Anda di halaman 1dari 9

Nama : Letarey Cristina Sitorus

Nim : 180522004

Mata Kuliah : Pengantar Ekonomi Pembangunan

Dosen : Reza Kurniawan Sekedang, SE, M.SI

REVIEW JURNAL EKONOMI PEMBANGUNAN

Judul Strategi Pengembangan Daerah Tertinggal Dalam Upaya


Percepatan Pembangunan Ekonomi Pedesaan.
Jurnal Ekonomi Pembangunan
Volume Volume 14 Nomor 1, hlm. 126-139
dan Halaman
Tahun 2013
Penulis Almasdi Syahza dan Suarman
Reviewer Letarey C Sitorus
Tanggal 1 Mei 2020
Tujuan 1. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menyusun rencana
Penelitian strategis model pengembangan daerah tertinggal dalam upaya
percepatam pembangunan ekonomi pedesaan di Kabupaten
Kepulauan Meranti.
2. Tantangan yang dihadapi oleh Kabupaten Kepulauan Meranti
sebagai daerah otonom baru adalah peningkatan pembangunan
daerah dan kemandirian dalam pembangunan tersebut.
Pelaksana kebijakan di daerah harus dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat melalui pembangunan yang merata dan
berimbang di setiap kecamatan. Dengan kondisi dan potensi
yang ada, maka diperlukan suatu kebijakan yang dapat
mendorong pertumbuhan dan percepatan ekonomi di
kabupaten kepulauan Meranti dengan tingkat kesejangan yang
minimal.
3. Sasaran yang hendak dicapai adalah memacu pertumbuhan
dan percepatan pembangunan di daerah tertinggal dengan
sasaran peningkatan taraf hidup masyarakat desa tertinggal.
Untuk itu perlu diinvertarisir sumberdaya yang berpotensi
untuk dikembangkan dari si ekonomi, sosial dan budaya
masyarakat tempatan.
Subjek 1. Salah satu kabupaten yang merasakan ketimpangan dan
Penelitian banyaknya daerah yang tertinggal di Provinsi Riau adalah
Kabupaten Kepulauan Meranti.
2. Berdasarkan data dari Pemerintah Daerah Kabupaten
Kepulauan Meranti (Tabel 1) di daerah tersebut terdapat 73
desa. Sebagian besar dari desa yang ada yakni sebanyak 59
desa (80,82 persen) merupakan desa tertinggal. Jumlah rumah
tangga sebanyak 45.564 KK, dan sebesar 34,84 persen
(15.876 KK) merupakan rumah tangga miskin.
Metode 1. Penelitian ini dilakukan melalui survey dengan metode
Penelitian perkembangan (Developmental Research). Guna mendapatkan
informasi secara umum tentang keadaan daerah-daerah yang
potensial untuk dikembangkan, maka penelitian ini banyak
memanfaatkan data primer yang didapatkan melalui survei.
Data sekunder hanya bersifat sebagai pendukung.
2. Studi ini dilakukan di daerah Kabupaten Kepulauan Meranti
provinsi Riau dengan pemilihan lokasi dilakukan secara
cluster di daerah pedesaan dengan pertimbangan jumlah desa
tertinggal, keluarga miskin dan jumlah penduduk per
kecamatan.
3. pengambilan sampel masyarakat miskin digunakan teknik
pengumpulan data dengan metode purposive sampling.
4. Penelitian ini memerlukan data primer. Untuk data primer
pengumpulan data dilaku kan dengan metode Rapid Rural
Appraisal (RRA), yaitu suatu pendekatan partisipatif untuk
mendapatkan data/informasi dan penilaian (assesment) secara
umum di lapangan dalam waktu yang relatif pendek.
5. Data yang telah dikumpulkan dilanjutkan dengan
pentabulasian sesuai dengan kebutuhan studi kemudian
dilanjutkan dengan penganalisaan secara deskriptif. Di
samping itu juga dilakukan analisis kuantitatif melalui
pendekatan konsep pengembangan tata ruang wilayah ditinjau
dari berbagai aspek, serta disesuaikan dengan keadaan fisik,
ekonomi, kebijakan pemerintah, daya dukung lahan, serta
sosial budaya masyarakat.
Defenisi Variabel depeden adalah variabel yang terikat yang dimana
Operasional variabel tersebut sudah ditentukan dan tidak dapat berubah lagi.
Variabel
Dependen Variabel Dependen dalam Penelitian ini adalah Pembangunan
Ekonomi Pedesaan.
Pembangunan ekonomi pedesaan terutama di daerah yang
terpencil (tertinggal) tidak terlepas dari pembangunan sektor
pertanian. Kondisi ini disebabkan karena sebagian besar
masyarakat pedesaan (sekitar 80 persen) mencari nafkah dari
sektor pertanian yakni: perkebunan, perikanan, peternakan,
kehutanan, tanaman pangan dan hortikultura. Apabila ingin
memacu pertumbuhan ekonomi di pedesaan salah satu
prioritasnya adalah pengembangan sektor pertanian yang
berbasis agribisnis. Untuk jenis agribisnis skala besar seperti
perkebunan boleh dikatakan tidak banyak kendala, karena sektor
perkebunan yang dikembangkan selama ini berorientasi ekspor
yang dikelola oleh perusahaan besar. Dalam pengembangan
sektor pertanian skala kecil tersebut masih ditemui beberapa
kendala, terutama dalam pengembangan sistem pertanian yang
berbasiskan agribisnis dan agroindustri.

Dari sisi lain tentang penyebab kesenjangan ekonomi menurut


Alim (2007) menilai di dalam negeri kebijakan-kebijakan
pemerintah lebih mengutamakan kepentingan pemodal industri di
kota-kota ketimbang rakyat pedesaan. Di tingkat desa,
pemerintah lebih banyak menerapkan kebijakan yang
menguntungkan sebagian kecil elit desa daripada sebagian besar
buruh tani.
Cara dan Alat Dalam kaitan tersebut, salah satu langkah yang perlu dilakukan
ukur pemerintah daerah adalah merumuskan kebijakan pembangunan
mengukur yang tepat dan terarah.
variable
dependen Variabel yang diukur dalam studi ini adalah variabel yang
diperlukan untuk pembangunan desa tertinggal yang meliputi
kelayakan teknis dan kelayakan berkembang di masa depan.
Untuk mengetahui kedua kelayakan tersebut maka diperlukan
data-data yang dapat memberikan informasi dalam studi ini,
antara lain: 1) Data wilayah yang mempunyai indikasi potensial
untuk pengembangan dan rencana lintas sektoral; 2) Data
Ekonomi Wilayah; dan 3) Data Sosial dan Kependudukan.
Defenisi Variabel independent yaitu variabel bebas atau boleh berubah
Operasional dalam penelitian ini. Adapun variabel independent dalam
Variabel penelitian ini yaitu Strategi Pengembangan Daerah Tertinggal.
Independen Menurut Syahza (2007b), pembangunan pedesaan harus
dilakukan dengan pendekatan yang sesuai dengan sifat dan
cirinya. Pembangunan pedesaan harus mengikuti empat upaya
besar, satu sama lain saling berkaitan dan merupakan strategi
pokok pembangunan Pedesaan yaitu:
Pertama, memberdayakan ekonomi masyarakat desa. Dalam
upaya ini diperlukan masukan modal dan bimbingan-bimbingan
pemanfaatan teknologi dan pemasaran untuk memampukan dan
memandirikan masyarakat desa.
Kedua, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pedesaan
agar memiliki dasar yang memadai untuk meningkatkan dan
memperkuat produktivitas dan daya saing.
Ketiga, pembangunan prasarana di pedesaan. Untuk daerah
pedesaan prasarana perhubungan merupakan kebutuhan yang
mutlak, karena prasarana perhubungan akan memacu
ketertinggalan masyarakat pedesaan.
Keempat, membangun kelembagaan pedesaan baik yang bersifat
formal maupun nonformal. Kelembagaan yang dibutuhkan oleh
pedesaan adalah terciptanya pelayanan yang baik terutama untuk
memacu perekonomian pedesaan seperti lembaga keuangan.
Langkah- Pusat pertumbuhan ekonomi akan menimbulkan efek tetesan ke
Langkah bawah (trickling down effect atau spread effect) dan efek
Terapi polarisasi (polarization effect atau backwash effect) pada wilayah
yang ada di sekitarnya (hinterland). Pendapatan wilayah akan
lebih besar jika investasi pembangunan dikonsentrasikan pada
pusat pertumbuhan dibandingkan jika investasi pembangunan
yang sama digunakan secara menyebar dalam seluruh wilayah
yang bersangkutan.

Sesuai dengan ketersediaan sumberdaya alam dan sumberdaya


manusia yang ada di pedesaan maka program pembangunan
ekonomi yang cocok adalah pembangunan ekonomi yang
berbasis sumberdaya pertanian pedesaan dan tidak membutuhkan
tenaga kerja yang terampil dan berpendidikan tinggi. Program ini
dapat berbentuk pembangunan pertanian tanaman perkebunan,
tanaman makanan dan hortikultura serta perikanan.

Pengembangan sektor pertanian di pedesaan harus diarahkan


kepada sistem agribisnis, karena pendekatan ini akan dapat
meningkatkan nilai tambah sektor pertanian. Pada hakekatnya
dapat meningkatkan pendapatan bagi pelaku-pelaku agribisnis di
daerah. Sektor pertanian (agribisnis) sebagai sektor ekonomi
rakyat di pedesaan memiliki prospek yang cerah untuk
dikembangkan lebih lanjut, baik untuk memperkuat ekonomi
rakyat, maupun sebagai andalan Indonesia dalam perdagangan
bebas.

Hasil 1. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Perencanaan


Penelitian Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti (2010),
tingkat kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Meranti
mencapai 42,5 persen. Kemiskinan ini diatas kemiskinan
tingkat provinsi Riau, bahkan sangat tinggi dibandingkan
tingkat kemiskinan nasional yakni sebesar 13,13 persen.
2. Tingginya tingkat kemiskinan di Kabupaten Kepulauan
Meranti lebih banyak disebabkan daerah tertinggal. Daerah
tersebut terpencar di wilayah pesisir dan terbatasnya sarana
dan prasara terutama akses transportasi.
3. Dalam pengembangan sektor pertanian skala kecil tersebut
masih ditemui beberapa kendala, terutama dalam
pengembangan sistem pertanian yang berbasiskan agribisnis
dan agroindustri. Kendala yang dihadapi dalam
pengembangan pertanian khususnya petani skala kecil, antara
lain:
 Lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap
sumber permodalan.
 Ketersediaan lahan dan masalah kesuburan tanah.
Kesuburan tanah si pedesaan sebagai faktor produksi
utama dalam pertanian makin bermasalah.
 Pengadaan dan penyaluran sarana produksi. Sarana
produksi sangat diperlukan dalam proses produksi untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan.
 Terbatasnya kemampuan dalam penguasaan teknologi.
 Kelima, lemahnya organisasi dan manajemen usaha tani.
 Keenam, kurangnya kuantitas dan kualitas sumberdaya
manusia untuk sektor agribisnis.
 Kendala dalam Pemasaran Produk Pertanian, Ketidak
senambungan produksi pertanian merupakan celah bagi
mafia pemasaran di pedesaan, baik waktu membeli hasil
pertanian maupun waktu menjual kebutuhan petani di
pedesaan terutama kebutuhan harian sebagai pendukung
aktifitas di pedesaan.
4. Pengembangan sektor pertanian di pedesaan harus diarahkan
kepada sistem agribisnis, karena pendekatan ini akan dapat
meningkatkan nilai tambah sektor pertanian. Pada hakekatnya
dapat meningkatkan pendapatan bagi pelaku-pelaku agribisnis
di daerah.
5. Pembangunan industri harus memperhatikan keterkaitan
kebelakang (backward linkage) dengan sektor pertanian atau
sektor primer sedangkan keterkaitan kedepan (forward
lingkage) harus memperhatikan pengolahan untuk
meningkatkan nilai tambah dan pemasaran yang baik sehingga
produk yang dihasilkan tidak sia-sia.
Kelebihan 1. Dalam penelitian ini metode primer yang digunakan adalah
Penelitian RRA (Rapid Rural Appraisal) yaitu suatu pendekatan
partisipatif untuk mendapatkan data/informasi dan penilaian
(assesment) secara umum di lapangan dalam waktu yang
relatif pendek. Kelebihan pendekatan ini adalah penelitian bisa
mencakup daerah yang lebih luas dalam waktu relatif singkat
untuk mendapatkan informasi yang luas secara umum.
Pengumpulan informasi dan data dilakukan secara fleksibel,
tidak terikat secara kaku dengan kuesioner. Dalam metode
RRA ini informasi yang dikumpulkan terbatas pada informasi
dan yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian, namun
dilakukan dengan lebih mendalam dengan menelusuri sumber
informasi sehingga didapatkan informasi yang lengkap tentang
sesuatu hal.
2. Kekhususan lain dari RRA ini adalah survei pengumpulan
informasi dilakukan oleh peneliti yang multidisipliner atau
peneliti yang mampu melihat masalah secara multidisipliner.
Untuk mengurangi penyimpangan (bias) yang disebabkan oleh
unsur subjektif peneliti maka setiap kali selesai melakukan
interview dengan responden dilakukan diskusi di antara
peneliti, saling tukar informasi tentang suatu masalah tertentu.
Kalau ditemui perbedaan pandangan dalam suatu masalah
yang disebabkan oleh adanya informasi yang keliru atau salah
interpretasi maka dilakukan konfirmasi terhadap sumber
informasi atau dicari informasi tambahan sehingga akan
didapatkan persepsi yang sama diantara peneliti.
3. Penjelasan mengenai Hasil dan Pembahasan sangat bagus,
karena menerakan setiap sebab dan akibat yang ditimbulkan
atas penelitian yang dilakukan.
Kekurangan 1. Kekurangan dalam penelitian ini adalah dalam penjelasan
Penelitian setiap variable baik variable dependen dan Independen tidak
diterakan secara jelas sehingga reviewer kurang dapat
memahami teori dasar setiap variable yang diambil.
2. Begitu juga pada kata kunci atau key words tidak adanya
penjelasan mengenai setiap key word yang dibuat sehingga
pemahaman atau hubungan teori dasar dengan pembahasan
dalam penelitian ini kurang dapat disimpulkan.

Anda mungkin juga menyukai