Anda di halaman 1dari 11

TUGAS LITERASI

Matakuliah : Manajemen Pembangunan Wilayah

Dosen : Prof. Dr. Erika Revida, MS

Disusun Oleh :

Nama : Tommy Clinton Marpaung, S.STP


NIM : 207003033
Prodi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
1. Perencanaan Pembangunan

Penulis : Sukarman Purba, dkk.


Judul Buku : Manajemen Pembangunan Wilayah: Strategi dan Inovasi
Penerbit : Insania, Cirebon
Halaman : 21-49
Tahun : 2021

Kesimpulan Isi :
Dalam buku tersebut Sukarman Purba mengatakan bahwa perencanaan pembangunan
merupakan sebagai suatu proses perumusan kebijakan melalui berbagai alternative/pilihan
berdasarkan pada data, fakta dan informasi sebagai bahan untuk melaksanakan suatu
rangkaian kegiatan/aktivitas, dalam mencapai tujuan yang lebh baik secara efektif dan
efesien. Selain itu perencanaan pembangunan harus senantiasa dapat memperhitungkan
kesinambungannya hasil pembangunan yang dilakukan. Bila dikaitkan hubungannya dengan
daerah sebagai wilayah pembangunan, maka perencanaan pembangunan daerah adalah suatu
proses kegiatan/aktivitas yang dilakukan untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik
lagi suatu komunitas dalam suatu wilayah tertentu dengan memanfaatkan berbagai sumber
daya yang ada dan berorientasi secara menyeluruh, lengkap dan berprioritas.

Perencanaan pembangunan suatu wilayah atau daerah merupakan suatu usaha dan
tanggung jawab dari pemerintah daerah yang bertujuan untuk membangun daerahnya kearah
yang lebih baik, maju dan sejahtera dengan tetap memperhatikan segala potensi dan sumber
daya yang ada pada daerah tersebut. Perencanaan pembangunan merupakan suatu tahapan
awal dalam pembangunan sehingga akan menjadi acuan dasar bagi pelaksanaan kegiatan
pembangunan. Untuk itu, perencanaan pembangunan hendaknya bersifat implementatif
(dapat dilaksanakan) dan aplikatif (dapat diterapkan). Dalam proses penyusunan perencanaan
pembangunan harus memperhatikan kondisi keuangan daerah, tingkat pertumbuhan ekonomi,
tingkat kemiskinan, jumlah pengangguran, sumber daya manusia dan sebagainya.

Teori yang Mendukung:

Adapun pernyataan tersebut sejalan dengan teori dari Listyaningsih (2014),


perencanaan pembangunan adalah sumber-sumber pembangunan yang terbatas adanya untuk
mencapai tujuan-tujuan keadilan sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih efektif dan
efesien. Ditambah menurut Arthur W.Lewis (1965) mendefenisikan perencanaan
pembangunan sebagai suatu kumpulan kebijaksanaan dan program pembangunan untuk
merangsang masyarakat dan swasta untuk menggunakan sumberdaya yang tersedia lebih
produktif.

Analisis:

Secara umum Perencanaan Pembangunan adalah cara atau teknik untuk mencapai
tujuan yang diinginkan dalam proses pembangunan sehingga mampu mewujudkan
masyarakat yang maju, makmur dan sejahtera. Perencanaan pembangunan pada buku ini
lebih menekankan kepada aktivitas atau program pembangunan yang memanfaatkan sumber
daya yang ada, baik itu SDA ataupun SDM untuk mencapai tujuan yang efektif dan efesien.
Perencanaan pembangunan di Indonesia menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2004
mendefinisikan perencanaan pembangunan sebagai berikut “Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) adalah suatu kesatuan tata-cara perencanaan pembangunan
untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan
tahunan, yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat
dan daerah”, dengan adanya rencana-rencana pembangunan tersebut maka pembangunan
suatu daerah atau Negara akan terstruktur dan berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

Melihat perencanaan pembangunan di Indonesia dalam mengatasi Covid-19 yang


sampai saat ini masih terjadi, buku ini juga dapat dijadikan sebagai acuan sebagai suatu
proses kegiatan/aktivitas yang dilakukan untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik
dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan berorientasi secara menyeluruh,
lengkap dan berprioritas. Wabah corona memaksa semua negara untuk merevisi perencanaan
pembangunan mereka. Target disesuaikan secara realistis, asumsi diubah sesuai keadaan
sekarang, dan prioritas program jangka pendek dialihkan sebagian besar untuk mengatasi
epidemic Covid-19. Sementara kebijakan pembangunan padat modal seperti infrastruktur
dilakukan moratorium dan akan dikaji untuk dilaksanakan kembali setelah periode tanggap
darurat Covid-19 dinyatakan berakhir. Dampak sosial dan ekonomi yang melanda Indonesia
akibat pandemi ini memaksa semua level pemerintahan baik pusat dan daerah untuk
melakukan koreksi terhadap rencana pembangunan yang telah ditetapkan. Terutama yang
telah dituangkan dalam dokumen perencanaan dan anggaran mengingat pada saat menyusun
sama sekali tidak memperhitungkan pandemi. Penyesuaian yang tepat dan kebijakan yang
terukur dalam menangani wabahcorona akan menjadi titik awal untuk pemulihan. Pemerintah
Indonesia telah merampungkan penyusunan RPJMN 2020-2024 ketika pandemic Covid-19
mulai menyebar ke seluruh dunia, yang dituangkan Peraturan Presiden No. 18 tahun 2020
pada tanggal 14 Februari 2020. RPJMN 2020-2024 ditetapkan dengan mengusung visi
“Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong Royong”. Kemudian diterjemahkan dalam tujuh agenda pembangunan, yaitu (1)
Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan, (2)
Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan, (3)
Meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing, (4) Revolusi mental dan
pembangunan kebudayaan, (5) Memperkuat infrastruktur untuk mendukung pengembangan
ekonomi dan pelayanan dasar, (6) Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan
bencana, dan perubahan iklim, dan (7) Memperkuat stabilitas polhukhankam dan
transformasi pelayanan publik. Tentunya perumusan RPJMN tersebut melalui perencanaan
pembangunan yang telah dilakukan sebelumnya oleh pihak stakeholder terkait.
2. Pemberdayaan Sumber Daya Pembangunan

Penulis : Rendra Setyadiharja


Judul Buku : Kebijakan Pembangunan Dan Arahan Potensi Sumber Daya Pada Wilayah
Perbatasan Natuna Kepulauan Riau
Penerbit : Aristo
Tahun : 2017

Kesimpulan Isi:
Perkembangan sebuah daerah khususnya perbatasan yang memiliki potensi besar
mengenai sumberdaya adalah daerah yang harus di perhatikan keberadaanya, selain memilki
sumber daya besar daerah perbatasan yang letaknya berbatasan dengan negara lain juga
menjadi penguat sebuah negara terus mampu mempertahankan kesatuannya. Perkembangan
melalui banyak sistem yang mulanya menjalankan otonomi daerah berlanjut dengan sistem
penataan wilayah terus berkembang dengan naiknya perekonomian dan insfrastruktur dan
terakhir dengan cara melakukan perubahan pada potensi wilayah. Daerah perbatasan natuna
secara administratif berbatasan Utara dengan Vietnam dan Kamboja dan Selatan berbatasan
dengan Kepulauan Bintan serta sebelah Timur berbatasan dengan Malaysia Timur dan
Kalimantan Barat. Daerah perbatasan Provinsi Kepulauan Riau. terutama di Kabupaten
Natuna adalah daerah yang memiliki potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Pembahasan seputar masalah pembangunan dan pemberdayaan daerah perbatasan atau pulau
terdepan Indonesia, terutama di Natuna. Kabupaten Natuna memilki wilayah perairan yang
luas dan daratan yang berbentuk kepulauan, Wilayah perbatasan yang kaya akan pertanian
tanaman pangan, perkebunan, pertenakan, perikanan, perindustrian bahkan pertambangan.
Arahan kebijakan pemerintah dalam hal ini mengacu pada perkembangan potensi
sumberdaya yang dimilki Kabupaten Natuna sebagai daerah perbatasan. Pembangunan
Kabupeten Natuna sebagai daerah perbatasan yang memiliki potensi sumber daya alam
adalah tugas bagi setiap masyarakat, pemerintah bahkan investor agar natuna dapat menjadi
daerah yang berkembang pesat dengan memanfaatkan potensi lingkungan yang ada di
sekitarnya.
Teori yang Mendukung:
Perencanaan pembangunan suatu daerah juga merupakan urusan pemerintah yang
menjadi kewenangan pemerintah daerah menurut Wasistiono (2008:76) “skenario pencapaian
kesejahteraan rakyat didaerah telah disusun lengkap dengan rambu-rambu yang mudah
terbaca oleh semua pihak, dituntut kecermatan pemerintah daerah untuk membuat sikap yang
konkret dalam menjabarkan rambu-rambu penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk
segera mengembangkan daya saing daerah dan daya saing di daerah”. Terdapat 8 (delapan)
urusan pilihan yaitu meliputi : 1. Kelautan dan Peikanan; 2. Pertanian; 3. Kehutanan; 4.
Energi dan Sumber Daya Mineral; 5. Pariwisata; 6. Industri; 7. Perdagangan; 8.
Ketransmigrasian.
Analisis:
Urusan pilihan satu daerah kabupaten tidak sama dengan urusan pilihan kota. Secara
umum kabupaten dengan ciri keunggulan daerahnya adalah pertanian atau perikanan,
sementara kota lebih kepada industri dan perdagangan. Posisi pengembangan daya saing
berbasis potensi daerah sesungguhnya terletak pada urusan pilihan. Artinya kalau pemerintah
daerah ingin mengembangkan daya saing maka harus berangkat dari potensi unggulan daerah
yang dimiliki daerah secara nyata.
Urutan prioritas pembangunan infrastruktur dan sumber daya alam tampak sebagai
berikut: 1. Pembangunan infrastruktur sebagai pembuka akses dengan daerah lain, serta
rehabilitasi atas bencana alam sebagai langkah prioritas utama. 2. Kondisi geografis
menentukan bentuk infrastruktur yang diperlukan, misalnya daerah
pantai,pegunungan,daratan rendah, ngarai, rawa, sungai. yang kesemuanya memerlukan
pembangunan sarana dan prasarana untuk optimalisasi potensi daerah yang secara nyata
dapat mendorong aktivitas perekonomian daerah. 3. Sumber daya alam, merupakan bagian
tak terpisahkan dari kondisi geografis. Pemanfaatan SDA untuk kesejahteraan masyarakat,
merupakan sasaran utama dari pengembangan daya saing berbasis potensi daerah.
Dengan pengembangan pada daerah perbatasan Natuna diharapkan dapat
memperkokoh dan memperkuat NKRI dari negara-negara lain yang ingin masuk serta
mengambil hak Indonesia terutama di wilayah perairan. Perkembangan wilayah akan
membawa perekonomian yang baik, dapat dilihat dari pola perkembangan infrastruktur dan
proses jual beli serta potensi alam. Dengan mengembangnkan potensi sumber daya yang
dimiliki diharapkan Kabupaten Natuna mampu berkembang pesat layaknya perkotaan. Selain
itu pola perubahan penataan wilayah dengan menjalankan sistem otonomi daerah mampu
mempercepat pesatnya perkembangan pada sebuah wilayah pada pola perkembangan
berikutnya adalah perubahan ekonomi dan infrastruktur baik darat maupun laut , perubahan
ekonomi dari masyarakat yang tadinya belum memilki usaha atau mata pencarian kini beralih
profesi hingga mampu menghasilkan lapangan pekerjaan buat orang lain, insfrastruktur
pelabuhan yang dulunya menggunakan perahu atau pompong kini beralih menjadi kapal pelni
dan sabuk, selain itu hasil alam yang dulunya tidak dikembangkan nyata nya mampu
menghasilkan sumber uang bagi para pengusaha. keindahan alam, luasnya laut beserta isinya
terjaga oleh negara dengan terus memperkuat NKRI.
Pola perubahan juga menghasilkan pengembangan pada potensi wiilayah kekayaan
alam Indonesia mampu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Transportasi keberadaanya meningkat
ada nya penambahan kapal laut dan bandara udara mampu menjadikan sebuah daerah
perbatasan berkembang baik. Namun dari berbagai perkembangan setidaknya tidak
menjadikan berpuas hati, diharapakan kedepannya Kabupaten Natuna mampu terus bertahan
dengan potensi sumber daya dan terus menjadikan wilayah perbatasan yang berkembang
dengan memperkokoh NKRI.
3. Partisipasi

Penulis : Dr. Adrian Tawai, S.Sos., M.Si. dan Dr. Muh. Yusuf, S.Sos., M.Si.
Judul Buku : Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Penerbit : Literacy Institute
Tahun : 2017

Kesimpulan Isi :

Partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan seseorang di dalam kelompok sosial


untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakat yang ada, di luar pekerjaannya. Partisipasi
masyarakat diperlukan pada suatu program pembangunan karena keberhasilan program
berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam menjalankan program tersebut. Adapun
penuls dalam buku ini mengambil studi kasus partisipasi masyarakat pada Kecamatan Abeli
Kota Kendari.

Partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan merupakan faktor penentu tercapainya


tujuan dari program-program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah
hingga tingkat kecamatan. Karena masyarakat yang lebih memahami kebutuhan
pembangunan yang sesungguhnya sehingga untuk menilai tepat sasarannya sebuah
pembangunan itu dapat dilihat dari dampak yang diperoleh masyarakat dengan adanya
pembangunan. Sementara itu dalam pembangunan yang menjadi perhatian utama adalah
proses pelaksanaannya.

Fakta empiris menunjukkan masih kurangnya keterlibatan masyarakat dalam


pelaksanaan hingga tahap-tahap selanjutnya. Fenomena ini merupakan sebuah masalah yang
harus diperhatikan dan perlu adanya inovasi dalam rangka melibatkan masyarakat pada setiap
tahap dalam pelaksanaan pembangunan. Sehingga utput atau keluaran sebuah pembangunan
mampu memberikan nilai guna maksimal bagi masyarakat. Salah satu upaya untuk
menciptakan dan meningkatkan keterlibatan masyarakat guna menunjang pelaksanaan
pembangunan tentunya menjadi tanggung jawab dari pihak pemerintah maupun masyakat
sehingga diperlukan komunikasi dan informasi yang baik pada tiap-tiap unsur.

Adapun partisipasi masyarakat di Kecamatan Abeli Kota Kendari secara umum dapat
dikatakan cukup baik. Hal ini terlihat dari partisipasi masyarakat saat melakukan
perencanaan. Dimana masyarakat di Kecamatan Abeli jarang mengikuti rapat karena
padatnya aktivitas, kurangnya informasi, serta kurangnya kapasitas masyarakat. Selanjutnya
dari partisipasi pelaksanaan pembangunan, partisipasi masyarakat dalam memberikan
bantuan berupa pikiran, tenaga dan dana dalam kategori cukup. Kemudia partisipasi dalam
menikmati hasil pembangunan menunjukkan bahwa masyarakat sangat antusias dalam
menjaga dan memelihara hasil-hasil pembangunan walaupun sebagian masyarakat kurang
berpartisipasi saat perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan di Kecamatan Abeli Kota
Kendari.

Pelaksanaan pembangunan di Kecamatan Abeli Kota Kendari secara umum dapat


dikatakan sudah baik. Hal ini terlihat dari pembangunan berbagai sarana dan prasarana di
Kecamatan Abeli sebagian sudah dicapai seperti pembangunan tracking mangrove,
pelabuhan, jembatan tali, pembangunan poskamling, rumah-rumah ibadah, dan lainnya.
Selain itu kualitas pelayanan pegawai di Kecamatan Abeli juga mengalami peningkatan. Hal
ini juga terlihat dari terciptanya suasana yang aman dan nyaman disekitar lingkungan
masyarakat di Kecamatan Abeli. Walaupun begitu, pembangunan di Kecamatan Abeli masih
perlu ditingkatkan agar menunjang kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Abeli Kota
Kendari.

Teori yang Mendukung:

Hal ini sejalan dengan teori dari Theodorson (2010) partisipasi merupakan
keikutsertaan seseorang di dalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan
masyarakat yang ada, di luar pekerjaannya. Menurut Idati (2016) partisipasi masyarakat
mengandung makna keikutsertaan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan,
mulai dari melakukan analisis masalah mereka, memikirkan bagaimana cara mengatasinya,
mendapatkan rasa percaya diri untuk mengatasi masalah, mengambil keputusan sendiri
tentang alternatif pemecahan masalah. Selain itu, menurut Enserink (2007) partisipasi
masyarakat banyak digunakan di negara maju sebagai pendekatan yang efektif pada
pelaksanaan program dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan proyek publik dan tata
kelola.

Analisis:

Adanya partisipasi masyarakat yang dikerahkan dengan tujuan pembangunan yang


lebih baik akan kegiatan-kegiatan yang direncanakan. Dalam hal ini masyarakat dikerahkan
di luar dari pekerjaan mereka, bentuk partisipasi tersebut bisa saja berupa tenaga dilakukan
pada masyarakat yang memiliki keahlian khusus dalam bidang pembangunan dan masyarakat
yang secara suka rela bekerja bakti. Tidak hanya itu masyarakat juga dapat memberikan
informasi berupa usulan pembangunan yang diinginkan. Artinya terdapat penyediaan
informasi kepada masyarakat mengenai adanya program pembangunan di Kecamatan Abeli.
Komunikasi yang dilakukan dengan pemberitahuan kepada setiap RT maupun RW atau
langsung disosialisasikan kepada masyarakat, walauun tidak semua masyarakat dapat
berpartisipasi.

Menurut saya, pembangunan pada artikel ini menggunakan pendekatan partisipatif


masyarakat dengan upaya dari pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan sarana dan prasarana yang
diwujudkan secara menyeluruh dan terpadu antara pembangunan fisik dan pembangunan
sosial, ekonomi masyarakat melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Namun, jika
terdapat partisipasi masyarakat pada tahap keberlanjutan tergolong rendah dari hanya
beberapa masyarakat yang memiliki kepedulian untuk merawat prasarana lingkungan yang
sudah terbangun, maka partisipasi masyarakat tersebut akan menyebabkan kondisi prasarana
lingkungan yang buruk.
Daftar Pustaka

Peraturan Presiden No. 18 tahun 2020 pada tanggal 14 Februari 2020.


Putri, R. A., Astuti, W., & Rahayu, M. J. (2016). Community Capacity in Providing
Neighborhood Unit-scale Social Infrastructure in Supporting Surakarta Child
Friendly. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 227,
536-544.doi:10.1016/j.sbspro.2016.06.112 Idati (2016)
Revida, Erika dkk. 2021. Manajemen Pembangunan Wilayah: Strategi dan Inovasi. Cirebon:
Insania.
RPJMN 2020-2024.
Sadu Wasistiono & Irwan Tahir, 2006: Prospek Pengembangan Desa, Bandung: CV.
Fokusmedia.
Setyadiharja, R. (2016). Kebijakan Pembangunan Dan Arahan Potensi Sumber Daya Pada
Wilayah Perbatasan Natuna Kepulauan Riau. Aristo, 4(1), 53-64.
Tawai, Adrian. 2017. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan. Kendari: Literacy
Institute.
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004.
W. Arthur Lewis 1994. Perencanaan Pembangunan. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai