Anda di halaman 1dari 9

TATA KOTA DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

1. Latar Belakang
Kota merupakan pusat pemukiman penduduk yang melibatkan
berbagai kegiatan. Baik kegiatan yang bersifat ekonomi, industri, teknologis
dan kegiatan sosial. Berdasarkan aktivitas tersebut banyak menmbulkan
ketimpangan, seperti pembangunan industry yang menimbulkan berbagai
dampak lingkungan (pencemaran air limbah dan pencemaran air bersih).
Banyaknya kendaraan bermotor, padatnya lalu lintas menimbulkan populasi
udara dan kesemrawutan lalu lintas serta berbagai benturan sosial lainnya.
Berkenaan dengan adanya problem perkotaan tersebut, untuk pengaturan
lingkungan perkotaan menurut UULH dharapkan dapat menjadi pedoman
dasar sebagai landasan hokum formal.
Sebagaimana Rangkuti (2006) mengatakan bahwa UULH mengandung
ketentuan pokok untuk mengatur masalah lingkungan melalui sarana yuridis.
Selanjutnya member penyelesaian hukum yang sesuai dengan system hukum
yang berlaku di Indonesia. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka sudah
tercerminlah bahwa UULH dapat juga digunakan untuk penataan lingkungan
hidup di perkotaan, guna mengatasi berbagai permasalahan lingkungan
hidup.
Materi atau lingkup lingkungan hidup sangat luas, mencakup segi-segi
ruang angkasa sampai kepada perut bumi dasar laut, sumber daya manusia,
sumber daya alam, hayati dan non hayati serta sumber daya buatan manusia.
Luasnya cakupan tersebut, maka dapat dipahami bahwa UULH hanya
bersifat mengatur ketentuan-ketentuan pokok mengenai pengelolaan
lingkungan hidup.
Beberapa aspek sektoral yang penting, sehingga perlu diatur dalam
undang-undang tersendri yang memuat misalnya sumber daya alam hayati,
ekosistem, sumber daya alam buatan, cagar budaya, perindustrian,
kesehatan, tata ruang, kependudukan dan sebagainya. Karena luasnya
cakupan tersebut, pengelolaan lingkungan hidup di perkotaan sudah
termasuk di dalamnya. Pola pembangunan perkotaan yang berwawasan
lingkungan ialah konsep yang harus ditempuh melalui proses jangka panjang.
Sebab kota merupakan arena kegiatan manusia yang serba kompleks
melibatkan berbagai aspek ativitas. Baik aspek manusianya, sumber daya
alam dan buatan manusia. Oleh karenanya, pembangunan perkotaan
dampak lingkungan yang ditimbulkan merusak ekosistem perkotaan.
Seperti disebutkan dalam UULH pasal 1 angka 13 (Jayadinata 1992
lampiran 6) menyebutkan “Pembangunan berwawasan lingkungan adalah
upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya
secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk
meningkatkan mutu hidup”. Kalau uraian tersebut dianalisis lebih jauh tentang
konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan, ada beberapa cerita
yang perlu diberi penekanan yang lebih mendalam, yaitu:
a. Konsep Usaha Sadar
Yaitu pembangunan perkotaan yang akan dilaksanakan, bukan
dilaksanakan secara sepintas lalu. Namun bertolak ukur dengan
falsafah bangsa dan perundang-undangan yang berlaku. Menyadari
akan tujuan dan manfaat pembangunan serta mempertimbangkan
tentang keserasan lingkungan tanpa merusak lingkungan.
b. Bijaksana dan Berencana
Berarti dalam melaksanakan pembangunan perkotaan terlebih dahulu
harus melalui perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan
berbagai aspek ekologis.
c. Pembangunan yang Berkesinambungan
Pembangunan yang akan dilaksanakan melalui tahap-tahap jangka
panjang dan tidak mempunyai akhir. Harus dipertimbangkan bahwa
pembangunan yang akan dilaksanakan bukan hanya untuk
kepentingan sekarang, tetapi untuk generasi yang akan datang.
d. Meningkatkan Mutu Hidup
Tujuan pembanguna yang akan dicapai adalah meningkatkan kualitas
hidup masyarakat yang akan menkmati pembangunan. Untuk
mencapai mutu hidup banyak aspek yang perlu dipertimbangkan,
termasuk faktor intelektualitas, faktor ekonomi, dan faktor sosio-
kulturalnya.
2. Metode dan Teknik Perencanaan Lingkungan
Metode yang digunakan dalam perencanaan lingkungan pada
dasarnya tidak berbeda dengan metode yang digunakan pada perencanaan
yang lain. Pokok-pokok yang menjadi fokus analisis dalam perencanaan akan
muncul pada seluruh tahapan proyek dan bervariasi menurut tingkatan
kerumitannya.
Pada tahap awal suatu proyek titik perhatiannya adalah pengumpulan
dan pengelompokan data. Di balik inventarisasi data adalah mempelajari
semua hal tentang karakter lokasi proyek dan lingkungannya. Pendekatan ini
pada umumnya mencakup pemeriksaan lapangan. Setelah itu, disertai usaha
untuk mendapatkan ukuran lapangan. Data tersebut diperoleh dari data
sekunder, seperti peta topografi, peta tanah, keadaan cuaca.
Pada tahap awal, biasanya berkaitan dengan persoalan rekayasa,
keamanan dan kesehatan yang diketahui atau diharapkan. Selanjutnya
proses tersebut akan menjadi lebih analitis, karena pokok persoalan yang
muncul berkaitan dengan pengujian prosedur perencanaan dan desain.
Pendekatan yang digunakan memang bervariasi.
Penarikan kesimpulan dari prosedur pengumpulan data, pengukuran
deskriptif dan pengukuran analisis dihadapkan pada tugas untuk
mengintegrasikan berbagai macam kesimpulan menurut cara bermanfaat
bagi proses pengambilan keputusan.

3. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang
b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
d. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/Prt/M/2007 Tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 Tentang
Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman
g. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 15 Tahun 2008
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2005 -2025

4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini adalah :
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari Latar belakang, metode perencanaan,
dasar hukum dan sistematika penulisan
BAB II Kerangka Pengembangan yang terdiri dari Visi dan Misi Sanitasi,
Tahapan pengembangan Sanitasi dan Pendanaan Sanitasi Daerah
BAB III Strategi Pengembangan Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota
BAB IV Program dan Kegiatan
BAB V Penutup yang terdiri dari Monitoring dan Evaluasi

5. Kerangka Pengembangan Sanitasi

Masalah Sanitasi

Program SANIMAS Pelaksanaan SANIMAS

Analisis Perencanaan Analisis Kesehatan Analisis Penggunaan


dan kelembagaan Lingkungan Sarana

Efektifitas pelaksanaan program Faktor pendukung dan


SANIMAS penghambat program SANIMAS

Rekomendasi dan
Tindak lanjut

Gambar 2.1. Kerangaka Pengembangan Sanitasi Daerah


6. Visi dan Misi Sanitasi
Visi dan Misi dalam penyelenggaraan sanitasi, yang meliputi pengelolaan air
limbah permukiman, pengelolaan persampahan, dan drainase perkotaan,
sebagaimana yang diuraikan dalam Buku Diseminasi dan Sosialisasi
Keteknikan Bidang PLP di antaranya adalah sebagai berikut:

Pengelolaan Air Limbah Permukiman


Visi:
"Terwujudnya masyarakat sehat dalam lingkungan yang lestari"
Misi:
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui peningkatan akses
masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah dengan sistem
setempat (on-site) dan sistem terpusat (off-site)
b. Mencegah dan menanggulangi pencemaran dan atau kerusakan
llingkungan hidup yang diakibatkan oleh air limbah permukiman
c. Memberdayakan masyarakat dan dunia usaha agar lebih berperan
aktif dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah
permukiman
d. Menyiapkan peraturan perundangan dalam penyelenggaraan sistem
pengelolaan air limbah permukiman
e. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan pengelolaan
air limbah permukiman dengan prinsip good corporate governance
f. Meningkatkan dan mengembangkan alternatif sumber pendanaan
dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah permukiman

Pengelolaan Persampahan
Visi
"Permukiman sehat yang bersih dari sampah"
Misi
a. Mengurangi timbulan sampah dalam rangka pengelolaan persamapah
yang berkelanjutan
b. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sistem pengelolaan
persampahan
c. Memberdayakan masyarakat dan meningkatkan peran aktif dunia
usaha/swasta
d. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan dalam
sistem pengelolaan persampahan sesuai dengan prinsip good and
corporate governance, yang berupa:
1) Penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik dalam
pengelolaan persampahan
2) Penyelenggaraan pengelolaan persampahan yang transparan,
partisipatif, serta akuntabel dalam pengelolaannya
3) Pelibatan semua stakeholder dalam pengelolaan persampahan
4) Pengelolaan persampahan secara efektif, efisien dan profesional
5) Penguatan kelembagaan dengan penyesuaian struktur dan
kewenangan kelembagaan pengelola persampahan
e. Memobilisasi dana dari berbagai sumber untuk pengembangan sistem
pengelolaan persampahan:
1) Peningkatan prioritas dan alokasi pendanaan bagi
penyelenggaraan pelayanan persampahan
2) Pengembangan potensi pendanaan untuk pengelolaan
persampahan, baik melalui anggaran kabupaten/kota, provinsi,
pusat dana luar negeri, termasuk kerjasama dengan dunia
usaha/swasta
3) Pengembangan dan perkuatan bagi kota-kota yang belum
mampu menyediakan pelayanan minimal
f. Menegakkan hukum dan melengkapi peraturan perundangan:
1) Penegakan hukum dan pemberlakuan sanksi bagi pelanggaran
penyelenggaraan persampahan sebagai upaya pembinaan bagi
masyarakat, aparat dan stakeholder terkait
2) Melengkapi/meningkatkan produk hukum yang diperlukan bagi
penyelenggaraan pengelolaan persampahan, baik di tingkat
Pusat , Provinsi maupun Kabupaten/Kota
Drainase Perkotaan
Visi
"Masyarakat hidup sehat, nyaman dengan lingkungan bersih bebas dari
genangan"
Misi
a. Membina penyelenggaraan pelayanan prasarana dan sarana drainase
perkotaan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat
b. Membina SDM yang menangani penyelenggaraan drainase perkotaan
dalam hal perubahan iklim global serta dampak-dampaknya dan sistem
penanggulangan dampaknya
c. Membina pelaksanaan pembangunan dan mengembangkan prasarana
dan sarana penyehatan lingkungan permukiman mendukung
pencegahan pencemaran lingkungan
d. Mendorong peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah
dan masyarakat yang efektif dan efisien bdan bertanggung jawab
e. Mendorong peningkatan upaya-upaya penyelenggaraan drainase
secara berwawasan lingkungan (ecodrain) untuk meminimalkan
genangan dan banjir yang berdampak negatif
f. Mendorong upaya penerapan manajemen resiko penyelenggaraan
drainase perkotaan
g. Mendorong terciptanya pengaturan berdasarkan hukum (Permen,
Perda) yang dapat diterapkan pemerintah pusat maupun provinsi,
kabupaten/kota dan masyarakat untuk membangun dan
penyelenggaraan drainase perkotaan demi tercapainya lingkungan
permukiman yang sehat dan nyaman.
h. Mendorong peningkatan kemampuan pembiayaan menuju ke arah
kemandirian
i. Mendorong peran serta aktif masyarakat dalam proses pembangunan
prasarana dan sarana drainase perkotaan
j. Mendorong peningkatan peran dunia usaha, perguruan tinggi melalui
penciptaan iklim kondusif bagi pengembangan prasarana dan sarana
penyehatan lingkungan
7. Pentahapan Pengembangan Sanitasi

REMBUG
Kelurahan Tahap I

Pembentukan Pokasi
Kelurahan

Bersama BKM/LKM dan


KM

Pemetaan Sanitasi  Kondisi Geografi


Kelurahan  Kondisi Demografi
 Identifikasi Masalah
 Penentuan Daerah
Bermasalah
Dokumen Rencana Aksi  Upaya Perbaikan
Perbaikan Sanitasi
Tingkat Keluarahan 3
Tahunan

REMBUG
Kelurahan Tahap II

Gambar 2.1. Tahapan Pelaksanaan Sanitasi Daerah

8. Kemampuan Pendanaan Sanitasi Daerah

Gambar 2.3. Pendanaan Sanitasi Daerah


Pola pendanaan dan kontribusi di kegiatan Sanitasi Daerah terdiri dari
2 macam yaitu : cash (tunai) dan in-cash (material/ lahan). Metode pencairan
dana adalah sebagai berikut :
a. Dana yang bersumber dari pemerintah pusat dalam bentuk material
dicairkan melaui Satuan Kerja Peningkatan Kinerja Pengelolaan
Penyehatan Lingkungan Permukiman Propinsi dalam bentuk in-cash per
lokasi. Pengadaannya melaui tender dan disalrkan ke masyarakat sesuia
dengan kesepakatan.
b. Dana yang bersumber dari Pemerintah Kabupaten/ Kota dalam bentuk
cash (upah) dan in-cash (material dan lahan). Proses pencairan/
pengadaan sesuai dengan proposal KSM saat mengajukan rencana
kegiatan masyarakat.
c. Dana yang bersumber dari swasta/LSM Donatur dalam bentuk cash dan
in-cash.
d. Dana yang bersumber dari masyarakat berupa cash dan in–cash.
Untuk memonitor dan mengawasi progress keuangan maka KSM
membuat Jurnal Keuangan, yang dibuat tiap minggu oleh KSM dan
diinformasikan kepada masyarakat. Sedangkan laporan akhir keuangan
dibuat oleh KSM Sanitasi Daerah setelah semua pekerjaan konstruksi selesai
disertai bukti-bukti semua transaksi.

Anda mungkin juga menyukai