Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah.

Volume 1 No 1 April 2009

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM RANGKA PEMBANGUNAN


EKONOMI LOKAL DI KABUPATEN KAPUAS,
KALIMANTAN TENGAH 1

Yusman Syaukat
Staf Pengajar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
Jl. Kamper, Kampus IPB Darmaga Bogor 16680 Tlp 0251-8626520.
E-mail: ysyaukat@yahoo.com.

ABSTRACT
Agribusiness and local economic development have a close connection.
Agricultural development through agribusiness approach has proven to improve local
economic development in many countries: increase added value and income of farmers, and
create job opportunities for the people. Main commodities grown in Kapuas District,
Province of Central Kalimantan are rice, rubber, and fish and livestock products. However,
those commodities have not yet developed according to agribusiness principals, since most
of them are sold as raw materials, thus the region losses its economic potential from
processing those products. The objective of this paper is to explore agribusiness
development strategy in Kapuas Regency to be able to contribute to local economic
development. To meet this objective, agribusiness in Kapuas Regency should be based on
local condition and resources, by considering local agro-ecosystem, social principal
(fairness, democracy), economic principal (market oriented, competitiveness, added value,
and job opportunity), and supported by sufficient local government policy through
institutional, technology and capital development..

Keyword: agribusiness, local economy development, competitiveness, added value, Kapuas regency.

usahatani, tetapi juga aspek hulu


PENDAHULUAN (pengadaan bahan baku) dan hilirnya
(pengolahan dan pemasaran). Dengan
Latar Belakang demikian, pengembangan agribisnis
memiliki cakupan yang lebih luas
Sektor pertanian dan agribisnis dibandingkan dengan sektor pertanian.
merupakan dua hal berbeda.1 Sektor Hingga saat ini sektor pertanian
pertanian seringkali diartikan sebagai merupakan salah satu sektor penting dalam
aktivitas produksi usahatani (production perekonomian Indonesia, baik dalam hal
operation on the farm) semata. Agribisnis kontribusinya terhadap Produk Domestik
memiliki pengertian yang lebih luas dari Bruto (PDB) maupun penyerapan tenaga
pada sektor pertanian, karena ia tidak kerja. Berdasarkan data BPS (2007), pada
sekedar mencakup aktivitas produksi tahun 2006, sektor pertanian menyumbang
12,90 persen dari total PDB Indonesia,
1
Versi awal paper ini dipersiapkan dalam acara yakni Rp 430,49 trilyun dari total Rp 26
Seminar Sehari ”Peringataan Hari Jadi Kota
3.338,20 trilyun. Persentase penduduk
Kuala Kapuas ke-200 dan Hari Ulang Tahun
Pemerintah Kabupaten Kapuas ke-55” di Kuala berumur lebih dari 15 tahun yang bekerja di
Kapuas, Kabupaten Kapuas, Kalimantan sektor pertanian (mencapkup pertanian,
Tengah, 16 Maret 2006.
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009

perkebunan, kehutanan, dan perikanan) regional bruto), kesempatan kerja dan


mencapai 42,05 persen dari total 160,81 juta berusaha, maupun ekspor daerah. Dengan
penduduk. Nilai-nilai tersebut belum diberlakukannya program Otonomi Daerah,
termasuk nilai tambah ekonomi yang kabupaten/kota memiliki kewenangan yang
dihasilkan dan tenaga kerja yang diserap lebih luas dalam mengembangkan sistem
oleh sektor hulu maupun hilirnya. perekonomian yang sesuai dengan kondisi
Fakta dari negara-negara industri dan dan situasi daerah masing-masing.
maju di dunia, seperti Amerika Serikat, Mengingat pertanian masih menjadi sektor
Kanada, Australia, dan lainnya basis di sebagian besar daerah, maka
menunjukkan bahwa ketangguhan mereka kegiatan agribisnis merupakan usaha yang
tidak hanya dari sektor industri dan jasanya, paling siap dan sesuai untuk didayagunakan
tetapi juga tangguh di bidang agribisnisnya. dalam percepatan pembangunan ekonomi
Ketangguhan sektor agribisnis Indonesia saat ini. Modernisasi agribisnis di daerah
tampak ketika terjadi krisis ekonomi 1997. akan memberikan dampak yang signifikan
Industri-industri yang kurang mengakar dan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan
tidak didasarkan pada penggunaan dapat dijadikan solusi dalam penanganan
sumberdaya lokal (footloose industries) masalah ekonomi daerah.
mengalami kebangkrutan, sementara
industri-industri yang mengandalkan Pertanian dan Agribisnis di
sumberdaya lokal (local resource base), Kabupaten Kapuas
seperti sektor pertanian dan agribisnis, bisa
Kabupaten Kapuas, merupakan salah
bertahan bahkan sebagian bisa berkembang.
satu dari 14 kabupaten dan kota di Provinsi
Agribisnis merupakan satu-satunya
Kalimantan Tengah yang dibentuk pada
sektor yang mengalami laju pertumbuhan
tanggal 22 Maret 1951. Luas Kabupaten
PDB yang positif, meskipun hanya 0,26
Kapuas saat ini mencapai 14.999 km2
persen, pada tahun 1998. Pengembangan
(sekitar 15 juta hektar), atau 9.77 persen
agribisnis merupakan salah satu langkah
dari total luas area Provinsi Kalimantan
strategis yang mesti dilaksanakan Indonesia
Tengah (RPJPD, 2005). Sebagaimana
pasca-krisis, karena sektor ini berbasiskan
kabupaten-kabupaten lainnya di Indonesia,
sumberdaya lokal dan relatif tidak
perekonomian Kabupaten Kapuas masih
tergantung pada komponen impor.
didominasi oleh sektor pertanian. Pada
Disamping itu, agribisnis juga memiliki
tahun 2004, kontribusi sektor pertanian
keterkaitan ke depan (forward linkage) dan
mencapai 53,14 persen, dengan pertanian
keterkaitan ke belakang (backward linkage)
tanaman pangan sebagai sub-sektor
yang tinggi, serta memiliki orientasi ekspor
unggulannya; sementara subsektor
dalam pemasaran produknya, sehingga
kehutanan memiliki kontribusi yang terkecil
dapat diandalkan dalam upaya
diantara sub-sektor pertanaian lainnya.
penanggulangan kemiskinan di Indonesia,
Kontribusi ekonomi sektor pertanian
yang pada saat ini mencapai sekitar 30,30
sebenarnya masih bisa ditingkatkan, karena
juta jiwa (BPS, 2007).
kontribusi tersebut hanya berasal dari
Sektor pertanian masih merupakan 27
aktivitas on-farm semata, semantara
kontributor utama bagi sebagian besar
pengolahan hasil-hasil pertanian masih
kabupaten di Indonesia, baik dalam
relatif rendah. Hal ini ditunjukkan dari
pembentukan PDRB (produk domestik
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009

kontribusi sektor industri yang masih relatif (local economic development) yang
rendah terhadap PDRB, yakni 7,25 persen berkelanjutan di Kabupaten Kapuas.
(BPS Kabupaten Kapuas, 2005).
Sektor pertanian di Kabupaten Kapuas, Tujuan Penulisan
berdasarkan topografinya, dapat dibedakan Tujuan penulisan paper ini adalah
menjadi dua kelompok, yakni kawasan untuk mengeksplorasi strategi
potensi pengembangan tanaman pangan dan pengembangan agribisnis dalam rangka
perkebunan. Kawasan pengembangan pembangunan ekonomi lokal di Kabupaten
tanaman pangan umumnya terdapat di Kapuas. Untuk mencapai tujuan umum
wilayah pasang surut yang berada di tersebut, maka tujuan spesifik dari paper ini
wilayah selatan dan terdiri atas pantai dan adalah sebegai berikut:
rawa-rawa dengan ketinggian antara 0-5 1) Melakukan literature review terhadap
meter di atas permukaan laut (dpl). pengertian dan cakupan pembangunan
Wilayah ini dipengaruhi oleh pasang surut, ekonomi lokal dan agribisnis, serta
dan memiliki potensi banjir (pasang naik air keterkaitan diantara keduanya
laut) yang cukup besar. Wilayah 2) Menganalisis potensi dan kondisi
pengembangan perkebunan berada di bagian ekonomi Kabupaten Kapuas,
Utara Kabupaten Kapuas. Wilayah ini khususunya yang terkait dengan sektor
merupakan daerah perbukitan dengan pertanian
ketinggian antara 100-500 mdpl. 3) Menentukan strategi pengembangan
Berdasarkan kedua masalah tersebut, agribisnis berbasis sumberdaya lokal di
yakni rendahnya tingkat pengolahan hasil- Kabupaten Kapuas.
hasil pertanian dan adanya spesifikasi
pengusahaan jenis komoditas yang
PEMBANGUNAN AGRIBISNIS
diusahakan antar wilayah, maka
DAN EKONOMI LOKAL
pengembangan sektor pertanian secara
terpadu (integrated agriculture) dalam
kerangka pengembangan agribisnis di Pembangunan Agribisnis
Kabupaten Kapuas harus didasarkan pada Agribisnis merupakan paradigma baru
kondisi sumberdaya alam lokal (local yang telah digunakan dalam upaya-upaya
resources endowment) masing-masing pembangunan pertanian di Indonesia.
wilayah. Agribisnis diartikan lebih luas daripada
Paper ini akan membahas dua bisnis yang dilaksanakan dalam lingkup on
pertanyaan penelitian (research questions) farm, menghasilkan produk pertanian
terkait dengan masalah di atas: (1) semata. Agribisnis mencakup pula bisnis di
Bagaimana strategi pengembangan sektor hulu (penyediaan bahan baku dan
Agribisnis di Kabupaten Kapuas yang barang modal untuk menunjang aktivitas
sesuai dengan kondisi sumberdaya lokal, pertanian), bisnis di sektor hilir (pengolahan
baik sumberdaya alam maupun sumberdaya produk-produk pertanian menjadi barang
manusianya?, dan (2) Bagaimana upaya- jadi dan setengah jadi), pemasaran input,
upaya pengembangan agribisnis tersebut output dan hasil olahan pertanian, serta 28
dapat memberikan kontribusi maksimal bisnis jasa dan penunjang (seperti
terhadap pembangunan ekonomi lokal perkreditan, penelitian, penyuluhan,
transportasi, dan lainnya). Dengan
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009

demikian, agribisnis merubah dari (final products). Subsistem pemasaran


pendekatan sektoral menjadi intersektoral, merupakan aktivitas pemasaran, untuk
dan dari produksi ke bisnis. Departemen komoditas pertanian primer maupun produk
Pertanian (2001) menggambarkan hasil olahan, baik untuk tujuan pasar
intersectoral linkages dalam sistem domestik maupun internasional. Sementara
agribisnis sebagaimana disajikan pada subsistem terakhir, subsistem jasa dan
Gambar 1. Dari Gambar 1 tampak bahwa penunjang, merupakan kegiatan yang
agribisnis mengaitkan subsistem-subsistem menyediakan jasa bagi sistem agribisnis,
agribisnis hulu, usahatani, pengolahan, seperti lembaga keuangan, lembaga
pemasaran serta jasa dan penunjang menjadi penelitian dan pengembangan, pendidikan
suatu sistem yang saling terintegrasi (an dan penyuluhan pertanian, serta transportasi
integrated system). dan pergudangan.

Subsistem Subsistem Subsistem Subsistem


Agribisnis Usahatani Pengolahan Pemasaran
Hulu

Subsistem Jasa dan Penunjang

Gambar 1. Lingkup Pembangunan Sistem Agribisnis


Sumber: Departemen Pertanian (2001)

Subsistem agribisnis hulu merupakan Departemen Pertanian, pada tahun


kegiatan ekonomi yang menghasilkan 2000, telah menetapkan bahwa strategi
sarana produksi pertanian, seperti industri dasar pembangunan pertanian adalah
agro-kimia (industri pupuk dan pestisida), membangun usaha dan sistem agribisnis
industri benih dan bibit komoditas yang tangguh. Sistem tersebut paling tidak
pertanian, serta industri agro-otomotif memiliki empat karakterisktik, yaitu: (1)
(industri alat mesin pertanian serta peralatan berdayasaing, (2) berkerakyatan, (3)
pengolahan hasil pertanian). Subsistem berkelanjutan, dan (4) terdesentralisasi.
usahatani (on-farm) merupakan kegiatan 1) Sistem agribisnis yang berdayasaing
pemanfaatan sarana produksi yang dicirikan oleh tingkat efisiensi, mutu,
dihasilkan dari sistem agribisnis hulu untuk harga dan biaya produksi, serta
menghasilkan produk-produk pertanian kemampuan untuk menerobos pasar,
primer, baik di bidang tanaman pangan, meningkatkan pangsa pasar, serta
peternakan, perkebunan, perikanan, maupun memberikan pelayanan yang
kehutanan. profesional. Pengembangan sistem
Subsistem agribisnis hilir merupakan agribisnis yang berdayasaing harus
kegiatan industri yang mengolah komoditas memperhatikan aspek permintaan 29
pertanian primer menjadi produk-produk maupun penawaran. Dalam hal ini,
olahan, baik berupa barang setengah jadi produk yang dikembangkan harus yang
(intermediate products) maupun barang jadi benar-benar berdayasaing dan
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009

dikehendaki pasar (market driven). dan pemerataan pembangunan yang


Dengan demikian, pendekatan lama berkeadilan.
yang berorientasi pada supply driven - Strategi pembangunan tersebut
apa yang dapat diproduksi - perlu diwujudkan melalui dua pendekatan, yakni
dibenahi. makro dan mikro. Pendekatan makro
2) Sistem agribisnis berkerakyatan merupakan pendekatan sistem agribisnis,
dicirikan oleh berkembangnya usaha sementara pendekatan mikro merupakan
produktif yang melibatkan masyarakat pendekatan usaha-usaha agribisnis (firms).
secara luas, baik dalam peluang Dengan pendekatan sistem agribisnis
berusaha, kesempatan kerja, maupun tersebut, maka pertanian tidak lagi dilihat
dalam menikmati nilai tambah hanya pertanian primer (on farm) saja, tetapi
(pendapatan). Pengembangan sistem juga mencakup seluruh sub-sistem
ini tidaklah berarti hanya sebagaimana dikemukakan pada Gambar 1.
pengembangan usaha kecil dan Dengan demikian, keberhasilan on farm
menengah saja, tetapi juga dapat juga dipengaruhi oleh subsistem lainnya,
melibatkan usaha skala besar dalam yang bisa jadi di luar mandat Departemen
konsep kemitraan. Pertanian itu sendiri.
3) Pengembangan sistem agribisnis yang
berkelanjutan merupakan usaha Pembangunan Ekonomi Lokal
pengembangan kemampuan untuk Pembangunan ekonomi lokal (local
meningkatkan kapasitas sumberdaya economic development) telah menjadi
agribisnis yang semakin besar dan tumpuan bagi pemulihan ekonomi Indonesia
mantap dari waktu ke waktu, dan pasca krisis. Teori pembangunan ekonomi
semakin mensejahterakan masyarakat, lokal (PEL) itu sendiri memiliki beragam
baik dari aspek sosial, ekonomi, dan pengertian dan definisi. Menurut World
lingkungan hidup. Dalam hal ini, Bank (2002) dalam Blakely (2002), PEL
pelaku agribisnis tidak hanya melihat merupakan kerjasama seluruh komponen
jangka pendek (myopic) saja, tetapi masyarakat di suatu daerah (lokal) untuk
juga kepentingan jangka panjang yang mencapai pertumbuhan ekonomi
mengakomodasikan pelestarian berkelanjutan (sustainable economic
lingkungan hidup dan plasma nutfah growth) yang akan meningkatkan
(biodiversity). kesejahteraan ekonomi (economic welfare)
4) Pengembangan agribisnis yang dan kualitas hidup (quality of life) seluruh
terdesentralisasi merupakan upaya- masyarakat.
upaya pengembangan kegiatan Pembangunan Ekonomi Lokal dalam
ekonomi yang sesuai dengan kondisi hal ini dapat juga diartikan sebagai kegiatan
masyarakat dan wilayah setempat, serta pembangunan daerah yang diarahkan pada
memiliki keunggulan kompetitif. peningkatan dan pemanfaatan unsur-unsur
Dengan demikian, pengembangan “endogenous” (unsur-unsur lokal – yang
agribisnis pada dasarnya merupakan mencakup sumberdaya manusia,
aktivitas pembangunan ekonomi lokal. sumberdaya alam, serta kondisi sosial,
30
Hal ini sesuai dengan esensi otonomi budaya dan ekonomi) guna menciptakan
daerah, yakni melakukan desentralisasi kesempatan kerja dan bisnis baru di daerah,

Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka


Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009

namun tetap dalam koridor pembangunan kegagalan. Kedua, dengan diaplikasikannya


tingkat provinsi dan nasional (Syaukat, program otonomi daerah, konsep PEL
2005). PEL perlu dikaitkan dan didasarkan menjadi penting, karena sistem sentralistik
pada kondisi-kondisi tersebut agar terjadi kurang memberikan pembelajaran kepada
sinergisme antara satu daerah dengan daerah daerah dalam pengembangan ekonomi
lainnya, dan secara bersama-sama daerah. Dalam konteks ekonomi daerah,
memperkuat kondisi ekonomi wilayah PEL merupakan suatu keniscayaan karena
secara keseluruhan. sukar sekali diharapkan suatu pembangunan
PEL memberi kesempatan kepada ekonomi nasional yang bersifat sentralistik
pemerintah lokal (kabupaten/kota), swasta, dapat kompatibel dengan kebutuhan dan
lembaga swadaya masyarakat, dan potensi daerah. Arifin (2003)
masyarakat lokal untuk secara bersama- mengungkapkan bahwa konsep
sama pro-aktif berusaha untuk memperbaiki desentralisasi ekonomi tidak lain merupakan
dan mengembangkan lingkungan bisnisnya tuntutan efisiensi dan skala ekonomi yang
sehingga mereka mampu berkompetisi lebih adil antara pusat dan daerah.
dengan daerah lainnya, bahkan Pemilihan dan aplikasi suatu strategi
internasional. Untuk mencapai hal tersebut, PEL menjadi sangat penting dalam konteks
PEL difokuskan pada upaya peningkatan otonomi daerah. Langkah awal ini
dayasaing (competitiveness), peningkatan seharusnya merupakan suatu prasyarat bagi
pertumbuhan, dan redistribusi pertumbuhan setiap daerah untuk mengetahui secara
tersebut melalui pembentukan usaha kecil persis posisi dan berkah sumberdayanya.
dan menengah (small and medium Oleh karenanya, pemahaman terhadap
enterprises atau SME), dan penciptaan posisi dan potensi sumberdaya tersebut
lapangan kerja (job creation). Namun mutlak diperlukan, sebelum menentukan
demikian, kunci utama PEL adalah tetap strategi dan jenis komoditas apa yang akan
pada pengembangan dayasaing wilayah dikembangkan.
dalam menghasilkan suatu produk/jasa Pemilihan kegiatan PEL harus
tertentu. GTZ (2003) mengungkapkan didasarkan atas hasil analisis basis sosio-
bahwa ”LED is all about competitive ekonomi dan kapasitas pembangunan dari
advantage” – pengembangan dayasaing masyarakatnya. Secara umum, kegiatan
perusahaan lokal dan daerah (lokalitas). PEL dapat dibedakan menjadi dua: kegiatan
Pembangunan Ekonomi Lokal di basis dan non-basis. Kegiatan Basis
Indonesia mendapatkan momentum yang merupakan kegiatan suatu masyarakat yang
tepat untuk dikembangkan karena dua hasilnya, baik berupa barang atau jasa,
faktor. Faktor pertama, karena adanya dialokasikan untuk tujuan “ekspor” ke luar
kekeliruan pendekatan pembangunan lingkungan masyarakat tersebut. Dengan
selama periode sebelumnya yang bersifat demikian, kegiatan ini dapat digolongkan ke
sentralistik, tidak didasarkan atas dalam kegiatan masyarakat yang
penggunaan sumberdaya lokal namun lebih berorientasi ke luar, baik di tingkat regional,
bersifat footloose industries. Disamping itu, nasional atau internasional. Untuk
trickle down effect (efek tetesan ke bawah) mencapai hal ini, maka penciptaan 31
yang diharapkan pemerintah dalam competitive advantage bagi produk yang
pengembangan ekonomi nasional yang dihasilkan di daerah tersebut menjadi sangat
bersifat kapitalistik ternyata mengalami penting. Kegiatan non-basis merupakan
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009

kegiatan masyarakat yang hasilnya berkembang dengan adanya program


diperuntukkan bagi masyarakat itu sendiri otonomi daerah adalah pembangunan
dan dalam kawasan kehidupan ekonomi pertanian (dalam arti luas). Krisnamurthi2
masyarakat tersebut. Barang-barang jadi mengungkapkan adanya empat alasan
dan pelayanan yang dihasilkan bahwa pembangunan pertanian dan otonomi
diperuntukkan bagi ruang lingkup pasar dan daerah saling membutuhkan antara satu
kesejahteraan mereka sendiri -- untuk tujuan dengan lainnya.
self sufficiency. Pertama, pembangunan pertanian
Setiap daerah seyogyanya, berdasarkan membutuhkan apresiasi yang tinggi
delineasi daerah-daerah pembangunan, terhadap faktor keanekaragaman, yang
dapat dengan tepat mengidentifikasikan merupakan pilar keunggulan pertanian.
kegiatan-kegiatan strategis yang sesuai bagi Keanekaragaman tersebut ditunjukkan oleh
pembangunan daerahnya. Apabila setiap jenis produk yang bersifat local-specific,
daerah mampu mengembangkan basis kondisi sosial budaya, dan kebutuhan
ekonominya, maka akan dihasilkan surplus masyarakat yang berbeda antar wilayah.
produksi yang dapat dipasarkan ke luar Adanya otonomi daerah memberikan
daerah (marketable surplus). Penghasilan kesempatan yang lebih besar bagi daerah
tersebut, dapat diinvestasikan kembali untuk untuk untuk mewujudkan semua hal
memperkuat atau untuk mengembangkan tersebut. Masing-masing daerah dapat
kegiatan lainnya sehingga akan menentukan jenis agribisnis yang akan
menciptakan multiplier effect (dampak dikembangkan dan bagaimana cara
berganda) bagi pembangunan selanjutnya, pengembangannya.
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Kedua, pembangunan pertanian
serta meningkatkan pengembangan kegiatan membutuhkan keluwesan dalam
sosial-ekonomi lainnya. perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
pengembangannya, sesuai dengan
Agribisnis, Otonomi Daerah dan keanekaragaman jenis produk, lokasi, dan
Pembangunan Ekonomi Lokal kondisi pelaku usahanya. Dilain pihak,
otonomi daerah juga membutuhkan
Otonomi daerah telah mengantarkan
redefinisi dan reposisi peran pemerintah
adanya transformasi peran, dari pemerintah
dalam perencanaan dan pelaksanaan
ke masyarakat dan dari pusat ke daerah.
pembangunan. Proses reposisi tersebut
Hal ini merupakan bagian dari proses yang
justru menjadi semakin jelas dengan adanya
lebih besar lagi, yaitu menuju ke
otonomi daerah. Paling tidak peran
demokratisasi dalam semangat kedaulatan
pemerintah (pusat) yang sentralistik
rakyat yang sebenarnya, sehingga
semakin berkurang dalam
diharapkan akan membentuk masyarakat
mengimplementasikan kegiatan
yang lebih berdaulat, demokratis, lebih
pengembangan secara langsung. Peran
terbuka, dan lebih partisipatif. Dengan
tersebut akan berubah menjadi peran
desentralisasi setiap daerah dapat
menetapkan strategi pengembangan
32
ekonomi yang paling sesuai dengan kondisi 2
“Peran Pembangunan Pertanian dalam Pembangunan
dan kepentingan mereka.Diantara kegiatan Industri dan Daerah: Pelajaran dari Kasus Cianjur
dan Subang”.
ekonomi yang diharapkan dapat lebih http://www.jajaki.or.id/data/publications/Bayu%20
K.pdf
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009

dukungan, fasilitasi, dan regulasi, serta adanya kerjasama antar daerah. Pemahaman
peran untuk mendorong terwujudnya yang kuat atas pendekatan integratif dalam
lingkungan strategis yang kondusif bagi sistem menjadi syarat mutlak untuk
perkembangan agribisnis dan kegiatan mencegah agar otonomi tidak justru menjadi
ekonomi lokal lainnya. Sementara peran penghambat pengembangan sistem
perencanaan akan lebih banyak agribisnis.
dikembangkan pemerintah daerah yang Argumentasi di atas menunjukkan
memang lebih memahami fokus kegiatan bahwa dengan adanya otonomi daerah,
yang harus dikembangkan. seyogyanya pembangunan pertanian dapat
Ketiga, pembangunan pertanian akan lebih berkembang. Pada gilirannya hal ini
lebih banyak bertumpu pada peran dan akan juga mendorong perkembangan daerah
partisipasi perorangan atau kelompok secara keseluruhan. Data dari 328
masyarakat. Kebutuhan dukungan bagi kabupaten (dari 400 lebih kabupaten yang
pelaku usaha untuk mengembangkan ada pada saat ini) menunjukkan bahwa 92
kegiatan pertanian di masing-masing daerah persen diantaranya memiliki ekonomi yang
berbeda antara satu daerah dengan daerah berbasis pertanian (dalam arti luas). Dengan
lain. Pelajaran selama ini menunjukkan demikian, pembangunan pertanian juga
bahwa apa yang diprioritaskan oleh para berarti pembangunan ekonomi daerah yang
pengambil keputusan di tingkat pusat tidak bersangkutan. Dari pemikiran ekonomi
jarang berbeda dengan apa yang sebenarnya pembangunan konvensional, perkembangan
dibutuhkan oleh pelaku usaha di daerah. pertanian akan berdampak positif bagi
Melalui otonomi daerah dukungan tersebut industri, dan akhirnya bagi perekonomian
dapat lebih terfokus. Disamping itu, dengan secara keseluruhan. Pemikiran-pemikiran
otonomi tingkat persaingan yang dihadapi pembangunan modern telah menunjukkan
pengusaha daerah juga akan menjadi lebih bahwa pertanian penting dan akan tetap
realistik: pengusaha daerah akan memiliki penting karena: mampu menciptakan
ajang persaingan yang lebih fair karena permintaan terhadap barang-barang hasil
terdapat harapan bagi berkurangnya campur industri; memasok bahan baku bagi
tangan supra-struktur yang selama ini justru perkembangan industri; memasok bahan
menjadi salah satu penghambat utama pangan; menghasilkan surplus tenaga kerja
dalam perkembangan kegiaitan bisnis lokal. dan surplus pembiayaan bagi
Keempat, pembangunan pertanian pengembangan industri; menciptakan
sebagai sistem agribisnis membutuhkan ketahanan pangan; pengurangan
pemahaman dan operasionalisasi kerja kemiskinan; kelestarian lingkungan;
jaringan usaha antar pelaku dan antar keberlanjutan nilai-nilai sosial budaya;
wilayah, baik di dalam maupun di luar penyangga saat terjadi goncangan ekonomi
negeri. Jaringan kerja (network) tersebut eksternal, dan berbagai aspek non-
sangat diperlukan bukan hanya dalam satu transaksional lainnya. Hal inilah yang
sistem agribisnis, tetapi juga antar sistem, kemudian menyebabkan negara-negara
antara pelaku usaha sejenis atau yang industri tetap mempertahankan
memiliki keterkaitan erat dan langsung, pertaniannya. 33
maupun antara berbagai insitusi yang terkait Disamping faktor keterkaitan di atas,
dengan agribisnis. Otonomi daerah sumberdaya agribisnis juga merupakan
diharapkan tidak justru menjadi penghambat sumberdaya ekonomi yang paling dikuasai
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009

oleh masyarakat di setiap daerah. oleh para pedagang atau pengusaha yang
Sumberdaya tersebut dapat berbasiskan berada di luar sistem mereka atau di luar
tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, daerah. Hal inilah yang menyebabkan
perikanan, peternakan, dan kehutanan. Oleh mengapa pendapatan petani tetap rendah
karena itu, cara yang paling efektif untuk dan ekonomi daerah di sentra-sentra
mengembangkan perekonomian daerah agribisnis juga kurang berkembang.
adalah melalui pengembangan agribisnis
secara terintegrasi. Pengembangan KONDISI DAN POTENSI
agribisnis tersebut harus disertasi upaya- EKONOMI KABUPATEN KAPUAS
upaya transformasi dari factor (supply)
driven menjadi demand (market) driven,
Kondisi Sumberdaya Alam
dari keunggulan komparatif (comparative
advantage) menjadi keuntungan kompetitif Padi merupakan komoditas utama
(competitive advantage), dan disertai dari subsektor tanaman pangan Kabupaten
dengan upaya-upaya penguatan kapital, Kapuas. Pada tahun 2004, Kabupaten
pemanfaatan teknologi unggul dan tepat Kapuas menghasilkan sekitar 288 ribu ton
guna, pengembangan kualitas sumberdaya padi, yang terdiri atas 249 ribu ton padi
manusia, pengembangan kelembagaan, serta sawah dengan produktivitas rata-rata 3.20
pengembangan organisasi ekonomi lokal ton/ha, dan 39 ribu ton padi ladang dengan
yang telah ada di masyarakat. Dengan produktivitas rata-rata 2.53 ton/ha (BPS
transformasi tersebut, kemampuan Kabupaten Kapuas, 2005). Komoditas
masyarakat dalam menghasilkan produk- tersebut dihasilkan dari sekitar 120 ribu
produk agribisnis, yang saat ini masih hektar lahan pertanian yang diusahakan,
didominasi oleh produk-produk yang yang terdiri dari beberapa jenis lahan,
bersifat less capital, less knowledge, dan sebagaimana disajikan pada Tabel 1.
unskill labor based, secara bertahap beralih Dari Tabel 1 tampak bahwa lahan
kepada produk-produk yang lebih bersifat beririgasi teknis dan setengah teknis masih
capital, knowledge, dan skill labor based. belum tersedia di Kabupaten Kapuas.
Dengan demikian, produk-produk yang Lahan-lahan pertanian yang tersedia antara
dihasilkan akan mampu bersaing dan lain lahan pasang surut, tadah hujan, irigasi
mampu menembus pasar yang lebih luas, sederhana, dan irigasi desa. Dilihat dari
baik di level wilayah, nasional, maupun penggunaannya, lahan pasang surut
internasional. memiliki luas penggunaan yang terbesar,
Pengembangan agribisnis di setiap diikuti oleh lahan tadah hujan, dan lahan
daerah harus juga disertai dengan irigasi sederhana. Berdasarkan intensitas
pengembangan organisasi ekonomi, tanamnya, sebagian besar lahan pertanian di
khususnya petani, agar manfaat ekonomi Kabupaten Kapuas hanya bisa ditanami padi
yang dihasilkan dapat benar-benar dinikmati satu kali dalam setahun (mencakup 65
oleh masyarakat dan daerah. Di masa lalu, persen luas lahan), sedangkan lahan yang
petani hanya menikmati nilai tambah dari bisa ditanami padi hingga dua kali (atau
subsistem agribisnis on farm yang lebih) per tahun hanya 17.2 persen. Lahan 34
umumnya relatif kecil. Nilai tambah yang
paling besar, yakni pada subsistem
agribisnis hulu dan hilir, justru dinikmati
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009

Tabel 1. Penggunaan Lahan untuk Penanaman Padi Di Kab. Kapuas, 2004


Intensitas Penanaman Padi (Ha) Sementara tidak
No Jenis Lahan Jumlah
Satu kali Dua kali atau lebih Diusahakan
1 Irigasi teknis - - - -
2 Irigasi setengah teknis - - - -
3 Irigasi sederhana 13,518 4,204 4,906 22,628
4 Irigasi desa (Non-PU) 6,099 3,546 - 9,645
5 Tadah hujan 26,102 - 6,652 32,754
6 Pasang surut 34,066 13,251 9,464 56,781
7 Lebak - - - -
Total 79,785 21,001 21,022 121,808
Persentase 65,5% 17,2% 17,3% 100,0%
Sumber: BPS Kabupaten Kapuas (2005) (diolah).

yang sementara tidak dimanfaatkan cukup Kalimantan Tengah mencapai 375 ribu ton
besar, sekitar 17,3 persen.3 pada tahun 2004. Produksi padi ladang
Disamping padi, Kabupaten Kapuas Kabupaten Kapuas juga memiliki kontribusi
juga menghasilkan beberapa komoditas yang signifikan terhadap total produksi padi
unggulan lainnya, khususnya karet (dari ladang di Provinsi Kalimantan Tengah.
subsektor perkebunan), dan beberapa jenis Tingkat produksi padi ladang mencapai 39
komoditas peternakan dan perikanan ribu ton, dengan kontribusi mencapai 18,2
sebagaimana disajikan pada Tabel 2. persen dari total 215 ribu ton produksi padi
Komoditas “unggulan” dalam hal ini ladang Provinsi Kalimantan Tengah.
diartikan sebagai kontribusi Kabupaten Kapuas menghasilkan 19,98 ribu ton
Kapuas dalam menghasilkan suatu karet. Produksi karet Kabupaten Kapuas
komoditas lebih besar dari 10 persen3 dari menempati peringkat ke-tujuh di tingkat
total produksi komoditas tersebut di tingkat Provinsi, dengan kontribusi 13,7 persen.
Provinsi Kalimantan Tengah. Walaupun menjadi produk unggulan,
Dari Tabel 2 tampak bahwa padi, produktivitas karet rakyat ini masih relatif
khususnya padi sawah, merupakan rendah, sekitar 802 kg/ha/tahun. Rendahnya
komoditas unggulan terpenting Kabupaten produktivitas komoditas perkebunan ini
Kapuas, dimana kontribusinya mencapai tidak hanya untuk tanaman karet, tetapi juga
66.5 persen dari total produksi padi sawah tanaman kelapa dan kopi.
Provinsi Kalimantan Tengah. Total produksi Beberapa komoditas peternakan
padi sawah Kabupaten Kapuas mencapai Kabupaten Kapuas memiliki kontribusi
250 ribu ton, sedangkan Provinsi yang cukup signifikan terhadap total
produksi peternakan di Provinsi Kalimantan
3 Mengingat Provinsi Kalimantan Tengah terdiri atas Tengah. Kontributor terbesar adalah ayam 35
14 kabupaten dan kota, maka benchmark kontribusi petelur (51 persen), dan diikuti oleh itik
“rata-rata” suatu komoditas adalah 7 persen. Apabila
(14,4 persen), kambing (13,7 persen), dan
kontribusi suatu komoditas lebih dari 10 persen,
dapat dikatakan bahwa komoditas tersebut ”unggul” ayam buras (12,7 persen).
di tingkat provinsi.
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009

Tabel 2. Kontribusi Komoditas Unggulan Kab Kapuas relatif terhadap Total Produksi
Komoditas di Provinsi Kalimantan Tengah, 2004
Subsektor & Komoditas Persen
Tanaman Pangan:
Padi sawah 66,52
Padi lading 18,19
Perkebunan:
Karet 13,69
Peternakan:
Kambing 13,68
Ayam buras 12,88
Ayam petelur 51,25
Itik 14,42
Perikanan:
Perikanan Laut 11,10
Sumber: BPS Kabupaten Kapuas (2005) dan BPS Provinsi Kalimantan Tengah (2005) (diolah).

Kecamatan Kapuas Kuala merupakan lebih maju dibandingkan dengan di


satu-satunya kecamatan di Kabupaten Kabupaten Kapuas (11,4 persen
Kapuas yang berbatasan dengan laut, yakni dibandingkan dengan 6,2 persen).
Laut Jawa di bagian selatan. Total produksi Kontribusi sektor pertanian Kabupaten
perikanan laut Kabupaten Kapuas mencapai Kapuas mencapai 53,1 persen (Rp 843,03
5.130 ton pada tahun 2004. Total produksi milyar) pada tahun 2004, sedangkan di
tersebut memberikan kontribusi sebesar Provinsi Kalimantan Tengah mencapai 45,9
11,1 persen terhadap total produksi persen (Rp 8.322,37 milyar). Kedua angka
perikanan laut Provinsi Kalimantan Tengah. tersebut menunjukkan bahwa sektor
pertanian mendominasi perekonomian di
Kondisi Ekonomi kedua wilayah tersebut; sehingga
Kontribusi sektoral terhadap PDRB pengembangan agribisnis sangat sesuai
Kabupaten Kapuas dan Provinsi Kalimantan dilaksanakan di kedua wilayah ini. Sektor
Tengah pada tahun 2003 dan 2004 disajikan lain yang memiliki kontribusi lebih besar
pada Tabel 3. Dari data tersebut tampak dari 10 persen terhadap PDRB di Kabupaten
bahwa sektor pertanian merupakan Kapuas adalah sektor sektor perdagangan,
kontributor utama PDRB, baik di tingkat hotel dan restauran (15,3 persen). Sektor-
kabupaten maupun di tingkat provinsi. sektor lainnya yang memiliki kontribusi
Secara umum tidak terdapat perbedaan terhadap PDRB cukup besar, namun kurang
struktur ekonomi secara signifikan diantara dari 10 persen, adalah sebagai berikut:
Kabupaten Kapuas dan Provinsi Kalimantan bangunan/konstruksi (8,5 persen), industri
Tengah. Sektor pertanian dan sektor pengolahan (7,3 persen), dan jasa (6,1
perdagangan, hotel dan restauran persen). Adapun sektor yang memiliki
merupakan kontributor utama PDRB di kontribusi terendah adalah pertambangan,
Kabupaten Kapuas dan Provinsi Kalimantan serta listrik dan air bersih. 36
Tengah. Persentase keduanya pun tidak Berdasarkan indikator nilai Location
terlalu berbeda. Hanya saja, sektor jasa di Quotioent (LQ), Kabupaten Kapuas
tingkat Provinsi Kalimantan Tengah sudah memiliki empat sektor basis, yakni: sektor
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009

pertanian, industri pengolahan, bangunan / pengolahan, bangunan/konstruksi, serta


konstruksi, serta keuangan, persewaan dan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
jasa perusahaan. Nilai LQ merupakan Apabila bibandingkan dengan Tabel 3,
perbandingan antara pangsa relatif tampak bahwa sektor-sektor basis ini
pendapatan (atau tenaga kerja) sektor i pada memiliki nilai kontribusi terhadap PDRB
tingkat Kabupaten (Kapuas) terhadap yang besar pula. Akan tetapi, sektor
tingkat pendapatan (tenaga kerja) sektor i perdagangan, hotel dan restauran yang
tersebut pada tingkat Provinsi (Kalimantan memiliki kontribusi cukup besar di
Tengah). Nilai LQ ini dapat membedakan Kabupaten Kapuas (15,25 persen) ternyata
suatu sektor menjadi sektor basis atau non- tidak menjadi sektor basis, karena
basis. Suatu sektor dikatakan sebagai sektor kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB
basis jika nilai LQ ≥ 1, dan non-basis jika Provinsi Kalimantan Tengah lebih besar
nilai LQ < 1. Suatu sektor dikatakan sektor (20,56 persen). Dengan demikian,
basis apabila sektor tersebut menghasilkan walaupun kontribusinya besar, namun baru
barang dan jasa yang selain mampu bisa ”memenuhi kebutuhan sendiri”.

Tabel 3. Perbandingan Persentase Produk Domestik Regional Bruto* Kabupaten Kapuas dan
Provinsi Kalimantan Tengah, 2003-2004
Kab. Kapuas Prov. Kalteng
No. Sektor
2003 2004 2003 2004
1 Pertanian 53,72 53,14 48,64 45,86
2 Pertambangan 0,36 0,35 0,80 0,82
3 Industri Pengolahan 7,75 7,25 6,45 6,64
4 Listrik & Air Bersih 0,28 0,29 0,44 0,43
5 Bangunan/Konstruksi 8,25 8,52 4,33 4,34
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 15,13 15,25 17,87 20,56
7 Pengangkutan & Telekomunikasi 4,25 4,35 7,95 7,67
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,88 4,71 2,19 2,27
9 Jasa 6,38 6,15 11,33 11,41
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Kab. Kapuas (2005), BPS Prov. Kalimantan Tengah (2005) (diolah)
Ket: * Atas dasar Harga Berlaku

memenuhi kebutuhan permintaan pasar di Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai
wilayah tersebut, juga dapat diekspor ke LQ semakin menguat dari tahun 2003 ke
luar wilayah. Pertanian, misalnya, memiliki 2004, hal ini menunjukkan bahwa terjadi
nilai LQ sebesar 1,1586 pada tahun 2004 penguatan sektor basis di Kabupaten
(Tabel 4), artinya sektor pertanian di Kapuas, khususnya pada sektor pertanian,
Kabupaten Kapuas menghasilkan produk- bangunan/konstruksi, serta keuangan,
produk yang tidak saja dapat memenuhi persewaan dan jasa perusahaan. Kontribusi
kebutuhan/permintaan di daerah, juga bisa masing-masing subsektor di dalam sektor
diekspor ke luar Kabupaten Kapuas. pertanian di Kabupaten Kapuas dan Provinsi 37
Disamping sektor pertanian, Kalimantan Tengah mengalami perbedaan
Kabupaten Kapuas memiliki tiga sektor pola. Di Kabupaten Kapuas, subsektor
basis lainnya, yakni: sektor industri tanaman bahan makanan memiliki
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009

Tabel 4. Nilai Location Quotient Menurut Sektor di Kabupaten Kapuas, 2003-2004


Kabupaten Kapuas
No. Sektor
2003 2004
1 Pertanian 1,1046 1,1586
2 Pertambangan 0,4447 0,4279
3 Industri Pengolahan 1,2008 1,0910
4 Listrik & Air Bersih 0,6352 0,6662
5 Bangunan/Konstruksi 1,9066 1,9637
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,8467 0,7415
7 Pengangkutan & Telekomunikasi 0,5344 0,5668
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1,7745 2,0768
9 Jasa 0,5630 0,5394
Total 1,0000 1,0000
Sumber: BPS Kab. Kapuas (2005), BPS Prov. Kalimantan Tengah (2005) (diolah)

kontribusi yang tertinggi, sementara di


Provinsi Kalimantan Tengah subsektor STRATEGI PENGEMBANGAN
tanaman perkebunan (Tabel 5). Kondisi ini AGRIBISNIS DI KABUPATEN
menunjukkan adanya perbedaan struktur KAPUAS
aktivitas ekonomi diantara kedua wilayah,
di Kabupaten Kapuas berbasis tanaman
Permasalahan dalam Pengembangan
pangan, sementara di Provinsi Kalimantan
Tengah berbasis perkebunan.
Agribisnis
Perbedaan struktur ekonomi tersebut Pembangunan agribisnis di Kabupaten
memiliki implikasi terhadap sub-sektor Kapuas dihadapkan kepada berbagai
basis di Kabupaten Kapuas. Tabel 6 tantangan yang sifatnya dinamis:
menunjukkan bahwa subsektor tanaman 1) Produktivitas dan efisiensi usahatani
bahan makanan memiliki nilai LQ yang yang rendah. Secara umum tingkat
tertinggi, mengindikasikan bahwa subsektor produktivitas dan efisiensi usahatani
tersebut merupakan subsektor basis di masih sangat rendah. Masalah ini terkait
Kabupaten Kapuas. Tingginya nilai LQ dengan kondisi sumberdaya alam di
tersebut (3,06 pada tahun 2004) Kabupaten Kapuas yang sebagian besar
menunjukkan ”kekuatan” Kabupaten berupa lahan pasang surut dan tadah
Kapuas dalam menghasilkan komoditas hujan. Masalah ini dapat diatasi dengan
bahan makanan di Kalimantan Tengah. pendekatan: (a) penerapan teknologi dan
Walaupun komoditas unggulan, subsektor bioteknologi yang sesuai dengan kondisi
bahan makanan – khususnya padi – di wilayah, dan (b) pendekatan agribisnis
Kabupaten Kapuas sebagian besar masih yang mampu menciptakan nilai tambah.
diusahakan untuk kebutuhan subsistensi dan 2) Pemenuhan kebutuhan pangan.
belum bersifat komersial (RPJPD 2005- Pemenuhan kebutuhan pangan
2025). Disamping subsektor tanaman bahan merupakan kata kunci dalam mencapai
makanan, sub-sektor perikanan ternyata stabilitas, baik di tingkat daerah maupun 38
juga merupakan sub-sektor basis di nasional. Ketersediaan pangan ini sangat
Kabupaten Kapuas. rentan terhadap perubahan iklim,
serangan hama dan penyakit, dan
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009

Tabel 5. Perbandingan Kontribusi Subsektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Kapuas


dan Provinsi Kalimantan Tengah, 2003-2004
Kab. Kapuas Prov. Kalteng
No. Sub Sektor
2003 2004 2003 2004
1 Tanaman Bahan Makanan 28,14 27,41 8,02 7,72
2 Tanaman Perkebunan 10,01 10,27 20,97 20,89
3 Peternakan & Hasilnya 4,16 4,30 4,23 4,06
4 Kehutanan 4,30 4,04 9,23 7,20
5 Perikanan 7,12 7,13 6,18 5,98
Sektor Pertanian 53,72 53,14 48,64 45,86
Sumber: BPS Kab. Kapuas (2005), BPS Prov. Kalimantan Tengah (2005) (diolah)

gejolak pasar. Ditambah lagi dengan lainnya) menyebabkan kurang


kurang berperannya lembaga berkembangnya hasil-hasil pertanian.
Bulog/Dolog dalam pengadaan stok 7) Kurangnya dukungan kebijakan daerah
bahan pangan, khususnya beras, di dalam pengembangan pertanian,
daerah. misalnya dalam upaya mendorong
3) Rendahnya tingkat pengolahan investasi swasta, akses terhadap
komoditas yang dihasilkan. Hasil-hasil sumberdaya pertanian.
pertanian primer umumnya langsung
dijual tanpa mengalami proses Strategi Pembangunan Agribisnis
pengolahan lanjutan, sehingga potensi Keberhasilan pembangunan agribisnis
nilai tambah tidak dapat terealisasi. yang berkelanjutan di suatu daerah
4) Kondisi sumberdaya lahan relatif kurang sangatlah kompleks, karena sistem pertanian
subur. Sebagian besar lahan yang merupakan suatu sistem yang terbuka,
terdapat di Kabupaten Kapuas terdiri sangat dipengaruhi oleh iklim, lahan dan air,
atas lahan pasang surut dan lahan tadah biota, teknologi, pelaku pasar, dan
hujan. Dalam hal produktivitas, kedua kebijakan pemerintah. Untuk
lahan tersebut kurang memberikan hasil merealisasikan pembangunan tersebut,
yang tinggi. Pengembangan komoditas beberapa prinsip perlu diperhatikan:
dengan teknologi sesuai kondisi 1) Pengembangan kegiatan yang sesuai
lingkungan perlu dikembangkan dalam lokasi (specific location). Pembangunan
mengatasi hal ini. pertanian harus bersifat specific
5) Rendahnya pemeliharaan tanaman di location. Dalam hal ini sumberdaya
bidang perkebunan. Kebun-kebun tanah yang tersedia harus dimanfaatkan
(karet) umumnya menggunakan bibit sesuai dengan potensi dan daya
lokal dan kurang perawatan, sehingga dukungnya. Dengan demikian,
memiliki produktivitas rendah. pemilihan komoditas yang sesuai
6) Rendahnya akses pasar dan infrastruktur dengan potensi dan daya dukung
ekonomi. Rendahnya aksesibililas lokasi wilayah, khususnya pada wilayah
39
pengembangan pertanian terhadap pasang surut dan tadah hujan, perlu
fasilitas pasar, perbankan, transportasi, dilaksanakan.
serta pelayanan umum (penyuluhan dan
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009

Tabel 6. Nilai Location Quotient Sub Sektor Pertanian Kabupaten Kapuas, 2003-2004
No. Subsektor 2003 2004
1 Tanaman Bahan Makanan 3,177 3,063
2 Tanaman Perkebunan 0,432 0,424
3 Peternakan & Hasilnya 0,889 0,913
4 Kehutanan 0,421 0,484
5 Perikanan 1,043 1,029
Sumber: BPS Kab. Kapuas (2005), BPS Prov. Kalimantan Tengah (2005) (diolah)

2) Pemberdayaan petani. Upaya-upaya menguntungkan), baik dengan


pemberdayaan petani perlu terus pemerintah, swasta, maupun dengan
dilakukan, misalnya dengan sesama anggota masyarakat perlu
meningkatkan kembali program dikembangkan. Program kemitraan ini
bimbingan dan penyuluhan dari petugas dapat dilaksanakan baik di sektor
pertanian, serta memberikan kejelasan pertanian tanaman pangan, perkebunan,
hak-hak atas sumberdaya alam, peternakan, maupun perikanan.
khususnya tanah, yang 5) Pengembangan infrastruktur.
dimiliki/diusahakannya. Pengembangan infrastruktur pertanian
3) Pengembangan agroteknologi. Jenis dan non-pertanian di daerah perlu
teknologi apa yang akan dikembangkan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
di suatu daerah haruslah adaptif dengan untuk mendukung pengembangan
kondisi lingkungan setempat. Dalam hal agribisnis. Infrastruktur pertanian perlu
ini, pengembangan teknologi di bidang disesuaikan dengan kondisi dan daya
pertanian tanaman pangan, perkebunan, dukung lingkungan setempat, misalnya
peternakan, maupun perikanan haruslah dalam hal pengembangan sistem
disesuaikan dengan kondisi lingkungan drainase. Pengembangan infrastruktur
Kabupaten Kapuas yang sebagian besar non-pertanian harus pula dikaitkan
terdiri atas lahan pasang surut dan lahan dengan upaya pengembangan agribisnis
tadah hujan. Mengingat kondisi setempat. Misalnya pengembangan
tersebut, mungkin masyarakat setempat infratsruktur perdagangan dan industri
telah mengembangkan teknologi yang harus mendukung pengembangan
sudah terbukti sesuai dengan kondisi pertanian yang dilaksanakan di daerah
lingkungan setempat. Jika demikian, tersebut.
maka indegenous technology yang ada 6) Pengembangan program yang bersifat
(teknologi yang telah dikembangkan holistik (integral). Dalam hal ini
oleh masyarakat setempat) perlu program-program pengembangan
dikembangkan lebih lanjut. pertanian harus menggunakan
4) Pengembangan sistem kemitraan. pendekatan agribisnis secara integral:
Mengingat sebagian besar masyarakat antar sektor dan hulu-hilir.
petani masih terkendala dengan 7) Pengembangan program pembangunan
keterbatasan modal, pengetahuan, dan agribisnis yang berorientasi pada 40
kemampuan manajerial, maka pemberdayaan masyarakat miskin (pro
pengembangan program kemitraan yang poor development). Tanpa adanya
sinergis (saling menguatkan dan pemihakan yang kuat dalam program
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009

pembangunan, masyarakat miskin akan pertanian yang dilaksanakan di lokasi


sulit dientaskan, dan akan menimbulkan yang relatif terisolasi akan
kesenjangan yang semakin besar mempengaruhi biaya produksi,
diantara kelompok masyarakat. khususnya biaya transportasi dan
Pendekatan agribisnis tidak akan komunikasi. Oleh karena itu, faktor
memperoleh hasil yang maksimal tanpa jarak menjadi determinan penting dalam
memperhatikan aspek lingkungan dari pembangunan pertanian.
daerah yang akan dikembangkan. Hal ini Berdasarkan permasalahan dan prinsip
mengindikasikan perlunya keterpaduan di atas, maka strategi pengembangan
antara pembangunan pertanian (dengan agribisnis di Kabupaten Kapuas adalah
pendekatan agribisnis) dan pembangunan sebagai berikut:
perdesaan dan daerah secara umum. 1) Peningkatan produksi yang berorientasi
Sinergi yang kuat antara kedua hal ini akan kepada perluasan kesempatan kerja di
memacu pertumbuhan ekonomi daerah dan bidang agribisnis, peningkatan
pada akhirnya memacu pertumbuhan produktivitas tenaga kerja, serta efisiensi
ekonomi nasional. Winoto (1997) usaha. Pengembangan strategi ini
mengungkapkan adanya tiga pilar utama bertujuan untuk menciptakan daya saing
dalam pembangunan daerah melalui dan nilai tambah (added value) dari
pendekatan agribisnis yang dapat produk-produk yang dihasilkan daerah.
menghasilkan komoditas unggulan, yakni: 2) Peningkatan kerjasama yang saling
1) Adanya immobilitas spasial. Faktor mendukung dan menguntungkan
produksi pertanian umumnya bersifat diantara pelaku-pelaku usaha di dalam
immobil, seperti sumberdaya lahan. subsistem penyedia bahan baku,
Dengan demikian, suatu daerah dapat usahatani, pengolahan, pemasaran, serta
memiliki keunggulan yang khas dalam fasilitas dan jasa penunjang. Dengan
menghasilkan suatu produk atau pengembangan strategi ini, maka
komoditas tertentu yang tidak mungkin pengembangan sistem agribisnis yang
dihasilkan oleh wilayah lainnya. Sifat lengkap (terintegrasi) dapat diwujudkan,
local specific ini akan menyebabkan serta akan menciptakan klaster industri
timbulnya variabilitas produk pertanian (indutry cluster) yang kuat. Kerjasama
antar wilayah. ini juga diarahkan dalam rangka
2) Adanya keuntungan untuk melakukan memberdayakan kelompok masyarakat
usaha pertanian secara terkonsentrasi. miskin yang ada di daerah.
Kegiatan pembangunan pertanian yang 3) Pemberdayaan (empowerment) para
terkonsentrasi ini pada dasarnya petani dalam kelompok-kelompok tani
dilakukan untuk dapat memanfaatkan yang tangguh dalam pengembangan
economics of scale dalam berproduksi, agribisnis yang terintegrasi, penguatan
sehingga dapat menghasilkan berbagai program penyuluhan dan bimbingan
keuntungan. Salah satu bentuk bagi petani dan kelompok tani,
keuntungan adalah dalam hal pemberian hak akses terhadap
penyediaan sarana produksi dan sumberdaya pertanian (lahan, air, 41
pemasaran yang terintegrasi. modal), serta pengakuan atas hak-hak
3) Adanya biaya angkut dan biaya teritorial masyarakat komuninal petani.
transportasi. Kegiatan pembangunan
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009

4) Optimisasi penggunaan sumberdaya tercipta family-based integrated farming


alam, khususnya lahan dan air. yang bersifat efficient (efisien),
Pemanfaatan sumberdaya tersebut harus equitable (berkeadilan), dan sustainable
tetap mempertimbangkan kondisi (berkelanjutan).
lingkungan setempat, sehingga akan 7) Reorientasi kebijakan pemerintah
tercipta pembangunan agribisnis yang daerah. Reorientasi kebijakan
berkelanjutan (sustainable agribusiness pemerintah daerah dari orientasi
development). produksi kepada peningkatan
5) Penguatan komoditas unggulan dan pendapatan dan kesejahteraan para
pengembangan komoditas alternatif. pelaku bisnis. Reorientasi kebijakan
Komoditas-komoditas unggulan yang pemerintah daerah juga diperlukan agar,
sudah ada perlu untuk diperbaiki disatu pihak, dapat mendorong aktivitas
kinerjanya, misalnya dengan swasta di bidang agribisnis dan, dilain
penggantian tanaman karet dengan bibit pihak, mampu mendorong mereka untuk
baru yang berasal dari klon-klon unggul melaksanakan konservasi sumberdaya
yang sesuai dengan situasi setempat. lahan dan air ke arah pertanian
Disamping itu, pengembangan berkelanjutan. Perubahan kebijakan ini
komoditas-komoditas alternatif (selain terutama diarahkan untuk dapat
padi di subsektor tanaman pangan, atau mengurangi biaya-biaya transaksi tinggi
karet di subsektor perkebunan) juga (high cost economy) dan dapat
perlu terus dikembangkan, dengan tetap memberikan pelayanan kepada swasta
memperhatikan aspek permintaan, (termasuk petani wirausaha) dalam
hingga dihasilkan produk-produk mengembangkan agribisnis yang dapat
unggulan baru yang berdayasaing; menyerap tenaga kerja di wilayah
sehingga akan meningkatkan perdesaan. Disamping itu, untuk
variabilitas produk dan pengurangan mendorong konservasi lahan dan air,
risiko usaha. Pada akhirnya produk- pemerintah daerah perlu mengeluarkan
produk baru tersebut akan menjadi kebijakan yang dapat menegakkan hak-
sumber pertumbuhan baru bagi daerah. hak masyarakat daerah kepada
6) Mendorong diversifikasi pertanian di sumberdayanya.
lahan usahatani melalui pengembangan
sistem pertanian campuran berlandaskan PENUTUP
usahatani keluarga (family-based
integrated farming) dengan menerapkan 1) Pembangunan agribisnis dan
sistem tanaman sela (intercropping), pembangunan ekonomi lokal merupakan
pergiliran tanaman (sequential cropping) dua hal yang sangat terkait.
bagi tanaman musiman, dan disertai Pembangunan pertanian dengan
dengan tanaman perennial dan ternak menggunakan pendekatan sistem
kecil (small ruminance), unggas dan agribisnis secara konseptual dan faktual
kolam ikan. Kebijakan pemerintah telah terbukti mampu meningkatkan
daerah untuk mendorong hal ini -- sesuai pencapaian pembangunan ekonomi 42
dengan prinsip keunggulan dan sesuai daerah dalam menciptakan nilai tambah
dengan kondisi ekosistem setempat -- dan pendapatan para pelaku usaha, dan
sangat diperlukan, sehingga dapat
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah
Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 1 April 2009

mampu menciptakan peluang kerja bagi BPS Kalimantan Tengah, Palangka


masyarakat di perdesaan. Raya.
2) Kabupaten Kapuas pada saat ini (secara Badan Pusat Statistik dan Pemerintah
tradisional) telah memiliki beberapa Provinsi Kalimantan Tengah. 2005.
komoditas unggulan yang memiliki Kalimantan Tengah Dalam Angka –
dayasaing yang cukup baik di tingkat Tahun 2004. BPS Kalimantan
provinsi, khususnya komoditas padi, Tengah, Palangka Raya.
karet, perikanan laut, dan beberapa Badan Pusat Statistik dan Badan
komoditas peternakan. Akan tetapi, Perencanaan Pembangunan dan
komoditas-komoditas unggulan tersebut Penanaman Modal Daerah Kabupaten
Kapuas. 2005. Produk Domestik
masih belum dikembangkan sesuai
Regional Bruto Tahun 2004. BPS
dengan prinsip-prinsip sistem agribisnis, Kabupaten Kapuas, Kuala Kapuas.
sehingga potensi ekonominya masih
belum dikembangkan secara optimal. Badan Pusat Statistik dan Badan
Perencanaan Pembangunan dan
3) Pengembangan agribisnis berbasis
Penanaman Modal Daerah Kabupaten
sumberdaya lokal di Kabupaten Kapuas Kapuas. 2005. Kabupaten Kapuas
dapat dilaksanakan dengan Dalam Angka – Tahun 2004. BPS
mempertimbangkan kondisi-kondisi Kabupaten Kapuas, Kuala Kapuas.
agro-ekosistem setempat, prinsip-prinsip Blakely, Edward and Ted K. Bradshaw.
sosial (berkerakyatan, berkeadilan), 2002. Planning Local Economic
prinsip-prinsip dan ekonomi Development: Theory and Practice (3rd
(berorientasi pasar, berdayasaing, nilai Edition). SAGE Publications,
tambah, penciptaan lapangan kerja), Thousand Oaks, California.
serta memiliki dukungan kebijakan GTZ. 2003. The Local/Regional Economic
pemerintah (pusat dan daerah), Development Toolkit.
dukungan kelembagaan, teknologi dan http://www.wiram.de/toolkit/
modal. Syaukat, Yusman. 2002. Pengelolaan
Lingkungan Transmigrasi dalam
DAFTAR PUSTAKA Pengembangan Ekonomi Lokal dan
Regional. Paper untuk Pelatihan
Kader Keserasian Lingkungan
Arifin, Bustanul. 2003. Formasi Makro-
Kawasan Transmigrasi. Palembang, 29
mikro Pengembangan Ekonomi
Juli – 2 Agustus 2002.
Daerah. Bahan Kuliah Program Studi
Manajemen Pembangunan Daerah, Syaukat, Yusman. 2005. Pembangunan
Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. Ekonomi Lokal. Bahan Kuliah,
Program Studi Manajemen
Badan Perencanaan Pembangunan dan
Pembangunan Daerah, Sekolah
Penanaman Modal Daerah Kabupaten
Pascasarjana IPB, Bogor.
Kapuas dan Lembaga Penelitian
Universitas Palangkaraya. 2005. Winoto, Joyo. 1997. Pedoman Analisis
Rencana Pembangunan Jangka Pewilayahan Komoditas Pertanian.
Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten
Kapuas 2005-2025. World Bank. 2002. Local Economic 43
Development: LED Quick Reference.
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Urban Development Unit of The
Tengah. 2005. Pendapatan Regional World Bank, Washington, February
Kalimantan Tengah, 2000- 2004. 2002.
Yusman Syaukat Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Lokal
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah

Anda mungkin juga menyukai