Anda di halaman 1dari 24

DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN

LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (DIKPLHD) KOTA


TANGERANG TAHUN 2019

PAPARAN PENDAHULUAN

Tangerang, Agustus 2019


LATAR BELAKANG

Pelaporan status lingkungan hidup sebagai sarana penyediaan data dan informasi lingkungan
dapat menjadi alat yang berguna dalam menilai dan menentukan prioritas masalah, dan
membuat rekomendasi bagi penyusunan kebijakan dan perencanaan untuk membantu
pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup dan menerapkan mandat
pembangunan berkelanjutan.

Keterbukaan Informasi Publik (KIP) wajib menyediakan, memberikan dan atau menerbitkan
informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik. Informasi yang wajib disediakan dan
diumumkan tersebut antara lain adalah informasi yang diumumkan secara berkala, dengan
cara yang mudah dijangkau dan dan dalam bahasa yang mudah dipahami.

Menindaklanjuti hal tersebut, maka Pemerintah Kota Tangerang melalui APBD tahun 2019
melaksanakan kegiatan Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah (DIKPLHD) Kota Tangerang Tahun 2019.

Kegiatan penyusunan DIKPLHD merupakan kegiatan yang berlangsung setiap tahun dan
merupakan laporan kondisi lingkungan hidup di Kota Tangerang untuk semua aspek yang
mempengaruhi lingkungan hidup.
LATAR BELAKANG

• Pemerintah Daerah memiliki


peran dalam pengelolaan
lingkungan
• Pemerintah daerah
mengembangkan system
informasi lingkungan hidup
• Dokumen harus dipublikasikan
dan dapat diakses oleh
UU 32 tahun 2009 masyarakat DIKLPLHD
Kota Tangerang

UU 14 tahun 2008
DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan lnformasi Publik;


2. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah beserta
perubahannya;
4. Surat Edaran Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
Nomor S. 1362/ SETJEN/ DATIN/ PD/ DTN.0/12/2018 Tentang Penyampaian Pedoman
Penyampaian DIKPLHD 2019 sebagai landasan operasional
DASAR HUKUM

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 62 ayat
(2) yang mewajibkan pemerintah baik Nasional maupun provinsi atau kabupaten/kota untuk
menyebarluaskan informasi lingkungan hidup kepada masyarakat. Pada ayat (3)
menyebutkan bahwa Sistem informasi lingkungan hidup paling sedikit memuat informasi
mengenai status lingkungan hidup, peta rawan lingkungan hidup, dan informasi lingkungan
hidup lain.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah melimpahkan


kewenangan pengelolaan lingkungan hidup kepada pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten/kota. Dengan meningkatnya kemampuan pemerintah daerah provinsi atau
kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance)
diharapkan akan semakin meningkatkan kepedulian kepada pelestarian lingkungan hidup.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Sebagai
Badan Publik, Pemerintah wajib menyediakan, memberikan dan atau menerbitkan informasi
yang berkaitan dengan kepentingan publik. Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan
tersebut antara lain adalah informasi yang diumumkan secara berkala, dengan cara yang
mudah dijangkau dan dan dalam bahasa yang mudah dipahami.
MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup


Daerah adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan keadaan jumlah dan kualitas
sumber daya, serta tingkat kerusakan lingkungan yang terjadi, dengan cara
membandingkan keadaan sumber daya saat ini dan tingkat kerusakan lingkungan tahun
sebelumnya, sehingga dapat diketahui apakah kualitas lingkungan hidup semakin baik atau
semakin jelek.

Tujuan penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah


adalah:
1. Menyajikan informasi yang handal dan aktual di bidang lingkungan hidup untuk
meningkatkan kualitas dalam pengambilan kebijakan dan dijadikan tolok ukur dalam
setiap perencanaan pembangunan di wilayah Kota Tangerang dengan memperhatikan
aspek daya dukung serta daya tamping lingkungan hidup;
2. Menyediakan informasi lingkungan hidup sebagai sarana publik untuk melakukan
pengawasan dan penilaian pelaksanaan Tata Praja Lingkungan (good environmental
governance), sarana pendidikan untuk peningkatan kesadaran publik dalam menjaga
kelestarian lingkungan hidup;
3. Meningkatkan informasi tentang lingkungan hidup sebagai bagian dari sistem
pelaporan publik sebagai bentuk akuntabilitas Pemerintah Daerah dalam upaya
pengelolaan lingkungan hidup.
MANFAAT

Manfaat yang diharapakan dapat dicapai dari penyusunan Dokumen Informasi Kinerja
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah adalah:
1. Pihak Pemerintah Kota Tangerang dapat menggunakan data dan informasi Dokumen
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah sebagai acuan dasar
penyusunan kebijakan pembangunan Kota Tangerang yang berwawasan lingkungan;
2. Masyarakat dapat memanfaatkan data dan informasi status lingkungan hidup Kota
Tangerang untuk turut serta dalam pembangunan Kota Tangerang dan sebagai sarana
pengawasan terhadap kinerja pengelolaan lingkungan hidup;
3. Pihak-pihak lain dapat menggunakan data dan informasi status lingkungan hidup
daerah Kota Tangerang sebagai sarana dalam berinvestasi baik dalam pembangunan
fisik maupun pembangunan non-fisik (sumber daya manusia).
KOTA TANGERANG

Tabel Luas Daerah menurut Kecamatan


di Kota Tangerang

Gambar Peta Administrasi Kota Tangerang


- Sebelah Utara : Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan
Sepatan Kabupaten Tangerang.
- Sebelah Selatan : Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang,
Kecamatan Serpong Utara dan Kecamatan
Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.
*)Tidak termasuk luas Bandara Soekarno Hatta 19,69km
- Sebelah Timur : DKI Jakarta.
Sumber: BPS Kota Tangerang 2018 - Sebelah Barat : Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.
KOTA TANGERANG

Tabel Kondisi Kependudukan Kota Tangerang

Gambar Piramida Penduduk Kota Tangeran


Sumber: BPS Kota Tangerang 2018
METODOLOGI

Penggunaan AHP (Analytical Hierarchy Process) dalam Pengambilan Keputusan


Terdapat tiga prinsip utama dalam pemecahan masalah dalam AHP menurut
Saaty, yaitu: Decompositiot, Comparative Judgement, dan Logical Concistency.
Secara garis besar prosedur AHP meliputi tahapan sebagai berikut:
1. Dekomposisi masalah;
2. Penilaian/pembobotan untuk membandingkan elemen-elemen;
3. Penyusunan matriks dan Uji consistensi;
4. Penetapan prioritas pada masing-masing hirarki;
5. Sistesis dari prioritas; dan
6. Pengambilan/penetapan keputusan.
METODOLOGI

Gambar Model DPSIR


METODOLOGI
METODOLOGI

Gambar Tahap Penyusunan DIKPLHD Kota Tangerang 2019


KEBUTUHAN DATA

LAMPIRAN DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DIKPLHD


SISTEMATIKA PENYAJIAN

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan memuat mengenai :(a) latar belakang; (b) profil atau
keadaan urnum daerah termasuk kekhususan kondisi ekologisnya; (c) gambaran singkat
proses penyusunan dan perumusan isu prioritas termasuk proses penyusunan dokumen
informasi kinerja pengelolaan lingkungan hidup daerah. Dalam sub bab ini dijelaskan pula
proses perumusan dan pendekatan atau metode yang digunakan untuk memperoleh isu
prioritas daerah; (d) maksud dan tujuan; dan (e) ruang lingkup penulisan.

Bab II ini mengkategorikan Analisis Driving Force, Pressure, State, Impact, dan Response
Isu Lingkungan Hidup Daerah ke dalam :
 Tata guna lahan. Tata guna lahan berikut tutupan lahannya. Data yang dapat
digunakan untuk mendukung analisis PSR pada sub bab ini, antara lain Tabel 1 s/d
Tabel 17. Data tambahan yang menunjang analisis dapat dituangkan disini.
 Kualitas air. Data yang disajikan meliputi kualitas air sungai, air tanah, dan air laut
(kualitas air laut khusus bagi daerah yang berada dalam wilayah pesisir dan laut)
Kriteria data jelas, relevan, mutakhir, dan primer. Data pendukung untuk analisis ini
adalah Tabel 22 s/ d Tabel 30. Data tambahan yang menunjang analisis dapat
dituangkan disini.
SISTEMATIKA PENYAJIAN

 Kualitas udara. Data yang dituangkan meliputi status mutu udara ambien, Indeks
Standar Pencemaran Udara (ISPU), kebakaran hutan dan lahan, ISPA, sumber pencemar
(bergerak dan tidak bergerak), konsumsi BBM, bahan pencemar. Data pendukung
minimal yang dapat digunakan untuk analisis adalah Tabel 36 s/ d Tabel 40. Data
tambahan yang menunjang analisis dapat dituangkan disini.
 Resiko bencana. Bencana yang dimaksudkan bisa berupa informasi rawan bencana atau
kekhususan sumber daya alam yang berpotensi menimbulkan bencana alam (seperti
gempa tektonik, gempa vulkanik, gempa runtuhan, banjir, longsor), bencana non alam
(seperti gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit), dan bencana
sosial (seperti konflik sosial). Data pendukung minimal yang dapat digunakan adalah
Tabel 44 s/d Tabel 47. Data tambahan yang menunjang analisis dapat dituangkan disini..
SISTEMATIKA PENYAJIAN

 Perkotaan. Perkembangan kota merupakan tuntutan sekaligus jawaban dari


perkembangan penduduk maupun kegiatan masyarakat perkotaan kecenderungannya
semakin sulit dikontrol sehingga seringkali menimbulkan persoalan yang menyangkut
persoalan lingkungan (fasilitas, sistem dan area). Kemunduran lingkungan perkotaan
telah terjadi di berbagai daerah, yang indikasinya dapat dilihat dari aspek fisik
(pencemaran air, udara, kerusakan lahan, dan timbulan sampah) dan aspek sosial
ekonomi (dampak dari manusia yang membuat kehidupan kurang nyaman. Data
pendukung minimal yang dapat digunakan adalah Tabel 31, 35 dan Tabel 49 s/d Tabel
52. Data tambahan yang menunjang analisis dapat dituangkan disini.
 Tata Kelola. Data seperti Pelestarian Kearifan lokal lingkungan hidup, perijinan,
Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pendapatan Asli. Data pendukung
minimal yang dapat digunakan adalah Tabel 18 s/d Tabel 21, Tabel 41 s/d Tabel 43,
Tabel 53 s/d Tabel 63 dan Tabel 65. Data tambahan yang menunjang analisis dapat
dituangkan disini.
 Lain-lain. Tabel yang tidak terakomodir pada isu lingkungan dan kehutanan seperti Tabel
32 s/d Tabel 34 dan Tabel 34.
BAB 2 ANALISIS DPSIR

Isu Lingkungan Driving Force Pressure State Impact Response


Hidup Daerah
Tata Guna Lahan
Kualitas Air
Kualitas Udara
Resiko Bencana
Perkotaan
Tata Kelola
SISTEMATIKA PENYAJIAN

Bab III. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Daerah. Isu prioritas yang diambil adalah
berdasarkan data-data yang sebelumnya telah jelaskan pada Bab II. Isu prioritas ini dapat
mengenai pressure (berbagai penyebab terjadinya masalah, dapat berupa aspek-aspek
sosial, ekonomi, birokrasi, kelembagaan maupun politik)), state (kondisi atau potret LH
pada saat dinilai), atau response (kebijakan, program maupun kegiatan yang berhubungan
dengan jenis pressure yang ditetapkan untuk memperbaiki kondisi state). Isu prioritas
paling banyak 5 (lima) dan paling sedikit 3 (tiga). Dalam merumuskan isu prioritas, deskripsi
kondisi terutama keunikan daerah harus diungkap dan menjadi bahan pertimbangan. Yang
dapat dijadikan isu prioritas adalah: (1) pencemaran dan/atau kerusakan sumberdaya alam
dan lingkungan hidup yang terjadi dan berdampak signifikan terhadap kehidupan sosial,
ekonomi, budaya dan kualitas lingkungan hidup ataupun pressure sebagai penyebab-
penyebabnya, dan/atau persoalan respon yang dilakukan; dan (2) mendapat perhatian
publik yang luas dan perlu ditangani segera (urgent). Muatan yang dituangkan dalam Bab
Isu Prioritas adalah yang berkaitan dengan proses perumusan isu prioritas, mulai dari
tahapan penyaringan isu hingga proses analisis yang digunakan untuk memperoleh isu
prioritas.
ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

Dari Dokumen IKLHD Kota Tangerang Tahun 2017, tercatat ada 3 Isu Prioritas Lingkungan
Hidup, yaitu :
1. Pengendalian Pencemaran Udara
2. Banjir
3. Optimalisasi Pengelolaan Sampah

Adapun isu prioritas lingkungan hidup Kota Tangerang Tahun 2018 adalah sebagai berikut :
1. Optimalisasi Sistem Transportasi Untuk Menjaga Kualitas Udara;
2. Penanganan Banjir : Optimalisasi Penanganan Banjir dan Genangan;
3. Optimalisasi Pengurangan dan Penanganan Sampah Berbasis Peran Serta Masyarakat.
Isu Prioritas Lingkungan Hidup Daerah

Kriteria yang digunakan untuk meranking isu,


antara lain :
1. Mendapat perhatian publik yang luas (aktual)
2. Perlu ditangani segera (urgen)
3. Dampak yang ditimbulkannya terhadap
masyarakat (signifikan),
4. Potensi menimbulkan dampak kumulatif dan
efek berganda (sensitif),
5. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
organisasi (konsisten).

Gambar Level Hirarki AHP Gabungan Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kota
Tangerang :
Tabel Perbandingan skala verbal dan skala numerik
1. Peningkatan Kualitas Kesehatan
2. Optimalisasi Jalan Lingkungan
3. Optimalisasi Pengelolaan Air Minum
4. Optimalisasi Pengelolaan Air Limbah
5. Optimaslisasi Rumah Layak Huni
6. Optimalisasi Pengelolaan Sampah
7. Pengelolaan Kualitas Air
8. Pengendalian Pencemaran Udara
9. Keterbatasan Lahan RTH
10. Pengembangan Sistem Transportasi
11. Penanganan Banjir
SISTEMATIKA PENYAJIAN

Bab IV. Inovasi Daerah dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bab ini memuat inisiatif-
inisiatif yang dilakukan oleh kepala daerah dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan
hidup. Inisiatif yang dilakukan dalam bentuk peningkatan kapasitas lembaga daerah (seperti
melalui APBD, peningkatan kapasitas personil, pengembangan jejaring kerja, peningkatan
transparansi dan akuntabilitas kepada publik). Inisiatif yang dikembangkan oleh masyarakat
(bila ada) harus dituangkan juga di dalam bab ini. Data yang mendukung dituangkan sejelas
mungkin, sebagai contoh besaran APBD bidang lingkungan hidup termasuk persentasenya
dibandingkan keseluruhan APBD. Inisiatif meliputi kegiatan atau program yang terkait
dengan isu-isu perubahan iklim, perbaikan kualitas lingkungan, perbaikan kualitas
sumberdaya alam, dan perbaikan tata kelola lingkungan. Tabel 64 adalah inovasi yang telah
dilakukan oleh pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup di daerahnya

Bab V. Penutup. Bab ini memuat intisari (simpulan) dari Bab II s/ d Bab IV, dan rencana
tindak lanjutnya termasuk yang berimplikasi kepada kebijakan kepala daerah.

Daftar Pustaka. Semua pustaka yang diacu wajib dituangkan dalam daftar pustaka. Pustaka
yang diacu harus memenuhi kriteria relevan, mutakhir, dan primer.

Lampiran. Keseluruhan data utama dan data tambahan wajib dicantumkan dalam lampiran
sesuai dengan tata cara yang telah dijelaskan sebelumnya.
Bentuk Dokumen

DIKPLHD ini terdiri atas 2 (dua) buku, yaitu :


1. Buku I, adalah buku yang menyajikan Ringkasan Eksekutif dari Informasi Kinerja
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Ringkasan Eksekutif maksimal terdiri atas 15
halaman.
2. Buku II, adalah buku yang berisikan laporan utama informasi kinerja pengelolaan
lingkungan hidup daerah. Laporan utama ini disajikan dengan melakukan hubungan
kausalitas antara unsur-unsur pemicu, penyebab terjadinya persoalan lingkungan
hidup, status, akibat dan upaya untuk memperbaiki kualitas lingkungan (Driving Force,
Pressure State, Impact and Response Analysis/ DPSIR).
PELAKSANAAN PEKERJAAN

Tabel Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan dan Pelaporan

Anda mungkin juga menyukai