Anda di halaman 1dari 154

EXECUTIVE SUMMARY

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PEMUKIMAN (PPSP)


KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI
TAHUN 2014
PENDAHULUAN
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) merupakan program yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas sanitasi wilayah sejalan, Memasuki tahun 2015, Pemerintah Indonesia akan memasuki
periode RPJMN baru 2016-2020 yang menetapkan target baru yaitu 100% (universal access) akses sanitasi layak di
akhir tahun 2020. Sementara itu, pada tahaun 2015 beberapa dokumen perencanaan sanitasi kab/kota sudah habis
masa berlakunya. Dalam rangka mendukung pencapaian universal access tersebut, maka Program PPSP akan
dilanjutkan kembali pada periode RPJMN selanjutnya melalui Program PPSP Tahap II 2016-2020. Melalui Program
PPSP Tahap II, kab/kota yang dokumen BPS, SSK dan MPS sudah habis masa berlakunya akan dilakukan
pemutakhiran/updating/review kembali agar dapat segera diimplementasikan. Adapun dokumen perencanaan yang
telah direview tersebut dinamai SSK Review dan disusun dalam 1 (satu) tahun anggaran saja. Selain kab/kota yang
melakukan updating, pada tahun 2015 terdapat pula kab/kota yang masih melanjutkan penyusunan dokumen MPS
serta masih terdapat beberapa kab/kota yang baru akan menyusun dokumen BPS dan SSK.
Dengan demikian pada tahun 2015 terdapat 3 (tiga) kategori kab/kota peserta PPSP, yaitu sebagai berikut:
1. Kab/kota yang baru berpartisipasi di tahun 2015.
2. Peserta PPSP tahun 2014 yang melanjutkan ke penyusunan MPS.
3. Kab/kota yang melakukan pemutakhiran SSK.
Buku Putih Sanitasi merupakan pemetaan situasi sanitasi kota atau kabupaten berdasarkan kondisi aktual.
Pemetaan tersebut mencakup aspek teknis dan aspek non-teknis, yaitu aspek keuangan, kelembagaan,
pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek-aspek lain seperti keterlibatan para
pemangku kepentingan secara lebih luas. Buku Putih Sanitasi merupakan “database sanitasi kota atau kabupaten”
yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan disepakati seluruh SKPD dan pemangku kepentingan terkait
pembangunan sanitasi.
Untuk menghasilkan dokumen Perencanaan setrategis yang mencerminkan 4 (empat) karakteristik
dokumen perencanaan di dalam PPSP, yaitu :
- Dari, oleh dan untuk Kabupaten/Kota.
- Berdasarkan data empiris.
- Menggunakan pendekatan top down meets bottom up,
- Komprehensif dan berskala Kabupaten/Kota.
Sehubungan hal tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti telah membentuk Pokja
Sanitasi yang mewakili semua pemangku kepentingan/Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait
dengan pembangunan dan pengelolaan sanitasi di kawasan perkotaan, semi perkotaan dan pedesaan di seluruh
wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti. Pokja Sanitasi mempunyai tugas antara lain menyusun buku putih sanitasi,
menyusun SSK dan MPS serta melakukan koordinasi pembangunan sanitasi. Pokja Sanitasi ini diharapkan
juga harus mampu memberikan penyadaran pentingnya sanitasi, menyampaikan keputusan Pokja ke SKPD
dan mengawal program pembangunan di bidang sanitasi.
Ruang Lingkup wilayah kajian Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota adalah seluruh wilayah
permukiman di seluruh kelurahan/Desa yang termasuk di dalam wilayah administratif Kabupaten Kepulauan Meranti
yang terdiri dari 101 (Seratus satu )Kelurahan/Desa.. Sedangkan ruang lingkup substansi meliputi bidang sanitasi
yang terdiri dari sektor air limbah domestik, sektor persampahan dan sektor drainase perkotaan. Selain ketiga sektor
dalam bidang sanitasi tersebut, sektor air bersih turut dimasukkan dalam substansi kajian, mengingat sektor ini
terkait erat untuk mendukung berjalannya kegiatan sanitasi.

GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI


Sebelum meninjau lebih jauh mengenai kondisi sanitasi di Kabupaten Kepulauan Meranti, perlu dipaparkan
terlebih dahulu mengenai gambaran umum wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti. Secara admministratif, Wilayah
Kabupaten Kepulauan Meranti berupa kepulauan di sebelah Timur Pulau Sumatera antara 1025'36” Lintang Utara -
0040' Lintang Utara dan 102010'40”- 103014’ Bujur Timur.
Batas Kabupaten Kepulauan Meranti :
Sebelah Utara : Selat Malaka dan Kabupaten Bengkalis.
Sebelah Selatan : dengan Kabupaten Kepulauan Meranti.
Sebelah Barat : Kabupaten Kepulauan Meranti dan Kabupaten Bengkalis.
Sebelah Timur : Selat Malaka.
Wilayah fisik Kabupaten Kepualauan Meranti merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 3 pulau utama
yaitu Pulau Rangsang, Pulau Tebing Tinggi, Pulau Padang, Pulau Merbau dan dikelilingi oleh pulau-pulau kecil
lainnya yaitu Pulau Merbau, Pulau Jadi, Pulau Topang, Pulau Panjang, Pulau Menggung, Pulau Setahun dan Pulau
Dedap. Kondisi topografi Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan wilayah di Pesisir Timur Pulau Sumatera yang
merupakan dataran rendah dengan kondisi topografi yang sebagian besar relatif datar dengan kemiringan lereng
berkisar antara 0-2% dan ketinggian 5 - 7 meter dari permukaan laut. Wilayah datar ini sebagian besar terdiri dari
rawa gambut dan rawa lebak sedangkan sebagian lagi upland dengan lereng berkisar 0 - 25. Jenis tanah
berdasarkan bentuk dan ukuran butirannya, dibedakan atas 3 (tiga) bagian, yaitu tekstur halus yang dapat dijumpai
pada hampir semua kecamatan, tekstur sedang (lumpur) dan tekstur kasar (pasir). Luas wilayah Kabupaten
Kepulauan Meranti adalah 1 3.714,19 km2, , terdiri dari pulau-pulau dan lautan. Tercatat sebanyak 4 pulau utama
disamping pulau-pulau kecil lainnya yang berada di wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti. Jika dirinci luas wilayah
menurut kecamatan dan dibandingkan dengan luas Kabupaten Kepulauan Meranti, Kecamatan Tebing Tinggi Timur
merupakan kecamatan yang terluas yaitu 768 km2 (20,68%) dan kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan Tebing
Tinggi dengan luas 81 km2 (2,18%).
Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kepulauan Meranti sebesar 2 % jauh lebih rendah dibanding laju
pertumbuhan penduduk Provinsi Riau yaitu 3.96% per tahun. Relatif rendahnya pertumbuhan penduduk Kepulauan
Meranti karena pertumbuhan penduduk yang ada merupakan pertumbuhan penduduk alami. Jumlah penduduk
Kabupaten Kepulauan Meranti tahun 2012 menurut kecamatan menunjukkan bahwa dari 9 kecamatan, kecamatan
Tebing Tinggi yang sekaligus merupakan ibukota kabupeten Kepulauan Meranti mempunyai jumlah penduduk
terbesar yaitu sebanyak 56.226 jiwa dengan kepadatan 619,19 jiwa per km2. Kecamatan dengan jumlah penduduk
terbesar kedua adalah kecamatan Rangsang (18.671 jiwa) diikuti kecamatan Rangsang Barat (17.428 jiwa) dan
Ransang Pesisir (17.045 jiwa). Kecamatan dengan jumlah penduduk yang terendah adalah kecamatan Tebing Tinggi
Timur (11.941 jiwa) diikuti kecamatan Merbau (13.920 jiwa) dan Pulau Merbau (15.031 jiwa).
Upaya pengelolaan sanitasi tidak dapat dilepaskan dari dukungan pendanaan di sektor sanitasi. Khusus
dalam sektor sanitasi, laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Meranti tertinggi pada tahun 2014 yaitu sebesar 8,45% dan pertumbuhan
terendah pada tahun 2012 yaitu sebesar 6,59% sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2.9. Pertumbuhan ekonomi
yang dicapai Kabupaten Kepulauan Meranti secara keseluruhan lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi
Provinsi Riau yang berkisar antara 6,56% - 8,06%, kecuali pada tahun 2011 dimana pertumbuhan ekonomi Provinsi
Riau yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Meranti. Selama periode 2011 –
2015, rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Meranti meningkat sebesar 6,56%.
Selain bergantung pada pendanaan, keberjalanan pengelolaan sanitasi permukiman juga bergantung pada
kelembagaan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mengorganisir pembangunan sanitasi. Untuk lingkup
Kabupaten Kepulauan Meranti, beberapa bidang pada SKPD yang terlibat secara langsung dalam pembangunan
sanitasi di Kabupaten Kepulauan Meranti antara lain:
1. Bidang Perencanaan Pembangunan Fisik pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
2. Bidang Pengendalian Pencemaran pada Badan Pengendalian Lingkungan Hidup
3. Bidang Pengembangan Perumahan, Bidang permukiman dan Bidang Kebersihan pada Dinas Perumahan,
Penataan Ruang dan Kebersihan
4. Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan pada Dinas Kesehatan
5. Bidang Drainase pada Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi.
Sedangkan SKPD dan bidang yang secara tidak langsung mendukung terciptanya pembangunan sanitasi di
Kabupaten Kepulauan Meranti antara lain sebagai berikut:
1. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
2. Badan KB dan Pemberdayaan Perempuan
3. Badan Perpustakaan, Arsip dan Sistem Informasi
4. Bidang Bina Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan
PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN
A. Promosi Higiene dan Santasi
Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI mendefinisikan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri pada bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan kesehatan di masyarakat. PHBS dapat mencakup tentang gizi, kesehatan makanan,
mengkonsumsi garam beryodium atau tentang kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya
dan membersihkan lingkungan. Untuk menilai kondisi sanitasi Kabupaten Kepulauan meranti, berikut ini dijelaskan
PHBS pada tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah.
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan
anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikan perilau hidup bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Sasaran PHB dalam rumah tangga meliputi pasangan usia subur, ibu
hamil dan menyusui, anak dan remaja, usia lanjut dan pengasuh anak. Indikator PHBS dalam rumah tangga antara
lain, persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI ekslusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan
air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah,
makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah.
Sampah merupakan merupakan produk sampingan kegiatan di rumah tangga. Kebanyakan masyarakat
beranggapan bahwa sampah merupakan benda atau barang yang tidak berguna dan harus dibuang. Perkembangan
dewasa ini ternyata bergeser, dimana sampah dapat juga dimanfaatkan kembali, melalui pendekatan yang disebut
3R (reduse, reuse dan recycle). Sampah organik seperti daun, bekas makanan dll, dapat dimanfaatkan kembali
untuk bahan pupuk.
Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan sekolah merupakan hal yang sangat
penting terkait dengan berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6-10 tahun). Kampanye yang
dilakukan untuk mendukung PHBS disekolah antara lain mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dengan
menggunakan sabun, jajan di kantin sekolah yang sehat, membuang sampah pada tempatnya, mengikuti kegiatan
olah raga di sekolah, pengukuran berat dan tinggi badan secara rutin, tidak boleh merokek di sekolah, pemberatasan
jentik nyamuk di sekolah secara rutin, membuang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah.

B. Sektor Air Limbah Domestik


Pengelolaan limbah domestik Kabupaten Kepulauan meranti selama ini sebagian kecil dilaksanakan
dengan sistem pengolahan milik pribadi. Sebagian kecil rumah penduduk telah dilengkapi dengan jamban dan septik
tank. Adapun bagi masyarakat yang tinggal di kawasan pantai belum ada sistem pengolaan air limbah pada
umumnya masyarakat tepi pantai limbah domestik langsung ke tepi pantai.
Permasalahan pada pengelolaan air limbah domestik di kepulauan meranti adalah sebagai berikut :
a) Masyarakat Kabupaten Kepulauan meranti sebagian kecil menggunakan septic tank dan cubluk untuk
mengolah air limbah rumah tangga, namun sebagian besar fasilitas septic tank masih belum memenuhi standar
teknis yang ditetapkan. Disamping itu, pengurasan septic tank juga masih rendah.
b) Sebagian kecil masyarakat masih mempergunakan cubluk untuk membuang black water.

Untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan pengelolaan air limbah domestik maka
masyarakat membutuhkan pemahaman yang utuh tentang dampak air limbah domestik terhadap sumber daya air
baik air permukaan maupun air tanah. Dengan pemahaman yang baik pada masyarakat tentang air limbah
diharapkan akan melahirkan inisiatif yang konstruktif dalam upaya pengelolaan air limbah domestik. Dengan
demikian masyarakat tidak lagi memandang air limbah domestik hanya sebatas jijik dan prihatin apalagi
menganggap biasa saja tetapi menjadi sebuah ancaman bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Langkah yang dapat diambil dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air limbah
domestik, menurut informan kunci dari unsur tokoh masyarakat adalah dengan memanfaatkan peran tuan guru
dalam membina masyarakat. Peran pemuka adat dan agama ini dapat dimanfaatkan dengan baik dalam upaya
pengelolaan air limbah domestik, pemerintah akan mendapatkan kemudahan dalam mengajak masyarakat berperan
serta aktif dalam program sanitasi bahkan dalam setiap tahapan programkegiatan pembangunan yang
dilaksanakan. Peran pemuka adat dan agama di Kabupaten Kepulauan meranti selama ini lebih banyak membina
masyarakat terkait dengan hubungan kepada tuhan dan sesama manusia. Materi yang diberikan dalam setiap
dakwahnya berkisar pada ibadah sholat, puasa, akhlak, muamalah dan sejenisnya. Oleh karena itu ke depan
diharapkan peran tuan guru dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan persepsi masyarakat
Persepsi masyarakat terhadap air limbah domestik memiliki pengaruh terhadap perlakuan masyarakat terhadap air
limbah domestik itu sendiri. Semakin baik kualitas persepsi masyarakat maka perlakuan terhadap air limbah
domestik semakin meningkat. Beberapa perlakuan masyarakat terhadap air limbah domestik di Kabupaten
Kepulauan meranti yang merupakan bentuk partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut :
a. Membersihkan saluran drainase dalam kampung atas ajakan dari instansi terkait, ketua RT, RW, Kelurahan,
Kecamatan hingga tokoh pemuda dan tokoh adat. Tujuan pembersihan saluran drainase ini adalah untuk
menghambat perkembangan nyamuk yang dapat membawa bibit penyakit, mengurangi bau yang mengganggu
warga dan meningkatkan kebersihan lingkungan.
b. Membuang air limbah domestik ke sungai, selokan/got/drainase, Perlakuan ini dilakukan karena tidak
membutuhkan biaya, tidak ada larangan dan lebih mudah. Prinsip NIMBY (Not In My Back Yard) pada air limbah
domestik ternyata juga berlaku di Kepulauan meranti.
c. Pemanfaatan air limbah domestik untuk menyiram jalan pada siang hari. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan
agar debu jalan tidak menggangu warga ketika ada angin atau kendaraan lewat sekaligus menguras air limbah
domestik yang tergenang.
C. Sektor Persampahan
Dalam proses pelaksanaannya, pengelolaan persampahan di Kabupaten Kepulauan meranti tidak hanya
dilakukan oleh pemerintah daerah, beberapa mitra potensial turut berperan dalam upaya peningkatan kualitas
pengelolaan persampahan di Kabupaten Kepulauan meranti. Pada Subbab pengelolaan persampahan ini, berikut
akan dipaparkan kondisi eksisting pengelolaan persampahan di Kabupaten Kepulauan meranti, mulai dari
kelembagaan, sistem dan cakupan pelayanan, kesadaran masyarakat dan PMHSJK, pemetaan media, partisipasi
dunia usaha, pendanaan dan pembiayaan serta permasalahan mendesak dan isu strategis.
Berdasarkan Permen PU No. 21 / PRT / M / 2006 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan sistem
pengelolaan persampahan ( KSNP – SPP ) dapat meliputi antara lain :
Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.
 Peningkatan peran aktif masyarakat umum terutama masyarakat di sekitar TPS dan TPA dan swasta sebagai
mitra pengelolaan.
 Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan persampahan.
 Pengembangan dan pembangunan sistem pengelolaan persampahan yang terpadu.
Berdasarkan standar cipta karya bahwa 2 – 3 liter / org / hari adalah yang dihasilkan oleh tiap orang
sehingga perlu diperhatikan ketersediaan lahan bagi penempatan TPS atau TPA. Berdasarkan standar tersebut
untuk 3000 jiwa penduduk dibutuhkan 400m² lahan persampahan.Persampahan Kabupaten Kepulauan meranti di
kelola baik secara individual (masyarakat mengelola sampahnya sendiri dengan cara membakar, menimbun dan
membuang ke sungai) maupun dikelola oleh Dinas terkait di tingkat Kota, daerah pasar dan kota kecamatan.
Kabupaten Kepulauan merantibelum memiliki TPA.
Empat Persoalan Sosial Kota-kota besar di Indonesia adalah Sampah dan Pencemaran lingkungan,
Sampah oleh sebagian besar orang dianggap kotor dan menjijikan tidak ada manfaatnya. Sampah sebenarnya
masih bisa dimanfaatkan, asalkan masyarakat mau memilahnya antara sampah Organik dan anorganik. Sampah
Organik adalah Sampah yang bisa mengalami pelapukan (Dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil
dan tidak berbau (Sering disebut dengan Kompos). Bahan yang termasuk Sampak Organik diantaranya sisa sayuran
dari dapur atau Pasar, sisa Tanaman yang di Panen dan dedaunan yang berguguran , sementara itu sampahy
Anorganik adalah sampah yang sampah yang tidak bisa mengalami Pelapukan seperti bahan Plastik, Kaca, Besi
dan Logam. Sampah yang diolah menjadi Kompos untuk dipakai dikalangan sendiri atau kelompok atau dijual hingga
mendatangkan banyak Rupiah, tentu saja Sampah akan menjadi barang berharga.
Permasalahan Pengelolaan Persampahan Kabupaten Kepulawan Meranti terjadi karena persampahan
belum menjadi prioritas penanganan oleh pemerintah Kabupaten Kepulauan meranti dan minimnya kesadaran
masyarakat tentang pengelolaan sampah dan kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya.
D. Sektor Drainase Perkotaan
Dalam hal sektor drainase, hingga saat ini Kabupaten Kepulauan Mereanti baru memiliki Masterplane Skala
Kota yaitu Masterplane Kota Selat Panjang sehingga masih banyak jaringan draenase belum yang belum
terintegrasi dengan baik.. Untuk jaringan drainase tersier/jaringan drainase permukiman saat ini belum terinvetarisir.
Keberadaan drainase permukiman yang terstruktur pada umumnya terdapat di permukiman yang dibangun oleh
pengembang serta di sepanjang jaringan jalan.
Meskipun demikian jaringan belum terintegrasi, pada beberapa kantong permukiman yang padat bahkan
kondisi drainase tidak memenuhi standar. Pada beberapa kasus, drainase ini kondisinya tidak terawat dan
mengalami pendangkalan akibat timbunan sampah dan lumpur. Kondisi drainase yang ada mengakibatkan rentan
terjadinya bencana banjir di musim penghujan, terutama di daerah-daerah yang memiliki kontur lebih rendah dengan
guna lahan terbangun yang padat.

E. Pengelolaan Komponen Terkait sanitasi


Pengelolaan bidang sanitasi dalam implementasi program dan kegiatan akan terkait dengan sektor atau
bidang lainnya, diantaranya adalah penyediaan air bersih, pengelolaan air limbah industri rumah tangga dan
pengelolaan limbah medis. Terintegrasinya sektor lain dalam pengelolaan sanitasi amat dibutuhkan demi
terselengaranya layanan kesanitasian secara terintegrasi. Belum adanya keberpihakan dan belum adanya isu
strategis pengelolaan sanitasi pada level Pemerintah Daerah yang terwujud dalam politik anggaran sehingga
program pengelolaan sanitasi belum menjadi arus utama pembangunan di Kabupaten Kepulauan meranti.
Banyak faktor utama dan penunjang yang menyebabkan kebijakan dalam pembangunan sanitasi menjadi kurang
terperhatikan pada level pengambil kebijakan, masyarakat dan dunia usaha. Melalui penyebarluasan informasi dan
pendampingan yang terus menerus kepada pemangku kepentingan pada semua level diharapkan adanya
peningkatan dan keberpihakan dalam pengelolaan sanitasi di Kabupaten Kepulauan meranti.

INDIKASI PERMALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI


Penentuan area berisiko berdasarkan Penilaian SKPD diberikan berdasarkan pengamatan, pengetahuan
praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu anggota pokja kota/ kabupaten. Adapun penentuan area berisiko
berdasarkan hasil studi EHRA adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat resiko berdasarkan: kondisi sumber
air; pencemaran karena air limbah domestik; pengelolaan persampahan di tingkat rumah tangga; kondisi drainase;
aspek perilaku. Proses penentuan area berisiko dimulai dengan analisis data sekunder, diikuti dengan penilaian
SKPD dan analisis berdasarkan hasil studi EHRA. Hasil Penentuan area berisiko berdasarkan tingkat/derajat risiko
ini disajikan dalam bentuk peta seperti dibawah ini :
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena hanya berkat rahmat dan ridho-Nya, Buku Putih
Sanitasi Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2015 dapat disusun. Buku Putih Sanitasi Kabupaten
Kepulauan Meranti 2015 merupakan suatu basis data utama mengenai kondisi sanitasi di Kabupaten
Kepulauan Meranti 2015 yang secara komprehensif ditinjau dari berbagai aspek; aspek kelembagaan, aspek
keuangan, aspek cakupan pelayanan, aspek peraturan, aspek partsipasi sektor swasta, serta aspek PMHSJK
(Pemberdayaan Masyarakat dalam Higiene dan Sanitasi yang Sensitif Jender dan Kemiskinan). Dokumen ini
akan berperan penting sebagai dasar dalam penentuan kebijakan, strategi, program dan kegiatan dalam
perencanaan sanitasi di Kabupaten Kepulauan Meranti 2015 kedepan.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Meranti 2015 merupakan dokumen yang disusun dari,
oleh dan untuk Kabupaten Kepulauan Meranti 2015. Penyusunan dokumen ini melibatkan beberapa
Organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten Kepulauan Meranti 2015 yang dikoordinasikan dalam suatu
Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Kepulauan Meranti 2015. Dalam proses pengkajiannya, digunakan
beberapa metode analisis ilmiah sehingga dari segi substansi, informasi yang disajikan dalam Buku Putih
Sanitasi Kabupaten Kepulauan Meranti 2015 dapat dinilai valid. Beberapa studi/ kajian yang dilakukan dalam
proses penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Meranti 2015 antara lain Studi Environmental
Health and Risk Assessment (EHRA), Studi Sanitation Supply Assessment (SSA), Studi kelembagaan, Studi
keterlibatan sektor swasa, Studi PMHSJK dan Studi pemetaan profil keuangan daerah.
Disadari bahwa dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi ini, masih terdapat ketidak sempurnaan
dan berbagai kekurangan. Oleh karena itu, berbagai saran dan masukan dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi penyempurnaan Buku Putih Sanitasi ini. Buku Putih Sanitasi bukan merupakan tujuan akhir,
tetapi baru merupakan permulaan percepatan pembangunan sanitasi di Kabupaten Kepulauan Meranti 2015.
Sehubungan hal tersebut proses pemutakhiran data perlu senantiasa dilakukan. Semoga dokumen Buku
Putih Sanitasi ini dapat bermanfaat dan membawa Kabupaten Kepulauan Meranti 2015 ke arah yang lebih
Baik.
Kabupaten Kepulauan Meranti , .... Desember 2015
SEKDA KABUPATEN KEPULAUAN
MERANTI

Drs. H. IQARUDDIN M.Si

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................ iv
DAFTAR PETA ...................................................................................................................................... v

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................................ I -1


1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ I -1
1.2. Landasan Gerak .............................................................................................................. I - 2
1.3. Maksud dan Tujuan ........................................................................................................ I - 7
1.4. Metodologi ....................................................................................................................... I - 7
1.5. Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain ........................... I - 9

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH ................................................................................................ II - 1


2.1. Geografis dan Administratif .......................................................................................... II - 1
2.1.1 Kondisi Geografis ................................................................................................. II - 1
2.1.2 Administratif.......................................................................................................... II - 3
2.2. Demografi ...................................................................................................................... II - 6
2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah......................................................................... II - 11
2.4. Tata Ruang Wilayah ...................................................................................................... II - 18
2.5. Sosial dan Budaya ........................................................................................................ II - 23
2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah ............................................................................... II - 23
2.7. Komunikasi dan Media ................................................................................... ......... II - 27

BAB 3 PROFIL SANITASI WILAYAH ................................................................................................... III - 1


3.1. Wilayah Kajian Sanitasi ........................................................................................... III - 3
3.2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait sanitasi .......................................... III - 5
3.2.1 Tatanan Rumah Tangga .................................................................................... III - 5
3.2.2 Tatanan Sekolah ........................................................................................... III - 9
3.3. Pengelolaan Air Limbah Domestik ............................................................................... III - 12
3.3.1 Kelembagaan...................................................................................................... III - 12
3.3.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan ....................................................................... III - 16
3.3.3 Peran Serta Masyarakat ................................................................................... III - 20
3.3.4 Komunikasi dan Media ....................................................................................... III - 24
3.3.5 Peran Swasta .................................................................................................... III - 25
3.3.6 Pendanaan dan Pembiayaan ............................................................................ III - 26
Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

3.3.7 Permasalahan Mendesak ................................................................................. III - 27


3.4. Pengelolaan Persampahan .......................................................................................... III - 28
3.4.1 Kelembagaan...................................................................................................... III - 28
3.4.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan ....................................................................... III - 31
3.4.3 Peran Serta Masyarakat ................................................................................... III - 38
3.4.4 Komunikasi dan Media ...................................................................................... III - 40
3.4.5 Peran Swasta ................................................................................................... III - 40
3.4.6 Pendanaan dan Pembiayaan ............................................................................ III - 41
3.4.7 Permasalahan Mendesak ................................................................................. III - 42
3.5. Pengelolaan Drainase Perkotaan................................................................................. III - 43
3.5.1 Kelembagaan...................................................................................................... III - 44
3.5.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan ....................................................................... III - 49
3.5.3 Peran Serta Masyarakat ................................................................................... III - 52
3.5.4 Komunikasi dan Media .................................................................................... III - 52
3.5.5 Peran swasta ..................................................................................................... III - 53
3.5.6 Pendanaan dan Pembiayaan ............................................................................ III - 53
3.5.7 Permasalahan Mendesak ................................................................................. III - 54
3.6. Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi ..................................................................... III - 55
3.6.1 Pengelolaan Air Bersih....................................................................................... III - 55
3.6.2 Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga............................................. III - 58
3.6.3 Pengelolaan Limbah Medis ............................................................................... III - 59

BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN… IV - 1


4.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait Sanitasi ........................................ IV - 1
4.2. Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik ....................................................... IV - 3
4.3. Peningkatan Pengelolaan Persampahan................................................................... IV - 4
4.4. Peningkatan Pengelolaan Drainase Perkotaan ......................................................... IV - 5
4.5. Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi ................................................................... IV - 6

BAB 5 AREA BERESIKO SANITASI .................................................................................................... V - 1

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

DAFTAR TABEL
Bab II
Tabel 2.1 Nama, luas wilayah per - kecamatan dan jumlah kelurahan ............................................ II - 3
Tabel 2.2 Jumlah penduduk dan kepadatannya 3 - 5 tahun terakhir ................................................ II - 7
Tabel 2.3 a. Jumlah Penduduk Saat Ini dan proyeksi untuk lima tahun ........................................... II - 9
b. Jumlah Kepala Keluarga Saat ini dan proyeksi lima tahun .......................................... II - 10
c. Tingkat Kepadatan Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Saat ini dan Proyeksi Untuk
lima Tahun ........................................................................................................................... II - 11
Tabel 2.4 Rekapitulasi realisasi APBD Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2011 - 2015 .......... II - 12
Tabel 2.5 Rekapitulasi realisasi belanja sanitasi Kabupaten Kepulauan Meranti ............................. II - 15
Tabel 2.6 Perhitungan pendanaan sanitasi oleh APBD Kabupaten Kepulauan Meranti ................. II - 16
Tabel 2.7 Belanja sanitasi perkapita Kabupaten Kepulauan Meranti ............................................... II - 17
Tabel 2.8 Realisasi dan potensi retribusi sanitasi per- kapita .......................................................... II - 17
Tabel 2.9 Tabel peta perekonomian Kabupaten Kepulauan Meranti ................................................. II - 18
Tabel 2.10 Jumlah penduduk miskin per kecamatan ......................................................................... II - 23
Tabel 2.11 Jumlah rumah per kecamatan .......................................................................................... II - 23
Tabel 2.12 Kegiatan komunikasi terkait Sanitasi ................................................................................ II - 28
Tabel 2.13 Media komunikasi dan kerjasama terkait Sanitasi............................................................ II – 29
Bab III

Tabel 3.1 Rekapitulasi jumlah sarana air bersih dan sanitasi tingkat Sekolah Dasar/ MI .............. III - 10
Tabel 3.2 Kondisi saranan sanitasi sekolah ( tingkat sekolah SD/MI ) ............................................ III - 11
Tabel 3.3 PHBS terkait sanitasi pada Sekolah Dasar MI ................................................................. III - 11
Tabel 3.4 Daftar pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengolahan
air limbah domestik ............................................................................................................ III - 13
Tabel 3.5 Daftar Peraturan Terkait Air Limbah Domestik Kabupaten Kepulauan Meranti ............. III - 15
Tabel 3.6 Cakupan air limbah domestik yang ada di kabupaten Kepulauan Meranti ..................... III - 18
Tabel 3.7 Kondisi Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik ...................................................... III - 20
Tabel 3.8 Daftar Program/ Proyek Layanan Air Limbah Domestik yang Berbasis
Masyarakat ........................................................................................................................ III - 23
Tabel 3.9 Pengolahan sarana air limbah domestik oleh Masyarakat .............................................. III - 24
Tabel 3.10 Peran swasta dalam penyediaan layanan air limbah domestik ...................................... III - 26
Tabel 3.11 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Air Limbah Domestik ................................. III - 26
Tabel 3.12 Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah ...................................................................... III - 26
Tabel 3.13 Permasalahan mendesak .................................................................................................. III - 27
Tabel 3.14 Daftar pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan pengelolaan Persampahan III - 29
Tabel 3.15 Daftar peraturan persampahan Kabupaten Kepulauan Meranti ...................................... III - 30
Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 3.16 a. Jumlah timbulan sampah per Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti ............. III - 36
b. Sistem layanan sampah per Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti .............. III - 36
Tabel 3.17 Kondisi Prasarana dan Sarana persampahan yangb ada di Kabupaten
Kepulauan Meranti ............................................................................................................ III - 37
Tabel 3.18 Daftar Program/Kegiatan Persampahan Berbasis Masyarakat ....................................... III - 39
Tabel 3.19 Pengelolaan Sarana Persampahan oleh Masyarakat ...................................................... III - 39
Tabel 3.20 Peran Swasta dalam Penyediaan Layanan Persampahan di Kabupaten
Kepulauan Meranti .............................................................................................................. III - 41
Tabel 3.21 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Persampahan ............................................. III - 41
Tabel 3.22 Realisasi dan Potensi Retribusi Sampah .......................................................................... III - 42
Tabel 3.23 Permasalahan Mendesak ................................................................................................. III - 42
Tabel 3.24 Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan
Drainase Perkotaan .......................................................................................................... III - 47
Tabel 3.25 Daftar Peraturan Drainase Perkotaan Kabupaten Kepulauan Meranti ........................... III - 48
Tabel 3.26 Lokasi dan perkiraan luas genangan ................................................................................ III - 51
Tabel 3.27 Kondisi sarana dan prasarana drainase yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti ... III - 51
Tabel 3.28 Daftar Program/Kegiatan Drainase Perkotaan berbasis Masyarakat.............................. III - 52
Tabel 3.29 Pengelolaan Sarana Drainase Perkotaan oleh Masyarakat ............................................ III - 52
Tabel 3.30 Penyedia layanan pengelolaan drainase perkotaan yang ada di Kabupaten
Kepulauan Meranti ........................................................................................................... III - 53
Tabel 3.31 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan drainase perkotaan ................................................... III - 53
Tabel 3.32 Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase Perkotaan ....................................................... III - 54
Tabel 3.33 Permasalahan mendesak .................................................................................................. III - 54
Tabel 3.34 Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Kabupaten ........................................... III - 58
Tabel 3.35 Pengelolaan Air Limbah industri rumah tangga Kabupaten............................................. III - 58
Tabel 3.36 Pengelolaan limbah medis di fasilitas-fasilitas kesehatan ............................................... III – 59
Bab IV
Tabel 4.1 Rencana Program dan Kegiatan PHBS terkait sanitasi Tahun 2016 .............................. IV - 2
Tabel 4.2 Program PHBS terkait sanitasi yang sedang berjalan ...................................................... IV - 2
Tabel 4.3 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Libah Domestik .................................. IV - 3
Tabel 4.4 Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik yang Sedang Berjalan................................ IV - 4
Tabel 4.5 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Saat Ini ............................ IV - 4
Tabel 4.6 Kegiatan Pengelolaan Persampahan yang Sedang Berjalan ( Tahun 2014) .................. IV - 4
Tabel 4.7 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Perkotaan saat ini ................... IV - 5
Tabel 4.8 Kegiatan Pengelolaan Drainase Lingkungan yang Sedang Berjalan ............................... IV - 5
Tabel 4.9 Rencana Program dan Kegiatan Tahun 2015 ................................................................... IV - 6

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 4.10 Kegiatan yang sedang berjalan ........................................................................................ IV - 6


Bab V
Tabel 5.1 Area beresiko sanitasi Air Limbah ...................................................................................... V - 5
Tabel 5.2 Area beresiko sanitasi Persampahan................................................................................. V - 8
Tabel 5.3 Area beresiko sanitasi Drainase ......................................................................................... V - 11

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

DAFTAR GAMBAR

Tabel 2.14 Struktur organisasi pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Meranti ........................ II - 25
Tabel 2.15 Diagram SKPD yang terkait dalam pembangunan sanitasi Kabupaten
Kepulauan Meranti ........................................................................................................ II - 26
Tabel 3.37 Grafik CTPS di 5 ( lima) Waktu penting .......................................................................... III - 6
Tabel 3.38 Grafik Persentase Penduduk yang melakukan BABS ................................................... III - 7
Tabel 3.39 Grafik Pengelolaan air minum ( pencemaran pada wadah
penyimpanan dan penanganan air) ............................................................................. III - 8
Tabel 3.40 Grafik Pengelolaan Sampah Setempat ............................................................................ III - 8
Tabel 3.41 Grafik Pencemaran Karena SPAL ..................................................................................... III - 9
Tabel 3.42 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja .............................................................................. III - 16
Tabel 3.43 Grafik Persentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman .................................. III - 16
Tabel 3.44 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan Air Limbah Domestik ........................................... III - 17
Tabel 3.45 Kegiatan Penyuluhan atau Sosialisasi yang pernah di ikuti
di Kabupaten Kepulauan Meranti ................................................................................. III - 24
Tabel 3.46 Grafik Pengelolaan Sampah .............................................................................................. III - 33
Tabel 3.47 Grafik Pengangkutan Sampah ........................................................................................... III - 33
Tabel 3.48 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan...................................................... III - 35
Tabel 3.49 Kegiatan Penyuluhan atau Sosialisasi yang pernah diikuti di
Kabupaten Kepulauan Meranti ................................................................................... III - 40
Tabel 3.50 Grafik Persentase Rumah Tangga yang mengalami banjir rutin ..................................... III - 49
Tabel 3.51 Kegiatan Penyuluhan atau Sosialisasi yang pernah diikuti
di Kabupaten Kepulauan Meranti ............................................................................... III - 53
Tabel 3.52 Grafik Sumber Air Minum dan Memasak .......................................................................... III - 57

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

DAFTAR GAMBAR

Bab II
Peta 2.1 Peta Administratif Kabupaten Kepulauan Meranti ................................................................ II- 5
Peta 2.2 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Kepulauan Meranti .................................................... II - 21
Peta 2.3 Rencana pola ruang Kabupaten Kepulauan Meranti ............................................................ II – 22
Bab III

Peta 3.1 Peta Wilayah Kajian Sanitasi .................................................................................................. III - 4


Peta 3.2 Peta cakupan layanan pengelolaan air limbah domestik ...................................................... III - 20
Peta 3.3 Peta cakupan layanan persampahan ..................................................................................... III - 34
Peta 3.4 Peta jaringan drainase dan wilayah genangan Kabupaten................................................... III - 50
Peta 3.5 Peta cakupan layanan air bersih (atau peta jaringan PDAM) ............................................... III – 56
Bab V

Peta 5.1 Peta area beresiko air limbah ................................................................................................. V - 2


Peta 5.2 Peta area beresiko persampahan .......................................................................................... V - 3
Peta 5.3 Peta area beresiko drainase ................................................................................................... V - 4

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang
tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan
permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi seringkali dianggap sebagai urusan
“belakang”, sehingga sering termarjinalkan dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan
peningkatan standart kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan
keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek
pembangunan yang harus diperhatikan.

Memasuki tahun 2015, Pemerintah Indonesia akan memasuki periode RPJMN baru 2016-2020 yang
menetapkan target baru yaitu 100% (universal access) akses sanitasi layak di akhir tahun 2020. Sementara
itu, pada tahaun 2015 beberapa dokumen perencanaan sanitasi kab/kota sudah habis masa berlakunya.
Dalam rangka mendukung pencapaian universal access tersebut, maka Program PPSP akan dilanjutkan
kembali pada periode RPJMN selanjutnya melalui Program PPSP Tahap II 2016-2020. Melalui Program
PPSP Tahap II, kab/kota yang dokumen BPS, SSK dan MPS sudah habis masa berlakunya akan dilakukan
pemutakhiran/updating/review kembali agar dapat segera diimplementasikan. Adapun dokumen perencanaan
yang telah direview tersebut dinamai SSK Review dan disusun dalam 1 (satu) tahun anggaran saja. Selain
kab/kota yang melakukan updating, pada tahun 2015 terdapat pula kab/kota yang masih melanjutkan
penyusunan dokumen MPS serta masih terdapat beberapa kab/kota yang baru akan menyusun dokumen
BPS dan SSK.

Dengan demikian pada tahun 2015 terdapat 3 (tiga) kategori kab/kota peserta PPSP, yaitu sebagai
berikut:

1. Kab/kota yang baru berpartisipasi di tahun 2015.

2. Peserta PPSP tahun 2014 yang melanjutkan ke penyusunan MPS.

3. Kab/kota yang melakukan pemutakhiran SSK.

Buku Putih Sanitasi merupakan pemetaan situasi sanitasi kota atau kabupaten berdasarkan kondisi
aktual. Pemetaan tersebut mencakup aspek teknis dan aspek non-teknis, yaitu aspek keuangan,
kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek-aspek lain seperti
keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. Buku Putih Sanitasi merupakan “database
sanitasi kota atau kabupaten” yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan disepakati seluruh SKPD dan
pemangku kepentingan terkait pembangunan sanitasi.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Untuk menghasilkan dokumen Perencanaan setrategis yang mencerminkan 4 (empat) karakteristik


dokumen perencanaan di dalam PPSP, yaitu :

- Dari, oleh dan untuk Kabupaten/Kota.


- Berdasarkan data empiris.
- Menggunakan pendekatan top down meets bottom up,
- Komprehensif dan berskala Kabupaten/Kota.
Sehubungan hal tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti telah membentuk Pokja
Sanitasi yang mewakili semua pemangku kepentingan/Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait
dengan pembangunan dan pengelolaan sanitasi di kawasan perkotaan, semi perkotaan dan pedesaan di
seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti. Pokja Sanitasi mempunyai tugas antara lain menyusun buku
putih sanitasi, menyusun SSK dan MPS serta melakukan koordinasi pembangunan sanitasi. Pokja
Sanitasi ini diharapkan juga harus mampu memberikan penyadaran pentingnya sanitasi, menyampaikan
keputusan Pokja ke SKPD dan mengawal program pembangunan di bidang sanitasi.

1.2. Landasan Gerak


Sanitasi di Indonesia didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah
untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah tangga maupun di lingkungan
perumahan (Buku Referensi Opsi sistem dan Teknologi Sanitasi, TTPS, 2010). Berdasarkan definisi tersebut
di atas maka terdapat 3 sektor yang terkait dengan sanitasi, yaitu: i) air limbah; ii) persampahan; dan iii)
drainase tersier.

Sedangkan pengertian dasar persub sektor sanitasi adalah sebagai berikut:

1. Air Limbah Domestik.

- Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi,
dapur (sisa makanan) dan tempat cuci.

- Black water (urin, tinja/limbah padat dan air gelontoran) yaitu air yang tercemar tinja, umumnya berasal
dari WC. Volumenya dapat cair atau padat, umumnya orang dewasa menghasilkan 1,5 liter air
tinja/hari.

2. Pengelolaan Persampahan.

Merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan
dan penanganan sampah, lingkupnya sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

3. Drainase Perkotaan.

Drainase di wilayah perkotaan yang berfungsi mengendalikan air permukaan sehingga tidak
mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.

4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait sanitasi.

Meliputi promosi kesehatan, perubahan perilaku sanitasi di rumah tangga (5 pilar), dan sanitasi sekolah.

Lingkup wilayah kajian Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota adalah seluruh wilayah
permukiman di seluruh kelurahan/Desa yang termasuk di dalam wilayah administratif Kabupaten Kepulauan
Meranti yang terdiri dari 101 (Seratus satu )Kelurahan/Desa.

Sejalan dengan kondisi Kabupaten Kepulauan Meranti saat ini dan tantangan yang dihadapi dalam
5 (lima) tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki dalam konstelasi lokal,
regional maupun nasional, maka dirumuskan visi Bupati Kepulauan Meranti Periode tahun 2011-2016 adalah

“MENJADIKAN KEPULAUAN MERANTI SEBAGAI KAWASAN NIAGA

YANG MAJU DAN UNGGUL DALAM TATANAN MASYARAKAT MADANI”

Untuk mencapai visi tersebut, maka Pemerintah Kabupaten kepulauan Meranti menetapkan 7 (tujuh)
Misi, yaitu:

1. Mewujudkan penataan birokrasi kepemerintahan yang efisien dan efektif.


Meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah, SDM aparatur pemerintahan daerah yang bersih,
beretika, anti korupsi dan nepotisme dalam tata kelola pemerintahan yang baik, transparan, akuntabel dapat
meningkatkan kinerja pembangunan suatu wilayah..

2. Menurunkan tingkat kemiskinan melalui swasembada hasil-hasil pertanian, perikanan dan


peternakan
Untuk meningkatkan swasembada hasil pertanian, perikanan dan peternakan serta membuka lapangan
kerja, maka pemerintah perlu menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga investasi dari pihak swasta
dapat tumbuh dan berkembang. Disamping itu, keterlibatan masyarakat secara umum dalam pembangunan
dunia usaha yang bertumpu pada partisipasi masyarakat, melalui sistem ekonomi kerakyatan, akan
mempercepat terwujudnya kesejahteran masyarakat.

3. Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat


Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi terhadap sumber daya manusia yang akan menjadi
aset dalam pembangunan bangsa dimasa yang akan datang. Karena itu masyarakat harus mendapatkan
pendidikan yang berkualitas dan terjangkau, melalui pendidikan berkualitas, murah, dan terjangkau melalui

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

program wajib belajar 9 tahun. Merupakan upaya pemerintah dan masyarakat Kota Kabupaten Meranti untuk
membangun sumber daya manusia yangmemiliki kualitas kompetensi akademis yang tinggi, cerdas,
bermoral, beriman, bertaqwa, tanggap lingkungan dan memiliki skill (hard dan soft skill) yang tinggi, sehingga
mampu hidup dan bersaing di lapangan kerja bebas. Upaya peningkatan kesehatan masyarakat adalah vital
bagi terjaganya kinerja parameter kesejahteraan masyarakat dalam menunjang HDI.

4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan produktivitas masyarakat dalam rangka
pengembangan ekonomi lokal
Misi ini bertujuan (1) Meningkatkan kualitas hidup penduduk, dengan sasaran pokok, yaitu (i)
meningkatnya keluarga sejahtera, (ii) meningkatnya pembinaan dan pemberdayaan generasi muda dan olah
raga (2) Meningkatkan pelestarian budaya, dengan sasaran pokok yaitu meningkatkan pelestarian dan
kekayaan budaya (3) Meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan sosial, dengan sasaran pokok yaitu (i)
menurunnya kesenjangan antara perempuan dan laki-laki, (ii) menurunnya tindak kekerasan terhadap
perempuan dan anak, (iii) meningkatnya kerukunan masyarakat. (4) Meningkatkan perekonomian daerah,
dengan sasaran pokok, yaitu meningkatkan produktivitas dan pendapatan masyarakat.

5. Meningkatkan infrastruktur dasar dalam rangka merangkai pulau, termasuk revitalisasi air bersih
dan peningkatan elektrifikasi.
Dalam upaya peningkatan iklim investasi,daya saing dan ekonomi yang berkesinambungan, maka
kabupaten ini harus ditunjang dengan infrastruktur yang memadai seperti jalan, air bersih, pasokan energi
listrik serta penanganan limbah yang berwawasan lingkungan. Pembangunan infrastruktur tidak hanya
dilaksanakan pada area kota melainkan juga pada daerah pinggiran dan daerah industri untuk terwujudnya
pemerataan pembangunan di semua wilayah di Kabupaten Meranti.

Misi ini bertujuan (1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas jaringan trasportasi internal pulau dan antar pulau,
dengan sasaran pokok yaitu meningkatnya kualitas prasarana dan sarana perhubungan (2) Meningkatkan
kualitas dan kuantitas fasilitas, dengan sasaaran pokok yaitu; meningkatnya kualitas dan kuantitas prasarana
dan sarana perumahan (3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas penyediaan dan pelayanan air bersih,
dengan sasaran pokok yaitu meningkatnya kualitas prasarana dan sarana pengairan (4) Meningkatkan
kualitas dan kuantitas penyediaan dan pelayanan pasokan listrik, dengan sasaran pokok yaitu meningkatnya
jumlah sambungan listrik.

6. Mendorong investasi dalam rangka penciptaan lapangan kerja dan penciptaan nilai tambah
ekonomi
Misi ini bertujuan (1) Menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi, dengan sasaran pokok yaitu Angka
pertumbuhan ekonomi (%) (2) Mewujudkan kebijakan dan regulasi yang pro-investasi, dengan sasaran pokok,
yaitu meningkatnya investasi (3) Meningkatkan kapasitas penyerapan lapangan kerja di berbagai sektor,
dengan sasaran pokok yaitu menurunnya tingkat angka pengangguran.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

7. Meningkatkan pembinaan mental spiritual dalam rangka mewujudkan masyarakat yang


berakhlakul kharimah
Misi ini bertujuan (1) Mewujudkan peningkatan ketaatan beragama masyarakat, dengan sasaran pokok
yaitu meningkatnya kualitas beragama (2) Mewujudkan peningkatan solidaritas antar umat beragama,
dengan sasaran pokok yaitu meningkatnya solidaritas antar umat beragama, (3) Mewujudkan peningkatan
kerukunan antar umat beragama, dengan sasaran pokok yaitu; meningkatnya kerukunan masyarakat Sejalan
dengan prinsip-prinsip good governance, nilai-nilai yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan visi misi
pembangunan Kabupaten Kepulauan Meranti secara berkelanjutan, mencakup beberapa prinsip sebagai
berikut: (1) Efektivitas dan efisiensi, dimana proses produksi dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan. (2)
ketentuan yang telah ditetapkan dan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin,
(3) Fasilitasi kepentingan publik untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dimana setiap warga masyarakat
dan pemangku kepentingan pembangunan mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik langsung
maupun melalui intermediasi institusi yang mewakili kepentingannya, (4) Transparansi, dimana ada
kebebasan (yang bertanggung jawab) dalam menerima dan mengirim informasi secara langsung, terutama
informasi yang menjadi kepentingan publik, (5) Akuntabilitas, dimana para pembuat keputusan, baik di
lemabaga pemerintahan maupun di masyarakat, bertanggungjawab kepada publik dan lembaganya secara
legitimate, (6) Sikap yang responsip, dimana semua warga masyarakat bertanggungjawab terhadap proses
pembangunan, mulai dari perencanaan hingga ke evaluasi. (7) Visi strategis, dimana para pemimpin dan
warga masyarakat mempunyai pandangan yang luas dan jauh ke depan dalam pengembangan dan
pemanfaatan sumberdaya yang ada sesuai dengan kebutuhan pembangunan daerah, (8) Pemberdayaan
masyarakat, pembangunan fokus pada kegiatan untuk menghasilkan pemberdayaan masyarakat, (9)
Penyediaan cadangan dalam bentuk tabungan masyarakat, dimana semua warga masyarakat mempunyai
kesempatan yang sama dalam memanfaatkan cadangan yang tersimpan untuk meningkatkan
kesejahteraannya.

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan, baik nasional maupun daerah, telah disepakati perlunya
keterpaduan antara pembangunan sektoral, wilayah, dan daerah. Sehubungan dengan itu, dalam UU 26/2007
ditetapkan adanya keterkaitan yang kuat antara rencana pembangunan dengan rencana tata ruang wilayah
(RTRW), mulai dari tingkat nasional, provinsi, sampai kabupaten/kota. Dalam Undang-Undang Nomor 25
tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ditetapkan adanya Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), serta rencana-rencana
turunannya sampai ke Rencana Kerja Pemerintah. RPJP dan RTRWN mempunyai jangka waktu yang sama,
yaitu 20 (dua puluh) tahun. Selain itu, secara khusus antara RPJP dan RTRW dikemukakan ada saling
keterkaitan dan/atau saling mengacu, sebagaimana yang ditetapkan dalam UU No.26/2007 tentang Penataan
Ruang.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Dengan demikian maka penyusunan RTRW Kabupaten Kepulauan Meranti akan bersifat strategis
karena akan mempunyai keterkaitan dengan rencana pembangunan daerah berupa RPJP Kabupaten
Kepulauan Meranti. Dengan kata lain akan ada perencanaan yang terpadu antara perencanaan
pembangunan daerah dan rencana tata ruang Kabupaten Kepulauan Meranti. Berdasarkan ketiga latar
belakang legal, teknis, dan strategis tersebut di atas, maka memang perlu dan penting penyusunan RTRW
Kabupaten Kepulauan Meranti.

Mengingat hal tersebut tujuan penataan ruang wilkayah kabupaten Kepulauan Meranti adalah
mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan
senantiasa berwawasan lingkungan, efisiensi dalam alokasi investasi, bersinergi, dan dapat dijadikan acuan
dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat.

Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menurut PP 26/2008 dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Riau yang secara eksplisit terkait dengan wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti dapat
ditelusuri dari: (i) rencana struktur ruang wilayah, (ii) rencana pola ruang wilayah, dan (iii) penetapan kawasan
strategis. Dengan demikian, untuk melihat penetapan RTRWN dan RTRW Provinsi Riau yang terkait dengan
wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti akan didasarkan pada ketiga komponen rencana tersebut.

Rencana struktur ruang wilayah nasional (SRWN) meliputi:

a. sistem perkotaan nasional;


b. sistem jaringan transportasi nasional;
c. sistem jaringan energi nasional;
d. sistem jaringan telekomunikasi nasional; dan
e. sistem jaringan sumber daya air.
Dari kelima komponen struktur ruang wilayah nasional tersebut, yang menunjukkan penetapan di
Kabupaten Kepulauan Meranti secara signifikan adalah pada sistem perkotaan nasional, dan sistem jaringan
transportasi nasional. Sementara untuk komponen lainnya yaitu sistemm jaringan energi nasional, sistem
jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem jaringan sumber daya air belum tergambarkan penetapannya
secara signifikan.

Mengingat hal tersebut tujuan penataan ruang wilayah kabupaten Kepulauan Meranti adalah
mewujudkan ruang wilayah kabupaten Kepulauan Meranti yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan
senantiasa berwawasan lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi, dan dapat dijadikan acuan
dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Sasaran yang hendak dicapai dalam penataan ruang wilayah ini adalah:

1. Tersusunnya Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti;


2. Terkendalinya pembangunan di wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti, baik yang dilakukan oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat;
3. Terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya di wilayah Kabupaten Kepulauan
Meranti;
4. Tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program pembangunan di wilayah Kabupaten
Kepulauan Meranti;
5. Terdorongnya minat investasi masyarakat dan dunia usaha di wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti;
6. Terkoordinasinya pembangunan antarwilayah dan antarsektor pembangunan di wilayah Kabupaten
Kepulauan Meranti;
7. Tersusunnya Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Kepulauan Meranti;
8. Adanya pola pembangunan yang berbasis masyarakat, yang mencakup sosial, budaya, kelembagaan,
dan nilai religius;
9. Terciptanya keseimbangan antara nilai ekonomi yang didapat dengan daya dukung sumber daya yang
tersedia;
10. Terciptanya keseimbangan antara nilai ekonomi dan risiko bencana yang ditimbulkan sebagai akibat dari
pembangunan.
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Meranti adalah untuk
memberikan informasi awal yang lengkap tentang situasi dan kondisi sanitasi Kabupaten Kepulauan Meranti
saat ini sebagai dasar untuk membuat perencanaan pengembangan sanitasi di masa yang akan datang.

Tujuan dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Meranti adalah:

a. Memberikan informasi sarana sanitasi yang ada saat ini.


b. Menyediakan data sebagai dasar analisis situasi dilihat dari segala aspek, sehingga zona sanitasi
prioritas dapat ditetapkan berdasarkan urutan potensi resiko kesehatan lingkungan /area resiko sanitasi
c. Memberikan informasi bagi seluruh pihak yang berkepentingan dalam bersinergi dan menjalankan
perannya untuk berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi ke depan.
d. Memberikan bahan dasar penetapan kebijakan daerah dalam pengelolaan sanitasi di masa yang akan
datang berdasarkan target prioritas yang disepakati bersama.
Sedangkan tahapan dalam pelaksanaan PPSP adalah sebagai berikut:

a. Tahapan Penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS)


b. Tahapan Penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

c. Penyiapan Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS)


d. Pelaksanaan/implementasi
1.4. Metodologi
Penyusunan Buku Putih Sanitasi ini dilaksanakan secara partisipatif yang melibatkan para
pemangku kepentingan, transparan dan akuntabel sedangkan metodologi yang digunakan dalam kegiatan
penyusunan Buku Putih secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Data yang dibutuhkan antara lain :
1). Data sanitasi kabupaten (baik fisik maupun non fisik)
2). Data demografi
3). Data sosial ekonomi
4). Data institusi/kelembagaan
5). Data tata ruang
b. Teknik Pengumpulan data :
1). Desk study (kajian literature, data sekunder, dll)
2). Field reaseach (observasi, wawancara responden)
c. Teknik analisis : deskriptif kualitatif dan kuantitatif

Secara umum metode di dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi ini terdiri dari beberapa langkah,
yaitu :
1. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder sektor sanitasi digunakan sebagai dasar untuk membuat pemetaan kondisi sanitasi secara aktual, serta
memotret kebutuhan akan layanan sanitasi yang baik, sesuai standar kebutuhan minimal pembangunan sanitasi. Tidak
hanya sekedar kompilasi, tetapi juga dilakukan proses seleksi dan verifikasi data. Banyak dokumen kegiatan program yang
mampu memberikan informasi mengenai apa yang terjadi dimasa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi
pada masa kini.
2. Pendalaman data Sekunder yang telah diperoleh
Dari data sekunder yang telah diperoleh, maka dilakukan verifikasi lanjutan, pengecekan silang data-data yang
diperoleh dan pendalaman data tersebut dengan melaksanakan:
 Pertemuan secara berkala dengan anggota Pokja yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Kepulauan
Meranti selaku Ketua Pokja.
 Meninjau tempat-tempat yang dilayani program sanitasi serta sebagian dari daerah pelayanan di kawasan perkotaan
dan daerah kumuh (survey dan observasi).
 Diskusi yang bersifat teknis (focus group discussion) dan mendalam juga akan dilakukan dengan pihak-pihak yang
terlibat dalam sanitasi. Diskusi untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terkait kondisi yang ada serta upaya-
upaya yang telah, sedang dan akan dilakukan untuk meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat di bidang
sanitasi.
3. Pengumpulan Data primer
Data primer yang dikumpulkan meliputi :
 Studi Kelembagaan dan Keuangan
 Penilaian Sanitasi Berbasis Masyarakat (Community-based Sanitation Assessment)

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI
 Studi Penyedia Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment/SSA)
 Studi Komunikasi dan Pemetaan Media
 Penilaian Kesehatan Lingkungan (EHRA) dari Dinas Kesehatan

1.5. Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain


Penyusunan Program Strategi Pembangunan Sanitasi di Kabupaten Kepulauan Meranti didasarkan
pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi :

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alami Hayati dan
Ekosistemnya;
2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan
Daerah;
5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan;
6. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
7. Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
8. Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
9. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
10. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 Tentang Perlindungan Hutan;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;
21. Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 Tentang Kawasan Industri
22. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
23. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1990 Tentang Penggunaan Tanah bagi kawasan Industri;
24. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014;
25. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/2006 Tentang kebijakan dan Strategi Nasional

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP);


26. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/2008 Tentang kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP);
27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan;
28. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.14-228 Tahun 2011 tentang Pengesahan Pemberhentian
dan Pengesahan Pengangkatan Bupati Kepulauan Meranti Provinsi Riau;
29. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 660/4919/SJ Tentang Pedoman Pengelolaan Program
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Daerah;
30. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2009-2013 Provinsi Riau;
31. Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2011-2016 Kabupaten Kepulauan Meranti.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
Gambaran umum wilayah merupakan penjelasan mengenai kondisi umum Kabupaten Kepulauan
Meranti yang mencakup kondisi geografis, administratif, fisik kota, kependudukan, keuangan dan
perekonomian daerah, kebijakan penataan ruang, dan sosial budaya masyarakat, sampai dengan struktur
pemerintaha Kabupaten Kepulauan Meranti. Masing-masing gambaran umum ini akan diuraikan kedalam
beberapa sub bab yang lebih rinci.

2.1. Kondisi Geografis dan Administratif


Bagian ini akan menguraikan kondisi secara geografis beserta tata letak Kabupaten Kepulauan
Meranti secara keadministratifan wilayah dan kondisi fisik umum yang meliputi topografi, iklim, dan hidrologi.
Bagian ini akan dijelaskan lebih rinci untuk memeberikan gambaran umum secara utuh kondisi daerah.
2.1.1. Kondisi Geografis
Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti berupa kepulauan di sebelah Timur Pulau Sumatera antara
1025'36” Lintang Utara -0040' Lintang Utara dan 102010'40”- 103014’ Bujur Timur.
Batas Kabupaten Kepulauan Meranti :
Sebelah Utara : Selat Malaka dan Kabupaten Bengkalis.
Sebelah Selatan : dengan Kabupaten Kepulauan Meranti.
Sebelah Barat : Kabupaten Kepulauan Merantidan Kabupaten Bengkalis.
Sebelah Timur : Selat Malaka.

Wilayah fisik Kabupaten Kepualauan Meranti merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 3 pulau
utama yaitu Pulau Rangsang, Pulau Tebing Tinggi, Pulau Padang, Pulau Merbau dan dikelilingi oleh pulau-
pulau kecil lainnya yaitu Pulau Merbau, Pulau Jadi, Pulau Topang, Pulau Panjang, Pulau Menggung, Pulau
Setahun dan Pulau Dedap. Kondisi topografi Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan wilayah di Pesisir
Timur Pulau Sumatera yang merupakan dataran rendah dengan kondisi topografi yang sebagian besar relatif
datar dengan kemiringan lereng berkisar antara 0-2% dan ketinggian 5 - 7 meter dari permukaan laut.
Wilayah datar ini sebagian besar terdiri dari rawa gambut dan rawa lebak sedangkan sebagian lagi upland
dengan lereng berkisar 0 - 25. Jenis tanah berdasarkan bentuk dan ukuran butirannya, dibedakan atas 3
(tiga) bagian, yaitu tekstur halus yang dapat dijumpai pada hampir semua kecamatan, tekstur sedang
(lumpur) dan tekstur kasar (pasir).

Berdasarkan struktur dan jenis tanahnya dataran daerah wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti
didominasi oleh endapan permukaan tua yang terdiri dari lempung, lanal, kerikil lempungan, sisasisa
tumbuhan dan pasir granit. Pada beberapa daerah didominasi oleh endapan permukaan muda berbentuk
rawa gambut berwarna abu-abu kecoklatan yang terdapat pada keadaan basah, sangat lunak, plastis, rekah
kerut tinggi, mengandung bahan organik, tekanan unconfined strength kurang dari 0,5 kg per cm2 dan

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

memiliki sifat kurang teguh, daya dukung rendah, dan mudah terjadi amblesan maupun tererosi. Batuan dasar
terdapat pada kedalaman lebih dari 60 meter.

Kabupaten Kepulauan Meranti memiliki banyak sungai besar dan sungai kecil. Kecamatan yang
banyak banyak memiliki sungai adalah kecamatan Pulau Merbau yaitu sebanyak 26 sungai, yaitu Merbau,
Juling, Belukang, Baru, Dakap Besar, Bandar Baru, Ulu Pulau, Batang Meranti, Saka Tengah, Apung,
Mempalai, Tempurung, Mekun, Dakap, Sialang, Nyatuh, Gogok, Anak Baru, Centai, Cemaning, Ketuk,
Tanasal, kandis, Ulu Biah, Polopor, Mengkudu dan kecamatan yang paling sedikit memiliki sungai adalah
kecamatan Tebing Tinggi yaitu sebanyak 1 sungai, yaitu Suir.

Kabupaten Kepulauan Meranti memiliki 11 tasik yang terdapat di empat kecamatan. Di Kecamatan
Tebing Tinggi Barat terdapat Tasik Nambus dan Tasik Penekat. Di Kecamatan Tebing Tinggi Timur terdapat
Tasik Ulu Mamud. Di Kecamatan Rangsang terdapat Tasik Air Putih, Tasik Anak Penyangun, Tasik Ular,
Tasik Tanjung Meskil, Tasik Lumut, Tasik Tempurung dan Tasik Gemut. Di Kecamatan Putri Puyu terdapat
Tasik Air Putri Puyu.
Kualitas air tanah di daerah wilayah pesisir bersifat asam atau payau dengan salinitas tinggi,
sehingga untuk kebutuhan air sehari-hari, sebagian besar penduduk memanfaatkan air hujan. Kualitas air
didaerah pesisir umumnya dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat di sepanjang sungai yang bermuara ke
perairan tersebut, kegiatan wilayah pesisir itu sendiri, dan kegiatan laut lepas yang berbatasan dengan
perairan pesisir tersebut. Selat Bengkalis menjadi lalu lintas pelayaran. Sungai-sungai ini banyak dilayari oleh
kapal-kapal dan sampan untuk kegiatan penduduk.
Keadaan drainase wilayah sebagian besar dicirikan oleh adanya tanah gambut yang tersebar di
Kecamatan Tebing Tinggi dan Rangsang. Hampir seluruh wilayah pesisir kadang-kadang terjadi genangan.
Keberadaan gambut yang mendominasi lahan Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan kantong-kantong
penyimpanan air yang sangat besar. Berdasarkan penelitian menunjukkan 1 m³ lahan gambut menyimpan
850 liter air (Muhammad M. Noor 2001). Adanya potensi sumberdaya air tersebut perlu dipertimbangkan
upaya pemanfaatannya sebagai alternatif sumber air bersih setempat.
Bahan tanah gambut memegang peranan penting dalam sistem hidrologi suatu lahan rawa. Salah
satu sifat gambut yang berperan dalam sistem hidrologi adalah daya menahan air yang dimilikinya. Gambut
memiliki daya menahan air yang besar hingga 300 – 800 % dari bobotnya. Selain daya menahan air, gambut
juga memiliki daya melepas air (yaitu jumlah air yang dilepaskan jika permukaan air diturunkan per satuan
kedalaman) yang juga besar. Dalam kaitan ini, keberadaan lahan gambut yang sangat dalam (>4 meter)
sangat penting untuk dipertahankan sebagai daerah konservasi air. Peran ini semakin penting jika dibagian
hilir terdapat kota – kota seperti Kota Selat Panjang dan Alai. Di wilayah pesisir, instrusi air laut menyebabkan
kualitas air tanah di Kabupaten Kepulauan Meranti ini bersifat asin/payau dengan salinitas tinggi, sebagaian
masyarakat memanfaatkan air huajn untuk kebutuhan air bersih.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

2.1.2. Administratif
Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti adalah 1 3.714,19 km2, , terdiri dari pulau-pulau dan
lautan. Tercatat sebanyak 4 pulau utama disamping pulau-pulau kecil lainnya yang berada di wilayah
Kabupaten Kepulauan Meranti. Jika dirinci luas wilayah menurut kecamatan dan dibandingkan dengan luas
Kabupaten Kepulauan Meranti, Kecamatan Tebing Tinggi Timur merupakan kecamatan yang terluas yaitu
768 km2 (20,68%) dan kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan Tebing Tinggi dengan luas 81 km2
(2,18%).

Jumlah kecamatan di wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti sebanyak 9 kecamatan yang terdiri dari
101 desa/kelurahan. Kecamatan yang memiliki jumlah desa/kelurahan terbanyak adalah Kecamatan
Rangsang dan Tebing Tinggi Barat dengan 14 desa/kelurahan dan kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan
terkecil adalah Kecamatan Tebing Tinggi dengan 9 desa/ kelurahan.

Nama, luas wilayah dan jumlah kelurahan setiap kecamatan dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2.1 Nama, luas wilayah dan jumlah kelurahan per-Kecamatan

Luas Wilayah
Jumlah
desa/ Administrasi Terbangun
Nama Kecamatan
Kelurahan (%) thd (%) thd
(Ha) (Ha)
Total Total

1. Tebing Tinggi Barat 14 Desa 58.734 15,81% 58.733 15,81%

4 Kelurahan, 8.100 2,18% 8.100 2,18%


2. Tebing Tinggi
5 Desa

3. Tebing Tinggi Timur 10 Desa 76.800 20,68% 76.800 20,68%

4. Rangsang 14 Desa 41.112 11,07% 41.112 11,07%

5. Rangsang Pesisir 11 Desa 37.114 9,99% 37.114 9,99%

6. Rangsang Barat 12 Desa 12.820 3,45% 12.820 3,45%

1 Kelurahan, 43.600 11,74% 43.600 11,74%


7. Merbau
9 Desa

8. Pulau Merbau 11 Desa 38.040 10,24% 38.040 10,24%

9. Putri Puyu 10 Desa 55.100 14,83% 55.100 14,83%

5 Kelurahan, 371.420 100% 371.419 100%


Jumlah
96 Desa

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI
Sumber: Kabupaten Kepulauan Meranti dalam Angka, 2014

Jarak terjauh antara Ibu Kota kecamatan dengan Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Meranti adalah
ibukota Kecamatan Putri Puyu yaitu Desa Bandul dengan jarak lurus 59 km, dan jarak terdekat selain
Kecamatan Tebing Tinggi adalah Ibu Kota Kecamatan Rangsang Barat, yaitu desa Bantar dengan jarak lurus
6 km.

Keterangan mengenai wilayah administratif Kabupaten Kepulauan Meranti dapat dilihat pada Wilayah
Administrasi Kabupaten Kepulauan Meranti di bawah ini :

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Peta 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Kepulauan Meranti

Sumber :RTRW Kabupaten Kepulauan Meranti.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti II - 23


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

2.2 Demografi

Pada tahun 2010, 2011 dan 2012 jumlah penduduk Kepulauan Meranti meningkat masing-masingnya
menjadi 176.290 jiwa, 182.662 jiwa dan 182.835 jiwa dengan rasio antara laki-laki dengan perempuan relatif
sama. Selama periode 2009 – 2012, rata-rata pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kepulauan Meranti
meningkat sebesar 2 % per tahun.
Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kepulauan Meranti sebesar 2 % jauh lebih rendah
dibanding laju pertumbuhan penduduk Provinsi Riau yaitu 3.96% per tahun. Relatif rendahnya pertumbuhan
penduduk Kepulauan Meranti karena pertumbuhan penduduk yang ada merupakan pertumbuhan penduduk
alami. Berbeda dengan Provinsi Riau, yang umumnya dikarenakan tingginya migrasi dari luar provinsi yang
datang dengan berbagai alasan dan tujuan, antara lain migrasi karena bencana alam yang berasal dari Aceh
dan Sumatera Barat dan mencari pekerjaan.

Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Meranti tahun 2012 menurut kecamatan menunjukkan bahwa
dari 9 kecamatan, kecamatan Tebing Tinggi yang sekaligus merupakan ibukota kabupeten Kepulauan Meranti
mempunyai jumlah penduduk terbesar yaitu sebanyak 56.226 jiwa dengan kepadatan 619,19 jiwa per km2.
Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar kedua adalah kecamatan Rangsang (18.671 jiwa) diikuti
kecamatan Rangsang Barat (17.428 jiwa) dan Ransang Pesisir (17.045 jiwa). Kecamatan dengan jumlah
penduduk yang terendah adalah kecamatan Tebing Tinggi Timur (11.941 jiwa) diikuti kecamatan Merbau
(13.920 jiwa) dan Pulau Merbau (15.031 jiwa).

Jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduk Kabupaten Kepulauan Meranti 3
tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini :

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU SANITASI PUTIH
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 2.2 Jumlah dan kepadatan penduduk 3-5 Tahun terakhir

Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha)

Kecamatan

Tahun Tahun Tahun Tahun

2012 2013 2014 2012 2013 2014 2012 2013 2014 2012 2013 2014

15098 16257
Tebing Tinggi Barat 16192 3940 3541 3460 - 2% 4% 0,00 0,28 0,28

56494
Tebing Tinggi 56194 56226 12448 12455 12170 - 2% 4% 6,94 6,94 6,97

11989
Tebing Tinggi Timur 11831 11941 2643 2668 2607 - 2% 4% 0,15 0,16 0,16

18746
Rangsang 27356 18671 6276 4374 4274 - 2% 4% 0,00 0,45 0,46

17113
Rangsang Pesisir - 17045 - 4185 4088 - 2% 4% 0,00 0,46 0,46

Rangsang Barat 25716 17428 17498 6946 4655 4572 - 2,01 1,36 1,36

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU SANITASI PUTIH
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI
2% 4%

14277
Merbau 30569 14220 7135 3411 3333 - 2% 4% 0,70 0,33 0,33

15091
Pulau Merbau 15014 15031 3218 3222 3148 - 2% 4% 0,39 0,40 0,40

16447
Putri Puyu - 16381 - 3732 3647 - 2% 4% 0,50 0,30 0,30

Jumlah 182.662 183.135 183.912 42,606 42,243 41,299 - 2% 4% 0,45 0,49 1,38

Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2012-2014

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Perhitungan proyeksi jumlah pertumbuhan penduduk dilakukan dengan menggunakan metode geometrik (bunga
berganda). Asumsi yang digunakan dalam penentuan metode tersebut adalah laju pertumbuhan penduduk sama
untuk setiap tahunnya. Berikut ini adalah rumus yang digunakan dalam proyeksi penduduk :
Pn = Po (1+r)n
Keterangan :
Pn = jumlah penduduk pada tahun n
Po = jumlah penduduk pada tahun o
r = pertumbuhan penduduk
n = periode waktu dalam tahun
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode tersebut maka proyeksi jumlah penduduk, di
Kabupaten Kepulauan Meranti dapat dilihat pada Tabel Jumlah Penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5
tahun.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 2.3a. Jumlah Penduduk Saat Ini dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun

Nama Jumlah Penduduk

Kecamatan (orang)

Wilayah
Total
Perkotaan Wilayah Perdesaan

Tahun Tahun Tahun

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Tebing
Tinggi Barat 941 856 778 707 643 15360 15500 15640 15782 15925 16350 16443 16537 16631 16726

Tebing 1067 1073 1075


Tinggi 9 10699 10718 8 7 45915 45996 46077 46159 46240 56594 56695 56796 56896 56998

Tebing
Tinggi
Timur 672 507 383 290 219 11583 12087 12612 13161 13733 12042 12096 12149 12203 12257

Rangsang 2332 2826 3424 4150 5029 14498 12496 10770 9282 8000 16527 14571 12846 11325 9985

Rangsang
Pesisir 1886 1889 1891 1893 1896 15249 15270 15290 15311 15331 17136 17158 17181 17204 17227

Rangsang
Barat 1239 1023 846 699 577 14164 12539 11101 9827 8700 15390 13537 11906 10472 9211

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Merbau 4820 4829 4837 4846 4854 6777 4853 3475 2488 1782 11077 8594 6668 5173 4014

Pulau
Merbau 1830 1833 1836 1839 1842 13287 13310 13332 13355 13378 15117 15143 15168 15,94 15220

Putri Puyu 2996 3000 3004 3008 3012 13473 13491 13509 13527 13545 16469 16491 16513 16535 16558

Sumber : Hasil Perhitungan proyeksi Pokja Kabupaten & dokumen RTRW

Berdasarkan Arahan Struktur Tata Ruang Propinsi Riau (2001-2015) pada dokumen RTRW, Wilayah perkotaan Kabupaten Kepulauan Meranti yang
menjadi pusat pelayanan utama adalah Kecamatan Tebing Tinggi Kota dan Merbau, sehingga pada tabel diatas wilayah perkotaan berada pada kecamatan
Tebing Tinggi dan Merbau.

Tabel 2.3b Jumlah kepala keluarga saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun

Nama Jumlah KK

Kecamata
n Wilayah Wilayah
Total
Perkotaan Perdesaan

Tahun Tahun Tahun

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Tebing
Tinggi
Barat 212 194 178 163 149 3225 3221 3218 3215 3211 3433 3407 3381 3355 3329

Tebing
Tinggi 2274 2257 2240 2223 2207 9805 9731 9658 9586 9514 12079 11988 11898 11809 11720

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI
Tebing
Tinggi
Timur 139 104 78 58 44 2499 2581 2664 2751 2840 2595 2583 2571 2560 2548

Rangsang 302 211 147 102 71 3518 3223 2953 2705 2478 3760 3308 2911 2561 2253

Rangsang
Pesisir 527 523 518 514 510 3529 3502 3475 3448 3421 4056 4025 3993 3962 3931

Rangsang
Barat 298 253 216 184 156 3919 3646 3392 3156 2936 3977 3460 3009 2618 2277

Merbau 1110 1103 1095 1088 1081 1589 1141 819 587 422 2586 2007 1557 1208 937

Pulau
Merbau 371 368 365 362 359 2754 2734 2714 2695 2675 3125 3102 3080 3057 3035

9532 9821 10220 10741


Putri Puyu 674 669 663 658 653 2945 2923 2901 2878 2856 3619

Sumber : Hasil Perhitungan proyeksi Pokja Kabupaten & dokumen RTRW

Jumlah kepala keluarga yang terdapat wilayah perkotaan hanyalah pada Kecamatan Tebing Tinggi dan Kecamatan Merbau yaitu Selat Panjang Kota
dan Teluk Belitung.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 2.3c Tingkat pertumbuhan penduduk dan kepadatan saat ini dan

proyeksinya untuk 5 tahun

Nama Tingkat Kepadatan Pddk

Kecamatan Pertumbuhan (%) (orang/Ha)

Tahun Tahun

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Tebing Tinggi
4% 4% 4% 4% 4% 2,89 3,01 3,13 3,25 3,38
Barat

Tebing Tinggi 8% 8% 8% 8% 8% 0,39 0,46 0,58 0,78 1,15

Tebing Tinggi
7% 7% 7% 7% 7% 0,30 0,34 0,42 0,55 0,77
Timur

Rangsang 7% 7% 7% 7% 7% 0,35 0,40 0,49 0,64 0,90

Rangsang
6% 6% 6% 6% 6% 0,48 0,54 0,64 0,81 1,08
Pesisir

Rangsang Barat 4% 4% 4% 4% 4% 0,24 0,26 0,30 0,35 0,42

Merbau 3% 3% 3% 3% 3% 1,54 1,63 1,78 2,01 2,33

Pulau Merbau 1% 1% 1% 1% 1% 0,88 0,90 0,93 0,96 1,01

Sumber : Hasil perhitungan proyeksi oleh tim Pokja

Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi, tingkat pertumbuhan pada tiap kecamatan bervariasi, tingkat
pertumbuhan yang paling besar pada kecamatan Tebing Tinggi sebesar 8 % . Tingkat kepadatan penduduk di
Kabupaten Kepulauan Meranti pada umumnya masih belum terlalu padat, hal ini terlihat bahwa pada tiap
kecamatan, kepadatan tidak ada yang mencapai 25 jiwa/ha.

2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah


Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dinyatakan bahwa Pendapatan Daerah adalah semua hak daerah yang diakui

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Dalam kedua
Undang-Undang tersebut juga dinyatakan bahwa Pendapatan Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 2.4 Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2011- 2015

Rata -
Tahun
Rata
Pertum
No. Realisasi Anggaran 2011 2012 2013 2014 2015 buhan

1.045.573.243.444,0 1.261.290.004.691,0 1.258.688.433.047,0


A PENDAPATAN (a.1+a.2+a.3) 939.765.028.128,00 0 1.110.630.151.846,00 0 0 8%

a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 19.000.000.000,00 28.179.000.000,00 36.900.400.000,00 52.982.299.526,00 61.464.548.474,00

a.1.1 Pajak Daerah 3.900.000.000,00 5.395.000.000,00 5.558.400.000,00 7.262.000.000,00 8.600.000.000,00

a.1.2 Retribusi Daerah 2.600.000.000,00 5.395.000.000,00 5.037.000.000,00 4.832.000.000,00 8.600.000.000,00

Hasil Pengelolaan Kekayaan


a.1.3 Daerah yang Dipisahkan 0.00 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00 7.957.160.326,00 12.500.000.000,00

Lain-lain Pendapatan Daerah


a.1.4 yang Sah 12.500.000.000,00 17.310.000.000,00 24.305.000.000,00 32.931.139.200,00 35.002.548.474,00

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Rata -
Tahun
Rata
Pertum
No. Realisasi Anggaran 2011 2012 2013 2014 2015 buhan

1.065.740.802.217,0
a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 829.795.025.818,00 917.445.702.993,00 913.649.433.430,00 972.096.931.368,00 0

a.2.1 Dana Bagi Hasil 544.188.403.818,00 610.535.072.993,00 553.343.605.430,00 598.882.969.368,00 699.149.954.217,00

a.2.2 Dana Alokasi Umum 240.293.822.000,00 610.535.072.993,00 342.086.718.000,00 371.269.172.000,00 347.404.428.000,00

a.2.3 Dana Alokasi Khusus 45.312.800.000,00 4.800.000.000,00 18.219.110.000,00 1.944.790.000,00 19.186.420.000,00

Lain-Lain Pendapatan Daerah 99.948.540.451,00 160.080.318.416,00 236.210.773.797,00


a.3 yang Sah 90.970.002.310,00 131.483.082.356,00

a.3.1 Hibah 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a.3.2 Dana Darurat 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Dana Bagi Hasil Pajak dari


a.3.3 Provinsi ke Kabupaten 31.354.185.990,00 28.036.192.031,00 50.657.337.700,00 79.583.882.797,00 64.811.783.340,00

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Rata -
Tahun
Rata
Pertum
No. Realisasi Anggaran 2011 2012 2013 2014 2015 buhan

Dana Penyesuaian dan Dana


a.3.4 Otonomi Khusus 59.384.816.320,00 24.391.067.000,00 27.361.374.624,00 27,467,950,000.00 65.087.899.016,00

Bantuan Keuangan dari


a.3.5 Provinsi/Pemerintah Lainnya 231.000.000,00 47.521.281.420,00 81.113.110.000,00 40.043.491.000,00 1.583.400.000,00

1.063.808.776.817, 1.261.526.569.161,0 1.461.878.541.563,50 1.646.262.158.275,0 1.667.125.100.000,0


B BELANJA (b.1+b.2) 00 0 0 0 12%

b.1 Belanja Tidak Langsung 420.889.824.448,00 540.876.588.676,92 458.460.445.305,00 521.463.675.933,00 637.336.177.941,00

b.1.1 Belanja Pegawai 339.775.149.956,00 333.453.212.526,92 316.822.870.321.00 342.026.584.276,00 393.031.677.941,00

b.1.2 Bunga 0.00 0.00 0,00 0.00 0.00

b.1.3 Subsidi 0.00 0.00 0,00 0.00 0.00

b.1.4 Hibah 15.990.139.000,00 40.581.876.150,00 56.361.376.150,00 65.713.500.000,00 88.404.500.000,00

b.1.5 Bantuan Sosial 21.812.500.000,00 9.000.000.000,00 7.354.698.834,00 7.723.591.657,00 10.400.000.000,00

b.1.6 Belanja Bagi Hasil 0.00 55.841.500.000,00 0,00 0.00 0.00

b.1.7 Bantuan Keuangan 40.675.000.000,00 0.00 75.921.500.000,00 105.000.000.000,00 144.500.000.000,00

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Rata -
Tahun
Rata
Pertum
No. Realisasi Anggaran 2011 2012 2013 2014 2015 buhan

b.1.8 Belanja Tidak Terduga 2.637.035.492,00 102.000.000.000,00 2.000.000.000,00 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00

1.003.418.096.258,00 1.124.798.482.342,0 1.029.788.922.059,0


b.2 Belanja Langsung 642.918.952.369,00 720.649.980.484,08 0 0

b.2.1 Belanja Pegawai 77.871.779.663,00 95.525.266.300,00 121.921.112.421,00 129.615.427.000,00 141.632.076.500,00

b.2.2 Belanja Barang dan Jasa 249.133.956.768,00 296.524.387.309,84 346.240.926.946,00 438.216.332.696,00 463.575.270.512,00

b.2.3 Belanja Modal 315.913.215.938,00 328.600.326.874,24 535.256.056.891,00 556.966.722.646,00 424.581.575.047,00

C PEMBIAYAAN 124.043.748.689,00 215.953.325.717,00 351.248.389.717,00 384.972.153.584,00 408.436.666.953,00

Surplus/Defisit Anggaran 124.043.748.689,00 215.953.325.717,00 351.248.389.717,00 384.972.153.584,00 408.436.666.953,00 38%

Sumber : Realisasi APBD 2011-2015, lampiran ringkasan APBD 2015

Tabel 2.5 Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2011 – 2015

Rata -
Tahun
Rata
N Pertumb
o. SKPD 2011 2012 2013 2014 2015 uhan

fluktuatif

1 Bappeda 1,506,879,500.00 121,983,400.00

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI
1.
a Investasi 1,506,879,500 - - 121,983,400 0.66

1.
b Operasional/Pemeliharaan (OM) - - - - -

2 Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang -

2.
a Investasi -

2.
b Operasional/Pemeliharaan (OM) -

3 Dinas Kesehatan 555.055.750 7,748,540,150 8.072.985.000 11,330,338,400 21,182,457,594 3.57

3.
a Investasi 555.055.750 7,748,540,150 8.072.985.000 11,330,338,400 1,506,879,500 -

3.
b Operasional/Pemeliharaan (OM) - - - - - -

4 Dinas PU 17,781,197,500.00 10,030,954,500.00 14,063,728,340.00 8,386,467,660.00 12,428,699,000.00 0

4.
a Investasi 17,781,197,500.00 10,030,954,500.00 14,063,728,340.00 8,386,467,660.00 12,428,699,000 -

4.
b Operasional/Pemeliharaan (OM) -

5 Badan Lingkungan Hidup 792,516,550 896,504,000 1,182,134,000 1,789,127,950 219,435,800 2%

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI
5.
a Investasi 792,516,550 896,504,000 1,182,134,000 1,789,127,950 219,435,800 -

5.
b Operasional/Pemeliharaan (OM) - - - - - -

Dinas Pasar, Kebersihan dan


6 Pertamanan 4,591,744,250 5,401,407,500 7,763,571,500 8,269,412,000 8,927,830,000 2%

6.
a Investasi 4,591,744,250 5,401,407,500 7,763,571,500 8,269,412,000 8,927,830,000 -

6.
b Operasional/Pemeliharaan (OM) - - - - - -

20,635,649,300.00

8 Belanja Sanitasi (1+2+3+… n) 24,077,406,150.00 31,082,418,840.00 29,775,346,010.00 42,880,405,794.00 15%

20,635,649,300.00
Pendanaan Investasi Sanitasi Total
9 (1a+2a+3a+… na) 24,077,406,150.00 31,082,418,840.00 29,775,346,010.00 42,880,405,794.00 15%

10 Pendanaan OM (1b+2b+3b+… nb)

642.918.952.369,0 720.649.980.484,0 1.003.418.096.258,0 1.124.798.482.342,0 1.029.788.922.059,0


11 Belanja Langsung 0 8 0 0 0 14%

Proporsi Belanja Sanitasi – Belanja 2% 2% 3%


12 Langsung (8/11) 3% 3%

Proporsi Investasi Sanitasi – Total


13 Belanja Sanitasi (9/8) 14% 46% 41% 61% 77%

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI
86% 54% 59% 39% 23%
Proporsi OM Sanitasi – Total
14 Belanja Sanitasi (10/8)

Sumber : Realisasi APBD 2011-2015, lampiran ringkasan APBD 2015

Tabel 2.6 Perhitungan Pendanaan Sanitasi Oleh APBD Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2011 – 2015

Belanja Sanitasi (Rp.) Rata-rata


No Uraian
2011 2012 2013 2014 2015 Pertumbuhan
x 1,000 x 1,000 x 1,000 x 1,000 x 1,000 %
Belanja Sanitasi
1 21%
(1.1+1.2+1.3+1.4) 20,635,649 24,077,405 31,082,418 29,775,346 44,880,405
1.1 fluktuatif
Air Limbah Domestik 56.810 1,869,406
1.2 0.47%
Sampah rumah tangga 4,591,744 5,401,407 7,763,571 8,269,412 8,927,830
1.3 19,092,643 -13.9%
Drainase 10,030,954 13,871,453 8,346,467 7,758,670

1.4 3,138,123 8,645,044 9,447,394 13,159,466 26,206,407 18%


PHBS

Dana Alokasi Khusus


2
(2.1+2.2+2.3)
2.1 DAK Sanitasi
2.2 DAK Lingkungan Hidup
DAK Perumahan dan
2.3
Permukiman

3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi


Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Belanja APBD
murni untuk 38%
Sanitasi (1-2-3) 20,635,649 24,077,405 31,082,418 29,775,346 44,880,405

Total Belanja
13%
Langsung 20,635,649 24,077,405 31,082,418 29,775,346 44,880,405

% APBD murni
untuk sanitasi
terhadap 2,73% 1,64% 0,74% 2,61% 2,17% 2%
Belanja
Langsung

Sumber: APBD tahun 2011- 2015 diolah

Tabel 2.7 Belanja Sanitasi Per Kapita Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2011 – 2015

Tahun
Rata-
No. Deskripsi 2011 2012 2013 2014 2015 rata

1 Total Belanja Sanitasi Kabupaten 20,635,649 24,077,405 31,082,418 29,775,346 44,880,405 38%

2 Jumlah Penduduk 182,662 182,662 183,135 183,912 184,692 -

Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2) 112,971 102,243 127,331 161,899 232,172 16%

Sumber: APBD tahun 2011- 2015 diolah

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 2.8 Realisasi Dan Potensi Retribusi Sanitasi Per Kapita

Retribusi Sanitasi Tahun (Rp.)


Pertumbuhan
No. SKPD
(%)
2011 2012 2013 2014 2015

1 Retribusi Air Limbah - - - - - -

1.a Realisasi Retribusi - - - - - -

1.b Potensi Retribusi - - - - - -

2 Retribusi Sampah - - - - - -

2.a Realisasi Retribusi - - - - - -

2.b Potensi Retribusi - - - - - -

3 Retribusi Drainase - - - - - -

3.a Realisasi Retribusi - - - - - -

3.b Potensi Retribusi - - - - - -

4 Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a) - - - - - -

5 Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b) - - - - - -

6 Proporsi Total Realisasi - Potensi Retribusi Sanitasi - - - - - -

Sumber : Analisis Pokja PPSP Kab. Kep .Meranti (Data tidak tersedia)

Pada sektor Air limbah ini disebabkan karena memang Kabupaten Kepulauan Meranti belum memiliki IPLT sebagai instalasi pengelolaan lumpur tinja.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Gambaran umum mengenai PDRB baik harga konstan, pendapatan per kapita dan gambaran
pertumbuhan perekonomian Kabupaten Kepulauan Meranti. PDRB atas dasar harga konstan (riil) menunjukkan
laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi
Kepulauan Meranti tertinggi pada tahun 2014 yaitu sebesar 8,45% dan pertumbuhan terendah pada tahun 2012
yaitu sebesar 6,59% sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2.9. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kabupaten
Kepulauan Meranti secara keseluruhan lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau yang berkisar
antara 6,56% - 8,06%, kecuali pada tahun 2011 dimana pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau yang lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Meranti. Selama periode 2011 – 2015, rata-rata
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Meranti meningkat sebesar 6,56%.

Tabel 2.9. Peta Perekonomian Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2011 – 2015

Tahun
No. Deskripsi
2011 2012 2013 2014 2015

1 PDRB Harga Konstan/Struktur Perekonomian (Rp.) 1,239.02 1,320.71 1,419.07


1,539.03 1,665.14
2 Pendapatan Perkapita Kabupaten (Rp.) 6.45 6.88 7.36 7.70 8.31

3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,59 7,45 8,45 8,19


7,34
Sumber : Buku Pendapatan Regional Kab. Kep Meranti tahun 2008-2013 dan perhitungan

2.4. Tata Ruang Wilayah


Kebijakan Penataan Ruang adalah garis besar tindakan yang harus diambil untuk mencapai atau
mewujudkan Tujuan Penataan Ruang. Mengingat bahwa Tujuan Penataan Ruang disusun berdasarkan issue-
issue strategis tata ruang wilayah yang dihadapi sekarang maka Kebijakan Penataan Ruangpun berangkat dari
atau dikaitkan dengan penyelesaian berbagai issue strategis tata ruang wilayah yang dihadapi sekarang.
Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Pengembangan kegiatan industri perikanan dan maritim, perdagangan dan jasa, pertanian dan
perkebunan, serta migas sebagai basis perekonomian wilayah di masa yang akan datang berdasarkan
kinerja kegiatan yang telah dicapai pada saat ini;
2. Pengamanan, pelestarian, dan pengembangan/perluasan potensi-potensi sumber daya basis
perekonomian wilayah secara optimal sesuai daya dukung wilayah;
3. Pengembangan Pelabuhan Selat Panjang sebagai Pelabuhan Nasional (minimal Pelabuhan Regional)
untuk mendukung pengembangan wilayah berorientasi global;

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

4. Pengembangan sistem perkotaan yang efisien, efektif, dan dapat diterapkan (applicable) untuk
meningkatkan kegiatan sosial-ekonomi masyarakat dan pelayanan publik, meliputi hirarki/jenjang
perkotaan, fungsi-fungsi, dan keterkaitan antar perkotaan;
5. Pembangunan sistem jaringan prasarana dan sarana wilayah secara terpadu untuk mendukung kegiatan
sosial-ekonomi masyarakat dan pelayanan publik, meliputi sistem jaringan transportasi, penyediaan air
bersih, drainase, pengelolaan limbah, energi listrik dan BBM, serta telekomunikasi dan informasi;
6. Peningkatan upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup melalui penyelenggaraan pembangunan
berwawasan lingkungan yang menterpadukan ruang darat, ruang pesisir, dan ruang laut sebagai satu
kesatuan wilayah geografi;
7. Pengembangan kawasan pesisir pulau-pulau terluar perbatasan negara melalui pembangunan
permukiman eksisting, pengembangan perekonomian, dan peningkatan jaringan prasarana dan sarana
transportasi (aksesibilitas kawasan);
8. Peningkatan upaya-upaya pengamanan wilayah terhadap kemungkinan dan potensi bencana alam melalui
penyelenggaraan kegiatan pembangunan dan penataan ruang wilayah yang berwawasan mitigasi
bencana.
Struktur ruang wilayah menggambarkan tata susunan dari sistem pusat-pusat permukiman perkotaan
dan kawasan-kawasan didalam suatu wilayah, yang ditunjang oleh rencana pengembangan jaringan prasarana
dan sarana dasar, mencakup jaringan prasarana transportasi, tenaga listrik, telekomunikasi, gas dan BBM, serta
sumber daya air Kawasan-kawasan yang dimaksudkan di sini adalah kawasan-kawasan pemanfaatan ruang di
luar pusat-pusat permukiman perkotaan yang di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
didefinisikan sebagai Kawasan Andalan.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

DESKRIPSI STRUKTUR RUANG WILAYAH RIAU S/D 2026


(  Jenjang Fungsi Perkotaan s/d PKL  Fungsi-fungsi Utama Pelayanan Perkotaan  Simpul-simpul Kegiatan
Transportasi Laut dan Udara )

SISTEM PERKOTAAN SIMPUL KEGIATAN TRANSPORTASI


(PUSAT-PUSAT
PERMUKIMAN)
NAMA JEN FUNGSI TRANSPORTASI LAUT TRANSPORTASI UDARA
PUSAT JA UTAMA NAMA JENJ JENIS JARINGA NAMA JEN JENIS JAR
(LOKA NG PERKOTAA PELABUHAN ANG ANGK/ N BAND JA ANGK ING
SI) FU N FUN FAS PELAYA ARA NG UTAN AN
NG GSI PELAB. NAN FU PEL
SI NG AYA
SI NAN
Bengkal PK Bengkalis : 1. Bengkalis PR Pnp&brg/K Domestik
is - W Pusat 2. Buruk Bakul *) PKIn onv. & LB
Buruk Perdaganga 3. Selat Baru 12) d Pnp&brg/P Dom,Inter
Bakul n & Jasa PP etiKemas nsl&LB
4 Kelemantan *
Pusat 5. Teluk Belitung PP Pnp&brg/K Domestik
Pemerintaha PL onv. & LB
n Kabupaten 6. 13 Tjg. Medang Pnp&brg/K Domestik
) PKP
ar onv. Domestik
7. Batu Panjang
Buruk Bakul : PP Pnp&brg/K & LB
8. Dadap * onv.
Pusat PP Domestik
Perdaganga 9. Meranti Pnp&brg/K Domestik
n & Jasa Bunting * PP onv. & LB
Kawasan Pnp&brg/K Domestik
Industri onv. Domestik
Pnp&brg/K &
onv. LB(Lintas
Pnp&brg/K Batas)
onv.
Selat PK a. Pusat 11. Selat PR Pnp&brg/K Domestik Selat PPT Penu Dom
Panjang Wp Perdaganga Panjang PL onv Domestik Panja p mpang estik
n & Jasa 12.Tanj.Peranap Pnp&brg/K ng & &
(Lukit) onv Baran Linta
PR Domestik g s
13. Tanj. Samak PN & LB Bata
14. Tanj. Kedabu PP Pnp&brg/K Domestik s
15. Bantar onv Domestik
Pnp&brg/K
onv
Pnp&brg/K
onv
Sumber ; RTRW Propinsi Riau 2007 - 2026

Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti menggambarkan rencana sebaran
kawasan lindung dan kawasan budidaya.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Peta 2.2 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Kepulauan Meranti.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Peta 2.3 Rencana Pola Ruang Kabupaten Kepulauan Meranti.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

2.5. Sosial dan Budaya


Aspek sosial yang perlu dilihat adalah kesejahteraan sosial dimana indikatornya meliputi pendidikan,
kesehatan dan ketenagakerjaan seperti angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi
kasar (APK), angka partisipasi murni (APM), usia harapan hidup (UHH), rasio penduduk yang bekerja. Pada
buku putih aspek sosial yang dilihat adalah aspek kemiskinan. Jumalh keluarga miskin berdasarkan data Data
TKPKD PPLS Kabupaten Kepulauan Meranti adalah sebanyak 16498 KK.
Tabel 2.10 Jumlah penduduk miskin per kecamatan

Nama Kecamatan Jumlah keluarga miskin (KK)


Tebing Tinggi Barat 1458

Tebing Tinggi 5068

Tebing Tinggi Timur 1075

Rangsang 1682

Rangsang Pesisir 1535

Rangsang Barat 1570

Merbau 1281

Pulau Merbau 1354

Putri Puyu 1475

16498
Jumlah
Sumber : Kab. Kep. Meranti Dalam RPJMD 2013

Tabel 2.11 Jumlah rumah per kecamatan

Nama Kecamatan Jumlah Rumah


Tebing Tinggi Barat 4064

Tebing Tinggi 14124

Tebing Tinggi Timur 2997

Rangsang 4687

Rangsang Pesisir 4278

Rangsang Barat 4375

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Merbau 3569

Pulau Merbau 3773

Putri Puyu 4112

Sumber : Kab. Kep. Meranti Dalam Angka 2013

2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah


Kabupaten Meranti merupakan Kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis yang resmi
dbentuk pada tanggal 19 Desember 2008 berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 2009, tanggal 16
Januari 2009. Kemudian dalam rangka untuk melaksanakan urusan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
masyarakat yang diembankan kepada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti dibentuk lembaga-lembaga
pemerintah dalam bentuk badan, dinas, kantor, bagian, kecamatan dan kelurahan serta unit pelaksana teknis
lainnya sesuai dengan kebutuhan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti.
Berdasarkan Keputusan Bupati Kepulauan Meranti Nomor 177.a/HK/KPTS/2014 tentang Pembentukan
Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2014, lembaga yang terlibat dalam
pengembangan Sanitasi di Kabupaten Kepulauan Meranti antara lain adalah sebagai berikut:

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Meranti

BUPATI

WAKIL BUPATI STAF AHLI

1. STAF AHLI BIDANG PEMBANGUNAN


2. STAF AHLI BIDANG KEMASYARAKATAN DAN
SEKRETARIS DAERAH SDM
3. STAF AHLI BIDANG PEMERINTAHAN
4. STAF AHLI BIDANG EKONOMI DAN
KEUANGAN
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Drs. IZHAR, MH
5. PJ. STAF AHLI BIDANG HUKUM DAN POLITIK

ASISTEN BIDANGADMINISTRASI PEMERINTAHAN ASISTEN BIDANG PEREKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN ASISTEN BIDANG ADMINISTRASI UMUM

BAGIAN
BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN UMUM
TATAPEMERINTAHAN HUKUM DAN HUBUNGAN ADMINISTRASI KESEJAHTERAAN ORGANISASI DAN DAN
BAGIAN KEUANGAN
HAM PEMBANGUNAN RAKYAT TATALAKSANA PERLENGKAPAN
PEREKONOMIAN

SUB BAGIAN
SUB BAGIAN SUB
BAGPERUNDAN SUB BAGIAN SUB AGAMA,PENDI SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB
SUB BAGIAN
OTONOMI G-UNDANGAN INFORMSI, BAGPENYUSUNA DIKAN BAGIAN

SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN


BANTUAN SANDI DAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN
SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB
PEMERINTAHAN PENDAYA SUB BAGIAN TATALAKSANA BAGIAN
UMUM DAN HUKUM DAN TELEKOMUNIK GUNAAN KESEJAHTERA
PENGENDALIAN
PERANGKAT

SUB BAGIAN SUB BAGIAN


SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAG
DOKUMENTASI SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN
KONFLIK DAN SUB BAGIAN EVALUASI DAN
HUKUM PEMUDA,
KERJASAMA SARANA DAN PELAPORAN OLAH RAGA,

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Gambar 2.2 Diagram SKPD Yang Terkait Dalam Pembangunan Sanitasi Kabupaten Kepulauan Meranti

KETUA
SEKRETARIS
SEKRETARIS DAERAH
Assisten Perekonomian dan
Pembangunan Setda

SERETARIAT POKJA SANITASI


a. Koordinator :
b. Anggota :

A. Bidang Perencanaan B. Bidang Pendanaan C. Bidang Teknis D. Bidang Kesehatan, E. Bidang Pemantauan
Komunikasi dan dan Evaluasi
a. Ketua Bidang: a. Ketua Bidang: a. Ketua Bidang: Pemberdayaan
 Kepala Badan Perencanaan  Kepala Dinas  Kepala Dinas Cipta Masyarakat a. Ketua Bidang:
Pembanguan Daerah Pendapatan, Karya dan Tata Ruang  Kepala Badan
b. Wakil Ketua Bidang: Pengelolaan b. Wakil Ketua Bidang: a. Ketua Bidang: Lingkungan Hidup
 Kabid. Infrastruktur dan Keuangan dan  Kabid. Perumahan dan  Kepala Dinas b. Wakil Ketua Bidang:
Pengembangan Wilayah Aset Daerah Permukiman Dinas Kesehatan  Kabid. Analisis
Badan Perencanaan b. Wakil Ketua Cipta Karya dan Tata Pencegahan Dampak
b. Wakil Ketua Bidang:
Pembanguan Daerah Bidang: Ruang Lingkungan Badan
 Kabid. Pencegahan,
c. Anggota:  Kabid. PAD dan c. Anggota: Lingkungan Hidup
Pengendalian Penyakit
 Kabid. Ekonomi dan Dana  Kabid Cipta Karya Dinas c. Anggota:
dan Penyehatan
Keuangan Badan Perimbangan Cipta Karya dan Tata  Kabid. Pengawasan
Lingkungan Dinas
Perencanaan Pembanguan Dinas Ruang dan Pengendalian
Kesehatan
Daerah Pendapatan,  Kabid Kebersihan dan Badan Lingkungan
 Kabid SDM dan Pengelolaan Pembinaan Masyarakat Hidup
Kesejahteraa Sosial Badan Keuangan dan Dinas Pasar,  Kabid. Pemantauan
Perencanaan Pembanguan Aset Daerah Kebersihan dan Lingkungan Badan
Daerah c. Anggota: Pertamanan
 Kasubbid Prasarana Fisik  Kabid.  Kasi Air Bersih Dinas
Pembiayaan

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

2.7. Komunikasi dan Media


Media-media komunikasi yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti belum ada yang melaksanakan
kegiatan dan pengembangan kerjasama terkait advokasi, sosialisasi, kampanye dan promosi higiene dan
sanitasi. Sampai saat ini yang melaksanakan kampanye dan promosi higiene dan sanitasi di Kabupaten
Kepulauan Meranti adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Meranti.
Kegiatan komunikasi terkait sanitasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Meranti
tersaji pada tabel di bawah ini :

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 2.12 Kegiatan Komunikasi Terkait Sanitasi

No Kegiatan Tahun Dinas Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran

Sanitasi buruk dan perilaku


Meningkatkan peranserta Masyarakat di Terbatasnya tenaga fasilitator
hidup tidak bersih dan tidak
masyarakat dalam daerah BABS yang handal, membuat
Dinas Kesehatan sehat itu menJijikan,
Pemicuan penyediaan layanan sanitasi tinggi pemicuan di sejumlah RT
1 2013 memalukan dan membuat
STBM dan membiasakan PHBS kurang sukses, perlu
sakit, karenanya perlu kita
dalam kehidupan sehari- peningkatan jumlah fasilitator
perbaiki sanitasi dan
hari. handal.
biasakan PHBS.

Sanitasi buruk dan perilaku


Meningkatkan peranserta Terbatasnya tenaga fasilitator
hidup tidak bersih dan tidak
masyarakat dalam yang handal, membuat
Kelurahan yang sehat itu menJijikan,
Pemicuan penyediaan layanan sanitasi pemicuan di sejumlah RT
2 2014 Dinas Kesehatan mendapat program memalukan dan membuat
STBM dan membiasakan PHBS kurang sukses, perlu
PAMSIMAS sakit, karenanya perlu kita
dalam kehidupan sehari- peningkatan jumlah fasilitator
perbaiki sanitasi dan
hari. handal.
biasakan PHBS.

Penyuluhan
tata cara Siswa-siswi SD di
Dampak dari kegiatan,
Cuci Tangan Siswa Sekolah Dasar 20 sekolah dengan Dengan CTPS, kita
ternyata dapat menurunkan
3 Pakai Sabun 2013 Dinas Kesehatan mampu dan mau melakukan angka tidak masuk terhindar dari penyakit,dan
angka tidak masuk sekolah
(CTPS) di CTPS yang baik dan benar. sekolah karena hidup lebih sehat
karena diare.
sekolah diare tinggi
Dasar

Sumber : Pokja Sanitasi Kabupaten Kepulauan Meranti

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 2.13 Media Komunikasi dan Kerjasama Terkait Sanitasi

No. Jenis Media Khalayak Pendanaan Isu yang Diangkat Pesan Kunci Efektivitas

- - - - - -

Sumber : Pokja Sanitasi Kabupaten Kepulauan Meranti

Belum terdapat media yang secara terjadwal yang mengangkat isu Dan berita terkait sanitasi di
Kabupaten Kepulauan Meranti.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

BAB III
PROFIL SANITASI WILAYAH
Pada bab ini akan memaparkan mengenai kondisi rill pengelolaan sanitasi di Kabupaten Kepulauan
Meranti dalam pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan, pengelolaan draenase lingkungan dan
promosi Higiene. Pengelolaan sanitasi akan di tinjau dari berbagai aspek mulai dari kelembagaan, sistem dan
cakupan pelayanan, kesadaran masyarakat dan PMHSJK, pemetaan media, partisipasi dunia usaha,
pendanaan dan pembiayaan, hingga permasalahan mendesak dan isu strategis di sektor sanitasi.

Menurut Claire (Claire,1973 : 178 ) Kurang memadainya prasarana lingkungan pada suatu kawasan
atau lingkungan hunian dapat menimbulkan permasalahan seperti buruknya kualitas lingkungan permukiman
di daerah tersebut, karena pada dasarnya keberadaan prasarana lingkungan merupakan kebutuhan yang
paling penting yang secara langsung maupun tidak langsung berimplikasi/berpengaruh terhadap kesehatan
dan kesejahteraan manusia. Artinya prasarana dasar dalam satu unit lingkungan adalah syarat bagi tercipta
kenyamanan hunian.

permasalahan lingkungan disebabkan oleh dua hal, yaitu prasarana yang ada memang tidak sesuai
dengan standar kebutuhan penghuni dan adanya pendapat masyarakat yang menilai bahwa prasarana yang
ada di lingkungannya kurang dapat memenuhi kebutuhannya. Tingkat kenyamaman seseorang dalam
bertempat tinggal ditandai dengan terpenuhinya kebutuhan, termasuk juga prasarana lingkungan, karena
prasarana lingkungan merupakan kelengkapan fisik dasar suatu lingkungan perumahan Menurut Budiharjo
(Budiharjo, 1991: 61).

Sanitasi lingkungan dalam literatur kesehatan masyarakat (Syahbana, 2003:20) adalah bagian dari
kesehatan masyarakat yang meliputi prinsip-prinsip usaha untuk meniadakan atau menguasai faktor
lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit melalui kegiatan yang ditujukan untuk (i) sanitasi air, (ii)
sanitasi makanan, (iii) sistem pembuangan tinja, (iv) sanitasi udara, (v) pengendalian vektor dan roden
penakit, (vi) higienitas rumah. Ketika masalah sanitasi muncul di kawasan permukiman padat yang tidak
tertata dan tidak ditangani dengan cara yang tidak saniter maka akan mencemari lingkungan sekitar.
Tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan sebagai dampak yang diakibatkan oleh berbagai penyakit
yang ditularkan dari lingkungan yang tidak sehat.

Penanganan dan pengendalian sanitasi akan menjadi semakin kompleks dengan semakin
bertambahnya laju pertumbuhan penduduk, perkembangan permukiman perumahan penduduk,
menyempitnya lahan yang tersedia untuk perumahan, keterbatasan lahan untuk pembuatan fasilitas sanitasi
seperti MCK, cubluk, septic tank dan bidang resapannya serta tidak tersedianya alokasi dana pemerintah
untuk penyediaan sarana dan prasarana sanitasi, hal-hal inilah yang menyebabkan kondisi sanitasi
lingkungan semakin memburuk.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Dalam pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, Pemerintah Indonesia
melalui Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Pusat telah melakukan
percepatan program sanitasi yang komprehensif dan terukur, dimana pembangunan bidang sanitasi
melibatkan Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten dan berbagai pihak termasuk
dunia usaha, masyarakat, dan pendanaan luar negeri baik berupa dana hibah maupun pinjaman. Sebuah
inisiatif program yang dirancang untuk mempromosikan penyediaan prasarana dan sarana air limbah
permukiman, persampahan, darinase dan promosi higiene (prohisan) yang yang lebih dikenal dengan inisiasi
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) dimana program tersebut mengedepankan
pendekatan tanggap kebutuhan. Dengan harapan pada tahun 2015, tidak ada lagi masyarakat Indonesia
yang tidak memiliki akses untuk memperoleh pelayanan sanitasi sebagai kebutuhan dasar hidup manusia.

Lebih jauh lagi PPSP dimaksudkan sebagai program pembangunan sanitasi menyeluruh yang
terintegrasi dari pusat hingga ke daerah, dimana pembangunan dan pengelolaan sanitasi dilakukan secara
sinergi oleh seluruh stakeholder sanitasi, baik dari pihak pemerintah maupun non-pemerintah di seluruh
tingkatan pemerintahan. Mengingat keterbatasan sumber daya yang ada serta kebutuhan pendampingan
yang intens di masing - masing provinsi dan kabupaten/kota, maka pelaksanaan PPSP akan diselenggarakan
secara bertahap yang dilaksanakan mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, di kota-kota
metropolitan besar dan sedang; kota-kota yang merupakan ibu kota provinsi; kota-kota yang berstatus
otonom, serta kawasan perkotaan di wilayah kabupaten/kota yang kondisi sanitasinya rawan.

Arah pembangunan Sektor Sanitasi pada tahun 2016-2020 dengan kebijakan dan strategi mencapai
(Universal Access ) akses sanitasi layak di akhir tahun 2020. Sebagai sarana dan prasarana yang tidak
langsung memberikan kontribusi pendapatan daerah, masalah sanitasi di Kabupaten Kepulauan meranti
masih belum diangggap sebagai prioritas penanganan penyediaan infratruktur. Hal ini di sebabkan karena
pemerintah Kepulauan meranti mengetahui kebiasaan masyarakatnya dalam membuang hajatnya di sekitar
bantaran sungai, tepi pantai dan di kebun. Nampaknya masyarakat merasa lebih nyaman melakukan aktifitas
buang hajatnya di sungai karena ini merupakan warisan dari para pendahulu (nenek moyangnya). Masyarakat
masih belum tahu ataukah mereka memang tidak perduli efek samping dari kebiasaan itu.

Sejalan dengan perkembangan waktu dan kekhawatiran terhadap perkembangan prilaku


masyarakatnya, Pemerintah Kabupaten Kepulauan meranti tergerak dan merasa peduli akan penyehatan
lingkungan permukiman di wilayahnya, dimana untuk mewujudkan kepeduliannya Pemerintah Kabupaten
Kepulauan meranti telah menyatakan minat untuk ikut di dalam program PPSP, yaitu sebuah program
penyediaan sarana dan prasarana sanitasi serta pemberdayaan masyarakat dibidang sanitasi dimana
program tersebut pada level Kabupaten, Propinsi dan Pusat melibatkan secara aktif pemangku kepentingan
bidang sanitasi.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

3.1 Wilayah Kajian Sanitasi


Dalam menentukan wilayah kajian Sanitasi Pokja Kabupaten Kepulauan meranti melakukan rapat
Pokja. Hasil dari kesepakatan Pokja agar pembangunan sanitasi merata ke seluruh kecamatan maka pokja
Kepulauan Meranti menetapkan Wilayah kajian Buku Putih Sanitasi dengan sekala Kabupaten terdiri dari 9
Kecamatan dan 101 Kelurahan/Desa.
Untuk lebih jelasnya wilayah kajian Kabupaten Kepulauan Meranti di Gambarkan pada Peta 3.1
sebagai berikut.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Peta 3.1 Wilayah Kajian Sanitasi

Sumber : kesepakatan Pokja Kepulauan meranti 2015

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

3.2 Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait Sanitasi


Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI mendefinisikan Perilaku Hidup Bersih Sehat
(PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau
keluarga dapat menolong dirinya sendiri pada bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan kesehatan di masyarakat. PHBS dapat mencakup
tentang gizi, kesehatan makanan, mengkonsumsi garam beryodium atau tentang kesehatan lingkungan
seperti membuang sampah pada tempatnya dan membersihkan lingkungan. Untuk menilai kondisi sanitasi
Kabupaten Kepulauan meranti, berikut ini dijelaskan PHBS pada tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah.

3.2.1 Tatanan Rumah Tangga


Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga adalah upaya untuk
memperdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikan perilau hidup bersih dan
sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Sasaran PHB dalam rumah tangga
meliputi pasangan usia subur, ibu hamil dan menyusui, anak dan remaja, usia lanjut dan pengasuh anak.
Indikator PHBS dalam rumah tangga antara lain, persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI
ekslusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan
aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah.

Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah studi partisipatif di
Kabupaten/Kota untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat
pada skala rumah tangga.

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/Kota karena :

1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat.


2. Data terkait dengan sanitasi dan higiene terbatas dan data sanitasi umumnya tidak bisa dipecah sampai
kelurahan/desa serta data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda.
3. Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas usulan
melalui Musrenbang.
4. Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil keputusan.
5. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan masyarakat di desa/kelurahan
untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke
sesama masyarakat atau stakeholders kelurahan/desa.
6. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di kabupaten/kota dan kecamatan dan
dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Studi EHRA berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat, seperti:

a. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup:


 Sumber air minum.
 Layanan pembuangan sampah.
 Jamban.
 Saluran pembuangan air limbah rumah tangga.
b. Perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi dengan mengacu kepada
STBM:
 Cuci tangan pakai sabun.
 Buang air besar sembarangan.
 Pengelolaan air minum rumah tangga.
 Pengelolaan sampah dengan 3R.
 Pengelolaan air limbah rumah tangga (drainase lingkungan).
Berikut kegiatan masyarakat dalam sektor sanitasi :

A. Cuci Tangan Pakai Sabun


Didalam suatu rumah tangga penggunaan sabun beragam, demikian halnya dengan penggunaan sabun
pada keluarga di Kabupaten Kepulauan meranti. Penggunaan sabun hampirmerata untuk kebutuhan
membersihkan badan mulai dari untuk kebutuhan mandi,memandikan anak, menceboki pantat anak, mencuci
tangan sendiri, mencuci tangan anak, mencuci peralatan minum, makan dan masak, mencuci pakaian dan
lainnya. Kebutuhan lain yang menggunakan sabun cuci motor dan mobil dan membersihkan kamar mandi.
Cuci tangan pakai sabun dan berhenti buang air besar sembarangan merupakan bvagian pilar PHBS yang
berekaitan dengan sanitasi. Berikut disajikan dengan Gambar 3.1a dan 3.1b Grafik CTPS dilima waktu
Penting.

Gambar 3.1
Grafik (CTPS) di Lima Waktu Penting

5.4

Tidak
Ya
94.6

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Berdasarkan hasil studi EHRA dapat diketahui bahwa di kabupaten kepulauan meranti kebiasaan untuk
mencuci tangan dengan sabun pada 5 waktu penting baru dilakukan 0leh 5,4 % masyarakat. Selebihnya yaitu
94,6 % masyarakat belum melakukan praktek cuci tangan pakai sabun antara laian : setelah menyeboki bayi /
anak, setelah BAB, sebelum makan, sebelum memberikan / menyuapi anak, dan sebelum menyiapkan
masakan.

B. Buang Air Besar Sembarangan


Bahaya terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat pembuangan tinja manusia secara tidak baik
adalah pencemaran tanah, pencemaran air, kontaminasi makanan, dan perkembangbiakan lalat. Sementara
itu, penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat keadaan di atas, antara lain tifoid, paratifoid, disentri, diare,
kolera, penyakit cacing, dan lain sebagainya.
Persentase tempat Buang Air Besar (BAB) yang digunakan oleh masyarakat di Kepulauan Meranti
berdasarkan hasil studi EHRA dapat dilihat pada Gambar 3.2 grafik buang air besar sembarangan di bawah
ini.

Gambar 3.2
Grafik Persentase Penduduk yang melakukan BABS

22.0

Ya, BABS
78.0 Tidak

Pada Gambar 3.2 di atas menunjukan Hasil studi EHRA dapat diketahui bahwa kabupaten kepulauan
meranti Prilaku Buang Air Besar Sembarangan masih dilakukan oleh 78% masyarakat. Hanya 22 %
kabupaten kepulauan meranti yang tidak melakukan praktek BABS.

C. Pengolaan Air Minum Rumah Tangga


Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat.
Volume rata-rata kebutuhan air bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan
kebiasaan masyarakat.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat terutama untuk masak ataupun
minun. Akses terhadap air bersih di Kabupaten Kepulauan Meranti dapat terlihat dari hasil studi EHRA
seperti pada grafik di bawah ini.

Gambar 3.3
Grafik pengelolaan air minum ( pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air )

pencemaran pada wadah


penyimpanan dan penanganan air

24.5
ya tercemar

75.5 tidak tercemar

Sesuai dengan grafik 3.3 di atas terlihat berdasarkan hasil studi EHRA diketahui bahwa di kabupaten
kepulauan meranti masih ada sekitar 24,5 masyarakat yang pengeleloaan air minumnya memiliki potensi
tercemar pada saat penanganan air maupun pada wadah penyimpanan air minum. Sementara 75,5 %
masyarakat sudah aman dalam pengelolaan air minum.

D. Pengelolaan Sampah Setempat


Sampah merupakan merupakan produk sampingan kegiatan di rumah tangga. Kebanyakan masyarakat
beranggapan bahwa sampah merupakan benda atau barang yang tidak berguna dan harus dibuang.
Perkembangan dewasa ini ternyata bergeser, dimana sampah dapat juga dimanfaatkan kembali, melalui
pendekatan yang disebut 3R (reduse, reuse dan recycle). Sampah organik seperti daun, bekas makanan dll,
dapat dimanfaatkan kembali untuk bahan pupuk. Sampah an-organik dapat dipilah-pilah, dan kemudian
dimanfaatkan sesuai dengan jenis dan kebutuhan.
Gambar 3.4.
Grafik Pengelolaan Sampah Setempat

Pengelolaan Sampah Setempat


10.6

Tidak diolah
89.4 Ya, diolah

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Berdasarkan hasil Studi EHRA diketahui bahwa 10,6 % saja masyarakat yang sudah melakukan
pengolahan sampah, sebagian besar masyarakat belum melakukan pengolahan sampah.

E. Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga

Gambar 3.5
Grafik Pencemaran karena SPAL

Pencemaran Karena SPAL

47.1
52.9 Tidak aman
Ya, aman

Berdasarkan hasil Studi EHRA diketahui bahwa sebagian besar masyarakat atau 47,1 % sudah
mengelola air limbah dari dapur, kamar mandi dan tempat cuci dengan benar.

Permasalahan pada tatanan sekolah di Kabupaten Kepulauan meranti adalah sebagai berikut :

1. Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam pembangunan sarana dan prasarana
sanitasi.
2. Masih rendahnya kepemilikan sarana dan prasarana sanitasi.
3. Belum optimalnya peran kelembagaan sanitasi (KSM) dalam pembangunan dan pengelolaan sarana dan
prasarana sanitasi.
4. Belum ada keterlibatan pihak swasta dan media sosial local.

3.2.2 Tatanan Sekolah


Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan sekolah merupakan hal yang
sangat penting terkait dengan berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6-10 tahun).
Kampanye yang dilakukan untuk mendukung PHBS disekolah antara lain mencuci tangan dengan air bersih
yang mengalir dengan menggunakan sabun, jajan di kantin sekolah yang sehat, membuang sampah pada
tempatnya, mengikuti kegiatan olah raga di sekolah, pengukuran berat dan tinggi badan secara rutin, tidak
boleh merokek di sekolah, pemberatasan jentik nyamuk di sekolah secara rutin, membuang air besar dan
buang air kecil di jamban sekolah.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Berikut disajikan data hasil survey PHBS pada tatanan sekolahan yang dilakukan oleh seksi
Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan meranti pada tahun 2014. Data yang
disajikan berikut ini terkait dengan ketersediaan sarana sanitasi di sekolahan.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 3.1 : Rekapitulasi jumlah sarana air bersih dan sanitasi tingkat Sekolah Dasar/MI

Fasilitas
Jumlah Fas. Cuci Saluran
Status Jumlah Siswa Sumber Air Bersih *) Toilet Guru**) Toilet Siswa***) Pengolahan
Jumlah Guru tangan Drainase
No Sekolah sampah
Sekolah
Dasar
L P LP PDAM SPT/PL SGL T L/P L dan P T L/P L dan P T Y T Y T Y T

1 Sekolah 148 9019 8614 1678 148 272 16 320 5 144 - 553 - 85 -
Dasar
Negeri

Sekolah
Dasar
Swasta

2 MI 12 449 357 154 12 12 2 20 1 12 - 78 - 8 -

Total 160 9468 8971 1832 160 284 18 340 6 156 631 93

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Kepulauan meranti 2015

Keterangan:
*) Sumber air bersih diisi jumlah sekolah yang menggunakan sumber air dari PDAM, Sumur Pompa Tangan/Pompa Listrik (SPT/PL), Sumur Gali (SGL) dan berfungsi.
Pada kolom T diisi jumlah sekolah yang tidak mempunyai sumber air bersih ataupun sumber airnya tidak berfungsi.
**) Toilet guru dan Toilet siswa :
 Kolom L/P diisi dengan jumlah sekolah yang sudah menyediakan toilet untuk guru bersatu antara laki-laki dan perempuan
 Kolom L dan P diisi dengan jumlah sekolah yang menyediakan toilet guru terpisah untuk laki-laki dan perempuan
 Kolom T diisi dengan jumlah sekolah tidak mempunyai toilet untuk guru

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 3.2 Kondisi sarana sanitasi Sekolah Dasar (MI)

No Kondisi Sarana Sanitasi % Sangat Baik % Baik % Kurang Baik

1 Toilet Guru 20 50 30

2 Toilet Siswa 20 40 40

3 Fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) 30 50 20

4 Sarana Air Bersih 15 35 50

5 Pengelolaan Sampah 30 50 20

6 Saluran Drainase 25 65 10

Ketersediaan dana untuk kegiatan Higiene dan


7 20 40 40
sanitasi

8 Pendidikan Higiene dan Sanitasi 10 30 60

Sumber : Hasil analisa kajian sanitasi sekolah 2015

Tabel 3.3 PHBS terkait sanitasi di Sekolah Dasar /MI

No PHBS Terkait Sanitasi % Sangat Baik % Baik % Kurang Baik

1 Cuci Tangan Pakai Sabun 30 40 30

2 Penggunaan Toilet 35 40 25

3 Perilaku Buang Sampah 40 40 20

Sumber : Hasil analisa kajian sanitasi sekolah 2015

Pada tabel 3.3 PHBS terkait sanitasi tingkat Sekolah Dasar/ MI ada sekitar 30% prosen siswa yang belum
melakukan praktek CTPS dengan baik, namun untuk penggunaan toilet dan perilaku buang sampah para siswa
relatif sudah melakukannya dengan baik. Untuk meningkatkan perubahan perilaku menjadi lebih baik maka melalui
SKPD terkait diharapkan mampu untuk melakukan sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat serta edukasi yang
terus menerus dan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, misalnya poster, bank sampah, lomba
kebersihan dan lain-lain atau mungkin juga dengan mendisiplinkan siswa terhadap kebersihan diri dan lingkungan
pada saat akan dimulainya jam pelajaran sampai pada saat proses belajar mengajar selesai.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Permasalahan pada tatanan sekolah di Kabupaten Kepulauan meranti adalah sebagai berikut :

1. Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam pembangunan sarana dan prasarana
sanitasi.
2. Masih rendahnya kepemilikan sarana dan prasarana sanitasi.
3. Belum optimalnya peran kelembagaan sanitasi (KSM) dalam pembangunan dan pengelolaan sarana dan
prasarana sanitasi.
4. Belum ada keterlibatan pihak swasta dan media sosial local.

3.3 Pengelolaan Air Limbah Domestik


Pengelolaan limbah domestik Kabupaten Kepulauan meranti selama ini sebagian kecil dilaksanakan
dengan sistem pengolahan milik pribadi. Sebagian kecil rumah penduduk telah dilengkapi dengan jamban dan
septik tank. Adapun bagi masyarakat yang tinggal di kawasan pantai belum ada sistem pengolaan air limbah pada
umumnya masyarakat tepi pantai limbah domestik langsung ke tepi pantai.

Permasalahan pada pengelolaan air limbah domestik di kepulauan meranti adalah sebagai berikut :

c) Masyarakat Kabupaten Kepulauan meranti sebagian kecil menggunakan septic tank dan cubluk untuk
mengolah air limbah rumah tangga, namun sebagian besar fasilitas septic tank masih belum memenuhi
standar teknis yang ditetapkan. Disamping itu, pengurasan septic tank juga masih rendah.
d) Sebagian kecil masyarakat masih mempergunakan cubluk untuk membuang black water.

3.3.1 Kelembagaan
a. Aspek Legal Formal
- Undang – undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 42 tahun 2007 tentang Juknis Pelaksanaan DAK Infrastruktur Bidang
Sanitasi yang menganatkan prioritas penanganan sanitasi dengan meningkatkan pemberdayaan masyarakat
dengan urutan Prioritas : Menangani Air Limbah Cair yang berasal dari buangan rumah tangga dari Kegiatan
mandi, Cuci dan Kakus (MCK) dengan membangun MCK Komunal, Septic Tank Komunal.
- Target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 dimana ditargetkan masyarakat miskin dipedesaan
sudah mendapatkan akses pelayanan sanitasi dasar.
- Undang – undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, dalam salah satu pasalnya (pasal 22)
mengisyaratkan akan pentingnya Kesehatan Lingkungan melalui antara lain Pengamanan Limbah Padat dan
Cair.
- PP Nomor 16 tahun 2005 tentang Pengembangan system Penyediaan air minum, dalam pasal 14 mengatur

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah pemukiman secara terpadu dengan penyelenggaraan
prasarana dan sarana air limbah pemukiman secara terpadu dengan penyelenggaraan system penyediaan air
minum.
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2006 tentang kebijakan dan strategi nasional
pengembangan system air limbah permukiman, dalam salah satu pasalnya (pasal 2) Menyebutkan bahwa
peraturan ini merupakan pedoman dan arahan dalam penyusunan kebijakan teknis, perencanaan dan
pemrograman, pelaksanaan dan pengelolaan dalam penyelenggaraan dan pengembangan system
pengelolaan air limbah Permukiman, baik bagi pemerintah pusat, maupun daerah, dunia usaha, swasta dan
masyarakat sesuai dengan kondisi setempat.
- Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
b. Aspek Institusional
- Dilingkungan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti yang bertanggung jawab langsung terhadap
pengelolaan air limbah domestik adalah Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, Dinas Tata Kota dan
Kebersihan dan Badan Lingkungan Hidup.
- Tugas Utama dari Dinas Pekerjaan Umum Menyediakan Sarana dan Prasarana sektor Air Limbah domestik
untuk masyarakat umum seperti menyediakan MCK, Septic tank, dan sebagainya terkait inrastruktur sanitasi,
Dinas Kesehatan mempunyai tugas dalam bidang pendidikan masyarakat tentang PHBS Khususnya pesan
tentang buang limbah ditempat-tempat yang semestinya atau tidak buang air besar sembarangan. Dinas Tata
Kota Pertamanan dan Kebersihan mempunyai tugas rutin dalam menyediakan pelayanan sedot tinja kepada
masyarakat. Dan tugas Badan Lingkungan Hidup adalah memberikan pelatihan dan mensosialisasikan
tentang peraturan dan pengelolaan limbah di Kabupaten Kepulauan Meranti.
Tabel 3.4 Daftar Pemangku Kepentigan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik

PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI
Pemerintah Kabupaten Swasta Masyarakat
PERENCANAAN
- Menyusun target Pengelolaan air limbah
Dinas PU / BLH
domestik Skala Kab / Kota
- Menyusun Rencana Program Air Limbah
Dinas PU / BLH
Domestik dalam rangka pencapaian target
- Menyusun Rencana Anggaran Air Limbah
Dinas PU / BLH
Domestik dalam rangka pencapaian target
PENGADAAN SARANA
- Menyediakan Sarana Pembuangan awal air Dinas PU / Dinas
limbah domestic Kesehatan/RSUD

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

- Membangunan Sarana pengumpulan dan


Dinas PU/ Dinas Kesehatan
pengolahan awal (tangki septik)
- Menyediakan Sarana pengangkutan dari tangki
Dinas PU
septic ke IPLT (Truk Tinja)
- Membangun jaringan atau saluran pengaliran
Dinas PU
limbah dari seumber ke IPAL (Pipa Kolektor)
- Membangunan sarana IPLT atau IPAL
Dinas PU

PENGELOLAAN
- Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja DKP

- Mengelola IPLT dan atau IPAL


Dinas PU

- Melakukan Penarikan retribusi penyedotan


Dinas PU
lumpur tinja
- Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah
domestik, dan atau penyedotan air limbah Dinas Pu/BLH
domestic
- Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas
teknis bangunan (tangki septik, dan saluran Dinas PU
drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
- Mengatur prosedur penyediaan layanan air
imbah domestik (pengangkutan, personil, Dinas PU
peralatan, dll)
- Melakukan sosialisasi peraturan dan pembinaan
Dinas PU
dalam hal pengelolaan air limbah domestic
- Memberikan sanki terhadap pelanggaran
BLH
pengelolaan air limbah domestic
MONITORING DAN EVALUASI
- Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
capaian target pengelolaan air limbah domestik Dinas Pu/Bappeda/BLH
skala Kabupaten / kota
- Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air BLH
limbah domestic
- Melakukan Monitoring dan evaluasi terhadap BLH

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

efektifitas air limbah domestik, dan atau


menampung serta mengelola keluhan atas
layanan air limbah domestik
- Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
BLH
baku mutu air limbah domestic
Sumber : Pokja Sanitasi Kab. Kepulauan Meranti ( SKPD Terkait )

Tabel 3.5 Daftar Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Kepulauan Meranti

KETERSEDIAAN Pelaksanaan
SUBSTANSI Ada Tidak Efektif Belum Efektif Tidak Efektif
Ket
(Sebutkan) Ada Dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksanakan
AIR LIMBAH DOMESTIK
- Target capaian Pelayanan

Pengelolaan Air Limbah domestik
- Kewajiban dan sanksi bagi
pemerintah dalam penyediaan

layanan pengelolaan air limbah
domestic
- Kewajiban dan sanksi bagi
pemerintah dalam memberdayakan

masyarakat dan badan usaha dalam
pengelolaan air limbah domestic
- Kewajiban dan sanksi bagi
masyarakat dan atau pengembang
untuk menyediakan sarana √
pengelolaan air limbah domestik di
hunuian rumah

- Kewajiban dan sanksi bagi industri


rumah tangga untuk menyediakan

sarana pengelolaan air limbah
domestik di tempat usaha
- Kewajiban dan sanksi bagi kantor
rumah tangga untuk menyediakan

sarana pengelolaan air limbah
domestik di tempat usaha
- Kewajiban penyedotan air limbah

domestik untuk masyarakat, industri

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

rumah tangga, dan kantor pemilik


tangki septic
- Retribusi Penyedotan air limbah

domestik
- Tata cara perizinan untuk kegiatan
pembuangan air limbah domestik bagi √
kegiatan permukiman
Sumber : Pokja Sanitasi Kab. Kepulauan Meranti (SKPD terkait )

3.3.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan


Berikut dapat dilihat tempat penyaluran pembuangan akhir tinja di masyarakat Kabupaten Kepulauan
Meranti sesuai hasil Studi EHRA tahun 2014.

Grafik 3.6
Tempat Penyaluran Akhir Tinja

.5% .0% Tangki septik


.6%
3.0% 18.7% 25.9% Pipa sewer
.6% .3%
Cubluk/lobang
tanah
50.5% Langsung ke
drainase
Sungai/danau/pa
ntai

Pada gambar 3.6 grafik tempat penyaluran pembuangan akhir tinja menunjukan bahwa masih banyaknya
masyarakat yang tempat penyaluran pembuangan akhir tinjanya tidak ideal. Hasil studi EHRA terlihat masyarakat
yang menggunakan penyaluran pembuangan akhir tinja yang idela hanya 25,9% yaitu berupa tangki septik, pipa
sewer 0,3%, Cubluk 50,5 %, Langsung ke drainase 0,6 %, sungai/danau/pantai 3 %, kolam/sawah 0,6 %,
kebun/tanah lapangan 0,5 %, tidah tahu 18,7 %.

Grafik 3.7
Grafik Persentase Tangki Septik Suspect Aman dan Tidak Aman
10.3

Tidak aman
Suspek aman

89.7

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Pada gambar 3.7 grafik tangki septik dengan suspect aman dan tidak aman bahwa masih ada
masyarakat yang memiliki tangki 71eptic yang diperkirakan tidak aman Berdasarkan hasil studi EHRA dapat
diketahui bahwa tidak semua tangki 71eptic yang dimiliki masyarakat aman ,masih ada 10,3 % merupakan tangki
71eptic suspek tidak aman. Hal ini dikarenakan tangki 71eptic sudah dibangun lebih dari 5 tahun atau lebih tetapi
belum pernah dikuras.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Peta 3.2 Peta cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik Termasuk IPAL terpusat
Cakupan layanan pengelolaan air limbah domestik ( off site ) kabupaten kepulauan meranti belum ada pengolahan sisitem off-site sehingga peta tidak bisa di
tampilkan.

Gambar 3.8 diagram sanitasi pengelolaan air limbah domestik

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 3.6 Cakupan layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten/Kota

Sarana Tidak Layak Sarana Layak


Sistem Onsite Sistem Offsite
BABS*
Sistem Berbasis komunal Kawasan/ terpusat
No Nama Kecamatan/Kelurahan
Cubluk, jamban Cubluk MCK/jamban MCK Tangki septik IPAL Sambungan Rumah
(KK) tidak aman'' aman bersama Komunal komunal >10 (KK) komunal yg berfungsi
(KK) (KK) (KK) (KK) (KK) (KK) (KK)
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (Vi) (vii) (viii) (ix) (x)
1 Wilayah Pedesaan
Tebing Tinggi Barat 776 1.911 150 15
Tebing Tinggi 2.553 5.128 3.630 91
Tebing Tinggi Timur 504 1.523 715 3
Rangsang 1.071 2.140 948 10
Rangsang Pesisir 786 2.208 783
Rangsang Barat 956 2.128 848 12
Merbau 550 1.243 566 10
Pulau Merbau 833 1.538 910 17
Putri Puyu 1.042 1.175 1.088 25
2 Wilayah Perkotaan
Tebing Tinggi Barat 104 75 75 3
Tebing Tinggi 320 1.306 1.013 27
Tebing Tinggi Timur 11 116 93 0
Rangsang 139 265 67 0
Rangsang Pesisir 137 259 66 0

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Rangsang Barat 109 206 52 0


Merbau 144 589 457 12
Pulau Merbau 55 224 174 5
Putri Puyu 299 217 217 7
Pokja Sanitasi Kab.Kepulauan meranti 2015

Berdasarkan data di atas cakupan layanan air limbah domestik sarana yang layak cukup besar pada kecamatan Tebing Tinggi pada wilayah perkotaan dan
pedesaannya.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 3.7 Kondisi Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik

Satuan Jumlah/ Kondisi Keterangan


No Jenis
Kapasitas Berfungsi Tdk berfungsi

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)

Sistem Onsite

1 Berbasis komunal

unit - - -
MCK Komunal

2. Truk Tinja unit - - -

3 IPLT : kapasitas M3/hari - - -

Sistem Offsite

1 Berbasis komunal unit

-Tangki septik komunal


> 10 KK

-IPAL komunal unit

2 IPAL
Kawasan/Terpusat

- kapasitas M3/hari - - -

- sistem

Pokja Sanitasi Kab.Kepulauan meranti 2015 (Data tidak tersedia)


Dari data tabel di atas Kabupaten Kepulauan meranti belum memiliki bangunan di atas sehingga data
tidak dimiliki oleh pemerintah Kepulauan meranti.
3.3.3 Peran Serta Masyarakat
Pengelolaan air limbah domestik seharusnya lebih bersifat buttom-up sehingga perlu ditanamkan nilai-
nilai atau pemahaman yang berkenaan dengan pengelolaan air limbah domestik pada masyarakat baik berupa
dampaknya pada kesehatan maupun terhadap lingkungan. Dari sini diharapkan muncul suatu gerakan dari dalam
masyarakat untuk mengelola air limbah domestik dengan cara-cara yang arif dan benar.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Berdasarkan pengamatan oleh Pokja Kabupaten Kepulauan meranti terhadap pemahaman masyarakat
tentang pemahaman air limbah domestik hanya terbatas pada dampak yang dapat dilihat dan dirasakan secara
visual dan seketika, seperti menimbulkan bau, membuat lingkungan kotor dan sebagai tempat berkembangnya
nyamuk. Sementara dampak air limbah domestik terhadap pencemaran air tanah dan air permukaan hanya
sebagian kecil yang mengetahui. Hal ini memberikan gambaran bahwa pemahaman masyarakat tentang air
limbah domestik terkait dengan dampaknya terhadap pencemaran air masih rendah. Tetapi di sisi lain masyarakat
kelihatan cukup kritis melihat perhatian pemerintah terhadap keberadaan air limbah domestik di Kabupaten
Kepulauan meranti. Sebagian besar masyarakat merasa prihatin terhadap kurangnya upaya pemerintah dalam
mengelola air limbah domestik. Hal ini merupakan sebuah potensi yang dapat dijadikan entri point bagi pemerintah
untuk mengajak masyarakat secara bersama-sama melakukan pengelolaan air limbah yang berbasis masyarakat.

Peluang untuk merubah persepsi masyarakat dalam rangka meningkatkan peran serta mereka dalam
pengelolaan air limbah domestik ditunjukkan juga dari pendapat masyarakat tentang tanggung jawab pengelolaan
air limbah domestik. Menurut sebagian besar masyarakat, tanggung jawab pengelolaan air limbah domestik
terletak bukan saja pada pemerintah tetapi juga semua unsur masyarakat. Hal ini juga menggambarkan bahwa
inisiator awal dalam memulai pengelolaan air limbah domestik tidak harus berasal dari pemerintah tetapi bisa saja
dari masyarakat, LSM, swasta atau unsur yang lain dalam masyarakat. Dalam pengelolaan air limbah domestik
harus terdapat suatu kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, agar tujuan pengelolaan dapat berhasil sesuai
yang diharapkan dalam mendukung terciptanya lingkungan yang sehat. Keduanya harus mampu menciptakan
sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil pembangunan secara optimal.
Pembangunan hanya akan melahirkan produk-produk baru yang kurang berarti bagi masyarakatnya karena tidak
sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Demikian pula sebaliknya, tanpa peran yang optimal dari pemerintah,
pembangunan akan berjalan secara tidak teratur dan tidak terarah, yang akhirnya akan menimbulkan
permasalahan baru.

Untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan pengelolaan air limbah domestik maka
masyarakat membutuhkan pemahaman yang utuh tentang dampak air limbah domestik terhadap sumber daya air
baik air permukaan maupun air tanah. Dengan pemahaman yang baik pada masyarakat tentang air limbah
diharapkan akan melahirkan inisiatif yang konstruktif dalam upaya pengelolaan air limbah domestik. Dengan
demikian masyarakat tidak lagi memandang air limbah domestik hanya sebatas jijik dan prihatin apalagi
menganggap biasa saja tetapi menjadi sebuah ancaman bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Langkah yang dapat diambil dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air
limbah domestik, menurut informan kunci dari unsur tokoh masyarakat adalah dengan memanfaatkan peran tuan
guru dalam membina masyarakat. Peran pemuka adat dan agama ini dapat dimanfaatkan dengan baik dalam
upaya pengelolaan air limbah domestik, pemerintah akan mendapatkan kemudahan dalam mengajak masyarakat

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

berperan serta aktif dalam program sanitasi bahkan dalam setiap tahapan programkegiatan pembangunan yang
dilaksanakan. Peran pemuka adat dan agama di Kabupaten Kepulauan meranti selama ini lebih banyak membina
masyarakat terkait dengan hubungan kepada tuhan dan sesama manusia. Materi yang diberikan dalam setiap
dakwahnya berkisar pada ibadah sholat, puasa, akhlak, muamalah dan sejenisnya. Oleh karena itu ke depan
diharapkan peran tuan guru dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan persepsi
masyarakat terhadap air limbah domestik.

Persepsi masyarakat terhadap air limbah domestik memiliki pengaruh terhadap perlakuan masyarakat terhadap
air limbah domestik itu sendiri. Semakin baik kualitas persepsi masyarakat maka perlakuan terhadap air limbah
domestik semakin meningkat. Beberapa perlakuan masyarakat terhadap air limbah domestik di Kabupaten
Kepulauan meranti yang merupakan bentuk partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut :

a. Membersihkan saluran drainase dalam kampung atas ajakan dari instansi terkait, ketua RT, RW, Kelurahan,
Kecamatan hingga tokoh pemuda dan tokoh adat. Tujuan pembersihan saluran drainase ini adalah untuk
menghambat perkembangan nyamuk yang dapat membawa bibit penyakit, mengurangi bau yang
mengganggu warga dan meningkatkan kebersihan lingkungan.
b. Membuang air limbah domestik ke sungai, selokan/got/drainase, Perlakuan ini dilakukan karena tidak
membutuhkan biaya, tidak ada larangan dan lebih mudah. Prinsip NIMBY (Not In My Back Yard) pada air
limbah domestik ternyata juga berlaku di Kepulauan meranti.
c. Pemanfaatan air limbah domestik untuk menyiram jalan pada siang hari. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan
agar debu jalan tidak menggangu warga ketika ada angin atau kendaraan lewat sekaligus menguras air limbah
domestik yang tergenang.
Berangkat dari hasil analisis tersebut maka dalam pembangunan pengelolaan air limbah harus diterapkan
pendekatan partisipasi pada proses perencanaan, konstruksi, dan operasi. Pembangunan melalui partisipasi
masyarakat merupakan salah satu upaya untuk memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanakan
pembangunan yang berkaitan dengan sumber daya lokal berdasarkan kajian musyawarah, yaitu peningkatan
aspirasi berupa keinginan dan kebutuhan nyata yang ada dalam masyarakat, peningkatan motivasi dan peran
serta kelompok masyarakat dalam proses pembangunan dan peningkatan rasa memiliki pada kelompok
masyarakat terhadap program kegiatan yang telah disusun. Prinsip kerja dari pembangunan melalui partisipasi
masyarakat adalah sebagai berikut :

1 Program kerja disampaikan secara terbuka kepada masyarakat dengan melakukan komunikasi partisipatif
agar mendapat dukungan masyarakat.
2 Program kerja dilakukan melalui kerjasama kelompok masyarakat, Ketua Pemuda dan segenap warga untuk
memperkecil hambatan.
3 Koordinasi selalu dilakukan baik secara vertikal maupun horizontal.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

4 Bersungguh-sungguh dan tidak mengumbar janji.


5 Tidak bersifat merasa paling tahu dalam setiap kesempatan pelaksanaan program .
Intinya Community development dengan segala kegiatannya dalam pembangunan, menurut Ndraha
(1990), harus menghindari metode kerja doing for the community tetapi mengadopsi metode doing with the
community. Metode yang pertama akan menjadikan masyarakat menjadi pasif, kurang kreatif dan tidak berdaya
bahkan mendidik masyarakat untuk bergantung kepada pemerintah.

Sedang metode yang kedua merangsang masyarakat menjadi aktif dan dinamis serta mampu
mengidentifikasi mana kebutuhan yang sifatnya real needs, felt needs dan expected needs.

Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui pendampingan dan fasilitasi agar terbentuk
peningkatan partisipasi dan keterlibatan seluruh stakeholder, terutama masyarakat dalam suatu perencanaan,
operasi, serta pemeliharaan sarana dan prasarana Kenyataan di Kabupaten Kepulauan meranti, proses
perencanaan yang partisipatif telah dilaksanakan melalui proses musrenbang. Akan tetapi dalam proses
musrenbang ternyata banyak hal yang mengotori makna partisipatif. Usulan dari bawah yang telah disusun
dengan memakan waktu dan tenaga cukup banyak ternyata setelah sampai di Musrenbang tingkat kecamatan atau
kabupaten banyak didominasi oleh usulan SKPD yang belum tentu partisipatif. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
SDM “pengawal” usulan dari kelurahan ketika pembahasan di tingkat kecamatan dan kabupaten.

Di Kabupaten Kepulauan meranti pembangunan sanitasi bidang air limbah domestik belum dilaksanakan
dengan maksimal, hal ini terbukti dari data tentang pengelolaan sarana jamban keluarga dan MCK oleh
masyarakat, kondisi sarana MCK dan daftar Program/ Proyek layanan yang berbasis masyarakat tidak tersedia
atau tidak ada pembangunan terhadap akses jamban sehat baik skala individual maupun komunal. Hal ini terlihat
pada tabel 3.8,3.9 dan 3.10 yang masih kosong.

Tabel 3.8 daftar Program/kegiatan layanan air limbah domestik berbasis masyarakat

Penerima Kondisi Sarana Saat


Nama Tahun manfaat***) Ini ****)
Program/Kegiatan Jumlah
No Pelaksana/PJ Lokasi Program/kegiatan
Sarana
**) Tidak
Berfungsi
Berfungsi
L P

1 On Site individual : - - - - - - - -
STBM

2 On Site komunal : - - - - - - - -
Sanimas: MCK

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Sanimas: IPAL
Komunal -

- - - - - - -

Total

Sumber : Pokja Sanitasi kepulauan meranti Tahun 2015 (Data tidak tersedia)

Program kegiatan layanan air limbah berbasisi masyarakat belum ada.

Tabel 3.9 Pengelolaan sarana air limbah domestik oleh Masyarakat

Pengosongan tangki
Tahun Pengelola
Jenis Biaya operasi dan septik/IPAL
No Sarana Lokasi
Sarana pemeliharaan
Dibangun
Lembaga Kondisi Waktu Layanan

1 MCK - - - - - - -

2 MCK ++ - - - - - - -

3 IPAL - - - - - - -
Komunal

4 Septik tank - - - - - - -
komunal

Sumber : Pokja Sanitasi kepulauan meranti Tahun 2015 (Data tidak tersedia)

Pada tabel pengelolaan air limbah domestic oleh masyarakat belum ada.

3.3.4 Komunikasi dan Media


Kegiatan pemetaan media merupakan kegiatan penting diantara kegiatan non teknis dalam bidang
sanitasi khususnya peningkatan akses kepemilikan sarana dan prasarana air limbah domestik dan akses layanan
air limbah untuk skala kesehatan. Dengan memetakan media dalam peningkatan pengelolaan sanitasi diharapkan
adanya kebijakan dari Pemerintah Kabupaten Kepulauan meranti untuk meningkatkan peran media dalam
pembangunan bidang sanitasi.
Gambar 3.9 Kegiatan Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah di ikuti di kabupaten kepulauan meranti.

Sampai dengan saat ini Pemerintah kabupaten Kepulauan meranti belum ada kegiatan sanitasi yang
menggunakan media masa dalam menyebarkan informasi komponen air limbah. Sebagaimana pers, masyarakat
dalam segala manifestasinya seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), para cerdik pandai, maupun

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

masyarakat umumnya, dapat menyampaikan gagasannya sebagai wujud peran sertanya dalam pengelolaan
lingkungan.

Terpenting, pesan yang disampaikan dapat dijadikan input bagi pengambil kebijakan publik, dalam hal ini
kebijakan pengelolaan lingkungan. Berkenaan dengan tuntutan terhadap kebijakan-kebijakan yang berorientasi
pada lingkungan, maka pressure masyarakat harus ada, dalam hal ini media massa dapat dijadikan sarana
(Purnaweni, 2004). Peran pers atau media massa, yang dalam hal ini sebagai bagian dari Civil Society tentunya
sangat penting dalam kerangka pengelolaan lingkungan. Substansi dari hal ini telah sangat jelas diatur di dalam
Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers maupun Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Keterkaitan antara media massa dan kebijakan pengelolaan lingkungan, dapat pula ditinjau dari konsep
good governance, karena pada hakekatnya, prinsip good governance mempersyaratkan adanya partisipasi dan
transparansi, yang menjadi kunci penting dalam keterlibatan stakeholders terutama berkaitan urusan
kepemerintahan, utamanya yang menyangkut public Policy. Konsep penyelenggaraan pemerintahan yang baik
mempersyaratkan lima hal yang harus ada agar konsep Good Governance berjalan, antara lain; lembaga
perwakilan yang mampu menjalankan fungsi kontrol dan penyalur aspirasi masyarakat, pengadilan yang mandiri,
bersih dan professional, birokrasi yang responsif dan berintegritas, masyarakat sipil yang kuat sebagai fungsi
kontrol, serta desentralisasi dan lembaga perwakilan yang kuat. Sementara itu dalam konteks pelaksanaan
otonomi daerah sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah,
konsep Good Governance dalam pengelolaan lingkungan hidup yang lebih dikenal dengan Good Environmental
Governance (GEG) setidaknya mengedepankan 10 hal antara lain; Visi strategis, penegakan hukum, transparansi,
kesetaraan, daya tanggap, partisipasi, akuntabilitas, pengawasan, efisiensi dan efektifitas, serta profesionalisme
(Santosa, 2006). Kesepuluh prinsip tersebut saling memperkuat dan tidak dapat berdiri sendiri yang harus menjadi
karakteristik pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup dalam kerangka penyelenggaraan otonomi
daerah sesuai semangat Undang-undang Nomor 32 tahun 2004.

Berikut gambar hubungan Good Environmental Governance (GEG) dengan pengelolaan lingkungan
hidup : Sayangnya kenyataan di lapangan menunjukkan stakeholders belumlah optimal dalam menjalankan
perannya sesuai tuntutan di atas. Ahli sanitasi mensinyalir belum adanya sinergi yang baik antara pihak yang
berkepentingan. Masih belum ada sinergi diantara masyarakat sipil dalam mengontrol kebijakan pembangunan,
semuanya berjalan sendiri-sendiri dan terkesan parsial. Padahal apabila tindakan mereka terorganisir bukan tidak
mungkin masyarakat sipil dapat menjadi kelompok penekan untuk mengedepankan isu-isu lingkungan.
Pemanfaatan media massa sebagai saluran dalam menyampaikan aspirasi tadi merupakan salah satu cara untuk
membentuk opini publik sehingga dapat direspon oleh Pengambil Kebijakan. Pemanfaatan media massa sebagai
sarana mengkampanye-kan sekaligus penyebaran informasi lingkungan telah sering dilakukan. Lacey dan

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Longman serta Parlour dan Schatzow dalam Hannigan (1995), menyebutkan pada periode akhir 1960-an sampai
awal 1970-an ulasan media terhadap lingkungan meningkat secara dramatis, untuk pertama kalinya isu lingkungan
dipandang oleh para jurnalis sebagai kategori berita utama dan mendesak untuk diselesaikan.

3.3.5 Peran Swasta


Dalam pembangunan sanitasi khususnya air limbah domestik di Kabupaten Kepulauan meranti belum
terlihat partisipasi dunia, hal ini salah satunya disebabkan tidak adanya peraturan daerah yang mengatur
partisipasi dunia usaha dalam pengelolaan air limbah domestik dan kegiatan pengelolaan iar limbah belum layak
secara ekonomi.

Tabel 3.10 Peran Swasta dalam penyediaan layanan air limbah Domestik

Jenis kegiatan/
Nama Provider/Mitra Tahun mulai operasi/
No Kontribusi Volume Potensi Kerjasama
Potensial Berkontribusi
Terhadap Sanitasi

1 - - - - -

Sumber : Pokja Sanitasi Kepulauan meranti 2015 (Belum ada kerjasama dengan pihak swasta)
Hasil dari tabel peran swasta dalam penyediaan layanan air limbah domestik belum ada bekerja sama dengan
pihak swasta.

3.3.6 Pendanaan dan Pembiayaan


Pembiayaan alokasi investasi air limbah di Kabupaten Kepulauan meranti belum ada, dan diharapkan
kedepannya kabupaten berkoordinasi dengan propinsi agar propinsi Riau dapat mengalokasikan anggaran APBD
propinsi untuk pembangunan IPLT.

Tabel 3.11 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi komponen air limbah domestik

Belanja (Rp) Jutaan Rata-


rata Pertumbuhan
No Komponen
(%)
2011 2012 2013 2014 2015 (Rp)
Jutaan

1 Air Limbah (1a+1b)

1.a Pendanaan Investasi air limbah - - - 56.810 1.869.406 - fluktuatif

1.b - - - - - - -
Pendanaan OM yang dialokasikan

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

dalam APBD

Perkiraan biaya OM berdasarkan


1.c - - - - - - -
infrastruktur terbangun

Sumber : Pokja Kepulauan meranti 2015


Pada tabel Realisasi Pendanaan Sanitasi komponen air limbah domestic belum ada.

Tabel 3.12 Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah

Retribusi Sanitasi Tahun (Rp)


No SKPD Pertumbuhan (%)
2011 2012 2013 2014 2015

1 Retribusi Air Limbah

1.a Realisasi retribusi - - - - - -

1.b Potensi retribusi - - - - - -

Sumber : Pokja Kepulauan meranti 2015 (Data tidak tersedia)


Sampai saat ini belum ada perda tentang retribusi layanan air limbah domestik dan belum adanya layanan
air limbah domestik di Kabupaten Kepulauan meranti.

3.3.7 Permasalahan Mendesak


Tabel 3.13 Permasaalahan Mendesak

Permasalahan Mendesak
Aspek Teknis
Perencanaan Teknis Belum ada Masterplane air limbah
Sarana dan Preasarana Jumlah penduduk pada tahun 2014: 183.912 Jiwa atau 45.978 KK perkotaan
dan pedesaan
Akses jamban pribadi = 22.5% (10.707 KK)
Akses MCK Umum = 48.4% ( 115 KK )
WC Gantung ( cubluk ) = 28.6% (20.841 KK)
Kesungai, kebun dll = 0.5% ( 9.636 KK)

(Sumber EHRA)
Perkotaan
Jumlah penduduk pada tahun 2014:
27,522 Jiwa atau 6,842 KK

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Akses jamban pribadi = 19.7% (1,318 KK)


Akses MCK Umum = 47.3% (3,256 KK )
WC Gantung ( cubluk ) = 32.2% (2,214 KK)
Kesungai, kebun dll = 0.8% (53 KK)
Perdesaan
Jumlah penduduk pada tahun 2014: 156,390 Jiwa atau 34,575
Akses jamban pribadi = 24.0% ( 8,138 KK)
Akses MCK Umum = 44.3% (16,828 KK )
WC Gantung ( cubluk ) = 27.0% (9,471 KK)
Kesungai, kebun dll = 4.7% (138 KK)

Kesimpulannya buang besar sembarangan perkotaan 0.8% buang air besar


sembarangan pedesaan 4,7% di kabupaten Kepulauan Meranti
Pengumpulan dan penampungan/ Akses jamban Pribadi dengan tangki septik aman = 89,7 %
pengolahan awal Akses jamban pribadi dengan tangki septik tidak aman = 10,3 %
(Sumber EHRA )

Dari data hasil analisis intrument profil


Akses sesuai dengan SNI ( Tanki septik aman + MCK) = 26,2 %
Akses dasar (cubluk + tangki septik tidak aman )= 50,5 %
Tidak memiliki akses = 23,3 %
Pengangkutran/pengaliran Belum ada truk tinja
Pengolahan Akhir Terpusat Kabupaten Kepulauan Meranti belum memiliki IPLT
Aspek Nonteknis
Aspek Masyarakat Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah
pemukiman
Aspek peraturan dan perundangan Belum adanya peraturan daaerah yang mengatur sistem pengelolaan air limbah
pemukiman
Pendanaan Rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah untuk pengelolaan dan
pengembangan air limbah pemukiman.
Belum ada penggalian pendanaan dari sektor swasta

3.4 Pengelolaan Persampahan


Dalam proses pelaksanaannya, pengelolaan persampahan di Kabupaten Kepulauan meranti tidak hanya
dilakukan oleh pemerintah daerah, beberapa mitra potensial turut berperan dalam upaya peningkatan kualitas
pengelolaan persampahan di Kabupaten Kepulauan meranti. Pada Subbab pengelolaan persampahan ini, berikut
akan dipaparkan kondisi eksisting pengelolaan persampahan di Kabupaten Kepulauan meranti, mulai dari

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

kelembagaan, sistem dan cakupan pelayanan, kesadaran masyarakat dan PMHSJK, pemetaan media, partisipasi
dunia usaha, pendanaan dan pembiayaan serta permasalahan mendesak dan isu strategis.
3.4.1 Kelembagaan
Dalam proses pelaksanaannya, pengelolaan persampahan di Kabupaten Kepulauan meranti tidak hanya
dilakukan oleh pemerintah daerah, beberapa mitra potensial turut berperan dalam upaya peningkatan kualitas
pengelolaan persampahan di kabupaten Kepulauan meranti. Pada Subbab pengelolaan persampahan ini, berikut
akan dipaparkan kondisi eksisting pengelolaan persampahan di Kabupaten Kepulauan meranti, mulai dari
kelembagaan, sistem dan cakupan pelayanan, kesadaran masyarakat dan PMHSJK, pemetaan media, partisipasi
dunia usaha, pendanaan dan pembiayaan serta permasalahan mendesak dan isu strategis.

Tabel 3.14 Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan

PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI
Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat

PERENCANAAN

 Menyusun target pengelolaan sampah skala Bappeda/BLH/PU - -


kab/kota,
 Menyusun rencana program persampahan dalam Bappeda/BLH/PU - -
rangka pencapaian target
 Menyusun rencana anggaran program persampahan Bappeda/BLH/PU - -
dalam rangka pencapaian target
PENGADAAN SARANA

 Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber BLH/PU - √


sampah
 Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan Dinas Kebersihan/BLH/PU - -
dari sumber sampah ke TPS)
 Membangun sarana Tempat Penampungan Dinas Kebersihan/BLH/PU - -
Sementara (TPS)
 Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS Dinas Kebersihan/BLH/PU - -
ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
 Membangun sarana TPA Dinas Kebersihan/BLH/PU - -

 Menyediakan sarana composting BLH/PU - -

PENGELOLAAN

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI
Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat

 Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS Dinas Kebersihan/BLH/PU - -

 Mengelola sampah di TPS Dinas Kebersihan/BLH/PU - 

 Mengangkut sampah dari TPS ke TPA Dinas Kebersihan/BLH/PU - -

 Mengelola TPA Dinas Kebersihan/BLH/PU - -

 Melakukan pemilahan sampah* Dinas Kebersihan/BLH/PU - √

 Melakukan penarikan retribusi sampah Dispenda - -

 Memberikan izin usaha pengelolaan sampah. Dinas Kebersihan/BLH/PU - -

PENGATURAN DAN PEMBINAAN

 Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam Dinas Kebersihan/BLH/PU - -


pengangkutan, personil, peralatan, dll)
 Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan Dinas Kebersihan/BLH/PU - -
dalam hal pengelolaan sampah
 Memberikan sanksi terhadap pelanggaran BLH - -
pengelolaan sampah
MONITORING DAN EVALUASI

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian Bappeda/BLH/PU - -


target pengelolaan sampah skala kab/kota
 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap BLH/PU - -
kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan
persampahan
 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap BLH - -
efektivitas layanan persampahan, dan atau
menampung serta mengelola keluhan atas layanan
persampahan
Sumber : Pokja Sanitasi Kab. Kepulauan meranti Tahun 2015.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 3.15 Daftar Peraturan Persampahan Kabupaten Kepulauan Meranti

Ketersediaan Pelaksanaan

Substansi Keterangan
Ada Tidak Efektif Belum Efektif Tidak Efektif
(Sebutkan) Ada Dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksanakan

PERSAMPAHAN

Target capaian pelayanan pengelolaan √


persampahan di Kab/Kota ini
Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah √
Kab/Kota dalam menyediakan layanan
pengelolaan sampah
Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah √
Kab/Kota dalam memberdayakan
masyarakat dan badan usaha dalam
pengelolaan sampah
Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat √
untuk mengurangi sampah,
menyediakan tempat sampah di hunian
rumah, dan membuang ke TPS
Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit √
usaha di kawasan komersial / fasilitas
social / fasilitas umum untuk
mengurangi sampah, menyediakan
tempat sampah, dan membuang ke
TPS
Pembagian kerja pengumpulan sampah √ √
dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA,
pengelolaan di TPA, dan pengaturan
waktu pengangkutan sampah dari TPS
ke TPA
Kerjasama pemerintah dengan swasta √
atau pihak lain dalam pengelolaan
sampah
Retribusi sampah atau kebersihan √

Sumber : Pokja Sanitasi Kab. Kepulauan meranti Tahun 2015

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

3.4.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan


Berdasarkan Permen PU No. 21 / PRT / M / 2006 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan
sistem pengelolaan persampahan ( KSNP – SPP ) dapat meliputi antara lain :
Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.
 Peningkatan peran aktif masyarakat umum terutama masyarakat di sekitar TPS dan TPA dan swasta sebagai
mitra pengelolaan.
 Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan persampahan.
 Pengembangan dan pembangunan sistem pengelolaan persampahan yang terpadu.
Berdasarkan standar cipta karya bahwa 2 – 3 liter / org / hari adalah yang dihasilkan oleh tiap orang
sehingga perlu diperhatikan ketersediaan lahan bagi penempatan TPS atau TPA. Berdasarkan standar tersebut
untuk 3000 jiwa penduduk dibutuhkan 400m² lahan persampahan.
Persampahan Kabupaten Kepulauan meranti di kelola baik secara individual (masyarakat
mengelola sampahnya sendiri dengan cara membakar, menimbun dan membuang ke sungai) maupun dikelola
oleh Dinas terkait di tingkat Kota, daerah pasar dan kota kecamatan. Kabupaten Kepulauan merantibelum memiliki
TPA.
Empat Persoalan Sosial Kota-kota besar di Indonesia adalah Sampah dan Pencemaran lingkungan,
Sampah oleh sebagian besar orang dianggap kotor dan menjijikan tidak ada manfaatnya. Sampah sebenarnya
masih bisa dimanfaatkan, asalkan masyarakat mau memilahnya antara sampah Organik dan anorganik. Sampah
Organik adalah Sampah yang bisa mengalami pelapukan (Dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih
kecil dan tidak berbau (Sering disebut dengan Kompos). Bahan yang termasuk Sampak Organik diantaranya sisa
sayuran dari dapur atau Pasar, sisa Tanaman yang di Panen dan dedaunan yang berguguran , sementara itu
sampahy Anorganik adalah sampah yang sampah yang tidak bisa mengalami Pelapukan seperti bahan Plastik,
Kaca, Besi dan Logam. Sampah yang diolah menjadi Kompos untuk dipakai dikalangan sendiri atau kelompok atau
dijual hingga mendatangkan banyak Rupiah, tentu saja Sampah akan menjadi barang berharga.
Permasalahan Pengelolaan Persampahan Kabupaten Kepulawan Meranti terjadi karena persampahan
belum menjadi prioritas penanganan oleh pemerintah Kabupaten Kepulauan meranti dan minimnya kesadaran
masyarakat tentang pengelolaan sampah dan kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya.

Praktik pengelolaan sampah sangat tergantung pada partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah
di sumber sampah. Berdasarkan hasil studi EHRA yang telah dilakukan di Kabupaten Kepulauan meranti, tampak
bahwa masyarakat sudah memiliki kesadaran untuk melakukan pengelolaan sampah mulai dari sumber sampah
Berdasarkan hasil Studi EHRA diketahui bahwa dalam melakukan pengelolaan sampah di masyarakat Kabupaten
Kepulauan Meranti masih menggunakan sistem pembakaran / dibakar langsung, yaitu sebanyak 93,2%. Proses
pengolahan sampah dengan cara membakar bukanlah pengelolaan sampah yang ideal. Pembakaran sampah

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

yang dilakukan akan menghasilkan zat karbon (asap) yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Sehingga
praktik yang dilakukan oleh mayoritas masyarakat ini harus segera diperbaiki.

Proses pengelolaan sederhana yang baik dilakukan oleh masyarakat adalah dibuang ke dalam lubang
dan ditutup dengan tanah. Ini dimaksudkan agar sampah tidak mudah dihinggapi oleh lalat yang merupakan salah
satu vektor pembawa kuman penyakit.

Gambar 3.10
Grafik Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2014
2.0 1.7
1.4 0.1 0.2 Dikumpulkan dan dibuang ke
0.6 0.3 TPS
0.6
Dibakar

Dibuang ke dalam lubang


dan ditutup dengan tanah
93.1
Dibuang ke dalam lubang
tetapi tidak ditutup dengan
tanah

Gambar 3.11
Grafik Pengangkutan Sampah

9.7

Ya
90.3 Tidak

Pada grafik 3.11 di atas terlihat bahwa rumah tangga yang melakukan pemilahan sampah hanya 9,7%. Ini
menunjukan masih rendahnya kesadaran masyarakat yang bersedia melakukan pemilahan sampah rumah tangga.
Pemilihan sampah rumah tangga sebenarnya memiliki manfaat tersendiri bagi masyarakat, seperti mampu untuk
mengolah sampah-sampah tersebut sesuai dengan jenis sampah. Salah satu yang paling mudah dilaksanakan
adalah pemilahan sampah organik yang nantinya diolah menjadi pupuk kompos.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Peta 3.3 Cakupan Layanan Persampahan

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Gambar 3.12 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan persampahan

Sumber : Pokja Sanitasi Kab. Kepulauan meranti Tahun 2015

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 3.16a Jumlah timbulan sampah perkecamatan di Kab. Kepulauan meranti

Jumlah Penduduk Volume Timbulan Sampah


Nama
Wilayah Wilayah Wilayah Wilayah Total
Kecamatan/ Total
Pedesaan Perkotaan Pedesaan Perkotaan
Kelurahan
orang orang (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3)

Kec. Tebing Tinggi 10.46 3.76 14.22 40.64


15.222 1,035 16,257
Barat 38.05 2.58

Kec. Tebing Tinggi 45.834 10,660 56,494 31.52 11.45 38.73 26.65 70.25 14.12

Kec. Tebing Tinggi 0.07 3.23 3.30 2.5


11.100 889 11,989
Timur 0.27 2.22

Kec. Rangsang 16.822 1,924 18,746 11.56 42.05 6.99 4.81 18.56 46.86

Kec. Rangsang 10.47 6.84 17.31 42.78


15.229 1,884 17,113
Pesisir 38.07 4.71

Kec. Rangsang Barat 15.999 1,499 17,498 11.00 39.99 5.44 3.74 16.44 43.74

Kec. Merbau 9.465 4,812 14,277 6.50 23.66 17.48 12.03 23.99 35.69

Kec. Pulau Merbau 13.264 1,827 15,091 9.12 33.16 6.63 4.56 15.76 37.72

Kec. Putri Puyu 13.455 2,992 16,447 9.25 33.63 10.87 7.48 20.12 41.11

Sumber : Dinas Pasar,2015 diolah

Tabel 3.16b Sistem Layanan sampah perkecamatan di Kab. Kepulauan meranti

Volume sampah yang


3R
Nama tersangkut ke TPA

Kecamatan/ Wilayah Wilayah Wilayah Perkotaan Total


Total
Pedesaan Perkotaan
Kelurahan
(%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3)

Kec. Tebing Tinggi Barat - - - - - -

Kec. Tebing Tinggi 2 1.35 2 1.35 2 1.35 2 1.35

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Kec. Tebing Tinggi Timur - - - - - -

Kec. Rangsang - - - - - -

Kec. Rangsang Pesisir - - - - - -

Kec. Rangsang Barat - - - - - -

Kec. Merbau - - - - -

Kec. Pulau Merbau - - - - - -

Kec. Putri Puyu - - - - - -

Sumber : Dinas Pasar, Data belum lengkap

Data yang ada pada tabel Sistem Layanan sampah perkecamatan di Kab. Kepulauan meranti adalah
Kecamatan Tebing tinggi, kecamatan yang lain belum lengkap.

Tabel 3.17
Kondisi Prasarana dan Sarana persampahan yang ada di Kabupaten Kepulauan meranti
No Jenis Prasarana / Satuan Jumlah/ Kapasitas/Daya Ritasi Kondisi Keterangan
Luas tampung
Sarana /hari
total Rusak Rusak
Baik
terpakai ringan Berat
M3

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x)

1 Pengumpulan Setempat

Gerobak 13 unit 0,75 2rit/hari v

Becak/Becak Motor 35 unit 1,5 2rit/hari

Kendaraan Pick Up

Tempat Penampungan
2
Sementara (TPS)

Bak Sampah
(Beton/Kayu/Fiber)
2 unit 6
Container

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Transfer Stasiun

SPA (Stasiun Peralihan


Antaran)
3. Pengangkutan

4 unit 6
Dump Truck Roda

2 unit 6
Arm Roll Truck Roda

Compaction Truck

4 Pengolahan Sampah

3 unit 10
Sistem 3R

Incinerator 3 unit 50

5 TPA/TPA Regional

Kontruksi: Lahan
urugsaniter/lahan urug
terkendali/penimbunan
terbuka

Operasional: Lahan
urugsaniter/lahan urug
terkendali/penimbunan
terbuka

Luas total TPA yang Ha


Terpakai
Luas Sel Landfill Ha

Daya tampung TPA (M3/hari)

6 Alat Berat

Bulldozerl

Whell/truck loader

Excavator / backhoe

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Truk Tanah

7 IPL: Sistem
kolam/aerasi/……

Hasil pemeriksaan lab


(BOD dan COD)

Efluen di Inlet
Efluen di Outlet
Sumber : Dinas Pasar Kab.Kepulauan meranti 2015

3.4.3 Peran Serta Masyarakat


Pemberdayaan Masyarakat merupakan sebuah proses dalam memberikan kesempatan dan
memberdayakan masyarakat melalui partisipasi, alih pengetahuan, keahlian dan keterampilan. Masyarakat yang
merupakan komponen dalam suatu komunitas menempati posisi penting dalam pengelolaan sanitasi. Namun
sejauh ini partisipasi mereka belum mendapat perhatian yang proporsional dari berbagai pihak. Disadari juga
bahwa pembangunan sanitasi seringkali mengabaikan kepentingan kalangan masyarakat berpenghasilan rendah.
Demikian juga dengan aspek kesetaraan jender. Kerap kali tidak memasukkan aspek ini dalam proses
pengambilan keputusan. Pengabaian aspek jender dalam perencanaan, implementasi, dan
pengawasan/pemantauan pembangunan fasilitas sanitasi seringkali menimbulkan ketimpangan penyediaan
layanan bagi kelompok perempuan. Dengan Pemberdayaan, masyarakat menjadi lebih bertanggung jawab untuk
mengidentifikasi permasalahan mereka, menentukan prioritas, memobilisasi sumber daya, memobilisasi kontribusi
(in-cash dan in-kind), bernegosiasi, menyusun perencanaan, pelaksanaan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan.

Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat tahun
2013 telah menempatkan aspek pemberdayaan masyarakat sebagai prinsip utama untuk melakukan perbaikan
kondisi sanitasi. Dengan demikian, peran Pemerintah pun bukan lagi sebagai penyedia layanan, tetapi lebih
sebagai fasilitator pembangunan layanan sanitasi yang berbasis dan dikelola masyarakat. Dalam konteks
penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK), pelibatan laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, serta aspek
kesetaraan jender harus dimulai sejak proses penetapan Kelompok Kerja Sanitasi, pemetaan kondisi sanitasi,
penyusunan Strategi Sanitasi Kota, penyusunan rencana kegiatan, dan tahap monitoring dan evaluasi. Mekanisme
monitoring dan evaluasi yang partisipatif dan sadar jender menjadi kunci bagi masyarakat untuk memastikan
bahwa aspirasi mereka benar-benar diakomodasi.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 3.18 Daftar Program/Kegiatan Persampahan Berbasis Masyarakat

Penerima Kondisi Sarana Saat Ini


manfaat
Nama Tahun Jumlah
No Pelaksana/PJ Lokasi
Program/kegiatan Program/Kegiatan Sarana
Berfungsi Tidak
L P
Berfungsi

1 TPST 3R : TPST - - - - - - - -
Sampah Organik

2 Peningkatan Peran - - - - - - - -
serta masyarakat
dalam pengelolaan
persampahan :
Bank Sampah

Total

Sumber : Kunjungan Lapangan, data sekunder kab.Kepulauan meranti 2015 ( Data tidak tersedia)
Belum ada kegiatan atau program kegiatan persampahan berbasis masyarakat.
Tabel 3.19 Pengelolaan Sarana Persampahan oleh Masyarakat

Pengelola Kerjasama
No Jenis Kegiatan Lokasi dengan Keterangan
Lembaga Kondisi
pihak lain

Sumber : Kunjungan Lapangan, data sekunder kab.Kepulauan meranti 2015 ( Data tidak tersedia)
Pengelolaan sarana dan prasarana persampahan oleh masyarakat belum ada.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

3.4.4 Komunikasi dan Media


Pemetaan media merupakan penilaian kualitatif tentang potensi dan tantangan kebijakan dan
pembangunan sanitasi, khususnya dari tinjauan aspek komunikasi, di tingkat kabupaten/kota melalui dukungan
data primer dan sekunder yang relevan.

Dengan Pemetaan ini diharapkan dapat menggambarkan informasiinformasi berikut:

1. Identifikasi isu dan pesan-pesan kunci pembangunan dan kebijakan terkait sanitasi.
2. Pemetaan saluran-saluran komunikasi (media) untuk kegiatan advokasi, mobilisasi sosial, dan komunikasi
(sosialisasi) program pembangunan dan kebijakan pemerintah.
3. Gambaran potensi sumberdaya, peluang dan alternatif pendanaan komunikasi, dan promosi pembangunan
dan kebijakan sanitasi (baik dari sumber setiap SKPD terkait maupun potensi di luar pemerintahan).
4. Klasifikasi perangkat dan salurannya (communications tools dan channels) yang sesuai dengan kelompok
sasaran (khalayak).
5. Jadwal dan momentum (seperti milestone) komunikasi kebijakan dan pembangunan.

Gambar 3.13 Kegiatan penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti di Kab.Kepulauan meranti

Sampai dengan saat ini Pemerintah kabupaten Kepulauan meranti belum ada kegiatan penyuluhan atau
sosialisai yang diikuti.

3.4.5 Peran Swasta


Minat dan dukungan dunia usaha untuk berinvestasi di sektor sanitasi masih rendah. Alasan yang umum
dikemukakan adalah pertimbangan ekonomis dan keuangan, peraturan dan perundangan yang belum mendukung
dan sebagainya. Berikut bentuk partisipasi dunia usaha dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten Kepulauan
meranti.

Tabel 3.20 Peran Swasta Dalam Penyediaan Layanan Pengelolaan Persampahan Di Kab.Kepulauan meranti

Tahun mulai Jenis kegiatan/


Nama Provider/Mitra
No operasi/ Kontribusi Terhadap Volume Potensi Kerjasama
Potensial
Berkontribusi Sanitasi

1.

2.

3.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI
Sumber: Pokja Sanitasi Kepulauan meranti 2015

Catatan: Saat ini belum ada kegiatan penyedia layanan pengelolaan persampahan dengan pihak swasta di
Kabupaten Kepulauan meranti.

3.4.6 Pendanaan dan Pembiayaan


Anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi Kabupaten Kepulauan meranti pada 5 tahun terakhir
mengalami peningkatan. Belanja modal sanitasi per penduduk di Kabupaten Kepulauan meranti mengalami
peningkatan yang signifikan mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

Berikut tabel ringkasan anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi sub sektor sampah Kabupaten
Kepulauan meranti:

Tabel 3.21 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Persampahan

Belanja (Rp) Rat


Pertumb
No Subsektor a-
uhan (%)
2011 2012 2013 2014 2015 rata

1 Air Limbah (1a+1b) 56,810 1,869,406 31.9 Fluktuatif

2 Sampah (2a+2b) 0,47 8%


4,591,744 5,401,407 7,763,571 8,269,412 8,927,830

Pendanaan Investasi
2.a 0,47 8%
persampahan 4,591,744 5,401,407 7,763,571 8,269,412 8,927,830

Pendanaan OM yang
2.b dialokasikan dalam
APBD

Perkiraan biaya OM
2.c berdasarkan
infrastruktur terbangun

3 Drainase (3a+3b) -13.9 -14%


19,092,643 10,030,954 13,871,453 8,346,467 7,812,030

Aspek Promosi
4
Higiene dan Sanitasi

Sumber : Pokja Sanitasi Kab.Kepulauan meranti 2014

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 3.22 Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Komponen Persampahan

Retribusi Sanitasi Tahun (Rp)


Pertumbuhan
No SKPD
(%)
2011 2012 2013 2014 2015

1 Retribusi Air Limbah - - - - - -

2 Retribusi Sampah - - - - - -

2.a Realisasi retribusi -

2.b Potensi retribusi - - - - - -

3 Retribusi Drainase - - - - - -

Sumber : Pokja Sanitasi Kab.Kepulauan meranti 2015 (data tak tersedia)

3.4.7 Permasalahan Mendesak


Permasalahan dan isu mendesak dalam pengelolaan sanitasi di Kabupaten Kepulauan Meranti
dituangkan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini :
Tabel 3.23 Permasalahan Mendesak

Permasalahan Mendesak

Aspek Teknis : Pengembangan sarana dan prasarana (user interface-pengolahan awal-pengangkutan-pengolahan akhir-
pembuangan akhir)
Sarana dan Prasarana Pengolahan sampah rumah tangga berdasar study EHRA
Tingkat layanan sampah yang dilayani pemerintah ( sampah yang terangkut) baru 2 %
Peraktek pemilahan sampah rumah tangga sebesar 1%
Hasil dari instrumen Profil
Tingkat pelayanan sampah oleh pemerintah baru 2% perkotaan dan 0% pedesaan ( sumber
pengolahan data/ instrumen Profil Sanitasi )
Pengumpulan Pengumpulan setempat langsung oleh dumtruk dan dibawa langsung ke TPA ( ada 2 unit Mobil
setempat truk )
Belum ada pembagian Zona sistem pengangkutan sampah
Belum ada kerja sama dengan swasta dalam pengngelolaan persampahan

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Penampungan Jumlah TPS yang ada masih belum mencukupi ( ada 0 unit TPS dan 2 unit kontainer
Sementara
Pengangkutan Masih kurangnya sarana pengangkutan sampah hanya ada 6 truk dan di gabung dengan
pengumpulan setempat
Pengolahan akhir Belum ada sistem pengolahan akhir terpusat
Tempat pemprosesan TPA sudah sanitary landfil dengan luas 6 Ha
akhir
Aspek Non Teknis : Pendanaan, kelembagaan, peraturan dan perundang-undangan peran serta masyarakat dan dunia
usaha/swasta, komunikasi
Peran serta masyarakat Rendahnya kesadaran masyarakat untuk untuk pengelolaan sampah
Aspek peraturan dan Peraturan daerahyang mengatur tentang pengelolaan persampahan skala kabupaten masih
perundangan dalam pembahasan
Aspek Pendanaan Rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah untuk sektor persampahan
Belum ada penggalian pendanaan dari sektor swasta
Sumber : Pokja Sanitasi Kab.Kepulauan meranti 2015

3.5 Pengelolaan Draenase Perkotaan


Genangan di suatu kawasan permukiman atau perkotaan masih banyak terjadi di berbagai kota di
Indonesia. Genangan tidak hanya dialami oleh kawasan perkotaan yang terletak di dataran rendah saja, bahkan
dialami kawasan yang terletak di dataran tinggi. Banjir atau genangan di suatu kawasan terjadi apabila sistem yang
berfungsi untuk menampung genangan itu tidak mampu menampung debit yang mengalir, hal ini akibat dari tiga
kemungkinan yang terjadi yaitu : kapasitas sistem yang menurun, debit aliran air yang meningkat, atau kombinasi
dari kedua-duanya. Pengertian sistem disini adalah sistem jaringan drainase di suatu kawasan. Sedangkan sistem
drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi
dan /atau membuang kelebihan air ( banjir ) dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan
secara optimal, jadi sistem drainase adalah rekayasa infrastruktur di suatu kawasan untuk menanggulangi adanya
genangan banjir ( Suripin, 2004 ).

Dalam hal sektor drainase, hingga saat ini Kabupaten Kepulawan Mereanti baru memiliki Masterplane
Skala Kota yaitu Masterplane Kota Selat Panjang sehingga masih banyak jaringan draenase belum yang belum
terintegrasi dengan baik.. Untuk jaringan drainase tersier/jaringan drainase permukiman saat ini belum
terinvetarisir. Keberadaan drainase permukiman yang terstruktur pada umumnya terdapat di permukiman yang
dibangun oleh pengembang serta di sepanjang jaringan jalan.

Meskipun demikian jaringan belum terintegrasi, pada beberapa kantong permukiman yang padat bahkan
kondisi drainase tidak memenuhi standar. Pada beberapa kasus, drainase ini kondisinya tidak terawat dan
mengalami

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

pendangkalan akibat timbunan sampah dan lumpur. Kondisi drainase yang ada mengakibatkan rentan terjadinya
bencana banjir di musim penghujan, terutama di daerah-daerah yang memiliki kontur lebih rendah dengan guna
lahan terbangun yang padat.

3.5.1 Kelembagaan
Undang undang dan peraturan yang mengatur tentang pengelolaan drainase antara lain :

A. Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2004.


Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, antara lain berisi
pengaturan wewenang dan tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Desa.

Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah:

1. menetapkan kebijakan nasional sumber daya air,


2. menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas
negara dan wilayah sungai strategis nasional;
3. menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas
negara dan wilayah sungai strategis nasional;
4. menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai
lintas negara dan wilayah sungai strategis nasional;
5. melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara
dan wilayah sungai strategis nasional;
6. mengatur, menetapkan, dan member izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan
sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara dan wilayah sungai strategis
nasional;
7. mengatur, menetapkan, dan memberi rekomendasi teknis atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan
pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah lintas provinsi dan cekungan air tanah lintas negara;
8. membentuk Dewan Sumber Daya Air Nasional, dewan sumber daya air wilayah sungai lintas provinsi, dan
dewan sumber daya air wilayah sungai strategis nasional;
9. memfasilitasi penyelesaian sengketa antarprovinsi dalam pengelolaan sumber daya air;
10. menetapkan norma, standar, kriteria, dan pedoman pengelolaan sumber daya air;
11. menjaga efektifitas, efesiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumberdaya air pada wilayah
sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara dan wilayah sungai strategis nasional; dan
12. memberikan bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Provinsi meliputi :

1. menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air di wilayahnya berdasarkan kebijakan nasional sumber
daya air dengan memperhatikan kepentingan provinsi sekitarnya;
2. menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota;
3. menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota dengan
memperhatikan kepentingan provinsi sekitarnya;
4. menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota;
5. melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota dengan
memperhatikan kepentingan provinsi sekitarnya;
6. mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan
sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota;
7. mengatur, menetapkan, dan memberi rekomendasi teknis atas penyediaan, pengambilan, peruntukan,
penggunaan dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah lintas kabupaten/kota;
8. membentuk dewan sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat provinsi dan/atau pada wilayah sungai
lintas kabupaten/kota;
9. memfasilitasi penyelesaian sengketa antarkabupaten/kota dalam pengelolaan sumber daya air;
10. membantu kabupaten/kota pada wilayahnya dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat atas air;
11. menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah
sungai lintas kabupaten/kota; dan
12. memberikan bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada pemerintah kabupaten/kota.

Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota meliputi:

1. menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air di wilayahnya berdasarkan kebijakan nasional sumber
daya air dan kebijakan pengelolaan sumber daya air provinsi dengan memperhatikan kepentingan
kabupaten/kota sekitarnya;
2. menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota;
3. menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota dengan
memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya;
4. menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota;
5. melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota dengan
memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya;
6. mengatur, menetapkan, dan memberi izin penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah
di wilayahnya serta sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota;

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

7. membentuk dewan sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat kabupaten/kota dan/atau pada wilayah
sungai dalam satu kabupaten/kota;
8. memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari atas air bagi masyarakat di wilayahnya; dan
9. menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah
sungai dalam satu kabupaten/kota.

B. Konsep Panduan Kelembagaan Pengelola bidang PLP di Kabupaten/Kota


Secara lebih khusus konsep panduan kelembagaan pengelola bidang PLP di kabupaten/ kota disajikan dalam
buku tersendiri.

Produk Pengaturan yang Sudah ada

· SK SNI 02-2453-2002, tentang Tata Cara Perencanaan Teknis Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan
Pekarangan
· SK SNI 02-2406-1991, tentang Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
· SK SNI 06-2459-2002, tentang Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan Struktur
Unit Layanan Drainase.
Instasi Pemerintah Kabupaten Kepulauan meranti yang menangani dan terkait dalam pengelolaan
drainase adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepulauan meranti.

Tugas dan Kewenangan Pemerintah Daerah.

Tugas dan kewenangan Dinas Pekerjaan Umum dalam hal ini adalah:

 Perencanaan Teknis pembangunan serta peningkatan layanan drainase lingkungan


 Meningkatkan cakupan pelayanan dan kualitas pengelolaan drainase lingkungan
 Supervisi
 Monitoring dan Evaluasi
Tugas dan kewenangan Dinas PU dalam hal ini adalah :

 Perencanaan Teknis pembangunan serta peningkatan layanan bidang drainase dan pengendalian
sumber daya air dan banjir.
 Penyediaan dan distribusi layanan drainase dan pengendalian banjir.
 Supervisi.
 Monev.
Tugas dan Kewenangan Pihak Swasta dan Masyarakat

 Berperan serta dalam pengelolaan dan pemeliharaan drainase lingkungan.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 3.24
Daftar pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan drainase perkotaan
PEMANGKU KEPENTINGAN

FUNGSI
Pemerintah
Swasta Masyarakat
Kabupaten

PERENCANAAN

 Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Bappeda/PU - -

 Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian Bappeda/PU - -


target
 Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka Bappeda/PU - -
pencapaian target
PENGADAAN SARANA

 Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan PU  

PENGELOLAAN

 Membersihkan saluran drainase lingkungan

 Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang rusak PU  

 Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran PU - -


drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN

 Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, PU - -


termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun
 Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem PU - -
drainase sekunder dan primer
 Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan PU - -
drainase lingkungan
 Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan PU - -

MONITORING DAN EVALUASI

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan PU - -


drainase lingkungan skala kab/kota

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

PEMANGKU KEPENTINGAN

FUNGSI
Pemerintah
Swasta Masyarakat
Kabupaten

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana PU - -


pengelolaan drainase lingkungan
 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase PU - -
lingkungan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan
fungsi drainase lingkungan
Sumber : Pokja Sanitasi Kab.Kepulauan meranti 2015

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 3.25 Daftar peraturan terkait drainase perkotaan Kabupaten Kepulauan meranti

Ketersediaan Pelaksanaan

Peraturan Keterangan
Ada Tidak Efektif Belum Efektif Tidak Efektif
(Sebutkan) Ada Dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksanakan

DRAINASE LINGKUNGAN

Target capaian pelayanan pengelolaan 


drainase lingkungan di Kabupaten
Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah 
Kabupaten dalam menyediakan
drainase lingkungan
Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah 
Kabupaten dalam memberdayakan
masyarakat dalam pengelolaan
drainase lingkungan
Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat 
dan atau pengembang untuk
menyediakan sarana drainase
lingkungan, dan menghubungkannya
dengan sistem drainase sekunder
Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat 
untuk memelihara sarana drainase
lingkungan sebagai saluran pematusan
air hujan
Sumber : Pokja Sanitasi Kab.Kepulauan meranti 2015

3.5.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan


Drainase lingkungan permukiman di Kabupaten Kepulauan meranti secara umum belum terinventarisir
dengan baik. Pengelolaan drainase mikro saat ini cenderung masih bersifat parsial dan tidak terintegrasi. Sasaran
pelayanan sistem drainase Kabupaten Kepulauan meranti diarahkan pada :

1. Peningkatan sistem drainase dalam rangka mengurangi wilayah genangan.


2. Pengembangan jaringan drainase, sistem polder/kolam, penampung/retensi serta
sarana prasarana pendukung/pelengkapnya.
3. Menjaga dan meningkatkan fungsi prasarana dan sarana sistem drainase yang ada.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Gambar 3.14 Grafik persentasi rumah tangga yang mengalami banjir rutin

52.0 48.0

Ya
Tidak

Sebanyak 52% dari rumah yang pernah mengalami banjir, genangan banjir tersebut terjadi secara rutin.
Hal ini sebaiknya menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan masyarakat untuk dapat mengatasi kejadian banjir
terutam yang terjadi secara rutin. Sehigga kerugian akibat banjir, terutama dari segi kesehatan dapat dihindari.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Peta 3.4 Peta jaringan drainase dan wilayah genangan Kabupaten Kepulauan meranti

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 3.26 Luas Wilayah Genangan Kab. Kepulauan meranti

Nama Wilayah Genangan Infrastruktur

No Kecamatan/ Luas Ketinggian Lama Frekuensi Penyebab Jenis keterangan

Kelurahan (Ha) (M) (jam/hari) (kali/tahun)

1 Kec. Tebing tinggi barat - - - - -

2 Kec. Tebing tinggi - - - - -

3 Kec.Tebing tinggi timur - - - - -

4 Kec. Rangsang - - - - -

5 Kec. Rangsang pesisir - - - - -

6 Kec. Rangsang barat - - - - -

7 Kec. Merbau - - - - -

8 Kec. Pulau merbau - - - - -

9 Kec. Putri puyu - - - - -

Sumber : Pokja Sanitasi Kabupaten Kepulauan meranti 2015 ( data tidak tersedia)

Pada tabel luas wilayah genangan datanya belum ada tersedia oleh Kabupaten Kepulauan Meranti.

Tabel 3.27 Kondisi sarana dan prasarana Drainase yang ada di Kab.Kepulauan meranti

No Jenis Prasarana / Satuan Jumlah/ Kondisi Frekuensi Pemeliharaan

Sarana Kapasitas Berfungsi Tdk berfungsi (kali/tahun)

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)

1 Saluran Primer

S. Primer A m - - - -

S. Primer B m - - - -

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

2 Saluran Sekunder

m - - - -
Saluran Sekunder A1

m - - - -
Saluran Sekunder A2

m - - - -
Saluran Sekunder B1

3. Bangunan Pelengkap

unit - - - -
Rumah Pompa

unit - - - -
Pintu Air

Sumber : Pokja Sanitasi Kabupaten Kepulauan meranti 2015 ( data tidak tersedia)

Tabel kondisi sarana dan prasarana drainase belum ada di Kabupaten Kepulauan Meranti.

3.5.3 Peran Serta Masyarakat


Pada kondisi Eksisting, kondisi drainase lingkungan di tingkat kecamatan/ kelurahan belum terpetakan.
Informasi mengenai drainase lingkungan yang telah terpetakan saat ini baru mencakup jaringan drainase primer
dan sekuder dan itu hanya baru pada ibu Kota Kabupaten.

Tabel 3.28 Daftar Program/Kegiatan Drainase Perkotaan Berbasis Masyarakat

Jenis Prasarana / Satuan Jumlah/ Kondisi Frekuensi Pemeliharaan


No
Sarana Kapasitas Berfungsi Tdk berfungsi (kali/tahun)

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)

1 Saluran Primer

m - - - -
S. Primer A

m - - - -
S. Primer B

2 Saluran Sekunder

m - - - -
Saluran Sekunder A1

Saluran Sekunder A2 m - - - -

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

m - - - -
Saluran Sekunder B1

3. Bangunan Pelengkap

unit - - - -
Rumah Pompa

unit - - - -
Pintu Air

Sumber :Data Sekunder Pokja, wawancara dengan SKPD dan kunjungan lapangan (Data tak tersedia)

Data program kegiatan drainase perkotaan berbasis masyarakat belum ada..

Tabel 3.29 Pengelolaan Sarana Drainase Perkotaan oleh Masyarakat

Pengelolaan
No Jenis Sarana Lokasi Iuran Keterangan
Lembaga Kondisi

1 - - - - - -

2 - - - - - -

Sumber : Pokja Sanitasi Kabupaten Kepulauan meranti 2015 ( data tidak tersedia)

Pengolahan sarana drainase perkotaan oleh masyarakat belum ada.


3.5.4 Komunikasi dan Media
Peran media massa dalam pembangunan dan pengelolaan drainase umumnya bersifat temporal dan bila
ada kejadian luar biasa misalnya terjadinya genangan yang menimbulkan korban jiwa dan harta. Media massa
masih kurang melakukan advokasi dan sosialisasi akan pentingnya pembangunan drainase secara berkelanjutan
dengan melibatkan secara aktif semua pemangku kepentingan.
Kurangnya pemberitaan dalam pengelolaan drainase menyebabkan berkurangnya minat dan kemauan
masyarakat untuk terlibat secara aktif bersama sama pemerintah dalam menyelenggarakan drainase sesuai
dengan kebutuhan yang diisyaratkan dalam kebijakan dan regulasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.

Gambar 3.15 Kegiatan penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti di Kab.Kepulauan Meranti

Sampai saat ini belum ada kegiatan komunikasi terkait bidang drainase lingkungan di Kabupaten
Kepulauan meranti.
3.5.5 Peran Swasta
Ditinjau dari segi partisipasi dunia usaha, tingkat partisipasi dunia usaha dalam pengelolaan drainase
lingkungan di Kabupaten Kepulauan meranti tergolong rendah. Partisipasi dunia usaha dalam pengelolaan
drainase lingkungan yang telah teridentifikasi baru sebatas pada penyediaan drainase oleh pengembang

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

perumahan. Hingga saat ini, belum ada kerjasama dalam hal pengelolaan drainase lingkungan yang secara
khusus dilakukan oleh pemerintah daerah dengan dunia usaha. Padahal jika ditinjau dari segi potensi, saat ini
terdapat beberapa mitra potensial yag dapat diajak untuk bekerjasama dalam pengelolaan drainase permukiman di
Kabupaten Kepulauan meranti.

Tabel 3.30 Penyedia layanan pengelolaan drainase perkotaan yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti

No Nama Provider/Mitra Tahun mulai operasi/ Jenis kegiatan/ Volume Potensi Kerjasama
Potensial Berkontribusi Kontribusi
Terhadap
Sanitasi

1. - - - - -

2. - - - - -

3. - - - - -

Sumber : Pokja Sanitasi Kabupaten Kepulauan meranti 2015 ( data tidak tersedia)

Data penyediaan layanan pengelolaan drainase perkotaan belum ada di Kabupaten Kepulauan Meranti.

3.5.6 Pendanaan dan Pembiayaan


Tidak seperti pendanaan sanitasi di sektor air limbah domestik dan persampahan, dalam sektor draenase
lingkungan realisasi pendanaan cenderung meningkat. Berdasarkan sektor pendanaan sektor draenase lingkungan
di Kabupaten Kepulauan meranti sebagai berikut:

Tabel 3.31 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi per Komponen drainase Perkotaan

Belanja (Rp)
Pertumbu
No Subsektor Rata-rata
han (%)
2011 2012 2013 2014 2015

1 Drainase (3a+3b) - - - - - - -

Pendanaan Investasi
1.a - - - - - - -
Drainase

Pendanaan OM yang
1.b - - - - - - -
dialokasikan dalam APBD

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Perkiraan biaya OM
1.c berdasarkan infrastruktur - - - - - - -
terbangun

Sumber : Pokja Sanitasi Kab.Kepulauan meranti 2015

Pada tabel diatas belum ada realisali pendanaan sanitasi perkomponen drainase perkotaannya.

Tabel 3.32 Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase Perkotaan

Retribusi Sanitasi Tahun (Rp)


Pertumbuhan
No SKPD
(%)
2011 2012 2013 2014 2015

1 Retribusi Drainase 19,092,643 13.9


10,030,954 13,871,453 8,346,467 7,812,030

1.a Realisasi retribusi 19,092,643 13.9


10,030,954 13,871,453 8,346,467 7,812,030

1.b Potensi retribusi - - - - - -

Jumlah - - - - - -

Sumber : Pokja Sanitasi Kab.Kepulauan meranti 2015

3.5.7 Permasalahan Mendesak


Tabel 3.33 Permasalahan Mendesak
Permasalahan Mendesak
Teknis
Masterplane drainase baru 1 ( satu) kecamatan
User Interface Berdasarkan Data EHRA
Frekuansi genangan secara rutin sekitar 17 % genangan selama 1 -3 jam, 7,5 % air tergenang
selama kurang dari 1 jam, 26,4 % air tergenang lebih dari 1 hari.

Berdasarkan Analisi Intrumen Profil


Luas area pemukiman rewan genangan/banjir 35.344,9 (ha) atau 35 % dari luas area terbangun
Penampungan Gray water masih bercampur dengan saluran drainase
Penanganan drainase masih belum terpadu

Aspek Peraturan dan Belum adanya Perda tentang pengelolaan drainase skala kabupaten
perundangan Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Aspek Masyarakat Minimnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan drainase skala lingkungan dan kawasan
Aspek Pendanaan Kurangnya pendanaan bidang drainase

3.6 Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi


Pengelolaan bidang sanitasi dalam implementasi program dan kegiatan akan terkait dengan sektor atau
bidang lainnya, diantaranya adalah penyediaan air bersih, pengelolaan air limbah industri rumah tangga dan
pengelolaan limbah medis. Terintegrasinya sektor lain dalam pengelolaan sanitasi amat dibutuhkan demi
terselengaranya layanan kesanitasian secara terintegrasi. Belum adanya keberpihakan dan belum adanya isu
strategis pengelolaan sanitasi pada level Pemerintah Daerah yang terwujud dalam politik anggaran sehingga
program pengelolaan sanitasi belum menjadi arus utama pembangunan di Kabupaten Kepulauan meranti.
Banyak faktor utama dan penunjang yang menyebabkan kebijakan dalam pembangunan sanitasi menjadi
kurang terperhatikan pada level pengambil kebijakan, masyarakat dan dunia usaha. Melalui penyebarluasan
informasi dan pendampingan yang terus menerus kepada pemangku kepentingan pada semua level diharapkan
adanya peningkatan dan keberpihakan dalam pengelolaan sanitasi di Kabupaten Kepulauan meranti.

3.6.1 Pengelolaan Air Bersih


Sumber air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti untuk rumah tangga, industri, dan untuk kebutuhan
lain berasal dari PDAM, sumur gali dan sungai. Kualitas air yang ada cukup baik untuk dikonsumsi kecuali di
beberapa daerah tertentu airnya agak kecoklatan sehingga bila akan diminum perlu dilakukan penyaringan terlebih
dahulu. Fasilitas air bersih dari PDAM baru tersedia di kawasan perkotaan, sedangkan di daerah-daerah lain
menggunakan sumur gali dan bahkan dibeberapa daerah tertentu disamping menggunakan sumur gali juga
menggunakan air hujan untuk keperluan sehari-hari. Banyaknya pelanggan air minum yang dilayani oleh
perusahaan PDAM Kepulauan meranti sebanyak 207 pelanggan dengan banyaknya pemakaian air tercatat
1.996.546 m³. Sedangkan wilayah yang dilayani sampai dengan tahun 2007 sudah mencakup Kelurahan Selat
Panjang Kota, kelurahan Selat, Panjang Barat, kelurahan Selat Panjang Selatan dan kelurahan Selat Panjang
Timur, sedangkan desa – desa lainnya belum dilayani. Kecamatan dengan debit air terpasang 210 lt/dt dan debit
air terpakai sebesar 147.5 lt/dt. Berikut peta cakupan layanan air bersih.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Peta 3.5 Peta cakupan layanan air besih

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti III - 114


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat terutama untuk masak ataupun
minun. Akses terhadap air bersih di Kabupaten Kepulauan Meranti dapat terlihat dari hasil studi EHRA seperti
pada grafik di bawah ini.

Gambar 3.17. Grafik Sumber Air Minum dan Memasak

120.0 Lainnya

0.6 Air dari waduk/danau


100.0 0.7
6.1 3.5
16.0 Air dari sungai
80.0
46.0 Air hujan
60.0 80.4
87.7 Mata air tdk terlindungi
40.0 61.9
Mata air terlindungi
20.0 41.5 Air sumur gali tdk terlindungi
13.2
3.3 10.1 7.7 Air sumur gali terlindungi
0.0 5.7 3.6
Air sumur pompa tangan

Air kran umum -PDAM/PROYEK

Air isi ulang

Air botol kemasan

Sesuai dengan grafik 3.16 di atas terlihat bahwa air hujan merupakan sumber air yang paling banyak
digunakan masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk konsumsi
air minum 80,4% berasal dari air hujan. Penggunaan air hujan pada prinsipnya baik, namun di dalam air hujan
tidak terdapat kalsium yang dibutuhkan. Sehingga masyrakat perlu diinformasikan bahwa perlu adanya
tambahan konsumsi kalsium guna terpenuhinya kebutuhan tubuh.

Pada grafik di atas juga memperlihatkan bahwa masih adanya masyarakat yang menggunakan sumber
air yang tidak baik atau tercemar untuk kebutuhan makan dan minum, yaitu berasal dari air sumur gali yang tidak
terlindungi. Walaupun jumlah masyarakat yang menggunakan sumber air ini sedikit (13,2 %), namun perlu
menjadi perhatian serius. Hal ini dikarenakan konsumsi air yang tercemar dapat mengganggu kesehatan.

Tabel 3.34 Sistem Penyediaan Dan Pengelolaan Air Bersih Perpipaan Kab.Kepulauan meranti

No Uraian Satuan Sistem Perpipaan Keterangan

1 Pengelola PDAM
2 Tingkat Pelayanan 3,5%
3 Kapasitas Produksi 3,9 Lt/detik

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

4 Kapasitas Terpasang 1,7 Lt/detik


5 Jumlah Sambungan Rumah (Total) 357 Unit
6 Jumlah Kran Air Unit
7 Kehilangan Air (UFW) 61,7%
8 Retribusi/Tarif (rumah tangga) 3000 M3
9 Jumlah pelanggan per Kecamatan
Tebing Tinggi Barat -
Tebing Tinggi 709

Tebing tinggi timur -

Rangsang -

Rangsang pesisir -

Rangsang barat -

Merrnbau -

Pulau merbau -

Putri puyu -

Total Pelanggan

Sumber : PDAM kepulauan meranti 2014

3.6.2 Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga


Limbah industri rumah tangga ini mengandung zat yang berbahaya diantaranya asam anorganik dan
senyawa organik, zat-zat tersebut jika masuk ke perairan maka akan menimbulkan pencemaran yang dapat
membahayakan makluk hidup pengguna air dan makluk hidup lainnya termasuk juga manusia. Penanganan
limbah jenis ini bermacam - macam tergantung dengan jenis kegiatan dalam industri rumah tangga tersebut.
Pemerintah Kabupaten Kepulauan meranti tidak memiliki data industri rumah tangga yang menggunakan unit
pengolah limbah.

Tabel 3.35 Pengelolaan limbah industri rumah tangga Kabupaten Kepulauan Meranti

Jenis Industri Rumah Kapasitas


Lokasi Jumlah industri RT Jenis Pengolahan
Tangga (m3/hari)
- - - - -

- - - - -

Sumber : Pokja Sanitasi Kab.Kepulauan meranti 2015 (data tidak tersedia)

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

3.6.3 Pengelolaan Limbah Medis


Limbah medis merupakan hasil buangan dari aktivitas medis. Limbah medis harus segera diolah atau
ditempatkan terpisah berdasarkan klasifikasi limbah medis dalam wadah yang tertutup, tidak tercampur dengan
limbah non medis, serta pembatasan akses lokasi dan pemilihan tempat yang tepat.

Sumber limbah medis adalah sebagai berikut:

a. Unit pelayanan kesehatan dasar


b. Unit pelayanan kesehatan rujukan
c. Unit pelayanan kesehatan penunjang ( laboratorium)
d. Unit pelayanan non kesehatan ( farmasi )
Pengelolaan limbah medis di Kabupaten Kepulauan meranti direncanakan dilakukan di rumah sakit,
poliklinik, laboratorium medis, seluruh puskesmas dan puskesmas pembantu di seluruh Kecamatan. Pengolahan
limbahmedis dilakukan dengan sterilisasi terlebih dahulu kemudian dilakukan reduce, reuse, recycle dan
treatment.Limbah medis yang telah disterilisasi dan dipisah berdasarkan jenisnya dapat diangkut dengan truk
kontainer tertutup dan harus dibersihkan secara berkala. Proses sterilisasi juga dapat dilakukan melalui proses
pembakaran di incenerator. Proses pembakaran terkadang masih menghasilkan abu yang berbahaya sehingga
perlu pengelolaan lebih lanjut.

Tabel 3.36 Pengelolaan limbah medis di fasilitas-fasilitas kesehatan

Nama Fasilitas Kesehatan Lokasi Jenis Pengolahan Limbah Medis Kapasitas (m3/hari)

Sumber: Dinkes Kab.Kepulauan meranti 2015 (data tak tersedia)

Fasilitas pengelolaan limbah medis di fasilitas – fasilitas kesehatan di Kabupaten Kepulauan Meranti belum ada.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

BAB IV
PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI
SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait Sanitasi

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti sejak Tahun 2010 turut mendukung pencapaian Visi
Indonesia Sehat dengan mendorong promosi kesehatan yang sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI.
No. 1193/MENKES /SK/X/2004 yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010” yang terus digalakkan sampai
tahun ini dengan berpedoman kepada program promosi kesehatan di daerah yang ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Kesehatan RI. No. 1114/Menkes /SK/VIII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Daerah.

Promosi kesehatan di Kabupaten Kepulauan Meranti dilaksanakan sebagai upaya untuk mendorong
dan meningkatkan kemampuan masyarakat secara mandiri melalui mekanisme pembelajaran sesuai dengan
karakteristik masyarakat setempat guna menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatannya. Sehingga,
keluaran awal yang diharapkan berupa peningkatan secara nyata perilaku masyarakat dalam hidup bersih dan
sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam artian untuk menggerakkan dan memberdayakan
masyarakat untuk hidup sehat dengan pelibatan aktif dari semua stakeholder sehingga berkorelasi positif
terhadap pengembangan perilaku dan menciptakan lingkungan sehat dengan mengedepankan prinsip promotif
dan preventif.

Program promosi kesehatan juga di dukung dengan program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat
(SLBM) untuk mencapai visi peningkatan derajad kesehatan, produktivitas dan taraf hidup dengan menyediakan
MCK++ dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang aman bagi masyarakat. Tujuan SLBM adalah
meningkatkan jumlah warga miskin perdesaan dan pinggiran kota yang dapat mengakses fasilitas sanitasi yang
layak serta mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat, sebagai bagian dari usaha pencapaian target
MDGs di sektor sanitasi melalui upaya pengutamaan dan perluasan program berbasis masyarakat secara
nasional arah kebijakan ada dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP).

Program PHBS yang akan disampaikan sesuai Petunjuk Praktis Penyusunan Buku Putih Sanitasi
Kabupaten/Kota Dirjen Ciptakarya Kementerian PU Tahun 2012, meliputi 5 tatanan yaitu (a) Rumah Tangga, (b)
Sekolah, (c) Tempat Kerja, (d) Sarana Kesehatan dan (e) Tempat Tempat Umum (TTU) dan dilaksanakan untuk
menunjang Sanitasi Total menuju kondisi suatu komunitas (a) Tidak Buang air besar sembarangan, (b) mencuci
tangan pakai sabun, (c) mengelola air minum dan makanan yang aman, (d) mengelola sampah dengan benar,
(e) mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Pencapaian peningkatan PHBS di Kabupaten Kepulauan Meranti ditempuh melalui beberapa program
dan kegiatan, adapun gambaran program dan kegiatan yang dijalankan pada tahun 2015 dan Rencana Tahun
2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Rencana Program dan Kegiatan PHBS Terkait Sanitasi Tahun 2016

Rencana Program dan Kegiatan PHBS Terkait Sanitasi Tahun 2016

Sumber
Indikas SKPD
pendanaa
N Vo i biaya Penang Sumber
Nama progam/kegiatan Sat n/
o l (Rp x gung Dokumen
pembiaya
1000) jawab
an

1 (2) 3 4 5 6 7 8

Pengembangan Media Promosi dan Informasi Kab.Kep Dinas


1 Paket 1 73.700 APBD II
Sadar Hidup Sehat Meranti Kesehatan

Pembinaan Desa Berprilaku Hidup Bersih dan Kab.Kep Dinas


2 Paket 1 63.618 APBD II
Sehat (PHBS) Kategori Kecamatan Meranti Kesehatan

Kab.Kep Dinas
3 Pertemuan Revitalisasi Desa Siaga Paket 1 79.205 APBD II
Meranti Kesehatan

Sumber Dokumen: DPA SKPD Dinas Kesehatan

Tabel 4.2 Kegiatan PHBS terkait Sanitasi yang sedang berjalan

Program PHBS terkait Sanitasi yang sedang berjalan tahun 2015

Indikasi
Sumber Lokasi Pelaksana
No Nama progam/kegiatan Sat Vol biaya (Rp
dana Kegiatan Kegiatan
x 1000)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Sosialisasi program Indonesia Kab. Kep


1 Paket 1 121.983 APBD BAPPEDA
sejahtera, sehat dan pintar Meranti

Kab. Kep Dinas


2 Program upaya kesehatan masyarakat Paket 1 20.590.662 APBD
Meranti Kesehatan

Program promosi kesehatan dan Kab. Kep Dinas


3 316.093 APBD
pemberdayaan masyarakat Meranti Kesehatan

Program pengembangan lingkungan Kab. Kep Dinas


4 Paket 1 222.342 APBD
sehat Meranti Kesehatan

Kab. Kep
5 Program lingkungan sehat perumahan Paket 1 4.670.029 APBD Dinas PU
Meranti

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Program PHBS terkait Sanitasi yang sedang berjalan tahun 2015

Indikasi
Sumber Lokasi Pelaksana
No Nama progam/kegiatan Sat Vol biaya (Rp
dana Kegiatan Kegiatan
x 1000)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Pengembangan pendidikan lingkungan Kab. Kep


6 Paket 1 285.298 APBD BLH
hidup Meranti

Sumber Dokumen : PERBUB 2015 Kab. Kep Meranti

4.2 Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik

Berbagai isu dan permasalahan yang dihadapi Kabupaten Kepulauan Meranti dalam pengelolaan air
limbah domestik diantaranya adalah masih kurang meratanya kepemilkan jamban keluarga, sistem pembuangan
yang tidak terpadu baik sistem terpusat maupun setempat, kurangnya fasilitas IPLT, belum adanya mekanisme
legislasi daerah yang mengatur tentang sistem penyediaan air limbah, kurangnya sosialisasi dan pemberdayaan
masyarakat.

Isu dan permasalahan yang muncul didekati dengan program dan kegiatan untuk mengatasinya,
sehingga kebijakan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti jangka pendek, menengah, dan panjang harus
mengarah kepada perbaikan pengelolaan air limbah di daerah. Dari kebijakan ini akan dirumuskan dengan
program dan kegiatan sehingga menjadi suatu rumusan atau alat yang tepat dalam menyelesaikan atau
mengatasi masalah.

Program atau kegiatan awal yang diidentifikasi dari permasalah umum dapat diterapkan sesuai dengan
pendanaan yang ada. Program atau kegiatan pertama yang perlu dilakukan adalah membantu semua rumah
tangga di Kabupaten Kepulauan Merantiminimal harus memiliki atau terakses jamban yang memadai sebagai
tempat pembuangan tinja baik melalui fisik maupun non fisik seperti sosialisasi. Kemudian ada produk legislasi
sebagai bentuk pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang tepat dalam bentuk tata
perundang-undangan, sehingga dalam pengeloaan air limbah dapat maksimal dan berujung pada penyehatan
lingkungan. Program dan kegiatan selanjutnya adalah menerapkan sistem sanitasi yang tepat melalui sistem
setempat untuk perumahan dan kawasan permukiman berkepadatan sedang sampai rendah, adapaun sistem
terpusat untuk perumahan dan kawasan permukiman yang berkepadatan tinggi.

Program dan Kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kepulauan Merantidalam pelayanan
publik sub sektor air limbah, dapat dilihat pada bagian berikut:

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 4.3 Rencan Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2016

Rencan Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2016

Indikasi Sumber SKPD


Vo Sumber
No Nama progam/kegiatan Sat biaya (Rp x pendanaan/ Penanggu
l Dokumen
1000) pembiayaan ng jawab

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Infrastuktur Sanitasi (DAK) Paket 1 1,391,402 Dinas PU

Sumber Dokumen: SKPD Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Kab. Kep Meranti

Tabel 4.4 Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik yang Sedang Berjalan

Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik yang Sedang Berjalan tahun 2015

Indikasi
Sumber Lokasi Pelaksana
No Nama progam/kegiatan Sat Vol biaya (Rp
dana Kegiatan Kegiatan
x 1000)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

PEMBANGUNAN IPAL PASAR Kb. Kep


1 Paket 1 1.720.773 PU
MODERN Meranti

SOSIALISASI PENANGGULANGAN
Kb. Kep
2 PENCEMARAN LIMBAH INDUSTRI Paket 1 148.633 BLH
Meranti
KECIL ( NON LIMBAH B3 )

Sumber Dokumen : PERBUB 2015

4.3 Peningkatan Pengelolaan Persampahan

Adapun program dan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti dalam
pelayanan publik sub sektor persampahan pada tahun anggaran 2015 dan rencana Tahun 2016, adalah
sebagai berikut :

Tabel 4.5 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampaan taun 2016

Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampaan taun 2016

Indikasi Sumber SKPD


Sumber
No Nama progam/kegiatan Sat Vol biaya (Rp x pendanaan/ Penanggu
Dokumen
1000) pembiayaan ng jawab

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Penagihan Retribusi Paket 1 390,220,800


Dinas

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampaan taun 2016

Indikasi Sumber SKPD


Sumber
No Nama progam/kegiatan Sat Vol biaya (Rp x pendanaan/ Penanggu
Dokumen
1000) pembiayaan ng jawab

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Pasar

Pengelolaan, Penataan Tempat Dinas


2 Paket 1 106,854,000
Pembuangan Akhir Pasar

Sumber Dokumen: SKPD Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan

Tabel 4.6 Kegiatan Pengelolaan Persampahan yang sedang berjalan

Kegiatan Pengelolaan Persampahan yang sedang berjalan tahun 2015

Indikasi
Sumber Lokasi Pelaksana
No Nama progam/kegiatan Sat Vol biaya (Rp
dana Kegiatan Kegiatan
x 1000)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Program Pengembangan Kinerja


1 Pengelolaan Persampahan

Peningkatan operasi dan


pemeliharaan prasarana dan sarana
Kab. Kep
a. persampahan Paket 1 8.596.650 APBD Dinas Pasar
Meranti

Pengelolaan, penataan tempat


pembuangan akhir Kab. Kep
b. Paket 1 331.180 APBD Dinas Pasar
Meranti

Sumber Dokumen : SKPD Dinas Pasar 2015

4.4 Peningkatan Pengelolaan Drainase Perkotaan

Program dan Kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti dalam
pelayanan publik sub sektor drainase perkotaan belum ada untuk rencana programnya.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 4.7 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Perkotaan tahun 2016

Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Perkotaan tahun 2016

Indikasi Sumber SKPD


Sumber
No Nama progam/kegiatan Sat Vol biaya (Rp pendanaan/ Penanggu
Dokumen
x 1000) pembiayaan ng jawab

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Sumber Dokumen: Rencana Program Tidak Ada

Tabel 4.8 Kegiatan Pengelolaan Drainase yang sedang berjalan

Kegiatan Pengelolaan Drainase yang sedang berjalantahun 2015

Indikasi
Sumber Lokasi Pelaksana
No Nama progam/kegiatan Sat Vol biaya (Rp
dana Kegiatan Kegiatan
x 1000)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Program pembangunan saluran


1
drainase/Gorong-gorong

Pembangunan Drainase jalan


a. Paket 1 639.304 APBD Jl. mahmud PU
mahmud

Pembangunan Drainase olah raga, Desa


b. Paket 1 633.380 APBD PU
desa bantar bantar

- Pembangunan Drainase jln antara Desa


c. Paket 1 398.474 APBD PU
desa topang topang

- Pembangunan Drainase jln jln


d. Paket 1 538.995 APBD PU
babussalam babussalam

- Pembangunan Drainase jln sumber jln sumber


e. Paket 1 335.035 APBD PU
sari sari

f. - Pembangunan Drainase jln Dorak Paket 1 536.960 APBD Jln Dorak PU

- Pembangunan Drainase Kec Kec Tebing


g. Paket 1 1.220.960 APBD PU
Tebing tinggi tinggi

Kec.
- Pembangunan Drainase Kec.
h. Paket 1 233.800 APBD Rangsang PU
Rangsang barat
barat

- Pembangunan Drainase Kec. Kec.


i. Paket 1 248.000 APBD PU
Merbau Merbau

- normalisasi parit bandul desa Desa


j. Paket 1 306.380 APBD PU
Mekong Mekong

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Kegiatan Pengelolaan Drainase yang sedang berjalantahun 2015

Indikasi
Sumber Lokasi Pelaksana
No Nama progam/kegiatan Sat Vol biaya (Rp
dana Kegiatan Kegiatan
x 1000)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

- normalisasi galian alai mengkikip desa


k. Paket 1 619.530 APBD PU
desa kundur kundur

Kec Selat
l. - Pembangunan Drainase jln permai Paket 1 302.760 APBD panjang PU
timur

- Pembangunan Drainase jln


m. Paket 1 302.760 APBD jln perumbi PU
perumbi

- Pembangunan Drainase jln jln perumbi


n. Paket 1 261.360 APBD PU
perumbi kanan kanan

NORMALISASI DRAINASE
Kab. Kep
2 PRIMER DESA KUNDUR DAN Paket 1 1.720.773 APBD PU
Meranti
TANJUNG PERANAP

Sumber Dokumen : PERBUB 2015 kab. Kep Meranti

4.5 Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi

Komponen yang terkait dengan sanitasi di Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dilepaskan dari beberapa subsektor penanganan terkait dengan penyediaan sanitasi yang
layak atau penyehatan lingkungan, dalam sanitasi bukan hanya prasarana dasar perumahan dan kawasan
permukiman saja yang menjadi prioritas akan tetapi juga dilihat dari beberapa sisi yang lain. Ibarat mata uang,
sanitasi tidak hanya dilihat dari satu sisi saja, akan tetapi sisi yang lain dari sanitasi perlu untuk dilihat. Beberapa
komponen yang menjadi satu kesatuan dengan sanitasi adalah pengelolaan air bersih, pengelolaan air limbah
industri rumah tangga, pengelolaan limbah medis, pemberdayaan masyarakat, jender, dan kemiskinan, media
komunikasi dan informasi ditambah dengan komponen pendukung lainnya, perlu untuk dilihat daari sisi
program/kegiatan dan anggarannya. Adapun penjelasan dari masing-masing komponen akan diuraikan kedalam
tabel masing-masing sub sektor komponen terkait lainnya sebagai berikut.

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 4.9 Rencana Program dan kegiatan Tahun 2016

Rencana Program dan kegiatan Tahun 2016

Indikasi Sumber SKPD


Sumber
No Nama progam/kegiatan Sat Vol biaya (Rp pendanaan/ Penanggu
Dokumen
x 1000) pembiayaan ng jawab

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Optimalisasi UPTD SPAM Selat


1 7,747,490 PU
Panjang

Optimalisasi UPTD SPAM Tanjung


2 1,250,000 PU
Samak

3 DED SPAM Teluk Belitung 1,250,000 PU

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi


4 Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), 598,233 PU
Dana Pendamping APBN

5 Infrastuktur Air Minum (DAK) 1,384,887 PU

Sumber Dokumen: SKPD Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Kab. Kep Meranti

Tabel 4.10 Kegiatan yang sedang berjalan

Kegiatan terkait sanitasi yang Sedang Berjalan tahun 2015

Indikasi
Sumber Lokasi Pelaksana
No Nama progam/kegiatan Sat Vol biaya (Rp
dana Kegiatan Kegiatan
x 1000)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Penyediaan sarana air bersih dan


sanitasi dasar terutama bagi
masyarakat miskin (pendamping Kab. Kep
1 Paket 1 1.245.273 APBD PU
PAMSIMAS ) Meranti

APBD Kab. Kep


2 Infrastruktur sanitasi (DAK) Paket 1 1.221.248 PU
Meranti

Infrastruktur air minum Tanjung APBD Kab. Kep


3 Paket 1 2.203.508 PU
bakau (DAK) Meranti

Sumber Dokumen : PERBUB 2015 kab. Kep Meranti

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

BAB V
AREA BERISIKO SANITASI
Penentuan area berisiko berdasarkan tingkat resiko sanitasi dilakukan dengan menggunakan data
sekunder dan data primer berdasarkan hasil penilaian oleh SKPD dan hasil studi EHRA Tahun 2014. Penentuan
area berisiko berdasarkan data sekunder adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat risiko sebuah area
(kelurahan) berdasarkan data yang telah tersedia di SKPD meliputi: luas administrasi kelurahan, luas area
terbangun kelurahan, pertumbuhan penduduk, jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga, kepadatan penduduk,
klasifikasi perkotaan, jumlah penduduk miskin, data air limbah, data persampahan, dan data drainase.
Penentuan area berisiko berdasarkan Penilaian SKPD diberikan berdasarkan pengamatan, pengetahuan praktis
dan keahlian profesi yang dimiliki individu anggota pokja kota/ kabupaten. Adapun penentuan area berisiko
berdasarkan hasil studi EHRA adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat resiko berdasarkan: kondisi
sumber air; pencemaran karena air limbah domestik; pengelolaan persampahan di tingkat rumah tangga;
kondisi drainase; aspek perilaku (cuci tangan pakai sabun, higiene jamban, penangan air minum, buang air
besar sembarangan). Proses penentuan area berisiko dimulai dengan analisis data sekunder, diikuti dengan
penilaian SKPD dan analisis berdasarkan hasil studi EHRA. Penentuan area berisiko dilakukan bersama-sama
seluruh anggota Pokja berdasarkan hasil dari ketiga data tersebut.

Dari hasil penentuan area berisiko sanitasi air limbah domestik untuk Kabupaten Kepulauan Meranti
didapat sebanyak 48 Desa/ Kelurahan di Kabupaten Kepulauan Meranti berisiko sangat tinggi, 53
Desa/Kelurahan berisiko tinggi, 0 Desa/ Kelurahan berisiko sedang dan 0 Desa/ Kelurahan kurang berisiko. Hasil
penentuan area berisiko sanitasi persampahan untuk Kabupaten Kepulauan Meranti didapat sebanyak 101
Desa/ Kelurahan di Kabupaten Kepulauan Meranti berisiko sangat tinggi, 0 Desa / Kelurahan berisiko tinggi, 0
Desa /Kelurahan berisiko sedang dan 0 Kelurahan kurang berisiko. Hasil penentuan area berisiko sanitasi
drainase untuk Kabupaten Kepulauan Meranti didapat sebanyak 58 Desa/Kelurahan di Kabupaten Kepulauan
Meranti berisiko sangat tinggi, 37 Desa / Kelurahan berisiko tinggi, 0 Desa/Kelurahan berisiko sedang dan 0
Desa/Kelurahan kurang berisiko. Hasil Penentuan area berisiko berdasarkan tingkat/derajat risiko ini disajikan
dalam bentuk tabel dan peta seperti dibawah ini :

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Peta 5.1: Peta Area Berisiko Sanitasi Air Limbah Domestik

Sumber : Instrumen profil sanitasi

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Peta 5.2: Peta Area Berisiko Sanitasi Komponen Persampahan

Sumber : Instrumen profil sanitasi

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Peta 5.3: Peta Area Berisiko Sanitasi Komponen Drainase

Sumber : Instrumen profil sanitasi

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 5.1 Area Berisiko Sanitasi Air Limbah Domestik

Wilayah Prioritas
Area
No Kecamatan
Berisiko
Air Limbah

1 Risiko 4 Tebing Tinggi Barat Desa Mekong

Desa Batang Malas

Desa Tenan

Desa Kundur

Desa Maini Darul Amnan

Desa Tanjung Darul Takzim

Tebing Tinggi Desa Banglas

Kelurahan Selat Panjang Selatan

Tebing Tinggi Timur Sungai Kapau Baru

Sungai Tanjung Sari

Desa Sungai Tohor

Desa Lukun

Desa Sungai Tohor Barat

Rangsang Desa Tanjung Samak

Desa Repan

Desa Penyangun

Desa Gemala Sari

Desa Sungai Gayung Kiri

Desa Tanjung Medan

Desa Teluk Samak

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Wilayah Prioritas
Area
No Kecamatan
Berisiko
Air Limbah

Desa Tanjung Bakau

Desa Wono Sari

Desa Tebun

Desa Tanjung Gemuk

Rangsang Pesisir Desa Tanjung Kedabu

Desa Sendaur

Desa Kedabu Rapat

Desa Kayu Ara

Desa Telesung

Desa Sonde

Rangsang Barat Desa Bantar

Pulau Merbau Desa Teluk Ketapang

Desa Centai

Desa Baran Melintang

Desa Kuala Merbau

Desa Batang Meranti

Desa Pangkalan Balai

Desa Padang Kamal

Desa Ketapang Meranti

Putri Puyu Desa Mengkirau

Desa Mengkopot

Desa Tanjung Pisang

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Wilayah Prioritas
Area
No Kecamatan
Berisiko
Air Limbah

Desa Selat Akar

Desa kudap

Desa Dedap

Desa Mekar Delima

Desa Putri Puyu

Desa Tanjung Padang

2 Risiko 3 Tebing Tinggi Barat Desa Alai

Desa Insit

Desa Tanjung

Desa Tanjung Peranap

Desa Mantiasa

Desa Gogok Daru Salam

Desa Mengkikip

Desa Alai selatan

Tebing Tinggi Desa Sesap

Desa Banglas Barat

Kelurahan selat Panjang Timur

Kelurahan Selat Panjang Barat

Desa Alah Air

Desa Alah Air Timur

Kelurahan Selat Panjang Kota

Tebing Tinggi Timur Desa Teluk Buntal

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Wilayah Prioritas
Area
No Kecamatan
Berisiko
Air Limbah

Desa Tanjung Gadai

Desa Nipah Sendadu

Desa Sendanu Darul Ihsan

Desa Batin Suir

Rangsang Desa Topang

Desa Citra Damai

Desa Dwi Tunggal

Rangsang Pesisir Desa Beting

Desa Sokop

Desa Bungur

Desa Tenggayun Raya

Desa Tanah Merah

Rangsang Barat Desa Anak Selatan

Desa Segomeng

Desa Sialang Pasung

Desa Lemang

Desa Sungai Cina

Desa bina Maju

Desa Telaga baru

Desa bokor

Desa Melai

Desa Permai

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Wilayah Prioritas
Area
No Kecamatan
Berisiko
Air Limbah

Desa Mekar Baru

Merbau Desa Lukit

Desa Meranti Bunting

Desa Tanjung Kulim

Desa Palantai

Desa Mekar Sari

Kelurahan Teluk Belitung

Desa Bagan Melibur

Desa Mayang Sari

Desa Sungai Anak Kamal

Desa Sungai Tengah

Pulau Merbau Desa Semungut

Desa Tanjung Bunga

Desa Renak Pungun

Putri Puyu Desa Bandul

Tabel 5.2 Area Berisiko Sanitasi Persampahan

Wilayah Prioritas
Area
No Kecamatan
Berisiko
Persampahan

Risiko 3 Tebing Tinggi Barat Desa Alai

Desa Mekong

Desa Batang Malas

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Wilayah Prioritas
Area
No Kecamatan
Berisiko
Persampahan

Desa Tenan

Desa Kundur

Desa Insit

Desa Tanjung

Desa Tanjung Peranap

Desa Mantiasa

Desa Gogok Daru Salam

Desa Maini Darur Aman

Desa Tanjung Darul Takzim

Desa Mengkikip

Desa Alai Selatan

Tebing tinggi Desa Sesap

Desa Banglas Barat

Desa Banglas

Kelurahan Selat Panjang Timur

Resiko 4 Kelurahan Selat Panjang Selatan

Desa Alah air

Desa Alah Air Timur

Kelurahan Selat Panjang Barat

Reiko 4 Kelurahan Selat Panjang Kota

Tebing Tinggi Timur Desa Kepau Baru

Desa Teluk Buntal

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Wilayah Prioritas
Area
No Kecamatan
Berisiko
Persampahan

Desa Tanjung Gadai

Desa Tanjung Sari

Desa Nipah Sendadu

Desa Sungai Tohor

Desa Lukun

Desa Sungai Tohor Barat

Desa Sendanu Darul Ihsan

Desa Batin Suir

Rangsang Desa Repan

Desa Penyangun

Desa Gemala Sari

Desa sungai Gayung Kiri

Desa Tanjung Medan

Desa Teluk Samak

Desa Tanjung Samak

Desa Tanjung Bakau

Desa Topang

Desa Citra Damai

Desa Dwi Tunggal

Desa Wono sari

Desa Tebun

Desa Tanjung Gemuk

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Wilayah Prioritas
Area
No Kecamatan
Berisiko
Persampahan

Rangsang pesisir Desa Beting

Desa Sokop

Desa Bungur

Desa Tanjung Kedabyu

Desa Telesung

Desa Tenggayun Raya

Desa Sonde

Desa Kayu Ara

Desa Tanah Merah

Desa Kedabu Rapat

Desa Sendaur

Rangsang Barat Desa Bantar

Desa Anak selatan

Desa Segomeng

Desa Sialang pasung

Desa Lemang

Desa Sungai Cina

Desa Bina Maju

Desa Telaga Baru

Desa Bokor

Desa Melai

Desa permai

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Wilayah Prioritas
Area
No Kecamatan
Berisiko
Persampahan

Desa Mekar Baru

Merbau Desa Lukit

Desa Meranti Bunting

Desa Tanjung Kulim

Desa Pelantai

Desa Mekar Sari

Resiko 4 Kelurahan Teluk Belitung

Desa Bagan Melibur

Desa Mayang Sari

Desa sungai anak kamal

Desa Sungai tengah

Pulau Merbau Desa Teluk Ketapang

Desa Semukut

Desa Centai

Desa Tanjung Bunga

Desa Ranak Pungun

Desa Baran Melintang

Desa Kuala Merbau

Desa Batang Meranti

Desa Pangkalan Balai

Desa Padang Kamal

Desa Ketapang Meranti

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Wilayah Prioritas
Area
No Kecamatan
Berisiko
Persampahan

Putri Puyu Desa Mengkirau

Desa Mengkopot

Desa Tanjung pisang

Desa Selat Akar

Desa Bandul

Desa Kudap

Desa Dedap

Desa Mekar Delima

Desa Putri Puyu

Desa Tanjung Padang

Tabel 5.3 Area Berisiko Sanitasi Drainase

Wilayah Prioritas
Area
No Kecamatan
Berisiko
Drainase

1 Risiko 4 Tebing Tinggi Barat Desa Tenan

Desa Kundur

Desa Tanjung

Desa Tanjung Peranap

Desa Maini Darul Aman

Desa Tanjung Darul Takzim

Desa Mengkikip

Tebing Tinggi Desa Sesap

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Wilayah Prioritas
Area
No Kecamatan
Berisiko
Drainase

Desa Banglas Barat

Kelurahan Selat Panjang Selatan

Desa Banglas

Kelurahan Selat Panjang Kota

Tebing Tinggi Timur Desa Kapau Baru

Desa Teluk Buntal

Desa Tanjung Gadai

Desa Sungai Tohor Barat

Desa Sendanu Darul Ihsan

Desa Batin Suir

Rangsang Desa Repan

Desa Penyagun

Desa Gemala Sari

Desa Sungai Gayung Kiri

Desa Tanjung Medan

Desa Teluk Samak

Desa Tanjung Samak

Desa Topang

Desa Citra Damai

Desa Dwi Tunggal

Desa Tebun

Rangsang Pesisir Desa Beting

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Wilayah Prioritas
Area
No Kecamatan
Berisiko
Drainase

Desa Sokop

Desa Bungur

Desa Tanjung Kedabu

Desa Telesung

Desa Tenggayun Raya

Desa Kayu Ara

Desa Tanah Merah

Desa kedabu Rapat

Desa Sendaur

Rangsang Barat Desa Anak Setatah

Desa segomeng

Desa Sialang Pasung

Desa Lemang

Desa Sungai Cina

Desa Mina Maju

Desa Telaga baru

Desa Melalai

Merbau Desa Lukit

Desa Palantai

Desa Mekar Sari

Kelurahan Teluk Belitung

Desa Mayang Sari

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Wilayah Prioritas
Area
No Kecamatan
Berisiko
Drainase

Pulau Merbau Desa Teluk Ketapang

Desa Centai

Desa Tanjung Bunga

Desa Kuala Merbau

Desa Padang Kamal

2 Risiko 3 Tebing Tinggi Barat Desa Alai

Desa Mekong

Desa Batang Malas

Desa Insit

Desa Mantiasa

Desa Gogok Darul Salam

Desa Alai Selatan

Tebing Tinggi Kelurahan Selat Panjang Timur

Desa Alah Air

Desa Alah Air Timur

Kelurahan Selat Panjang Barat

Tebing Tinggi Timur Desa Nipah Sendanu

Rangsang Desa Tanjung Bakau

Desa Wonosari

Desa Tanjung gemuk

Rangsang Pesisir Desa Sonde

Rangsang Barat Desa Bokor

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Wilayah Prioritas
Area
No Kecamatan
Berisiko
Drainase

Desa Bantar

Desa Permai

Desa Mekar Baru

Merbau Desa Meranti Bunting

Desa Tanjung Kulim

Desa Bagan Melibur

Desa Sungai Anak Kamal

Desa Sungai Tengah

Pulau Merbau Desa Smukut

Desa Renak Pungun

Desa Baran Melintang

Desa Batang Meranti

Desa Pangkalan Balai

Desa Ketapang Meranti

Putri Puyu Desa Mengkirau

Desa Mengkopot

Desa Tanjung Pisang

Desa Selat Akar

Desa Bandul

Desa Kudap

Desa Tanjung Padang

Beresiko 1 Tebing Tinggi timur Desa Tanjung Sari

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti


BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Wilayah Prioritas
Area
No Kecamatan
Berisiko
Drainase

Desai Sungai Tohor

Lukun

Putri Puyu Desa Dedap

Desa Mekar Delima

Desa Putri Puyu

Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti

Anda mungkin juga menyukai