1. URAIAN KEGIATAN
1.1 Latar Belakang
1
Untuk memperbaiki kondisi sanitasi, Pemerintah telah melakukan
berbagai upaya guna meningkatkan kapasitas dan kualitas sarana dan
prasarana sanitasi di daerah. Pada November 2007, pemerintah telah
menyelenggarakan Konferensi Sanitasi Nasional dengan agenda penyiapan
langkah-langkah penting bagi pembangunan sanitasi ke depan yang sejalan
dengan pencapaian sasaran MDGs. Tahun 2008 bersamaan dengan
International Year of Sanitation (IYOS), pemerintah dan para stakeholder
yang terkait dengan pengelolaan dan pembangunan sanitasi menyepakati
perlunya peningkatan kesadaran dan komitmen pemerintah di semua
tingkatan pada pembangunan sanitasi. Pada April 2009, untuk mendorong
akselerasi pembangunan sanitasi, pemerintah menyelenggarakan Konvensi
Strategi Sanitasi Perkotaan untuk mengidentifikasi permasalahan dan
sasaran pembangunan sanitasi di masa depan. Acara ini juga dimaksudkan
untuk memperkenalkan pendekatan strategi sanitasi kota yang lebih
terintegrasi untuk bisa diadopsi oleh pemerintah daerah.
Kota Batu secara geografis terletak antara 112°17’-112º57’ Bujur Timur
dan 7°44’-8º26’ Lintang Selatan. Kota Batu merupakan salah satu kota di Jawa
Timur yang sangat potensial terutama untuk pengembangan di sektor
pariwisata dan pertanian. Lokasi Kota Batu terletak di sebelah selatan Kota
Surabaya dengan jarak sekitar 100 Km. Secara administratif Kota batu dibatasi
oleh: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Pasuruan,
sebelah timur dan barat berbatasan dengan Kabupaten Malang dan sebelah
selatan berbatasan dengan Kabupaten Blitar dan Malang.
Kota Batu dibagi menjadi 3 (tiga) Kecamatan yaitu Kecamatan Batu,
Kecamatan Junrejo dan Kecamatan Bumiaji yang terinci 19 Desa, 5 Kelurahan,
226 RW dan 1.059 RT. Luas wilayah Kota Batu 19.908,72 ha, untuk
Kecamatan Batu seluas 4.545,81 ha, Kecamatan Junrejo seluas 2.565,02 ha
dan Kecamatan Bumiaji 12.797,89 ha. Jumlah penduduk pada tahun 2009
sebesar 206.980 jiwa (BPS, 2010) dengan kepadatan rata-rata 1.040 jiwa/km2.
Wilayah Kota Batu merupakan daerah perbukitan dan pegunungan. Di
antara gunung-gunung yang ada di Kota Batu, ada tiga gunung yang telah
diakui secara nasional, yaitu Gunung Panderman (2.010 m), Gunung Welirang
(3.156 m) dan Gunung Arjuno (3.339 m). Di kaki Gunung Welirang dan
Gunung Arjuno terdapat hulu sungai Brantas yang disebut Sumber Brantas,
sungai ini melintasi 14 daerah Kota/Kabupaten di Jawa Timur, dan menjadi
sumber kehidupan bagi wilayah tersebut.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan pembangunan
ekonomi Kota Batu yang mengarah pada Tourism and Agropolitan City yang
semakin pesat, berpotensi memberi dampak pada penurunan kondisi kualitas
air. Permasalahan yang mempengaruhi terhadap kualitas air pada DPS
(Daerah Pengaliran Sungai) Brantas hulu, khususnya di wilayah Kota Batu
2
adalah sebagai berikut: kondisi DAS (Daerah Aliran Sungai), pencemaran
limbah domestik, pencemaran air buangan industri, pencemaran air limbah
rumah sakit, pembuangan sampah yang langsung ke badan air dan tingginya
penggunaan pupuk kimia pertanian, dan masalah pengelolaan serta kesadaran
masyarakat.
Kondisi lingkungan Kota Batu harus tetap terjaga baik. Manusia sebagai
pihak yang memproduksi limbah dan cenderung merusak lingkungan harus ikut
bertanggungjawab. Baik tidaknya kondisi sarana dan prasarana serta perilaku
penduduk terkait dengan sanitasi di Kota Batu akan membawa dampak
terhadap kualitas air Sungai Brantas. Dampak ini akan dirasakan oleh
masyarakat yang mendiami wilayah DAS Brantas yang mencakup 14
kota/kabupaten di Jawa Timur.
Pada tahun 2008 – 2009, Pemerintah Kota Batu terdorong untuk ikut
serta dalam program Indonesia Sanitation Sector Development Program
(ISSDP), yaitu suatu program yang diprakarsai oleh pemerintah Republik
Indonesia (melalui Bappenas) untuk meningkatkan pembangunan sanitasi di
Indonesia yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, terpadu,
terintegrasi, dan berkelanjutan dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Produk dari program ini adalah Dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK)
Batu Tahun 2010 – 2014. Penyusunan dokumen ini merupakan upaya
Pemerintah Kota Batu untuk memperbaiki perencanaan dan pembangunan
sanitasi dalam rangka mencapai target-target pencapaian layanan sektor
sanitasi kota. Dokumen ini merupakan dokumen perencanaan yang dapat
dijadikan sebagai pedoman semua pihak dalam mengelola sanitasi secara
komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif.
Strategi Sanitasi Kota (SSK) Batu adalah suatu dokumen perencanaan
yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif
pada tingkat kota yang dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas, tegas
dan menyeluruh bagi pembangunan sanitasi kota dengan tujuan agar
pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terintegrasi, dan
berkelanjutan.
SSK yang disusun oleh Pokja Sanitasi ini mengacu kepada 4
karakteristik utama yang akan tercermin dalam prosesnya maupun produknya,
yaitu:1) Intersektor dan terintegrasi; 2) Mensinkronkan pendekatan top down
dengan bottom up; 3) Skala kota (city wide); 4) Berdasarkan data empiris (dari
studi –studi pendukung Buku Putih Sanitasi) (ISSDP, 2008).
Penyusunan Dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) Batu dimaksudkan
untuk memberikan acuan dan dasar hukum bagi pembangunan sanitasi jangka
menengah daerah dalam lima tahun mendatang. Selain itu, untuk menjamin
keterpaduan dan kesinambungan pembangunan sanitasi yang berkelanjutan.
3
Adapun tujuan penyusunan Dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) Batu
ini adalah: a.) Tujuan Umum, Sebagai program pembangunan 5 tahunan sektor
sanitasi dan dijadikan pedoman pembangunan sanitasi mulai tahun 2010
sampai dengan tahun 2014. b) Tujuan Khusus, Memberikan gambaran tentang
kebijakan pembangunan Sanitasi Kota Batu selama 5 tahun yaitu tahun 2010
sampai dengan 2014. Kemudian dipergunakan sebagai dasar penyusunan
Rencana Operasional tahapan pembangunan sanitasi.
Strategi sanitasi kota diperlukan karena dibutuhkan waktu bertahun-
tahun bagi Kota Batu untuk memperbaiki layanan sanitasi. Dan juga sebagai
pengikat bagi SKPD-SKPD (satuan kerja perangkat daerah) dan pelaku
pembangunan sanitasi lainnya untuk dapat bersinergi mengembanglan layanan
sanitasi kota. Setelah disepakati, Strategi Sanitasi Kota diterjemahkan ke dalam
rencana tindak tahunan.
SSK Kota Batu disusun untuk dapat diimplementasikan selama kurun
waktu 2010 – 2014. Dalam pelaksanaannya perlu dimonitoring dan dievaluasi,
sehingga dapat diketahui sampai sejauh mana pencapaian-pencapaiannya.
Untuk kemudian dilakukan perbaikan perbaikan.
Sejalan dengan hal tersebut Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Surat
Edaran nomor 660/4919/SJ tentang Pedoman Pengelolaan Program
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman di Daerah. Dalam surat
edaran itu Mendagri Gamawan Fauzi meminta perhatian kepada seluruh
kepala daerah (gubernur/bupati/walikota) agar segera melakukan upaya
percepatan pembangunan sanitasi permukiman secara menyeluruh,
berkelanjutan dan terpadu di daerah mengacu pada pengelolaan program
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP) di daerah.
Selain itu, daerah diminta membentuk dan menetapkan Pokja Sanitasi
Provinsi dan Pokja Sanitasi kabupaten/kota untuk mendukung pelaksanaan
program PPSP. Daerah diminta meningkatkan pelayanan sanitasi dengan
membangun sistem dan prosedur yang handal untuk mendukung pengelolaan
sanitasi yang efektif, efisien, akuntabel, dan transparan sesuai kewenangan
masing-masing. Mendagri meminta kepala daerah menetapkan keputusan
(gubernur/bupati/walikota) tentang pokja sanitasi agar melakukan
penyesuaian sebagaimana yang dilampirkan dalam surat edaran tersebut.
Di lampiran surat edaran ini juga disertakan struktur organisasi pokja
sanitasi. Berdasarkan surat Mendagri ini, ketua pokja sanitasi baik di level
provinsi maupun kabupaten/kota diduduki oleh Sekretaris Daerah, dan
sekretarisnya adalah asisten perekonomian dan pembangunan.
Melalui surat ini Kementerian Dalam Negeri menata kembali
kelembagaan Pokja Sanitasi sehingga setiap fungsi bisa berjalan lebih efektif.
Makanya, tupoksi seluruh struktur pokja di-update kembali sehingga semua
tahapan dalam PPSP dari perencanaan hingga monitoring dan evaluasi
tergambar dengan jelas.
4
Sebagai tindak lanjut dari hal-hal tersebut di atas, maka dipandang perlu
untuk menyusun Pokja Sanitasi Kota Batu tahun 2013. Pokja Sanitasi ini
diwadahi dalam sebuah kegiatan Kelompok Kerja Sanitasi Kota Batu.
Kelompok kerja yang beranggota unsur SKPD dan instansi terkait.
1.3 Sasaran
Sasaran dari kegiatan kelompok kerja sanitasi (pokja sanitasi) ini adalah
terbaruinya/ter-update-nya dokumen SSK Kota Batu dan meningkatnya
kapasitas dan ketrampilan anggota Pokja sehingga program/kegiatan yang
tercantum dalam dokumen SSK layak untuk dilaksanakan dan didanai baik
yang bersumber dari APBD, APBN maupun negara-negara donor serta
swasta.
2. WAKTU PELAKSANAAN
Kegiatan Kegiatan Kelompok Kerja Sanitasi Kota Batu akan dilaksanakan
dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan kalender, berdasarkan urutan kegiatan sebagai
berikut:
5
3. RENCANA KERJA
Kegiatan Kelompok Kerja Sanitasi Kota Batu dilaksanakan dengan
metode Swakelola oleh Instansi sendiri, dalam hal ini Bappeda Kota Batu. Dalam
pelaksanaannya, kegiatan ini dapat/dimungkinkan untuk bersinergi dengan
USAID-IUWASH (United States Agency International Development – Indonesia
Urban Water, Sanitation and Hygiene) dan PPSP (Program Pembangunan
Sanitasi Perkotaan).
a. Bulan I
- Dilakukan persiapan pekerjaan terkait dengan pembentukan Tim Pokja
mulai dari permintaan personil, penyusunan draft SK Pokja dan
penandatanganan oleh Walikota Batu.
- Pengumpulan data dari SKPD terkait yang melaksanakan program /
kegiatan yang berhubungan dengan persampahan, air limbah, drainase
lingkungan dan Pola Hidup Bersih Sehat.
- Mereview dokumen SSK
b. Bulan II
- Pembahasan terhadap data-data dan review SSK yang dilaksanakan oleh
anggota Pokja Sanitasi
c. Bulan III
- Pembahasan lanjutan dan penyusunan laporan berupa dokumen SSK Kota
Batu tahun 2013.
6
5. PRODUK YANG DIHASILKAN
Dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Batu Tahun 2013.