ii
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
KATA PENGANTAR
Penyelenggaraan pengelolaan lumpur tinja merupakan pelayanan publik dan salah satu prioritas
pencapaian target MDGs, yaitu meningkatkan akses pelayanan air limbah yang aman dan
berkelanjutan sehingga dicapai peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungan yang
lebih baik dan sehat. Sesuai dengan RPJMN 2019, dimana disebutkan bahwa akses sanitasi dasar
sebesar 100%, yang salah satunya adalah sektor air limbah. Hal ini berarti, pelayanan air limbah dapat
diakses oleh seluruh masyarakat.
Penyelenggaraan pengelolaan lumpur tinja perlu dilakukan secara pro aktif mengingat tingginya
potensi timbulan lumpur tinja yang seharusnya terolah, serta dampak negatif yang dapat
ditimbulkan bagi kesehatan masyarakat dan perekonomian. Untuk meningkatkan pengelolaan
lumpur tinja, dibutuhkan suatu pelayanan penyedotan sarana sanitasi sistem setempat yang bersifat
terjadwal, disamping berdasarkan pada permintaan konsumen.
Pedoman ini disusun untuk dipergunakan sebagai pegangan bagi para pemangku kepentingan
dalam menyelenggarakan pengelolaan lumpur tinja, khususnya pelayanan lumpur tinja secara
terjadwal. Melalui Pedoman ini akan terwujud kesamaan persepsi dalam penyelenggaraan
pengelolaan lumpur tinja secara komprehensif, terpadu dan berkelanjutan.
Kepada para pihak yang telah membantu penyusunan Pedoman ini kami ucapkan terima kasih.
Semoga sumbangsih yang telah diberikan bermanfaat bagi peningkatan kualitas lingkungan melalui
pembenahan di sektor air limbah.
Terima kasih.
Imam S. Ernawi
i
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
ii
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
iii
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
iv
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
DAFTAR ISI
v
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
vi
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
LAMPIRAN
vii
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
DAFTAR TABEL
viii
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Rantai Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) Setempat .................................... 1
Gambar 1.2. Sistematika Pelaksanaan Kegiatan Layanan Lumpur Tinja Terjadwal ................. 5
Gambar 1.3. Sistem Penyedotan dan Pengangkutan Lumpur Tinja di Area Pelayanan
Alternatif 1 .............................................................................................................. 6
Gambar 1.4. Sistem Penyedotan dan Pengangkutan Lumpur Tinja di Area Pelayanan
Alternatif 2 .............................................................................................................. 7
Gambar 1.5. Sistem Penyedotan dan Pengangkutan Lumpur Tinja di Area Pelayanan
Alternatif 3 .............................................................................................................. 8
Gambar 3.1. Skema Pembiayaan Operasional Pemeliharaan Pengelolaan Air
Limbah/ Lumpur Tinja ............................................................................................. 32
Gambar 3.2. Sistem Penyedotan dan Pengangkutan Lumpur Tinja ......................................... 38
Gambar 3.3. Alternatif Teknologi Pengolahan .......................................................................... 42
Gambar 3.4. Contoh Layout IPLT beserta sarana penunjang IPLT ............................. .............. 45
ix
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
DAFTAR LAMPIRAN
x
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu sistem pengelolaan air limbah adalah Sistem Setempat, yaitu sistem penanganan air
limbah domestik yang dilakukan secara individual dan atau komunal dengan fasilitas dan
pelayanan dari satu atau beberapa bangunan, yang pengolahannya diselesaikan secara
setempat atau di lokasi sumber.
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) Setempat merupakan salah satu rantai pengolahan yang
saling berhubungan, dimulai dari sarana setempat, penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja,
pengolahan lumpur tinja di IPLT, pemanfaatan kembali dan pembuangan, yang dapat
diilustrasikan pada gambar di bawah ini.
PEMANFAATAN
PEWADAHAN PENGUMPULAN PENGANGKUTAN PENGOLAHAN KEMBALI/
PEMBUANGAN
PENGELOLAAN
PENGELOLAAN LUMPUR
LUMPUR TINJA
TINJA
PEMANFAATAN
SARANA SISTEM PENYEDOTAN DAN PENGANGKUTAN IPLT KEMBALI/
PEMBUANGAN
1
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Dari sarana sistem setempat (tangki septik, cubluk, dll) akan dihasilkan lumpur yang yang
disebut dengan lumpur tinja (black water), yang memerlukan pengolahan lebih lanjut di IPLT.
Oleh karena itu, pengelolaan lumpur tinja merupakan salah satu bagian penting yang tidak
dapat terpisahkan dari pengelolaan air limbah.
Berdasarkan data dari World Bank dan Australia Aid yang dimuat dalam East Asia Pacific Region
Urban Sanitation Review Indonesia Country Study, pada September 2013, disebutkan bahwa
sistem pengelolaan air limbah setempat yang dipergunakan di Indonesia adalah tangki septik
yang tidak tersambung dengan sistem perpipaan air limbah sebesar 62%, dan sarana setempat
lainnya sebesar kurang dari 23% , merupakan sarana air limbah yang tidak aman bagi lingkungan.
Hal ini berkaitan dengan kualitas sistem setempat tersebut tidak kedap air, serta kurangnya
pemeliharaan.
Berdasarkan perhitungan jumlah penduduk dan akumulasi lumpur tinja yang dihasilkan setiap
orang per tahun, maka potensi timbulan lumpur tinja yang seharusnya terolah di Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) cukup tinggi. Namun pada kenyataannya, volume lumpur tinja
yang diolah di IPLT sangat minim, sehingga 90% dari IPLT yang dibangun mengalami idle
capacity yang cukup besar. Hal ini berkaitan dengan kualitas sarana sistem setempat yang
tidak memenuhi standar dan pelayanan penyedotan lumpur tinja yang masih berdasarkan
pada permintaan konsumen (on call based).
Penyedotan lumpur tinja seharusnya dilakukan secara reguler. Namun dengan kondisi saat ini
dimana umumnya kualitas sarana sistem setempat tidak memenuhi standar maka mekanisme
penyedotan secara terjadwal atau Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT) merupakan salah
satu upaya untuk mengoptimalkan pengolahan air limbah sistem setempat. Dengan
mekanisme ini maka rantai pengolahan sistem setempat akan berjalan dan secara siknifikan
akan berpengaruh pada penurunan idle capacity IPLT.
Sebagai upaya untuk menjadikan Sistem Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT) ini dapat
diimplemantasikan dengan mudah, terukur, menyeluruh dan berkesinambungan, maka
penanganan yang dilakukan harus meliputi aspek regulasi, manajemen dan kelembagaan,
teknis operasional, finansial dan peran badan usaha, serta dibutuhkannya mekanisme
pemantauan.
1.2. Maksud
Pedoman ini dimaksudkan menjadi acuan bagi Pemangku Kepentingan untuk
menyelenggarakan pengelolaan lumpur tinja secara terjadwal, yang meliputi kegiatan
persiapan, operasional, monitoring dan evaluasi.
1.3. Tujuan
Pedoman Pengelolaan Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT) ini bertujuan agar masyarakat
dan para pemangku kepentingan mengerti dan memahami aspek teknis dan non teknis dalam
2
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
1.4. Sasaran
Sasaran dari tersedianya Pedoman Pengelolaan Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT) ini
adalah para pemangku kepentingan di tingkat Pusat, Provinsi, Kota/Kabupaten dan pihak lain
yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam menyelenggarakan pengelolaan lumpur
tinja.
1.6. Definisi
Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT) adalah suatu mekanisme pelayanan penyedotan lumpur
tinja yang dilakukan secara periodik atau terjadwal yang diterapkan pada sistem pengelolaan air
limbah setempat dan komunal, yang kemudian diolah pada instalasi yang ditetapkan serta
terkait dengan metode pembayaran yang telah ditetapkan.
Pola penyelenggaraan Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT) dilaksanakan oleh Pemerintah
Daerah. Dalam pelaksanaannya, Pemerintah Daerah dapat bekerja sama dengan Badan Usaha.
Pemerintah Pusat berperan dalam mendukung keberhasilan penyelenggaraan LLTT melalui
pengaturan berupa penyediaan pedoman pelaksanaan dan pengaturan lainnya; pembinaan
berupa peningkatan kualitas sistem setempat, pendampingan pelaksanaan LLTT dan penguatan
kelembagaan IPLT; dan pengawasan pelaksanaan LLTT.
Kriteria Dasar merupakan indikator kesiapan suatu Kabupaten/Kota untuk pelaksanaan LLTT.
Kriteria Dasar tersebut meliputi :
a. Ketersediaan Regulasi dan Kebijakan
Ketersediaan regulasi dan kebijakan yang dimaksud adalah peraturan di tingkat pusat
maupun daerah yang mengatur pelaksanaan LLTT secara lengkap meliputi peraturan teknis
dan non-teknis.
3
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
4
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
TAHAP
MONEV
Um
alik p
nB Pe an B
pa kan rba ali
Um erbai ika k
n
P
TAHAP TAHAP
PERSIAPAN OPERASIONAL
5
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Pada pelaksanaan penyedotan lumpur tinja dan pengangkutannya menuju IPLT dibutuhkan sarana
kendaraan penyedot dan pengangkutan berupa truk tinja, motor tinja atau gerobak tinja yang
tergantung dengan kondisi daerah pelayanan. Sedangkan cara pengangkutannya dapat dibuang
langsung ke IPLT atau ditampung terlebih dahulu di Tempat Penampungan Lumpur Sementara
(TPLS) untuk selanjutnya dibuang ke IPLT.
Alternatif sistem penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja tersebut diilustrasikan pada gambar di
bawah ini.
Gambar 1.3. Sistem Penyedotan dan Pengangkutan Lumpur Tinja di Area Pelayanan Alternatif 1
6
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Gambar 1.4. Sistem Penyedotan dan Pengangkutan Lumpur Tinja di Area Pelayanan Alternatif 2
7
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Gambar 1.5. Sistem Penyedotan dan Pengangkutan Lumpur Tinja di Area Pelayanan Alternatif 3
8
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
BAB II
TAHAPAN PERSIAPAN
9
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
dan dampak pencemaran yang ditimbulkannya terhadap air tanah dan air permukaan,
khususnya di daerah perkotaan.
2) Menumbuhkan dan mendorong peran aktif pemerintah, badan usaha, dan masyarakat
dalam pengelolaan lumpur tinja.
3) Menyampaikan dan menjelaskan mengenai tahap kegiatan layanan lumpur tinja
terjadwal dan tidak terjadwal, sesuai dengan pedoman.
4) Melakukan pembelajaran diantara para peserta, melalui sharing pengalaman dari
Kabupaten/ Kota yang sudah melaksanakan LLTT.
5) Menjaring minat Pemerintah Kabupaten/Kota untuk menerapkan LLTT. Hal ini ditandai
dengan Surat Minat dari Pemerintah Kabupaten/Kota yang ditujukan ke Pemerintah
Pusat. Pemerintah Pusat akan mendampingi Pemerintah Kabupaten/Kota yang berminat
menerapkan LLTT.
6) Memberikan pemahaman kepada SKPD Kabupaten/Kota terkait untuk menyusun
Rencana Kegiatan Pengelolaan Lumpur Tinja, dan melakukan penilaian mandiri terhadap
kinerja pengelolaan lumpur tinja yang telah dilakukan.
7) Menyusun rencana tindak pengembangan LLTT.
10
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
11
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
12
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
13
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Apakah sudah ada Regulasi Air Limbah, khususnya yang mengatur tangki
1. 20
septik dan pengurasannya ?
Sudah lengkap, berupa Perda atau Perbup/Perwal. (Lengkap : mengatur
kewajiban mengolah limbah dari jamban/toilet di setiap rumah
tangga/non-rumah tangga, termasuk fasilitas umum/kawasan, tata cara
a pembuatan sarana pengolahan limbah, tata cara memelihara sarana 5
pengolahan limbah termasuk pengurasan secara terjadwal, ketentuan
tarif/ retribusi pengurasan SPAL Setempat dan pembuangan lumpur tinja
ke IPLT)
Sudah namun hanya mengatur retribusi saja, berupa Perda atau
b 3
Perbup/Perwal.
c Belum ada atau sedang dalam penyusunan (rancangan) 1
2. Bentuk Kelembagaan Pengelola IPLT 10
a Terpisah dari regulatornya (minimal UPT). 5
b Masih melekat pada tupoksi regulator (di bawah Dinas terkait) 3
c Belum diatur dalam tupoksi Dinas terkait. 1
Jumlah truk tinja yang dimiliki pengelola dan dalam kondisi operasional
3. 10
baik
a Lebih dari 1 (satu) unit 5
b 1 (satu) unit 3
c Belum punya, atau semua semua unit yang dimiliki rusak 1
Ketersediaan pendataan tentang sistem pengelolaan air limbah
4. 5
setempat
a Pendataan dilakukan di lebih dari 50% wilayah pelayanan 5
b Pendataan dilakukan di 50% atau kurang dari wilayah pelayanan 3
c Pendataan belum pernah dilakukan 1
5. Kondisi Bangunan dan operasional IPLT 15
a Bangunan Baik, beroperasi 5
b Bangunan rusak, beroperasi 3
c Bangunan baik atau rusak, tidak beroperasi 1
6. Keberadaan perusahaan layanan sedot swasta 10
a Lebih dari 2 (dua) perusahaan 5
b 1 - 2 perusahaan 3
c Tidak ada/ Tidak ada data 1
7. Alokasi biaya untuk operasional pemeliharaan truk tinja dan IPLT 10
a Lebih dari 0,03% dari total APBD 5
b 0,01% - 0,03% dari total APBD 3
14
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Prosentase 100%
Hasil penilaian mandiri oleh daerah ini selanjutnya akan diverifikasi oleh Satker PLP Provinsi
melalui observasi lapangan, dan dokumen fisik (berupa Surat Minat yang ditandatangani
oleh Bupati/Walikota, dokumen SSK/MPSS dan Perda/Perwal/ Perbup terkait pengelolaan air
limbah).
Pada tahap ini, Kabupaten/Kota yang siap melaksanakan LLTT dapat diidentifikasi melalui
data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.Penilaian mandiri ini menjadi dasar
15
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
16
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
No. Bab /
Judul Bab/ Sub Bab Penjelasan Referensi/ Sumber Data
Sub Bab
1 2 3 4
Bab I Pendahuluan Menjelaskan latar belakang, maksud Pedoman LLTT
dan tujuan kegiatan LLTT.
17
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
No. Bab /
Judul Bab/ Sub Bab Penjelasan Referensi/ Sumber Data
Sub Bab
1 2 3 4
Sub Bab Aspek Regulasi dan - Menjelaskan regulasi (Perda, - Perda, Perwal/Perbup,
3.2. Kebijakan Perwal/Perbup) yang mengatur Surat Edaran, SK, dan
pengelolaan air limbah, yang sudah lain-lain
dimiliki daerah. - SSK, MPSS
- Menjelaskan regulasi/kebijakan/ MoU - Masterplan atau
dengan layanan swasta (jika ada) dokumen
- Menjelaskan arah kebijakan daerah di perencanaan terkait
bidang air limbah, khususnya lainnya
pengelolaan lumpur tinja.
Sub Bab Aspek - Menjelaskan tupoksi pengelolaan air - Renstra instansi
3.3. Kelembagaan dan limbah di kabupaten/Kota yang pengelola
SDM bersangkutan, struktur organisasi - Perda Susunan
pengelola, jumlah dan kualifikasi Organisasi dan Tenaga
SDM, deskripsi tugas SDM, dengan Kerja (SOTK)
penekanan pada penanggung jawab - dll
untuk pengelolaan lumpur tinja
Sub Bab Aspek Teknis - Kondisi eksisting sarana - Log book pencatatan
3.4. sistem ,setempat (apakah sudah truk masuk ke IPLT
memenuhi standard atau belum) (truk dinas maupun
- Kondisi eksisting pelayanan air bersih swasta)
dan sanitasi - Observasi lapangan
- Menjelaskan kondisi IPLT yang ada : - BPS, SSK, MPSS
kapasitas desain, kapasitas terpakai, - Masterplan atau
sistem dan kondisi bangunan, dokumen
pemeliharaan yang dilakukan. perencanaan terkait
- Jumlah, kondisi, tahun pengadaan, lainnya
spek kendaraan penyedotan lumpur - SOP
tinja yang dimiliki, dan panjang slang.
- Kelengkapan sarana prasarana
penunjang : kantor, pos jaga,
laboratorium, sarana air bersih, listrik,
pompa, pagar, dan lain-lain.
- Ada/Tidak ada SOP.
- Dilaksanakan atau tidaknya SOP.
- Masyarakat yang masih BABS dan
rencana penanganannya.
- Sistem penanganan air limbah pada
kawasan kumuh perkotaan.
- Peta jalan pelayanan, periode ulang
penyedotan, pengangkutan,
pembiayaan, dan pemrosesan akhir
lumpur tinja.
18
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
No. Bab /
Judul Bab/ Sub Bab Penjelasan Referensi/ Sumber Data
Sub Bab
1 2 3 4
Sub Bab Aspek Keuangan - Menjelaskan dana operasional - Data dana dan
3.5. tahunan yang dialokasikan untuk kegiatan operasional
kegiatan di IPLT dan pengelolaan air dan pemeliharaan
limbah lainnya. sarana dan prasarana
- Menjelaskan Target PAD dan pengelolaan lumpur
pencapaiannya. tinja eksisting
- Metode pembayaran iuran dari - SSK, MPSS
warga. - Masterplan
Sub Bab Aspek Peran Serta - Menjelaskan ada/tidak layanan - Buku Putih Sanitasi
3.6. Swasta dan swasta dalam pengurasan tangki (BPS), SSK
Masyarakat septik, jumlah armada. - Masterplan
- Menjelaskan program peningkatan
peran serta masyarakat di
pengelolaan lumpur tinja
19
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
No. Bab /
Judul Bab/ Sub Bab Penjelasan Referensi/ Sumber Data
Sub Bab
1 2 3 4
layanan sistem panggilan (on call dengan 2019
basis) khususnya pada daerah yang
belum dilayani oleh LLTT
2.3.3.1. Kegiatan Sosialisasi dan Edukasi Pengelolaan Lumpur Tinja Di Tingkat Masayrakat
Kegiatan LLTT di Tingkat Masyarakat tidak bisa dipisahkan dari upaya pemerintah
untuk memberi pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya mengelola air
limbah termasuk lumpur tinja dan apa yang harus dilakukan masyarakat untuk
berperan serta dalam melestarikan lingkungannya. Salah satunya adalah berperan
serta dalam kegiatan sensus tangki septik, dan keikutsertaan dalam kegiatan LLTT.
Materi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi dan edukasi pengelolaan
lumpur tinja, minimal memuat :
1) Keterkaitan perilaku kebersihan masyarakat, masalah sanitasi dan dampaknya
terhadap kesehatan dan lingkungan.
2) Peraturan yang mengatur mengenai pengelolaan air limbah, khususnya di
kabupaten/kota yang bersangkutan.
3) Tangki septik yang sesuai dengan SNI.
4) Gambaran umum, maksud dan tujuan, serta peranan kegiatan LLTT dalam
pengelolaan air limbah.
20
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Untuk mendapatkan gambaran dari kondisi sarana SPAL setempat dan persepsi
masyarakat di suatu wilayah yang luas, maka dibutuhkan pemilihan sampel
dengan metode yang tepat untuk menggambarkan kondisi populasi seakurat
mungkin dengan biaya dan waktu yang efisien.
22
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
23
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
24
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Bagan alir kegiatan persiapan dapat dilihat pada tabel di halaman berikut.
25
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Pelatihan Penyelenggaraan
Fasilitator Pelatihan bagi
(subbab 2.1.6) Fasilitator
Sosialisasi/
Laporan
Diseminasi Bagi
Penyelenggaraan
Provinsi
Sosialisasi/ Diseminasi
(subbab 2.2.2)
Koordinasi dengan
Verifikasi
Pemerintah Provinsi
Kesiapan
mengenai kesiapan
Kab/Kota
kab/kota untuk
(subbab 2.2.3)
melaksanakan LLTT
Rekrutmen Fasilitator terkontrak
Fasilitator melalui Satker Provinsi
Pelatihan Penyelenggaraan
Fasilitator Pelatihan bagi
(Subbab 2.1.6) Fasilitator
Menyelenggarakan
Pelatihan
Laporan
Pendampingan
Penyelenggaraan
Kab/Kota yang akan
Pelatihan
melaksanakan LLTT
(subbab 2.1.6)
Instrumen monev
tahap persiapan terisi.
Semua dokumen
indikator (di atas)
tersedia.
Sosialisasi
Laporan
/Diseminasi
Penyelenggaraan
Bagi Kab/Kota
Sosialisasi/ desiminasi
(subbab 2.2.2)
Verifikasi Penilaian mandiri dari
Pemerintah Provinsi
26
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
BAB III
TAHAPAN OPERASIONAL
Pada tahap operasional, pemerintah pusat, provinsi dan daerah (Kab./Kota) memiliki peran seperti
pada Lampiran 3.
Pada tahap operasional dilakukan koordinasi antara Pemerintah Pusat dan PemerintahProvinsi
yang mengurusi bidang air limbah. Koordinasi dilakukan dalam rangka pengaturan, pembinaan
dan pengawasan kepada Pemerintah Provinsi.
Pada tahap operasional dilakukan koordinasi antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota. Koordinasi dilakukan dalam rangka pembinaan teknis kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota. Pelaksanaan kegiatan LLTT sepenuhnya dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota, didampingi oleh Fasilitator Kabupaten/Kota, yang secara berkala (setiap
bulan) melaporkan hasil kegiatan pendampingannya kepada Satker Provinsi dan Pemerintah
Provinsi, dalam mengimplementasikan LLTT di Kabupaten/Kota.
Di tingkat Provinsi, Pemerintah Provinsi dan Satker Provinsi yang didampingi oleh Tim
Fasilitator Provinsi, melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka
pembinaan dan pengawasan kegiatan LLTT di Kabupaten/Kota tersebut.
Fasilitator di tingkat Provinsi secara berkala (setiap bulan, triwulan, dan tahunan) juga
melaporkan hasil kegiatannya dalam melakukan pembinaan dan pendampingan bagi Fasilitator
Kabupaten/Kota kepada Satker Provinsi, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat. Laporan
kegiatan pendampingan ini menjadi bahan evaluasi di tingkat provinsi. Selanjutnya, Satker
Provinsi dan Fasilitator Provinsi berkoordinasi dengan Fasilitator Kabupaten/Kota untuk
mengatasi permasalahan yang ada, dan merumuskan rencana tindak lanjut. Ketentuan
pelaporan ini pada Lampiran 13.
Output :
- Teridentifikasinya permasalahan, baik yang bersifat spesifik maupun yang umum terjadi,
untuk kemudian dicari solusinya.
27
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Outcome :
- Pemahaman implementasi kegiatan LLTT bagi setiap pelaksana di lapangan (baik
Pemkab/Pemkot, maupun fasilitator) meningkat, sejalan dengan proses yang sedang
dilakukan.
- Terjadi pembelajaran lintas Kabupaten/Kota dalam Provinsi yang sama.
Lembaga pengelola Lumpur Tinja di tingkat Kabupaten/Kota dapat dibentuk dengan dengan
beberapa alternatif, yaitu : 1) Lembaga Pengelola Lumpur Tinja sebagai Perangkat Daerah, 2)
Lembaga Pengelola Lumpur Tinja Sebagai PPK-BLUD dan 3) Lembaga Pengelola Lumpur Tinja
Sebagai BUMD. BUMD sebagaimana dimaksud dibentuk sebagai Perusahaan Daerah yang
sebagian besar sahamnya dari penyertaan modal Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
BLUD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas.
28
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Penerapan PPK-BLUD pada SKPD atau Unit Kerja, harus memenuhi persyaratan substantif,
teknis, dan administratif.
· Persyaratan teknis
Persyaratan teknis, terpenuhi apabila:
a. Kinerja pelayanan di bidang tugas dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan
pencapaiannya melalui BLUD atas rekomendasi Sekretaris Daerah untuk SKPD atau
Kepala SKPD untuk Unit Kerja;
b. Kinerja keuangan SKPD atau Unit Kerja yang sehat.
Kriteria kinerja keuangan yang sehat, ditunjukkan oleh tingkat kemampuan pendapatan
dari layanan yang cenderung meningkat dan efisien dalam membiayai pengeluaran.
· Persyaratan administratif
Persyaratan administratif terpenuhi apabila SKPD atau Unit Kerja membuat dan
menyampaikan dokumen yang meliputi:
a. Surat pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan,
dan manfaat bagi masyarakat;
b. Pola tata kelola;
c. Rencana strategis bisnis;
d. Standar pelayanan minimal;
e. Laporan keuangan pokok atau prognosa/proyeksi laporan keuangan; dan
f. Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen.
29
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
b. Dasar pendirian Lembaga Pengelola Lumpur Tinja dalam bentuk BUMD adalah untuk :
- Melaksanakan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan
daerah;
- Pemupukan dana bagi pembiayaan pembangunan daerah;
- Mendorong peran Badan Usaha dalam pengelolaan lumpur tinja;
- Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam pengelolaan lumpur tinja, dan
- Sebagai perintis kegiatan dan usaha pelayanan publik yang kurang diminati swasta.
c. Pembentukan BUMD ditetapkan dengan Peraturan Daerah dan berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.
d. Pemerintah daerah dapat melakukan penyertaan modal kepada BUMD. Penyertaan
modal ditetapkan dengan Peraturan Daerah dan dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
30
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
31
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Pada diagram di atas menunjukkan bahwa jika operator masih melakukan pelayanan publik
semata dan kegiatannya merupakan pelaksanaan urusan wajib pemerintahan, maka bentuk
kelembagaan berupa UPTD/UPTB yang pembiayaan operasional sepenuhnya bersumber dari
APBD. Bilamana UPTD/UPTB telah memiliki spesifikasi di bidang pelayanan umum dan
memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat maka bentuk kelembagaan dapat berupa UPTD/UPTB PPK-BLUD yang
pembiayaan operasional dapat bersumber dari APBD dan investasi Badan Usaha. Pilihan
lainnya operator LLTT dapat berupa BUMD yang pembiayaan operasionalnya tidak
tergantung APBD. Pada BUMD, subsidi APBD dapat diberikan dalam bentuk penyertaan
modal yang ditetapkan dengan Perda Kabupaten/Kota. (PP No. 1/2008 tentang Investasi
Pemerintah, dan Permedagri No. 52/2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Pemerintah
Daerah).
32
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
33
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Selain itu pendanaan LLTT dapat dilakukan melalui penyertaan modal Pemerintah pusat
dan Daerah, yaitu melelaui pengalihan kepemilikan barang milik Negara/daerah yang
semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan, menjadi kekayaan yang dipisahkan
untuk diperhitungkan sebagai modal/saham Negaraatau daerah pada BUMN, BUMD atau
badan hukum lainnya yang dimiliki oleh Negara (Pasal 1, ayat 21. PP no. 27 Tahun 2014).
Penjelasan tentang pemanfaatan barang milik Negara/daerah dan penyertaan modal
pemerintah pusat/daerah, pada Lampiran 5.
34
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
35
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Bentuk lembaga pengelola LLTT, struktur organisasi pengelola dan sumber daya manusia
yang dibutuhkan dalam kegiatan LLTT akan dijelaskan lebih rinci dalam lampiran 7.
36
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
a. Melayani penyedotan tangki septik menggunakan armada dan tenaga operator dari
Badan Usaha, yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan permintaan layanan
terjadwal maupun tidak terjadwal (on call based) sesuai dengan kesepakatan dengan
pemerintah daerah.
b. Membuang lumpur tinja ke IPLT yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
- Untuk itu, dibutuhkan Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah Kabupaten/Kota (dalam
hal ini instansi pengelola) dengan Badan Usaha tersebut. Perjanjian Kerjasma tersebut
sekurang – kurangnya mengatur tentang :
a. Dasar hukum diadakannya kerja sama
b. Identitas pihak-pihak yang terkait dalam Nota Kesepakatan
c. Maksud dan tujuan kerjasama
d. Ruang lingkup kerjasama
e. Hak dan kewajiban para pihak
f. Jangka waktu kesepakatan kerja sama
g. Lokasi pelayanan
h. Ketentuan lokasi pelayanan yang dilakukan oleh pihak Badan Usaha dan besaran tarif
yang dikenakan
i. Ketentuan tentang tarif
j. Mekanisme keterlibatan Badan Usaha dalam menerima permintaan penyedotan
lumpur tinja dan memberikan pelayanannya kepada masyarakat
k. Mekanisme pembayaran jasa pelayanan kepada pihak Badan Usaha
l. Mekanisme pembayaran penyedotan lumpur tinja dari Badan Usaha ke Pengelola
Lumpur Tinja
m. Ketentuan pembuangan lumpur tinja dari truk Badan Usaha ke IPLT
n. Ketentuan sanksi
o. Force majeur
p. Ketentuan tentang berakhirnya perjanjian
37
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Sistem penyedotan berhubungan dengan jenis sarana prasarana untuk mengeluarkan lumpur
tinja dari tangki septik, yang alternatifnya adalah menggunakan truk, motor atau gerobak tinja
yang masing-masing memiliki kapasitas tertentu.
Sistem pengangkutan berhubungan dengan sarana prasarana yang mengangkut lumpur tinja
yang telah disedot tersebut, menuju ke instalasi pengolahan lumpur tinja.
Beberapa faktor di atas harus dikaji oleh pengelola, untuk menentukan sistem penyedotan
dan pembuangan lumpur tinja yang paling sesuai dengan kondisi area pelayanan, dan
kemampuan pendanaannya.
Beberapa alternatif sistem penyedotan dan pembuangan lumpur tinja adalah sebagai berikut.
TRUK TINJA
KAPASITAS 2 – 6 M3
TRUK TINJA
KAPASITAS < 2 M3
TANGKI SEPTIK/
TANGKI SEPTIK
KOMUNAL/ SARANA PENGANGKUT
MOBIL TINJA
IPAL KOMUNAL TPLS PERMANEN (TRUK TINJA IPLT
KAPASITAS 1 M3
KAPASITAS > 6 M3)
MOTOR TINJA
TPLS MOBILE
KAPASITAS 0,5 M3
GEROBAK TINJA
KAPASITAS 0,2 M3
38
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
39
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Untuk mengetahui jumlah truk tinja yang harus disediakan dalam pengelolaan lumpur tinja,
harus disesuaikan dengan kapasitas lumpur tinja yang diolah di IPLT.
Kebutuhan jumlah unit armada pengangkutan dapat dihitung berdasarkan
· Jumlah rumah/tangki septik yang dilayani
40
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
41
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
42
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Keterangan : diambil dari Rapermen Air Limbah (Buku 4 : Perencanaan IPLT), 2014 & Buku Referensi Sistem dan Teknologi Sanitasi, 2010.
43
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
44
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Pengaturan letak IPLT beserta komponen penunjang IPLT dapat dilihat pada gambar 3.5.
45
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
46
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
2) Persiapan Harian
- Menerima tugas harian
- Memeriksa kondisi truk dan peralatan: oli mesin, tekanan ban, pompa, selang,
cek fitting dan sebagainya.
- Memeriksa perlengkapan keselamatan kerja (sarung tangan, boots, helm proyek,
dan masker).
- Memeriksa perlengkapan kerja: sekop, garu, sapu, obeng, perlengkapan
mencuci tangan, buku log, kwitansi penerimaan, pena, surat perintah kerja
penyedotan dan peta.
- Menetapkan rute harian, memilih rute dengan pertimbangan : kondisi lalu lintas,
rute tersingkat, rute menuju IPLT.
47
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Lumpur padat
48
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
- Melakukan pencatatan data pelanggan, kondisi tangki septik dan jumlah lumpur
yang disedot pada Kartu Pelanggan.
6) Memberikan bukti kegiatan penyedotan yaitu tanda tangan surat perintah kerja dan
penempelan sticker.
9) Pelanggan yang telah disedot tangki septiknya akan dilayani kembali pada 2 (dua)
atau 3 (tiga) tahun berikutnya..
Tipikal model penyedotan lumpur tinja di beberapa jenis area pelayanan dapat dilihat
pada gambar 1.3 sampai dengan gambar 1.5.
49
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
· Dalam hal pembongkaran tangki septik untuk mendapatkan akses pengurasan maka
kegiatan tersebut di luar tugas/tanggungjawab petugas pengurasan tangki septik,
termasuk penutupan kembali lubang penyedotan.
· Prosedur administrasi dan operasional layanan pengurasan tidak terjadwal harus
mengikuti SOP seperti layanan lumpur tinja terjadwal.
· Prosedur layanan tidak terjadwal dapat dilihat pada lampiran 5.
50
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Bagan alir kegiatan tahap operasional dapat dilihat pada halaman berikut.
51
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Indikator
TAHAP
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN
Pelatihan
Manajemen Pelatihan
Pengelolaan Operasional LLTT Laporan Penyelenggaraan
Lumpur Bagi Provinsi dan Pelatihan
Bagi Provinsi dan Kab/Kota
Tingkat Pusat
Kab/Kota
Laporan Penyelenggaraan
Workshop
Instrumen Monev.
Pelatihan
Manajemen Pelatihan
Tingkat Provinsi
Kehadiran di workshop
Instrumen Monev.
Notulen.
52
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
Kegiatan Monev pada dasarnya untuk menetapkan apa yang akan dilaksanakan, kemudian
mengevaluasi pelaksanaannya untuk mendapatkan langkah-langkah perbaikan atau
penyempurnaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan/capaian yang diperoleh suatu kegiatan,
sehingga tujuan yang diharapkan bisa tercapai.
Monev diperlukan sebagai instrumen untuk pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan
pengelolaan lumpur tinja agar tetap berjalan dan dapat mencapai target sasaran sesuai dengan
yang telah direncanakan, sekaligus untuk membuat serta meningkatkan kualitas perencanaan
dan pelaksanaan pengelolaan lumpur tinja pada tahun mendatang dan dibutuhkan sebagai
bahan untuk penentuan keputusan mengenai keberlanjutan, modifikasi/penyempurnaan atau
perbaikan manajemen maupun pelaksanaan pengelolaan lumpur tinjadan harus terkait dengan
perencanaan anggaran baik operasional dan pemeliharaan,pengembangan serta investasi
pengelolaan lumpur tinja serta mencakup perbaikan pelayanan secara terjadwal maupun tidak
terjadwal.
Monitoring dan evaluasi ini dilakukan pada setiap tahapan kegiatan sejak tahap persiapan
hingga tahap operasional.
53
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Monitoring evaluasi di tingkat Pusat diselenggarakan oleh Diretorat Jenderal Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Direktorat Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman. Monev dilaksanakan pada tahap persiapan dan
operasional dengan menggunakan kuesioner yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Aspek-aspek yang di Monev, meliputi :
1) Regulasi
2) Materi Sosialisasi
3) Kehadiran Pemangku kepentingan
4) Respon peserta sosialisasi
5) Fasilitator
6) Permasalahan di lapangan dan di setiap tahapan
7) Manajemen penyelenggaraan sosialisasi dan workshop
8) Permasalahan pada setiap tahapan (persiapan dan operasional) dalam pelaksanaan
kegiatan LLTT.
Hasil dari kegiatan monitoring evaluasi di tingkat Pusat berupa rekomendasi alternatif
pemecahan masalah, dan tindak lanjut.
Hasil dari kegiatan monitoring evaluasi di tingkat Provinsi berupa rekomendasi alternatif
pemecahan masalah, dan tindak lanjut dari semua aspek yang di Monev.
54
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
a. Tim Monev terdiri atas Unsur Pemerintah Daerah yang memiliki kewenangan
penyelenggaraan bidang pengelolaan lumpur tinja, pekerjaan umum, bidang lingkungan
hidup, pakar dan dari unsur masyarakat dan badan usaha/Swasta.
b. Susunan organisasi Tim Monev terdiri atas: Ketua, Sekretaris dan Anggota. Ketua organisasi
Tim Monev adalah Kepala Dinas/Badan yang memiliki kewenangan penyelenggaraan bidang
pengelolaan lumpur tinja di Kabupaten/Kota.
c. Keanggotaan Tim Monev ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas/Badan yang memiliki
kewenangan penyelenggaraan bidang pengelolaan lumpur tinja di Kabupaten/Kota.
d. Tim Monev memiliki tugas memonitoring dan mengevaluasi program dan kinerja pelayanan
pengelolaan lumpur tinja, kesesuaian tarif retribusi, peran Badan Usaha dan Masyarakat dan
menemukan solusi untuk setiap permasalahan serta merumuska rencana tindak lanjut.
Monev dilaksanakan pada tahap persiapan dan operasional dengan menggunakan kuesioner
yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Aspek-aspek yang di Monev pada tahap persiapan, meliputi :
9) Penilaian mandiri tehadap kinerja pelayanan pengelolaan lumpur tinja
10) Regulasi dan kebijakan berkaitan dengan pengelolaan air limbah/lumpur tinja
11) Penyusunan dokumen Rencana Pengelolaan Lumpur Tinja di Kabupaten/Kota
12) Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan edukasi di tingkat masyarakat
13) Respon masyarakat terhadap kegiatan LLTT
55
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
Workshop Evaluasi
Pelaksanaan LLTT
Provinsi
Tingkat Pusat
Monev Tahap Operasional
LLTT Provinsi
Workshop Evaluasi
Pelaksanaan LLTT
Tingkat Provinsi Kab./Kota
Monev Tahap Operasional
LLTT Kab/Kota
Untuk melaksanakan monev, maka disusun kuesioner yang harus diisi oleh pelaksana program
kegiatan di Tingkat Pusat.
56
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
57
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
58
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
59
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
60
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
61
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
8 Apakah sudah ada peran serta masyarakat dalam pengelolaan air limbah,
khususnya lumpur tinja ?
Jika ada, sebutkan kegiatan peran serta tersebut.
..............
10 Apakah sensus tangki septik dilaksanakan sesuai jadwal dan lokasi yang
telah direncanakan ?
Kendala :
.....
12 Apakah kuantitas dan kualitas armada pengangkutan lumpur tinja
memenuhi kebutuhan kegiatan LLTT maupun kegiatan Layanan tidak
62
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
terjadwal ?
Jika Tidak, bagaimana untuk memenuhi kebutuhan tersebut ? .....
........................................................................................
63
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
...................................
64
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
BAB V
PENUTUP
Pedoman Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT), merupakan acuan dasar bagi penyelenggaraan
pengelolaan lumpur tinja. Pedoman ini menyampaikan beberapa tahapan penyelenggaraan
pengelolaan lumpur tinja yang seluruhnya masih bersifat umum, sehingga dalam pelaksanaannya
memerlukan penjabaran lebih lanjut agar lebih mudah diimplementasikan oleh pihak yang
berkepentingan.
Di tingkat daerah Pedoman ini memerlukan penyesuaian sesuai dengan karakteristik, kondisi serta
permasalahan dari masing-masing daerah yang bersangkutan.
Pedoman ini merupakan langkah untuk memotivasi pelaku sanitasi dalam mengembangkan lebih
lanjut penyelenggaraan pengelolaan lumpur tinja secara terpadu dan berkelanjutan.
Penyelenggaraan pengelolaan lumpur tinja dengan tepat sangat mendukung dalam pencapaian
lingkungan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
65
PEDOMAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
REFERENSI
Departemen PU. 2000. SNI 19-6410-2000 tentang Tata Cara Penimbunan Tanah Bidang Resapan pada
Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga
Departemen PU. 2002. SNI 03-2398–2002 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Perencanaan Tangki Septik
dengan Sistem Resapan
Departemen PU. 1998. Tata Cara Pengoperasian IPLT Sistem Kolam, CT/AL/Op-TC/003/98
Departemen PU. 1998. Tata Cara Pembuatan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), CT/AL-D/Re-
TC/005/98
Robbins, David M. December 2007. Septage Management Guide for Local Managements
USAID. Juli 2007. Septage Management in Philipine, Current Practices and Lessons Learned
WSP. April 2014. The Missing Link in Sanitation Service Delivery, A Review of Fecal Sludge Management
in 12 Cities
World Bank & AusAID. September 2013. East Asia Pacific Region Urban Sanitation Review Indonesia
Country Study
66