Anda di halaman 1dari 11

MIMBAR AGRIBISNIS

Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Juli 2019. 5(2): 316-326

ANALISIS POTENSI EKONOMI DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN


KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT

ANALYSIS OF ECONOMIC POTENTIALS IN AGRICULTURAL DEVELOPMENT


OF DISTRICT/CITY IN WEST JAVA PROVINCE

Riska Novitasari*, Lies Sulistyowati, Maman H. Karmana


Program Pascasarjana Ekonomi Pertanian Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21
*Email: riskanovitasari992@yahoo.com
(Diterima 11-07-2019; Disetujui 24-07-2019)

ABSTRAK
Pertanian di Provinsi Jawa Barat memiliki potensi yang besar, tapi kini sektor tersebut sudah bukan
lagi menjadi sektor unggulan. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi
kabupaten/kota di Jawa Barat yang merupakan daerah dengan basis pertanian, serta
mengidentifikasi daerah yang berperan untuk dapat memacu pembangunan pertanian di Provinsi
Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan penggunaan data
sekunder berupa data time series dari tahun 2013-2017 untuk data PDRB Jawa Barat dan PDRB
kabupaten/kota se-Jawa beserta laju pertumbuhannya, serta data pendapatan per kapita Jawa Barat
dan pendapatan per kapita kabupaten/kota se-Jawa Barat. Sedangkan analisis yang digunakan yaitu
analisis Location Quotinet dan Tipologi Klassen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
14 kabupaten/kota di Jawa Barat merupakan daerah dengan basis pertanian, yaitu: Sukabumi,
Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalengka, Sumedang, Indramayu,
Subang, Kabupaten Bandung Barat, Pangandaran, dan Kota Banjar. Berdasarkan analisis tipologi
klassen menunjukkan bahwa daerah dengan basis pertanian di Jawa Barat hanya masuk ke dalam
tipologi 2, 3 dan 4 yang merupakan daerah maju tapi tertekan, daerah berkembang cepat dan daerah
relatif tertinggal, sehingga yang dapat berperan dalam memacu pembangunan pertanian di Jawa
Barat yaitu kabupaten/kota dengan tipologi 2 yang meliputi Kabupaten Cianjur, Kuningan,
Majalengka dan Kabupaten Bandung Barat.

Kata kunci: potensi ekonomi; pembangunan pertanian; Jawa Barat

ABTRACT
Agriculture in West Java Province has great potential, but now the sector is not a leading sector.
Therefore, the purpose of this study is to identify districts/cities in West Java which are region with
an agricultural base, and identify region that play a role in spurring agricultural development in
West Java Province. This research uses descriptive quantitative method, with the use of secondary
data in the form of time series data from 2013-2017 for West Java GRDP and West Java
districts/cities GRDP and their growth rates, and income per capita in West Java and income per
capita districts/cities in West Java. While the analysis used is the analysis of Location Quotinet and
Klassen Typology. The results of this study indicate that there are 14 districts/cities in West Java
which are areas with an agricultural base, namely: Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya,
Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalengka, Sumedang, Indramayu, Subang, West Bandung Regency,
Pangandaran, and Banjar City. Based on the typology analysis, the class shows that the area with
an agricultural base in West Java is only included in typologies 2, 3 and 4 which are region with
high income but low growth, high growth but low income, and low growth and low income, so that
those who can play a role in spurring agricultural development in West Java are districts/city with
typology 2 which covers Cianjur Regency, Kuningan, Majalengka and West Bandung Regency.

Keywords: economic potential; agricultural development; West Java

316
ANALISIS POTENSI EKONOMI DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT
Riska Novitasari, Lies Sulistyowati, Maman H. Karmana

PENDAHULUAN besar dan bervariasi serta didukung oleh


Sejak tahap permulaan kondisi agroekosistem yang cocok bagi
pembangunan sampai sekarang, sektor pengembangan komoditas pertanian
pertanian adalah sektor yang selalu dalam arti luas yang mencakup tanaman
menjadi pusat perhatian karena pangan, ternak, ikan, dan hutan, serta
merupakan sektor penting yang diimbangi oleh keberadaan sumber daya
mendukung pembangunan perekonomian manusia yang berkualitas, akan mampu
nasional di Indonesia (Rustiadi dan memacu pembangunan sektor pertanian
Pranoto, 2007). Hal tersebut dikarenakan sebagai salah satu potensi andalan daerah
pertanian merupakan salah satu Parahiyangan (Pemerintah Provinsi Jawa
perekonomian yang banyak menyentuh Barat, 2014). Namun berdasarkan hasil
masyarakat, terutama masyarakat penelitian Mukhyi (2007) menunjukkan
pedesaan (Arsyad, 2009). bahwa sektor pertanian di Jawa Barat
Pertanian di Provinsi Jawa Barat pada tahun penelitian justru sudah tidak
secara umum memiliki potensi yang lagi menjadi sektor unggulan.

Tabel 1. Kontribusi 5 sektor teratas terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2017 (persen)
Tahun
Sektor
2013 2014 2015 2016 2017
Sektor Industri Pengolahan 43,68 43,72 43,44 43,08 43,10
Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil
16,25 15,98 15,77 15,59 15,48
dan Sepeda Motor
Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 8,45 8,06 7,69 7,69 7,44
Sektor Konstruksi 8,03 8,06 8,16 8,11 8,27
Sektor Transportasi dan Pergudangan 4,39 4,49 4,67 4,81 4,78
Sumber: Badan Pusat Statistik 2018 (diolah)

Tabel tersebut memperlihatkan transformasi struktural dari pertanian ke


bahwa pada tahun 2014, sektor pertanian nonpertanian, sesuai dengan teori
kehutanan dan perikanan dan sektor Chenery dalam Tambunan (2001) yang
konstruksi berada pada angka yang sama, mengatakan bahwa pada umumnya
tetapi pada tahun 2015 hingga 2017, transformasi yang terjadi di negara
sektor konstruksi terus mengalami sedang berkembang adalah transformasi
kenaikan, sedangkan sektor pertanian, dari sektor pertanian ke sektor industri.
kehutanan dan perikanan mengalami Hal ini tentunya perlu perhatian
penurunan. Hal tersebut mengindikasikan dari pemerintah, khususnya yang
bahwa di Jawa Barat sedang terjadi menangani sektor pertanian untuk dapat

317
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Juli 2019. 5(2): 316-326

terus berupaya meningkatkan kinerjanya kemampuan daya saing komoditas antar


dalam melakukan pembangunan daerah atau sektor unggulan suatu
pertanian di kabupaten/kota yang basis wilayah, sedangkan Emilia dan Imelia
pertanian. Hal tersebut selain berdampak (2006) mengemukakan bahwa tipologi
pada peningkatan pendapatan masyarakat daerah pada dasarnya membagi daerah
setempat, juga berdampak pula pada berdasarkan dua indikator utama, yaitu
menurunnya angka ketimpangan di pertumbuhan ekonomi daerah dan
Provinsi Jawa Barat. pendapatan perkapita daerah.
Oleh karena itu, tujuan yang Location Quetiont (LQ) adalah alat
dicapai dari penelitian ini yaitu analitis untuk menunjukkan basis
mengidentifikasi daerah yang merupakan ekonomi daerah, terutama dari kriteria
basis pertanian, serta mengidentifikasi kontribusi lokal. Formulasi LQ menurut
daerah yang berperan untuk memacu Bendavid-Val (1991) adalah sebagai
pembangunan pertanian di Provinsi Jawa berikut:
Barat. Xr ⁄RVr
LQ =
Xn ⁄RVn

METODE PENELITIAN dimana, Xr adalah PDRB sektor pertama

Metode penelitian yang digunakan di tingkat kabupaten/kota, RVr adalah

yaitu deskriptif kuantitatif, dengan total PDRB tingkat kabupaten/kota, Xn

analisis yang digunakan yaitu analisis adalah PDRB sektor pertama di tingkat

Location Quotient dan Tipologi Klassen. provinsi, dan RVn adalah total PDRB

Analisis ini digunakan untuk melihat sektor pertama tingkat provinsi.

kebasisan suatu sektor ekonomi dalam Analisis Tipologi Klassen

suatu wilayah tertentu (seperti: Nuning digunakan untuk mengetahui perbedaan

Setyowati, 2012; Sanusi Fatah dan Abul karakteristik daerah di masing-masing

Rahman, 2013; Endah Djuwendah, 2016; kabupaten/kota dengan membagi daerah

Karsinah2, et.al., 2016; dan Dinar Melani menjadi empat kriteria. Keempat kriteria

Hutajulu, et.al., 2018). Analisis Location tersebut yaitu daerah dengan

Quotient (LQ) menurut Dedy Makmun pertumbuhan tinggi dan pendapatan

dan Sonny (2012) digunakan untuk tinggi, daerah dengan pendapatan tinggi

membantu menentukan kapasitas ekspor tetapi pertumbuhan rendah, daerah

perekonomian daerah dan melihat dengan pertumbuhan tinggi tetapi

318
ANALISIS POTENSI EKONOMI DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT
Riska Novitasari, Lies Sulistyowati, Maman H. Karmana

berpenghasilan rendah, dan daerah sektor ini adalah sektor terkemuka di


dengan pertumbuhan rendah dan kabupaten/kota tersebut dan memiliki
berpenghasilan rendah (Radianto, 2003; potensi untuk dikembangkan sebagai
Kuncoro, 2006; dan Sjafrizal, 2008). pendorong ekonomi lokal. Tetapi apabila
Penelitian ini menggunakan data suatu kabupaten/kota memperoleh nilai
sekunder yang merupakan data time LQ<1, ini berarti bahwa tingkat
series selama lima tahun dari tahun 2013 spesialisasi dalam sektor tertentu dari
hingga 2017. Data yang dianalisis yaitu kabupaten tersebut kurang dari sektor
data PDRB Jawa Barat dan PDRB yang sama di tingkat provinsi. Oleh
kabupaten/kota se-Jawa Barat menurut karena itu, sektor tersebut bukan sektor
lapangan usaha ADHK 2010. Kemudian yang dominan dan kurang potensial untuk
data laju pertumbuhan PDRB Jawa Barat dikembangkan sebagai pendorong
dan laju pertumbuhan PDRB ekonomi lokal, dan apabila nilai LQ=1,
kabupaten/kota se-Jawa Barat menurut ini menyiratkan bahwa tingkat
lapangan usaha ADHK 2010, dan data spesialisasi dalam sektor tertentu di suatu
pendapatan per kapita Jawa Barat dan kabupaten/kota sama dengan di tingkat
pendapatan per kapita kabupaten/kota se- provinsi, peran sektor-sektor tertentu di
Jawa Barat. kabupaten/kota tersebut relatif sama
dengan peran sektor-sektor di tingkat
HASIL DAN PEMBAHASAN provinsi.
Analisis Location Quotient Dari grafik pada Gambar 1 dapat
Setiap kabupaten/kota di Provinsi dilihat bahwa kabupaten/kota yang
Jawa Barat memiliki jumlah sektor basis memiliki jumlah sektor basis yang paling
dan leading sector yang berbeda-beda. sedikit yaitu Kabupaten Bekasi, dimana
Suatu sektor dikatakan basis apabila kabupaten ini hanya memiliki sektor
memperoleh nilai LQ>1, hal ini basis di sektor industri pengolahan dan
menyiratkan bahwa tingkat spesialisasi sektor pengadaan listrik dan gas, dengan
dalam sektor tertentu dari masing-masing leading sector-nya itu yaitu sektor
kabupaten/kota tersebut lebih besar industri pengolahan. Berdasarkan data
apabila dibandingkan dengan sektor yang yang diperoleh dari BPS Kabupaten
sama di tingkat provinsi. Dengan kata Bekasi 2018, Kabupaten Bekasi
lain jika LQ>1, mempunyai arti bahwa merupakan daerah berbasis industri yang

319
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Juli 2019. 5(2): 316-326

memberikan kontribusi industri terhadap pendapat (Suparmoko, 2002) yang


pendapatan nasional yang cukup menyatakan bahwa sektor basis yang
signifikan, dengan nilai ekspor industri berasal dari potensi ekonomi daerah akan
besar dan sedang yang tercatat di mampu mengekspor barang dan jasa ke
Kabupaten Bekasi pada tahun 2017 wilayah-wilayah diluar perekonomian
mencapai 20.489.298.541,36 US$. Selain setempat. Diperkuat pula dengan teori
itu, laju pertumbuhan pada sektor ini di basis ekonomi yang mendasarkan
tahun 2017 mengalami percepatan dan pandangan bahwa laju pertumbuhan
mempengaruhi kinerja ekonomi, juga ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh
berpengaruh terhadap penyerapan tenaga besarnya peningkatan ekspor dari wilayah
kerja. Hal tersebut sesuai dengan tersebut (Tarigan, 2012).

16
14 14
13 13 13 13
12 12 12 12 12 1212
11 11
10 10 10 10
9 9 9
8 8 8 8
6
5
4 4
3 3
2 2
0
7. Kab. Ciamis
2. Kab. Sukabumi

17. Kab. Bandung Barat

20. Kota Sukabumi

23. Kota Bekasi


6. Kab. Tasikmalaya

10. Kab. Majalengka

14. Kab. Purwakarta

26. Kota Tasikmalaya


3. Kab. Cianjur

27. Kota Banjar


4. Kab. Bandung

8. Kab. Kuningan
9. Kab. Cirebon

11. Kab. Sumedang


12. Kab. Indramayu
13. Kab. Subang

15. Kab. Karawang

18. Kab. Pangandaran

21. Kota Bandung


22. Kota Cirebon

24. Kota Depok


5. Kab. Garut

16. Kab. Bekasi

25. Kota Cimahi


1. Kab. Bogor

19. Kota Bogor

Gambar 1. Grafik jumlah sektor basis kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat

Untuk sektor pertanian, di Jawa memperoleh nilai LQ>1, seperti yang


Barat terdapat 14 kabupaten/kota yang dapat dilihat pada Gambar 2.

320
ANALISIS POTENSI EKONOMI DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT
Riska Novitasari, Lies Sulistyowati, Maman H. Karmana

4,52 4,67
4,07
3,49 3,36
2,88 2,86 3,04
2,67
2,44
1,98 1,87 1,72 1,61

Gambar 2. Grafik kabupaten/kota basis pertanian di Provinsi Jawa Barat

Perolehan nilai LQ yang paling penelitian Pritha Aprianoor dan M.


tinggi sebesar 4,67 berada di Kabupaten Muktiali (2015) yang menunjukkan nilai
Tasikmalaya, sedangkan yang paling ketimpangan Jawa Barat tahun 2013
rendah sebesar 1,61 berada di Kota berada pada angka 6,1 dan termasuk pada
Banjar. Dari keempat 14 kabupaten/kota level tinggi.
yang mempunyai basis pada sektor Kabupaten Tasikmalaya mempero-
pertanian, hanya 6 kabupaten yang basis leh nilai LQ untuk sektor pertanian paling
pertaniannya menjadi leading sector. tinggi dibandingkan kabupaten/kota lain
Keenam kabupaten tersebut yaitu: di Jawa Barat. Hal tersebut sesuai data
Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, dari BPS Kabupaten Tasikmalaya 2018
Majalengka, dan Pangandaran. Secara yang menyebutkan bahwa peranan
geografis, kabupaten-kabupaten tersebut terbesar dalam pembentukan PDRB
berada pada wilayah Jawa Barat bagian Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2017
selatan, dimana berdasarkan nilai PDRB dihasilkan oleh lapangan usaha Pertanian,
kabupaten setempat, jika dibandingkan Kehutanan dan Perikanan yaitu mencapai
dengan Jawa Barat wilayah lain, wilayah 38,00 persen. Kabupaten Tasikmalaya
selatan ini memiliki nilai PDRB yang menjadi salah satu daerah di Jawa Barat
cenderung rendah. Hal itu menjadi salah yang mampu menjaga ketahanan pangan,
satu penyebab angka ketimpangan di bahkan kabupaten ini telah mengekspor
Jawa Barat terbilang tinggi, seperti hasil beras organik ke sejumlah negara. Untuk

321
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Juli 2019. 5(2): 316-326

menjaga keberadaan lahan pertanian, Perhubungan Komunikasi Informatika


Pemkab Tasikmalaya beserta DPRD dan Pariwisata Kota Banjar, 2014). Maka
Tasikmalaya sudah menyepakati tidak heran jika Banjar walaupun
penerbitan peraturan daerah tentang statusnya merupakan daerah perkotaan,
sawah abadi. Selain itu, Pemkab tetapi masih memiliki basis pertanian,
Tasikmalaya juga terus berupaya dalam sesuai dengan penelitian Riska Novitasari
mencetak persawahan baru yang nantinya (2015) yang menunjukkan bahwa nilai
akan diserahkan kepada masyarakat rata-rata LQ yang diperoleh sektor
sebagai penggarap (Media Indonesia, pertanian dari tahun 2009 sampai 2013
2017). mencapai 1,53. Angka tersebut lebih dari
Kota Banjar, walaupun memiliki satu, sehingga untuk pertanian termasuk
basis pada sektor pertanian, akan tetapi kategori basis.
yang menjadi leading sector-nya yaitu
sektor administrasi pemerintahan, Analisis Tipologi Klassen
pertahanan dan jaminan sosial. Hal Tipologi Klassen digunakan untuk
tersebut terbukti dengan banyaknya menentukan perbedaan karakteristik
penghargaan yang diraih oleh kota ini, daerah di setiap kabupaten/kota di
diantaranya yaitu peraih penghargaan provinsi Jawa Barat dalam peninjauan
prestasi kinerja dengan status sangat tingkat pertumbuhan dan pendapatan
tinggi tahun 2019, peraih Adipura masing-masing daerah. Oleh karena itu,
sebanyak 6 kali, peraih Anugrah Parahita dalam penelitian ini, kabupaten/kota di
Ekapraya 2018, peraih penghargaan dari Jawa Barat diklasifikasikan kedalam
Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa empat klasifikasian seperti yang terlihat
Baat 2018, peraih WTP sebanyak 8 kali pada Gambar 3.
dari Menteri Keuangan, dan masih Dari Gambar 3 dapat terlihat bahwa
banyak penghargaan lainnya (Pemerintah kabupaten/kota dengan basis pertanian
Kota Banjar, 2019). Banjar merupakan hanya berada pada tipologi 2, 3 dan 4.
kota pertanian, dimana mayoritas Tipologi 2 merupakan tipologi dengan
kegiatan perekonomian di Kota Banjar klasifikasian berupa pendapatan tinggi
adalah kegiatan ekonomi berbasis dan pertumbuhan rendah atau biasa juga
pertanian, seperti perkebunan, yang disebut dengan daerah maju tapi
peternakan, perikanan dan lainnya (Dinas tertekan. Daerah ini merupakan daerah

322
ANALISIS POTENSI EKONOMI DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT
Riska Novitasari, Lies Sulistyowati, Maman H. Karmana

yang relatif maju, tapi dalam beberapa tingkat pendapatan per kapita yang
tahun terakhir laju pertumbuhannya rendah mencerminkah bahwa
menurun akibat tertekannya kegiatan pembangunan yang telah dicapai
utama daerah tersebut. Kabupaten/kota sebenarnya masih relatif rendah.
dengan basis pertanian yang masuk Kemudian untuk tipologi 4 merupakan
dalam tipologi 2 ini yaitu: Cianjur, daerah dengan tingkat pertumbuhan
Kuningan, Majalengkan dan Kabupaten rendah dan tingkat pendapatan per kapita
Bandung Barat. Sedangkan yang yang juga rendah dibandingkan rata-rata
termasuk dalam tipologi 3 yaitu di tingkat provinsi, atau biasa disebut
Kabupaten Indramayu, dimana kabupaten daerah relatif tertinggal. Kabupaten/kota
ini memiliki pendapatan yang rendah dengan basis pertanian yang termasuk
tetapi pertumbuhannya tinggi kedalam tipologi 4 yaitu: Sukabumi,
dibandingkan dengan rata-rata tingkat Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Cirebon,
provinsi. Daerah ini dapat berkembang Sumedang, Subang, Pangandaran dan
cepat karena potensi pengembangan yang Kota Banjar.
dimilikinya sangat besar tapi belum
sepenuhnya diolah dengan baik. Dari
PRDB per Kapita (y)
(y1 > y) (y1 < y)
Laju pertumbuhan (r)
Pendapatan tinggi dan Pendapatan rendah dan
pertumbuhan tinggi pertumbuhan tinggi
(r1 > r) Purwakarta, Karawang, Kota
Bandung, Kota Cirebon dan Kota Indramayu dan Bekasi
Cimahi.
Pendapatan tinggi dan Pendapatan rendah dan
pertumbuhan rendah pertumbuhan rendah
Bogor, Cianjur, Bandung, Kuningan, Sukabumi, Garut, Tasikmalaya,
(r1 < r)
Majalengka, Kabupaten Bandung Ciamis, Ciebon, Sumedang, Subang,
Barat, Bogor, Kota Bekasi, Kota Pangandaran, Kota Sukabumi dan
Depok dan Kota Tasikmalaya. Kota Banjar.

Gambar 3. Tipologi daerah Jawa Barat menurut kabupaten/kota

KESIMPULAN DAN SARAN 14 kabupaten/kota yang merupakan


Berdasarkan analisis LQ, setiap daerah dengan basis pertanian, yaitu:
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya,
memiliki jumlah sektor basis dan leading Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalengka,
sector yang berbeda-beda, tetapi hanya Sumedang, Indramayu, Subang,

323
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Juli 2019. 5(2): 316-326

Kabupaten Bandung Barat, Pangandaran, mendukung percepatan pembangunan


dan Kota Banjar. Sedangkan berdasarkan sektor pertanian di Jawa Barat.
analisis tipologi klassen, kabupaten/kota
yang dapat memacu pembangunan DAFTAR PUSTAKA
pertanian di Jawa Barat yaitu Cianjur, Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-dasar
Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu.
Kuningan, Majalengka dan Kabupaten
Yogyakarta
Bandung Barat. Aprianoor, Pritha dan M. Muktiali. 2015.
Kajian Ketimpangan Wilayah di
Sehubungan analisis ini hanya
Provinsi Jawa Barat. Jurnal Teknik
dapat mengidentifikasi potensi ekonomi PWK Volume 4 Nomor 4 2015
Arifin, Bustanul. 2010. Strategi
dari masing-masing kabupaten/kota di
Pembangunan Pertanian di
Jawa Barat, maka dari itu disarankan Indonesia.
https://inspirasitabloid.wordpress.c
untuk melakukan penelitian lanjutan
om/2010/04/30/strategi-
mengenai keterkaitan antar sektornya. pembangunan-pertanian-indonesia/
(online). Diakses tanggal 19
Hal tersebut dimaksudkan agar sektor
Februari 2019
yang menjadi basis pada setiap daerah Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi
Pembangunan. Bagian Penerbitan
dapat meningkatkan pertumbuhan sektor
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
lain yang non basis di daerah tersebut YKPN. Yogyakarta
Arsyad, Lincolin. 2009. Pengantar
sehingga pada akhirnya bisa menjadi
Perencanaan dan Pembangunan
basis. Kemudian, perlunya campur tangan Ekonomi Daerah. BPFE UGM.
Yogyakarta
dari pemerintah terkait implikasi
Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2018.
kebijakan yang perlu diterapkan di Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Provinsi Jawa Barat
kabupaten/kota dengan basis pertanian,
Menurut Lapangan Usaha Tahun
yang ternyata sebagian besar berada di 2013-2017. Bandung
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi.
wilayah selatan Jawa Barat untuk
2018. Produk Domestik Regional
peningkatan ekonomi. Implikasi tersebut Bruto (PDRB) Kabupaten Bekasi
Menurut Lapangan Usaha Tahun
bisa berupa peningkatan infrastruktur
2013-2017. Bekasi
untuk memfasilitasi hubungan investor Badan Pusat Statistik Kabupaten
Tasikmalaya. 2018. Produk
dengan daerah terkait, dukungan dan
Domestik Regional Bruto (PDRB)
bantuan dari pemerintah, baik itu berupa Kabupaten Tasikmalaya Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2013-
modal maupun pendidikan, pelatihan dan
2017. Tasikmalaya
penyuluhan, menyediakan lembaga Bendavid-Val, A. (1991). Regional and
Local Economic: Analysis for
permodalan, serta kebijakan lainnya yang

324
ANALISIS POTENSI EKONOMI DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT
Riska Novitasari, Lies Sulistyowati, Maman H. Karmana

Practioners. (4rd ed.). New York: Iqbal dan Sudaryanto. 2008.


Praeger. Pembangunan Pertanian Indonesia.
Churiyah, Madziatul. 2006. Model https://blogs.unpad.ac.id/abysanila
Pembangunan Pertanian melalui ras/2010/06/13/pentingnya-
Penerapan Agropolitan dan pembangunan-pertanian-di-
Agrobisnis dalam Meningkatkan indonesia/ (online). Diakses tanggal
Pembangunan Ekonomi Daerah. 19 Februari 2019
Jurnal Modernisasi Vol. 2, No. 1 Karsinah2, Putri, P.I., Rahayu, K.N., dan
Februari 2006 Panjiputri, A.F. 2016. The Profil of
Deddy M. Dan Sonny I, 2013. Analisis Pekalongan as a Center of
Pergeseran struktur Ekonomi dan Economic Growth at
Identifikasi sektor potensial Tangkallangka Strategic Areas.
wilayah pengembangan , volume 2 International Journal of Economics
nomor 1, April 2013, Jurnal Social and Financial Issues, 6 (56) 105-
Economic of Agriculture. Jurusan 109
Sosial Ekonomi Faperta Universitas Kuncoro, M. (2002). Analisis Spasial dan
Tanjungpura, Kalimanatan Barat Regional: Studi Aglomerasi dan
Dinas Perhubungan Komunikasi Kluster Industri-Industri.
Informasi dan Pariwisata. 2014. Yogyakarta, Indonesia: UPP AMP
Visi dan Misi Kota Banjar. YKPN.
http://banjarkota.go.id/?Fpage_id= Kuncoro, M. (2006). Otonomi dan
52 (on-line). Diakses tanggal 18 Pembangunan Daerah: Reformasi,
Maret 2015 Perencanaan Strategi, dan
Djuwendah, Endah. 2016. Analisis Peluang. Jakarta, Indonesia:
Potensialitas Ekonomi dan Penerbit Erlangga.
Ketimpangan Wilayah di M. A. Mukhyi. 2007. Analisis Peranan
Kabupaten Sumedang. Jurnal Subsektor Pertanian dan Sektor
Paspalum, Vol. IV, No. 1 Unggulan terhadap Pembangunan
Emilia dan Imelia. 2006. Modul Ekonomi Kawasan Ekonomi Provinsi Jawa
Regional. Jurusan Ilmu Ekonomi Barat: Pendekatan Analisis IRIO.
Fakultas Ekonomi Universitas Simposium Nasional RAPI VI 2007
Jambi. Jambi ISSN: 1412-9612. Fakultas
Fattah, Sanusi dan Rahman, Abdul. 2013. Ekonomi Universitas Gunadarma.
Analysis of Regional Economic Depok
Development in the Media Indonesia. 2017. Kabupaten
Regency/Municipality at south Tasikmalaya Perkuat Produksi
Sulawesi Province in Indonesia. Pertanian.
Journal of Economic and https://m.mediaindonesia.com/read/
Sustainable Development, Vol. 4, detail/130074-kabupaten-
No. 1 tasikmalaya-perkuat-produksi-
Hutajalu, D. Melani, M. Nasir, dan pertanian (online) Diakses tanggal
Arwansyah. 2018. Analysis of the 10 Juli 2019
Leading Sector and the Effect of the Mosher, A.T. 1965. Menggerakkan dan
Economic Growth: a case studi in Membangun Pertanian. C.V.
Pakpak Barat regency, Indonesia. Yasaguna, Jakarta
Studia Universitatis “Vasile Novitasari, Riska. 2015. Analisis Kinerja
Goldis” Arab. Economics Series Sektor Pertanian dalam
Vol 28: 37-49 Perekonomian Wilayah di Kota

325
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Juli 2019. 5(2): 316-326

Banjar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Setyowati, Nuning. 2012. Analisis Peran


Agroinfo Galuh, Vo. 2, No. 1 Sektor Pertanian di Kabupaten
Pemerintah Kota Banjar. 2019. Sukoharjo. Jurnal Sepa, Vol. 8, No.
Penghargaan. 2, 51-182
https://banjarkota.go.ig/penghargaa Sjafrizal (2008). Ekonomi Regional:
n/ (online). Diakses tanggal 10 Juli Teori dan Aplikasi. Padang,
2019 Indonesia: Baduose Media.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2014. Suhermanto. 2010. “Analisis Pemetaan
Pertanian. Sektor Unggulan dan Strategi
http://perwakilan.jabarprov.go.id/a Pengembangannya di Kabupaten
rtikel/16/pertanian (on-line). Sumenep”. Program Pascasarjana
Diakses tanggal 24 Maret 2015 Universitas Brawijaya. Malang
Radianto, E. (2003). Evaluasi Suparmoko, M. 2002. Ekonomi Publik
Pembangunan Regional Pasca untuk Keuangan dan Pembangunan
Kerusuhan di Maluku. Jurnal Daerah. Andi Offset. Yogyakarta
Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Tambunan, T. H. 2001. Perekonomian
51, 479-499. Indonesia. Penerbit Ghalia. Jakarta
Rustiadi, E dan Pranoto, S. 2007. Tarigan, R. 2012. Ekonomi Regional
Agropolitan Membangun Ekonomi Teori dan Aplikasi Edisi Revisi
Perdesaan. Crestpent Press. Institut cetakan keenam. Bumi Aksara.
Pertanian Bogor. Bogor Jakarta

326

Anda mungkin juga menyukai