DAN GEOSPASIAL
Pembangunan
berbasis wilayah
PERTEMUAN KE 6
Penataan Ruang di Indonesia
Untuk mewujudkan Konsep pengembangan wilayah yang memuat tujuan, sasaran, yang bersifat kewilayahan,
dapat ditempuh melalui upaya penataan ruang yang terdiri dari 3 proses, yakni :
1. Proses perencanaan tata ruang wilayah, yang menghasilkan rencana tata ruang wilayah (RTRW). Disamping sebagai
“guidance of future actions” RTRW pada dasarnya merupakan bentuk intervensi yang dilakukan agar interaksi
manusia/makhluk hidup dengan lingkungannya dapat berjalan serasi, selaras, seimbang untuk tercapainya
kesejahteraan manusia/makhluk hidup serta kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan (development
sustainability).
2. Proses pemanfaatan ruang, yang merupakan wujud operasionalisasi rencana tata ruang atau pelaksanaan
pembangunan itu sendiri,
3. Proses pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas mekanisme perizinan dan penertiban terhadap pelaksanaan
pembangunan agar tetap sesuai dengan RTRW dan tujuan penataan ruang wilayahnya
Penataan Ruang di Era Otonomi
Daerah
Privatisasi, yang merupakan pengalihan kewenangan dari pemerintah kepada organisasi non-pemerintah baik yang
berorientasi profit maupun non-profit. Dengan berlakunya UU tentang Otonomi Daerah, pelaksanaan kegiatan
pengembangan wilayah dan pembangunan perkotaan dilaksanakan dengan pendekatan bottom-up dan melibatkan
semua pelaku pembangunan pada setiap tahap pembangunan. Pengembangan wilayah dan pembangunan
perkotaan secara realistis memperhatikan tuntutan dunia usaha dan masyarakat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan sarana dan prasarana sehingga aktivitas perekonomian dalam wilayah atau kawasan dapat berjalan
dengan baik, yang selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sekaligus untuk menjaga dan
meningkatkan mutu lingkungan.
Pertama, adalah dengan memfasilitasi peningkatan
kemampuan pemerintah daerah.
1. Pemerintah memfasilitasi dengan cara pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi. Salah satu
contoh penting untuk tersebut adalah adanya pedoman standar pelayanan minimal untuk bidang penataan ruang dan
permukiman yang dikeluarkan oleh instasi kementerian terkait. Namun demikian, fasilitasi tersebut secara konsisten
tetap memperhatikan ide dan gagasan asli yang bersumber dari masyarakat dan pelaku pembangunan
perkotaan. Pemerintah pusat merupakan “penjaga” kepentingan nasional.
2. Pemerintah pusat juga mengeluarkan kerangka perencanaan makro seperti struktur tata ruang nasional. Dalam konteks
pengembangan wilayah, Pemerintah Kabupaten/Kota harus memposisikan dirinya sebagai “pengemban amanat” di
wilayahnya. Terkait dengan prinsip dasar di atas, pemerintah harus mengupayakan bentukbentuk partisipasi yang
efektif dan produktif. Pemerintah pusat dalam hal ini adalah fasilitator untuk pencapaian community driven planning
tersebut.
Dengan demikian proses pelaksanaan
pengembangan wilayah dan kota diharapkan akan
mencapai hasil secara efektif dengan
memanfaatkan sumber daya secara efisien dan
ditangani melalui kegiatan penataan ruang.
Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan Penataan Ruang
Dalam merespons berbagai isu dan tantangan pembangunan yang aktual dalam era otonomi daerah, maka keberadaan visi
penyelenggaraan penataan ruang yang tegas menjadi sangat penting. Dalam RAKERNAS – BKTRN di Surabaya yang
lalu, Menko Perekonomian selaku Ketua BKTRN telah menjabarkan keywords yang menjadi jiwa daripada visi tata ruang
ke depan. Adapun keywords dimaksud adalah : “integrasi tata ruang darat, laut dan udara”, “pengelolaan pusat
pertumbuhan baru”, “pengembangan kawasan perbatasan”, “pengendalian dalam pengelolaan tata ruang” dan “peningkatan
aspek pertahanan dan keamanan dalam penataan ruang” Adalah menjadi tugas Ditjen Penataan Ruang – Depkimpraswil
untuk menjabarkan jiwa dari visi tata ruang ke depan tersebut ke dalam bentuk kebijakan dan strategi penyelenggaraan
penataan ruang. Selain itu perumusan kebijakan dan strategi tersebut tidak dapat pula dilepaskan dari 2 pokok kesepakatan
yang dicapai dalam RAKERNAS – BKTRN, yaitu : pengaturan penataan ruang nasional dan penguatan eran daerah dalam
penataan ruang.
Berpijak pada jiwa daripada visi tata ruang ke depan dan kesepakatan
RAKERNAS – BKTRN tersebut, maka telah dihasilkan rumusan kebijakan dan
strategi pokok penataan ruang tahun 2004 dan pasca 2004, yakni :
Segala biaya yang diperlukan dalam rangka (1) Segala biaya untuk pengelolaan dan pembangunan
pelaksanaan tugas Badan Pengembangan KAPET di KAPET dibebankan kepada Anggaran
dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran
Belanja Negara (APBN). Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi
dan Kabupaten/Kota serta sumber-sumber dana lain
yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) Segala biaya penyelenggaraan Badan Pengelolaan
KAPET, dibebankan kepada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN).
(3) Pengaturan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
ditetapkan oleh Menteri Permukiman dan Prasarana
Wilayah selaku Ketua Tim Teknis Badan
Pengembangan KAPET.
PETA SEBARAN KAPET
Berdasarkan Keputusan Presiden tersebut, kemudian dikeluarkan Keputusan Presiden
lainnya tentang penetapan lokasi KAPET, yaitu 14 KAPET, yang terdiri dari 12 KAPET di
Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan dua KAPET di Kawasan Barat Indonesia (KBI).
Seiring dengan perkembangan otonomi daerah, kebijakan KAPET disempurnakan kembali
melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 150 Tahun 2000. Keempat belas KAPET
tersebut, yakni KAPET Biak, Batulicin, Sasamba, Sanggau (Khatulistiwa), Manado-Bitung,
Mbay, Parepare, Seram, Bima, Palapas (Batui), Bukari, DAS Kakab, Natuna dan Sabang.
NO NAMA KAPET KEP PRES CAKUPAN WILAYAH
1 KAPET Biak Keppres No. 10 Tahun 1998 KAPET Biak terdiri dari Kabupaten Biak Numfor, Supiori, Yapen,
Prov Papua Barat Waropen, Nabire, Mimika, Manokwari, Bintunidan Teluk Wondama
dengan keseluruhan luas wilayah sebesar 101.748,56 Km2
2 KAPET Batulicin Keppres No. 11 Tahun 1998 KAPET Batulicin meliputi seluruh wilayah administrasi Kabupaten
Prov Kalimantan Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan yang mempunyai luas wilayah
Selatan 13.644 Km2
3 KAPET Sasamba Keppres No. 12 Tahun 1998 Provinsi Kalimantan Timur mencakup Kawasan Kota Samarinda-
Prov Kalimantan Sangasanga- Muarajawa- Balikpapan dengan luas wilayah ± 4.413
Timur Km2
4 KAPET Sanggau - Keppres No. 13 Tahun 1998 KAPET Khatulistiwa meliputi Kota Singkawang- Kabupaten
(Khatulistiwa) - Berdasarkan SK Gub No. Bengkayang- Kabupaten Sambas- Kabupaten Sanggau- Kabupaten
Prov Kalimantan 188 TH 2002 KAPET Sintang- Kabupaten Landak- Kabupaten Kapuas Hulu dengan luas
Barat Sanggau dirubah menjadi wilayah 53.545 Km2.
KAPET Khatulistiwa
5 KAPET Manado- Keppres No. 14 Tahun 1998 KAPET Manado-Bitung meliputi wilayah Kotamadya Bitung, wilayah
Bitung Kotamadya Manado, dan sebagian wilayah Kabupaten Minahasa
Prov Sulawesi dengan luas wilayah 2.012,07 Km2
Utara
6 KAPET Mbay Keppres No. 15 Tahun 1998 KAPET Mbay meliputi satu Kabupaten, yaitu Kabupaten Ngada
Prov NTT dengan pusatnya di Mbay dengan luasan 3.040 Km2
NO NAMA KAPET KEP PRES CAKUPAN WILAYAH
7 KAPET Parepare Keppres No. 164 Tahun KAPET Parepare yang berada di dalam Provinsi Sulawesi Selatan
Prov Sulawesi 1998 meliputi Kota Parepare, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap),
Selatan Kabupaten Pinrang, Kabupaten Enrekang, dan Kabupaten Barru
dengan luas wilayah 6.905,081 Km2
8 KAPET Seram Keppres No. 165 Tahun KAPET Seram yang berada di Provinsi Maluku meliputi Kecamatan
Prov Maluku 1998 Seram Barat, Tanwel, Kairatu, Teon Nila Serua (TNS), Kecamatan,
Seram Utara, Tehoru, Bula, Werinama, Seram Timur dengan luas
wilayah 18.625 Km2
9 KAPET Bima Keppres No. 166 Tahun KAPET Bima terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang
Prov NTB 1998 meliputi Kabupaten Bima (Kecamatan Rasanae Timur, Rasanae
Barat, Belo, Woha, Monta, Bolo, Wawo, Wera, Sape, Donggo dan
Sanggar) dan Kabupaten Dompu (Kecamatan Dompu, Hu’u, Woja,
Kempo, Kilo dan Pekat) dengan luas wilayah 6.921, 45 Km2
10 KAPET Palapas Keppres No. 167 Tahun Kota Palu, Kabupaten Sigi, Kabupaten Donggala, Kabupaten
(Batui) 1998 Banggai dan Kabupaten Parigi Moutong. dengan luas wilayah
Prov Sulawesi Tengah 21.926,90 Km2
11 KAPET Bukari Keppres No. 168 Tahun KAPET Bukari meliputi Kabupaten Buton, Kabupaten Kolaka,
Prov Sulawesi 1998 Kabupaten Kendari dan Kabupaten Muna.
Tenggara Tahun 2009, KAPET Bukari mengalami perubahan nama, lokasi dan
cakupan wilayah. Saat ini KAPET Bukari bernama KAPET Bank
Sejahtera Sultra dengan cakupan wilayah Kota Kendari, Kabupaten
Kolaka, dan Kabupaten Konawe dengan luas wilayah 4.950 Km2
NO NAMA KAPET KEP PRES CAKUPAN WILAYAH
12 KAPET DAS Kakab Keppres No. 170 Tahun 1998 (KAPET) DAS KAKAB atau Daerah Aliran Sungai Kahayan-
Prov Kalimantan Kapuas-Barito terletak di Provinsi Kalimantah Tengah meliputi
Tengah wilayah Kota Palangkaraya (Ibukota Provinsi), Kabupaten Barito
Selatan, Pulang Pisau dan Kapuas. dengan luas wilayah 236,73
Km2
13 KAPET Sabang - Keppres No. 171 Tahun 1998 KAPET Bandar Aceh Darussalam meliputi Kota Banda Aceh,
Prov Nanggroe Aceh - Berdasarkan Surat Gubernur Kabupaten Aceh Besar, dan Kabupaten Pidie
Darusslam Provinsi Nanggroe Aceh dengan hinterland Wilayah Tengah dan Barat/Selatan Aceh yang
Darussalam No. 193/30591 telah dihubungkan dengan berfungsinya jaringan jalan dari
tanggal 2 September 2001, pantai Barat/Selatan melalui Wilayah Tengah ke Pantai Timur
KAPET Sabang dirubah Aceh dengan luas wilayah 55.390 Km2
menjadi “KAPET Bandar Aceh
Darussalam”
14 KAPET Natuna Keppres No. 71 Tahun 1996 Luas Pulau Natuna 172.000 Ha
diperbarui dengan Keppres
No.17 Tahun 1999
PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL)
LATAR BELAKANG PEL
• Keberagaman konsisi dan kemajuan daerah, bentang Indonesia yang luas, serta
pelaksanaan pembangunan yang top down dan seragam / sama maka akibatnya tidak
efektif.
• Keterbatasan pemerintah pusat dalam kendali sumberdaya.
• Akibat desentralisasi dan otonomi daerah tahun 2001 wewenang antara pemerintah
pusat dan daerah terbagi dalam :
• Pemerintah pusat : Pertahanan, Keamanan, Politik Luar Negeri, Moneter & Fiskal
Nasional, Agama, Yustisi.
• Pemerintah Daerah : Pertanian Perkebunan, Pertambangan Industri, Pariwisata
dan lainnya.
• Konsep pusat pusat pertumbuhan (growth poles) yang menutup peluang pengembangan
potensi lokal, sehingga usaha – usaha kecil di daerah pinggiran tidak diperhatikan.
• Oleh karena itu diperlakukan pembangunan yang tidak seragam dan memperhatikan
kekhasan lokal, perlu PEL = strategi dalam rangka desentralisasi ekonomi.
PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL)
Pengertian menurut para ahli
Pengembangan Ekonomi Lokal Pengembangan Menurut Blakely dalam Supriyadi (2007, h.103-
Ekonomi Lokal merupakan proses di mana pemerintah lokal dan 123) dalam keberhasilan pengembangan ekonomi lokal
organsisasi masyarakat terlibat untuk mendorong, merangsang, dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu:
memelihara, aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan
pekerjaan (Blakely and Bradshaw, 1994).
Selain itu, menurut (Munir, 2007) Pengembangan 1. Perluasan bagi masyarakat untuk meningkatkan
ekonomi lokal (PEL) adalah suatu proses yang mencoba pendapatan;
merumuskan kelembagaankelembagaan pembangunan di daerah, 2. Perluasan kesempatan bagi masyarakat kecil dalam
peningkatan kemampuan SDM untuk menciptakan produk- kesempatan kerja dan usaha;
produk yang lebih baik serta pembinaan industri dan kegiatan 3. Keberdayaan lembaga usaha mikro dan kecil dalam
usaha pada skala lokal. proses produksi dan pemasaran; dan
Jadi, pengembangan wilayah dilihat sebagai upaya
pemerintah daerah bersama masyarakat dalam membangun
4. Keberdayaan kelembagaan jaringan kerja kemitraan
kesempatan-kesempatan ekonomi yang cocok dengan SDM, dan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat lokal.
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan
kelembagaan secara lokal.
Pengertian menurut para ahli
1. Pengembangan network. Perhatian khusus diberikan untuk mendorong kerjasama penduduk setempat dalam cluster
yang sama untuk secara bersama untuk meningkatkan peluang pengembangan bisnis. Network ini dapat pemasaran
produk bersama dan kemudian memulai perdagangan antar perusahaan dalam satu cluster.
2. Mengembangkan upaya pemasaran bersama cluster. Identifikasi dan pengembangan cluster membentuk basis untuk
promosi investasi dan pemasaran, sebagai bagian dari program city marketing.
3. Menyediakan informasi yang spesifik untuk cluster. Kegiatan yang dapat segera dilakukan adalah
mengumpulkan dan menyebarkan informasi tentang kegiatan bisnis dan system pendukung kebijakan. Dengan
pertukaran informasi ini keterkaitan pembeli-pemasok dapat dikembangkan.
4. Mendukung riset bersama. Perguruan tinggi yang ada dapat dilibatkan dalam riset yang bermanfaat bagi kluster,
pengembangan inkubasi bisnis.
5. Mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan. Kunci untuk networking bisnis di dalam suatu inisiatif cluster
adalah apresiasi keterampilan di dalam sektor. Bila sejumlah bisnis mengekspresikan kebutuhan, sehingga pelatihan
yang sesuai akan dapat diberikan.
Pemerintah daerah dapat berkolaborasi secara regional, menjadi fasilitator dari
networking antar industri, dan katalis yang menjalin tiap pelaku ekonomi untuk
bekerjasama. Di samping itu, pemerintah daerah juga dapat berperan besar dalam
menumbuhkan permintaan (government expenditure=G), mengingat di kebanyakan
daerah belanja pemerintah masih dominan. Ini penting, karena biasanya sulit bagi unit
UKM setempat untuk bersaing mendapatkan kesempatan,
1. Kemitraan. Proses perencanaan dan implementasi pengembangan ekonomi lokal dilaksanakan secara kolektif
antara ketiga unsur: pemerintah – swasta – masyarakat.
2. Kontrol. Pada sisi lain, proses dialog antar stakeholder tersebut juga mempunyai fungsi kontrol. Kebijakan PEL akan
dapat sukses kalau dilaksanakan sesuai dengan azas good governance, ada untuk kepercayaan, keterbukaan dan
akuntabilitas. Untuk itu lembaga self-control melalui forum PEL pada tingkat kota maupun komunitas akan
diperlukan.
Kerjasama
Pembangunan
Regional
1. JABODETABEKJUR
2. Gerbangkertosusilo
1. JABODETABEKJUR
Dalam upaya meningkatkan keserasian dan keterpaduan Ruang lingkup dari kegiatan kerja sama dari
pembangunan serta pemecahan masalah bersama di JABODETABEKJUR ini
wilayah JABOTABEK, Pemerintahan Provinsi DKI meliputi:
Jakarta dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah 1. Penataan Ruang.
sepakat untuk mengembangkan kerjasama dan 2. Permukiman, Sarana & Prasarana.
membentuk suatu wadah kerjasama. 3. Sumber Daya Air, Kebersihan dan LH.
4. Transportasi, Perhubungan dan Pariwisata.
Kerjasama ini bertujuan untuk mewujudkan keterpaduan, 5. Agribisnis, Koperasi dan Usaha Kecil
keselarasan, keserasian dan keseimbangan pelaksanaan Menengah.
pembangunan JABODETABEKJUR yang saling terkait, 6. Industri, Perdagangan, Pertambangan dan
saling mempengaruhi, saling ketergantungan dan saling Investasi.
menguntungkan yang memberi manfaat kepada 7. Kependudukan, Ketentraman & Ketertiban.
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan 8. Kesehatan dan Pendidikan.
kepentingan bersama Daerah. 9. Sosial dan Tenaga Kerja.
Organisasi dan Tata Kerja Badan Kerjasama Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan
Cianjur (JABODETABEKJUR) di mana dalam rancangan tersebut Badan sebagai wadah kerjasama
antar Daerah, merupakan lembaga koordinasi yang mewakili kepentingan Pemerintah Daerah yang
dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Forum dan
disetarakan dengan Eselon II b.
a) kemakmuran wilayah;
b) menata, memberdayakan, melestarikan, dan menjaga sumber daya lingkungan dan alam agar memiliki nilai tambah
bagi keberlanjutan sistem kegiatan produksi di suatu daerah;
c) memberdayakan kelembagaan di daerah agar mampu mandiri dalam melakukan pengambilan keputusan dan
berkinerja tinggi; dan d) mensejahterakan masyarakat di suatu lokasi.