Anda di halaman 1dari 13

SANITASI PERMUKIMAN

Dosen Pengampu : Emi Sutrisminah, S.SiT., M.Keb


anggota kelompok SGD 2A

on ika
i M Suci Indah Rizki
Cic
Sa ri Permata Amal
ya

Dian Reza
Diska
Salsabila
kebijakan santitasi permukiman
Permukiman dianggap sebagai bagian dari kawasan pemukiman sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Kawasan permukiman adalah kumpulan lebih dari satu satuan rumah dengan
prasarana, sarana, utilitas umum, dan penunjang kegiatan fungsional lainnya baik di
perkotaan maupun di pedesaan
Kebijakan Nasional Sanitasi Pemukiman
1. Undang- undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman
2. UU RINo. 4/1992 tentang syarat pemukiman sehat
3. Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan kesehatan perumahan dan
lingkungan pemukiman
4. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN
UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI DAERAH
5. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1077/MENKES/PER/V/2011 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN
UDARA DALAM RUANG RUMAH
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 829 Tahun 1999 Tentang : Persyaratan Kesehatan Perumahan
7. KepMen No 403 Tahun 2002 tentang Permukiman dan Prasarana Wilayah
kebijakan santitasi permukiman
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Menurut pedoman penentuan Standar Pelayanan Minimal
persyaratan kesehatan perumahan dan kawasan permukiman (SPM) (Lampiran Kepmen Kimpraswil No.534/KPTS/M/2001)
Parameter berikut tercantum dalam No., bahwa dalam pengelolaan prasarana sanitasi lingkungan
829/Menkes/SK/VII/1999 ; permukiman harus ada antara lain:
1. lokasi
Tidak berada di daerah rawan bencana alam seperti bantaran a. a.Cangkupan pelayanan minimal dapat melayani 50 s/d
sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, 70% dari jumlah penduduk di permukiman tersebut 80 s/d
daerah gempa bumi, dll 90% dari jumlah penduduk untuk kepadatan >300 jiwa/Ha
2. Kualitas Tanah dan Udara 5. Vektor penyakit
3. Kebisingan dan Suara 6. Penghijauan
4. Sarana dan Prasana Penanaman pohon merupakan salah satu cara manusia
dapat berperan dalam menjaga lingkungan.
Pengelolaan
arget pembangunan sanitasi permukiman dalam rangka mengatasi permasalahan dan tantangan
sanitasi permukiman, utamanya yang disebabkan masih adanya masyarakat yang melakukan
BAB di sembarang tempat (BABS). Pemerintah Indonesia melalui Program Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) mempunyai 3 target yang harus dicapai pada tahun
2014, yaitu:
1. Stop BAB sembarangan, baik di perkotaan maupun di pedesaan
2. Pengurangan timbulan sampah dari sumbernya dan penanganan sampah yang berwawasan
lingkungan
3. Pengurangan genangan di sejumlah kota dan kawasan

Beberapa langkah strategis yang akan dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk mencapai
target tersebut dilaksanakan melalui Program PPSP dengan sasaran:
1. Penambahan layanan jaringan air limbah terpusat sampai dengan 596 dari jumlah penduduk
perkotaan
2. Pelaksanaan praktek 3R untuk mengurangi timbulan sampah sebesar 2096 dan perbaikan
manajemen pelayanan persampahan di 240 kota prioritas
Pengelolaan
Pelaksanaan Program PPSP ini ditargetkan pada kota-kota metropolitan, besar,dan sedang,
kota-kota yang merupakan ibukota provinsi, kota-kota yang berstatus otonom, serta kawasan
perkotaan di wilayah kabupaten/kota yang kondisi sanitasinya rawan.
Berdasarkan Road Map tersebut PPSP akan melakukan 2 (dua) tahapan kegiatan, yaitu:
1. Tahap Pertama yang utamanya merupakan penyiapan program PPSP secara keseluruhan,
dan sekaligus untuk meraih dukungan dari berbagai pihaknya, seperti untuk dukungan
politis dan administratif, serta persiapan pendanaan dari berbagai sumber. Tahapan ini
dilaksanakan pada tahun 2009
2. Tahap Kedua merupakan tahapan pelaksanaan program PPSP, yang meliputi kegiatan
persiapan dan pelaksanaan selama periode 2009-2014. Kegiatan ini, meliputi:
Kegiatan Persiapan yang meliputi penyelenggaraan Lokarya Nasional dalam rangka
penjaringan kabupaten/kota peserta Program PPSP, Road Show di beberapa wilayah
(regional), penyiapan fasilitator, Lokakarya
Kegiatan Pelaksanaan yang meliputi penyusunan Strategi Sanitasi Kota/Kab (SSK),
penyusunan Memorandum Program, implementasi, pemantauan, pembimbingan, evaluasi dan
pembinaan
Dampak Buruknya Sanitasi
Berdasarkan survey pada permukiman masih dijumpai rumah semi permanen,
serta kondisi sanitasi di wilayah studi dirasa masih kurang layak akibat fasilitas
permukiman yang tidak memadai seperti toilet, drainase, dapur yang baik, dan
pasokan air, sehingga dikhawatirkan menimbulkan masalah kesehatan dan
pencemaran lingkungan. Dampak masalah kesehatan yang mungkin dapat terjadi
akibat tidak layaknya kondisi sanitasi lingkungan permukiman di Dusun
Kamongan, diantaranya adalah TBC, ISPA, Hepatitis, Disentri, Diare, Leptospirosis,
DBD, Malaria, penyakit kulit.
kriteria
Dalam penetapan kawasan permukiman kumuh diperlukan kriteria. Kriteria kawasan
permukiman kumuh dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti kesesuaian
peruntukan lokasi dengan rencana tata ruang, status kepadatan bangunan, kondisi fisik,
sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal.
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam menetapkan kawasan permukiman kumuh menggunakan
beberapa kriteria yaitu : banyaknya rumah yang tidak layak huni, banyak saluran
pembuangan limbah yang macet, kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan yang
sangat tinggi, banyak penduduk yang tidak menggunakan jamban saat Buang Air Besar
(BAB), biasanya berada di area marjinal Kriteria
Menurut Winslow dan American Public Health Association (APHA), rumah/pemukiman sehat
harus memenuhi syarat: Terdapat pencahayaan. Memenuhi kebutuhan psikologis
evaluasi
Evaluasi diartikan sebagai riset untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan menyajikan informasi yang bermanfaat
mengenai objek evaluasi, menilainya dengan
membandingkannya dengan indikator evaluasi dan
hasilnya dipergunakan untuk mengambil keputusan
mengenai objek evaluasi.
Evaluasi dilakukan secara independen untuk menilai
proses kegiatan program baik dari aspek efisiensi dan
efektifitas kegiatan maupun dampak dari program.
Evaluasi program bertujuan untuk mengidentifikasi
berbagai hal yang muncul dalam pelaksanaan program
Kesimpulan
Kawasan permukiman adalah kumpulan lebih dari satu satuan rumah dengan
prasarana, sarana, utilitas umum, dan penunjang kegiatan fungsional lainnya
baik di perkotaan maupun di pedesaan. Dalam rangka mengatasi
permasalahan dan tantangan sanitasi permukiman, pemerintah Indonesia
melalui Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
mempunyai 3 target yang harus dicapai. Dampak masalah kesehatan yang
mungkin dapat terjadi akibat tidak layaknya kondisi sanitasi lingkungan
permukiman adalah TBC, ISPA, Hepatitis, Disentri, Diare, Leptospirosis, DBD,
Malaria, penyakit kulit. Oleh karena itu, dibutuhkan evaluasi program yang
bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai hal yang muncul dalam
pelaksanaan program.
Saran
1. Untuk membangun dan memelihara infrastruktur sanitasi seperti akses air
bersih, pengelolaan limbah, dan fasilitas sanitasi, pemerintah dan pihak terkait
harus memberikan alokasi sumber daya yang cukup.
2. Program pendidikan dan pelatihan sanitasi harus diperluas dan ditingkatkan
dengan fokus pada metode partisipatif yang melibatkan masyarakat setempat.
3. Untuk mencapai tujuan sanitasi permukiman yang lebih baik, pemerintah, LSM,
sektor swasta, dan masyarakat sipil harus bekerja sama.
4. Untuk menjamin keberhasilan dan keberlanjutan program sanitasi, pengawasan
dan evaluasi terus-menerus diperlukan.
Daftar Pustaka
1. Mardhani Afif, 2013. “Jurnal Penelitian Pemetaan Kawasan Kumuh
Pemukiman”: Politeknik Negeri Samarinda.
2. Agsa Sajida, Devi Nuraini, Evi Naria, 2012. “Jurnal penelitian Hubungan
Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan keluhan penyakit
kulit”:Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Ahyanti, M. (2020). Sanitasi Pemukiman pada Masyarakat dengan
Riwayat Penyakit Berbasis Lingkungan. Jurnal Kesehatan, 11(1), 44-50.
4. Elvira, V. F., Km, S., & Badrah, S. (2023). Buku Ajar Sanitasi Perumahan
Dan Permukiman. Deepublish.
5. Khairiyati, L., Marlinae, L., Waskito, A., Nur Rahmat, A., Ridha, M. R., &
Andiarsa, D. (2021). Buku Ajar Pengendalian Vektor dan Binatang
Pengganggu.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai