Anda di halaman 1dari 23

Tugas Besar

Mata Kuliah : Teknik Evaluasi Perencanaan

Nama Dosen : -Risnawati K, S.T.,M.Si

- Dr.Ir. Syafri, M.Si

- Iswahyudin, S.T.,M.Sp

GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN PANGKAJENE

KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

Disusun Oleh :

NAMA : Mairanda Widia Astuti.A


NIM : 60800116074
KELAS : C

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah daerah Kabupaten Gowa menetapkan Peraturan


Daerah No.15 Tahun 2012 tentang RTRW di wilayah Kabupaten Gowa,
wilayah perencanaan Kabupaten Gowa yang terdiri dari 18 kecamatan
yang meliputi kecamatan: Bajeng, Bajeng Barat, Barombong, Biringbulu,
Bontolempangan, Bontomarannu, Bontonompo, Bontonompo Selatan
Bungaya, Manuju, Pallangga, Parangloe, Parigi, Somba Opu,
Tinggimoncong, Tombolo Pao, Tompobulu dan Pattallassang. Penataan
ruang wilayah Kabupaten Gowa bertujuan untuk mewujudkan ruang
wilayah Kabupaten Gowa yang terkemuka, aman, nyaman, produktif,
berkelanjutan, berdaya saing dan maju di bidang pertanian, industri, jasa,
perdagangan, dan wisata melalui inovasi, peningkatan kualitas sumber
daya manusia secara berkelanjutan, dan mendukung fungsi Kawasan
Strategis Nasional (KSN) perkotaan Mamminasata. Untuk mewujudkan
tujuan penataan ruang wilayah salah satunya ditetapkan kebijakan
mengenai pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Gowa
untuk mendukung terintegrasinya sistem-sistem pusat kegiatan di KSN
perkotaan Mamminasata.
Selain pusat kegiatan juga dikembangkan sistem jaringan prasarana
yaitu sistem jaringan perkeretaapian yang terdiri dari jalur kereta api KSN
Perkotaan Mamminasata di Kabupaten Gowa meliputi Jalur lintasan rel
kereta api kecamatan Somba Opu, Barombong, Pattallassang,
Bontomarannu, Bajeng, Bajeng Barat dan Bontonompo dan Stasiun kereta
api yang ditetapkan di Pattallassang Kecamatan Pattallassang.Inspirasi
Makassar (2016) dalam Khaerunnisa (2017) Kecamatan Pattallassang

2
Kabupaten Gowa merupakan daerah yang mengalami konversi lahan
karena pertumbuhan penduduk dan peningkatan ekonomi karena termasuk
sebagai salah satu kawasan kota baru yang memiliki potensi cukup besar.
Mata pencaharian masyarakat Pattallassang pada umumnya bertani dengan
komoditas utama padi, palawija, dan sayuran. Terdapat pula masyarakat
yang berprofesi di bidang non pertanian seperti lapangan usaha
perdaganga/jasa, serta 15% pegawai negeri dan swasta.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud
Untuk mengevaluasi apakah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Gowa sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.

2. Tujuan
Untuk mengidentifikasi seberapa besar tingkat kesesuaian Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa dengan fakta yang ada di
lapangan
C. Permasalahan
Permasalahan terjadi sudah bertahun tahun di Kabupaten Gowa,
Sulawesi Selatan, yaitu di Jalan poros Sungguminasa - Limbung, tepatnya
di Kalukuang, Panciro, dan Pallangga. Setiap pagi selalu ada pasar tumpah
di pinggir jalan sampai mengambil bahu jalan. Kegiatan ini sudah
bertahun tahun terjadi dan tidak ada tindakan tegas dari pemerintah. Untuk
menuju ke Sungguminasa, harus melewati 3 kali pasar tumpah.
Permasalahan :
1. Sangat mengganggu bagi pengguna jalan, sangat menyita waktu (macet)
2. Rawan kecelakaan
3. Merusak pemandangan, karena pasti ada sisa sampah (bahan pokok
utamanya sayuran)
4. Sudah mengambil hak orang lain.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perencanaan (planning)

Perencanaan merupakan fungsi manajemen pertama yang harus


dilakukan oleh maneger dan staf. Untuk dapat menyusun perencanaan yang
baik diperlukan pemikiran analitis dan konseptual. Dalam menejemen
keruangan, sasaran perencanaan dalam manegemen terdiri atas hal-hal berikut.

1. Perencanaan kebijaksanaan (public policy) : rencana tata ruang


kota dan wilayah, peraturan-peraturan daerah.
2. Perencanaan organisasi dan perencanaan program kegiatan
organisasi pengelolah kota dan wilayah.

Hal-hal yang akan di bahas dalam perencanaan kebijaksanaan public


adalah bagaimana merumuskan kebijaksanaan public, memili pendekatan
perencanaan, pandangan politik dan perananya dalam perencanaan, aspek
hokum, dan perencanaan pendanaan. Sedangkan perencanaan kegiatan
unit-unit organisasi dalam melaksanakan managemen kota dan wilayah
berwujud rencana program kegiatan masung-masing unit organisasi.

( Manajemen kota dan wilayah , Ir Mulyono Sadyohutomo MRCP.)

B. Pengertian Pembangunan
Berikut beberapa pengertian pembangunan menurut para ahli :
a. Todaro : Pembangunan dibagi dalam tiga komponen dasar,
sebagai basis konseptual dan pedoman praktis dalam memahami
pembangunan yang paling hakiki yakni kecukupan yang
mmemenuhi kebutuhan pokok, meningkatkan rasa harga diri atau
jati diri serta kebebasan dalam memilih selanjutnya Todaro 2
mengemukakan bahwa pembangunan adalah suatu proses

4
multidimensional yang mencakup berbagai hal yang mendasar atas
struktur sosial sikap-sikap masyarakat, dan institusi nasional,
disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi,
penanganan ketimpangan pendapatan,pengentasan kemiskinan.
b. Ginanjar kartasmista : Pembangunan adalah suatu proses
perubahan kearah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan
secara terencana.
c. Siagian : Pembangunan adalah rangkaian usaha mewujudkan
pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang
ditempuh oleh suatu negara atau bangsa yang menuju modernitas
dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)
d. Deddy T.Tikson : Pembangunan merupakan transformasi
ekonomi, strategi dan budaya yang secara sengaja melalui
kebijakan dan juga strategi menuju kearah yang diinginkan.
e. Surkino : Pembangunan adalah suatu usaha proses yang
menyebabkan pandapatan perkapita masyarakat dapat meningkat
dalam jangka panjang. Jadi pembangunan adalah rangkaian usaha
mewudkan pertumbuhan dan perubahan kearah yang lebih baik
melalui upaya yang dilakukan secara terencana dengan
menggunakan sumberdaya untuk mencapai tujuan mewujudkan
kesejahteraan rakyat yang berkeadilan.

C. Pengendalian dan pengawasan pengembangan tanah/lahan di kota

Pengendalian dan pengawasan pengembangan tanah/lahan adalah suatu


upaya untuk dapat secara kontinyu dan konsisten mengarahkan pemanfaatan,
penggunaan, dan pengembangan tanah secara terarah, efisien, dan efektif sesuai
dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Agar dapat memberikan
kesempatan kepada setiap dinamika yang berkembang di dalam masyarakat
termasuk sector swasta, maka pengendalian dan pengawasan pengembangan
tanah/lahan ini seyogyanya tidaklah merupakan suatu hal yang kaku.

5
Pengendalian dan pengawasan ini justru juga harus dapat menjadi alat
pemacu secara terarah dan terkendali bagi potensi pengembangan lahan yang
dapat memberikan peningkatan keuntungan secrah social,ekonomi dan fisik

D. Lahan
1. Definisi Lahan

Lahan adalah lingkungan fisik dan biotik yang berkaitan dengan daya
dukungnya terhadap kehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan
fisik berupa relief atau topografi, iklim, tanah dan air, sedangkan lingkungan
biotik adalah manusia, hewan, dan tumbuhan. Dalam penggunaan lahan, perlu
diperhatikan aspek fisiknya agar tidak menimbulkan kerusakan bagi tanah
serta daerah sekitarnya. Faktor fisik yang paling dominan adalah kemiringan
lereng dan ketinggian dari permukaan air laut. Faktor kemiringan berpengaruh
besar terhadap kendali air yang menentukan ada atau tidaknya kerusakan.

Lahan merupakan area atau luasan tertentu dari permukaan bumi yang
memiliki ciri tertentu yang mungkin stabil atau terjadi siklus baik diatas atau
di bawah luasan tersebut meliputi atmosfir, tanah geologi, hidrologi populasi
tumbuhan dan hewan, dan dipengaruhi oleh kegiatan manusia (ekonomi,
sosial, budaya) di masa lampau dan sekarang, dan selanjutnya mempengaruhi
potensi penggunaanya pada masa yang akan datang. (Baja dan Phil 2012).

Dalam penelitian yang ditulis Hamonangan (2000) mengemukakan


bahwa penggunaan lahan adalah merupakan setiap bentuk campuran tangan
manusia terhadap sumberdaya lahan baik yang bersifat permanen (tetap) atau
cyclic yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan baik materil dan spiritual.
Lebih jauh, Hamonangan menngemukakan tiga faktor yang penting untuk
dipertimbangkan dalam memanfaatkan lahan yakni (a) kesesuaian Bio-fisik,
(b) kelayakan sosial-ekonomi dan (c) kelayakan kelembagaan. Perencanaan
tata guna lahan sangat diperlukan karena:

a. Jumlah lahan terbatas dan merupakan sumberdaya yang hampir tak


terbaharui (non renewable), sedangkan manusia yang memerlukan tanah

6
jumlahnya terus bertambah. Pertumbuhan penduduk berlangsung dengan
kecepatan sekitar 2,5 persen/tahun;
b. Meningkatkan pembangunan dan taraf hidup masyarakat dapat
meningkatkan persaingan penggunaan ruang (lahan),sehingga sering
terjadi konflik (perebutan) penggunaan lahan;
c. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya dapat
menyebabkan kerusakan lahan;
d. Kontroversi lahan pertanian dengan tanah subur termasuk sawah irigasi
menjadi lahan non-pertanian seperti wilayah industri, perumahan dan lain-
lain perlu ditata karena sulitnya mencari lahan
1. Penyimpangan Penggunaan Lahan
Menurut Siswanto (2006) perubahan penggunaan lahan dalam
pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi
karena dua hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan
penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan
meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Selanjutnya
pertumbuhan ekonomi, perubahan pendapatan dan konsumsi juga merupakan
faktor penyebab perubahan penggunaan lahan. Sebagai contoh, meningkatnya
kebutuhan akan ruang tempat hidup, transportasi dan tempat rekreasi akan
mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan. Teknologi juga berperan
dalam menggeser fungsi lahan.

Marisan (2006) mengatakan bahwa perubahan penggunaan lahan


dapat diartikan sebagai suatu proses pilihan pemanfaatan ruang guna
memperoleh manfaat yang optimal. Tiga struktur yang berkaitan dengan
perubahan penggunaan lahan (Hamonangan 2000):

a) Struktur permintaan atau kebutuhan lahan Kebutuhan sumberdaya


lahan menjadi faktor pendorong proses perubahan penggunaan lahan,
yang secara garis besar dibagi menjadi menjadi 3 kelompok utama
yaitu (1) defortasi baik ke arah pertanian maupun non-pertanian, (2)
konversi lahan pertanian ke non pertanian, dan (3) penelantaran lahan.

7
Pada dasarnya aspek permintaan lahan berkaitan dengan kebijakan dan
program pemerintah untuk meningkatkan efisiensi sosial ekonomis,
peningkatan efisiensi industri dan kelembagaan, penurunan tingkah
laku spekulatif dan pengontrolan peningkatan jumlah penduduk.
b) Struktur penawaran atau ketersediaan lahan Ketersediaan lahan
dibatasi oleh luasan permukaan yang tetap Kualitas lahan yang
bervariasi dan penyebarannya secara spasial tidak merata dan
cenderung tetap menyebabkan penawaran penggunaan lahan bersifat
inelastis terhadap besarnya permintaan akan lahan. Penawaran
sumberdaya lahan ini juga sangat dipengaruhi oleh penggunaan lahan
saat ini.
c) Struktur penguasaan teknologi yang berdampak pada produktifitas
sumberdaya alam Produktivitas lahan mempunyai peran yang cukup
besar dalam menurunkan ketergantungan terhadap ekstensifikasi
usahatani dalam upaya meningkatkan produksi pertanian.
2. Tujuan Manajemen Lahan Perkotaan
Tujuan umum manajement lahan pada prinsipnya adalah
melakukan penyediaan, pemanfaatan dan pengendalian lahan untuk
pembangunan (Zamilah, dkk,2001:50). Namun, sesuai dengan lingkup
yang lebih luas dari manajemen lahan perkotaan, maka tujuan tersebut
yaitu: Peran dan fungsi manajement lahan perkotaan

Menurut Rachmadi B.S peran dan fungsi manajemen lhan


perkotaan adalah sebagai berikut:

a) Manejemen lahan perkotaan terdiri dari serangkaian mekanisme yang


melayani masalah penetapan dan klarifikasi pemilikan dan hak-hak
tanah perorangan.
b) Manejemen lahan perkotaan memerlukan prosedur bagi penataan
lahan
c) Manejemen lahan perkotaan meliputi serangkaian intensif dan kontrol
masyarakat terhadap pemilikan tanah pribadi agar kepentingan umum

8
di capai.
E. Evaluasi
1. Definisi Evaluasi
Evaluasi adalah program pendidikan merupakan kegiatan yang dapat
membantu pemerintah dalam mencapai tujuannya. suatu seni,tidak ada satu
pun evaluasi yang sempurna, walaupun dilakukan dengan teknik yang
berbeda-beda (Cronbach, 1982) Evaluator sebagiannya tidak memberikan
jawaban terhadap suatu pernyataan khusus.bukanlah tugas seorang evaluator
memberikan rekomendasi pertimbangan tentang diteruskan dan tidaknya
sesuatu program.

Tujuan evaluasi adalah penilaian tentang pencapaian manfaat yang


telah ditetapkan dalam rencana tata ruang termasuk penentuan faktor-faktor
yang menyebabkan pencapaian lebih dan atau kurang dari manfaat yang telah
ditetapkan dalam rencana tata ruang. Alat atau instrument yang digunakan
dalam evaluasi, adalah:

a. RTRW (yang telah disahkan dengan Perda) atau Rencana Detail yang
telah disahkan oleh Bupati/Walikota;
b. Ijin-ijin tentang lokasi yang dikeluarkan oleh pemerintah/dinas terkait
c. Ijin tentang bangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah/dinas terkait
d. Analisa mengenai dampak lingkungan (jika ada)
e. Kriteria lokasi dan standar teknis yang berlaku di bidang penataan ruang.

2. Tahap Evaluasi
Setiap keputusan yang telah disepakati dan yang akan dikerjakan
sesuai dengan program kerja tentunya harus melewati suatu proses untuk
mencapai tujuan dan misi. Tetapi di dalam melakukan suatu kegiatan belum
tentu sesuai dengan keinginan, hal tersebut dapat terjadi kapan dan di mana
saja karena beberapa faktor seperti : sumber daya manusia yang tidak siap
baik secara kualitas maupun kuantitas, kurangnya data yang dikumpulkan dan
kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung, sehingga diperlukan

9
manejemen dan teknik evaluasi untuk meminimalkan kesalahan yang akan
terjadi. Secara garis besar proses evaluasi dapat dibagi menjadi tiga bagian
yaitu:

a. Persiapan
Pada tahap persiapan, kegiatan ini merupakan penunjang untuk
pelaksanaan evaluasi melalui beberapa kegiatan untuk mengumpulkan data
dan informasi yang dibutuhkan. Kegiatan ini meliputi :

1) Pengumpulan data dasar berupa peta ataupun data numerik;


2) Penyiapan penggunaan lahan terakhir Kabupaten
3) Penyiapan peta-peta rencana Kabupaten
4) Mengumpulkan peta-peta kebutuhan analisis
5) Menyiapkan peta distribusi penduduk
6) Peta jaringan jalan
7) Peta batas administrasi desa dan kecamatan
1. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, peta-peta yang menunjukkan kondisi
eksisting tersebut digunakan sebagai bahan bandingan RTRW yang akan
dievaluasi. Dari pembandingan kedua peta tersebut, kemudian dilakukan
penilaian penyimpangan yang terjadi dengan menggunakan prosedur dan
metoda penilaian/perhitungan yang akan digunakan. Dalam penilaian
penyimpangan yang terjadi melalui prosedur dan teknik yang telah
ditetapkan, perlu ditambahkan keterangan sebab terjadinya penyimpangan,
seperti, adanya prioritas yang berbeda; strategi pembangunan yang
berubah, misalnya adanya areal lahan yang tidak dapat dibebaskan
sehingga mengakibatkan dipindahkannya lokasi proyek; kondisi tanah
yang tidak sesuai yang tidak terliput pada waktu penyusunan rencana;
adanya program pembangunan dari pusat yang berskala besar.
2. Tahap Analisis
Pada tahap analisis, untuk menghasilkan nilai analisisnya
dilakukan melalui perhitungan penyimpangan setiap aspek dan selanjutnya

10
dijumlahkan nilai seluruh aspek yang menyimpang untuk kemudian
dihitung rat-ratanya. Hasil rata-rata akan memberi makna besarnya tingkat
penyimpangan suatu rencana dengan kondisi eksisting. Nilai tersebut
kemudian dibandingkan dengan klasifikasi nilai untuk rekomendasi yang
telah ditetapkan, untuk mengetahui kebijaksanaan apa yang harus
diusulkan dari hasil evaluasi ini
3. Penyusunan Rekomendasi
Penyusunan rekomendasi akan sangat bergantung pada besaran
nilai dari hasil analisa. Hasil evaluasi, pada dasarnya akan
merekomendasikan 3(tiga) kemungkinan, yaitu :

1) RTRW Kabupaten tidak perlu perubahan, karena masih dianggap valid


untuk digunakan sebagai alat pengendalian pemanfaatan ruang;
2) RTRW Kabupaten perlu direvisi sebagian, karena beberapa kawasan
sudah mengalami perubahan fungsi;
3) RTRW Kabupaten perlu direvisi total dalam arti RTRW yang baru
perlu disusun ulang, karena rencana yang telah ada tidak dapat lagi
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan, khususnya
dalam hal pengendalian pemanfaatan ruang kota
Dalam pelaksanaanya, dalam evaluasi dikenal tiga tahap evaluasi
yaitu evaluasi pada tahap (Muta’ali 2013) :

11
BAB III

PROFIL WILAYAH KECAMATAN

A. LUAS DAN LETAK GEOGRAFIS KECAMATAN PATTALASSANG

1.1 Letak Geografis dan administrasi Kecamatan Pattalassang


Kecamatan Pattalassang merupakan daerah dataran rendah dengan
ketinggian rata-rata kurang dari 500 meter di atas permukaan air laut,
namun ada satu desa yang didominasi oleh daerah lereng bukit yaitu Desa
Timbuseng yang sebagian besar penduduknya tersebar di atas bukit
Bollangi.Jumlah penduduk Kecamatan Pattallassang pada tahun 2016
adalah sebesar 24.064 jiwa. Kecamatan pattalassang berbatasan dengan:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros


b. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Parangloe
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bontomarannu
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Somba Opu

Tabel 1.2
Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi di Kecamatan
Pattallassang Tahun 2015-2016

Desa/Kelurahan Luas Persentase Dusun/Lingkungan Banyaknya RT


Area Terhadap RW/RK
(Km2) Luas
Kecamatan
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Timbuseng 7,11 8,37 6 11 23
Sunggumanai 11,43 13,45 3 12 21

12
Pattalassang 8,54 10,05 6 12 24
Pallantikang 11,13 13,10 5 10 12
Paccellekang 24,95 29,37 4 8 19
Borong Pa’lala 8,40 9,89 3 6 6
Panaikang 5,25 6,18 5 14 28
Jenemadinging 8,15 9,59 4 9 25
Jumlah 2016 84,96 100,00 36 82 158
2015 84,96 100,00 36 82 158

Kecamatan Pattallassang Dalam Angka 2017

Tabel 1.3

Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi

di Kecamatan Pattalassang

Tahun 2016

Desa/Kelurahan Luas Persentase Dusun/Lingkungan Banyaknya RT


Area Terhadap RW/RK
(Km2) Luas
Kecamatan
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Timbuseng 7,11 8,37 6 11 23
Sunggumanai 11,43 13,45 3 12 21
Pattalassang 8,54 10,05 6 12 24
Pallantikang 11,13 13,10 5 10 12
Paccellekang 24,95 29,37 4 8 19
Borong Pa’lala 8,40 9,89 3 6 6
Panaikang 5,25 6,18 5 14 20
Jenemadinging 8,15 9,59 4 9 25

13
Jumlah 84,96 100,00 36 82 150
Sumber :BPS Kecamatan Pattalassang Dalam Angka 2016

Tabel 1.4

Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi di Kecamatan


Pattallassang Tahun 2017

Desa/Kelurahan Luas Persentase Dusun/Lingkungan Banyaknya RT


Area Terhadap RW/RK
(Km2) Luas
Kecamatan
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Timbuseng 7,11 8,37 6 11 23
Sunggumanai 11,43 13,45 3 12 21
Pattalassang 8,54 10,05 6 12 24
Pallantikang 11,13 13,10 5 10 12
Paccellekang 24,95 29,37 4 8 19
Borong Pa’lala 8,40 9,89 3 6 6
Panaikang 5,25 6,18 5 14 28
Jenemadinging 8,15 9,59 4 9 25
Jumlah 2016 84,96 100,00 36 82 158
2015 84,96 100,00 36 82 158

Sumber :BPS Kecamatan Pattalassang Dalam Angka 2018

B. Kependudukan

14
Jumlah penduduk berdasarkan BPS Kabupaten Gowa maka penduduk
Kecamatan Pattallassang tahun 2017 sebanyak 24.366 jiwa. Desa
Pattallassang terbanyak jumlah penduduknya yaitu 3.692 jiwa (15.15%),
dan Desa Borong Pa’lala terkecil jumlah penduduknya yaitu 1.735 jiwa
(7.12%).

Tabel 1.4
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
Menurut Desa di Kecamatan Pattallassang Tahun 2017

Desa/Kelurahan Luas Wilayah Jumlah Kepadatan pendudk


penduduk per Km2
(1) (2) (3) (4)
Timbuseng 7,11 5.025 706
Sunggumanai 11,43 2.091 182
Pattalassang 8,54 3.692 432
Pallantikang 11,13 3.615 324
Paccellekang 24,95 3.369 135
Borong Pa’lala 8,40 1.735 206
Panaikang 5,25 2.406 458
Jenemadinging 8,15 2.433 298
Jumlah 2017 84,96 24.366 286

Sumber :BPS Kecamatan Pattalassang Dalam Angka 2017

Tabel 1.5
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
Menurut Desa di Kecamatan Pattallassang Tahun 2015-2016

15
Desa/Kelurahan Luas Wilayah Jumlah Kepadatan pendudk
penduduk per Km2
(1) (2) (3) (4)
Timbuseng 7,11 4.962 698
Sunggumanai 11,43 2.065 181
Pattalassang 8,54 3.646 427
Pallantikang 11,13 3.570 317
Paccellekang 24,95 3.327 321
Borong Pa’lala 8,40 1.714 204
Panaikang 5,25 2.377 453
Jenemadinging 8,15 2.403 296
Jumlah 2016 84,96 24.064 283
2015 84,96 23.752 280

Sumber :BPS Kecamatan Pattalassang Dalam Angka 2016

Tabel 1.6

Letak Geografis dan Batas Wilayah

Kecamatan Pattalassang Menurut Desa/Kelurahan

Tahun 2016

Batas Wilayah
Desa/ Sebagian Sebelah Sebelah Sebelah
Kelurahan besar Sebelah Timur Selatan Barat
wilayah Utara
Timbuseng Lereng Desa Kec.Paranglo Kec. Desa
Pattalassang & e & Kec. Bontomaran Borong

16
Desa Bontomarann nu Pa’lala
Pallantikang u
Sunggumanai Dataran Kec.
Desa Desa Bontomarann Kec.Som
Paccellekang Pattalassang u ba Opu
Pattalassang Dataran Desa Desa
Paccellekang & Desa Desa Sunggum
Desa Panaikang Pallantikang Timbuseng anai
Pallantikang Dataran Kec. Desa
Desa Kec.Paranglo Bontomaran Pattalassa
Paccellekang e nu ng
Paccellekang Dataran Desa Desa
Desa Sungguman Jenemadin
Kab.Maros Panaikang ai ging
Borong Pa’lala Dataran Desa Desa
Timbuseng & Timbuseng
Desa Desa &Desa Kec.Som
Pattalassang Pattalassang Bontomanai ba Opu
Panaikang Dataran Desa
Desa Kec.Paranglo Desa Paccellek
Paccellekang e Pallantikang ang
Jenemadinging Dataran Desa
Paccellekan Desa Kota
Kab Maros g Sunggumanai makassar
Sumber : BPS Kecamatan Pattalassang Dalam Angka 2017

1. Kondisi Fisik Wilayah Kecamatan Pattalassang


2.1 Kondisi Topografi
Topografi memepengaruhi perkembangan pembentukan profil tanah yaitu
jumlah curah hujan terabsorpsi dan penyimpanan dalam tanah, tingkat

17
perpindahan tanah bagian atas oleh erosi dan juga gerakan bahan-bahan
dalam suspensi atau larutan dari suatu tempat ke tempat lain. Faktor
topografi yag dinilai adalah tingkat kecuraman lereng, karena terdapatnya
perbedaan penting dalam syarat-syarat pengelolaan tanah untuk tanaman
tertentu pada tingkat kecuraman yang berbeda.

2.2 Hidrologi

Hidrologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu Hydrologia yang berarti "ilmu
air". Hidrologi adalah cabang ilmu Geografi yang mempelajari pergerakan,
distribusi, dan kualitas air di seluruh Bumi, termasuk siklus hidrologi dan
sumber daya air.

1) Air Permukaan

Air permukaan adalah air yang terkumpul di atas tanah atau di mata air,
sungai, danau, lahan basah, atau laut. Air permukaan berhubungan dengan
air bawah tanah atau air atmosfer. Air permukaan yang ada di Kelurahan
Bonto Rita yaitu sungai.

2) Air Tanah Dalam

Air tanah dalam adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau
bebatuan dibawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu
sumber daya air selain air sungai dan air hujan. Selain air permukaan,
sumber air yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk di Kelurahan Bonto
Rita ini yaitu air tanah dalam. Air tanah dalam yang digunakan oleh
penduduk di desa ini berupa sumur, yang didapatkan pada kedalaman 5
meter.

18
Tabel 1.7

Kondisi Geografis (Topografi) Desa/Kelurahan

di Kecamatan Pattalassang

Tahun 2018

Bukan Pantai
Desa/Kelurahan Kawasan Kawasan
Pantai Lembah Lereng Dataran
(1) (2) (3) (4) (5)
Timbuseng - - √ -
Sunggumanai - - - √
Pattalassang - - - √
Pallantikang - - - √
Paccellekang - - - √
Borong Pa’lala - - - √
Panaikang - - - √
Jenemadinging - - - √
Jumlah - - 1 7
Sumber : BPS Kecamatan Parangloe Dalam Angka 2017

2.2 Kondisi iklim dan curah hujan


Berdasarkan data curah hujan tertinggi yang di pantau oleh beberapa
stasiun/pos pengamatan seperti stasiun Geofisika Gowa dan BPP Limbung
terjadi pada bulan Januari yang mencapai rata-rata 470 mm, sedangkan
curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli-Agustus yang bisa dikatakan
hampir tidak ada hujan.

19
Keadaan yang mempengaruhi iklim suatu daerah adalah suhu,
kelembaban, arah angin dan kondisi cuaca pada saat tertentu. Pada
umumnya Kabupaten Gowa mempunyai iklim tropis basah. Curah hujan
dan hari hujan menunjukkan curah hujan untuk daerah dataran rendah
mempunyai variasi antara 500–1.000 mm/tahun sedangkan untuk daerah
hulu (pegunungan) berkisar antara 1.000 – 2.000 mm/tahun.Suhu Udara
rata-rata tahunan di dataran rendah berkisar antara 25,50 C - 27,90 C,
angka ini berkurang 0,60 C setiap kenaikan 100 meter.
Curah Hujan dan hari hujan akan menentukan pula potensi air
permukaan (air sungai) maupun ketersediaan air tanah (ground water)
dapat digunakan sebagai data potensi air tanah dalam jika diperlukan
untuk fasilitas pengairan menggunakan sistem pompa air dalam.

2.3 Kondisi Hidrologi


Keadaan Hidrologi di Kabupaten Gowa umumnya dipengaruhi
oleh sumber air yang berasal dari Sungai Saddang dan anak sungai serta
mata air dengan debit yang bervariasi. Hulu Sungai Saddang yang
merupakan sungai terpanjang di Sulawesi Selatan merupakan satu daerah
aliran sungai (DAS) Jeneberang berada di Kabupaten Gowa merupakan
sumber air bersih dan pertanian di Kabupaten Gowa dan Kabupaten
Takalar. Disatu sisi keberadaan sungai-sungai tersebut sangat potensi
dikembangkan bagi kepentingan pariwisata , misalnya arum jeram dan
wisata rafting.

2.4 Kondisi Tanah dan Batuan


Struktur geologi batuan Kabupaten Gowa yang memiliki
karakteristik geologi yang kompleks dicirikan oleh adanya jenis satuan
batuan yang bervariasi akibat pengaruh struktur geologi. Beberapa jenis

20
batuan yang dapat ditemukan di Kabupaten Gowa pada umumnya antara
lain:
 batuan epiklastik gunungapi (batupasir andesitan, batulanau,
konglomerat dan breksi
 batugamping kelabu hingga putih berupa lensa-lensa besar
 batugamping terumbu
 batupasir hijau, grewake, napal, batulempung dan tuf, sisipan lava
bersisipan andesit-basal
 batupasir, konglomerat, tufa, batulanau, batulempung, batugamping,
napal
 batusabak, kuarsit, filit, batupasir kuarsa malih, batulanau malih dan
pualam, setempat batulempung malih
 granit, granodiorit, riolit, diorit, dan aplit
 hasil erupsi parasit
 konglomerat, sedikit batupasir glokonit dan serpih
 lava andesit dan basal, dan latit kuarsa
 lava, breksi, tufa, konglomerat
 napal diselingi batulanau gampingan dan batupasir gampingan
 napal, kalkarenit, batugamping koral bersisipan dengan tuf dan
batupasir, setempat dengan konglomerat
 serpih coklat kemerahan, sepi napalan kelabu, batugamping, batupasir
kuarsa, konglomerat, batugamping dan setempat batubara.

Struktur geologi sangat mempengaruhi pola penyebaran batuan dan


keterdapatan bahan galian. Formasi geologi Kabupaten Gowa, dilihat
tabel dan gambar berikut.

2.5 Pola Penggunaan Lahan

21
Struktur penggunaan lahan di Kecamatan Pattallassang terdiri dari laha
kering dan lahan sawah. Lahan kering biasanya banyak digunakan untuk
perkebunan seluas 2.292 hektar, sedangkan sisanya untuk tegal/kebu,
lading/huma, dan hutan rakyat. Lahan sawah dibedakan menjadi ditanami padi
satu kali seluas 374 hektar dan ditanami padi dua kali/lebih seluas 1.553
hektar. Saat ini, Kecamatan Pattallassang menjadi salah satu kawasan
pengembangan lahan industri khususnya di Desa Panaikang. Hal ini dapat
dilihat dari telah dibangunnya pabrik pengolahan kakao. Fasilitas olah raga
juga tersedia di tiap-tiap desa berupa lapangan sepak bola, volley. Selain itu,
saat ini telah dibangun satu lapangan golf bertaraf internasional di Desa
Pallantikang yang menggunakan lahan seluas + 40 ha dan telah diresmikan
penggunaannya bulan Maret 2011.

2.6 Ekonomi
Sumber penghasilan utama penduduk adalah hasil pertanian. Namun, kios
sarana produksi milik KUD tidak tersedia, hanya kios non KUD yang tersebar
di setiap desa. Selain itu, dengan akan berdirinya beberapa perusahaan industri
besar dan dengan adanya lapangan golf yang bertaraf internasional, tentunya
sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi masyarakat khususnya di
Kecamatan Pattallassang.

6. Perkembangan Sektor-sektor perekonomian

6.1 Sektor Pertanian


Pada tahun 2017, komoditi utama hasil pertanian di Kecamatan
Pattallassang adalah tanaman padi sawah dengan luas panen sebesar
3.329,2 hektar dan produksi sebesar 22.551 ton. Selanjutnya diikuti oleh
tanaman ubi kayu dengan jumlah produksi 44.375 ton yang sebagian besar
di jadikan bahan baku tepung tapioka namun belum ada industri tepung
tapioka di dalam kecamatan sehingga sebagian besar petani menjualnya ke

22
pedagang pengumpul yang kemudian dikirim ke Pabrik Tapioka di
Kecamatan Bontomarannu dan Kecamatan Pallangga. Lahan padi sawah
yang terletak di Kecamatan Pattallassang sebagian masih merupakan
wilayah langganan banjir di musim hujan, khususnya di Desa
Borongpa’lala, Sunggumanai dan Jenemadinging, mungkin karena desa ini
merupakan daerah aliran sungai. Puluhan hektar padi sawah terendam
banjir tiap tahunnya dan mengakibatkan petani menanam ulang bahkan
ada yang sampai gagal panen.

23

Anda mungkin juga menyukai