Anda di halaman 1dari 16

BAB VI

KONSEP STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

Untuk mewujudkan keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran program,

penyelesaian wilayah tertinggal perlu menggunakan prinsip-prinsip pengembangan yaitu

sebagai berikut : (a) berorientasi pada masyarakat (people contered) : masyarakat di wilayah

tertinggal adalah pelaku sekaligus pihak yang mendapatkan manfaat dari kegiatan yang

dilaksanakan, (b) berwawasan lingkungan (environenttalysound) : berkembangnya kebutuhan

ekonomi yang dipengaruhi oleh perubahan sosial ekonomi dan modernisasi dapat mendorong

terciptanya kegiatan merusak lingkungan seperti perusakan hutan lindung dan terumbu

karang, (c) sesuai dengan adat istiadat dan budaya setempat (culturally appropriate):

Pengembangan kegiatan yang berorientasi pada kondisi dan kebutuhan masyarakat

perlu memperhatikan adat istiadat dan budaya yang telah berkembang sebagai suatu kearifan

tradisional (traditional wisdom) dalam kehidupan masyarakat setempat, dan memperkaya

khasanah budaya bangsa, (d) sesuai kebutuhan masyarakat (socially accepted) : kegiatan

pengembangan wilayah tertinggal harus berdasarkan kebutuhan daerah dan masyarakat

penerima manfaat dan bukan berdasarkan asas pemerataan dimana setiap daerah berhak atas

bantuan pendanaan dari pemerintah, dan (e) tidak diskriminatif (non discriminative): prinsip ini

digunakan agar kegiatan penanganan wilayah tertinggal tidak bias pada kepentingan pihak

tertentu, yang pada akhirnya dapat mengganggu pencapaian tujuan dan sasaran program.

Seperti yang tersirat dalam defenisi wilayah tertinggal, ternyata karakteristik wilayah

dan masyarakat wilayah tertinggal menunjukan perbedaan yang cukup berarti dengan wilayah

lain di Indonesia, maka pendekatan penanggulangan/pengentasan kemiskinan di wilayah

tertinggal tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi tetapi sifatnya harus lebih

menyeluruh dan merata pada semua aspek pembangunan. Perlu menjadi catatan bagi

pemerintah daerah bahwa proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya

menyangkut prilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan

program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula

menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau
tidak langsung dapat mempengaruhi prilaku semua pihak yang terlibat dan yang pada

akhirnya berpengaruh terhadap dampak , baik negatif maupun yang positif. Oleh karena itu,

untuk mencapai keberhasilan implementasi kebijakan diperlukan kesamaan pandangan

tujuan yang hendak dicapai dan komitmen semua pihak untuk memberikan dukungan.

Setelah ada satu kebijakan maka perlu perumusan strategi, hal ini dimaksudkan agar

setiap strategi pebangunan daerah tertinggal yang akan dibuat sesuai dengan kebutuhan

dan kondisi masing-masing daerah. Dengan demikian, antara kebijakan dan strategi harus

menunjukan kesinergian sehingga setiap kebijakan dan strategi yang sudah dirumuskan

dapat langsung mengenai sasaran. Strategi-strategi yang dimaksud meliputi :

1. Pengembangan ekonomi lokal : strategi ini diarahkan untuk mengembangkan

ekonomi daerah tertinggal dengan didasarkan pada pendayagunaan potensi

sumberdaya lokal (sumberdaya manusia, sumberdaya kelembagaan, serta sumberdaya

fisik) yang dimiliki masing-masing daerah, oleh pemerintah dan masyarakat, melalui

pemerintahan daerah maupun kelompok-kelompok kelembagaan berbasis

masyarakat yang ada.

2. Pemberdayaan masyarakat : strategi ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan sosial, budaya, ekonomi, dan politik.

3. Perluasan kesempatan : strategi ini diarahkan untuk membuka keterisolasian daerah

tertinggal agar mempunyai keterkaitan dengan daerah maju.

4. Peningkatan kapasitas : strategi ini diarahkan untuk meningkatkan kapasitas

kelembagaan dan sumberdaya manusia pemerintah dan masyarakat di daerah

tertinggal.

5. Peningkatan Mitigasi dan Rehabilitasi : strategi ini diarahkan untuk mengurangi

resiko dan memulihkan dampak kerusakan yang diakibatkan oleh konflik dan

bencana alam.
Berdasarkan hasil analisis isu strategis tersebut, maka konsep strategi pengembangan

daerah tertinggal diarahkan untuk menjawab isu-isu strategis, diantaranya sebagai berikut:

6.1. Pengembangan Perekonomian Lokal


Pengembangan perekonomian lokal menjadi hal yang penting, khususnya dalam

meningkatkan perekonomian masyarakat. Pengembangan perekonomian lokal dalam suatu

daerah/wilayah harus dikaitkan dengan kondisi wilayah/daerah tersebut, misalnya : kondisi

masyarakat yang sebagian besar bermata pencaharian di bidang pertanian, sangat erat

kaitannya dengan pengembangan komoditas di suatu daerah. Untuk itu pembangunan dan

pengembangan perekonomian lokal harus menitikberatkan pada pemanfaatan sumber daya

lokal, meliputi: sumber daya alam, sumber daya manusia, dan kelembagaan, dan partisipasi

semua pemangku kepentingan (stakeholder). Pemanfaatan sumber daya lokal tersebut

mempunyai beberapa permasalahan, sasaran penyelesaian, arah kebijakan dan program.

6.1.1 Permasalahan

Permasalahan yang berkaitan dengan pengembangan perekonomian lokal di Pesisir

Barat antara lain:

1. Pengembangan ekonomi lokal masih belum memerhatikan spesifik

wilayah/daerah, sehingga belum memberikan dampak yang signifikan bagi

kesejahteraan masyarakat.

2. Masih rendahnya sumber daya/aset dan modal yang dimiliki oleh sebagian

besar masyarakat, terutama modal bagi pengembangan perekonomian lokal,

sehingga masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan.

3. Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia, khususnya kemampuan

dalam mengelola sumber daya/asset yang dimiliki.

4. Kurangnya kemampuan dan jiwa kewirausahaan dalam mengembangkan usaha

kecil dan menengah

5. Penyaluran modal melalui sektor perbankan masih terkendala dengan aturan

dalam memberikan pinjaman/kredit bagi pengembangan perekonomian lokal.


6. Lambatnya pengembangan ekonomi lokal karena belum didukung dengan

sarana dan prasarana yang memadai, sistem fiskal, fasilitasi, dan insentif bagi

pembangunan daerah tertinggal

6.1.2 Sasaran Penyelesaian

Sasaran penyelesaian yang ingin dapat dicapai delam pengembangan perekonomian

lokal di Kabupaten Pulau Morotai adalah:

1. Pengembangan ekonomi lokal diarahkan dengan kondisi spesifik

wilayah/daerah, sehingga dapat memberikan dampak yang signifikan bagi

kesejahteraan masyarakat.

2. Meningkatnya sumber daya/aset dan modal yang dimiliki oleh sebagian

besar masyarakat, khususnya dalam pengelolan sumber daya produktif dan

kemampuan penyediaan sarana produksi (saprodi) pertanian bagi

pengembangan perekonomian lokal, sehingga lahan yang dimiliki masyarakat

dapat dimanfaatkan.

3. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia, khususnya kemampuan dalam

mengelola sumber daya/asset yang dimiliki.

4. Meningkatnya kemampuan dan jiwa kewirausahaan dalam mengembangkan

usaha kecil dan menengah.

5. Meningkatnya penyaluran modal melalui sektor perbankan, melalui system

kemitraan dan jaminan oleh pemerintah daerah.

6. Meningkatnya dukungan sarana dan prasarana, sistem fiskal, fasilitasi, dan insentif

bagi pembangunan daerah tertinggal, baik oleh pemerintah daerah maupun

pihak swasta.
6.1.3 Arah Kebijakan

Upaya pencapaian sasaran pengembangan perekonomian lokal dalam meningkatkan

pembangunan daerah tertinggal di Kabupaten Pulau Morotai, meliputi:

1. Mengembangkan perekonomian lokal sesuai dengan kondisi spesifik

wilayah/daerah, sehingga dapat memberikan dampak yang signifikan bagi

kesejahteraan masyarakat.

2. Mengembangkan sumber daya/aset modal yang dimiliki oleh sebagian besar

masyarakat di daerah tertinggal.

3. Meningkatkan pengelolaan sumber daya produktif dan kemampuan

penyediaan sarana produksi (saprodi) pertanian bagi pengembangan

perekonomian lokal, sehingga lahan yang dimiliki masyarakat dapat

dimanfaatkan.

4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya kemampuan dalam

mengelola sumber daya/asset yang dimiliki.

5. Meningkatkan kemampuan dan jiwa kewirausahaan dalam

mengembangkan usaha keci l dan menengah.

6. Meningkatkan penyaluran modal melalui sektor perbankan, melalui sistem

kemitraan dan jaminan oleh pemerintah daerah.

7. Meningkatkan dukungan sarana dan prasarana, sistem fiskal, fasilitasi, dan insentif

bagi pembangunan daerah tertinggal, baik oleh pemerintah daerah dan

legislatif, maupun oleh pihak swasta.

6.1.4 Program

Kebijakan pengembangan perekonomian lokal dalam meningkatkan Pembangunan

Daerah Tertinggal Kabupaten Pulau Morotai di atas perlu diimplementasikan dan

ditindaklanjuti dengan beberapa program, antara lain:

a. Program Fasilitasi Peluang Permodalan bagi KSP/USP

b. Program Pengembangan Budidaya Perikanan


c. Program Pengembangan Perikanan Tangkap

d. Program Optimalisasi dan pemasaran Hasil perikanan

e. Program Pengembangan perekonomian Desa

6.2 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat diarahkan untuk meningkatkan kemampuan dan akses

atau kesempatan masyarakat, khususnya di kabupaten daerah tertinggal agar memiliki

kesempatan untuk mendapatkan pelayanan pendidikan, kesehatan, penciptaan lapangan kerja,

peningkatan akses modal usaha, teknologi pasar dan informasi. Selanjutnya pemberdayaan

masyarakat diupayakan agar masyarakat di daerah tertinggal lebih berperan aktif dalam

kegiatan sosial, budaya, ekonomi dan politik. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat beberapa

permasalahan, sasaran penyelesaian, arah kebijakan dan kegiatan pokok indikatif yang

menjadi fokus dalam peningkatan pemberdayaan masyarakat.

6.2.1 Permasalahan

Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat di

Kabupaten Pulau Morotai dalah:

1. Rendahnya kualitas sumber daya manusia karena kurangnya akses di daerah

tertinggal, khususnya terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan.

2. Rendahnya kemampuan masyarakat dalam mengelola sumber daya lokal menjadi

produk yang berdaya saing dan kegiatan ekonomis lainnya.

3. Masih kurangnya sarana dan prasarana, rendahnya ketersediaan informasi dan

teknologi di daerah tertinggal, sehingga pemberdayaan yang sudah dilakukan

berjalan lambat.

4. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan belum menyentuh kepentingan

masyarakat langsung, khususnya dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat

di daerah tertinggal memiliki akses yang sama dengan daerah lainnya dan

pemberdayaan yang dilakukan dapat berjalan sesuai harapan.


5. Pemberdayaan masyarakat dilakukan secara partisipatif, sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan masyarakat, sehingga pemberdayaan yang dilakukan

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

6.2.2 Sasaran Penyelesaian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka ditetapkan beberapa sasaran bagi

pemberdayaan masyarakat, khususnya di daerah tertinggal:

1. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia, melalui perluasan akses di daerah

tertinggal, khususnya terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan.

2. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengelola sumber daya lokal

menjadi produk yang berdaya saing dan kegiatan ekonomis lainnya.

3. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana, ketersediaan

informasi dan teknologi di daerah tertinggal, sehingga pemberdayaan yang dapat

dilakukan sesuai keinginan dan harapan.

4. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat secara partisipatif yang sesuai dengan

kepentingan masyarakat langsung, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

6.2.3 Arah Kebijakan

Berdasarkan sasaran yang akan dicapai, ditetapkan beberapa arah kebijakan

yang meliputi:

1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia, melalui perluasan akses di daerah

tertinggal, sehingga masyarakat dapat merasakan pelayanan pendidikan dan

kesehatan.

2. Pengembangan dan peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengelola

sumber daya lokal, sehingga dapat menghasilkan produk/komoditi yang berdaya

saing.

3. Pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan kemampuan kewirausahaan

dan pengelolaan kegiatan yang bernilai sosial dan ekonomi.


4. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana, ketersedian informasi

dan teknologi di daerah tertinggal, sehingga masyarakat didaerah tertinggal

memiliki akses yang sama dengan daerah lainnya dan pemberdayaan yang

dilakukan dapat berjalan sesuai harapan.

5. Pemberdayaan masyarakat dilakukan secara partisipatif, sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan masyarakat, sehingga pemberdayaan yang dilakukan

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

6.2.3 Program

Pencapaian sasaran dan kebijakan diatas, harus diimplementasikan dengan beberapa

program yang akan dilaksanakan, yaitu:

1. Program Pengembangan Kemitraan

2. Program Pendidikan Masyarakat

3. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan

4. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan

5. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani/Pekebun

6. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani/Pekebun

7. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

8. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

9. Program Peningkatan Kesadaran Penegakan Hukum dalam Pendayagunaan


Sumber daya Laut
10. Program Pengembangan Budidaya Perikanan

11. Program Pengembangan Perikanan Tangkap

12. Program Perbaikan Gizi Masyarakat

13. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

14. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

15. Program Peningkatan keberdayaan

16. Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Membangun Desa.

17. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup


6.3 Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Peningkatan kapasitas kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan daerah

dan masyarakat didasarkan pada kebutuhan nyata, bersifat jejaring dan adaptif. Dengan

demikian diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara efektif dan

efisien. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat beberapa permasalahan, sasaran

penyelesaian, dan arah kebijakan yang menjadi fokus dalam peningkatan kapasitas

kelembagaan.

6.3.1 Permasalahan

Permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas kelembagaan

pemerintahan daerah dan masyarakat, yaitu :

1. Kurang efektifnya koordinasi antar lembaga pemerintahan daerah dalam upaya

mendukung terlaksananya program pembangunan.

2. Belum terbangunnya kemandirian masyarakat dalam menentukan kelembagaan

ekonomi yang bertumpu pada potensi dan sumber daya mereka sendiri.

3. Lemahnya pemberdayaan kapasitas kelembagaan swasta (asosiasi usaha, asosiasi

profesi/perorangan) yang berbasiskan masyarakat dalam aktivitas ekonomi.

6.3.2 Sasaran Penyelesaian

Sasaran utama yang akan diwujudkan dari peningkatan kapasitas kelembagaan

pemerintah daerah dan masyarakat, yaitu :

1. Terkoordinasinya kelembagaan pemerintahan daerah melalui penerapan prinsip-

prinsip tata pemerintahan yang baik dan dikelola oleh sumber daya aparatur

pemerintah daerah yang professional.

2. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengoptimalkan dan

memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dengan dukungan kelembagaan

ekonomi
3. Terbentuknya kelembagaan swasta yang berbasiskan masyarakat dalam

mendukung peningkatan perekonomian masyarakat perdesaan.

6.3.3 Arah Kebijakan

Arah kebijakan berkaitan dengan pencapaian sasaran peningkatan kapasitas

kelembagaan pemerintahan daerah dan masyarakat mencakup:

1. Meningkatkan kapasitas dan daya saing masyarakat terutama bagi mereka yang

sulit mengakses sumber daya usaha.

2. Mendorong peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah dengan

membangun budaya kerja agar sesuai dengan kebutuhan tugas pemerintahan

dan pembangunan.

3. Mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan untuk pengembangan

usaha skala mikro melalui penguatan kelembagaan dan modal sosial

masyarakat terutama di daerah perdesaan.

6.3.4 Program

Program merupakan pelaksanaan dari arah kebijakan peningkatan kapasitas

kelembagaan pemerintahan daerah dan masyarakat yang meliputi :

1. Program Pendidikan Politik

2. Program Pemeliharaan Keamanan, Ketertiban Masyarakat dan Pencegahan Tindak

Kriminal

3. Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan

4. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

5. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan

6. Program Antisipasi dan Pengendalian Keadaan Rescue

7. Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan

8. Program Pengembangan Perikanan Tangkap

9. Program Peningkatan Kualitas dan SDM Kelautan dan Kelautan


6.4 Pengurangan Keterisolasian Daerah

Dengan Kondisi geografis Kabupaten Pulau Morotai yang bertopografi berat

menyebabkan persebaran penduduk yang mengelompok pada daerah tertentu dengan

aksesibilitas yang rendah. Dengan kondisi topografi tersebut, daerah- daerah di pedalaman

berpotensi menjadi daerah yang terisolasi. Disamping itu jumlah pulau yang relatif banyak,

memungkinkan adanya daerah terpencil yang terisolasi dari pusat layanan ekonomi dan sosial,

sehingga memerlukan perhatian khusus dalam pembangunan terutama untuk membuka akses,

tertutama untuk wilayah-wilayah pedalaman juga mengalami kendala aksesibilitas.

6.4.1 Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi daerah tertinggal untuk meningkatkan sarana dan

prasarana daerah serta aksesibilitas wilayah adalah :

1. Masih terdapat wilayah terisolasi dan wilayah terpencil terutama di wilayah

Barat dan pulau-pulau terluar di Kabupaten Pulau Morotai.

2. Belum lancarnya akses sentra perekonomian daerah dengan pasar yang

disebabkan oleh rendahnya kualitas prasarana jalan dan transportasi serta

belum rendahnya kualitas jalan poros penghubung.

3. Terbatasnya sarana dan prasarana serta kualitas pelayanan sosial dasar

terutama pendidikan dan kesehatan.

4. Kurangnya sarana pendukung produksi pertanian.

6.4.2. Sasaran Penyelesaian

Sasaran yang ingin dicapai dalam meningkatkan sarana dan prasarana daerah

serta aksesibilitas wilayah, yaitu :

1. Terbukanya daerah isolasi dan terpencil melalui pembangunan aksesibilitas

jalan serta sarana pendukung lain seperti listrik dan telekomunikasi.


2. Meningkatnya aksesibiltas sentra perekonomian sehingga mendorong tumbuhnya

pusat pertumbuhan perekonomian perdesaan.

3. Meningkatnya sarana pemukiman dan kesehatan serta kualitas pelayanan

terutama bagi masyarakat miskin di daerah terpencil dan terisolasi.

4. Tercapainya pola pengelolaan prasarana pendukung produksi pertanian

seperti cekdam, saluran sekunder dan tersier, serta bendungan lokal.

6.4.3 Arah Kebijakan

Untuk mencapai sasaran tersebut, kebijakan yang diambil oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten Pulau Morotai meliputi :

1. Membangun jalan pembuka wilayah isolasi serta membangun sarana

transportasi didaerah terpencil untuk membuka aksesibilitas wilayah.

2. Menigkatkan prasarana jalan poros yang menghubungkan wilayah produksi

dengan pasar untuk menjamin kelancaran pemasaran dan distribusi produk.

3. Membangun sarana dan prasarana pemukiman perumahan, pendidikan

terutama untuk pendidikan dasar 9 tahun serta menciptakan pelayanan

kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia.

4. Menciptakan pola pengelolaan sumber daya air yang terpadu dalam beberapa

wilayah produksi pertanian oleh masyarakat.

6.4.4 Program dan Kegiatan

Pencapaian sasaran dan kebijakan di atas, harus diimplementasikan dengan

beberapa program yang akan dilaksanakan, yaitu:

1. Program Pemberdayaan Telematika

2. Program Pembangunan Prasarana Komunikasi dan Informatika

3. Program Pengembangan dan Pengelolaan Sumber daya Kelautan dan

Perikanan
6.5 Penanganan Karakteristik Khusus Daerah

Penanganan karakteristrik khusus daerah yang berkaitan dengan pembangunan

dan pengembangan wilayah-wilayah perbatasan di Pesisir Barat dengan wilayah-wilayah

Kabupaten lainnya perlu dilakukan melalui pembangunan sarana dan prasarana

pemerintahan dan umum, serta perbaikan kondisi hutan untuk mempertahankan kondisi

lingkungan.

6.5.1 Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi dengan penanganan karakteristik khusus daerah

adalah :

1. Wilayah perbatasan dan terpencil kondisinya masih terbelakang, terutama

aksesbilitas pelayanan pemerintahan.

2. Masih rendahnya dan terbatasnya kemampuan sumber daya manusia dan

teknologi.

3. Masih rendahnya penanganan korban bencana alam dan social

6.5.2 Sasaran Penyelesaian

Sasaran yang ingin dicapai dalam meningkatkan sarana dan prasarana daerah serta

aksesibilitas wilayah, yaitu :

1. Terlayaninya daerah isolasi dan terpencil melalui pembangunan sarana dan

prasarana pemerintahan.

2. Meningkatnya kemampuan sumber daya manusia, melalui penyediaan sarana

pendidikan.

3. Meningkatkan penanganan korban bencana alam dan social


6.5.3. Arah Kebijakan

Untuk mencapai sasaran tersebut, kebijakan yang diambil oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten Pulau Morotai meliputi :

1. Meningkatkan sarana dan prasarana pemerintahan.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah

tertinggal.

3. Menjamin aksesibilitas masyarakat pascabencana guna

memperlancar arus distribusi barang pascabencana.

6.5.4 Program dan Kegiatan

Pencapaian sasaran dan kebijakan diatas, harus diimplementasikan dengan beberapa

program yang akan dilaksanakan, yaitu:

1. Program Prioritas Pra bencana

2. Program Prioritas Tanggap Darurat

3. Program Prioritas Pasca bencana

4. Program Analisis Konflik

5. Program Peningkatan Penanganan Konflik

6.6 Sumber Pendanaan Pembangunan Daerah Tertinggal

6.6.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Pembangunan daerah tertinggal membutuhkan dukungan semua sektor terkait yang

didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang menjadi sumber utama

pendanaan untuk pembangunan daerah tertinggal. Komponen belanja dalam APBN

tersebut adalah :

1. Belanja Pemerintah Pusat

Dari anggaran kementerian/lembaga diharapkan dapat dialokasikan ke daerah melalui:

(1) dana dekonsentrasi, yaitu dana untuk kegiatan non-fisik yang dialokasikan ke daerah
dan dilaksanakan oleh satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) provinsi, dan (2) dana tugas

pembantuan yaitu dana untuk kegiatan fisik yang dialokasikan ke daerah dan

dilaksanakan oleh SKPD provinsi/kabupaten/kota. Diharapkan kementerian negara/lembaga

memberikan perhatian yang lebih untuk mengalokasi dana dekonsentrasi dan tugas

pembantuan kepada daerah tertinggal akan sangat membantu daerah tersebut dalam upaya

pengentasan dari ketertinggalan.

2. Belanja ke Daerah khususnya Dana Alokasi Khusus

Salah satu komponen belanja ke daerah dalam APBN yang relevan dengan

pembangunan daerah tertinggal adalah Dana Perimbangan yang berupa Dana Alokasi Khusus

(DAK). Bidang-bidang yang didanai dari DAK yaitu (1) kesehatan, (2) pendidikan, (3)

infrastruktur jalan, (4) infrastruktur jembatan, (5) infrastruktur air bersih, (6) perikanan, (7)

pertanian, dan (8) lingkungan hidup sangat relevan dengan kriteria daerah tertinggal yang

umumnya rendah pada bidang-bidang tersebut. Kriteria khusus DAK yang menjadikan semua

daerah tertinggal mendapatkan DAK perlu didukung oleh kementerian/lembaga. Peran

kementerian negara/ lembaga agar DAK dapat memberikan manfaat lebih adalah pada

penyusunan petunjuk teknis penggunaan DAK. Perhatian yang lebih kementerian

negara/lembaga pada kebutuhan daerah khususnya daerah tertinggal dapat diwujudkan

melalui proses perencanaan/penganggaran bottom up yang akan meningkatkan efektivitas

penggunaan DAK, sehingga prasarana dan sarana yang dibutuhkan tidak tumpang tindih

dengan kegiatan yang didanai dari DAK, dana dekonsentrasi/tugas pembantuan, dengan

yang didanai dari APBD.

6.6.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Pembangunan daerah tertinggal pada hakekatnya menjadi tanggung jawab

pemerintah daerah. Untuk itu pemerintah daerah wajib memprioritaskan pengalokasian

anggaran untuk mengatasi ketimpangan daerah. Sumber dana yang dapat dimanfaatkan

adalah dari APBD Kabupaten melalui subsidi daerah bawahan atau tugas pembantuan dari

provinsi ke kabupaten, atau APBD kabupaten melalui tugas pembantuan ke desa.


6.6.3. Dana Swasta dan Masyarakat

Bagi daerah yang mempunyai potensi sumber daya alam yang belum dieksplorasi,

maka dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaran pemerintahan, pelayanan

masyarakat, dan pembangunan daerah, daerah dapat membuka diri untuk masuknya investor

dan usahawan lainnya, antara lain dengan penyederhanaan perijinan dan pemberian iklim

usaha yang sehat dan menarik di daerah. Kapitalisasi dari sumber daya alam dan

investasi dunia usaha lainnya akan menghasilkan pendanaan langsung atas inisiatif

swasta/investor/dunia usaha sebagai wujud dari pengabdiannya kepada masyarakat. Dana-

dana seperti itu hendaknya diarahkan untuk kegiatan-kegiatan yang nyata dalam

mengentaskan ketertinggalan.

6.6.4. Dana dari penerimaan Lain Yang Sah

Dana-dana yang tidak termasuk dalam sumber pendanaan tersebut diatas dapat

dijadikan untuk pembangunan daerah tertinggal, baik yang dikelola langsung oleh masyarakat,

lembaga nonpemerintah, pemerintah, dan pemerintah daerah

Anda mungkin juga menyukai