wilayah Perwilayahan( Regionalisasi) adalah suatu penggolongan /pengelompokan , terhadap wilayah yg ada di muka bumi untuk keperluan suatu perencanaan atau tujuan tertentu. Pembagian unit geografis berdasarkan kedekatan, kemiripan, atau intensitas hubungan fungsional antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya sehingga terjalin saling ketergantungan. Dalam suatu program perencanaan, perwilayahan memiliki peran yang cukup penting. Hal ini karena perwilayahan sangat berguna untuk mengetahui variasi karakter dalam suatu wilayah tertentu. Definisi perwilayahan adalah usaha membagi-bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu. Perwilayahan di Indonesia berhubungan erat dengan pemerataan pembangunan dan mendasarkan pembagiannya pada sumberdaya lokal. Sehingga prioritas pembangunan dapat dirancang dan dikelola dengan baik. Tujuan pewilayahan : Untuk perencanaan pengembangan di Indonesia sebagai berikut: - Meratakan pembangunan untuk menghindari adanya pemusatan kegiatan pembangunan yang berlebihan di suatu daerah tertentu. - Menjamin keserasian dan koordinasi antara berbagai kegiatan pembangunan yang ada di tiap daerah. - Pengarahan pembangunan, bukan hanya untuk pemerintah, melainkan juga kepada masyarakat umum dan pengusaha. • Manfaat Perwilayahan (Regionalisasi)
Mengurutkan dan menyederhanakan
informasi mengenai keanekaragaman dan gejala atau fenomena di permukaan bumi. Untuk meratakan pembangunan di semua wilayah sehingga dapat mengurangi kesenjangan antar wilayah. Pengembangan wilayah bertujuan untuk kemakmuran wilayah dengan memberdayakan seluruh potensi yang ada secara optimal dengan mengupayakan keserasian dan keseimbangan pembangunan antar daerah sehingga dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat. Perkembangan wilayah merupakan upaya pembangunan pada suatu wilayah untuk mencapai pembangunan yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan berbagai sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya kelembagaan, sumber daya teknologi dan prasarana fisik secara efektif. Tujuan perencanaan wilayah adalah menciptakan kehidupan yang efisien, nyaman, serta lestari dan pada tahap akhirnya menghasilkan rencana yang menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang direncanakan, baik oleh pihak pemerintah ataupun oleh pihak swasta. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk: a. mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan; b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; Apa yang dimaksud dengan perencanaan dan perencanaan pembangunan? • Selanjutnya Tjokroamidjojo (1984), mengartikan perencanaan pembangunan adalah sebagai suatu pengarahan penggunaan sumber sumber pembangunan (termasuk sumber-sumber ekonomi) yang terbatas adanya, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu berdasarkan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara efektif dan efisien. • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah) merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP Daerah) dan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM Nasional) • Definisi lain dari perencanaan adalah pemikiran hari depan, perencanaan berarti pengelolaan, pembuat keputusan, suatu prosedur yang formal untuk memperoleh hasil nyata, dalam berbagai bentuk keputusan menurut sistem yang terintegrasi. Perencanaan adalah suatu rangkaian persiapan tindakan untuk mencapai tujuan. Pengertian Pembangunan Wilayah adalah Upaya mencapai pembangunan berimbang (balance development), seperti terpenuhinya potensi- potensi pembangunan sesuai dengan kapasitas pembangunan setiap wilayah atau daerah yang beragam. Merupakan kelompok penelitian yang memfokuskan pada analisis, perencanaan dan pengembangan sumberdaya lahan, penataan ruang dan wilayah bagi tercapainya tujuan-tujuan pembangunan yang produktif, berkelanjutan dan berkeadilan. • Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. • Pembangunan berdimensi wilayah atau berbasis wilayah, dalam konteks ekonomi makro sering disebut sebagai pembangunan ekonomi regional. • Konsep inilah yang sering diusung dalam implementasi otonomi daerah, yang lebih berfokus pada pembangunan ekonomi daerah masing-masing, di tingkat provinsi maupun kabupaten kota. Pembangunan Wilayah Pembangunan adalah upaya secara sadar dari manusia untuk memanfaatkan lingkungan dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan adanya pembangunan, kehidupan dan kesejahteraan manusia dapat meningkat. Tujuan pembangunan dapat tercapai dengan memerhatikan berbagai permasalahan, di antaranya: • Pengendalian pertumbuhan penduduk dan kualitas sumber daya manusia. • Pemeliharaan daya dukung lingkungan. • Pengendalian ekosisitem dan jenis spesies sebagai sumber daya bagi pembangunan. • Pengembangan industri. • Mengantisipasi krisis energi sebagai penopang utama industrialisasi. • Dalam proses pembangunan ekonomi nasional, tidak terlepas dari pembangunan ekonomi daerah atau regional. Pembangunan ekonomi daerah adalah proses yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk pola kemitraan pemerintah daerah dan sektor swasta dalam menciptakan lapangan kerja baru dan perangsang pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi daerah dipengaruhi oleh keunggulan komparatif suatu daerah, spesialisasi wilayah, serta potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut . Pembangunan wilayah adalah upaya mencapai pembangunan berimbang (balance development). Isu pembangunan wilayah atau daerah berimbang yaitu tidak mengharuskan adanya kesamaan tingkat pembangunan antar daerah (equally developed), juga tidak menuntut pencapaian tingkat industrialisasi wilayah atau daerah yang seragam, juga bentuk-bentuk keseragaman pola dan struktur ekonomi daerah, atau juga tingkat pemenuhan kebutuhan dasar (self sufficiency) setiap wilayah atau daerah. Pembangunan yang berimbang adalah terpenuhinya potensi potensi pembangunan sesuai dengan kapasitas pembangunan setiap wilayah atau daerah yang beragam Menurut Rancangan Awal RPJMN 2015-2019, isu utama pembangunan wilayah nasional adalah masih besarnya kesenjangan antarwilayah, khususnya kesenjangan pembangunan antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Itulah sebabnya arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat pengurangan kesenjangan pembangunan antar wilayah. • Ada 7 (tujuh) wilayah pembangunan di Indonesia yang didasarkan pada potensi dan keunggulan daerah, serta lokasi geografis yang strategis di masing-masing wilayah. Adapun tema pengembangan wilayah di setiap wilayah adalah sebagai berikut. a) Pembangunan Wilayah Pulau Papua sebagai “lumbung pangan melalui pengembangan industri berbasis komoditas tanaman pangan serta pengembangan peternakan dan tanaman nonpangan; percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan pariwisata bahari; serta lumbung energi di Kawasan Timur Indonesia melalui pengembangan minyak, gas bumi, dan tembaga”. • b) Pembangunan Wilayah Kepulauan Maluku sebagai “produsen makanan laut dan lumbung ikan nasional dengan percepatan pembangunan perekonomian berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri berbasis komoditas perikanan; serta pengembangan industri pengolahan berbasis nikel dan tembaga". • c) Pembangunan Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara sebagai “pintu gerbang pariwisata ekologis; penopang pangan nasional dengan percepatan pembangunan perekonomian berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perikanan, garam, dan rumput laut; pengembangan industri berbasis peternakan; serta pengembangan industri mangan dan tembaga". • d) Pembangunan Wilayah Pulau Sulawesi sebagai “salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional dan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia dengan pengembangan industri berbasis logistik; serta lumbung pangan nasional dengan pengembangan industri berbasis kakao, padi, jagung; dan pengembangan industri berbasis rotan, aspal, nikel, dan bijih besi; serta percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perikanan dan pariwisata bahari”. • e) Pembangunan Wilayah Pulau Kalimantan sebagai “salah satu paru- paru dunia dengan mempertahankan luasan hutan Kalimantan; dan lumbung energi nasional dengan pengembangan hilirisasi komoditas batu bara; serta pengembangan industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet, bauksit, bijih besi, gas alam cair, pasir zirkon dan pasir kuarsa, serta pengembangan food estate". • f) Pembangunan Wilayah Pulau Jawa-Bali sebagai “lumbung pangan nasional dan pendorong sektor industri dan jasa nasional dengan pengembangan industri makanan-minuman, tekstil, otomotif, alutsista, telematika, kimia, alumina, dan besi baja; salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia dengan pengembangan ekonomi kreatif; serta percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perkapalan dan pariwisata bahari”. • g) Pembangunan Wilayah Pulau Sumatra sebagai “salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional dan lumbung energi nasional, diarahkan untuk pengembangan hilirisasi komoditas batu bara, serta industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet, timah, bauksit, dan kaolin”. Pembagian Pembangunan Wilayah di Indonesia • Pembagian wilayah ditujukan untuk pemantapan dalam perumusan dan pengarahan kegiatan pembangunan. Hal tersebut bertujuan agar pelaksanaan pembangunan bisa berjalan serasi dan seimbang, baik di dalam wilayah pembangunan maupun antarwilayah pembangunan di seluruh Indonesia. • Pembangunan Indonesia berpusat di wilayah-wilayah tertentu, yang dinilai sebagai kawasan sentral untuk menarik daerah-daerah di sekitarnya. Dari kawasan sentral, diharapkan proses pembangunan dan hasil-hasilnya akan menjalar ke seluruh Indonesia. • Pembangunan nasional dilaksanakan melalui sistem regionalisasi atau perwilayahan dengan kota-kota utama sebagai kutub atau pusat pertumbuhan. • Tujuan akhir pembagian wilayah pembangunan ini adalah pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.
Tujuan akhir pembagian wilayah pembangunan ini adalah
pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Pengembangan Wilayah • Pengembangan wilayah merupakan salah satu cara untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan pembangunan. • Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018, maka pengembangan wilayah akan ditujukan pada pertumbuhan dan pemerataan pembangunan. Pertumbuhan pembangunan daerah pada tahun 2018 akan didorong melalui pertumbuhan peranan sektor jasa-jasa, sektor industri pengolahan dan sektor pertanian. Peningkatan kontribusi sektor-sektor tersebut dilakukan seiring dengan terus dikembangkannya kawasan-kawasan strategis di wilayah yang menjadi main prime mover (pendorong pertumbuhan utama) antara lain Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Industri, Kawasan Perkotaan (megapolitan dan metropolitan), Kawasan Pariwisata serta Kawasan yang berbasis pertanian dan potensi wilayah seperti agropolitan dan minapolitan( kawasan ekonomi berbasis kelautan dan PEMBANGUNAN WILAYAH
Modal dasar pembangunan antara lain sumber
daya manusia yang berkualitas dan sumber daya alam yang melimpah. Dalam arah kebijakan pembangunan harus lebih meningkatkan pendayagunaan sumber daya manusia, sumber daya alam, serta sumber pembangunan lainnya dengan tetap memperhatikan dan memelihara kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup. Perencanaan pembangunan wilayah tidak terlepas dari yang sudah ada saat ini di wilayah tersebut. Pelaku dan pencipta kegiatan wilayah adalah seluruh masyarakat yang ada di wilayah tersebut dan pihak luar yang juga turut berperan. Pelakunya antara lain pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, pemda kabupaten/kota, investor asing, pengusaha swasta, BUMN, BUMD, koperasi dan masyarakat umum. Perencanaan pembangunan wilayah adalah suatu pemanfaatan ruang wilayah dengan cara mengoptimalkan fungsi wilayah untuk pengembangan potensi wilayah tersebut. Dan bagaimana mencapai perbaikan kondisi ekonomi, dengan memanfaatkan sumber daya setempat. Tujuan pembangunan itu untuk menyerasikan berbagai kegiatan pembangunan sektor ,sehingga pemanfaatan sumberdaya itu menjadi optimal dan mendukung peningkatan kehidupan masyarakat dengan pembangunan tersebut. Perkembangan yang dialami setiap daerah berbeda beda. Hal ini bergantung pada potensi daerah, lokasi, sarana tranportasi,serta sumber daya manusia yang ada di daerah tersebut. Untuk mengidentifikasi wilayah pertumbuhan suatu daerah didasarkan pada : Pertumbuhan ekonomi, laju pertumbuhan penduduk, perkembangan pemukiman dan penggunaan lahan, tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat, penggunaan teknologi dan kemampuan penggunaan teknologi, budaya yang berkembang dalam masyarakat Pendekatan regional melihat pemanfaatan ruang serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang. Akan terlihat perbedaan fungsi ruang yang satu dengan fungsi ruang yang lain dan bagaimana antar ruang itu berinteraksi untuk tercapainya kehidupan efisien dan nyaman. Pembangunan wilayah indonesia pada awalnya menerapkan pendekatan kutub pertumbuhan perencanaan yang sentralis. Kutub pertumbuhan ini menjadi 4 wilayah pembangunan utama, Medan, Jakarta, Surabaya, Makassar. Pembangunan wilayah mengacu pada kota sebagai pusat industri yang membentuk keterkaitan antar kota. Kegiatan pembangunan tersebar diseluruh pelosok tanah air. a. Pembangunan Pedesaan Terdapat beberapa konsep pembangunan wilayah pedesaan menggunakan pendekatan keruangan yaitu Desa Pusat Pertumbuhan, Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa, Agropolitan Distrik Dalam pengembangan wilayahnya pembangunan pedesaan memiliki 3 unsur penting, pusat, wilayah pengaruh, dan jaringan transportasi. Desa yang memiliki potensi diberikan fungsi pusat pertumbuhan, atau Desa Pusat Pertumbuhan. Dan desa jangkauan pengaruhnya disebut Desa Hinterland. Jangkauan Pelayanan pembangunan dalam suatu pengaruh Daerah Pusat pembangunan disebut kawasan pusat pertumbuhan desa. Agropolitan yaitu desa yang berada dilahan pertanian. Agropolitan merupakan kawasan pertanian yang melayani pengembangan daerah pertanian yang menjadi wilayah pengaruhnya dan melayani pemasaran produksi pertanian yang dihasilkan untuk di kirim keluar daerah. Pembangunan pedesaan diarahkan pada : Pemanfaatan ketahanan pangan, penciptaan kegiatan ekonomi lokal secara beragam, peningkatan dan memperluas lapangan kerja, penguatan kelembagaan desa, peningkatan partisipasi masyarakat, meningkatkan kelestarian lingkungan hidup. b. Pembangunan perkotaan Pembangunan perkotaan mulai terencana ,namun masih terbatas pada kota besar sebagai CBD (Central Business Distric).Sejak otonomi daerah pembangunan perkotaan diurus pemerintah kota. Indikator keberhasilan pembangunan kota yaitu tingkat perekonomian yang merata, kelestarian lingkungan hidup, keseimbangan pembangunan dan optimalisasi pemanfaatan ruang. Program pembangunan perkotaan antara lain program perbaikan kampung. Penyediaan sarana prasarana diarahkan pada penyelengaraan fungsi kota yaitu pengadaan tempat tinggal, tempat bekerja, sistem transportasi, rekreasi. Prasaranan perkotaan meliputi jalan, jembatan, air bersih, ruang parkir dan taman kota. Sarana perkotaan antara lain, terminal ,pasar, pemadam kebakaran. Fasilitas pelayanan ekonomi yaitu bank, pertokoan, hotel, restoran Fasilitas pelayanan sosial yaitu perumahan, pendidikan, kesehatan, olahraga dan rekreasi. Kota merupakan pusat pertumbuhan .Kota mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pola pembangunan kota didasarkan atas : - Aspek topografi : kota pegunungan, kota dataran tinggi, kota dataran rendah, kota pesisir - Aspek kegiatan ekonomi : Kota Pariwisata,Industri,perdagangan - Aspek tingkat perkembangan kota PERTUMBUHAN WILAYAH Wilayah atau region di permukaan bumi memiliki pusat pusat pertumbuhan. Pusat pertumbuhan (Growth pole) adalah suatu wilayah atau kawasan yang pertumbuhan pembangunannya sangat pesat, terdapat aktivitas ekonomi yang komersial dan produktivitas tinggi sehingga dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah lain di sekitarnya. Pertumbuhan yang terjadi di setiap wilayah tidaklah merata. Mengapa demikian ? Karena adanya perbedaan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, jaringan transportasi dan komunikasi, aksesibilitas, serta keadaan dan letak wilayah yang berbeda. Perkembangan yang terjadi pada suatu kawasan di muka bumi dapat diidentifikasi melalui pusat pusat pertumbuhan. a. Potensi Wilayah Pusat pertumbuhan suatu wilayah dapat diidentifikasikan berdasarkan potensi wilayah. Potensi suatu wilayah dapat dilihat dari berbagai sektor kehidupan baik sektor fisik maupun sosial budaya yang terdapat di wilayah tersebut. Dalam mengidentifikasi potensi suatu wilayah agar menjadi pusat pertumbuhan dapat dilakukan dengan cara menginventarisir potensi utama yang ada di daerah tersebut. Misalnya pulau Bali memiliki potensi utama wisata alam dan sosial budaya. b. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory) Teori tempat sentral menurut Walter Christaller merupakan pegembangan teori lokasi . Teori Christaller bertitik tolak dari letak perdagangan dan pelayanan dalam sebuah kota seperti rumah sakit, sekolah, bank, dsb. Semakin besar pusat pelayanan atau perdagangan maka semakin luas penduduk yang terlayani. Oleh karena itu pusat pelayanan biasanya membentuk hierarki dari yang besar, sedang, kecil sesuai kemampuan melayani. Tempat sentral pada umumnya berupa ibukota provinsi, ibukota kabupaten, yang dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai sehingga dapat menarik penduduk sekitar untuk mengunjunginya. Contoh kota provinsi menjadi daya tarik kota kabupaten dsb Tempat sentral seperti ibukota provinsi, kota kabupaten dengan berbagai sarana dan prasarana yang dimiliki mempunyai pengaruh yang berbedabeda sesuai dengan besar kecilnya wilayah tersebut sehingga terdapat hierarki tempat sentral. • Teori kutub pertumbuhan .Teori pusat pertumbuhan pertama kali dikembangan oleh Perroux pada 1955. Dia melakukan pengamatan terhadap proses pembangunan. Bahwa kenyataannya, perkembangan di mana pun bukanlah merupakan suatu proses yang terjadi secara sentral, melainkan muncul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda. Tempat atau kawasan yang menjadi pusat pembangunan dinamakan pusat atau kutub pertumbuhan. • Dari kutub-kutub inilah, proses pembangunan akan menyebar ke wilayah-wilayah lain disekitar. Adanya pusat-pusat pertumbuhan memengaruhi kehidupan manusia, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan. Pusat-pusat tersebut memengaruhi sektor ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat. Hadirnya pusat-pusat pertumbuhan berdampak langsung terhadap kegiatan ekonomi masyarakat. Hal ini ditandai oleh peluang kerja di berbagai sektor dan pergerakan arus barang antarpusat. • Pusat pertumbuhan juga memengaruhi bidang sosial dan budaya. Terlihat dari perkembangan iptek dan informasi, serta sosial menyangkut kesehatan, perumahan, transportasi, tenaga kerja, penduduk, dan pariwisata. • Teori tempat yang sentral .Oleh ahli geografi asal Jerman, Walter Christaller. Dia mengadakan studi persebaran permukiman, desa, dan kota yang berbeda ukuran luasnya.
• Menurut teori ini, suatu lokasi pusat aktivitas yang
melayani berbagai kebutuhan penduduk terletak pada suatu tempat yang sentral. • Tempat yang sentral yaitu suatu kawasan yang memungkinkan partisipasi manusia dalam jumlah maksimum. Baik yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun menjadi konsumen. Berdasarkan teori ini, tempat yang sentral merupakan tuatu titik simpul dari suatu bentuk hexagonal atau segienam. Daerah yang berada di pusat sebuah tempat dikelilingi oleh enam wilayah yang terletak di setiap sudut dalam bangun heksagon. Sepertiga luas dari setiap wilayah masuk kedalam wilayah heksagon. Jadi keseluruhan wilayahnya adalah tempat yang berada dalam daerah heksagon K=3 Disebut prinsip pemasaran. Atau pasar yang selalu menyediakan barang barang bagi daerah sekitarnya secara optimal. Hal ini terjadi bila bentuk permukaan Bumi relatif seragam, tingkat ekonomi penduduk relatif homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi primer. Contoh menghasilkan padi, kayu ,batubara Daerah pusat dikelilingi enam wilayah pusat yang tidak terletak sudut sudut bangun heksagon. Luas keenam wilayah tersebut terbagi menjadi dua, setengah wilayah masuk dalam wilayah heksagon dan setengahnya lagi masuk ke wilayah daerah tetangganya. Atau daerah tersebut dan daerah sekitarnya dipengaruhi oleh tempat sentral yang selalu memberikan kemungkinan lalu lintas yang efisien K = 1 + ( 6 x ½) = 4 Daerah pusat dikelilingi oleh tujuh wilayah pusat yang terletak di dalam pusat bangun heksagon. Jadi K = 1 + (6 x 1) +7 Situasi administrasi optimum. Disini terlihat adanya perbedaan yang jelas antara susunan tempat sentral yang lebih tinggi dan tempat yang lebih rendah 1. Teori gravitasi/interaksi wilayah Teori ini dipergunakan untuk menganalisis besarnya interaksi antar wilayah secara kuantitatif. Besarnya kekuatan interaksi dapat diwujudkan dalam besarnya perpindahan atau trasnportasi dan komunikasi antara dua wilayah
I 1.2 = kekuatan interaksi daerah 1 dan 2
k = konstanta (umumnya 1) P1 = jumlah penduduk wilayah 1 P2 = jumlah penduduk wilayah 2 J1-2 = jarak mutlak antara wilayah 1 dan 2 Contoh Soal: • Diketahui jumlah penduduk kota Kuningan adalah 50.000 jiwa dan kota Sumedang adalah 40.000 jiwa. Jarak antara kota Kuningan dengan kota Sumedang adalah 1.000 km. Berapakah kekuatan interaksi antara kedua kota tersebut? Jawab: • I¹-² = k x P1 . P2 (J 1-2)² = 1 x 50.000 . 40.000 (1000) ² = 1 X 2.000.000.000 1.000.000 = 2.000 • Jadi nilai interaksi kota Kuningan dengan kota Sumedang adalah 2.000. 2. Teori Titik Henti Teori ini memperkirakan lokasi garis perbatasan yang memisahkan wilayah perdagangan di sekitar dua kota yang berbeda. Selain itu teori ini dapat digunakan untuk memperkirakan penempatan lokasi industri atau pelayanan sosial masyarakat antara dua wilayah sehingga mudah dijangkau oleh penduduk. Penempatan dilakukan di antara dua wilayah yang berbeda jumlah penduduknya agar terjangkau oleh penduduk setiap wilayah. RUMUS
Keterangan: =jarak lokasi titik henti yang dikur dari kota atau wilayah yang jumlah penduduknya lebih kecil daripada kota A =Jarak antara daerah A dengan B
= Jarak penduduk wilayah B
Contoh: Jumlah penduduk wilayah A= 35.000 dan B= 55.000, sedangkan jarak antara A dan B= 65 km. Dari data tersebut, hitunglah jarak titik hentinya? km A 3. Potensi Penduduk Potensi penduduk adalah ukuran untuk melihat kekuatan potensi aliran pada tiap-tiap lokasi. Indeks potensi penduduk(PP) juga dapat mengukur kemungkinan penduduk disuatu wilayah untuk melakukan interaksi dengan wilayah-wilayah lainnya.
Keterangan:
k = konstanta yang nilainya = 1
4. Teori Grafik/Indeks Konektivitas Teori grafik dikemukakan oleh K.J Kansky dalam tulisannya yang berjudul structure of transportasion network. Teori ini diterapkan dalam geografi untuk menetukan daya dukung secara fungsional berdasarkan arah dan interaksi arus atau interaksi antar wilayah inti dan wilayah diluar inti. Wilayah dengan jaringan transportasi yang kompleks memiliki pola interaksi keruangan yang lebih tinggi jika dibandingan dengan wilayah yang memiliki jaringan transportasi yang sederhana, seperti jaringan jalan yang lurus tanpa cabang. Teori grafik didasarkan pada perhitungan koneksivitas jaringan transportasi dengan menggunakan indeks ß, yaitu rasio antara jumlah rute dalam suatu sistem transportasi (e) dibagi dengan jumlah titik atau simpul kota (v). ß= Keterangan : ß= koneksivitas jaringan jalan e=jumlah rute jalan raya v=jumlah simpul kota • Diketahui : Wilayah A: e = 9, v = 6 Wilayah B: e = 10, v = 7 Ditanyakan: indeks konektivitas (β)? 2 kota, 1 jalan raya = ½ 3 kota, 3 jalan raya = 3/3 =1 5 kota, 7 jalan raya = 7/5 = 1,4 Tugas 1. Jumlah penduduk kota A = 25.000 Jumlah penduduk kota B = 5.000 Jumlah penduduk kota C = 50.000 Jarak kota A – kota B = 150 km Jarak kota A – kota C = 100 km Hitung berapa kekuatan interaksi A- B dan A- C 2. Jumlah penduduk kota A = 25.000 Jumlah penduduk kota B = 5.000 Jarak kota A- kota B = 150 km Hit Dimana letak titik henti antara Kota A dan B 3 Hitung Berapa Indek konektivitas bila a. jaringan jalan 10, kota 5 b. Jaringan jalan 3, kota 2 c. Jaringan jalan 8 kota 4 PERENCANAAN TATA RUANG NASIONAL, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA • Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang yang disusun secara nasional, regional, dan lokal. Tata ruang erat kaitannya dengan perencanaan, untuk melihat struktur ruang pada kota. Pengertian tata ruang, diambil dari buku Pengantar Hukum Tata Ruang (2016) karya Yunus Wahid, merupakan ekspresi geografis yang merupakan cermin lingkup kebijakan yang dibuat masyarakat terkait dengan ekonomi, sosial dan kebudayaan. Di Indonesia, konsep perencanaan tata ruang dikembangkan dari masa ke masa. Dengan gagasan bahwa pembangunan infrastruktur akan mampu mempercepat terjadinya pengembangan wilayah. Pada era 90-an, konsep pengembangan wilayah mulai diarahkan untuk mengatasi kesenjangan wilayah. Jenis perencanaan tata ruang Perencanaan tata ruang terbagi menjadi tiga, yaitu: Perencanaan tata ruang wilayah nasional Perencanaan tata ruang wilayah nasional sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara yang dijadikan acuan untuk perencanaan jangka panjang. Jangka waktu perencanaan tata ruang wilayah nasional adalah 20 tahun. Selama lima tahun sekali akan dilakukan peninjauan. Rencana tata ruang wilayah nasional memuat: Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional Pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang di wilayah nasional. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi. Penataan ruang kawasan strategis nasional Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten dan kota. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan pengembangan struktur ruang dan pola ruang. • Struktur ruang wilayah nasional meliputi: Akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah Kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air. Pola ruang wilayah nasional memiliki tiga bagian, yaitu kawasan lindung, kawasan budi daya, dan kawasan strategis nasional. Dengan tujuan sebagai berikut: Tujuan penataan ruang wiayah nasional mewujudkan beberapa hal, di antaranya: Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, laut, dan udara, termasuk ruang di dalam bumi. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten atau kota. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. • Perencanaan tata ruang wilayah provinsi Rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah provinsi. Dalam penyusunan harus mengacu pada rencana tata ruang wilayah nasional. Pedoman tersebut dalam bidang penataan ruang dan rencana pembangunan jangka panjang daerah. Rencana tata ruang wilayah provinsi memuat: Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi Rencana struktur ruang wilayah provinsi meliputi sistem perkotaan yang berkaitan dengan kawasan pedesaan. Penetapan kawasan strategis provinsi Arahan pemanfaatan ruang wilayah yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan. Arahan tata ruang wilayah provinsi yang berisi arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, dan lainnya. Tujuan penataan ruang wilayah provinsi merupakan arahan perwujudan ruang wilayah provinsi yang diinginkan pada masa yang akan datang • Beberapa fungsi dari penataan ruang wilayah provinsi adalah: Sebagai dasar untuk memformulasi kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah provinsi. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam rencana tata ruang wilayah. Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi. • Rencana tata ruang wilayah kabupaten atau kota Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Pasal 11 Ayat 2, pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten. Penataan tersebut meliputi perencanaan tata ruang wilayah kabupaten, pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kebupaten. Fungsi rencana tata ruang wilayah kabupaten atau kota di antaranya: Acuan dalam pemanfaatan ruang atau pengembangan wilayah kabupaten atau kota. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah kabupaten atau kota. Acuan dala penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah dan rencana pembangunan jangka menengah daerah. Acuan lokasi investasi dalam rilayah kabupaten atau kota yang dilakukan pemerintah, masyarakat, dan swasta. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kabupaten atau kota. Acuan dalam administrasi pertahanan • Manfaat rencana tata ruang wilayah terdapat beberapa, yaitu: Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kabupaten atau kota Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kabupaten kota dengan wilayah sekitarnya Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah kabupaten atau kota yang berkualitas. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara yang dijadikan acuan untuk perencanaan jangka panjang. Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah 20 (dua puluh) tahun, ditinjau kembali satu kali dalam lima tahun. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) memuat: • 1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; • 2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional; • 3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional; • 4. Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor; • 5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; • 6. Penataan ruang kawasan strategis nasional; • 7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional • Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang wilayah nasional: • Akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah. • Kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air.
• Pola ruang wilayah nasional:
• Kawasan lindung. • Kawasan budi daya. • Kawasan strategis nasional. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional • Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan: • Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan; • Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; • Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; • Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia; • Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang; • Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; • Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah; • Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; • Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional. Perencanaan Tata Ruang Wilayah Provinsi • Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah provinsi. Dalam penyusunannya harus mengacu pada RTRWN, pedoman bidang penataan ruang, dan rencana pembangunan jangka panjang daerah. Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota • Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten, yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kabupaten, rencana struktur ruang wilayah kabupaten, rencana pola ruang wilayah kabupaten, penetapan kawasan strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. PERMASALAHAN DALAM PENERAPAN TATA RUANG WILAYAH 1. Jumlah penduduk yang sangat besar dan kemiskinan 2. Kesenjangan antar wilayah. Penyelesaianya no 1 dan 2 : RTRWN (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional) telah ditetapkan indonesia yang memuat 112 kawasan dengan dua pertimbangan utama (regionalisasi dan pemerataan). 3. Bencana alam yang tinggi Penyelesaianya : Indonesia perlu merubah manajemen bencana dengan instrumen penataan ruang, yang bertujuan bukan hanya untuk menghapuskan secara keseluruhan risiko dari bencana, tetapi untuk mengurangi kerentanan, meminimalisasi dampak dan kerugian potensial akibat bencana yang ditimbulkan. 4. Krisis pangan energi air Penyelesaianya : kebijakan pelestarian sawah abadi sebagai perlindungan lahan-lahan sawah beririgasi untuk mengatasi krisis pangan. Selain kebijakan pelestarian sawah abadi, dapat juga dengan mengoptimalkan lahan cadangan yang terdapat di luar Pulau Jawa, seperti Bangka, Belitung, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Nanggroe Aceh Darussalam dan Nusa Tenggara Barat. 5. Perubahan iklim. • Penyelesaianya : diperlukan upaya mitigasi serta adaptasi. Dalam hubungannya dengan mitigasi, penataan ruang dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam reduksi untuk pengaturan emisi karbon 6. Tidak adanya ketegasan hukum bagi seorang yang melanggar tata ruang. Setiap orang yang melakukan penyimpangan perencanaan tata ruang tidak pernah atau jarang mendapatkan sanksi. Akibatnya, penyimpangan penggunaan tata ruang dianggap biasa dan tidak punya arti apa-apa. Kondisi ini berakibat pada kesemrawutan pelaksanaan tata ruang wilayah. 7. Perencanaan tata ruang selalu disatukan dengan rencana pengembangan. Perencanaan tata ruang yang disatukan dengan rencana pembangunan berakibat kesimpangsiuran karena seharusnya perencanaan tata ruang dijadikan acuan dalam rencana pembangunan. 8. Perencanaan tata ruang lebih banyak didominasi oleh keputusan politik. Tidak bisa dipungkiri bahwa stabilitas politik di Indonesia masih kurang baik. Banyak pengambil kebijakan dan keputusan memutuskan atau mengeluarkan kebijakan yang tidak objektif. Terutama dalam bidang tata ruang. Seharusnya perencanaan tata ruang mengacu pada objektivitas karakteristik wilayah, bukan kebijakan politik. Jika ini terjadi, maka akan menghasilkan pemanfaatan lahan yang tidak maksimal. Biasanya hal ini terjadi dengan kesepakatan serta pemberian uang secara sembunyi- sembunyi. 9. Belum semua daerah di Indonesia mempunyai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang sesuai dengan RTRW Nasional. Menurut catatan kementerian pekerjaan umum, pada tahun 2015 baru 51% dari 34 provinsi di Indonesia yang mempunyai Peraturan Daerah (perda) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Tanpa peraturan daerah yang jelas, pemerintah daerah akan mengalami kesulitan dalam mengatur peruntukkan suatu wilayah dan mengambil tindakan jika terjadi pelanggaran RTRW di daerahnya. Permasalahan di atas adalah sebagian kecil dari permasalahan yang dapat muncul karena penataan ruang dan perencanaan wilayah yang kurang baik. Jika penataan ruang dan perencana wilayah dilakukan dengan tidak baik, mungkin pada masa yang akan datang, dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, lahan pertanian bisa saja habis untuk membangun perumahan 10. Pemerintah kurang memiliki kemampuan untuk mengantisipasi persoalan persoalan tata ruang dimasa yang akan datang 11. Terjadinya komplik kepentingan antara sektor pertambangan, lingkungan hidup, kehutanan dan prasarana wilayah 12.Rendahnya partisipasi masyarakat dalam penataan ruang Dampak dari pemanfaatan ruang yang tidak tepat antara lain - Kerusakan lingkungan - Ketimpangan wilayah khususnya antara kota dan desa sehingga menimbulkan urbanisasi, perkembangan pinggiran kota yang tidak terarah, kemiskinan, komplek kumuh, terbatasnya ruang hijau, kemacetan lalu lintas - kesenjangan sosial ekonomi, pemanfaatan ruang yang tidak seimbang, yang kaya semakin kaya - Konversi lahan, kawasan lindung menjadi kawasan budidaya yg mengakibatkan kerusakan hutan. Hilangnya lahan pertanian akibat pembangunan industri dan pemukiman