Anda di halaman 1dari 95

Konsep Wilayah dan Tata

Ruang

Kelas XII – IPS Semester 1


MATERI
Konsep wilayah dan tata ruang

Pembangunan dan pertumbuhan wilayah

Perencanaan Tata ruang nasional, provinsi


dan kabupaten kota

Permasalahan dalam penerapan tataruang


wilayah
Perwilayahan( Regionalisasi) adalah suatu
penggolongan /pengelompokan , terhadap
wilayah yg ada di muka bumi untuk keperluan
suatu perencanaan atau tujuan tertentu.
Pembagian unit geografis berdasarkan
kedekatan, kemiripan, atau intensitas
hubungan fungsional antara bagian yang satu
dengan bagian yang lainnya sehingga terjalin
saling ketergantungan.
Dalam suatu program perencanaan, perwilayahan
memiliki peran yang cukup penting. Hal ini karena
perwilayahan sangat berguna untuk mengetahui
variasi karakter dalam suatu wilayah tertentu.
Definisi perwilayahan adalah usaha membagi-bagi
permukaan bumi atau bagian permukaan bumi
tertentu untuk tujuan yang tertentu.
Perwilayahan di Indonesia berhubungan erat dengan
pemerataan pembangunan dan mendasarkan
pembagiannya pada sumberdaya lokal. Sehingga
prioritas pembangunan dapat dirancang dan dikelola
dengan baik.
Tujuan pewilayahan :
Untuk perencanaan pengembangan di Indonesia
sebagai berikut:
- Meratakan pembangunan untuk menghindari
adanya pemusatan kegiatan pembangunan yang
berlebihan di suatu daerah tertentu.
- Menjamin keserasian dan koordinasi antara
berbagai kegiatan pembangunan yang ada di tiap
daerah.
- Pengarahan pembangunan, bukan hanya untuk
pemerintah, melainkan juga kepada masyarakat
umum dan pengusaha.
• Manfaat Perwilayahan (Regionalisasi)

Mengurutkan dan menyederhanakan


informasi mengenai keanekaragaman dan
gejala atau fenomena di permukaan bumi.
Untuk meratakan pembangunan di
semua wilayah sehingga dapat mengurangi
kesenjangan antar wilayah.
Pengembangan wilayah bertujuan untuk
kemakmuran wilayah dengan
memberdayakan seluruh potensi yang ada
secara optimal dengan mengupayakan
keserasian dan keseimbangan pembangunan
antar daerah sehingga dapat memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh
masyarakat.
Perkembangan wilayah merupakan upaya
pembangunan pada suatu wilayah untuk
mencapai pembangunan yang bertujuan untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya alam,
sumber daya manusia, sumber daya
kelembagaan, sumber daya teknologi dan
prasarana fisik secara efektif.
Tujuan perencanaan wilayah adalah menciptakan
kehidupan yang efisien, nyaman, serta lestari dan
pada tahap akhirnya menghasilkan rencana yang
menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang
direncanakan, baik oleh pihak pemerintah ataupun
oleh pihak swasta.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
bertujuan untuk:
a. mendukung koordinasi
antarpelaku pembangunan;
b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan
sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu,
antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan
Daerah;
Apa yang dimaksud dengan perencanaan dan perencanaan
pembangunan?
• Selanjutnya Tjokroamidjojo (1984),
mengartikan perencanaan pembangunan adalah sebagai
suatu pengarahan penggunaan sumber
sumber pembangunan (termasuk sumber-sumber ekonomi)
yang terbatas adanya, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
berdasarkan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara
efektif dan efisien.
• Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJM Daerah) merupakan penjabaran dari visi, misi, dan
program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman
pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJP Daerah) dan memperhatikan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJM Nasional)
• Definisi lain dari perencanaan adalah
pemikiran hari depan, perencanaan berarti
pengelolaan, pembuat keputusan, suatu
prosedur yang formal untuk memperoleh
hasil nyata, dalam berbagai bentuk
keputusan menurut sistem yang
terintegrasi. Perencanaan adalah suatu
rangkaian persiapan tindakan untuk
mencapai tujuan.
Pengertian Pembangunan Wilayah adalah Upaya
mencapai pembangunan berimbang (balance
development), seperti terpenuhinya potensi-
potensi pembangunan sesuai dengan
kapasitas pembangunan setiap wilayah atau
daerah yang beragam.
Merupakan kelompok penelitian yang memfokuskan
pada analisis, perencanaan dan
pengembangan sumberdaya lahan, penataan
ruang dan wilayah bagi tercapainya tujuan-tujuan
pembangunan yang produktif, berkelanjutan dan
berkeadilan.
• Pembangunan (development) adalah proses perubahan
yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik,
ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan
teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994).
Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai
transformasi ekonomi, sosial dan budaya.
• Pembangunan berdimensi wilayah atau berbasis
wilayah, dalam konteks ekonomi makro sering disebut
sebagai pembangunan ekonomi regional.
• Konsep inilah yang sering diusung dalam implementasi
otonomi daerah, yang lebih berfokus
pada pembangunan ekonomi daerah masing-masing, di
tingkat provinsi maupun kabupaten kota.
Pembangunan Wilayah
Pembangunan adalah upaya secara sadar dari manusia untuk
memanfaatkan lingkungan dalam usaha memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dengan adanya pembangunan,
kehidupan dan kesejahteraan manusia dapat meningkat.
Tujuan pembangunan dapat tercapai dengan memerhatikan
berbagai permasalahan, di antaranya:
• Pengendalian pertumbuhan penduduk dan kualitas sumber
daya manusia.
• Pemeliharaan daya dukung lingkungan.
• Pengendalian ekosisitem dan jenis spesies sebagai sumber
daya bagi pembangunan.
• Pengembangan industri.
• Mengantisipasi krisis energi sebagai penopang utama
industrialisasi.
• Dalam proses pembangunan ekonomi nasional,
tidak terlepas dari pembangunan ekonomi daerah
atau regional. Pembangunan ekonomi daerah
adalah proses yang dilakukan oleh pemerintah
daerah dalam mengelola sumberdaya yang ada
dan membentuk pola kemitraan pemerintah
daerah dan sektor swasta dalam menciptakan
lapangan kerja baru dan perangsang
pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut.
Pertumbuhan ekonomi daerah dipengaruhi oleh
keunggulan komparatif suatu daerah, spesialisasi
wilayah, serta potensi ekonomi yang dimiliki oleh
daerah tersebut .
Pembangunan wilayah adalah upaya mencapai
pembangunan berimbang (balance development).
Isu pembangunan wilayah atau daerah berimbang yaitu
tidak mengharuskan adanya kesamaan tingkat
pembangunan antar daerah (equally developed), juga tidak
menuntut pencapaian tingkat industrialisasi wilayah atau
daerah yang seragam, juga bentuk-bentuk keseragaman
pola dan struktur ekonomi daerah, atau juga tingkat
pemenuhan kebutuhan dasar (self sufficiency) setiap
wilayah atau daerah.
Pembangunan yang berimbang adalah terpenuhinya
potensi potensi pembangunan sesuai dengan kapasitas
pembangunan setiap wilayah atau daerah yang beragam
Menurut Rancangan Awal RPJMN 2015-2019, isu
utama pembangunan wilayah nasional adalah
masih besarnya kesenjangan antarwilayah,
khususnya kesenjangan pembangunan antara
Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan
Timur Indonesia (KTI). Itulah sebabnya arah
kebijakan utama pembangunan wilayah nasional
difokuskan untuk mempercepat pengurangan
kesenjangan pembangunan antar wilayah.
• Ada 7 (tujuh) wilayah pembangunan di Indonesia yang
didasarkan pada potensi dan keunggulan daerah, serta
lokasi geografis yang strategis di masing-masing
wilayah.
Adapun tema pengembangan wilayah di setiap wilayah
adalah sebagai berikut.
a) Pembangunan Wilayah Pulau Papua sebagai “lumbung
pangan melalui pengembangan industri berbasis komoditas
tanaman pangan serta pengembangan peternakan dan
tanaman nonpangan; percepatan pembangunan ekonomi
berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan pariwisata
bahari; serta lumbung energi di Kawasan Timur Indonesia
melalui pengembangan minyak, gas bumi, dan tembaga”.
• b) Pembangunan Wilayah Kepulauan
Maluku sebagai “produsen makanan laut
dan lumbung ikan nasional dengan
percepatan pembangunan perekonomian
berbasis maritim (kelautan) melalui
pengembangan industri berbasis komoditas
perikanan; serta pengembangan industri
pengolahan berbasis nikel dan tembaga".
• c) Pembangunan Wilayah Kepulauan Nusa
Tenggara sebagai “pintu gerbang pariwisata
ekologis; penopang pangan nasional dengan
percepatan pembangunan perekonomian
berbasis maritim (kelautan) melalui
pengembangan industri perikanan, garam,
dan rumput laut; pengembangan industri
berbasis peternakan; serta pengembangan
industri mangan dan tembaga".
• d) Pembangunan Wilayah Pulau Sulawesi sebagai
“salah satu pintu gerbang Indonesia dalam
perdagangan internasional dan pintu gerbang
Kawasan Timur Indonesia dengan pengembangan
industri berbasis logistik; serta lumbung pangan
nasional dengan pengembangan industri berbasis
kakao, padi, jagung; dan pengembangan industri
berbasis rotan, aspal, nikel, dan bijih besi; serta
percepatan pembangunan ekonomi berbasis
maritim (kelautan) melalui pengembangan industri
perikanan dan pariwisata bahari”.
• e) Pembangunan Wilayah Pulau
Kalimantan sebagai “salah satu paru-
paru dunia dengan mempertahankan
luasan hutan Kalimantan; dan lumbung
energi nasional dengan pengembangan
hilirisasi komoditas batu bara; serta
pengembangan industri berbasis
komoditas kelapa sawit, karet, bauksit,
bijih besi, gas alam cair, pasir zirkon dan
pasir kuarsa, serta pengembangan food
estate".
• f) Pembangunan Wilayah Pulau Jawa-Bali sebagai
“lumbung pangan nasional dan pendorong sektor industri
dan jasa nasional dengan pengembangan industri
makanan-minuman, tekstil, otomotif, alutsista, telematika,
kimia, alumina, dan besi baja; salah satu pintu gerbang
destinasi wisata terbaik dunia dengan pengembangan
ekonomi kreatif; serta percepatan pembangunan ekonomi
berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan
industri perkapalan dan pariwisata bahari”.
• g) Pembangunan Wilayah Pulau Sumatra
sebagai “salah satu pintu gerbang Indonesia
dalam perdagangan internasional dan
lumbung energi nasional, diarahkan untuk
pengembangan hilirisasi komoditas batu
bara, serta industri berbasis komoditas
kelapa sawit, karet, timah, bauksit, dan
kaolin”.
Pembagian Pembangunan Wilayah di
Indonesia
• Pembagian wilayah ditujukan untuk
pemantapan dalam perumusan dan
pengarahan kegiatan pembangunan. Hal
tersebut bertujuan agar pelaksanaan
pembangunan bisa berjalan serasi dan
seimbang, baik di dalam wilayah
pembangunan maupun antarwilayah
pembangunan di seluruh Indonesia.
• Pembangunan Indonesia berpusat di
wilayah-wilayah tertentu, yang dinilai
sebagai kawasan sentral untuk menarik
daerah-daerah di sekitarnya. Dari kawasan
sentral, diharapkan proses pembangunan
dan hasil-hasilnya akan menjalar ke seluruh
Indonesia.
• Pembangunan nasional dilaksanakan
melalui sistem regionalisasi atau
perwilayahan dengan kota-kota utama
sebagai kutub atau pusat pertumbuhan.
• Tujuan akhir pembagian wilayah
pembangunan ini adalah pemerataan
pembangunan di seluruh wilayah
Indonesia.

Tujuan akhir pembagian wilayah pembangunan ini adalah


pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.
Pengembangan Wilayah
• Pengembangan wilayah merupakan salah satu cara untuk
mencapai keberhasilan pelaksanaan pembangunan.
• Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018,
maka pengembangan wilayah akan ditujukan pada
pertumbuhan dan pemerataan pembangunan. Pertumbuhan
pembangunan daerah pada tahun 2018 akan didorong
melalui pertumbuhan peranan sektor jasa-jasa, sektor
industri pengolahan dan sektor pertanian. Peningkatan
kontribusi sektor-sektor tersebut dilakukan seiring dengan
terus dikembangkannya kawasan-kawasan strategis di
wilayah yang menjadi main prime mover (pendorong
pertumbuhan utama) antara lain Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK), Kawasan Industri, Kawasan Perkotaan (megapolitan
dan metropolitan), Kawasan Pariwisata serta Kawasan yang
berbasis pertanian dan potensi wilayah seperti agropolitan
dan minapolitan( kawasan ekonomi berbasis kelautan dan
PEMBANGUNAN WILAYAH

Modal dasar pembangunan antara lain sumber


daya manusia yang berkualitas dan sumber daya
alam yang melimpah. Dalam arah kebijakan
pembangunan harus lebih meningkatkan
pendayagunaan sumber daya manusia, sumber
daya alam, serta sumber pembangunan lainnya
dengan tetap memperhatikan dan memelihara
kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup.
Perencanaan pembangunan wilayah tidak terlepas
dari yang sudah ada saat ini di wilayah tersebut.
Pelaku dan pencipta kegiatan wilayah adalah
seluruh masyarakat yang ada di wilayah tersebut
dan pihak luar yang juga turut berperan.
Pelakunya antara lain pemerintah pusat, pemerintah
daerah provinsi, pemda kabupaten/kota, investor
asing, pengusaha swasta, BUMN, BUMD, koperasi
dan masyarakat umum.
Perencanaan pembangunan wilayah adalah suatu
pemanfaatan ruang wilayah dengan cara
mengoptimalkan fungsi wilayah untuk pengembangan
potensi wilayah tersebut. Dan bagaimana mencapai
perbaikan kondisi ekonomi, dengan memanfaatkan
sumber daya setempat. Tujuan pembangunan itu
untuk menyerasikan berbagai kegiatan pembangunan
sektor ,sehingga pemanfaatan sumberdaya itu
menjadi optimal dan mendukung peningkatan
kehidupan masyarakat dengan pembangunan
tersebut.
Perkembangan yang dialami setiap daerah berbeda
beda. Hal ini bergantung pada potensi daerah, lokasi,
sarana tranportasi,serta sumber daya manusia yang ada
di daerah tersebut. Untuk mengidentifikasi wilayah
pertumbuhan suatu daerah didasarkan pada :
Pertumbuhan ekonomi, laju pertumbuhan penduduk,
perkembangan pemukiman dan penggunaan lahan,
tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat,
penggunaan teknologi dan kemampuan penggunaan
teknologi, budaya yang berkembang dalam masyarakat
Pendekatan regional melihat pemanfaatan ruang
serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang. Akan
terlihat perbedaan fungsi ruang yang satu dengan
fungsi ruang yang lain dan bagaimana antar ruang itu
berinteraksi untuk tercapainya kehidupan efisien dan
nyaman.
Pembangunan wilayah indonesia pada awalnya
menerapkan pendekatan kutub pertumbuhan
perencanaan yang sentralis. Kutub pertumbuhan ini
menjadi 4 wilayah pembangunan utama, Medan,
Jakarta, Surabaya, Makassar.
Pembangunan wilayah mengacu pada kota sebagai
pusat industri yang membentuk keterkaitan antar
kota. Kegiatan pembangunan tersebar diseluruh
pelosok tanah air.
a. Pembangunan Pedesaan
Terdapat beberapa konsep pembangunan wilayah
pedesaan menggunakan pendekatan keruangan yaitu
Desa Pusat Pertumbuhan, Kawasan Terpilih Pusat
Pengembangan Desa, Agropolitan Distrik
Dalam pengembangan wilayahnya pembangunan
pedesaan memiliki 3 unsur penting, pusat, wilayah
pengaruh, dan jaringan transportasi. Desa yang
memiliki potensi diberikan fungsi pusat pertumbuhan,
atau Desa Pusat Pertumbuhan. Dan desa jangkauan
pengaruhnya disebut Desa Hinterland.
Jangkauan Pelayanan pembangunan dalam suatu
pengaruh Daerah Pusat pembangunan disebut
kawasan pusat pertumbuhan desa.
Agropolitan yaitu desa yang berada dilahan
pertanian. Agropolitan merupakan kawasan pertanian
yang melayani pengembangan daerah pertanian
yang menjadi wilayah pengaruhnya dan melayani
pemasaran produksi pertanian yang dihasilkan untuk
di kirim keluar daerah.
Pembangunan pedesaan diarahkan pada :
Pemanfaatan ketahanan pangan, penciptaan
kegiatan ekonomi lokal secara beragam, peningkatan
dan memperluas lapangan kerja, penguatan
kelembagaan desa, peningkatan partisipasi
masyarakat, meningkatkan kelestarian lingkungan
hidup.
b. Pembangunan perkotaan
Pembangunan perkotaan mulai terencana ,namun
masih terbatas pada kota besar sebagai CBD
(Central Business Distric).Sejak otonomi daerah
pembangunan perkotaan diurus pemerintah kota.
Indikator keberhasilan pembangunan kota yaitu
tingkat perekonomian yang merata, kelestarian
lingkungan hidup, keseimbangan pembangunan dan
optimalisasi pemanfaatan ruang.
Program pembangunan perkotaan antara lain
program perbaikan kampung. Penyediaan sarana
prasarana diarahkan pada penyelengaraan fungsi
kota yaitu pengadaan tempat tinggal, tempat bekerja,
sistem transportasi, rekreasi.
Prasaranan perkotaan meliputi jalan, jembatan, air bersih,
ruang parkir dan taman kota.
Sarana perkotaan antara lain, terminal ,pasar, pemadam
kebakaran.
Fasilitas pelayanan ekonomi yaitu bank, pertokoan, hotel,
restoran
Fasilitas pelayanan sosial yaitu perumahan, pendidikan,
kesehatan, olahraga dan rekreasi.
Kota merupakan pusat pertumbuhan .Kota mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu. Pola pembangunan kota
didasarkan atas :
- Aspek topografi : kota pegunungan, kota dataran tinggi,
kota dataran rendah, kota pesisir
- Aspek kegiatan ekonomi : Kota
Pariwisata,Industri,perdagangan
- Aspek tingkat perkembangan kota
PERTUMBUHAN
WILAYAH
Wilayah atau region di permukaan bumi memiliki pusat pusat
pertumbuhan. Pusat pertumbuhan (Growth pole) adalah
suatu wilayah atau kawasan yang pertumbuhan
pembangunannya sangat pesat, terdapat aktivitas
ekonomi yang komersial dan produktivitas tinggi
sehingga dapat memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan wilayah lain di sekitarnya.
Pertumbuhan yang terjadi di setiap wilayah tidaklah merata.
Mengapa demikian ? Karena adanya perbedaan potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia, jaringan
transportasi dan komunikasi, aksesibilitas, serta keadaan dan
letak wilayah yang berbeda. Perkembangan yang terjadi pada
suatu kawasan di muka bumi dapat diidentifikasi melalui pusat
pusat pertumbuhan.
a. Potensi Wilayah
Pusat pertumbuhan suatu wilayah dapat
diidentifikasikan berdasarkan potensi wilayah.
Potensi suatu wilayah dapat dilihat dari berbagai
sektor kehidupan baik sektor fisik maupun sosial
budaya yang terdapat di wilayah tersebut.
Dalam mengidentifikasi potensi suatu wilayah agar
menjadi pusat pertumbuhan dapat dilakukan
dengan cara menginventarisir potensi utama yang
ada di daerah tersebut. Misalnya pulau Bali
memiliki potensi utama wisata alam dan sosial
budaya.
b. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)
Teori tempat sentral menurut Walter Christaller
merupakan pegembangan teori lokasi . Teori
Christaller bertitik tolak dari letak perdagangan dan
pelayanan dalam sebuah kota seperti rumah sakit,
sekolah, bank, dsb. Semakin besar pusat pelayanan
atau perdagangan maka semakin luas penduduk yang
terlayani. Oleh karena itu pusat pelayanan biasanya
membentuk hierarki dari yang besar, sedang, kecil
sesuai kemampuan melayani. Tempat sentral pada
umumnya berupa ibukota provinsi, ibukota kabupaten,
yang dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai
sehingga dapat menarik penduduk sekitar untuk
mengunjunginya. Contoh kota provinsi menjadi daya
tarik kota kabupaten dsb
Tempat sentral seperti ibukota provinsi, kota
kabupaten dengan berbagai sarana dan prasarana
yang dimiliki mempunyai pengaruh yang
berbedabeda sesuai dengan besar kecilnya wilayah
tersebut sehingga terdapat hierarki tempat sentral.
• Teori kutub pertumbuhan .Teori pusat
pertumbuhan pertama kali dikembangan oleh
Perroux pada 1955. Dia melakukan pengamatan
terhadap proses pembangunan. Bahwa
kenyataannya, perkembangan di mana pun
bukanlah merupakan suatu proses yang
terjadi secara sentral, melainkan muncul di
tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan
intensitas yang berbeda.
Tempat atau kawasan yang menjadi pusat
pembangunan dinamakan pusat atau kutub
pertumbuhan.
• Dari kutub-kutub inilah, proses pembangunan
akan menyebar ke wilayah-wilayah lain
disekitar.
Adanya pusat-pusat pertumbuhan memengaruhi
kehidupan manusia, terutama dalam
meningkatkan kesejahteraan.
Pusat-pusat tersebut memengaruhi sektor
ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat.
Hadirnya pusat-pusat pertumbuhan berdampak
langsung terhadap kegiatan ekonomi
masyarakat. Hal ini ditandai oleh peluang kerja di
berbagai sektor dan pergerakan arus barang
antarpusat.
• Pusat pertumbuhan juga memengaruhi
bidang sosial dan budaya.
Terlihat dari perkembangan iptek dan
informasi, serta sosial menyangkut
kesehatan, perumahan, transportasi, tenaga
kerja, penduduk, dan pariwisata.
• Teori tempat yang sentral .Oleh ahli geografi asal
Jerman, Walter Christaller. Dia mengadakan studi
persebaran permukiman, desa, dan kota yang berbeda
ukuran luasnya.

• Menurut teori ini, suatu lokasi pusat aktivitas yang


melayani berbagai kebutuhan penduduk terletak pada
suatu tempat yang sentral.
• Tempat yang sentral yaitu suatu kawasan yang
memungkinkan partisipasi manusia dalam jumlah
maksimum. Baik yang terlibat dalam aktivitas pelayanan
maupun menjadi konsumen. Berdasarkan teori ini, tempat
yang sentral merupakan tuatu titik simpul dari suatu bentuk
hexagonal atau segienam.
Daerah yang berada di pusat sebuah tempat
dikelilingi oleh enam wilayah yang terletak di setiap
sudut dalam bangun heksagon. Sepertiga luas dari
setiap wilayah masuk kedalam wilayah heksagon.
Jadi keseluruhan wilayahnya adalah tempat yang
berada dalam daerah heksagon K=3 Disebut prinsip
pemasaran. Atau pasar yang selalu menyediakan
barang barang bagi daerah sekitarnya secara
optimal. Hal ini terjadi bila bentuk permukaan Bumi
relatif seragam, tingkat ekonomi penduduk relatif
homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi
primer. Contoh menghasilkan padi, kayu ,batubara
Daerah pusat dikelilingi enam wilayah pusat
yang tidak terletak sudut sudut bangun
heksagon. Luas keenam wilayah tersebut
terbagi menjadi dua, setengah wilayah
masuk dalam wilayah heksagon dan
setengahnya lagi masuk ke wilayah daerah
tetangganya. Atau daerah tersebut dan
daerah sekitarnya dipengaruhi oleh
tempat sentral yang selalu memberikan
kemungkinan lalu lintas yang efisien
K = 1 + ( 6 x ½) = 4
Daerah pusat dikelilingi oleh tujuh wilayah
pusat yang terletak di dalam pusat bangun
heksagon. Jadi K = 1 + (6 x 1) +7
Situasi administrasi optimum. Disini terlihat
adanya perbedaan yang jelas antara susunan
tempat sentral yang lebih tinggi dan tempat
yang lebih rendah
1. Teori gravitasi/interaksi wilayah
Teori ini dipergunakan untuk menganalisis besarnya
interaksi antar wilayah secara kuantitatif. Besarnya
kekuatan interaksi dapat diwujudkan dalam besarnya
perpindahan atau trasnportasi dan komunikasi antara
dua wilayah

I 1.2 = kekuatan interaksi daerah 1 dan 2


k = konstanta (umumnya 1)
P1 = jumlah penduduk wilayah 1
P2 = jumlah penduduk wilayah 2
J1-2 = jarak mutlak antara wilayah 1 dan 2
Contoh Soal:
• Diketahui jumlah penduduk kota Kuningan adalah 50.000
jiwa dan kota Sumedang adalah 40.000 jiwa. Jarak antara
kota Kuningan dengan kota Sumedang adalah 1.000 km.
Berapakah kekuatan interaksi antara kedua kota tersebut?
Jawab:
• I¹-² = k x P1 . P2
(J 1-2)²
= 1 x 50.000 . 40.000
(1000) ²
= 1 X 2.000.000.000
1.000.000
= 2.000
• Jadi nilai interaksi kota Kuningan dengan kota Sumedang
adalah 2.000.
2. Teori Titik Henti
Teori ini memperkirakan lokasi garis perbatasan yang memisahkan
wilayah perdagangan di sekitar dua kota yang berbeda. Selain itu teori
ini dapat digunakan untuk memperkirakan penempatan lokasi industri
atau pelayanan sosial masyarakat antara dua wilayah sehingga mudah
dijangkau oleh penduduk. Penempatan dilakukan di antara dua wilayah
yang berbeda jumlah penduduknya agar terjangkau oleh penduduk
setiap wilayah.
RUMUS

Keterangan:
=jarak lokasi titik henti yang dikur dari kota atau wilayah yang jumlah penduduknya
lebih kecil daripada kota A
=Jarak antara daerah A dengan B

= Jarak penduduk wilayah B


Contoh:
Jumlah penduduk wilayah A= 35.000 dan B= 55.000, sedangkan jarak antara A dan B=
65 km. Dari data tersebut, hitunglah jarak titik hentinya?
km A
3. Potensi Penduduk
Potensi penduduk adalah ukuran untuk melihat kekuatan potensi aliran
pada tiap-tiap lokasi. Indeks potensi penduduk(PP) juga dapat mengukur
kemungkinan penduduk disuatu wilayah untuk melakukan interaksi
dengan wilayah-wilayah lainnya.

Keterangan:

k = konstanta yang nilainya = 1


4. Teori Grafik/Indeks Konektivitas
Teori grafik dikemukakan oleh K.J Kansky dalam tulisannya yang berjudul
structure of transportasion network. Teori ini diterapkan dalam geografi
untuk menetukan daya dukung secara fungsional berdasarkan arah dan
interaksi arus atau interaksi antar wilayah inti dan wilayah diluar inti.
Wilayah dengan jaringan transportasi yang kompleks memiliki pola
interaksi keruangan yang lebih tinggi jika dibandingan dengan wilayah
yang memiliki jaringan transportasi yang sederhana, seperti jaringan jalan
yang lurus tanpa cabang. Teori grafik didasarkan pada perhitungan
koneksivitas jaringan transportasi dengan menggunakan indeks ß, yaitu
rasio antara jumlah rute dalam suatu sistem transportasi (e) dibagi dengan
jumlah titik atau simpul kota (v).
ß=
Keterangan :
ß= koneksivitas jaringan jalan
e=jumlah rute jalan raya
v=jumlah simpul kota
• Diketahui :
Wilayah A: e = 9, v = 6
Wilayah B: e = 10, v = 7
Ditanyakan: indeks konektivitas (β)?
2 kota, 1 jalan raya = ½
3 kota, 3 jalan raya = 3/3 =1
5 kota, 7 jalan raya = 7/5 = 1,4
Tugas
1. Jumlah penduduk kota A = 25.000
Jumlah penduduk kota B = 5.000
Jumlah penduduk kota C = 50.000
Jarak kota A – kota B = 150 km
Jarak kota A – kota C = 100 km
Hitung berapa kekuatan interaksi A- B dan A- C
2. Jumlah penduduk kota A = 25.000
Jumlah penduduk kota B = 5.000
Jarak kota A- kota B = 150 km
Hit Dimana letak titik henti antara Kota A dan B
3 Hitung Berapa Indek konektivitas bila
a. jaringan jalan 10, kota 5
b. Jaringan jalan 3, kota 2
c. Jaringan jalan 8 kota 4
PERENCANAAN TATA RUANG
NASIONAL, PROVINSI DAN
KABUPATEN/KOTA
• Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang
yang disusun secara nasional, regional, dan lokal. Tata
ruang erat kaitannya dengan perencanaan, untuk melihat
struktur ruang pada kota. Pengertian tata ruang, diambil
dari buku Pengantar Hukum Tata Ruang (2016) karya
Yunus Wahid, merupakan ekspresi geografis yang
merupakan cermin lingkup kebijakan yang dibuat
masyarakat terkait dengan ekonomi, sosial dan
kebudayaan. Di Indonesia, konsep perencanaan tata
ruang dikembangkan dari masa ke masa. Dengan
gagasan bahwa pembangunan infrastruktur akan mampu
mempercepat terjadinya pengembangan wilayah. Pada
era 90-an, konsep pengembangan wilayah mulai
diarahkan untuk mengatasi kesenjangan wilayah.
Jenis perencanaan tata ruang
Perencanaan tata ruang terbagi menjadi tiga, yaitu: Perencanaan tata
ruang wilayah nasional Perencanaan tata ruang wilayah nasional sudah
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara yang
dijadikan acuan untuk perencanaan jangka panjang. Jangka waktu
perencanaan tata ruang wilayah nasional adalah 20 tahun. Selama lima
tahun sekali akan dilakukan peninjauan. Rencana tata ruang wilayah
nasional memuat: Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang
nasional. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional
Pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang di wilayah nasional.
Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor. Penetapan lokasi dan
fungsi ruang untuk investasi. Penataan ruang kawasan strategis nasional
Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten dan kota. Kebijakan dan
strategi penataan ruang wilayah nasional Kebijakan dan strategi penataan
ruang wilayah nasional meliputi kebijakan pengembangan struktur ruang
dan pola ruang.
• Struktur ruang wilayah nasional meliputi: Akses pelayanan
perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah
Kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air.
Pola ruang wilayah nasional memiliki tiga bagian, yaitu
kawasan lindung, kawasan budi daya, dan kawasan
strategis nasional. Dengan tujuan sebagai berikut: Tujuan
penataan ruang wiayah nasional mewujudkan beberapa
hal, di antaranya: Ruang wilayah nasional yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Keharmonisan
antara lingkungan alam dan lingkungan buatan
Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, laut, dan udara,
termasuk ruang di dalam bumi. Keterpaduan perencanaan
tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten atau
kota. Pemanfaatan sumber daya alam secara
berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
• Perencanaan tata ruang wilayah provinsi
Rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah provinsi.
Dalam penyusunan harus mengacu pada rencana tata ruang
wilayah nasional. Pedoman tersebut dalam bidang penataan
ruang dan rencana pembangunan jangka panjang daerah.
Rencana tata ruang wilayah provinsi memuat: Tujuan,
kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi
Rencana struktur ruang wilayah provinsi meliputi sistem
perkotaan yang berkaitan dengan kawasan pedesaan.
Penetapan kawasan strategis provinsi
Arahan pemanfaatan ruang wilayah yang berisi indikasi
program utama jangka menengah lima tahunan. Arahan tata
ruang wilayah provinsi yang berisi arahan peraturan zonasi
sistem provinsi, arahan perizinan, dan lainnya. Tujuan
penataan ruang wilayah provinsi merupakan arahan
perwujudan ruang wilayah provinsi yang diinginkan pada masa
yang akan datang
• Beberapa fungsi dari penataan ruang
wilayah provinsi adalah: Sebagai dasar
untuk memformulasi kebijakan dan strategi
penataan ruang wilayah provinsi.
Memberikan arah bagi penyusunan indikasi
program utama dalam rencana tata ruang
wilayah. Sebagai dasar dalam penetapan
arahan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah provinsi.
• Rencana tata ruang wilayah kabupaten atau kota
Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang Pasal 11 Ayat 2, pemerintah daerah kabupaten berwenang
dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten.
Penataan tersebut meliputi perencanaan tata ruang wilayah
kabupaten, pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kebupaten.
Fungsi rencana tata ruang wilayah kabupaten atau kota di
antaranya: Acuan dalam pemanfaatan ruang atau pengembangan
wilayah kabupaten atau kota. Acuan untuk mewujudkan
keseimbangan pembangunan dalam wilayah kabupaten atau kota.
Acuan dala penyusunan rencana pembangunan jangka panjang
daerah dan rencana pembangunan jangka menengah daerah.
Acuan lokasi investasi dalam rilayah kabupaten atau kota yang
dilakukan pemerintah, masyarakat, dan swasta. Pedoman untuk
penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kabupaten atau
kota. Acuan dalam administrasi pertahanan
• Manfaat rencana tata ruang wilayah terdapat
beberapa, yaitu:
Mewujudkan keterpaduan pembangunan
dalam wilayah kabupaten atau kota
Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah
kabupaten kota dengan wilayah sekitarnya
Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah
kabupaten atau kota yang berkualitas.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah arahan kebijakan dan
strategi pemanfaatan ruang wilayah negara yang dijadikan acuan untuk
perencanaan jangka panjang. Jangka waktu Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional adalah 20 (dua puluh) tahun, ditinjau kembali satu kali
dalam lima tahun.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) memuat:
• 1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;
• 2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;
• 3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di
wilayah nasional;
• 4. Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor;
• 5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
• 6. Penataan ruang kawasan strategis nasional;
• 7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional
• Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi
kebijakan pengembangan struktur ruang dan pola ruang.
Struktur ruang wilayah nasional:
• Akses pelayanan perkotaan dan pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah.
• Kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan
sumber daya air.

• Pola ruang wilayah nasional:


• Kawasan lindung.
• Kawasan budi daya.
• Kawasan strategis nasional.
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional
• Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:
• Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan;
• Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
• Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota;
• Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka negara kesatuan
republik indonesia;
• Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang
dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang;
• Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat;
• Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
• Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor;
• Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi
nasional.
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Provinsi
• Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi adalah rencana tata ruang yang bersifat
umum dari wilayah provinsi. Dalam penyusunannya
harus mengacu pada RTRWN, pedoman bidang
penataan ruang, dan rencana pembangunan jangka
panjang daerah.
Perencanaan Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota
• Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten/Kota adalah rencana tata ruang yang
bersifat umum dari wilayah kabupaten, yang berisi
tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah
kabupaten, rencana struktur ruang wilayah
kabupaten, rencana pola ruang wilayah
kabupaten, penetapan kawasan strategis
kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten, dan ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
PERMASALAHAN DALAM PENERAPAN
TATA RUANG WILAYAH
1. Jumlah penduduk yang sangat besar dan kemiskinan
2. Kesenjangan antar wilayah.
Penyelesaianya no 1 dan 2 : RTRWN (Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional) telah ditetapkan indonesia yang memuat 112 kawasan
dengan dua pertimbangan utama (regionalisasi dan pemerataan).
3. Bencana alam yang tinggi
Penyelesaianya : Indonesia perlu merubah manajemen bencana
dengan instrumen penataan ruang, yang bertujuan bukan hanya
untuk menghapuskan secara keseluruhan risiko dari bencana, tetapi
untuk mengurangi kerentanan, meminimalisasi dampak dan kerugian
potensial akibat bencana yang ditimbulkan.
4. Krisis pangan energi air
Penyelesaianya : kebijakan pelestarian sawah abadi sebagai
perlindungan lahan-lahan sawah beririgasi untuk mengatasi krisis
pangan. Selain kebijakan pelestarian sawah abadi, dapat juga dengan
mengoptimalkan lahan cadangan yang terdapat di luar Pulau Jawa,
seperti Bangka, Belitung, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan,
Sumatera Barat, Nanggroe Aceh Darussalam dan Nusa Tenggara
Barat.
5. Perubahan iklim.
• Penyelesaianya : diperlukan upaya
mitigasi serta adaptasi. Dalam
hubungannya dengan mitigasi, penataan
ruang dapat memberikan kontribusi yang
nyata dalam reduksi untuk pengaturan
emisi karbon
6. Tidak adanya ketegasan hukum bagi seorang yang
melanggar tata ruang.
Setiap orang yang melakukan penyimpangan
perencanaan tata ruang tidak pernah atau jarang
mendapatkan sanksi. Akibatnya, penyimpangan
penggunaan tata ruang dianggap biasa dan tidak punya
arti apa-apa. Kondisi ini berakibat pada kesemrawutan
pelaksanaan tata ruang wilayah.
7. Perencanaan tata ruang selalu disatukan dengan
rencana pengembangan.
Perencanaan tata ruang yang disatukan dengan rencana
pembangunan berakibat kesimpangsiuran karena
seharusnya perencanaan tata ruang dijadikan acuan
dalam rencana pembangunan.
8. Perencanaan tata ruang lebih banyak didominasi oleh
keputusan politik.
Tidak bisa dipungkiri bahwa stabilitas politik di Indonesia
masih kurang baik. Banyak pengambil kebijakan dan
keputusan memutuskan atau mengeluarkan kebijakan yang
tidak objektif. Terutama dalam bidang tata
ruang. Seharusnya perencanaan tata ruang mengacu pada
objektivitas karakteristik wilayah, bukan kebijakan politik.
Jika ini terjadi, maka akan menghasilkan pemanfaatan
lahan yang tidak maksimal. Biasanya hal ini terjadi dengan
kesepakatan serta pemberian uang secara sembunyi-
sembunyi.
9. Belum semua daerah di Indonesia mempunyai Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang sesuai dengan RTRW
Nasional.
Menurut catatan kementerian pekerjaan umum, pada
tahun 2015 baru 51% dari 34 provinsi di Indonesia yang
mempunyai Peraturan Daerah (perda) tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW). Tanpa peraturan daerah
yang jelas, pemerintah daerah akan mengalami kesulitan
dalam mengatur peruntukkan suatu wilayah dan
mengambil tindakan jika terjadi pelanggaran RTRW di
daerahnya.
Permasalahan di atas adalah sebagian kecil dari
permasalahan yang dapat muncul karena penataan ruang
dan perencanaan wilayah yang kurang baik. Jika penataan
ruang dan perencana wilayah dilakukan dengan tidak
baik, mungkin pada masa yang akan datang, dengan
pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, lahan
pertanian bisa saja habis untuk membangun perumahan
10. Pemerintah kurang memiliki kemampuan
untuk mengantisipasi persoalan persoalan tata
ruang dimasa yang akan datang
11. Terjadinya komplik kepentingan antara
sektor pertambangan, lingkungan hidup,
kehutanan dan prasarana wilayah
12.Rendahnya partisipasi masyarakat dalam
penataan ruang
Dampak dari pemanfaatan ruang yang tidak tepat
antara lain
- Kerusakan lingkungan
- Ketimpangan wilayah khususnya antara kota dan
desa sehingga menimbulkan urbanisasi,
perkembangan pinggiran kota yang tidak terarah,
kemiskinan, komplek kumuh, terbatasnya ruang
hijau, kemacetan lalu lintas
- kesenjangan sosial ekonomi, pemanfaatan ruang
yang tidak seimbang, yang kaya semakin kaya
- Konversi lahan, kawasan lindung menjadi kawasan
budidaya yg mengakibatkan kerusakan hutan.
Hilangnya lahan pertanian akibat pembangunan
industri dan pemukiman

Anda mungkin juga menyukai