Anda di halaman 1dari 4

Bintek Peningkatan Kapasitas Laboratorium Daerah, Palu 18-20 April 2012

Proses Sampling Biomonitoring Kualitas Air


dengan Makroinvertebrata
R. Lelawaty Simamora

Biomonitoring atau biological monitoring adalah salah satu


metode pemantauan kualitas air dengan mengamati biota
ekosistem perairan. Biota adalah salah satu komponen ekosistem
sehingga akan memberikan respon jika terjadi perubahan, baik itu
karena masuknya polutan atau jika terjadi kerusakan habitat. Ada
biota yang tahan terhadap pencemaran dan ada yang tidak.
Komposisi biota inilah yang nanti dievaluasi untuk menduga
kualitas airnya. Biota yang diamati merupakan penanda kualitas
air, atau disebut bioindikator.
Salah satu bioindikator yang mudah diamati di sungai untuk
mendeteksi kualitas airnya adalah biota perairan yang disebut
makroinvertebrata. Biota ini kebanyakan merupakan serangga
dan sebagian siklus hidupnya ada di air. Masyarakat dapat dengan
mudah mengenalinya karena jumlahnya banyak dan dapat dilihat
dengan mata telanjang. Contohnya adalah larva capung, udang
air tawar, siput, jentik nyamuk, cacing darah, dan masih banyak
lagi.

Bagaimana
Melakukan
Makroinvertebrata ?

biomonitoring

dengan

Tahap I : Merencanakan Biomonitoring


Tentukan lokasi (sungai) yang akan dipantau. Utamakan sungaisungai yang prioritas, misalnya sungai yang digunakan untuk
air baku air minum atau sungai yang banyak digunakan untuk
aktivitas masyarakat
Tentukan waktu pemantauan; biomonitoring paling tepat
dilakukan pada musim kemarau. Selain karena faktor
keamanan pemantau, juga karena biota makroinvertebrata
paling optimal dijumpai pada saat kemarau. Pada musim hujan
banyak biota yang hanyut.

Bintek Peningkatan Kapasitas Laboratorium Daerah, Palu 18-20 April 2012


2

Tentukan beberapa stasiun sampling. Stasiun sampling ada


yang mewakili bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir
yang belum terpengaruh pasang surut. Idealnya stasiun
sampling diletakkan pada ruas sungai yang merupakan titik
potensi pencemaran atau gangguan ekosistem sungai, dan 1
stasiun di hulu atau pada ruas sungai dengan kondisi yang
paling baik (alami, tidak terganggu). Ini berguna sebagai
kontrol (reference site).
Tentukan tim pemantau; minimal 2 orang. Jangan sekali-kali
melakukan sampling ke sungai sendirian.
Tahap II : Mempersiapkan peralatan sampling
Siapkan peralatan sampling seperti di bawah ini.

Jaring bertongkat
Gayung/timba
Wadah sample
Wadah sortasi (cetakan es)
Sendok, pinset, pipet
Kaca pembesar
Kuas atau sikat gigi
Lembar pengamatan lapangan dan alat tulis

Untuk hasil yang lebih baik, lengkapi peralatan sampling dengan


pengukur suhu (thermometer), pH (pH meter), oksigen terlarut
(DO meter) , kekeruhan, daya hantar listrik (DHL) yang mudah
dibawa (portable kit). Bawalah GPS (Global Positioning System)
untuk mengetahui koordinat tempat sampling. Ini berguna untuk
menandai lokasi dalam peta sungai nantinya, atau untuk
mengamati kondisi lapangan melalui google earth.
Usahakan pemantau melengkapi dirinya dengan perlengkapan
keamanan (safety) seperti topi, sepatu boot dan sarung tangan.
Jangan lupakan ransum secukupnya untuk kebutuhan pemantau.
Jangan lupakan kamera !
Ini sangat penting
mendokumentasikan jenis-jenis biota yang ditangkap.
Tahap III : Pengambilan Sampel

untuk

Bintek Peningkatan Kapasitas Laboratorium Daerah, Palu 18-20 April 2012


3

1) Lakukan survey singkat di sekitar stasiun sampling kira-kira


sepanjang 100 m. Amati dan catat kondisi lapangan, keadaan
kiri-kanan sungai (apakah kondisi masih baik, gundul, atau
banyak kegiatan masyarakat). Gunakan lembar pengamatan
lapangan (lihat hal.).
2) Tentukan titik untuk mengambil sampel. Usahakan mengambil
titik yang mewakili bagian kiri, kanan atau tengah, seimbang
antara bagian yang berarus atau bagian yang tenang. Pilih
tempat dan posisi yang tidak berbahaya.
3) Untuk sungai dangkal, ambil sampel dengan cara berdiri
menghadap ke hilir, mengaduk-aduk dasar sungai dengan kaki
sambil menghadang air sungai yang teraduk dengan jaring.
Teknik ini disebut kicking. Biota makroinvertebrata yang
bersembunyi pada pasir dan batuan akan terperangkap pada
jaring.
4) Lakukan lagi pengambilan sampel. Jika tidak memungkinkan
masuk ke dalam sungai, misalnya karena dalam, ambil sampel
dari tepi sungai dengan cara mengaduk-aduk air dengan jaring
di bagian tepi. Umumnya biota makroinvertebrata bersembunyi
di antara tumbuhan atau akarnya, di pinggiran sungai.
5) Biota juga dapat diambil dari batuan sungai, terutama sungai
yang dasarnya didominasi oleh batuan-batuan yang besar
(batu berukuran sekepal tangan atau lebih besar lagi). Biota
yang diambil dari batuan dilepaskan perlahan dengan bantuan
kuas atau sikat gigi.
6) Pindahkan semua sampel (hasil tangkapan) ke dalam wadah
putih.
7) Lakukan sortasi. Amati biota-biota yang ada, lalu kelompokkan
biota berdasarkan kesamaan bentuk dan cirinya pada wadah
sortasi (cetakan es). Jika ada ikan yang ikut tertangkap,
lepaskan kembali ke dalam air karena ikan bukan termasuk
makroinvertebrata.
8) Kenali jenis biota, gunakan buku panduan atau buku-buku lain
tentang makroinvertebrata untuk mengidentifikasi. Catat
namanya (family dan ordo). Lengkapi dengan nilai toleransinya.
Catat jumlahnya. Bila perlu cantumkan juga nama lokalnya.
(lihat lembar pengamatan hal.)
Agar informasi yang didapat lebih valid, jumlah biota yang
ditangkap sebaiknya berjumlah minimal 300 ekor.

Bintek Peningkatan Kapasitas Laboratorium Daerah, Palu 18-20 April 2012


4

9) Ambil lagi sampel di stasiun berikutnya sebagaimana rencana


sampling. Lakukan pengambilan sampel dengan cara yang
sama (point 1 s.d. 8). Lakukan konsistensi. Jadi, jika pada
stasiun 1 mengambil sampel selama 1 menit di bagian yang
sungai yang tenang (pool) dan 3 menit di bagian berarus (riffle
dan run), lakukan hal yang sama pada stasiun berikutnya.
Demikian pula dengan jaring. Gunakan jaring yang sama
(ukuran lubang jaring/mesh) untuk menjaga validitas data.
10) Jangan lupa untuk mencatat semua proses dan kondisi
lapangan yang ditemui dan pastikan bahwa tim pemantau
dapat mendokumentasikan setiap jenis biota yang ditangkap
dengan jelas dan baik. Foto berguna untuk proses identifikasi,
terutama jika hendak meminta bantuan pihak lain. Selain itu,
foto sangat penting sebagai bahan inventarisasi biota perairan
ekosistem sungai setempat.
Tahap IV: Menganalisis Data
Masukkan data pada tabel yang disediakan (lihat hal). Tentukan
dan hitung beberapa metrikc berikut untuk setiap setiap stasiun
sampling.
Jumlah taksa family (Ada berapa jenis family biota ?)
Jumlah taksa EPT (Ada berapa family yang tergolong
kelompok
(ordo)
Ephemeroptera,
Plecoptera,
dan
Trichoptera?)
Persentase biota EPT (Berapa persen jumlah biota kelompok
EPT dari total jumlah sampel biota?)
Modified Family Biotic Index atau FBI (Bagaimana kualitas air
dan tingkat pencemarannya? gunakan tabel hal ____ untuk
perhitungan FBI)
Hubungkan data/informasi berdasarkan hasil pengukuran dan
perhitungan dengan gejala yang ditemui di lapangan. Bandingkan
hasilnya antarstasiun dan terhadap stasiun kontrol.

Selamat sampling..!!!
____

Anda mungkin juga menyukai