Anda di halaman 1dari 12
‘STUDI PENGOLAHAN AIR LIMBAH LABORATORIUM SECARA TERPADL (KOAGULASI, FILTRASI, ADSORPSI DAN PERTUKARAN ION) DENGAN SISTEM BATCH (STUDY ON INTEGRATED LABORATORY WASTE WATER TREATMENT (COAGULATION, FILTRATION, ADSORPTION AND ION EXCHANGE) WITH BATCH SYSTEM) Raimon Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang Abstrak Air limbah laboratorium dikategorikan limbah bahan berbahaya dan beracun (B,). Telah dilakukan penelitian pengolahan air limbah laboratorium bersumber dari pengujian COD dengan menerapkan metode koagula’ .dsorpsi dan pertukaran ion secara terpadu dengan sistem batch. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis dan konsentrasi zat koagulan, persentase penurunan polutan dan waktu kontak yang optimum pada proses adsorpsi. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium dalam volume 1 Liter air limbah. Parameter uji yang diamati adalah: zat padat terlarut (TDS), logam besi (Fe), Mangan (Mn), Kromium (Cr), Amoniak (NH,-N) dan derajat keasaman (pH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa zat koagulan yang terbaik adalah alum sulfat (AL,(SO, ),) dengan konsentrasi sekitar 1 g/L. dan waktu optimum 2,5 —5 menit. Hasil pengujian terhadap air imbah laboratorium yang telah diolah secara terpadu dengan sistem batch mampu menurunkan zat padat terlarut (TDS) 78,61% - 91,23%, logam Fe 97,61% - 99,99%, logam Mn 45,53% - 99,88%, logam Cr 92,54% - 99,98% dan amoniak 22,54% - 91 82%. Derajat keasaman air imbah laboratorium setelah proses diperoleh nilai sekitar 8,93. Kata Kunci: Limbah 8, Koagulasi,fitrasi, adsorpsi dan pertukaran ion Abstract Laboratory waste water is categorized as a toxic and hazardous waste. Research on laboratory waste water treatment which is resulted from COD analysis by applying coagulation, filtration, adsorption and ion exchange in one step integrated method has been done, in a laboratory scale of 1 Liter volume of laboratory waste water. The Purpose of this research is to get the optimum condition of treatment by variation the kind and concentration of coagulant, and the contact time in the adsorption process. Percentage decrease of pollutant has been observed through the measurement of some parameters such as: Total Dissolved Solid (TDS); heavy metals such as Iron (Fe), Manganese (Mn), and Chromium (Cr), ammoniac and acidity (pH). The result ofthis research that the best coagulant was 1 g/L Alum sulphate (AL,(SO,),) and contact time was 2,5-5 minute. The result of analysis integrated laboratory waste water had been treated with batch system able to reduced total dissolved solution (TDS) 78,61% - 91,23%, heavy metals Fe 97,61% - 99,99%, Mn 45,53% = 99,88%, Cr 92,54% - 99,98% and ammoniac 22,54% - 91,82%. Acidity (pH) of final laboratory waste water was 8,93. Keywords : Toxic and hazardous waste, coagulation, filtration, adsorption and ion exchange Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 38 Tahun 2010 153 PENDAHULUAN Laboratorium merupakan tempat dimana dilakukan_kegiatan_pengujian untuk memperoleh data hasil uji yang akurat dan valid. Data yang diperoleh dari hasil Pengujian di laboratotium baik pengujian secara_kualitatif maupun kuantitatif merupakan data yang dapat ditelusuri, selanjutnya dapat juga digunakan sebagai proses hukum. Berbagai kegiatan dapat dilakukan dilaboratrorium, mulai dari Persiapan contoh untuk pengujian sampai dengan kegiatan pengujian. Beberapa pengujian yang umum dilakukan di laboratorium antara lain pengujian fisika, kimia dan mikrobiologi. Alur kegiatan Pengujian di laboratorium dimulai_ dari persiapan contoh sampai dengan pelaksanaan pengujian, yang mana membutuhkan bahan-bahan kimia utama dan pendukung. Jenis bahan kimia yang umum digunakan antara lain bahan kimia bersifat asam, basa, organik dan anorganik. Jenis asam-asam kuat, seperti ‘Asam Klorida (HCI), Asam Nitrat (HNO,), ‘Asam Sulfat (H,SO,) serta asam lemah seperti Asam Phospat (H.PO,), Asam Karboksilat (HCOOH) dan sebagainya. Jenis basa-basa kuat yang umum digunakan seperti Natrium Hidroksida (NaOH), Kalium Hidroksida (KOH) dan sebagainya. Kelompok bahan kimia anorganik yaitu berbagai jenis garam, seperti Natrium Klorida (NaCl), Magnesium Klorida (MgCI,), Kalium Klorida (KaCl), Merkuri Klorida (HgCl.), Merkuri Sulfat (HgSO,), Kalium Bikromat (K,Cr,0,), Ferro Ammonium Sulfat Fe(NH.SO,), dan berbagai jenis garam lainnya. Bahan kimia organik yang sering digunakan seperti jenis Alkohol, Aldehid, Aseton, senyawa Amina, Amida dan sebagainya. Jenis bahan kimia pendukung yang digunakan seperti deterjen sebagai bahan pembersih (cleaner material). Bahan kimia yang digunakan di laboratorium, baik bahan kimia utama maupun pendukung pada umumnya dibuang, sehingga menghasilkan limbah, yang dikenal dengan limbah laboratorium. Karakteristik air limbah laboratorium termasuk limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B,) 134 (Anonim, 1999 dan 2001). Unsur-unsur yang berbahaya yang terdapat dalam air limbah laboratorium adalah unsur logan berat, seperti Besi (Fe), Mangan (Mn), khrom (Cr) dan Merkuri (Hg). Selain itu juga _mengandung zat padat terlarut, Amoniak (NH,-N) dan kandungan Nitrit (NO,;N) cukup tinggi. Kondisi atau pH air limbah laboratorium sangat asam Berbagai unsur yang disebut diatas dikhawatirkan mencemari badan air bila dibuang langsung tanpa melalui suatu proses pengolahan yang efektif. Berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 18 Tahun 1999, bahwa unsur yang disebut diatas merupakan senyawa tergolong bahan berbahaya dan beracun. Dengan demikian perlu dilakukan pengolahan air limbah laboratorium agar tidak mencemarilingkungan sekitamnya. Penanganan dan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun sangat perlu diperhatikan, mengingat bahaya yang akan ditimbulkan, Pengertian limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumiahnya baik secara langsung maupun tak langsung dapat_mencemari dan atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain (Anonim, 1999). Pengolahan limbah B, merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengubah Karakteristik dan komposisi limbah B, untuk menghilangkan dan atau mengurangi sifat bahaya dan atau sifat racun. Banyak teknologi yang dapat diterapkan untuk melakukan pengolahan limbah B3, antara lain: proses koagulasi- flokulasi, filtrasi, adsorpsi dan pertukaran ion dan membran sel (Critenden, 2005). Koagulasi_merupakan proses pengolahan limbah dengan penambahan dan pencampuran suatu koagulan, destabilisasi dari zat-zat koloid padat yang tersuspensi, serta agregasi awal dari partikel terdestabilisasi. Koagulan yang umum digunakan adalah garam aluminium antara lain: Poly Aluminium Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 38 Tahun 2010 Chlorida (PAC), garam besi dan termasuk polimer anorganik dengan berat molekul besar. Flokulasi pada dasarnya pengendapan koloid akibat pembentukkan agregat yang lebih lambat dibandingkan dengan koagulasi (Faisal M, 1993 dan Siregar Sakti, 2005). Proses koagulasi diawaliterjadinya pembentukan inti endapan dengan proses pengadukan cepat (60-100 rpm). Variasi pH yang tepat untuk masing-masing jenis koagulan yaitu pH 6-8 untuk Alum. oH 8-10 untuk Fero sulfat, pH 5-9 untu’ sri sulfat dan pH 6-9 untuk PAC. Sete 1h proses koagulasi dilanjutkan ke proses flokulasi Proses fiokulasi adalah penggabungan int-inti endapan menjadi molekul yang lebih besar yang disebut flok — (ffok). Flokulasi dapat terbentuk dengan baik apabila dilakukan dengan pengadukan lambat (40-50 rpm). Flok yang terbentuk selanjutnya harus dipisahkan dari cairan dengan cara diendapkan atau diapungkan. Bila flok dipisahkan dengan cara pengendapan dapat digunakan Klarifier, sedangkan bila diapungkan dengan memberikan gelembung udara, selanjutnya flok diambil dengan menggunakan skimmer (Fardiaz Srikandi, 1992 dan Met Calf, 1991). Filtrasi_ merupakan proses pemisahan padatan-cairan dimana cairan akan melewati media berpori, sedangkan padatan akan tertahan. Filtrasi dalam pengolahan air limbah (wastewater treatment) digunakan untuk menyaring bahan-bahan kimia pengotor yang berukuran lebih besar. Filtrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe media yang digunakan sebagai berikut: (1) single medium fiter, tipe ini memiliki satu media, biasanya berupa pasir atau batubara antrasit, (2) Dual medium filter, tipe ini memilki dua tipe media biasanya berupa pasir dan batubara antrasit, (3) multimedia filter, tipe ini memilki tiga tipe, pasir, batubara antrasit dan grave (Ginting Perdana, 1992). Adsorpsi_ berhubungan dengan kemampuan zat penyerap (adsorbent) untuk menyerap substansi tertentu dari suatu larutan. Karbon aktif merupakan adsorben yang umum digunakan pada pengolahan air, juga pengolahan air limbah (Aysegul Pala, 2003). Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 38 Tahun 2010 Pertukaran ion (jon exchange) merupakan suatu proses dimana ion-ion yang terserap pada suatu. permukaan media filter ditukar dengan ion-ion lain yang berada dalam media air. Proses ini dimungkinkan melalui suatu fenomena tarik menarik antara permukaan media bermuatan dengan molekul yang bersifat polar (Kaul SN, 2004 dan Wentz, C.A, 1995). Air limbah laboratorioum, umumnya berasal dari buangan sisa pengujian dan pencucian. Sisa pengujian yang ikut terbuang bersama dengan air limbah lainnya, merupakan bahan-bahan kimia yang terpakai dalam pengujian. Bahan- bahan kimia yang digunakan terakumulasi di dalam wadah pembuangan atau kolam pembuangan. Berdasarkan permasalahan diatas, maka perlu diupayakan suatu rancangan penelitian untuk dapat mereduksi tingkat bahaya air limbah laboratorium. Salah satu teknologi yang diaplikasikan dalam penelitian ini, yaity upaya mengolah air limbah laboratorium dengan proses koagulasi filtrasi, adsorpsi dan pertukaran ion secara terpadu dengan sistem batch. Sistem batch yang dimaksud adalah penelitian skala laboratorium dengan volume air limbah laboratorium sekitar 1 Liter yang diinteraksikan dengan zat koagulan dan adsorban dalam reaktor skala kecil Permasalahan dalam penelitian ini difokuskan pada air limbah laboratorium khususnya air limbah pengujian Chemical ‘Oxygen Demand (COD). ‘Sisa pengujian COD dikumpulkan pada wadah tertentu. Jenis polutan yang diamati adalah Zat padat terlarut, Derajat keasaman (pH), senyawa golongan logam, seperti besi (Fe), Mangan (Mn) dan Krom total (Cr-T). Juga diamati kandungan unsur Nitrogen dalam bentuk senyawa Amoniak (NH,-N). Lingkup kegiatan penelitian adalah melakukan kegiatan penelitian skala laboratorium dengan volume sekitar 1 Liter. Variabel_ yang ditetapkan yaitu mengaplikasikan jenis zat koagulan alum sulfat (Tawas) dan Poli Aluminium Chlorida (PAC). Selain variasi konsentrasi zat yang digunakan juga variasi waktu kontak dalam proses adsorpsi. 155 METODE PENELITIAN A.Bahan Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu: bahan-bahan untuk kegiatan pengujian dan penelitian. Bahan-bahan untuk pengujian terdiri dari bahan kimia yang berkualifikasi proanalysis (p.a) seperti bahan kimia bersifat asam antara lain : Asam Sulfat (H,SO,), Asam Nitrat (HNO,) dan Asam Khlorida (HCI). Bahan kimia bersifat basa seperti Natrium Hidroksida (NaOH), bahan kimia kelompok garam seperti Kalium bikromat (K,Cr,O,), Mangan Sulfat (MnSO,), Nessler, Brucinsulfat, Alum sulfat (Al,(SO,),) dan ferosulfat (FeSO,). Bahan kimia standar yang digunakan, antara lain : logam Besi (Fe) 1000 mg/L, logam Krom (Cr) 1000 mg/L. dan logam Mangan (Mn) 1000 mg/L. Bahan-bahan yang digunakan untuk kegiatan penelitian terdiri dari air limbah laboratorium yang bersumber dari pengujian COD, Alum Sulfat (Al,(SO,),) atau Tawas, Poli Aluminium Chlorida (PAC), Zeolit, karbon Aktif dan Resin. B.Peralatan Peralatan yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini terdiri dari dua bagaian, yaitu : jenis kegiatan utama dalam penelitian dan peal. Peralatan yang digunakan_ untuk pengujian terdiri dari peralatan utama dan penunjang. Peralatan utama merupakan alat-alat laboratorium yang digunakan sebagai alat pengujian, seperti ‘Spektrofotometer Serapan Atom seri AA- 6200, Spektrofotometer UV-VIS_ model 1201, Timbangan analitis dengan ketelitian 0,0001 mg, magnetik stirer yang dilengkapi dengan skala percepatan dan peralatan gelas lainnya seperti gelas erlenmeyer volume 1-2 Liter, gelas ukur dan sebagainya. Peralatan penunjang yang digunakan yaitu peralatan yang umum dipakai dilaboratorium, C.Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan laboratorium Pencemaran dengan 156 variabel konsentrasi_koagulan yang digunakan adalah: 0 g/L (sebagai kontrol), OS gIL, 1 g/l, 2g/L, 4 gil, 10 glL dan 20 g/l dan waktu kontak (2,5, 5, 10 dan 20 menit) dengan zat penyerap Pengambilan contoh untuk diuji kualitas air limbah laboratorium dilakukan dengan tiga tahap. Tahap pertama air limbah laboratorium sebelum proses (imbah awal). Tahap kedua air limbah laboratorium dalam proses dan tahap ketiga air limbah setelah diproses (limbah akhir). Pengkodean yang digunakan sebagai berikut: kode So yaitu air limbah laboratorium sebelum diolah, kode Sf yaitu air limbah setelah proses flokulasi, kode Sz yaitu air limbah setelah melalui proses penyerapan zéolit, kode Sk yaitu air limbah setelah proses karbon aktif, kode Sr merupakan air limbah laboratorium setelah proses resin, disebut juga airlimbah akhir Metode uji yang digunakan dalam kegiatan pengujian kualitas air limbah menggunakan metode Standar Nasional Indonesia (SNI) bidang lingkungan kualitas air dan air limbah. Parameter uji yang dipantau ada dua kategori yaitu parameter ujifisika, yaitu zat padat terlarut dan parameter uji kimia pH, Besi (Fe), Mangan (Mn), Krom Total (Cr-T) dan amoniak (NH,-N). Masing-masing metode uji yang digunakan sebagai berikut : (Anonim, 1995) - Pengujian Zat padat terlarut menggunakan metode potensiometrik dengan menggunakan alat TDS meter, mengacu pada SNI.06- 6989,27-2004. - Pengujian Besi (Fe) menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom Nyala, mengacu pada SNI.06- 6989.4-2004. - Pengujian Mangan (Mn) menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom Nyala, mengacu pada SNI.06-6989.5- 2004 - Pengujian Krom total. (Cr-T) menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom Nyala, mengacu pada SNI.06- 6989.17-2004. Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 38 Tahun 2010 - Pengujian kadar amoniak menggunakan metode Nessler- Spektrofotometri, mengacu pada SNI.06-2478-1991 - Pengukuran pH air limbah dilakukan dengan menggunakan pH meter sistem digital, mengacu pada SNI.06- 6989.11-2004. * Data yang diperoleh dari laboratorium Uji dituangkan dalam bentuk tabel dan grafik. Pengolahan data selanjutnya menggunakan perhitungar afisiensi penurunan polutan yaitu membandingkan hasil uji sebelum dan sesudah diolah dalam hal ini disebut Persentase penyisihan Polutan dalam satuan unit %. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian awal terhadap air limbah laboratrorium yang bersumber dari Pengujian COD, diperoleh parameter uji yang bermasalah seperti zat padat terlarut (TDS), logam-logam berat Fe, Mn dan Cr serta unsur nitrogen yang diukur adalah sebagai senyawa amoniak (NH,-N) Derajat keasaman air limbah laboratorium, setelah diukur dengan alat pH meter, diperoleh kondisi air limbah laboratorium sangat asam dengan nilai pH 2. Efektivitas zat koagulan alum sulfat dan PAC terhadap polutan zat padat terlarut, logam Fe, Mn dan Cr serta senyawa amoniak yang terdapat dalam air limbah laboratorium yang merupakan_hasil penelitian skala laboratorium dengan sistem batch dapat dilihat sebagai berikut. A. Efi ‘fitas Alum sulfat dan PAC tert. Jap penurunan polutan zat padat terlarut, logam berat dan Amoniak 1. Reduksi Zat Padat Terlarut Pengaruh penggunaan zat alum sulfat dan PAC terhadap polutan zat padat terlarut dapat dilihat pada gambar 1. Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 38 Tahun 2010 2 10 a.m B34 ge 20 % doemazdacun elf Gambar. 1. Efektivitas alum sulfat dan PAC terhadap penurunan polutan zat padat terlarut air limbah laboratorium Penurunan zat padat terlarut air limbah laboratorium dengan menggunakan zat koagulan alum sulfat rata-rata diatas 60%. Penurunan zat padat terlarut yang optimal terdapat pada penggunaan alum sulfat dengan konsentrasi 1 g/L. Penurunan pada kondisi ini cukup tajam, sehingga persentase penurunan mendekati 78,61% . Hal ini menunjukkan bahwa proses koagulasi flokulasi berlangsung dengan baik, sehingga interaksi antara polutan zat padat terlarut dengan koagulan yang terbentuk dalam air limbah laboratorium berlangsung baik Penggunaan alum sulfat diatas 1 g/L, efektivitas alum sulfat mengalami sedikit penurunan. Pada Gambar 1 terlihat persentase penurunan zat padat terlarut mengalami sedikit penurunan, sehingga persentase yang terendah sebesar 62,13% dengan konsentrasi alum sulfal 20 g/L. Hal ini disebabkan karena penggunaan alum sulfat semaki meningkat dapat menyebabkan perubahan kondisi media air limbah laboratorim. Peningkatan penggunaan alum sulfat dapat meningkatkan kondisi asam media air limbah laboratorium sehinga menyebabkan pembentukan fioknya kurang sempurna. Pembentukan flok yang baik dengan zat koagulan alum sulfat terdapat pada kondisi pH 6-7 (Sugiarto, 1997) Penggunaan PAC pada proses penurunan zat padat terlarut air limbah laboratorium berkisar diatas 20% sampai sekitar 60%. Penurunan zat padat terlarut yang optimal terdapat pada penggunaan 157 PAC dengan konsentrasi 4 g/L, persentase penurunan sebesar 60,46%. Penggunaan PAC setelah kondisi optimum, terjadi persentase penurunan zat padat terlarut. Pada Gambar 1 dapat dilihat persentase yang terendah terdapat pada konsentrasi PAC 20 g/l. dengan efektivitas penurunan zat padat terlarut sebesar 47,39%. Efektivitas penurunan zat padat terlarut dengan menggunakan PAC lebih rendah bila dibandingkan dengan penggunan alum sulfat. Perbedaan ini dapat disebabkan karena perbedaan komposisi zat koagulan yang digunakan, sehingga efektifitas zat koagulan yang digunakan juga berbeda (Wentz, 1995). 2.Reduksi Logam Besi (Fe) Keberadaan logam Fe dalam air limbah laboratorium sangat memungkinkan, karena unsur ini digunakan dalam proses pengujian COD. Pengaruh penggunaan zat alum sulfat dengan PAC terhadap penurunan logam Fe dapat dilihat pada Gambar2. Kandungan unsur logam Fe dalam air limbah laboratorium cukup besar. Hasil analisa_awal menunjukkan_kandungan logam Fe lebih dari 50 mg/L. Unsur logam Fe dalam air limbah laboratorium berasal dari sisa pengujian yang menggunakan unsur ini cukup potensial OO : ° 5 10 15 2 KonsonvasiZatKaoguian git) i i : g Gambar2: Efektivitas alum sulfat dan PAC terhadap penurunan Logam Fe airlimbah laboratorium, Logam Fe dalam sistem periodik termasuk logam golongan VIII. Unsur ini ada yang bermuatan positif 2 yang sering disebut unsur Fero (F”) dan bermuatan 158 positif 3 yang disebut unsur Feri (F”) (Wardhana Wisnu Arya, 1995 dan Mulyono HAM, 2005). Kandungan logam Fe di dalam air limbah taboratorium umumnya logam Fe bermuatan positif 3. Efektivitas Kinerja zat koagulan antara alum sulfat dengan PAC seperti terlihat pada Gambar 2. Secara keseluruhan efektivitas alum sulfat terhadap penurunan logam Fe berkisar antara 80% hingga 99,86%. Efektivitas penggunaan alum sutfat yang ‘optimum terdapat pada konsentrasi 4 g/L. Kondisi ini menunjukkan bahwa proses koagulasi flokulasi bekerja dengan baik, sehingga penurunan polutan logam Fe yang ada di dalam air limbah laboratorium dapat mencapai persentase yang tinggi. Penggunaan alum sulfat lebih dari 1 g/L, _efektivitas zat_koagulan ini mengalami penurunan. Penurunan yang terendah terdapat pada kosentrasi 20 g/L dengan persentase penurunan 86,08%. Hal ini. menunjukkan bahwa semakin banyak penggunaan alum sulfat, maka proses koagulasi flokulasi kurang efektif untuk logam besi. Peningkatan Ppenggunaan alum sulfat dapat menyebabkan perubahan kondisi asam media air limbah, sehingga flok yang terbentuk kurang sempurna, Zat koagulan alum sulfat merupakan senyawa garam yang berasal dari asam kuat berunsur sulfat sehingga senyawa ini disebut juga senyawa garam bersifat asam Taucher.B, 1995). Penggunaan zat koagulan PAC terhadap penurunan logam Fe berkisar lebih dari 50% hingga 82,77%. Efektivitas yang optimum terdapat pada penggunaan PAC dengan konsentrasi 4 g/L dengan persentase penurunan 82,77% Penggunaan PAC setelah 4 g/L, efektivitas zat koagulan ini mengalami penurunan, sehingga persentase penurunan yang terendah terdapat pada penggunaan PAC konsentrasi 20 g/L dengan nilai 81,79%. Penggunaan PAC yang semakin banyak dapat ‘mengakibatkan proses koagulasi flokulasi kurang efektif. Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 38 Tahun 2010 3. Reduksi Logam Mangan (Mn) Penggunaan unsur logam Mn dalam pengerjaan analisa di laboratorium cukup banyak, sehingga pada analisa awal kandungan logam Mn diatas 15 mg/L. Efektivitas penggunaan zat alum sulfat dan PAC terhadap penurunan logam Mn dapat dilihat pada Gambar. 3 (Taucher, 1994) Efektivitas penurunan konsentrasi logam Mn dalam air limbah laboratorium dengan penggunaan alum sulfat bekisar 44% hingga 57,18%. Efektivi' . verbesar diperoleh pada konsentrasi op_ num alum sulfat sebesar 1 g/L, persentase penurunan mencapai 57,18 % (Gambar. 3). Hal ini memperiihatkan bahwa alum sulfat mempunyai efektivitas yang cukup tinggi dalam mereduksi logam mangan dalam air limbah laboratorium. Efektivitas alum sulfat mengalami penurunan setelah Penggunaan alum sulfat diatas 1 g/L. Persentase yang terendah terdapat pada konsentrasi 20 g/L dengan nilai persentase sebesar 53,75%. a _* ie ———— é d Ei ee ee ae] Gambar3. Efektivitas alum sulfat dan PAC terhadap penurunan Logam Mn airlimbah laboratorium Efektivitas PAC yang tetinggi terhadap penurunan logam Mn dalam air limbah laboratorium diperoleh pada konsentrasi 4 g/L dengan persentase penurunan sebesar 57,60%. Efektivitas PAC mengalami penurunan setelah konsentrasi 4 g/L Nilai persentase yang terendah diperoleh pada konsentrasi 20 g/L dengan persentase 50,01% Penggunaan PAC yang berlebihan mengakibatkan efektivitas zat koagulan tersebut tidak efektif. Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 38 Tahun 2010 4, ReduksiLogam Krom (Cr) Penggunaan unsur logam Cr dalam proses analisa di laboratorium penguji cukup banyak, terutama di laboratorium lingkungan. Logam Cr banyak digunakan dalam pengujian parameter uji Chemical oxygen demand (COD). Logam Cr digunakan dalam bentuk senyawa garam yaitu kalium bikromat (K,Cr,O,). Senyawa ini digunakan sebagai zat pengoksidasi dalam proses analisa COD dalam suatu air limbah. Jenis logam Cr yang banyak terdapat dalam air limbah laboratorium yaitu logam Cr valensi 6 (heksavalen). Unsur ini merupakan buangan dari senyawa kalium bikromat yang digunakan pada proses analisa di laboratorium Efektivitas penggunaan zat alum sulfat dan PAC tethadap penurunan logam Cr-T dapat dilinat pada Gambar. 4 (Alaerts, 1997). Kemampuan zat koagulan alum sulfat menurunkan logam Cr-T dalam air limbah laboratorium berkisar 20,57% hingga 92,54% (Gambar. 4). Efektivitas alum sulfat yang tertinggi terhadap penurunan logam Crdalam air limbah laboratorium diperoleh pada konsentrasi pada konsentrasi 1 g/l dengan persentase Penurunan 92,54 %, AS BX 48 0 | foo ° a ee) Keneeasi 7a Koaguso (rt) Enns Gambar4. Efektivitas alum sulfat dan PAC terhadap penurunan Logam Cr-T airlimbah laboratorium Pada konsentrasi alum sulfat diatas 1 g/L efektivitas alum sulfat mengalami penurunan. Persentase yang terendah diperoleh sebesar 20,57% pada konsentrasi 20 g/L. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan alum sulfat yang berlebihan mengakibat efektivitas alum sulfat_menurun. Akibatnya proses 159 penyerapan fiok terhadap logam Cr dalam air limbah laboratorium juga mengalami penurunan (Taucher, 1994), Kemampuan PAC menurunkan logam Cr-T dalam air limbah taboratorium berkisar 19,94% sampai 71,38%. Efektivitas PAC yang tetinggi terhadap penurunan logam Cr-T dalam air limbah laboratorium diperoleh pada konsentrasi 4 g/L dengan persentase penurunan sebesar 71,38 %. Efektivitas PAC mengalami penurunan setelah konsentrasi 4 gil Nilai persentase yang terendah diperoleh pada konsentrasi 20 g/L dengan persentase 62,70% Penggunaan PAC yang berlebihan mengakibatkan efektivitas zat koagulan tersebut tidak efektif. Akibatnya penyerapan logam Crjuga tidak optimal. Zat koagulan alum sulfat (Al,(SO,),) dan poli aluminium chlorida (PAC) merupakan senyawa garam bersifat asam, sehingga bila penggunaannya berlebihan maka akan mempengaruhi kondisi media air limbah laboratorium. Derajat_keasaman (pH) air limbah laboratorium mengalami penurunan ke arah pH asam, akibatnya pembentukkan floknya kurang sempurna. Dengan demikian efektifitas kinerja zat koagulan mengalami penurunan. 5. Reduksi Amoniak (NH,-N) Penurunan unsur nitrogen dalam air limbah laboratorium diwakili_ dengan parameter uji amoniak (NH,-N). Unsur amoniak dalam air limbah laboratorium berikatan dalam bentuk senyawa ammonium. Jenis senyawa ini cukup signifikan digunakan dalam proses Pengujian di laboratorium. Unsur ini secara umum berasal dari penggunaan senyawa Feri amonium sulfat (FAS). Senyawa FAS ini digunakan sebagai pentiter (titrant) dalam proses pengujian parameter COD (Alaert G, 1997). Efektivitas’ zat alum sulfat dan PAC terhadap penurunan amoniak dalam air limbah laboratorium dapat dilihat pada Gambar. 5. 160 5 o 8 Gambar5. Efektivitas alum sulfat dan PAC terhadap penurunan Amoniak (NH,-N) air limbah laboratorium Kemampuan Alum sulfat menurunkan konsentrasi amoniak dalam air limbah laboratorium “berkisar 0,3% hingga 22.54%. Efektivitas optimum terdapat pada penggunaan alum sulfat konsentrasi 1 g/L dengan persentase Penurunan 22.54%. Penggunaan alum sulfat yang berlebihan dapat menyebabkan efektivitas alum sulfat menurun. Efektivitas yang terendah diperoleh pada penggunaan alum sulfat 20 giL dengan persentase penurunan sebesar0,3%. Kemampuan PAC untuk menurunkan konsentrasi amoniak dalam air limbah laboratorium berkisar antara 0,23% sampai 64,69%. Efektivitas yang optimum diperoleh pada pemakaian PAC 4 g/L dengan persentase penurunan sebesar 64,69%. Pada Gambar. 5 terlihat bahwa kemampuan PAC menurunkan konsentrasi amoniak mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari 0,5 g/L hingga 4 g/L. Efektivitas PAC menurun setelah penggunaan PAC 4 g/L. Pada Gambar. 5 terlihat grafik penurunan kemampuan PAC tidak begitu tajam, sehingga pada konsentrasi PAC 20 g/L masih diperoleh persentase penurunan sebesar 49,92%. Seperti terlihat pada Gambar 5, kemampuan alum sulfat_ menurunkan konsentrasi polutan amoniak dalam air limbah laboratorium secara keseluruhan berada dibawah PAC. Efektivitas optimum untuk alum sulfat diperoleh pada konsentrasi 1 g/L dengan persentase penurunan 22,54%. Sedangkan efektivitas optimum untuk PAC pada Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 38 Tahun 2010 konsentrasi 4 g/L dengan persentase penurunan sebesar 64,69%. Hal ini disebabkan karena salah satu karakteristik dari amoniak dalam air limbah laboratorium, yaitu. keberadaan amoniak dalam air limbah laboratorium secara kimia berbentuk senyawa ammonium. Bila senyawa ini kelebihan satu atom hidrogen (H) pada unsur atom nitrogen, maka senyawa ini berubah bentuk menjadi senyawa ionik yang bermuatan positif (Alaerts, 1997) Dalam penggunaan zat koagulan ¢ . sulfat, senyawa ammonium yang ermuatan posistif mengalami hambatan untuk bereaksi dengan koagulan yang terbentuk dalam media airlimbah laboratorium. B. Pengaruhwaktukontak Pengaruh waktu kontak pada proses adsorpsi dan pertukaran jon, yaitu antara zat zeolit, karbon aktifdan resin dengan air limbah laboratorium terhadap polutan logam Fe dan Mn dapat dibahas sebagai berikut. Variabel waktu kontak sebagai berikut: 2,5, 5, 10 dan 20 menit, konsentrasi alum sulfat yang digunakan 1 g/L. Salah satu media yang dibahas adalah pengaruh waktu kontak antara karbon aktif dengan air limbah laboratorium terhadap logam Fe dan Mn dapat dilihat pada Gambar.6 dapat memberikan angka persentase penurunan yang optimum, Pengaruh waktu kontak pada proses adsorpsi dengan kabon aktif untuk logam Fe muta menit ke 2,5 dan seterusnya tidak begitu nyata perubahannya, hal ini terlihat grafik mendekati garis lurus. Pengaruh waktu kontak pada proses adsorpsi dengan karbon aktif untuk logam Mn pada menit ke 2,5 memberikan hasil yang optimum, tetapi pada menit berikutnya mengalami penurunan. Hal ini disebabkan interaksi logam Fe dengan zat adsorban lebih reaktif darilogam Mn (siregar Sakti, 2005). C. — Evaluasi penurunan polutan zat padat terlarut, logam berat dan amoniak pada proses pertukaran ion dan Adsorp: Dalam — percobaan ini digunakan zat koagulan alum sulfat dengan konsentrasi 1 g/L dengan waktu kontak yang terbaik, karena berdasarkan pembahasan diatas rata-rata menunjukkan bahwa_ zat alum sulfat dapat memberikan efektivitas yang lebih baik dari PAC dengan waktu kontak antara 2,5 hingga 5 menit. Efektivitas kinerja dari proses koagulasi, filtrasi, adsorpsi dan pertukaran ion terhadap zat padat terlarut dan amoniak air limbah laboratorium dapat dilihat pada Gambar 7. Efektivitas kinerja dari proses koagulasi filtrasi, adsorpsi dan pertukaran_ ion terhadap logam Fe, Mn dan Cr air limbah laboratorium dapat dilihat pada Gambar 8. <———_ é Panton o8'8 Paras Panjos Gambar6. Pengatuh waktu kontak antara karbon aktif dengan air laboratorium terhadap logam Fe danMn Setelah_melewati proses penyerapan dengan zeolit, air limbah laboratorium melewatt proses adsorpsi dengan karbon aktif. Pada Gambar 6 terlihat_ bahwa pengaruh waktu kontak saat proses adsorpsi pada waktu kontak 2,5—5menit Gambar 7. Efektivitas Proses filtrasi, adsorpsi dan pertukaran ion terhadap zat padat teriarut dan amoniak air limbah laboratorium Setelah proses koagulasi flokulasi pada wadah yang disebut fiokulator, air Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 38 Tahun 2010 161 limbah laboratorium selanjutnya mengalami proses filtrasi, adsorpsi dan pertukaran ion. Efektivitas penurunan polutan zat padat terlarut dan amoniak mengalami peningkatan pada setiap tahapan proses yang dilalui. Pada Gambar. 7 terlihat bahwa _persentase penurunan zat padat terlarut berkisar 78,61% sampai 91,23% dan amoniak dari 22,54% hingga 91,82%. Persentase penurunan zat padat terlarut setelah proses koagulasi dan filtrasi (Sf) diperoleh 78,61%, proses pertukaran ion dengan zeolit (Sz) diperoleh 83,03%, proses adsorpsi dengan karbon aktif (Sk) diperoleh 86,48% dan proses pertukaran ion dengan resin (Sr) diperoleh 91.23% (Gambar7) Polutan amoniak setelah proses koagulasi_filtrasi (Sf) turun hanya mencapai 22,54%, proses pertukaran ion dengan zeolit (Sz) diperoleh 64,49%, proses adsorpsi dengan karbon aktif (Sk) diperoleh 81,80% dan proses pertukaran ion dengan resin (Sr) diperoleh 91,82% (Gambar.7). ‘Lega Fon dan Gr Gambar 8. Efeitivitas Proses fittasi, adsorpsi dan pertukaran jon terhadap Logam Fe, Mn dan Cr air limbah laboratorium Efektivitas penurunan logam Fe dan Cr setelah melalui tahapan proses koagulasi, filtrasi, adsorpsi dan pertukaran ion mengalami peningkatan. Logam Fe persentase penurunan 97,61% — 99,99%, sedangkan logam Cr diperoleh persentase penurunan 92,54% - 99, 88%. Logam Fe dalam air limbah laboratorium setelah proses koagulasi dan filtrasi (Sf) turun hingga 99,86 %, proses pertukaran ion dengan zeolit 162 (Sz) diperoleh 97,61 %, proses adsorpsi dengan karbon aktif (Sk) diperoleh 99,97 °% dan proses pertukaran ion dengan resin (Sr) diperoleh 99,99 % (Gambar.8).. Efektivitas penurunan logam Cr setelah proses koagulasi dan filtrasi (Sf) diperoleh 92,54%, proses pertukaran ion dengan zeolit (Sz) 95,03%, proses adsorpsi dengan karbon aktif (Sk) 98,21% dan proses pertukaran ion dengan resin (Sr) diperoleh 99,98 % (Gambar8). Terjadinya peningkatan purunan polutan Zat padat terlarut, amoniak, logam Fe dan Cr pada setiap tahapan proses sangal signifikan. Setelah proses flokulasi dar filtrasi polutan tersebut sebagian sudah terikat dengan flok-flok yang terbentuk, Filtrat_ selanjutnya mengalami proses adsorpsi_ dan pertukaran ion. Proses penyerapan polutan zat padat terlarut. amoniak, logam Fe dan Cr dengan zat adsorben zeolit, karbon aktif dan resin lebih efektiflagi. Hal ini disebabkan karena polutan yang diserap pada proses ini ‘merupakan polutan sisa setelah proses flokulasi, sehingga proses selanjutnya lebih optimal Reynolds, 1996 dan Taucher. B, 1994). Persentase penurunan logam Mn setelah proses koagulasi dan filtrasi (Sf) diperoleh 57,18%. Setelah melalui proses pertukaran ion dengan zeolit persentase logam Mn turun hingga diperoleh sekitar 45,53 %. Hal ini disebabkan karena zecfit merupakan bahan hasil penambangan, diduga zeolit masih mengandung logam Mn dan logam tersebut masih akiif datam zeolit Wentz C, 1995). Setelah proses adsorpsi dengan karbon aktif (Sk) diperoleh persentase 98,82 %, dan proses. pertukaran ion dengan resin (Sr) diperoleh 99,88 % (Gambar. 8). D. Evaluasi pH air limbah laboratorium Pengukuran pH air limbah merupakan salah satu hal yang penting dalam penelitian mengatasi pencemaran, karena merupakan salah satu faktor Pembatas utama bagi_kelangsungan hidup hidrobiota, Pada proses pengolahan air limbah, pH juga mempunyai peranan yang penting dalam Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 38 Tahun 2010 mereduksi zat pencemar yang terkandung didalamnya. Pada penelitian pendahuluan PH air limbah laboratorium sangat asam (pH < 2). Derajat keasaman (pH) air limbah laboratorium setelah melalui proses koagulasi, filtrasi, adsorpsi dan pertukaran ion mengalami kenaikkan yang cukup signifikan. Hasil analisia pH air limbah laboratorium secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel. 1. Hasil analisis pH air limbah laboratorium = FSCS HoT, 1 Serer) 2 Sistah pees cau est we 3 Selection posesp etacren on ac) as 5 Siieeuh Soe: persarnon ea Bo Pola pH pada proses koagulasi, filtrasi adsorpsi dan pertukaran ion air limbah laboratorium dapat dilhat Gambar. Pola kenaikan nilai pH air limbah laboratorium seperti terlihat pada gambar.9. Nilai pH awal (So) berkisar 0,89, setelah proses koagulasi filtrasi (Sf) nilai pH naik hingga 4,14. Setelah metalui proses pertukaran ion dengan zeolit (Sz) nilai pH diperoleh 4,60. Nilai pH naik secara tajam setelah proses adsorpsi dengan karbon aktif (Sk) diperoleh 9,10. Pada akhir proses yaitu pertukaran ion der-qan resin (Sr) diperoleh nilai pH 8,93. Nilai nH naik sangat signifikan setelah melalui media karbon aktif. Hal ini disebabkan karena material karbon aki dibuat dengan proses basa, sehingga pH air limbah naik setelah’ berinteraksi dengan material Karbon aktif. Proses menaikkan pH air limbah dapat menggunakan senyawa basa (alaerts G, 1997). Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 38 Tahun 2010 Gambar 9. Pola proses fitrasi, adsorpsi dan ~pertukaran ion terhadap Nilai pHi air limbah laboratorium KESIMPULAN DAN SARAN Kesimputan Berdasarkan hasil_ penelitian yang telah dilakukan skala laboratorium dapat diambil kesimpulan sebagai berikut 1. Penggunaan zat koagulan yang lebih efektif dalam pengolahan air limbah laboratorium dari pengujian COD adalah alum sulfat dengan konsentrasi yang optimum Agi 2. Waktu kontak optimum pada proses adsorbsi diperoleh antara 2,5hingga 5 menit. 3. Efektivitas penurunan polutan air limbah laboratorium dengan proses pengolahan secara terpadu (koagulasi filtrasi, adsorpsi_dan_pertukaran ion) dengan sistem batch terhadap zat padat terlarut mencapai 78,61% - 91,23% logam Fe 97,61% - 99,99%, logam Mn 45,53% - 99,88%, 1. logam Cr 92,54% - 99,98% dan amoniak (NH,-N) mencapai —_22,54% - 91,82%. Derajat keasaman (pH) pada air limbah laboratorium setelah proses sekitar 8,93. Saran Mengingat air limbah laboratorium dari pengujian COD termasuk kategori limbah 83, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut_mengenai parameter uji lain, sehingga diperoleh data kualitas air imbah laborartorium yang lebih lengkap. DAFTAR PUSTAKA. Alaerts G & S.S Santika, 1997. Metoda Penelitian Air. penerbit Usaha Nasional Surabaya. Anonim. 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor — 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta. 163 Anonim. 2001, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta, Anonim. 2005. Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Selatan. Nomor : 18 Tahun 2005 tentang Baku Mutu Limbah Cair (BMLC) bagi Kegiatan Industri. Hotel. Rumah Sakit. dan Pertambangan Batubara. BAPEDALDA Provinsi Sumatera Selatan. Palembang. Anonim. 2006. Kumpulan Standar Nasional Indonesia (SNI) Bidang Lingkungan Kualitas Air dan Limbah Bagian 1. Panitia Teknis 13- 03 Kualitas Lingkungan dan Manajemen Lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup Anonim. 1995. Standar Methods for the Examination of Water and Waste Water. Edition 19”. Publication office Ametican Publik Health Association, Washington. Aysegul Pala. 2003. Activated Carbon ‘Addition to An Activated sludge Model Reactor for Color Removal froma cotton Textile Processing Wastewater. Crittenden. J.C.. 2005. Water Treamnet Principles and Design. Edition 2". John Wiley and Son. New York. USA. Faizal,M. 1993. Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Cair. Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Palembang. Fardiaz Srikandi. 1992. Polusi Air & Udara. Penerbit Kanisius. Bogor. Gintings Perdana. 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Penerbit Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Kaul SN. Szpyrhowicz Lidia. 2004. Wastewater Treatment Technologies and environment. 2° Ed. Daya Publishing House. New Delhi. Met Calf & Eddy Inc, 1991, Waste Water Engineering Treatment, Disposal and reuse, 4” Ed, Mc.Graw Hill Inc Mulyono HAM. 2005. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Penerbit BumiAksara 164 Reynolds. 1996. Unit Operations and Processes in Environmental Engineering. PWS Publishing Company. ‘Siregar Sakti. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Sugiharto., 1997. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Universitas indonesia. Jakarta. Taucher.B., 1994. Water Treatment by Flocculant Compunds of _ higher Paints. Plant Research & Development Vol. 40. Institute for Scientific Cooperation, Germany. Wardhana Wisnu Arya. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. Wentz, C.A. 1995. Hazardous Waste ‘Management. Edition 2°. McGraw Hill_ Book Company. Singapore. Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No, 38 Tahun 2010

Anda mungkin juga menyukai