Anda di halaman 1dari 12

POKJA SANITASI KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA UTARA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Aktivitas pembangunan yang pesat saat ini, di satu sisi memberikan pertumbuhan ekonomi yang
signifikan, namun di sisi lain juga berimplikasi pada terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Kondisi ini diiringi pula oleh laju pertumbuhan penduduk dan industrialisasi, pesatnya pembangunan
infrastruktur, pola hidup masyarakat yang cenderung konsumtif, lemahnya penegakan hukum, serta
belum optimalnya kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Di beberapa daerah di Indonesia, masih banyak dijumpai masyarakat yang berada di bawah garis
kemiskinan dengan sanitasi yang sangat minim. Masih sering dijumpai sebagian masyarakat yang
membuang hajatnya di sungai karena tidak mempunyai saluran pembuangan khusus untuk
pembuangan air limbah rumah tangga maupun air buangan dari kamar mandi. Bahkan terkadang masih
dijumpai masyarakat yang membuang hajatnya di pekarangan rumahnya masing-masing. Hal ini terjadi
selain disebabkan karena faktor ekonomi, faktor kebiasaan yang sulit diubah dan kualitas pendidikan
yang relatif rendah dari masyarakat pun memang sangat berpengaruh besar terhadap pola hidup
masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi ini berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari
turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat,
meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya penyakit pada balita, turunnya daya saing maupun
citra kabupaten/kota, hingga menurunnya perekonomian kabupaten/kota. Sementara itu pembangunan
sektor sanitasi yang merupakan salah satu pelayanan dasar saat ini belum mendapat perhatian serius
dan cenderung tertinggal dibandingkan sektor lain. Hal ini tercermin dari prosentase penganggaran
sektor sanitasi rata-rata 1 – 4 % dari APBD Kabupaten/Kota di Indonesia.

Untuk mewujudkan kondisi sanitasi permukiman yang layak bagi masyarakat, berfungsi secara
berkelanjutan, dan memenuhi standar teknis sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan dan lingkungan, dipandang perlu untuk dilakukan suatu program untuk mempercepat
pembangunan sanitasi perkotaan. Adapun sub sektor yang perlu penangan segera adalah air limbah
domestik, persampahan rumah tangga, dan juga drainase lingkungan. Target dari Program Percepatan
Sanitasi Perkotaan antara lain Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS), penerapan praktik reduce,
reuse, dan recycle (3R) secara nasional dan peningkatan sistem tempat pemrosesan akhir (TPA)
sampah menjadi sanitary landfill, serta pengurangan genangan air di kawasan strategi perkotaan. Target
tersebut sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019 di
bidang sanitasi dan sejalan dengan target universal access yaitu menaikan akses sanitasi 100 %.

Untuk menentukan strategi apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap
layanan sanitasi yang layak diperlukan suatu baseline-line data terkait kondisi sanitasi kabupaten/kota
mutakhir yang akan digunakan dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten /Kota (SSK), serta
keperluan pemantauan dan evaluasi (monev) pembangunan sektor sanitasi maka diperlukan buku
panduan yang dilebih dikenal dengan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten.

Buku Putih Sanitasi merupakan pemetaan situasi sanitasi kota atau kabupaten berdasarkan kondisi
aktual. Pemetaan tersebut mencakup aspek teknis dan aspek non-teknis, yaitu aspek keuangan,
kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek-aspek lain

Buku Putih Sanitasi (BPS) | I-1


POKJA SANITASI KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA UTARA

seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. Buku Putih merupakan data teraktual
dan telah disepakati seluruh SKPD dan pemangku kepentingan terkait pembangunan sanitasi dengan
karakteristik :
1. Disusun oleh, dari dan untuk Kabupaten
2. Komprehensif, multisektor dan teritegrasi
3. Berdasarkan data empiris (aktual)
4. Gabungan pendekatan top down dan bottom up

Arti penting dokumen BPS bagi Kabupaten Musi Rawas Utara Utara antara lain dapat memberi manfaat
sebagai berikut:
1. Kondisi sanitasi Kabupaten Musi Rawas Utara Utara saat ini dapat diketahui secara menyeluruh.
Kondisi ini dapat menjadi masukan penting bagi penyusunan prioritas pembangunan sanitasi.
2. Pedoman pelaksanaan pengembangan sanitasi Kabupaten Musi Rawas Utara Utara tersaji dengan
lebih jelas dan tepat sasaran.
3. Buku Putih Sanitasi dapat dijadikan bahan acuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk
melakukan investasi di bidang sanitasi di Kabupaten Musi Rawas Utara Utara.
4. Buku Putih Sanitasi dapat digunakan juga sebagai pedoman untuk mengukur sejauh mana
pencapaian pembangunan di bidang sanitasi.

1.2. Landasan Gerak

1.2.1 Lingkup Materi

Definisi dan ruang lingkup sanitasi (mengacu kepada buku referensi opsi system dan teknologi
sanitasi TTPS,2010). Sanitasi didefenisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan
sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah tangga
maupun di lingkungan perumahan. Adapun subsektor yang akan dikaji adalah:
1. Air Limbah Domestik, yaitu limbah cair rumah tangga yang mencakup limbah black water
dangrey water. Limbah black water adalah limbah cair yang dihasilkan dari WC rumah tangga,
yakni berupa urin, tinja, air pembersih anus, air guyur, dan materi . Limbahgrey water adalah
limbah cair dari berbagai aktivitas yang berlangsung di dapur dan kamar mandi rumah tangga,
yakni mandi, mencuci pakaian atau peralatan makan. Penanganan air limbah domestic harus
mempertimbangkan kaitan antara pengelolaan air limbah domestik yang aman dan
pengelolaan air minum khususnya dalam pengamanan sumber daya air.
2. Sampah Rumah Tangga, yaitu limbah padat (sampah) basah dan kering yang dihasilkan dari
rumah tangga.
3. Drainase Lingkungan, yaitu drainase tersier/mikro dengan cakupan layanan kurang dari 4
(empat) hektar, dengan lebar dasar saluran kurang dari 0,80 meter. Drainase lingkungan
pada umumnya direncanakan, dibangun, dan dirawat oleh masyarakat dan atau pemerintah
kabupaten/kota.
4. Promosi Higiene dan Sanitasi yaitu usaha menantang perilaku adaptif dari masyarakat yang
hidup di lingkungan yang kotor dan tidak sehat, tanpa memancing protes mereka dan tanpa
tindakan kolektif yang spontan , dengan cara memancing rasa ingin-tahu mengenai solusi
yang mudah untuk dilaksanakan.

Buku Putih Sanitasi (BPS) | I-2


POKJA SANITASI KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA UTARA

1.2.2 Lingkup Wilayah

Wilayah kajian mencakup seluruh wilayah Kabupaten Musi Rawas Utara Utara, dengan sasaran
utama adalah kawasan perkotaan sebagaimana telah ditetapkan dalam Laporan Akhir Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2015 – 2035 yang meliputi:
Kecamatan Rawas Ulu, Ulu Rawas, Rupit, Karang Jaya, , Rawas Ilir, Karang Dapo dan
Kecamatan Nibung

1.2.3 Visi dan Misi Kabupaten dalam RPJPD Kabupaten Musi Rawas Utara 2015-2035 dan Commented [BS1]: Pengantian judul dari RPJMD ke RPJPD
Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Musi Rawas Utara karena masih menunggu kepala daerah terpilih

a. Visi dan Misi Kabupaten Musi Rawas Utara dalam Laporan Akhir Rancangan Awal
RPJPD Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2015-2035

Visi, Misi dan Program Pembangunan Daerah Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2015-
2035 merupakan Visi, Misi yang akan dicapai pada dua puluh tahun kedepan dan akan
menjadi acuan bagi (calon) Kepala Daerah untuk merumuskan visi, misi Program Kepala
Daerah Kabupaten Musi Rawas Utara yang dipilih melalui pemilukada tahun 2015 untuk
periode tahun 2016 – 2021. Adapun VISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUSI
RAWAS UTARA TAHUN 2015 - 2035 tersebut adalah sebagai berikut :

Makna dari uraian visi tersebut adalah :


Penjelasan dari kata kunci utama pernyataan visi adalah sebagai berikut:
(1) Makmur Dua dimensi yang akan dirangkum dari kata kunci ini adalah: masyarakat
yang sejahtera dan bagus dalam hal pemerataannya. Pokok visi terwujudnya masyarakat
Kabupaten Musi Rawas Utara yang makmur menggunakan konsep kesejahteraan yang
menuju terciptanya kondisi masyarakat yang semakin mudah untuk melakukan pemenuhan
kebutuhan, kemudian juga keinginan mereka. Dimensi kebutuhan dan aspirasi kesejahteraan
manyangkut dimensi yang bersangkutan dengan masyarakat sebagai manusia (people) baik
fisik (kesehatan,dan lain-lain) maupun non-fisik (pendidikan, kebudayaan dll), kemudian
dimensi yang berkait dengan kehidupan (bekerja sendiri atau dipekerjakan, bergiat, bersosial,
berkebudayaan dan aspek kegiatan kehidupan lainnya), dan dimensi yang bersifat fisik
lingkungan (lingkungan wilayah) yang meliputi sarana dan prasarana dasar, dan
penyempurna, serta kebutuhan lainnya.
Pokok visi lainnya adalah Kabupaten Musi Rawas Utara yang merata kesejahteraannya baik
dari segi kelompok sosial maupun dari segi kewilayahan dengan aksesibilitas yang memadai.
Pemerataan kesejahteraan sangat tergantung pada pemerataan aksesibilitas, fasilitas dan
sarana pembangunan, serta alokasi pembangunan di berbagai sektor kehidupan terutama
yang bersifat pelayanan dasar. Butir pemikiran tersebut menjadi unsur pembentuk Kabupaten
Musi Rawas Utara yang maju dan hebat dan harus menjadi fokus sasaran pemerataan
pembangunan. Hal ini juga untuk menggambarkan bahwa Kabupaten Musi Rawas Utara
harus tetap meningkat kesejahteraannya dalam menyongsong era globalisasi,
konsekuensinya harus maju di berbagai bidang baik masyarakatnya (folk), berbagai
kegiatannya, termasuk pemerintahannya (work) dan lingkungan fisiknya, sarana
prasarananya,dan sebagainya (place).

Buku Putih Sanitasi (BPS) | I-3


POKJA SANITASI KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA UTARA

Pembangunan yang diselenggarakan sebagai usaha bersama harus merata di semua lapisan
masyarakat dan di seluruh wilayah di mana setiap masyarakat Kabupaten Musi Rawas Utara
berhak memperoleh kesempatan berperan dan menikmati hasil-hasilnya secara adil sesuai
dengan nilai-nilai kemanusiaan dan darma baktinya yang diberikan kepada bangsa dan
negara.
Musi Rawas Utara adalah kabupaten yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang
melimpah. Pengelolaan sumber daya alam hendaknya mempertimbangkan azas keadilan
manfaat bagi semua pemangku kepentingan. Pengelolaan sumber daya alam tidak boleh
hanya menguntungkan salah satu pihak saja. Dalam pengelolaan sumberdaya alam tersebut,
masyarakat diberdayakan untuk memiliki akses terhadap pengelolaan sumber daya alam, dan
hendaknya terwujud pengelolaan yang berkelanjutan dan berwawasan keadilan untuk
mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta meningkatnya kualitas lingkungan
hidup sesuai dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan, serta terwujudnya keadilan
antar generasi, antar dunia usaha dan masyarakat, dalam pemanfaatan sumberdaya alam
dan lingkungan hidup yang optimal.

2. Bermartabat Bermartabat diartikan sebagai perwujudan keadaan masyarakat yang


mandiri dan maju, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memelihara kerukunan internal
dan antar umat beragama yang berkeadilan sosial, dengan sumberdaya manusia yang
berakhlak mulia, berbudi luhur, dan berkualitas.
Dalam hal ini mencerminkan kondisi masyarakat Musi Rawas Utara yang memiliki
kemandirian aktivitas warga masyarakatnya yang berkembang sesuai dengan potensi sosial,
budaya, adat istiadat dan agama. Dalam mewujudkan kemandirian aktivitas tersebut
didasarkan pada nilai-nilai keadilan, prinsip kesetaraan (persamaan), penegakan hukum,
jaminan kesejahteraan, kebebasan, kemajemukan (pluralisme) dan perlindungan terhadap
kaum minoritas.

3. Lestari Kabupaten Musi Rawas Utara termasuk dalam kawasan Sub DAS Rawas,
salah satu dari 14 sub DAS yang termasuk dalam DAS Musi. Sub DAS Rawas memiliki luas
sebesar 586.769,30 Ha atau mencapai 10,97% dari luas DAS Musi dan merupakan sub DAS
terluas keempat di DAS Musi. Selain wilayah Kabupaten Musi Rawas Utara, wilayah Sub
DAS Musi juga termasuk sebagian wilayah Kabupaten Musi Banyuasin. Sungai utama yang
mengalir adalah Sungai Rawas. DAS Musi merupakan salah satu DAS terbesar tidak hanya
di Provinsi Sumatera Selatan tapi juga di Pulau Sumatera. Wilayah DAS Musi bahkan
mencakup sebagian kecil wilayah Provinsi Bengkulu sebagai daerah hulu, yaitu Kabupaten
Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang. Sementara di Provinsi Sumatera Selatan wilayah
DAS Musi mencakup Kabupaten Musi Rawas Utara, Kabupaten Musi Rawas, Kota
Lubuklinggau, Kabupaten Lahat, Kota Pagar Alam, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Ogan
Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu
Timur, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Empat Lawang, Kota Prabumulih, Kabupaten Penukal
Abab Lematang Ilir, Kabupaten Musi Banyuasin, Kota Palembang dan Kabupaten Banyuasin
sebagai daerah hilir atau muara.
Sebagai wilayah hulu Daerah Aliran Sungai Musi, maka peran Kabupaten Musi Rawas Utara
untuk selalu menjaga fungsi ekologis di sempadan DAS maupun di kawasn lindung lainnya
seperti TNKS.

MISI PEMBANGUNAN KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA TAHUN 2015-2035

Buku Putih Sanitasi (BPS) | I-4


POKJA SANITASI KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA UTARA

Untuk menajamkan dan menegaskan jabaran tersebut, maka prosesnya lebih didasarkan
pada pokok-pokok visi dan penjelasan visi, walaupun sama sekali tidak boleh lepas dari jiwa
yang ada di dalam visi, dengan berdasar pada pokok-pokok visi yang telah dirumuskan,
yakni:
1) Kabupaten Musi Rawas Utara dengan pengelolaan sumber daya alam yang
berkelanjutan
2) Kabupaten Musi Rawas Utara dengan perekonomian yang berdaya saing dan lestari
3) Kabupaten Musi Rawas Utara dengan sarana dan prasarana yang merata untuk
meningkatkanketercapaian, memacu pertumbuhan ekonomi, dan pemerataan
pembangunan
4) Masyarakat Kabupaten Musi Rawas Utara dengan kualitas sumber daya manusia yang
baik
5) Kabupaten Musi Rawas Utara yang menerapkan good governance
Perwujudan misi-misi yang telah diuraikan di atas, akan ditempuh melalui pelaksanaan
urusan pemerintahan daerah yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Penetapan
urusan pemerintahan yang mendukung visi dan misi sangat penting, karena dari urusan
pemerintahan ini akan dapat dijabarkan tujuan dan sasaran, serta cara (strategi) untuk
mencapai tujuan dan sasaran.
Perwujudan Visi, Misi ke dalam Urusan Wajib dan Urusan Pilihan, dapat diuraikan sebagai
berikut :
1) Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara
berkelanjutan
2) Mengembangkan potensi-potensi ekonomisesuai dengan daya dukung lingkungan
3) Mewujudkan sarana, prasarana dan pelayanan yang berkualitas dan memadai
4) Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas
5) Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

b. Tujuan Penataan Ruang dalam Laporan Rencana RTRW Kabupaten Musi Rawas Utara
Tahun 2015-2035
Tujuan penataan ruang Kabupaten Musi Rawas Utara adalah :
“ Mewujudkan Ruang Wilayah Kabupaten Musi Rawas Utara yang aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan yaitu terciptanya suatu tata ruang wilayah Kabupaten
Musi Rawas Utara yang berbasis agro dengan penguatan fungsi kawasan lindung
Taman Nasional Kerinci Seblat serta mengoptimalkan potensi sumber daya alam
lainnya secara arif dan ramah lingkungan”
Berdasarkan tujuan penataan ruang sebagaimana tercantum dalam dokumen RTRW
Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2015-2035, maka muatan dan isi buku putih sanitasi dan
strategi sanitasi kedepan harus mampu menjawab tantangan untuk meningkatkan kualitas
lingkungan fisik tidak hanya untuk kepentingan generasi saat ini, namun juga generasi yang
akan datang.

1.3. Maksud dan Tujuan

a. Maksud
Buku Putih Sanitasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan faktual mengenai
kondisi dan profil sanitasi Kabupaten Musi Rawas Utara Utara pada saat ini

Buku Putih Sanitasi (BPS) | I-5


POKJA SANITASI KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA UTARA

b. Tujuan
Tujuan disusunnya buku putih ini adalah untuk menjadi baseline-data terkait kondisi sanitasi
kabupaten Musi Rawas Utara termutakhir yang akan digunakan dalam penyusunan Strategi
Sanitasi Kabupaten (SSK), serta keperluan pemantuan dan evaluasi (monev) pembangunan sektor
sanitasi khususnya di wilayah Kabupaten Musi Rawas Utara Utara

1.4. Metodologi

1.4.1 Metode

Dalam Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Musi Rawas Utara Utara, metodologi yang
digunakan ada beberapa tahapan pertama penyusunan buku putih, terdapat tahapan
pengumpulan data dan informasi jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data yang bersifat
primer dan data yang bersifat sekunder. Data yang bersifat primer yaitu data dan informasi
yang langsung diperoleh dari lapangan yang merupakan obyek perencanaan, dan data
sekuder merupakan yang diperoleh dari intstansi / SKPD yang terkait dengan
penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Musi Rawas Utara Utara. Data yang
dikumpulkan dalam tahap ini sebagian besar berasal dari berbagai Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) baik berupa data umum maupun data khusus yang menyangkut teknis,
keuangan, kebijakan daerah dan kelembagaan, peran serta swasta dalam layanan sanitasi,
dan media. Kegiatan pengumpulan data sekunder meliputi aspek umum, teknis,
kebijakan daerah dan kelembagaan, keuangan, keterlibatan sektor swasta dalam layanan
sanitasi dan aspek komunikasi. Data ini umumnya tersebar di beberapa SKPD, tetapi tidak
tertutup kemungkinan ada data terkait yang dimiliki oleh instansi di Kabupaten Musi Rawas
Utara Utara ataupun di Pemerintah Provinsi. Oleh karenanya setelah dilakukan identifikasi
kebutuhan data, anggota Pokja perlu melakukan identifikasi sumber datanya. Khususnya untuk
aspek kebijakan daerah dan kelembagaan serta aspek keuangan, perlu dilakukan diskusi
intensif tersendiri khusus untuk kedua aspek tersebut terkait dengan sanitasi. Hal ini
disebabkan umumnya belum terdapat keseragaman pemahaman dari pada kedua aspek
tersebut terkait dengan sanitasi. Untuk mendukung data sekunder tersebut juga dilakukan
beberapa survey terkait dengan pengelolaan sanitasi seperti: Enviromental Health Risk
Assesment (EHRA), Survey peran media dalam perencanaan sanitasi, survey kelembagaan,
survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survay keuangan, survay
priority setting area beresiko serta survay peran serta masyarakat dan gender.
Selain pengumpulan data sekunder, juga dilakukan pengumpulan data primer yang berupa
wawancara dengan informan kunci, pihak SKPD, kelompok masyarakat (masyarakat miskin
perkotaan, responden yang dipilih adalah masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah
yang tinggal di kawasan perkotaan, Pengusaha Penampung (Pengepul) atau Pengusaha
Produksi Barang Bekas Daur Ulang, pengelola TPA, Pengusaha Penanganan Limbah
Cair Domestik (Sedot Tangki Septik), LSM atau Kelompok Masyarakat yang telah
menjalankan aktivitas Daur Ulang Sampah, Sektor Swasta Pemasang Iklan).

1.4.2 Jenis Data

Sumber data dalam Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Musi Rawas Utara Utara
meliputi
a. Data Primer

Buku Putih Sanitasi (BPS) | I-6


POKJA SANITASI KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA UTARA

Data primer yang diperlukan dalam penyusunan buku ini berasal dari hasil kajian studi
antara lain:
 Environmental Health Risk Assessment (EHRA)
 Survey Pemberdayaan Masyarakat, Jender & Kemiskinan (PMJK), Promosi Higiene dan
Sanitasi Sekolah
 Studi Penyedia Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment/SSA)
 Studi Komunikasi dan Pemetaan Media, dan

b. Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penyusunan buku putih ini antara lain meliputi
aspek profil umum dan data profil sanitasi yaitu antara lain :
Data profil umum antara lain:
 Geografis, Administratif & Geohidrologis
 Demografis
 Keuangan dan Perekonomian Daaerah
 Sosial & Budaya
 Tata Ruang Wilayah
 Kelembagaan Daerah
Data profil sanitasi meliputi antara lain :
 Data Teknis : Air Limbah, Persampahan dan Drainase Lingkungan)
 Data Non Teknis : Aspek-aspek kelembagaan dan kebijakan, Keuangan,)

1.4.3 Proses Penulisan/Dokumentasi Buku Putih Sanitasi


Bab 1: Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Landasan Gerak
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Metodologi
1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain
Bab 2: Gambaran Umum Wilayah
2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik
2.2 Demografi
2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah
2.4 Tata Ruang Wilayah
2.5 Sosial dan Budaya
2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah
Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah
3.1 Promosi Higiene dan Sanitasi
3.1.1 Tatanan Rumah Tangga
3.1.2 Tatanan Sekolah
3.2 Pengelolaan Air Limbah Domestik
3.2.1 Kelembagaan
3.2.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan
3.2.3 Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK
3.2.4 “Pemetaan” Media
3.2.5 Partisipasi Dunia Usaha

Buku Putih Sanitasi (BPS) | I-7


POKJA SANITASI KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA UTARA

3.2.6 Pendanaan dan Pembiayaan


3.2.7 Permasalahan mendesak dan isu strategis

3.3 Pengelolaan Persampahan


3.3.1 Kelembagaan
3.3.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan
3.3.3 Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK
3.3.4 “Pemetaan” Media
3.3.5 Partisipasi Dunia Usaha
3.3.6 Pendanaan dan Pembiayaan
3.3.7 Permasalahan mendesak dan Isu strategis
3.4 Pengelolaan Drainase Lingkungan
3.4.1 Kelembagaan
3.4.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan
3.4.3 Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK
3.4.4 “Pemetaan” Media
3.4.5 Partisipasi Dunia Usaha
3.4.6 Pendanaan dan Pembiayaan
3.4.7 Permasalahan mendesak dan Isu strategis
3.5 Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi
3.5.1 Pengelolaan Air Bersih
3.5.2 Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga
3.5.3 Pengelolaan Limbah Medis
Bab 4: Program Pengembangan Sanitasi Saat Ini dan yang Direncanakan
4.1 Promosi Higiene dan Sanitasi (Prohisan)
4.2 Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik
4.3 Peningkatan Pengelolaan Persampahan
4.4 Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan
4.5 Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi
Bab 5: Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
5.1 Area Berisiko Sanitasi
4.2 Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat Ini

1.4.4 Proses Penyepakatan Buku Putih Sanitasi

Data yang didapat untuk mencapai penyepakatan adalah dari studi literatur dan survey diolah
tim teknis sesuai petunjuk praktis penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota untuk
disepakati melalui forum rapat pokja Kabupaten Musi Rawas Utara Utara dan ada beberapa
tahapan yang dilaksanakan seperti pada gambar dibawah ini .

Buku Putih Sanitasi (BPS) | I-8


POKJA SANITASI KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA UTARA

Pertemuan koordinasi
internalisai &
persamaan persepsi

 Penetapan wilayah kajian


 Pengumpulan data primer (studi SSA, media,
Lokalatih-1
PMJK, Promosi hygiene, sanitasi sekolah)
 Perencanaan
 Pemetaan kelembagaan
strategis kontek BPS
 Pemetaan keuangan
 Penyusunan BPS
 EHRA

Pembekalan -1  Analisis lingkungan internal


BP Sanitasi &eksternal (Penetapan kondisi
awal pengelola an sanitasi)
 Penetapan area beresiko

Pembekalan -1  Identifikasi rencana peningkatan


BP Sanitasi layanan dan rencana implementasi
N+1
 Pengelolaan konsultasi publik

Finalisai Buku Putih Konsultasi Publik


Buku Putih
Sanitasi

Buku Putih Sanitasi (BPS) | I-9


POKJA SANITASI KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA UTARA
WORKPLAN PPSP POKJA SANITASI KABUPATEN MURATARA TAHUN 2015 Commented [BS2]: Ditambahkan workplan sesuai hasil
penjaminan kualitas oleh tim panel pokja sanitasi provinsi sumatera
selatan
No Kegiatan
Juli Agts Sept Okt Nop Des
1 Persiapan
1.1 Konsolidasi Kelembagaan
1.2 Penyusunan Rencana Kerja dan Pembagian Tigas Kerja
2.1 Penyusunan Buku Putih Sanitasi
2.1.1 Proses 1: Internalisasi dan Penyamaan Persepsi
2.1.2 Proses 2: Penyiapan Profil Wilayah BAB 1,2
a. Identifikasi Kebutuhan Data Sekunder
b. Penyepakatan Data Sekunder
c. Penyusunan Profil Wilayah
2.1.3 Proses 3: Penilaian Profil Sanitasi (Sanitation Asessment) BAB 3,4
a. Penyepakatan Wilayah Kajian
b. Pemetaan Sistem dan tingkat layanan sanitasi
c. Pelaksanaan Studi EHRA
d. Pelaksanaan Survei/studi kajian spesifik
e. Identifikasi rencana pembangunan sanitasi eksisting BAB 4
2.1.4 Proses 4: Penetapan Area Beresiko
a. Penetapan Area Beresiko BAB 5
1) Area Beresiko Data Sekunder dan Penilaian SKPD
2) Area Beresiko Berdasarkan EHRA
b. Verifikasi Lapangan
c. Konsultasi dengan SKPD terkait
d. Penetapan Area Beresiko
2.1.5 Proses 5: Finalisasi Buku Putih Sanitasi
a. Penulisan Ringkasan Buku Putih Sanitasi
b. Advokasi Ke seluruh SKPD terkait
c. Konsultasi Publik
d. Finalisasi dan Pengesahan
3 Penyusunan Dokumen SSK
3.1 Proses 1: Penyiapan Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 1,2
a. Pemahaman Permasalahan Sanitasi
b. Perumusan Kerangka Kerja (termasuk sanitasi zioning)
c. Konsultasi Kerangka Kerja
3.2 Proses 2: Penetapan Strategi Pembangunan Sanitasi BAB 3
a. Identifikasi Isu Strategis dan Hambatan Potensial
b. Penetapan Tujuan, Sasaran dan Indikator Pembangunan Sanitasi
c. Perumusan Strategi Sub Sektor
3.3 Proses 3: Penyusunan Program dan Kegiatan BAB 4,5
a. Penyusunan Usulan Program dan Kegiatan
b. Konsultasi dengan Ketua SKPD
c. Penjajakan Kesipan Masyarakat
d. Konsultasi dengan Provinsi dan Satker
e. Draf Final Program dan Kegiatan
3.4 Proses 4: Finalisasi SSK
a. Penulisan Ringkasan SSK
b. Konsultasi dengan Ketua dan Wakil Ketua Bidang
c. Konsultasi Publik (termasuk mengundang DPR)
d. Finalisasi dan Pengesahan

Buku Putih Sanitasi (BPS) | I-10


POKJA SANITASI KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA UTARA

1.5. Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Perencanaan Lain

1.5.1 Dasar hukum yang melandasi Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Musi Rawas
Utara Utara ini antara lain :

1.5.1.1. Dasar Hukum Skala Nasional


1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman
(Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 3496);
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4725);
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran
Negara RI Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4851);
4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5038);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 5059);
6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 4844);
7. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2013 tentang Pembentukan Kabupaten Musi
Rawas Utara di Provinsi Sumatera Selatan.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4161);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4737);
10. Peraturan Presiden No 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Commented [BS3]: Penambahan sesuai hasil penjaminan
kualitas oleh tim panel pokja sanitasi prov sumatera selatan
Menengah Nasional (RPJMN)
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2007 tentang Kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-
SPP);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman
Perencanaan Kawasan Perkotaan;
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Pemukiman
(KSNP-SPALP);

1.5.1.2. Dasar Hukum Skala Provinsi


1. Peraturan Daerah No 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005 - 2025

Buku Putih Sanitasi (BPS) | I-11


POKJA SANITASI KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA UTARA

2. Peraturan Daerah No 09 Tahun 2014 tentang RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Commented [BS4]: Penambahan baru hasil koreksi tim panel
Tahun 2013 – 2018 pokja sanitasi provinsi sumatera selatan
3. Peraturan Gubernur Nomor 08 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Industri, Hotel, Rumah Sakit, Domestik dan Pertambangan Batu Bara.

1.5.1.3. Dasar Hukum Skala Kabupaten


1. Peraturan Daerah Kabupaten Musi Rawas Utara Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun
2015 (Lembaran Daerah Kab. Musi Rawas Utara Tahun 2015 Nomor 1 seri C).
2. Peraturan Bupati Kabupaten Musi Rawas Utara Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat
DPRD Kabupaten Musi Rawas Utara
3. Peraturan Bupati Kabupaten Musi Rawas Utara Nomor 44 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Daerah Kabupaten Musi Rawas
Utara.
4. Peraturan Bupati Kabupaten Musi Rawas Utara Nomor 45 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Musi Rawas
Utara.
5. Surat Keputusan Bupati Musi Rawas Utara Nomor 20/KPTS/BAPPEDA/2015
Tanggal 10 Januari 2015 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Percepatan
Pembangunan Sanitasi Pemukiman Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2015.

1.5.2 Hubungan Buku Putih dengan Perencanaan lain

a. Buku Putih dengan RPJPD


Dokumen laporan Akhir RPJPD Kabupaten Musi Rawas Utara tahun 20015-2035 digunakan
sebagai referensi untuk memetakan permasalahan terkait sanitasi dan arah pelaksanaan
program sanitasi ke depan.
b. Buku Putih dengan RPJM
Buku putih menggunakan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menangah (RPJM)
Tahun 2011-2015 sebagai referensi untuk memperoleh data isu-isu strategis dan
permasalahan mendesak terkait program sanitasi yang harus ditangani segera dan sebagai
pedoman untuk menentukan visi dan misi serta kebijakan sanitasi kedepan.
c. Buku Putih dan RTRW Kabupaten Musi Rawas Utara
Dalam pelaksanaan penyusunan Buku Putih memperhatikan dan mempedomani tujuan
penataan ruang, kebijakan penataan ruang, struktur dan pola ruang dalam RTRW
Kabupaten Musi Rawas Utara, dimana kebijakan penataan ruang, struktur dan pola ruang
dalam RTRW Kabupaten Musi Rawas Utara menjadi acuan dalam penentuan wilayah kajian
dalam penyusunan buku putih.
d. Buku Putih dan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD)
Buku putih menggambarkan rencana program dan kegiatan setiap SKPD yang menangani
sanitasi sebagaimana tertuang dalam Renstra SKPD tersebut dan setelah Buku Putih Final
akan menjadi pedoman bagi setiap satuan kerja perangkat daerah dalam penyesuaian
program terhadap Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) yang
berlaku sekarang.

Buku Putih Sanitasi (BPS) | I-12

Anda mungkin juga menyukai