririgasi teknis dan setengah teknis masih
capital, knowledge, dan skill labor based. belum tersedia di Kabupaten Kapuas.
Dengan demikian, produk-produk yang Lahan-lahan pertanian yang tersedia antara
dihasilkan akan mampu bersaing dan lain lahan pasang surut, tadah hujan, irigasi
mampu menembus pasar yang lebih luas, sederhana, dan irigasi desa. Dilihat dari
baik di level wilayah, nasional, maupun penggunaannya, lahan pasang surut
internasional. memiliki luas penggunaan yang terbesar,
Pengembangan agribisnis di setiap diikuti oleh lahan tadah hujan, dan lahan
daerah harus juga disertai dengan irigasi sederhana. Berdasarkan intensitas
pengembangan organisasi ekonomi, tanamnya, sebagian besar lahan pertanian di
khususnya petani, agar manfaat ekonomi Kabupaten Kapuas hanya bisa ditanami padi
yang dihasilkan dapat benar-benar dinikmati satu kali dalam setahun (mencakup 65
oleh masyarakat dan daerah. Di masa lalu, persen luas lahan), sedangkan lahan yang
petani hanya menikmati nilai tambah dari bisa ditanami padi hingga dua kali (atau
subsistem agribisnis on farm yang lebih) per tahun hanya 17.2 persen. Lahan 34
umumnya relatif kecil. Nilai tambah yang
paling besar, yakni pada subsistem
agribisnis hulu dan hilir, justru dinikmati
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009
yang sementara tidak dimanfaatkan cukup Kalimantan Tengah mencapai 375 ribu ton
besar, sekitar 17,3 persen.3 pada tahun 2004. Produksi padi ladang
Disamping padi, Kabupaten Kapuas Kabupaten Kapuas juga memiliki kontribusi
juga menghasilkan beberapa komoditas yang signifikan terhadap total produksi padi
unggulan lainnya, khususnya karet (dari ladang di Provinsi Kalimantan Tengah.
subsektor perkebunan), dan beberapa jenis Tingkat produksi padi ladang mencapai 39
komoditas peternakan dan perikanan ribu ton, dengan kontribusi mencapai 18,2
sebagaimana disajikan pada Tabel 2. persen dari total 215 ribu ton produksi padi
Komoditas “unggulan” dalam hal ini ladang Provinsi Kalimantan Tengah.
diartikan sebagai kontribusi Kabupaten Kapuas menghasilkan 19,98 ribu ton
Kapuas dalam menghasilkan suatu karet. Produksi karet Kabupaten Kapuas
komoditas lebih besar dari 10 persen3 dari menempati peringkat ke-tujuh di tingkat
total produksi komoditas tersebut di tingkat Provinsi, dengan kontribusi 13,7 persen.
Provinsi Kalimantan Tengah. Walaupun menjadi produk unggulan,
Dari Tabel 2 tampak bahwa padi, produktivitas karet rakyat ini masih relatif
khususnya padi sawah, merupakan rendah, sekitar 802 kg/ha/tahun. Rendahnya
komoditas unggulan terpenting Kabupaten produktivitas komoditas perkebunan ini
Kapuas, dimana kontribusinya mencapai tidak hanya untuk tanaman karet, tetapi juga
66.5 persen dari total produksi padi sawah tanaman kelapa dan kopi.
Provinsi Kalimantan Tengah. Total produksi Beberapa komoditas peternakan
padi sawah Kabupaten Kapuas mencapai Kabupaten Kapuas memiliki kontribusi
250 ribu ton, sedangkan Provinsi yang cukup signifikan terhadap total
produksi peternakan di Provinsi Kalimantan
3 Mengingat Provinsi Kalimantan Tengah terdiri atas Tengah. Kontributor terbesar adalah ayam 35
14 kabupaten dan kota, maka benchmark kontribusi petelur (51 persen), dan diikuti oleh itik
“rata-rata” suatu komoditas adalah 7 persen. Apabila
(14,4 persen), kambing (13,7 persen), dan
kontribusi suatu komoditas lebih dari 10 persen,
dapat dikatakan bahwa komoditas tersebut ”unggul” ayam buras (12,7 persen).
di tingkat provinsi.
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009
Tabel 2. Kontribusi Komoditas Unggulan Kab Kapuas relatif terhadap Total Produksi
Komoditas di Provinsi Kalimantan Tengah, 2004
Subsektor & Komoditas Persen
Tanaman Pangan:
Padi sawah 66,52
Padi lading 18,19
Perkebunan:
Karet 13,69
Peternakan:
Kambing 13,68
Ayam buras 12,88
Ayam petelur 51,25
Itik 14,42
Perikanan:
Perikanan Laut 11,10
Sumber: BPS Kabupaten Kapuas (2005) dan BPS Provinsi Kalimantan Tengah (2005) (diolah).
Tabel 3. Perbandingan Persentase Produk Domestik Regional Bruto* Kabupaten Kapuas dan
Provinsi Kalimantan Tengah, 2003-2004
Kab. Kapuas Prov. Kalteng
No. Sektor
2003 2004 2003 2004
1 Pertanian 53,72 53,14 48,64 45,86
2 Pertambangan 0,36 0,35 0,80 0,82
3 Industri Pengolahan 7,75 7,25 6,45 6,64
4 Listrik & Air Bersih 0,28 0,29 0,44 0,43
5 Bangunan/Konstruksi 8,25 8,52 4,33 4,34
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 15,13 15,25 17,87 20,56
7 Pengangkutan & Telekomunikasi 4,25 4,35 7,95 7,67
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,88 4,71 2,19 2,27
9 Jasa 6,38 6,15 11,33 11,41
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Kab. Kapuas (2005), BPS Prov. Kalimantan Tengah (2005) (diolah)
Ket: * Atas dasar Harga Berlaku
memenuhi kebutuhan permintaan pasar di Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai
wilayah tersebut, juga dapat diekspor ke LQ semakin menguat dari tahun 2003 ke
luar wilayah. Pertanian, misalnya, memiliki 2004, hal ini menunjukkan bahwa terjadi
nilai LQ sebesar 1,1586 pada tahun 2004 penguatan sektor basis di Kabupaten
(Tabel 4), artinya sektor pertanian di Kapuas, khususnya pada sektor pertanian,
Kabupaten Kapuas menghasilkan produk- bangunan/konstruksi, serta keuangan,
produk yang tidak saja dapat memenuhi persewaan dan jasa perusahaan. Kontribusi
kebutuhan/permintaan di daerah, juga bisa masing-masing subsektor di dalam sektor
diekspor ke luar Kabupaten Kapuas. pertanian di Kabupaten Kapuas dan Provinsi 37
Disamping sektor pertanian, Kalimantan Tengah mengalami perbedaan
Kabupaten Kapuas memiliki tiga sektor pola. Di Kabupaten Kapuas, subsektor
basis lainnya, yakni: sektor industri tanaman bahan makanan memiliki
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009
Tabel 6. Nilai Location Quotient Sub Sektor Pertanian Kabupaten Kapuas, 2003-2004
No. Subsektor 2003 2004
1 Tanaman Bahan Makanan 3,177 3,063
2 Tanaman Perkebunan 0,432 0,424
3 Peternakan & Hasilnya 0,889 0,913
4 Kehutanan 0,421 0,484
5 Perikanan 1,043 1,029
Sumber: BPS Kab. Kapuas (2005), BPS Prov. Kalimantan Tengah (2005) (diolah)