- Iswahyudin, S.T.,M.Sp
Disusun Oleh :
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
Kabupaten Gowa merupakan daerah yang mengalami konversi lahan
karena pertumbuhan penduduk dan peningkatan ekonomi karena termasuk
sebagai salah satu kawasan kota baru yang memiliki potensi cukup besar.
Mata pencaharian masyarakat Pattallassang pada umumnya bertani dengan
komoditas utama padi, palawija, dan sayuran. Terdapat pula masyarakat
yang berprofesi di bidang non pertanian seperti lapangan usaha
perdaganga/jasa, serta 15% pegawai negeri dan swasta.
1. Maksud
Untuk mengevaluasi apakah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Gowa sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.
2. Tujuan
Untuk mengidentifikasi seberapa besar tingkat kesesuaian Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa dengan fakta yang ada di
lapangan
C. Permasalahan
Permasalahan terjadi sudah bertahun tahun di Kabupaten Gowa,
Sulawesi Selatan, yaitu di Jalan poros Sungguminasa - Limbung, tepatnya
di Kalukuang, Panciro, dan Pallangga. Setiap pagi selalu ada pasar tumpah
di pinggir jalan sampai mengambil bahu jalan. Kegiatan ini sudah
bertahun tahun terjadi dan tidak ada tindakan tegas dari pemerintah. Untuk
menuju ke Sungguminasa, harus melewati 3 kali pasar tumpah.
Permasalahan :
1. Sangat mengganggu bagi pengguna jalan, sangat menyita waktu (macet)
2. Rawan kecelakaan
3. Merusak pemandangan, karena pasti ada sisa sampah (bahan pokok
utamanya sayuran)
4. Sudah mengambil hak orang lain.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perencanaan (planning)
B. Pengertian Pembangunan
Berikut beberapa pengertian pembangunan menurut para ahli :
a. Todaro : Pembangunan dibagi dalam tiga komponen dasar,
sebagai basis konseptual dan pedoman praktis dalam memahami
pembangunan yang paling hakiki yakni kecukupan yang
mmemenuhi kebutuhan pokok, meningkatkan rasa harga diri atau
jati diri serta kebebasan dalam memilih selanjutnya Todaro 2
mengemukakan bahwa pembangunan adalah suatu proses
4
multidimensional yang mencakup berbagai hal yang mendasar atas
struktur sosial sikap-sikap masyarakat, dan institusi nasional,
disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi,
penanganan ketimpangan pendapatan,pengentasan kemiskinan.
b. Ginanjar kartasmista : Pembangunan adalah suatu proses
perubahan kearah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan
secara terencana.
c. Siagian : Pembangunan adalah rangkaian usaha mewujudkan
pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang
ditempuh oleh suatu negara atau bangsa yang menuju modernitas
dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)
d. Deddy T.Tikson : Pembangunan merupakan transformasi
ekonomi, strategi dan budaya yang secara sengaja melalui
kebijakan dan juga strategi menuju kearah yang diinginkan.
e. Surkino : Pembangunan adalah suatu usaha proses yang
menyebabkan pandapatan perkapita masyarakat dapat meningkat
dalam jangka panjang. Jadi pembangunan adalah rangkaian usaha
mewudkan pertumbuhan dan perubahan kearah yang lebih baik
melalui upaya yang dilakukan secara terencana dengan
menggunakan sumberdaya untuk mencapai tujuan mewujudkan
kesejahteraan rakyat yang berkeadilan.
5
Pengendalian dan pengawasan ini justru juga harus dapat menjadi alat
pemacu secara terarah dan terkendali bagi potensi pengembangan lahan yang
dapat memberikan peningkatan keuntungan secrah social,ekonomi dan fisik
D. Lahan
1. Definisi Lahan
Lahan adalah lingkungan fisik dan biotik yang berkaitan dengan daya
dukungnya terhadap kehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan
fisik berupa relief atau topografi, iklim, tanah dan air, sedangkan lingkungan
biotik adalah manusia, hewan, dan tumbuhan. Dalam penggunaan lahan, perlu
diperhatikan aspek fisiknya agar tidak menimbulkan kerusakan bagi tanah
serta daerah sekitarnya. Faktor fisik yang paling dominan adalah kemiringan
lereng dan ketinggian dari permukaan air laut. Faktor kemiringan berpengaruh
besar terhadap kendali air yang menentukan ada atau tidaknya kerusakan.
Lahan merupakan area atau luasan tertentu dari permukaan bumi yang
memiliki ciri tertentu yang mungkin stabil atau terjadi siklus baik diatas atau
di bawah luasan tersebut meliputi atmosfir, tanah geologi, hidrologi populasi
tumbuhan dan hewan, dan dipengaruhi oleh kegiatan manusia (ekonomi,
sosial, budaya) di masa lampau dan sekarang, dan selanjutnya mempengaruhi
potensi penggunaanya pada masa yang akan datang. (Baja dan Phil 2012).
6
jumlahnya terus bertambah. Pertumbuhan penduduk berlangsung dengan
kecepatan sekitar 2,5 persen/tahun;
b. Meningkatkan pembangunan dan taraf hidup masyarakat dapat
meningkatkan persaingan penggunaan ruang (lahan),sehingga sering
terjadi konflik (perebutan) penggunaan lahan;
c. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya dapat
menyebabkan kerusakan lahan;
d. Kontroversi lahan pertanian dengan tanah subur termasuk sawah irigasi
menjadi lahan non-pertanian seperti wilayah industri, perumahan dan lain-
lain perlu ditata karena sulitnya mencari lahan
1. Penyimpangan Penggunaan Lahan
Menurut Siswanto (2006) perubahan penggunaan lahan dalam
pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi
karena dua hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan
penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan
meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Selanjutnya
pertumbuhan ekonomi, perubahan pendapatan dan konsumsi juga merupakan
faktor penyebab perubahan penggunaan lahan. Sebagai contoh, meningkatnya
kebutuhan akan ruang tempat hidup, transportasi dan tempat rekreasi akan
mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan. Teknologi juga berperan
dalam menggeser fungsi lahan.
7
Pada dasarnya aspek permintaan lahan berkaitan dengan kebijakan dan
program pemerintah untuk meningkatkan efisiensi sosial ekonomis,
peningkatan efisiensi industri dan kelembagaan, penurunan tingkah
laku spekulatif dan pengontrolan peningkatan jumlah penduduk.
b) Struktur penawaran atau ketersediaan lahan Ketersediaan lahan
dibatasi oleh luasan permukaan yang tetap Kualitas lahan yang
bervariasi dan penyebarannya secara spasial tidak merata dan
cenderung tetap menyebabkan penawaran penggunaan lahan bersifat
inelastis terhadap besarnya permintaan akan lahan. Penawaran
sumberdaya lahan ini juga sangat dipengaruhi oleh penggunaan lahan
saat ini.
c) Struktur penguasaan teknologi yang berdampak pada produktifitas
sumberdaya alam Produktivitas lahan mempunyai peran yang cukup
besar dalam menurunkan ketergantungan terhadap ekstensifikasi
usahatani dalam upaya meningkatkan produksi pertanian.
2. Tujuan Manajemen Lahan Perkotaan
Tujuan umum manajement lahan pada prinsipnya adalah
melakukan penyediaan, pemanfaatan dan pengendalian lahan untuk
pembangunan (Zamilah, dkk,2001:50). Namun, sesuai dengan lingkup
yang lebih luas dari manajemen lahan perkotaan, maka tujuan tersebut
yaitu: Peran dan fungsi manajement lahan perkotaan
8
di capai.
E. Evaluasi
1. Definisi Evaluasi
Evaluasi adalah program pendidikan merupakan kegiatan yang dapat
membantu pemerintah dalam mencapai tujuannya. suatu seni,tidak ada satu
pun evaluasi yang sempurna, walaupun dilakukan dengan teknik yang
berbeda-beda (Cronbach, 1982) Evaluator sebagiannya tidak memberikan
jawaban terhadap suatu pernyataan khusus.bukanlah tugas seorang evaluator
memberikan rekomendasi pertimbangan tentang diteruskan dan tidaknya
sesuatu program.
a. RTRW (yang telah disahkan dengan Perda) atau Rencana Detail yang
telah disahkan oleh Bupati/Walikota;
b. Ijin-ijin tentang lokasi yang dikeluarkan oleh pemerintah/dinas terkait
c. Ijin tentang bangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah/dinas terkait
d. Analisa mengenai dampak lingkungan (jika ada)
e. Kriteria lokasi dan standar teknis yang berlaku di bidang penataan ruang.
2. Tahap Evaluasi
Setiap keputusan yang telah disepakati dan yang akan dikerjakan
sesuai dengan program kerja tentunya harus melewati suatu proses untuk
mencapai tujuan dan misi. Tetapi di dalam melakukan suatu kegiatan belum
tentu sesuai dengan keinginan, hal tersebut dapat terjadi kapan dan di mana
saja karena beberapa faktor seperti : sumber daya manusia yang tidak siap
baik secara kualitas maupun kuantitas, kurangnya data yang dikumpulkan dan
kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung, sehingga diperlukan
9
manejemen dan teknik evaluasi untuk meminimalkan kesalahan yang akan
terjadi. Secara garis besar proses evaluasi dapat dibagi menjadi tiga bagian
yaitu:
a. Persiapan
Pada tahap persiapan, kegiatan ini merupakan penunjang untuk
pelaksanaan evaluasi melalui beberapa kegiatan untuk mengumpulkan data
dan informasi yang dibutuhkan. Kegiatan ini meliputi :
10
dijumlahkan nilai seluruh aspek yang menyimpang untuk kemudian
dihitung rat-ratanya. Hasil rata-rata akan memberi makna besarnya tingkat
penyimpangan suatu rencana dengan kondisi eksisting. Nilai tersebut
kemudian dibandingkan dengan klasifikasi nilai untuk rekomendasi yang
telah ditetapkan, untuk mengetahui kebijaksanaan apa yang harus
diusulkan dari hasil evaluasi ini
3. Penyusunan Rekomendasi
Penyusunan rekomendasi akan sangat bergantung pada besaran
nilai dari hasil analisa. Hasil evaluasi, pada dasarnya akan
merekomendasikan 3(tiga) kemungkinan, yaitu :
11
BAB III
Tabel 1.2
Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi di Kecamatan
Pattallassang Tahun 2015-2016
12
Pattalassang 8,54 10,05 6 12 24
Pallantikang 11,13 13,10 5 10 12
Paccellekang 24,95 29,37 4 8 19
Borong Pa’lala 8,40 9,89 3 6 6
Panaikang 5,25 6,18 5 14 28
Jenemadinging 8,15 9,59 4 9 25
Jumlah 2016 84,96 100,00 36 82 158
2015 84,96 100,00 36 82 158
Tabel 1.3
di Kecamatan Pattalassang
Tahun 2016
13
Jumlah 84,96 100,00 36 82 150
Sumber :BPS Kecamatan Pattalassang Dalam Angka 2016
Tabel 1.4
B. Kependudukan
14
Jumlah penduduk berdasarkan BPS Kabupaten Gowa maka penduduk
Kecamatan Pattallassang tahun 2017 sebanyak 24.366 jiwa. Desa
Pattallassang terbanyak jumlah penduduknya yaitu 3.692 jiwa (15.15%),
dan Desa Borong Pa’lala terkecil jumlah penduduknya yaitu 1.735 jiwa
(7.12%).
Tabel 1.4
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
Menurut Desa di Kecamatan Pattallassang Tahun 2017
Tabel 1.5
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
Menurut Desa di Kecamatan Pattallassang Tahun 2015-2016
15
Desa/Kelurahan Luas Wilayah Jumlah Kepadatan pendudk
penduduk per Km2
(1) (2) (3) (4)
Timbuseng 7,11 4.962 698
Sunggumanai 11,43 2.065 181
Pattalassang 8,54 3.646 427
Pallantikang 11,13 3.570 317
Paccellekang 24,95 3.327 321
Borong Pa’lala 8,40 1.714 204
Panaikang 5,25 2.377 453
Jenemadinging 8,15 2.403 296
Jumlah 2016 84,96 24.064 283
2015 84,96 23.752 280
Tabel 1.6
Tahun 2016
Batas Wilayah
Desa/ Sebagian Sebelah Sebelah Sebelah
Kelurahan besar Sebelah Timur Selatan Barat
wilayah Utara
Timbuseng Lereng Desa Kec.Paranglo Kec. Desa
Pattalassang & e & Kec. Bontomaran Borong
16
Desa Bontomarann nu Pa’lala
Pallantikang u
Sunggumanai Dataran Kec.
Desa Desa Bontomarann Kec.Som
Paccellekang Pattalassang u ba Opu
Pattalassang Dataran Desa Desa
Paccellekang & Desa Desa Sunggum
Desa Panaikang Pallantikang Timbuseng anai
Pallantikang Dataran Kec. Desa
Desa Kec.Paranglo Bontomaran Pattalassa
Paccellekang e nu ng
Paccellekang Dataran Desa Desa
Desa Sungguman Jenemadin
Kab.Maros Panaikang ai ging
Borong Pa’lala Dataran Desa Desa
Timbuseng & Timbuseng
Desa Desa &Desa Kec.Som
Pattalassang Pattalassang Bontomanai ba Opu
Panaikang Dataran Desa
Desa Kec.Paranglo Desa Paccellek
Paccellekang e Pallantikang ang
Jenemadinging Dataran Desa
Paccellekan Desa Kota
Kab Maros g Sunggumanai makassar
Sumber : BPS Kecamatan Pattalassang Dalam Angka 2017
17
perpindahan tanah bagian atas oleh erosi dan juga gerakan bahan-bahan
dalam suspensi atau larutan dari suatu tempat ke tempat lain. Faktor
topografi yag dinilai adalah tingkat kecuraman lereng, karena terdapatnya
perbedaan penting dalam syarat-syarat pengelolaan tanah untuk tanaman
tertentu pada tingkat kecuraman yang berbeda.
2.2 Hidrologi
Hidrologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu Hydrologia yang berarti "ilmu
air". Hidrologi adalah cabang ilmu Geografi yang mempelajari pergerakan,
distribusi, dan kualitas air di seluruh Bumi, termasuk siklus hidrologi dan
sumber daya air.
1) Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang terkumpul di atas tanah atau di mata air,
sungai, danau, lahan basah, atau laut. Air permukaan berhubungan dengan
air bawah tanah atau air atmosfer. Air permukaan yang ada di Kelurahan
Bonto Rita yaitu sungai.
Air tanah dalam adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau
bebatuan dibawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu
sumber daya air selain air sungai dan air hujan. Selain air permukaan,
sumber air yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk di Kelurahan Bonto
Rita ini yaitu air tanah dalam. Air tanah dalam yang digunakan oleh
penduduk di desa ini berupa sumur, yang didapatkan pada kedalaman 5
meter.
18
Tabel 1.7
di Kecamatan Pattalassang
Tahun 2018
Bukan Pantai
Desa/Kelurahan Kawasan Kawasan
Pantai Lembah Lereng Dataran
(1) (2) (3) (4) (5)
Timbuseng - - √ -
Sunggumanai - - - √
Pattalassang - - - √
Pallantikang - - - √
Paccellekang - - - √
Borong Pa’lala - - - √
Panaikang - - - √
Jenemadinging - - - √
Jumlah - - 1 7
Sumber : BPS Kecamatan Parangloe Dalam Angka 2017
19
Keadaan yang mempengaruhi iklim suatu daerah adalah suhu,
kelembaban, arah angin dan kondisi cuaca pada saat tertentu. Pada
umumnya Kabupaten Gowa mempunyai iklim tropis basah. Curah hujan
dan hari hujan menunjukkan curah hujan untuk daerah dataran rendah
mempunyai variasi antara 500–1.000 mm/tahun sedangkan untuk daerah
hulu (pegunungan) berkisar antara 1.000 – 2.000 mm/tahun.Suhu Udara
rata-rata tahunan di dataran rendah berkisar antara 25,50 C - 27,90 C,
angka ini berkurang 0,60 C setiap kenaikan 100 meter.
Curah Hujan dan hari hujan akan menentukan pula potensi air
permukaan (air sungai) maupun ketersediaan air tanah (ground water)
dapat digunakan sebagai data potensi air tanah dalam jika diperlukan
untuk fasilitas pengairan menggunakan sistem pompa air dalam.
20
batuan yang dapat ditemukan di Kabupaten Gowa pada umumnya antara
lain:
batuan epiklastik gunungapi (batupasir andesitan, batulanau,
konglomerat dan breksi
batugamping kelabu hingga putih berupa lensa-lensa besar
batugamping terumbu
batupasir hijau, grewake, napal, batulempung dan tuf, sisipan lava
bersisipan andesit-basal
batupasir, konglomerat, tufa, batulanau, batulempung, batugamping,
napal
batusabak, kuarsit, filit, batupasir kuarsa malih, batulanau malih dan
pualam, setempat batulempung malih
granit, granodiorit, riolit, diorit, dan aplit
hasil erupsi parasit
konglomerat, sedikit batupasir glokonit dan serpih
lava andesit dan basal, dan latit kuarsa
lava, breksi, tufa, konglomerat
napal diselingi batulanau gampingan dan batupasir gampingan
napal, kalkarenit, batugamping koral bersisipan dengan tuf dan
batupasir, setempat dengan konglomerat
serpih coklat kemerahan, sepi napalan kelabu, batugamping, batupasir
kuarsa, konglomerat, batugamping dan setempat batubara.
21
Struktur penggunaan lahan di Kecamatan Pattallassang terdiri dari laha
kering dan lahan sawah. Lahan kering biasanya banyak digunakan untuk
perkebunan seluas 2.292 hektar, sedangkan sisanya untuk tegal/kebu,
lading/huma, dan hutan rakyat. Lahan sawah dibedakan menjadi ditanami padi
satu kali seluas 374 hektar dan ditanami padi dua kali/lebih seluas 1.553
hektar. Saat ini, Kecamatan Pattallassang menjadi salah satu kawasan
pengembangan lahan industri khususnya di Desa Panaikang. Hal ini dapat
dilihat dari telah dibangunnya pabrik pengolahan kakao. Fasilitas olah raga
juga tersedia di tiap-tiap desa berupa lapangan sepak bola, volley. Selain itu,
saat ini telah dibangun satu lapangan golf bertaraf internasional di Desa
Pallantikang yang menggunakan lahan seluas + 40 ha dan telah diresmikan
penggunaannya bulan Maret 2011.
2.6 Ekonomi
Sumber penghasilan utama penduduk adalah hasil pertanian. Namun, kios
sarana produksi milik KUD tidak tersedia, hanya kios non KUD yang tersebar
di setiap desa. Selain itu, dengan akan berdirinya beberapa perusahaan industri
besar dan dengan adanya lapangan golf yang bertaraf internasional, tentunya
sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi masyarakat khususnya di
Kecamatan Pattallassang.
22
pedagang pengumpul yang kemudian dikirim ke Pabrik Tapioka di
Kecamatan Bontomarannu dan Kecamatan Pallangga. Lahan padi sawah
yang terletak di Kecamatan Pattallassang sebagian masih merupakan
wilayah langganan banjir di musim hujan, khususnya di Desa
Borongpa’lala, Sunggumanai dan Jenemadinging, mungkin karena desa ini
merupakan daerah aliran sungai. Puluhan hektar padi sawah terendam
banjir tiap tahunnya dan mengakibatkan petani menanam ulang bahkan
ada yang sampai gagal panen.
23