Yang dimaksud kondisi eksternal adalah masalah globalisasi, otonomi daerah dan
kesenjangan antar daerah. Sedangkan kondisi internal adalah kondisi di dalam wilayah
tersebut yang diperkirakan akan mempengaruhi kinerja pengembangan wilayah, yaitu
mencakup sumberdaya manusia, prasarana, kelembagaan, keterkaitan antar industri,
dsbnya.
c. Pengembangan wilayah berbasis sumber daya modal dan manajemen
Strategi pengembangan wilayah berdasarkan pengembangan lembaga
keuangan yang kuat dan pengembangan sistem manajemen yang baik, yang
dapat ditempuh oleh wilayah yang memiliki keterbatasan dalam hal modal dan
manajemen tersebut.
d. Pengembangan wilayah berbasis seni budaya dan keindahan alam
Wilayah dengan potensi-potensi pantai dan pemandangan yang indah, seni
budaya yang menarik dan unik, dapat mengembangkan wilayahnya dengan
cara membangun transportasi, perhotelan dan restoran, indutri-industri
kerajinan, pelayanan travel, dan lainnya yang terkait dengan pengembangan
kepariwisataan.
Klaster yang berhasil adalah klaster yang terspesialisasi, memiliki daya saing dan
keunggulan komparatif, dan berorientasi eksternal. Rosenfeld (1997) mengidentifikasi
karakteristik dari klaster wilayah yang berhasil yaitu:
• Adanya spesialisasi, satu klaster wilayah terspesialisasi untuk satu atau
beberapa industri.
• Adanya jaringan lokal (local networks) khususnya dalam jaringan sistem
produksi, serta jaringan pembelajaran (learning networks)
• R&D dan institusi pendidikan yang relevan dengan kegiatan dalam klaster
wilayah
• Tenaga kerja yang berkualitas. Kompetisi yang baik berkembang diantara
pekerja.
• Akses yang baik pada institusi pembiayaan, permodalan.
• Kerjasama yang baik antara perusahaan dan lembaga/institusi lainnya.
• Mengikuti perkembangan teknologi
• Tingkat inovasi yang tinggi sehingga dapat berkompetisi di pasar global.
Jaringan kerja adalah konsep menggalang pemahaman, kontribusi ide, dan hubungan komunikasi yang
dibangun antara para pebisnis dan stakeholders pengembangan ekonomi kawasan.
SUMBER :
BKTRN (1997), Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, PP No.47 Tahun 1997.
Komet Mangiri (2000), Perencanaan Terpadu Pembangunan Ekonomi Daerah
Otonom, Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Pinchemel (1985), Aspek-Aspek Geografi dalam Manajemen Pengembangan Wilayah,
Paris.
Porter (1998), Summary Brief: A Case Analysis of Porter’s Cluster Theory in the
Amish Furniture Industry, Florida State University.
Rosenfeld, S.A. (1977): Bringing Business Clusters into The Mainstream of
Economic Development, European Planning Studies, 5:3-23, dikutip oleh
ArneIsaksen, Regionalisation and Regional Clusters as Development
Strategies in a Global Economy, STEP group, 1998.