BAB I PENDAHULUA N
1.1. Latar Belakang
Sebagai salah satu aspek pembangunan, sanitasi memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman, estetika serta kenyamanan dalam kehidupan seharihari. Dampak negatif yang disebabkan oleh kualitas lingkungan yang buruk, menuntut sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhitungkan. Sejauh ini pembangunan sanitasi kota di Kabupaten Bima belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensif dimana masing-masing SKPD melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tupoksi sendiri-sendiri. Sarana sanitasi (jamban keluarga) yang dibangun banyak yang belum memenuhi standar kesehatan karena sifatnya masih jamban sederhana (cemplung), kemudian sisi lainnya bahwa pengelolaan sampah di Kabupaten Bima belum tertangani dengan baik karena TPA belum ada. Demikian pula halnya dengan masalah layanan air bersih dan drainase lingkungan, saat ini pengelolaannya masih sifatnya parsial sehingga membutuhkan strategi bersama dalam penanganannya. Pada prinsipnya beberapa kegiatan dapat diintegrasikan dalam satu kegiatan yang saling bersinergi, saling menopang satu sama lainnya sehingga arah pembangunan sanitasi dapat direalisasikan secara baik dan terukur. Adanya perencanaan yang tumpang yang tindih, tidak tepat sasaran, dan tidak berkelanjutan tidak boleh terulang lagi. Sanitasi harus merupakan upaya bersama
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
terkoordinir
ditangani
Page 1
secara
multistakeholder
secara aktif berbagai pemangku kepentingan baik pemerintah, lembaga non pemerintah, sektor swasta dan LSM.
Page 2
Program
Percepatan
Pembangunan
Sanitasi
Permukiman
(PPSP) adalah salah satu program untuk mewujudkan perencanaan dan pembangunan sanitasi yang komprehensif. Keterlibatan lintas sektor dalam pembangunan sanitasi dilakukan demi mewujudkan kondisi sanitasi yang lebih baik, sejalan dengan upaya pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs) dan kesepakatan tentang sanitasi dalam Johennesburg proporsi Summit 2002 yang yaitu belum mengurangi setengahnya penduduk
mendapatkan akses terhadap sanitasi dasar pada tahun 2015. Pembentukan Pokja AMPL Kabupaten Bima diharapkan dapat berfungsi sebagai unit koordinasi perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan pengawasan serta monitoring pembangunan sanitasi dari berbagai aspek. Pokja yang tidak hanya melibatkan unsur pemerintah saja namun juga yang melibatkan masyarakat serta swasta, baik yang secara langsung terlibat dalam struktur pokja maupun sebagai mitra-mitra pendukungnya. Di Kabupaten Bima, Pokja AMPL-BM Kabupaten Bima adalah salah satu unsur yang menjadi penanggung jawab dalam mengembangkan perencanaan dan pembangunan sanitasi skala kab/kota, dengan memastikan koordinasi antar berbagai instansi pemerintah dan non pemerintah dengan menghasilkan buku putih sanitasi.
pembangunan dan penyediaan prasarana dan sarana sanitasi seperti penyediaan Buku Putih Sanitasi air minum, penyaluran Kab. Bima pengolahan
Page 4
Sanitasi dapat dipahami sebagai usaha pembuangan tinja, endapan air limbah
(sullage)
dan
limbah
padat Atau
dengan dapat
memperhatikan segi kesehatan agar tercipta lingkungan rumah tangga dan lingkungan menjadi bersih dan sehat. padat tanpa mencemari lingkungan. Beberapa pengertian dasar penanganan sanitasi di Kabupaten Bima dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Penanganan Air Limbah a. Blackwater; limbah rumah tangga yang bersumber dari WC. b. Grey water; limbah rumah tangga non kakus (WC) yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur dan tempat cuci. 2. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, Akhir (TPA). 3. Penanganan drainase lingkungan adalah memfungsikan saluran drainase sebagai pengalir air dan memutuskan air permukaan (mengurangi genangan). rumah makan dan lainnya yang ditampung melalui TPS atau diangkut ke Tempat Pembuangan diartikan sebagai upaya pembuangan limbah cair dan limbah
pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Berkaitan maka pemerintah sanitasi memetakan
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
kondisi
menyusun
Page 5
1.3.1
Maksud
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bima disusun guna memberikan
Page 6
informasi awal yang lengkap dan faktual tentang situasi dan kondisi sanitasi saat ini. Pemetaan kondisi dan profil sanitasi (sanitation
dalam perencanaan pembangunan sanitasi di masa mendatang yang tertuang dalam Strategi Sanitasi Kota/ Kab (SSK)
1.3.2
Tujuan
Buku Putih Sanitasi ini dalam manajemen kegiatan
panduan
kebijakan
sanitasi, pemetaan sanitasi dilakukan dalam bentuk zona-zona sanitasi di tingkat kota sehingga akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan pengembangan sanitasi skala kabupaten yang didalamnya mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi. - Memberikan gambaran pemetaan situasi dan kondisi sanitasi berdasarkan kondisi aktual atau kondisi sebenarnya (existing
- Memberikan
gambaran
bagi
pemangku
kepentingan
baik
ditingkat masyarakat, pemerintah kabupaten, propinsi maupun pemerintah pusat serta negara-negara donor (swasta) untuk dapat memainkan perannya dengan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi.
Page 7
Pendekatan dan metodologi dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi meliputi: Kabupaten aspek Bima menggunakan teknis, studi dokumen daerah dan dan pengumpulan data sekunder yang ada di masing-masing SKPD umum, kebijakan kelembagaan, keuangan serta data primer yang diperoleh melalui studi pemberdayaan masyarakat, jender dan kemiskinan (PMJK), promosi higiene/ PHBS, peran serta swasta dalam layanan sanitasi (SSA), dan study Environment Health Risk assesment (EHRA) Studi Komunikasi dan Pemetaan Media yang didukung dengan Jumlah responden dalam study
EHRA sebanyak 1.520 responden yang tersebar di seluruh desa pada 18 kecamatan. Studi PMJK sebanyak 35 responden, Studi komunikasi dan pemetaan media responden. Analisa yang digunakan adalah analisa kualitatif dengan membandingkan data dan informasi yang ada dikaitkan dengan kondisi ideal untuk mengetahui seberapa jauh kesenjangan antara harapan dan kenyataan, kemudian untuk menentukan area dengan resiko tinggi digunakan analisa kuantitatif berdasarkan data skunder, persepsi SKPD dan EHRA yang didukung dengan kunjungan/ observasi lapangan. sebanyak 10 responden serta peran serta swasta dalam layanan sanitasi (SSA) sebanyak 10
pengembangan sanitasi, kebutuhan, peluang, dan analisa awal untuk penetapan area berdasarkan tingkat resiko dan zona sanitasi.
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 8
Selanjutnya buku ini dijadikan sebagai acuan perencanaan strategis sanitasi tingkat kota (SSK). Permasalahan sanitasi yang dipaparkan dalam buku
Page 9
putih dikembangkan menjadi suatu strategi perencanaan pembangunan sanitasi Kabupaten Bima.
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438). 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
Page 11
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2008 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. 9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional-Pengembangan Sistim Pengelolaan Persampahan. 10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional-Pengembangan Sistim Pengelolaan Air Limbah Permukiman.
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
Page 13
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Menteri
Kesehatan tentang
Republik
Indonesia Sarana
Pedoman
Penyehatan
Page 15
3. Keputusan Nomor
Menteri
Kesehatan tentang
Republik Pedoman
Indonesia Persyaratan
1205/Menkes/Per/X/2004 Kesehatan
Tenggara Barat Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 56); 2. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2005 2025 (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2008 Nomor 32)
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
(Lembaran
Daerah
Page 16
4. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bima Tahun 2006 2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2005 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bima Nomor 3).
Page 17
5.
Peraturan tentang
Daerah Urusan
Kabupaten
Bima
Nomor
Tahun
2008 Bima
Pemerintahan
Daerah
Kabupaten
(Lembaran Daerah
2008 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bima Nomor 25). 6. Intruksi Bupati Bima tentang pelaksanaan STBM No. 441/015/008/Dikes 2010. 7. Peraturan Daerah Kabupaten Bima No.7 Tahun 2011 tentang pengelolaan AMPL Kabupaten Bima tanggal 3 Oktober 2011. 8. Peraturan Bupati Bima No. 14 tahun 2011 Tentang Petunjuk Tehnis Pelaksanaan Perda AMPL Kabupaten Bima.
Page 18
2.1. Geografis, Topografis dan Geohidrologi 2.1.1. Kondisi Geografis Kabupaten Bima
Kabupaten Bima terletak pada 118 44 bujur timur sampai dengan 119 22 bujur timur, serta 08 08 sampai dengan selatan. Bima 4.389,40 adalah km ,
2 o o o o
08 57
sebagai berikut:
Sebelah Utara : Laut Flores Sebelah Timur Sebelah Selatan Kabupaten Dompu : Selat Sape : Sam.
Dari aspek iklim, keadaan curah hujan tahunan rata-rata tercatat 58.75 mm, maka dapat disimpulkan Kabupaten Bima adalah daerah berkategori kering sepanjang tahun, yang berdampak pada kecilnya persediaan air dan keringnya sebagian besar sungai. Tabel. 2.1. Tingkat Curah Hujan Kabupaten Bima Tahun 2008-2010
NO 1 2 KECAMATAN MONTA BOLO 2008 CH 517 868 HH 96 62 CH 793 1276 2009 HH 96 72 CH 1311 582 570 2010 HH 103 45 92 RATA-RATA CH 295 179 HH 295 179 Page 19
Page 20
Keterangan: CH : Curah Hujan HH : Hari Hujan Kabupaten Bima dipengaruhi tipe iklim D, E dan F (menurut Schmidth dan Ferguson, 1951). Musim hujan relatif pendek, curah hujan ratarata tahunan sebesar 623 mm
3
dengan hari
hujan 60 hari/tahun.
Suhu udara siang hari antara 28 32C. Terjadi perbedaan suhu udara yang sangat besar antara siang dan malam hari. Selain curah hujan tahunan yang relatif kecil, penyebarannyapun juga tidak merata, dimana bulam Mei-Oktober merupakan bulan yang jarang terjadi hujan.Curah hujan tertinggi pada bulan Februari tercatat 171 mm dengan hari hujan selama 15 hari dan musim kering terutama pada bulan Juli, Agustus dan September dimana tidak tejadi hujan. Kabupaten Bima pada umumnya merniliki drainase yang tergenang dan tidak tergenang. Pengaruh pasang surut hanya seluas 1.085 Ha atau 0,02% dengan lokasi terbesar di wilayah pesisir pantai. seluas 90 Ha Luas lokasi yang tergenang terus menerus adalah
3
yaitu wilayah Dam Roka dan Dam Sumi. Sedangkan Wilayah yang tidak pernah tergenang di Kabupaten Bima adalah seluas 438.850 Ha.
Bima
Page 22
Topografi wilayah Kabupaten Bima pada umumnya berbukit-bukit. Sebagian wilayahnya mempunyai topografi yang cukup bervariasi dari datar hingga bergunung dengan ketinggian antara 0-477,50 m di atas permukaan laut (m dpl). Berdasarkan kelompok kemiringan lahan, wilayahnya dapat dikelompokkan atas kelompok lereng 0-2 %, 3-15 %, 16-40 % dan > 40 %. Luas lahan datar terbesar (0-2%) terdapat di Kecamatan Woha dengan luas 4.593 ha dari luas total kemiringan lahanya. Lahan bergelombang (215%) terbesar terdapat pada Kecamatan Sanggar/Tambora sebesar 47.548 ha. Keadaan lahan curam (15-40%) terbesar terdapat pada Kecamatan Belo, Donggo, Monta, dan Wera/Ambalawi dari masingmasing luas wilayahnya. Sedangkan keadaan lahan sangat curam (>40) terbesar terdapat pada Bolo/Madapangga, Sape/Lambu dan Wawo/Langgudu dari masing-masing luas wilayahny a. Tabel 2.2 Kemiringan Lahan setiap Kecamatan di Kabupaten Bima Tahun 2010
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Kecamata n Monta Parado Kelompok Kemiringan 0-2 % 4,016 3-15 % 6,100 784 4,108 8,080 11,792 11,700 12,100 37,448 16 - 40% 29,054 2,364 7,698 14,480 4,272 26,696 20,163 32,405 > 40 % 9,711 2,716 2,169 22,851 41,813 23,592 13,268 33,023 Jumlah 48,881 10,457 18,384 45,479 63,637 64,820 46,555 110,376 -
Madapangg a Woha 4,593 Belo Langgudu Wawo Sape Lambu Wera Ambalawi Donggo Sanggar Tambora 4,409 68 5,760 2,832 1,024 7500 -
Page 23
15 16 17
Page 24
Jumlah
38,302 96,512
158,600 438,940
8.73
21.99
33.15
36.13
100.00
Kabupaten Bima, yang merupakan bagian dari propinsi NTB, berada di ujung timur propinsi NTB. Luas wilayah Kabupaten Bima mencapai 4.374,65 km , terdiri atas 315,96 Km sawah dan 4.058,69Km atau 92,78% lahan bukan sawah. Luas lahan sawah ini meningkat sebanyak 8,53 km
2 2 2 2 2
atau7,22% lahan
307,43Km . Peningkatan luas areal sawah ini didorong oleh semakin berkurangnya luas hutan, baik ituhutan negara maupun luas hutan rakyat. Di antara 18 kecamatan di Kabupaten Bima, Kecamatan Sanggar dan Tambora memiliki wilayah yang paling luas, masingmasing 16,46% dan 11,54% dari luas wilayah kabupaten. Dari sisi jarak ke pusat pemerintahan Kabupaten, Kecamatan Sanggar dan Tambora merupakan kecamatan yang berlokasi terjauh, dimana jarak masing-masing sekitar 130km dan 250km. Kecamatan Donggo mempunyai ketinggian sekitar 500m di atas permukaan lokasi dengan ketinggian hari tertinggi di atas permukaan laut. laut sehingga menjadikan Kecamatan ini sebagai kecamatan dengan Rata-rata curah hujan selama tahun 2009 mencapai 63,87 mm per bulan hujan rata-rata 5,81 hari per bulan, lebih rendah dibandingkan tahun 2008 yang mencapai 84,36mm per bulan dengan banyak hari hujan rata-rata 6,9 hari per bulan. Curah hujan tertinggi terjadi antara bulan Januari, Februari dan Desember yaitu 188,8 mm, 181,4 mm dan 335,6 mm.
pembangunan dan
Wilayah air.
Kabupaten
adalah dari
kondisi wilayah
Page 25
genangan,
sungai
mata
Sebagian
kecil
Kabupaten Bima dipengaruhi pasang surut 7 Ha (0,002 %) dan rawa yang tergenang terus-menerus menempati areal seluas 287 Ha (0.066 %).
Page 26
Di wilayah Kabupaten Bima banyak mengalir sungai, baik sungai besar maupun sungai kecil dengan panjang aliran antara 5 sampai 95 km. Dari sungai-sungai yang ada tersebut sebagian besar yaitu 20 sungai sudah dimanfaatkan untuk irigasi. Adapun sungaisungai yang sudah dimanfaatkan untuk irigasi adalah seperti disajikan dalam pada Tabel 2.3 berikut : Tabel 2.3 Sungai-Sungai Yang Mengairi Daerah Irigasi di Kabupaten Bima Tahun 2009
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama Sungai S. Campa S. Madapangga S. S. S. S. S. S. S. Kerengo Pandede Mbawa Kala Manggi Boroloka Kampasi Daerah Irigasi Lebo Ncangakai Brj. Bontokape Madapangga ori Rade Ncoha Rora Kecil Ndano Rangga Sori Monca Diwu Tangiri Oikawa Taloko Brj. Taloko Pela Parado Sie Tenga Kalate Tongondoa Ngali Embung Roi Leka K. Ntonggu Ngaro Rangga Brj. NaE Wera Diwusadundu Sambu Sari Sape Brj. Wuwu Sumi Kecamatan Bolo Madapangga Bolo Donggo Donggo Donggo Donggo Sanggar Sanggar 2,6 1 1,5 1,7 2,4 337 181 569 968 750 Debit
(M3)
2 2,5 2 2 1,6 1,5 2,5 0,8 0,5 2 0,5
Luas Baku (Ha) 1000 1375 703 454 307 522 601 520 300 500 300
10
S. Paradokanca
Monta
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Belo Belo Belo Belo Wera Wera Wawo Wawo Sape Sape
350 530 150 600 900 100 1000 1000 306 860
Struktur geologi di wilayah Kabupaten Bima terbagi dalam jenis batuan : a. Batuan lempung endapan permukaan terdiri dari kerikil, pasir,
Page 27
dari
b. Batuan endapan hasil gunung api terdiri dari hasil gunung api tua.
Page 28
c. Batuan endapan yaitu terumbu koral terangkat, yang terdapat di daerah pantai. d. Batuan terobosan merupakan batuan terobosan yang mempunyai susunan batuan yang tidak dapat dibedakan dan menerobos batuan hasil endapan gunung api, penyebarannya terdapat di daerah Bolo dan Monta. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Bima adalah endapan Aluvial coklat, Litosol, Regosol dan Mediteran Coklat. Tabel 2.4 Penyebaran Jenis Tanah di Kabupaten Bima Tahun 2010
Jenis Tanah % Aluvial Regosol Litosol Mediteran Lain-lain Total Luas (Ha) 31,464 96,934 179,481 116,064 14,997 438,940 7.17 22.08 40.89 26.44 3.42 100.00
Sumber: BPS Kabupaten Bima dikutip dari RPJMD tahun 2010 - 2015
2.2. Administratif
Kabupaten Bima terletak pada 118 44 bujur timur sampai dengan 119 22 bujur timur, serta 08 08 sampai dengan 08 .57 lintang selatan. Luas Wilayah Kabupaten Bima adalah 4.374,65 km . Batas wilayah Kabupaten Bima adalah: 1. Sebelah Utara 2. Sebelah Timur 3. Sebelah Barat Kabupaten
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
2 0 0 0 0
: : : Bima
Laut Flores Laut Sape Kabupaten Dompu Samudra Indonesia bersebelahan (mengelilingi) Kota
Page 29
4. Sebelah Selatan :
Bima,
pada tahun 2002. Visualisasi keadaan administrasi Kabupaten Bima dapat dilihat sebagaimana tertera pada peta administrasi di bawah ini;
Page 30
2011
Page 17
2.3. Kependudukan
Dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 sebanyak 438.522 jiwa dan luas wilayah 4.389,40 Km
2 2
penduduk Kabupaten Bima rata-rata sebesar 100 jiwa per Km meningkat dari 97.12 jiwa per Km tahun
2007. Selain itu penyebaran penduduk juga belum merata di seluruh wilayah Kabupaten Bima, dengan luas wilayah Kecamatan antara 66,93 Km s/d 627,82 Km
2 2
per
2
Kecamatan,
menyebabkan
kepadatan
2
penduduk
di
Kecamatan cukup bervariasi yaitu antara 10 jiwa/km s/d 704 jiwa per Km . Tingkat kepadatan wilayah Kabupaten Bima cukup bervariasi dari keseluruhan kecamatan (18 kecamatan), kosentrasi kepadatan lebih terarah pada wilayah pusat ibukota kecamatan, selengkapnya sebagaimana tertera dalam peta kepadatan di bawah ini:
Page 18
2011
Page 19
Tabel 2.5 Jumlah Kecamatan dan penduduk di Kabupaten Bima Tahun 2010 Luas Wilayah (Km2) 227.43 62.93 375.57 44.76 241.29 232.12 465.32 130.41 477.89 180.65 322.94 404.25 237.58 627.82 335.08 261.29 65.4 71.58 4,389.40 Penduduk Laki-laki 16,868 22,113 21,865 12,312 7,745 26,518 13,891 8,243 5,961 9,103 13,042 16,882 13,481 3,462 7,736 4,298 2,548 12,212 218,280 Wanita 16,502 22,163 22,034 12,645 8,407 26,579 14,086 8,496 5,877 9,031 13,241 16,946 13,974 3,113 7,736 4,373 2,508 12,531 220,242 Jumlah 33,370 44,276 43,899 24,957 16,152 53,097 27,977 16,739 11,838 18,134 26,283 33,828 27,455 6,575 15,472 8,671 5,056 24,743 438,522 Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 147 704 117 558 67 229 60 128 25 100 81 84 116 10 46 33 77 346 100
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Kecamatan Monta Bolo Woha Belo Wawo Sape Wera Donggo Sanggar Ambalawi Langgudu Lambu Mada Pangga Tambora Soromandi Parado Lambitu Palibelo Total
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Bima tahun 2010 berdasarkan hasil sensus penduduk 2010 sebesar 1,04%. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bima tahun 2008 adalah sebanyak 93.597 20,42%, jiwa dan atau 21,79% 2009 dari jumlah penduduk. 88.624 Kemudian jiwa atau
20
menjadi sebesar
Page 21
Tabel 2.6
416.413 420.744
434.008 438.522
103.812 115.284
106.790
93.597
88.624
85.122
24,93
27,40
25,12
21,79
20,42
19,41
1 2 3 4 5
Angka Melek Huruf (%) Rata-rata lama sekolah (Tahun) Angka Harapan Hidup (Tahun) Parietas Daya Beli (Rp. 000) Indeks Pembangunan Manusia
Page 22
Hasil pembangunan Kabupaten di bidang pendidikan (diukur dari Indeks Pendidikan), bidang kesehatan (diukur dari Indeks Harapan Hidup), dan bidang ekonomi (diukur dari Indeks Pendapatan) terus mengalami perkembangan yang
Page 23
Bahkan
untuk
Indeks
Harapan
Hidup
Penduduk
Berdasarkan
Jenis
Angkatan kerja adalah angkatan kerja yang berstatus bekerja atau sementara tidak bekerja, sedangkan pencari kerja adalah angkatan kerja yang sedang mencari kerja. Jumlah angkatan kerja yang terdaftar di Kabupaten Bima pada tahun 2010 sebanyak 202.441 orang, pekerja sebanyak 192.926 orang, dan pencari kerja/penganggur terbuka 9.515 orang. Tenaga kerja di Kabupaten Bima pada umumnya terserap pada sektor pertanian, perdagangan dan pemerintahan, dimana hal tersebut didorong oleh meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada sub sektor jasa pemerintahan, terlaksananya beberapa program yang mengarah pada usaha ekonomi produktif, kemudahan akses kredit keuangan mikro, koperasi dan perbankan, serta banyaknya proyek padat kerja.
Kepala
Keluarga
Per
Kondisi penduduk Kabupaten Bima berdasarkan pada jumlah Kepala Keluarga (KK), dapat dilihat pada tabel 2.9 berikut : Tabel 2.8 Jumlah Kepala Keluarga Per Kecamatan tahun 2010
No Kecamata n Jumlah Desa Jumlah RT Jumlah KK
Page 24
1 2 3 4 5 6 7
12 12 15 8 9 17 11
Page 25
No 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Kecamata n Donggo
Sanggar Ambalawi Langgudu Lambu Madapangg a Tambora Soromandi Parado Lambitu Palibelo
Jumlah Desa 8 6 6 12 12 10 5 6 5 5 9
Jumlah KK 4.295 2.899 5.102 9.813 9.587 7.540 1.191 4.092 2.493 1.400 5.365 118.694
Jumlah
168
2.4. Pendidikan
Pendidikan adalah merupakan salah satu komponen yang
memegang peranan penting dalam Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bima. pencapaian dalam bidang pendidikan pada tahun 2008 terdiri dari : rata -rata lama sekolah dan angka melek huruf. Angka melek huruf Kabupaten Bima terus meningkat dari tahun 2005 sebesar 81,4 menjadi 85,80 pada tahun 2007 dan 94,67 pada tahun 2008 atau rata-rata naik sebesar 2,7% setiap tahunnya, sedangkan rata-rata lama sekolah mengalami peningkatan dari 7,2 tahun pada tahun 2007 menjadi 7,3 tahun pada tahun 2008. Hal ini menunjukan bahwa walaupun rata-rata lama sekolah mengalami peningkatan setiap tahunnya tapi rata-rata tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Bima masih belum sampai tamat SMP. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh beberapa hal antara lain : 1. Terbatasnya kemampuan masyarakat dari sisi biaya, terutama yang tergolong miskin untuk melanjutkan pendidikan.
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 26
2.
Masih ada masyarakat yang mengalami kesulitan akses menuju ke sekolah sebagai akibat dari keterpencilan wilayah dan sebaran sarana pendidikan yang belum merata sehingga membutuhkan biaya transport yang cukup besar untuk menjangkau sarana pendidikan tersebut.
3.
Masih adanya masyarakat pada daerah perdesaan yang beranggapan bahwa pendidikan tidak terlalu penting sehingga lebih memilih menyuruh anak-anak mereka membantu mencari nafkah daripada menyuruh mereka ke sekolah. Angka Partisipasi Murni (APM) yaitu angka yang menunjukan
jumlah siswa usia sekolah yang sekolah formal dibandingkan dengan penduduk usia sekolah, sedangkan indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) yaitu angka yang menunjukan jumlah siswa seluruhnya termasuk siswa yang mengikuti pendidikan non formal dibagi dengan penduduk usia sekolah. Tabel 2.9 Angka Partisipasi Murni dan Angka Partisipasi Kasar Tahun 2005-2010
NO 1 ANGKA PARTISIPASI
Angka Murni Partisipasi
2
Angka Kasar
SD SLTP SLTA
Partisipasi
SD SLTP SLTA
Sumber : Dikpora dan Hasil olahan Bappeda Kabupaten Bima, Tahun 2010 * Angka Proyeksi
Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Bima untuk tingkat SD pada tahun 2005 sebesar 97,44% meningkat menjadi 98,06% pada tahun 2009, dan diproyeksikan menjadi 99,00% pada tahun
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
2010. Begitu juga halnya APM tingkat SLTP dan SLTA mengalami
Page 27
tahun
2005
Page 28
diproyeksikan
sama-sama
meningkat
menjadi
86,02%
dan
64,46% pada tahun 2010. Sementara Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Bima untuk tingkat SD dalam 5 tahun terakhir (20052009) mencapai rata-rata lebih dari 100% dan diproyeksikan sebesar 105,36% pada tahun 2010. Untuk APK tingkat SLTP dan SLTA secara rata-rata cenderung mengalami peningkatan dari masing-masing sebesar 83,72% dan 62,34% pada tahun 2005 menjadi 92,61% dan 67,31% pada tahun 2009, dan diproyeksikan meningkat menjadi 93,42% dan 68,35% pada tahun 2010. Meningkatnya APM menunjukkan semakin banyaknya penduduk usia sekolah yang bersekolah di sekolah formal. Indikator-indikator keberhasilan pendidikan di Kabupaten Bima secara umum dapat dilihat pada tabel 2.11 berikut : Tabel 2.10 Indikator-Indikator Pendidikan Tahun 20082009 TAHUN INDIKATOR 2008 2009 SD 401 405 Drop Out Angka Kelulusan Tambahan Sekolah SLTP Drop Out Angka Kelulusan Tambahan SLTA 241 (0,37%) 139 (0,21%) 10.033 9.988 6 5 68 77
NO 1
Drop Out 122 (0,79%) 126 (0,81 %) 5.546 5.236 Angka Kelulusan 9 8 Tambahan Sekolah Sumber : Dikpora Kabupaten Bima, 2009
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 29
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, Pemerintah Kabupaten Bima telah membangun banyak sekolah pada berbagai jenjang pendidikan. jumlah sekolah pada tahun 2007-2009 dapat dilihat pada Tabel 2.12 berikut:
Page 30
Sumber: Dinas Dikpora Kabupaten Bima, 2009 Rasio jumlah kelas dengan jumlah siswa di Kabupaten Bima sampai tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 2.13 di bawah ini :
Tabel 2.12 Rasio Antara Jumlah Lokal/ Kelas dengan Jumlah Siswa Sekolah di Kabupaten Bima Tahun 2006 - 2009
SD Tahun Jumlah Lokal 2006 2007 1,935 2,020 Jumlah Siswa 70,900 64,162 SLTP SMU Rasio Jumla jumlah Rasio Jumlah Jumlah Rasio h Lokal Siswa Lokal Siswa 37 32 579 675 29,315 25,674 51 38 262 308 14,969 15,895 57 52 Page 31
2008 2009
2,076 2,126
64,820 62,988
31 30
703 710
26,254 25,365
37 36
411 420
15,430 15,598
38 37
Page 32
Berdasarkan pada tingkat pendidikan, kondisi penduduk Kabupaten Bima dapat dilihat pada berikut : Diagram 2.1
2.5. Kesehatan
Indikator keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan antara lain dapat dilihat dari meningkatnya angka harapan hidup dari 60,90 tahun 2005 menjadi 67,43 tahun 2009, dan proyeksikan meningkat menjadi 68,77 pada tahun 2010. Angka kematian bayi menurun dari 54 orang tahun 2006 menjadi 35 orang tahun 2009. Begitu juga halnya angka kematian ibu melahirkan menurun dari 14 orang tahun 2006 menjadi 10 orang tahun 2009. Jumlah penderita gizi buruk dari 214 kasus tahun 2006 menjadi 60 kasus tahun 2009.
Page 33
2 3
14 54
10 43
10 38
10 35
Page 34
Untuk
meningkatkan
pelayanan
kesehatan
kepada
masyarakat, pemerintah Kabupaten Bima juga telah meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya tempat untuk berobat yang memadai bagi masyarakat di Kabupaten Bima. Pada tahun 2005, jumlah tempat berobat sebanyak 634 unit dan meningkat menjadi 736 unit pada tahun 2009. Tabel 2.14 Jumlah sarana dan prasarana kesehatan Tahun 2005-2009 Jumlah Unit / Tahun
2005 1 2 3 4 5 Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas Pembantu Posyandu Polindes Jumlah 1 14 66 478 75 634 2006 1 14 71 478 78 642 2007 1 20 77 522 78 698 2008 1 20 81 522 95 719 2009 1 20 86 522 107 736
No
Disamping itu, juga ditunjang oleh ketersediaan tenaga medis maupun paramedis, baik paramedis perawat maupun non perawat yang tersebar di semua Pusat Kesehatan Masyarakat di seluruh Kecamatan di Kabupaten Bima, walaupun belum didukung oleh ketersediaan tenaga dokter spesialis. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, pemerintah kabupaten Bima terus menambah tenaga kesehatan secara signifikan. Hal ini dapat diketahui dari semakin meningkatnya jumlah tenaga kesehatan yang pada tahun 2005 berjumlah 181 orang, meningkat secara darastis menjadi 326 orang pada tahun 2009.
Tabel 2.15 Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis Kesehatan Tahun 2005-2009
No 1 2 3 4 5 Jumlah orang / Tahun Tenaga Medis/Paramedi 2005 2006 2007 2008 2009 s Dokter Umum Dokter Spesialis Apoteker Perawat Bidan Jumlah 20 0 5 49 107 181 20 7 7 67 107 208 22 7 7 120 116 272 29 12 8 107 115 271 39 12 15 110 150 326
kewenangan
otonomi
yang
luas
dan
bertanggungjawab
yang
bingkai otonomi daerah sebagaimana diamanatkan dalam Undangundang (UU) No. 22 tahun 1999 dan direvisi menjadi UU No. 33 tahun 2004, Kabuapten Bima telah memanfaatakan kewenangan itu dengan Profil Kabupaten Bima tahun 2008 terus menggali potensi-potensi daerah baik potensi sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mempercepat pertumbuhan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk memenuhi tuntutan dan meningkatkan pelayanan pada masyarakat, Kabupaten pemekaran wilayah Bima telah mengalami beberapa kali mulai tingkat dusun, desa, kecamatan, dan
bahkan dimekarkan menjadi Kota Bima pada tahun 2001. Hal ini dilakukan tidak hanya untuk memenuhi semakin meningkatkan tuntutan untuk mendekatkan pelayanan pada masyarakat yang terus berkembang dari tahun ke tahun tetapi juga karena adanya daya dukung wilayah. Sejarah telah mencatat bahwa Kabuapten Bima sebelum otonomi daerah hanya terdiri dari 10 kecamatan, kemudian setelah otonomi daerah kecamatan sebagai pusat ibukota Kabupaten Bima dimekarkan menjadi Kota Bima, dan Kabupaten Bima memekarkan beberapa wilayah kecamatannya menjadi 14 kecamatan dan pada tahun 2006 dimekarkan lagi menjadi 18 kecamatan dengan pusat ibukota kabupaten Bima yang baru dipusatkan di Kecamatan Woha (Bappeda Kabupaten Bima) Total Angkatan Kerja (2005) di Kabupaten Bima mencapai 243.352 orang yang terdiri dari 234.450 orang pekerja dan 8.902 orang Bima pencari semakin kerja/pengangguran meningkat, dimana (3,66%). Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, total angkatan kerja di Kabupaten pada tahun 2009 menjadi 287.018 orang yang terdiri dari pekerja sebanyak 279.920 orang dan pencari kerja sebanyak 7.098 orang (2,47%). Tingkat pengangguran di Kabupaten Bima dibandingkan dengan Kabupaten/Kota di NTB
berada pada urutan terendah yang diikuti oleh kabupaten Sumbawa Barat yang mencapai 6,81%. Tingkat pengangguran Mataram sebesar tertinggi justru terjadi di Kota
13,58%
dan
Kota
Bima
sebesar
12,76%.
Rendahnya
tingkat
pengangguran di Kabupaten Bima karena pada umumnya sebagian besar tenaga kerja bisa bekerja pada sektor pertanian yang masih menyediakan lapangan kerja yang relatif besar, perdagangan dan pegawai pemerintah. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada sub sektor jasa pemerintahan, terlaksananya beberapa program yang mengarah pada usaha ekonomi produktif, kemudahan akses kredit keuangan mikro, koperasi dan perbankan, serta banyaknya program padat Bima . Tabel 2.16 Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Bima Tahun 2005-2009
Jumlah (Tahun) Klasifikasi 2005
Jumlah pekerja 234.450
karya
menyebabkan
rendahnya
angka
pengangguran di Kabupaten
2006
246 .931
2007
269.882
2008
274.577
2009
279.920
8.902 44 243.352
8.9 255.875
8.861 278.743
8.992 283.569
7.098 287.018
3,66
3,50
3,18
3,17
2,47
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Hasil Olahan Bappeda Kabupaten Bima, 2010
Dari
tabel
tersebut
dapat
diketahui
bahwa
terjadi
penurunan pengangguran dari tahun ke tahun sejak tahun 2005 s/d tahun 2009, capaian tertinggi yaitu antara tahun 2008 dan 2009, pada tahun 2008 angka pengangguran mencapai 3,17% sedangkan tahun 2009 mencapai 2,47% jadi terjadi angka penurunan pengangguran yang cukup menggembirakan yaitu 0,7
%. Kemudian mengenai keadaan jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut oleh warga masyarakat Kab. Bima sebagaimana dalam tabel di bawah ini:
1 Monta 2 Parado 3 Bolo 4 Mada pangga 5 Woha 6 Belo 7 Palibelo 8 Langgudu 9 Wawo 10 Lambitu 11 Sape 12 Lambu 13 Wera 14 Ambalawi 15 Donggo 16 Soromandi 17 Sanggar 18 Tambora Jumlah Total
2.7. Perekonomian
Untuk mengetahui laju pertumbuhan PDRB baik atas harga berlaku maupun harga konstan dapat dilihat pada grafik. Pertumbuhan PDRB harga berlaku selama 2005- 2009 berada pada
kisaran 9% - 15%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 15,08%, sementara yang terendah mencapai 9,47%% tahun 2005. Apabila dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB konstan justru pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 14,56%. Oleh ekonomi (PDRB karenanya, tinggirendahnya harga 2009
sebesar 6,43% pada saat pertumbuhan PDRB harga berlaku mencapai pertumbuhan harga konstan) ditentukan oleh laju pertumbuhan
16,00
14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 2005 2006
PDRB HB
11,15 9,47
11,19
6,43
4,56
2008
2009
Tahun
Untuk mengetahui laju pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi yang merupakan dampak berbagai aktifitas masyarakat di Kabupaten Bima dapat dilihat pada diagram berikut Diagram 2.2 Pertumbuhan Rata-Rata PDRB Riil Menurut Sektor (2005-2009)
6,00 5,00
Pertumbuhan (%)
5,39 4,07
3,93
Sektor
Primer Sekunder Tersier
Bila dilihat pertumbuhan rata-rata per sektor selama 2005-2009, maka sektor tersier mencapai 5,39%, sektor sekunder sebesar 3,93% dan sektor primer sebesar 4,07%. Pertumbuhan primer didorong oleh meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian dan pertambangan/penggalian. Masih cukup baiknya pertumbuhan sektor pertanian disebabkan meningkatnya produksi dan nilai pasar dari komodoti tanaman pangan listrik, gas dan air minum dan hasil perikanan. Sementara usaha pertumbuhan sektor sekunder disebabkan berkembangnya
berkembang pula kegiatan industri pengolahan akibat meningkatnya program pembinaan yang dilakukan oleh dinas terkait yang disertai dukungan dana perbankan dan lembaga keuangan upaya pengembangan oleh usaha industri. didukung peningkatan permintaan lainnya dalam sektor Sedangkan sektor tersier terhadap baik skala
Di samping itu, berkembang pula jasa pemerintahan, karena selama otonomi daerah terjadi peningkatan dana dan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya peranan masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB, tetapi juga dipengaruhi oleh laju pertumbuhan masing-masing sektor yang mempunyai peranan yang cukup besar. Selama tujuh tahun terakhir rata- rata pertumbuhan tertinggi berada pada sektor listrik, gas dan air dengan laju pertumbuhan sebesar 5,91 % per-tahun, sedangkan terendah ditempati oleh sektor jasa-jasa yang hanya tumbuh sebesar 2,42 %. Selain sektor pertanian dan sektor jasa-jasa, rata-rata laju pertumbuhan semua sektor berada diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pendorong utama peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima selama lima tahun terakhir adalah sektor pertanian dan sektor perdagangan.
8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 2005
Primer Sekunder
6,83 6,53 5,94 4,26 0 3,06 1,56 0,29 2,11 2,20 2006
Tersier
5,61
4,8 3,07
2007 Tahun
2008
2009
Memperhatikan laju pertumbuhan masing-masing sektor, pada tahun 2007-2009 sektor sekunder mengalami pertumbuhan tertinggi, diikuti sektor tersier dan sektor primer. Selama periode 2005-2009 sektor yang mengalami pertumbuhan yang relatif berfluktuasi agak tinggi dibandingkan sektor lainnya adalah sektor sekunder. Bila dibandingkan ketiga sektor tersebut dari aspek stabilitas pertumbuhan, maka yang paling stabil adalah sektor tersier diikuti sektor primer dan sektor sekunder. Hanya sektor tersier yang relatif stabil di mana deviasi pertumbuhan hanya mencapai 1,5.%. Stabilnya pertumbuhan tersier dipengaruhi oleh kinerja perkembangan sektor perdagangan yang semakin baik di Kabupaten Bima. Sementara sektor sekunder dipengaruhi oleh relatif terjaganya ketersediaan input produksi dan permintaan yang terus meningkat terutama hasil industri pengolahan, listrik, gas dan air serta semakin banyak investasi masyarakat maupun pemerintah dalam bangunan. Di sektor primer pertumbuhannya masih sangat dipengaruhi oleh
kondisi
alam,
musim
Pembangunan mengalami
ekonomi
yang
digalakkan
pemerintah Bima
telah terus
per-kapita
Kabupaten
perkembangan dimana pada tahun 2005 mencapai Rp. Rp 6,48 juta pada tahun 2009 atau mengalami
pertumbuhan rata-rata 4,25% per tahun. Jadi pada tahun 2009 pendapatan rata-rata masyarakat Kabupaten Bima per bulan adalah sebesar Rp. 539.645 atau Rp.17.988 per-hari. Bila dikonversi pendapatan masing- masing Kepala Keluarga di Kabupaten Bima selama sebulan adalah sebesar Rp.2.158.581. Namun bila dilihat paritas daya belinya sesungguhnya pendapatan per kapita per bulan mencapai sekitar Rp.630.193. Berdasarkan hasil analisa posisi perekonomian di Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa Kabupaten Bima pada tahun 2006 berada di kuadran I, yaitu daerah yang memiliki pendapatan per kapita di atas rata-rata provinsi, demikian pula dengan pertumbuhan PDRB-nya. Namun demikian, pada tahun 2009 terjadi pergeseran ke kuadran II, yaitu daerah yang tertekan. Meskipun pendapatan per-kapita masyarakat Bima masih cukup rendah dibandingkan daerah lain di Nusa Tenggara Barat, namun dilihat dari
yang relatif lebih tinggi dari angka pendapatan per kapita di atas. Paritas daya beli masyarakat terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari tahun 2005 sampai 2009, paritas daya beli masyarakat Kabupaten Bima berturut-turut sebesar Rp. 598.000, Rp. 598.300, Rp. 605.200, Rp
611.600, dan Rp. 630.193 ada tahun 2009 atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1,33% setiap tahun. Meskipun daya beli masyarakat Kabupaten Bima yang diukur dengan Indeks Pendapatan terus mengalami peningkatan, tetap saja masih berada di bawah Indeks Pendapatan Provinsi NTB. Rendahnya Indeks Pendapatan masyarakat Kabupaten Bima menjadi suatu isyarat penting bagi kita semua untuk lebih fokus lagi pada pembangunan ekonomi berbasis peningkatan pendapatan (RKPD 2010). Grafik 2.3 Trend Perkembangan Laju PDRB ADHB dan Indeks Harga Implisit Kabupaten Bima 20052009
20,00 15,00 10,00 78,9193 5,00 0,00 IHI Laju PDRB ADHB
IHI Laju PDRB A DHB
10,45
10,50 7,64
Dari tingginya
grafik di atas tampak bahwa selama 2005-2009 terjadi laju PDRB ADHB dibandingkan Indeks Harga Implisit. pada tahun 2005 yang harga yaitu sebesar pada tahun
peningkatan pendapatan riil masyarakat, yang ditunjukkan dengan Peningkatan pendapatan riil terbesar terjadi disebabkan oleh rendahnya laju perubahan 3,4%. Sedangkan pendapatan riil
terendah terjadi
2005 dimana harga-harga umum mencapai 7,53%. Oleh karena itu, upaya pengendalian harga dengan meningkatkan produksi dan penataan sarana transportasi sangat dibutuhkan untuk
PDRB per sektor Kabupaten Bima berdasarkan Bima Dalam Angka tahun 2010 dimana kondisi terakhir adalah keadaan tahun 2009 yang masih bersifat sangat sementara adalah sebagai berikut : Tabel 2.18 PDRB per sektor Kabupaten Bima Tahun 2010
No Sektor Harga Berlaku (Rp) Harga Konstan (Rp) Ket.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Lisrik, Gas dan air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan Jasa jasa Total PDRB
2004
(4)
2005
(5)
2006
(6)
2007
(7) (8)
1.
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN/Agriculture 5,90 a. Tanaman Bahan Makanan/Farm Food 7,42 b. Tanaman Perkebunan Rakyat/ Farm (0,55) c. Peternakan dan Hasil hasilnya/Livestock 4,12 d. Kehutanan/Foresty (5,04) e. Perikanan/Fishery 2,49 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN/
7,16 2,28
2. 6,54
4,57
a. Minyak dan Gas Bumi/Crude Petrolium & b. Pertambangan Tanpa Gas/ Others -
NO 2009
(1)
2004
(4)
2005
(5)
2006
(6)
2007
(7)
2008
(8)
3.
c. Penggalian/Quarrying 6,54 INDUSTRI PENGOLAHAN/Manufacturing 4,20 2,94 a. Industri Dengan Migas/Oil & Gas
2,94
2,15 1,22 -
4,57 2,19 -
Industries
Manufacturing Refinery
-
1. Pengilangan Minyak Bumi/Petrolium 2. Gas Alam Cair/ Liquid Natural Gas b. Industri Tanpa Migas/Non Oil & Gas
2,19 7,49
Manufacturing
4,20 2,94 1. Makanan & Minuman dan Tembakau/ 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Tekstil, Brg Kulit dan Alas Kaki/ Textile and Leather Goods Brg Kayu dan Hasil Hutan Lainnya/Woods and Other Forest Prod. Kertas dan Barang Cetakan/Paper & platform goods Pupuk,Kimia & Barang dari Karet/Fertilze,Chemical & Rubber Semen & Barang Lain Bukan Logam/Cement & NonMetal Goods Logam Dasar Besi & Baja/Basic Iron Metal & Steel Alat Angkutan, Mesin Dan Peralatan/Transportation,Mechin
4.
Tools
e &
10,01 (2,03)
11,69 (3,19)
3,33 -
3,00
6,05
1,64
2,04
7,06
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN/Trade, Hotel And Restaurant 5,79 9,05 a. Perdagangan Besar dan Eceran /Wholesale 5,88 and Retail Trade 9,16 b. Hotel/Hotels 1,92 6,38
5,16 5,19
4,41
c. Restoran/Restaurant 4,06
2,22
2,84
3,06
4,77
4,13
NO 2009
(1)
2004
(4)
2005
(5)
2006
(6)
2007
(7)
2008
(8)
7.
And Communication
5,00 4,91 -
5,37 5,74 -
a. Pengangkutan/Transport 6,48 5,34 1. Angkutan Rel Kereta Api/Railway 2. Angkutan Jalan Raya/Road Transport 5,87 3. Angkutan Laut/Sea Transport 1,82 4. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan/Inland water trans. 2,45 5. Angkutan Udara/Air Transport 4,76 6. Jasa Penunjang Angkutan/Supporting 7,12 b. Komunikasi/Communication 5,69 1. Pos dan Telekomunikasi/Post and 5,69 2. Jasa Penunjang Komunikasi /
Transport
Transport Activities
8,23 7,65 -
Communication
Communication Services
8.
a. Bank/Banking 5,94 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank/Non 7,38 c. Jasa Penunjang Keuangan/ Banking Service d. Sewa Bangunan/ Ownership of Dwelling 9,41 e. Jasa Perusahaan/ Establishment Services 6,45 JASA-JASA/Services a. Pemerintahan Umum/ Government 4,06 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan/Government & Defence 4,06 2. Jasa Pemerintahan Lainnya/ Other
2,29 2,68
3,44 3,11
3,32 3,34
9.
Government Serv.
Community Serv.
5,31
NO 2009
(1)
2004
2005
2006
2007
2008
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
2,34 4,18 3. Perorangan dan Rumahtangga/ Personal 5,16 & Household Serv. 7,37 PDRB/ Gross Regional Domestic Product. 4,92
3,81 5,57
4,56
Selama
kurun
2005-2009,
Kabupaten
Bima
mengalami
pertumbuhan ekonomi yang positif sebagaimana dapat dilihat pada grafik. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima pada tahun 2009 sebesar 6,43%, mengalami peningkatan dari pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sebesar 5,96%. Peningkatan pertumbuhan tersebut didorong oleh meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian (5,90%), sektor perdagangan (9,05%) dan sektor keuangan (8,94%) dan bangunan (10,23%). Sektor perdagangan, hotel dan restoran terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang menunjukan adanya hubungan dengan meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian. Grafik 2.4 Tingkat pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bima Tahun 2005 2010
7,00 6,43 5,95 4,56 5,60
6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 2005 2006 2007 1,37 4,26
2008
2009
2010**
Ta hun
Laju
perekonomian
Kabupaten
Bima
selama
periode
2005-2009 mengalami peningkatan secara terus menerus dari 1,37% tahun 2005 menjadi 6,43% tahun 2009, sementara laju perekonomian tahun 2010 angkanya masih
bersifat 6,43%.
sangat
sementara
yaitu
sebesar
5,60%,
Bahkan
laju
pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2009 yang mencapai Tinggi rendahnya laju pertumbuhan tersebut lebih disebabkan adanya fluktuasi laju pertumbuhan beberapa sektor ekonomi, yang dipengaruhi oleh dinamika pembangunan sebagai dampak positif efektifnya beberapa program ekonomi produktif dan program percepatan pembangunan infrastruktur dalam APBD 2010. Selain sektor pertanian dan sektor industri pengolahan, laju pertumbuhan masing-masing sektor berada di atas laju pertumbuhan PDRB. Apabila dibandingkan dengan perkembangan pertumbuhan ekonomi di tingkat yang lebih tinggi yaitu Provinsi NTB, sebagaimana terlihat pada grafik, bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima melampaui pertumbuhan ekonomi NTB terjadi pada tahun 2009, di mana Kabupaten Bima sebesar 6,43 % dan NTB sebesar 5,26 %.Tingginya pertumbuhan Kabupaten Bima tersebut disebabkan meningkatnya pertumbuhan riil masing-masing sektor akibat terkendalinya pengendalian inflasi PDRB. Oleh karena itu, harga merupakan salah satu strategi yang harus
ditempuh untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Perbandingan antara pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima dengan Propinsi NTB dapat dilihat pada Grafik berikut Grafik 2.5 Perbandingan antara pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima dengan NTB Tahun 2005-2009
7,00
5,95
6,1
2,17
2,37 1,37
2005
2006
2007
2008
2009
Kabupaten Bima
Provinsi NTB
Indonesia
Ta hun
Berdasarkan tampilan grafik di atas, secara umum dapat digambarkan bahwa perbedaan tertinggi pertumbuhan ekonomi antara NTB dan Kabupaten Bima terjadi pada tahun 2008, di mana NTB mencapai 1,37 % dan di mana NTB sebesar 4,89 % Kabupaten Bima sebesar 5,95%. Sedangkan selisih pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2007,
4,56%. Apabila kita menggunakan rata-rata, maka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima selama 2005-2009 adalah sebesar 4,51%. Sementara berada di rata- rata pertumbuhan ekonomi NTB mencapai atas rata-rata provinsi. Secara nasional 3,21%, tingkat yang berarti bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima masih pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 5- 6%, terkecuali tahun 2009 yang terendah yaitu sebesar 4,3%. Bahkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima pada tahun 2009 lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional. Laju Pertumbuhan PDRB dan PDRB Per Kapita Kabupaten Bima atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2009, 2008 dan Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.20 Laju Pertumbuhan PDRB dan PDRB Per Kapita Berdasarkan Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 20072009
PDRB Perkapita (Rp) Tahun Harga berlaku 2009 2008 2007 6.475.742,60 4 5.703.602,15 3 Harga konsta n 3.541.404,98 4 3.357.373,53 4 Pertumbuhan (%) Harga berlaku 14,56 15,08 11,19 Harga konsta n 6,43 5,96 4,56
2.8. Ketenagakerjaan
Angkatan kerja adalah angkatan kerja yang berstatus bekerja atau sementara tidak bekerja, sedangkan pencari kerja adalah angkatan kerja yang
sedang mencari kerja. Jumlah angkatan kerja yang terdaftar di Kabupaten Bima selama periode 2006-2010 sebanyak 202.441 orang. Bekerja 192.926orang. Pencari kerja/penganggur terbuka 9.515 orang dengan komposisi sebagai berikut : Tabel 2.21 Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Bima Tahun 2010
No
1 2 3
Klasifikasi
Jumlah pekerja Jumlah pencari kerja Jumlah angkatan kerja
Perkembangan jumlah pekerja yang sudah ditempatkan dapat dilihat pada dan penyerapan tenaga peserta terlatih yang telah mendapatkan pekerjaan masing-masing dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.22 Jumlah Pekerja Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010
No Pencari kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 Tamat SD/Sederajat Tamat SMTP/Sederajat Tamat SMTA/Sederajat Tamat DI Tamat DII Tamat Sarmud/Sederajat Tamat Sarjana /Sederajat Tamat Pasca Sarjana Jumlah.... 313 209 483 47 152 579 1.759 25 3.567 572 475 592 79 296 1021 2880 33 5.949 9.515 Uraian Laki-laki Tahun 2010 Perempuan Tahun 2010 Ket.
Telah ditempatkan
1 2
257 24
314 282
No Pencari kerja 3 4 5 6
Uraian
Ket.
Tamat SMTA/Sederajat Tamat Sarmud/Sederajat Tamat Sarjana /Sederajat Tamat Pasca Sarjana Jumlah
1526
Dengan tersebarnya infomasi pasar kerja dan bursa kerja dapat menyerap tenaga kerja baik dari dalam maupun dari luar negeri sebagaimana yang terlihat pada tabel berikut : Tabel 2.24 Penyerapan tenaga kerja di luar negeri Tahun 2010
No
1 2 3
Uraian
Malaysia Arab Saudi Brunai Darusalam
4. 5.
Singapura Hongkong
6 orang 13 orang
No
6. 6 Taiwan Jumlah
Uraian
287 orang
1.078 orang
Tenaga
Kerja
dan
Indikator keberhasilan pembangunan daerah pada sektor tenaga kerja lainnya adalah keberhasilan melakukan penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PHI) dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), sebagaimana yang terlihat pada tabel berikut : Tabel 2.25 Penyelesaian PHI dan PHK Tahun 2010
No A 1 2 3 4 5 6 B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 URAIAN Perselisihan Hubungan Industrial PHI sebanyak (kasus) Dengan jumlah TK (orang) Diselesaikan tkt perantara (kasus) Dengan jumlah TK (orang) Diteruskan ke P4D (orang) Dengan jumlah TK (orang) Pemutusan Hubungan Kerja PHK sebanyak (kasus) Dengan jumlah TK (orang) Diselesaikan tkt perantara (kasus) Dengan jumlah TK (orang) Diteruskan ke P4D (kasus) Dengan jumlah TK Diteruskan ke P4P (kasus) Dengan jumlah TK Kasus yang terselesaikan (kasus) 5 orang 5 orang 5 orang 5 orang Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 5 orang 5 orang 5 Kasus 10 orang 5 orang 5 orang Tidak ada Tidak ada Jumlah Tahun 2010 Ket
11 Masih dalam proses (kasus) 12 Dengan jumlah TK (orang) 13 Uang pesangon dan ganti rugi (juta)
Dalam rangka mewujudkan perlindungan terhadap tenaga kerja sebagai akibat dari resiko sosial antara lain kecelakaan kerja, meninggal dunia, sakit dan hari tua pekerja maka dalam hal ini telah lakukan upaya pengawasan terhadap tenaga kerja yang bersangkutan sebagaimana tertuang pada tabel 2.27 berikut ini : Tabel 2.26 Pengawasan Ketenagakerjaan Tahun 2010
No
1. 2. 3.
Uraian
Pemeriksaan perusahaan yang ditertibkan (persh) Pelanggaran peraturan (persh) Penyuluhan Ketenagakerjaan
Ket
4.
Jamsostek Perusahaan
5. 6.
2.9. Visi Dan Misi Kabupaten Bima 2.9.1. Visi Kabupaten Bima
Visi Kabupaten Bima tahun 2011 2015 ini yaitu
mandiri, dan bermartabat berdasarkan nilai Maja Labo Dahu yang religius.
Secara spesifik, penjabaran dari visi ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Masyarakat dan daerah Kabupaten Bima adalah seluruh lapisan masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Bima yang berada di wilayah Kabupaten Bima; 2. Kabupaten Bima yang maju ditandai dengan adanya kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan lahir dan batin. Aspek lahiriah, peningkatan pendapatan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar. Aspek batiniah ditandai dengan meningkatnya penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan pembangunan daerah, semakin mantapnya keimanan dan ketaqwaan masyarakat, serta meningkatnya ketahahanan sosial budaya. Kedua kondisi tersebut diukur berdasarkan peningkatan dalam Pendapatan per Kapita; Angka Kemiskinan; Indeks Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan
Index),
yang
Partisipasi Sekolah; Daya Serap Lembaga Pendidikan Formal; Usia Harapan Hidup Penduduk; Lama Hari Sakit Penduduk; Status Gizi Balita; Tingkat Kematian Bayi dan Ibu Hamil dan Rasio Sarana Kesehatan per Penduduk. Berkaitan dengan derajat otonomi fiskal, yaitu kemampuan pemerintah daerah untuk membiayai kebutuhan otonominya berdasarkan penerimaan yang berasal dari sumbersumber keuangan asli daerah, derajat otonomi fiskal diukur berdasarkan perubahan Indeks Kemampuan Rutin yaitu proporsi dan kontribusi penerimaan yang berasal keuangan asli daerah terhadap dari sumber-sumber penerimaan yang berasal dari
4. Kabupaten masyarakat
Bima
yang
bermartabat
ditandai
dengan
5. Nilai Maja Labo Dahu merupakan falsafah hidup masyarakat Bima dalam
menerapkan norma-norma kemasyarakatan dan keagamaan dalam setiap tingkah laku dan perbuatan manusia, yaitu malu jika berbuat kesalahan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan norma yang ada dan takut kepada Allah sehingga selalu berusaha keras agar mampu menjadi manusia terbaik dalam hidup. Disamping itu, konsepsi Maja Labo Dahumengandung 4 nilai luhur yaitu: Toho
ra ndai sura dou labo dana, Toho ra ndai sura dou marimpa, Renta ba rera kapoda ba ade karawi ba weki, Nggahi rawi pahu;
6. Nilai Religius peningkatan dalam mayoritas di dimaknai sebagai adanya kemajuan dan
kehidupan beragama, dimana Islam yang merupakan agama wilayah dengan ini tetap dijadikan diterapkan landasan dalam dan norma kehidupan menjaga kemasyarakatan bermasyarakat untuk
memperhatikan
kerukunan hidup dengan umat beragama lain. Peningkatan aspek batiniah dilaksanakan dengan penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan pembangunan daerah dan semakin mantapnya keimanan dan ketaqwaan masyarakat. Hal ini dapat diukur dengan berkurangnya tingkat kriminalitas pada masyarakat dalam berbagai bentuk, terciptanya keamanan dan ketertiban, serta terciptanya situasi kondusif untuk penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat;
2.9.2. Bima
Misi
Kabupaten
Misi Pembangunan sebagai penjabaran dari upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Bima dirumuskan sebagai berikut:
1. Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui peningkatan produksi, nilai tambah, prasarana penunjang kesempatan kerja, dan sarana
perekonomian. Meningkatkan ketahanan pangan masyarakat melalui revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan. 2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan kependudukan melalui peningkatan kualitas pelayanan dasar. 3. Meningkatkan kesadaran, pemahaman, pengamalan agama dan nilai-nilai sosial budaya bagi seluruh masyarakat. 4. Mengoptimalkan mendukung potensi sumber daya yang ada dalam tetap melalui percepatan pembangunan dengan
memperhatikan tata ruang wilayah dan daya dukung lingkungan. 5. Menerapkan pemberian Reward prinsip-prinsip
Good
Governance
dan Punishment pada aparatur serta Pengelolaan Keuangan Daerah yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel. 6. Memantapkan dan meningkatkan ketentraman, keamanan dan ketertiban hukum. 7. Memacu percepatan pembangunan kawasan strategis dan cepat tumbuh; masyarakat serta menjamin tegaknya supremasi
Susunan, Perangkat
Peraturan Bupati Bima Nomor 3 dan Nomor 4 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bima. Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati ini pada prinsipnya
dimaksudkan memberikan arah dan pedoman yang jelas kepada daerah dalam menata organisasi secara efisien, efektif dan rasional sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah masing-masing, serta adanya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi serta komunikasi kelembagaan antara pusat dan daerah. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya
mempertimbangkan faktor keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masingmasing daerah tidak senantiasa sama atau seragam. Tabel 2.27 Struktur Organisasi Pemerintah Tahun 2006 2009
JUMLAH (unit)/ TAHUN NO.
A. 1 2 3 4 4 4 5
UNIT KERJA
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD Badan Dinas Kantor Dinas Daerah Lembaga Teknis Daerah
2006
1 1 9 18 3
2007
1 1 9 18 3
2008
1 1
2009
1 1
17 12
17 12
JUMLAH B. C. D. 1 2 3 4 5 6 7 8 KECAMATAN KCD / UPT DINAS ESELONERING Eselon II a Eselon II b Eselon III a Eselon III b Eselon IV a Eselon IV b Eselon V a Eselon V b JUMLAH
32 18 7
32 18 7
31 18 13
31 18 13
2011
BAGIAN KEUANGA N
PERTA NAHAN
OLAHRAG A
SUB BAGIAN
S U B B A G
I A N K E T A
T A L A K S
ANAAN
Page 53
pertambangan,
penyimpangan pemanfaatan ruang dari ketentuan norma yang seharusnya ditegakkan masih
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
berlangsung,
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) 2011 lahan pertanian Pemukiman maupun kehutanan menjadi permukiman maupun
bentuk lainnya tanpa memperhatikan peruntukan lahan sesuai tata ruang masih terus berlangsung.
Page 55
- Masih lemahnya pemahaman masyarakat tentang berbagai regulasi dalam hal pemanfaatan ruang. Dengan memperhatikan uraian tersebut maka untuk mengatasi berbagai permasalahan aktual dalam pembangunan, maka prinsipprinsip penataan ruang tidak dapat di abaikan lagi. Untuk itu maka upaya pengendalian pembangunan dan berbagai dampaknya perlu diselenggarakan secara terpadu dan lintas sektor melalui instrumen penataan ruang. Oleh karena itu strategi pembangunan jangka menengah daerah dalam bidang penataan ruang harus mampu menjadikan dokumen perencanaan tata ruang sebagai salah satu acuan bagi bagi pengendalian dan pemanfaatan ruang wilayah. Berbagai langkah dan strategi kongkrit yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : Untuk meminimalisir terjadinya konflik kepentingan antara berbagai sektor yang memanfaatkan ruang, maka regulasi tentang prosedur pemanfatan ruang harus tegas dan jelas sehingga setiap pemanfaatan ruang wilayah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam dokumen rencana tata ruang. Dalam rangka optimalisasi fungsi rencana tata ruang maka berbagai dokumen perencanaan sektor harus selaras, sinkron dan terpadu dengan dokumen rencana tata ruang, sehingga tidak ada pelaksanaan pemanfaatan ruang yang bertentangan dengan rencana tata ruang. Agar dokumen tata ruang sepenuhnya dijadikan acuan bagi pembangunan daerah dan pengembangan wilayah, maka mulai dari tahapan perencanaan tata ruang sampai pada proses pengendalian pemanfaatan ruang harus dilaksanakan secara transparan dan partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholder yang Page ada, Buku Putih Sanitasi Kab. Bima 56
sehingga dokumen tata ruang yang dihasilkan di fahami dan dilaksanakan dengan baik. Lemahnya kepastian hukum dan koordinasi dalam pemanfaatan ruang harus di atasi dengan penerapan sanksi yang tegas bagi yang melanggar dan pemberian insentif bagi yang taat terhadap ketentuan yang ada. Disamping itu frekuensi koordinasi antara pihak-pihak yang terkait dalam
Page 57
penataan ruang perlu lebih diintensifkan sehingga berbagai kendala dan permasalahan penataan ruang yang ada dapat segera di pecahkan secara bersama-sama. Sosialisasi dan advokasi tentang rencana tata ruang perlu lebih diintensifkan kepada masyarakat mengingat sebagian besar pelanggaran terhadap tata ruang di Kabupaten Bima disebabkan oleh lemahnya pemahaman masyarakat terhadap ketentuan yang ada dalam rencana tata ruang. Dengan adanya pemekaran wilayah Kabupaten Bima dengan Kota Bima sesuai tentang konsekuensi menyesuaikan Undang-Undang Nomor Kota 13 tahun Bima 2002 untuk Pembentukan terhadap Rencana Pemerintah Tata Ruang Bima membawa termasuk
Pemerintahan
Kabupaten
Wilayahnya
didalamnya untuk melakukan Pemindahan Ibu Kota Kabupaten.Di samping itu, dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Tata Ruang Wilayah Nasional, maka setiap daerah di seluruh wilayah Republik Indonesia diharuskan untuk menyesuaikan Rencana Tata Ruang Wilayahnya (RTRW) sesuai dengan ketentuan dalam peraturan tersebut termasuk daerah Kabupaten Bima. Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Bima menjadi sangat strategis untuk segera dilakukan dalam kerangka untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Disamping itu pemindahan ibu kota Kabupaten Bima akan berdampak positif bagi berkembangnya Kabupaten Bima dengan berkembangnya pusat perekonomian
pertumbuhan baru karena akan terjadi pengalihan arus barang dan jasa yang selama ini mengalir ke kota bima akan beralih ke wilayah Kabupaten Bima. Dengan terjadinya perputaran arus barang dan jasa Bruto di wilayah yang Kabupaten Bima, secara langsung akan menyebabkan terjadinya peningkatan (PDRB)
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
Produk
Domestik
Regional
Page 58
status
perekonomian
Kabupaten
Bima.
Peningkatan
status
perekonomian ini akan memberikan pengaruh yang positif bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah, karena berbagai aktifitas ekonomi
Page 59
yang berlangsung di wilayah Kabupaten Bima ini tentunya akan berimbas pada adanya kepada daerah. Begitu penting dan strategis Pemindahan lokasi ibu kota Kabupaten Bima ini sehingga merupakan program yang sangat prioritas untuk dilaksanakan pada periode pembangunan jangka menengah kedua dari pembangunan jangka panjang Kabupaten Bima. Dalam rangka melakukan pemindahan ibu kota ini berbagai langkah dan tahapan sesuai peraturan perundang-undanga terkait sudah dilalui seperti keluarnya Peraturan Pemerintah tentang pemindahan lokasi Ibukota Kabupaten Bima ke wilayah Woha, maupun proses yang sedang berlangsung yaitu penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bima yang menjadi dasar hukum bagi dimulainya proses pembangunan di lokasi Ibu Kota yang baru. Namun demikian, secara umum proses pemindahan ibukota ini masih dihadapkan pada beberapa kendala dan permasalahan di antaranya : - Masih belum tuntasnya penyelesaian Rencana Tata Ruang, baik Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bima maupun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Ibu Kota Kabupaten Bima yang terhadang oleh berbelitnya aturan dan prosedur yang ditetapkan melalui Permendagri Nomor 28 tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Daerah; Tata Ruang transaksi barang dan jasa sehingga tentunya akan disertai dengan pembayaran pajak maupun retribusi
Terhadangnya proses pembangunan sebagai akibat dari alotnya proses pembebasan lahan.
- Terbatasnya sumber pendanaan untuk pembangunan infrastruktur di lokasi Ibukota baru. yang
Page 60
Berbagai permasalahan tersebut akan di atasi dengan strategi sebagai berikut: Peningkatan frekuensi koordinasi baik dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat maupun dengan Pemerintah Pusat dalam hal ini Badan
Page 61
Ruang Ruang
Daerah Nasional
(BKPRD)
Provinsi
NTB
Proses pembebasan lahan terus dilakukan melalui pendekatan, sosialisasi dan dialog secara intensif dengan masyarakat pemilik lahan; Dalam rangka mengatasi permasalahan terbatasnya sumber pendanaan berbagai upaya strategis akan dilakukan diantaranya disamping dengan mengarahkan prioritas pembangunan yang sumber dananya berasal dari dana APBD Kabupaten pada lokasi Ibu Kota Kabupaten Bima yang baru, langkah lain yang ditempuh adalah dengan melakukan pendekatan kepada Pemerintah Provinsi dan Pusat untuk mendapatkan sumber pendanaan dari APBD Provinsi maupun APBN.
Page 62
BAB III PROFIL SANITASI KOTA 3.1. Kondisi Umum Sanitasi Kota
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) akhir-akhir ini ikut memberikan andil pada perubahan perilaku masyarakat akan pentingnya hidup sehat baik di lingkungan rumah tangga maupun yang juga memadai. masyarakat di lingkungan masyarakat sekitarnya, terutama kemudahan dalam mengakses faktor-faktor penunjang kesehatan Perubahan dirasakan perilaku oleh dengan pola hidup sehat tetapi masyarakat perkotaan ini tidak hanya
perdesaan bahkan masyarakat di daerah-daerah terpencil. Hal ini ditunjang juga oleh ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai yang tidak hanya dapat diakses oleh masyarakat perkotaan tetapi juga oleh masyarakat perdesaan dan terpencil. Namun demikian, kemudahan dalam mengakses fasilitas kesehatan bukanlah faktor utama dalam mewujudkan masyarakat yang sehat, akan derajat tetapi faktor kesehatan dan kebersihan lingkungan dan karena lingkungan akan sanitasi ikut memberikan pengaruh terbesar terhadap peningkatan kesehatan masyarakat, mempengaruhi berbagai aktivitas kehidupan dan merupakan salah satu sumbur timbulnya bebagai macam penyakit. Semua itu tak lepas dari peran pemerintah, instansi terkait, masyarakat dan steakeholder, serta kita bersama khususnya di Kabupaten Bima, berbagai upaya pemerintah dalam mengatasi bersam-sama menyadari akan masalah kesehatan (sanitasi) seperti drainase, limbah dan sampah ini hendak nya masyarakat secara pentingnya kesehatan dan kebersihan di lingkungan. Berbagai upaya dan kegiatan pembangunan di bidang sanitasi telah dilaksanakan, kemauan dan kemampuan hidup sehat pada semua kalangan di masyarakat agar terwujud derajat kesehatan
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 63
bahwa
derajat kesehatan
Page 64
masyarakat. terus
Dikarenakan salah
empat
faktor
tersebut
selalu
berfluktuatif maka derajat kesehatan masyarakat harus diupayakan menerus, satunya melalui program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Kondisi lingkungan dan sanitasi masyarakat di Kabupaten Bima dapat digambarkan sebagai berikut:
3.1.1. Lingkungan
Lingkungan
Kesehatan
merupakan khusus salah dalam satu variabel yang kerap
mendapat perhatian
menilai
kondisi
kesehatan
masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat. Lingkungan meliputi, lingkungan permukiman, lingkungan sekolah, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat umum lainnya. Kondisi kesehatan lingkungan masyarakat Kabupaten Bima dapat dilihat pada jumlah dan kondisi jamban, kondisi pencemaran, akses pada sumber air tanah, serta data rumah sehat, sekolah sehat, dan tempat-tempat umum sehat. Kondisi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Sumber Air Bersih Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten Bima tahun 2010 dapat diketahui persentase keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan, berikut persentase tertinggi jenis sarana air bersih yang digunakan, yaitu : SGL 36 % , ledeng 34 %, sumur pompa tangan 15 %, penampungan air hujan 0 %, air kemasan 0%, Mata air 1 %, serta lain- lainnya 14 %, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar rumah tangga yang tersebar di Kabupaten
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
Bima
sudah
menggunakan
sumber
air
minum
Page 65
terlindungi sebesar
bersih lainnya). untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar grafik di bawah ini:
Page 66
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) 2011 Grafik 3.1 Persentase Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan Tahun 2010
b. Rumah Sehat Berdasarkan data dari laporan SP3 Puskesmas di Kabupaten Bima tentang jumlah rumah yang diperiksa sebesar 79,73% (71.309) pada tahun 2008 terdapat rumah yang sehat sebanyak 57,36% (40.901). Sedangkan di tahun 2010 persentase rumah yang diperiksa mengalami peningkatan menjadi 97,46% (111,974) tapi jumlah rumah yang sehat mengalami penurunan menjadi 50,61% (56,670). Rumah sehat sangat berpengaruh pada pola penyakit, sehingga harus selalu diperhatikan. Tabel Jumlah Jumlah 3.1 Kecamatan Rumah Rumah Yang Sehat Tahun Yang Jumlah Rumah Donggo 4,993 2,695 Diperiks Seha 2010
Lambitu Soromandi Woha Ambalawi Wera Sape Lambu 1,190 3,181 11,999 4,805 6,963 13,165 7,429 628 1,482 6,843 722 1,944 8,041 3,514
No
1 2 3 4 5 6 7 8
% Rumah Sehat
53.98 52.77 46.59 57.03 15.03 21.36 61.08 47.30
Page 67
c.
Rumah Tangga memiliki Sarana Kesehatan Lingkungan Sarana kesehatan lingkungan yang harus dimiliki keluarga terdiri dari jamban, tempat sampah dan pengolahan air limbah keluarga telah memenuhi target yang diinginkan, bila dilihat dari cakupan setiap jenis sarana, Cakupan Jamban Keluarga Kabupaten Bima Tahun 2009 sebesar 73,69% dan pada tahun 2010 sebesar 81,55% atau meningkat sebesar 7,86%, akan tetapi cakupan jamban yang memenuhi syarat kesehatan baru mencapai 54,7% dari hasil Inspeksi sanitasi sedangkan yang memiliki Pengelolaan Air Limbah sehat sebesar 18.083 (56,69%).
Tabel 3.2. Jumlah Dan Porsentase Rumah Yang Menggunakan SPAL Tahun 2009 Puskesmas
Sape Lambu Wawo Lambitu Langgudu Woha Monta Parado Palibelo Belo Donggo
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jumlah Rumah
10.236 8.451 3.758 1.189 7.850 9.855 2.606 2.326 23.535 3.437 4.005
%
62,79 40,62 100,00 0,00 14.24 24,05 52,61 0,00 4,98 27,49 2,27
KET
Page 68
12 13 14 15 16
Page 69
d. Tempat Umum Sehat Jumlah tempat umum yang terdaftar sebanyak 268 tempat, yang terdiri dari restoran/ rumah makan sebanyak 86 tempat, pasar sebanyak 14 pasar, dan TUPM lainya 168 tempat sedangkan jumlah tempat umum yang diperiksa dan memenuhi syarat kesehatan adalah restoran 55 tempat, memenuhi syarat kesehatan 43 tempat (78,18%), pasar 15 yang memenuhi yang syarat kesehatan 3 tempat (21,43%), dan TUPM lainnya sebanyak 125 tempat (90,58%).
diperiksa sebanyak 138 tempat memenuhi syarat ksehatan Persentase tempat umum sehat dapat di lihat pada grafik dibawah ini : grafik 3.2 Perbandingan Jumlah TPUM yang Diperiksa Dengan Jumlah TPUM yang Sehat Tahun 2010
Page 70
Page 71
e. PHBS Hasil Study Ehra Jika diukur dari hasil study Ehra, maka Kab. Bima memiliki masalah yang cukup serius dari segi Prilaku Hidup Bersih dan Sehat Grafik : 3.3 di masyarakat, kondisi tersebut sebagaimana yang digambarkan pada grafik di bawah ini :
Keterangan : A1 : Porsentase Desa yang tidak melakukan CTPS di 5 waktu penting A2 : Porsentase Desa yang melakukan CTPS di 5 waktu penting B1 : Porsentase lantai dan dinding jamban tidak bebas tinja B2 : Porsentase lantai dan dinding jamban tidak bebas tinja C1 : Porsentase jamban tidak bebas kecoa dan lalat C2 : Porsentase jamban bebas kecoa dan lalat D1 : Porsentase penggelontor tidak berfungsi D2 : Porsentase penggelontor berfungsi E1 : Porsentase keberadaan sabun di dalam atau di dekat jamban E2 : Porsentase tidak terlihatnya ada sabun di dalam atau di dekat jamban F1 : Porsentase wadah penyimpanan dan penanganan air tidak tercemar F2 : Porsentase wadah penyimpanan dan penanganan air tercemar G1 : Porsentase desa tidak berperilaku BABS G2 : Porsentase desa berperilaku BABS
Page 72
Beberapa indikator yang menjadi tolok ukur PHBS dalam study Ehra menggambarkan bahwa rata-rata lebih dari 60% wilayah study, husus
Page 73
untuk CTPS, tingkat kebersihan jamban, saluran air, wadah penyimpanan air minum dan prilaku BABS bermasalah. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya PHBS baik dalam rumah tangga maupun lingkungan sekitar masih rendah, meskipun dalam hal kepemilikan rumah sehat telah mencapai 50,61% dan cakupan jamban sehat mencapai 54,7% dan hal ini perlu dilakukan intervensi dengan berbagai program agar tercipta masyarakat yang bersih dan sehat. f. Sarana Pendidikan Sarana pendidikan adalah tempat masyarakat untuk belajar dan membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat , maka kondisi ini harus mendapat perhatian. Kondisi sekolah yang memenuhi syarat kesehatan akan memberi dampak yang baik kepada masyarakat, Bima. maka perlu adanya komitmen bersama sarana pendidikan yang ada di lintas sektoral terkait untuk mewujudkan sekolah sehat di Kabupaten Jumlah Kabupaten Bima adalah sebanyak 672 sekolah, sebanyak 672 sekolah, jadi capaiannya adalah sekolah yang memiliki SAB, yang dibina kader
(100%). Sedang
kesehatan remaja masing-masing sebagaimana tertera pada tabel di bawah ini Tabel 3.3 Data Jumlah Bersih Tahun 201 0
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 PUSKESMAS Sape Lambu Wawo Langgudu Woha Palibelo Belo Monta TK/RA 9 8 15 0 0 1 5 6 SD/MI 40 31 20 27 21 23 7 24 SMP/MTS 7 4 5 4 5 2 3 4 SMA/MA/SMK 0 3 3 1 5 2 2 2 KET
Sekolah
Air
Page 74
Page 75
Tabel 3.4
Data Jumlah Dokter Kecil dan Kader Kesehatan Remaja Kab. Bima Tahun 2010
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 PUSKESMAS TK/RA SD/MI 162 96 65 60 80 70 90 135 65 120 128 84 74 140 86 25 70 40 67 48 1705 SMP/MTS 20 0 15 0 20 30 0 40 0 10 30 15 0 21 47 0 0 0 0 0 248 SMA/MA/SMK 25 0 10 0 12 0 0 0 0 0 34 0 0 45 0 0 0 0 0 0 126 KET
Sape Lambu Wawo Langgudu Woha Palibelo Belo Monta Parado Madapangga Bolo Ambalawi Wera Donggo Sanggar Tambora Pai Ngali Soromandi Lambitu
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Data
tabel
3.3
dan
3.4
tersebut
di
atas
jelas
hanya data
Page 76
menggambarkan ketersediaan SAB sekolah, dan data Jumlah Dokter Kecil serta Kader Kesehatan yang menjelaskan kondisi dan
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
Remaja,
sedangkan
ketersediaan sarana sanitasi di sekolah yang meliputi air limbah, penanganan sampah dan saluran air limbah belum ada. g. Sarana Ibadah Sarana ibadah merupakan tempat-tempat yang dikunjungi Jumlah masyarakat dan harus memenuhi standar kesehatan.
sarana ibadah yang ada sebanyak 756 dan semuanya telah dibina kesehatan lingkungannya (100%) . Hal ini perlu dilakukan secara rutin dan terus menerus bekerja sama dengan lintas sektoral terkait untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan dan tempat-tempat umum.
Rumah
tangga
yang
sehat
adalah
rumah
tangga
yang
mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), jika kesadaran masyarakat tinggi akan PHBS maka dapat berpengaruh pada derajat kesehatan sebagai indikator penentu. Adanya pengetahuan tentang pentingya PHBS dalam rumah tangga dapat meningkatkan taraf hidup sehat berkualitas yang dimulai hygene dengan perseorangan. teratur, punya Contoh sarana paling air sederhana jamban, dari adalah tempat
mencuci tangan sebelum makan pakai sabun, menggosok gigi bersih, pembuangan sementara (TPS) dan sebagainya. Berdasarkan pantauan, jumlah rumah tangga yang sudah menerapkan PHBS adalah sebanyak 49.060 (50.59 %) dari total yang di pantau (96.968). Berikut grafik jumlah RT yang menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Bima tahun 2010 : tiap Kecamatan di Kabupaten
Grafik 3.4 Perbandingan Jumlah RT yang Dipantau dengan RT Ber PHBS Tahun 2010
Tabel 3.5 Jumlah Rumah Ber PHBS Kab. Bima Tahun 2010
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Kecamatan
Donggo Lambitu Soromandi Woha Ambalawi Wera Sape Lambu Wawo Langgudu Bolo Madapangga Belo Palibelo Monta Parado Sanggar
18 Tambora JUMLAH
0 245
0 44
17.96
(Angka
Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dari suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian derajat kesehatan masyarakat Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari data dari masyarakat diperoleh melalui hasil pengumpulan
puskesmas melalui sistim pencatatan dan pelaporan. Pola 10 penyakit terbanyak di Kabupaten Bima menurut hasil laporan SP2TP menunjukkan bahwa kasus terbanyak adalah Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat dengan jumlah kasus 8.404. Rincian mengenai 10 penyakit terbanyak di Kabupaten Bima tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.6 Jumlah 10 penyakit terbanyak di Kabupaten Bima Tahun 2010
Nama Penyakit 1. Penyakit pd sistim otot dan jaringan pengikat 2. Malaria tanpa pemeriksaan laboratorium 3. Infeksi akut lain pd saluran pernapasan bag. Atas 4. 5. Diare 6. Penyakit lain pd saluran pernapasan bag. Atas Penyakit darah tinggi 7. 8. Disentri 9. Penyakit usus lain 10 Scabies 11. Penyakit mata lain Sumber Jumlah : Bidang Yankes Dikes Kabupaten Bima,2010 No Jumlah Kasus 8.404 6.377 6.079 4.402 4.290 4.241 3.196 2.746 2.304 2.203 44.24 2
3.1.2.3 Wabah
Terdapat beberapa penyakit yang berpotensi KLB / wabah yang sering terjadi di Kabupaten Bima diantaranya adalah Demam berdarah Dengue (DBD), Diare dan lain sebagainya. Seluruh penyakit potensial KLB ini banyak mengakibatkan kematian dan kerugian secara ekonomi.
B. Diare
Penyakit
Diare masih merupakan kejadian penyakit yang menjadi Pengisi sepuluh penyakit terbanyak dalam tiap laporan bulanan di hampir seluruh Puskesmas yang ada di Kabupaten Bima. Pada tahun 2009 di Kecamatan Sape dan Kecamatan lambu terjadi KLB penyakit diare yang menyebabkan 975 orang dirawat dan 2 orang meninggal dunia. Kondisi Sanitasi lingkungan yang buruk di tambah kesadaran Prilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS ) yang rendah terutama Buang air besar yang masih sembarangan oleh sebagian waktu masyarakat, Cuci tangan menggunakan sabun pada 5 serta penyimpanan makanan dan minuman
penting belum membudaya dan minum air yang belum diolah yang belum aman dari vector menjadi factor penyebab utama terjadinya penyakit diare khususnya di Kabupaten Bima. Angka kejadian diare per kecamatan di Kabupaten Bima dalam 3 ( tiga ) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 3.7 Jumlah Kejadian Penyakit Diare Tahun 2008-2010
NO 1 2 3 4 5 6
2010
629 322 793 1063 1026 422
PAI 16 4 7 SAPE SAPE 148 9 8 LAMBU LAMBU 101 9 9 WAWO WAWO 50 2 10 LANGGUDU LANGGUDU 252 6 11 BOLO BOLO 142 9 12 MADAPANGG MADAPANGG 131 A A 6 13 BELO BELO 68 8 NGALI 57 7 14 PALIBELO PALIBELO 42 0 15 MONTA MONTA 50 2 16 PARADO PARADO 55 3 17 SANGGAR SANGGAR 65 2 18 TAMBORA TAMBORA 31 1 JUMLAH 17492 Sumber Data : Bidang P2PL Dikes Kabupaten Bima, 2010
253 1226 867 876 391 1829 678 176 537 160 752 351 289 321 12961
2009 terjadi kasus sebanyak 11.809 dan tahun 2010 sebanyak 12.691 kasus, artinya terjadi kenaikan kasus diare sebanyak 1.152 kasus. Kecamatan yang paling tinggi kejadian diare tahun 2010 adalah kecamatan Bolo, di mana tahun 2009 terjadi 939 kasus sedangkan tahun 2010 sebanyak 1829 kasus, jadi terjadi kenaikan angka penyakit diare sebanyak 890 kasus. Berdasarkan hasil studi EHRA Kabupaten Bima Pada 38 desa diperoleh beberapa temuan terkait Diare. Untuk waktu paling dekat anggota keluarga terkena diare tertinggi adalah pada lebih dari 6 bulan yang lalu yaitu sebesar 41,6%. Data selengkapnya bisa dilihat pada tabel berikut ini Tabel 3.8 Waktu Kejadian Diare Hasil Study Ehra
Waktu Paling Dekat Anggota Keluarga terkena % diare 6,0 24 jam terakhir 10,7 1 minggu terakhir 12,9 1 bulan terakhir 14,7 3 bulan terakhir
Grafik : 3.5
2011
Grafik 3.6
Page 73
Tabel 3.9 Angka Kejadian Diare Keluarga Hasil Study Ehra Anggota keluarga yang pernah diare A. Anak-anak balita B. Anak-anak non balita C. Anak remaja laki-laki D. Anak remaja perempuan E. Orang dewasa laki-laki F. Orang dewasa perempuan
Sumber: Hasil Study Ehra Pokja AMPL-BM Kab. Bima, 2011
7,7 7,2
Hasil study Ehra menunjukan bahwa angka kejadian diare terbesar kebanyakan menjangkiti orang dewasa perempuan yaitu berjumlah 414 kasus atau 36,8 %, kemudian urutan ke-2 menjangkiti orang dewasa laki- laki yaitu sebanyak 349 kasus atau 31,0%. Sementara itu anak balita masuk urutan ke-3 yaitu sebanyak 198 kasus atau 17,6%, anak non balita sebanyak 105 kasus atau 9,3% kemudian disusun menjangkiti anak remaja lakilaki sebanyak 86 kasus atau 7,7% dan terakhir menjangkiti anak remaja perempuan sebanyak 81 kasus atau 7,2%. 3.1.3. Kuantitas dan kualitas air 3.1.3.1 Air Kuantitas
Secara umum dapat disampaikan bahwa kuantitas air di kabupaten Bima tidak mengalami kendala karena banyak sumber
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
air
yang
dapat
digunakan
oleh
masyarakat,
disamping
Page 74
Page 75
sumur pompa, air sumur gali, mata air, hidran umum dan lain-lain. Rumah tangga di Kabupaten Bima yang menggunakan sumber air ledeng (PDAM) baru mencapai sebesar 15,59%, namun demikian sumber air bersih seperti melalui sumur pompa tangan, sumur gali, dan sumber air lainnya merupakan sumber air minum terlindungi. Ketersediaan air bersih dari berbagai sumber yang terlindungan tersebut mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk semua rumah tangga di Kabupaten Bima. 3.1.3.2 Air Kualitas
Tidak semua air bersih mempunyai tingkat keamanan yang sama. Sumber air bersih yang secara umum dinilai relative aman adalah : air ledeng/PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi. Sumber-sumber air bersih yang dianggap memiliki resiko terkontaminasi oleh bakteri pathogen ke dalam tubuh manusia (kurang aman) yaitu sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan seperti air kolam, sungai, parit ataupun irigasi. Aman dan tidaknya sumber air tersebut juga dipengaruhi oleh jarak dengan jamban (lubang pembuangan), sumber air dimaksud seperli SGL, SPT, Pompa Listrik karena sumber air tsb lajim digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Bima Pengawasan kualitas air : jumlah sample bakteriologi yang diambil/diperiksa sebanyak 37 sampel dan yang memenuhi syarat bakteriologis hanya 13 sampel atau sebesar 35,14%. Hal ini menunjukan bahwa perlu ada perbaikan sarana air bersih, perbaikan kualitas air bersih dan perilaku pengguna air bersih. 3.1.3.3 Akses Study Ehra Data di atas Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Air Bersih berdasarkan
Kab.
Bima,
yang
mana
tingkat
lingkungan sekitar terutama masalah jarak dengan penampungan tinja yang tidak septik.
Page 77
Berdasarkan hasil study Ehra maka dapat digambarkan bahwa tidak semua masyarakat dapat mengakses air bersih secara mudah karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kondisi geografis wilayah yang memang susah untuk mendapatkan air baku, disamping itu juga disebabkan oleh faktor musim, di mana sebagian masyarakat susah mengakses air baku pada musim kemarau karena sebagian sumber air mengalami kekeringan, selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini Grafik 3.7 :
Keterangan : A1 A2 B1 B2 C1 C2 : : : : : : Porsentase Desa pengguna sumber air tidak tercemar Porsentase Desa pengguna Sumber air tercemar Porsentase Desa Pengguna sumber air terlindungi Porsentase Desa Pengguna sumber air tidak terlindungi Porsentase Desa tidak langka dengan sumber air Porsentase Desa dengan kelangkaan sumber air
Dari
grafik
di
atas
dapat
diketahui
bahwa
sebagian
besar
Buku Putih Sanitasi mengakses air baku dalam memenuhi kebutuhan Page masyarakat akan Kab. Bima 78
sumber
yang
tidak
tercemar
yaitu
Page 79
menggunakan dari sumber yang tercemar. menggunakan 83,9% tidak air dari sumber yang tidak
menggunakan air dari sumber yang terlindung, sedangkan 14,6% mengenai tingkat kelangkaan air dari sumber diketahui bahwa : mengalami kelangkaan air, sedangkan 16,1% mengalami kelangkaan air pada sumber. 3.1.4. Limbah Cair Rumah Tangga Pengolahan air limbah rumah tangga di Kabupaten Bima belum memenuhi target yang diinginkan. Jumlah rumah tangga yang memiliki Pengelolaan Air Limbah tanggah sehat mencapai 18.080 rumah (56,68%), meskipun pengolahan air limbah tersebut belum
mencapai 100 % rumah tangga di Kabupaten Bima, akan tetapi keadaan ini sudah dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Bima. Mengenai kondisi eksisting limbah domestik baik yang berasal dari hasil buangan limbah cair rumah tangga (grey water) maupun dari hasil limbah buangan tinja (black water) hasil study ehra sebagaimana tertera pada grafik di bawah ini : Grafik : 3.8
Keterangan : 1 2 3 4 5 6 : : : : : : Porsentase Porsentase Porsentase Porsentase Porsentase Porsentase pengguna pengguna pengguna pengguna pengguna pengguna tangki septik suspek tidak aman tangki septik suspek aman pembuangan isi tangki septik tidak tercemar pembuangan isi tangki septik yang tercemar SPAL tidak tercemar SPAL yang tercemar
Berdasarkan grafik tersebut di atas dapat diketahui bahwa dari sub sektor limbah cair masyarkat disebagian wilayah Kab. Bima memiliki tingkat kesadaran yang baik dalam menjaga lingkungan agar tidak terkontaminasi baik sebagai akibat dari grey water maupun
black water.
Data tersebut menjelaskan bahwa : Pengguna tangki septik suspek yang aman bagi lingkungan : 74,8% Pengguna tangki septik suspek yang tidak aman bagi lingkungan : 25,2% Pengguna pembuangan isi tangki septik yang tidak tercemar mencapai : 94,3% Pengguna pembuangan isi tangki septik yang tercemar mencapai : 5,7% Pengguna SPAL yang tidak tercemar mencapai : 67,6% Pengguna SPAL yang tercemar mencapai : 32,4% Perbandingan data sekunder dan data Ehra dari segi SPAL rumah tangga, diketahui : berdasarkan data sekunder jumlah rumah tangga yang memiliki Pengelolaan Air Limbah sehat mencapai 56,68%, sedangkan hasil data Ehra menggambarkan bahwa pengguna SPAL yang tidak mencemari lingkungan (sehat) mencapai 67,6%. Hal tersebut mencerminkan bahwa dalam realitas sosial sebagian dalam Buku masyarakat Putih Sanitasi Kab. Bima memiliki kesadaran yang memadai Page Kab. Bima 78
menjaga lingkungan sehingga terhindar dari berbagai penyakit yang berbasis lingkungan.
Page 79
3.1.5. Limbah Padat (Sampah) Keadaan limbah padat (sampah) di Kabupaten Bima belum terlalu mengkhawatirkan sampah sehingga pemerintah daerah belum membentuk satuan kerja khusus pengelolaan Badan Umum. Pengolahan limbah padat (sampah) masih dilakukan secara sederhana, hal ini terjadi karena Kabupaten Bima memiliki Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan baru direncanakan akah dibangun pada Tahun 2011 ini dan Tahun 2012. Meskipun demikian pengolahan limbah padat tetap dilakukan dengan memaksimal potensi yang tersedia. Adapun sarana dan prasarana penunjang pengolahan limbah padat di Kabupaten Bima dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.10 Jumlah Sarana dan Prasarana Pengolahan Sampah di Kabupaten Bima Tahun 2010 No 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SARANA DAN PRASARANA 2 Pengangkut Sampah Roda Tiga Mesin Pengolah sampah Tong Sampah Gerobak sampah Papan Informasi tepi Sungai Alat-alat Lab. Biologi Alat-alat Lab. Kimia Gedung Lab. Pagar Gedung Lab/pagar Laboratorium dan garasi Mobil Operasional Laboratorium informasi dari BLH Jumlah 3 8 buah 8 unit 40 buah 32 unit 30 buah 3 paket 2 paket 200 M/150 M 94,20 M 1 unit Bima bahwa
Page 80
menangani Bima
Berdasarkan
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
Kabupaten
laboratorium beserta fasilitasnya seperti mesin pengolah sampah, alat-alat biologi dan alat- alat kimia belum dioperasikan Sementara pengangkut sampah roda tiga yang karena tenaga operasionalnya belum ada di Kantor BLH Kabupaten Bima.
Page 81
ada kurang efaktif dijadikan armada sampah ditingkat kecamatan dan desa karena faktor jarak dan prasarana jalan yang belum memadai. Hasil Study Ehra memberikan kejelasan dalam pengelolaan persampahan Kab. Regional sehingga Bima, sekaligus menguatkan data sekunder yang ada, di mana Bima belum memiliki baik TPST maupun TPA armada sampah yang ada kesulitan dalam membuang sampah. Kenyataan ini jelas dalam Study Ehra tergambar bahwa 99,3% masyarakat tidak melakukan pengolahan sampah sebagaimana mestinya, biasanya sampah yang ada dibuang ditempat yang kosong dan atau kadang-kadang dikubur, dibakar. Untuk lebih jelasnya sebagaimana tergambar pada grafik di bawah ini: Grafik : 3.9
Keterangan :
1 : Porsentase Desa yang tidak melakukan pengolahan sampah : Porsentase Buku 2 Putih Sanitasi Desa yang melakukan pengolahan sampah Kab. Bima
Page 82
3 : Porsentase frekuensi pengangkutan sampah tidak memadai 4 : Porsentase frekuensi pengangkutan sampah memadai 5 : Porsentase pengangkutan sampah yang tidak tepat waktu 6 : Porsentase pengangkutan sampah yang tepat waktu 7 : Porsentase Desa yg tidak melakukan pengolahan sampah setempat 8 : Porsentase Desa yg melakukan pengolahan sampah setempat Bila dijabarkan sebagaimana hasil Study Ehra tersebut di atas, maka Kab. Bima pengelolaan memiliki permasalahan yang serius di mana rata-rata lebih terhadap dari 90% persampahan,
bermasalah terhadap: tidak melakukan pengolahan sampah, frekuensi pengangkutan sampah tidak memadai, pengangkutan sampah yang tidak tepat waktu dan rata-rata tidak melakukan pengolahan sampah setempat. Dari keadaan ini intervensinya armada jelas yaitu : pembangunan TPST/TPA, pengadaan sampah, konsep
pengelolaan sampah dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di Kab. Bima perlu diupayakan. 3.1.6. Drainase Lingkungan
Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun ikut mempengaruhi terhadap perluasan wilayah pemukiman penduduk. Adanya perluasan pemukiman penduduk umumnya tidak yang baru di disertai ketersediaan drainase lingkungan pemukiman yang memadai, hal ini terjadi karena pembangunan perumahan Kabupaten Bima rata-rata tidak memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), akibatnya tidak adanya pengawasan dari instansi terkait termasuk keadaan sistem drainase di lingkungan pemukiman baru tersebut. Keadaan ini akan menurunkan kualitas sistem drainase yang meliputi kurang lancarnya aliran air yang diakibatkan adanya sedimentasi, kerusakan jaringan dan pencemaran lingkungan. Daerah genangan di Kab. Bima berdasarkan hasil study dapat digambarkan sebagaimana tertera pada grafik di bawah Buku Ehra Putih Sanitasi Page Kab. Bima 83
ini
Page 84
Grafik : 3.10
%
Sumber: Hasil Study Ehra Pokja AMPL-BM Kab. Bima, 2011
Cakupan drainase dan area genangan di Kab. Bima berdasarkan data sekunder belum dapat dikalkulasikan dengan tepat karena keterbatasan data yang ada di SKPD terkat, akan tetapi dari hasil study Ehra diperoleh gambaran bahwa cakupan daerah genangan Kab. Bima mencapai 1,8%. Sementara itu daearah yang tidak tergenang mencapai 98%, dengan demikian maka sebagian besar wilayah Kab.Bima tidak bermasalah dengan kenangan air meskipun saat musim hujan. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya; kondisi topografi yang tidak memungkinkan adanya genangan air, disamping itu kondisi tanah yang memiliki tingkat resapan air yang tinggi dan saluran drainase lingkungan yang ada mampu mengalirkan air dengan baik. 3.1.7. Pencemaran Udara
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 85
Pencemaran udara umumnya terjadi akibatnya meningkatnya konsentrat korbon dioksida dan zat lainnya di udara. Zat-zat tersebut umumnya bersumber dari asap baik dari pabrik industri, kendaran bermotor, serta asap dari pembakaran lainnya. Kabupaten Bima merupakan salah satu daerah agraris dengan mencapai sehingga 70%, keadaan dan tidak di terdapat Kabupaten udara Bima jumlah masih petani dibawah industri-industri besar,
batas normal. 3.1.8. Limbah Industri Keberadaan industri industri di Kabupaten Bima baik yang berskala kecil atau menengah tidak dapat dipisahkan dengan limbah yang dihasilkannya seperti limbah domestik, limbah industri atau limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), di Kabupaten Bima secara umum air limbah masih dikelola secara tradisionil, bahkan di beberapa dibuang lokasi ke belum dikelola samasekali (belum terdapat tanpa pengolahan saluran). Buangan air kotor/limbah rumah tangga pada umumnya saluran lingkungan permukiman terlebih dahulu. 3.1.9. Limbah Medis Limbah medis di Kabupaten Bima lainnya dihasilkan oleh Rumah Sakit Umum Daerah dan Puskesmas. Penanganan limbah medis sama sekali belum ditangani dengan baik, buangan air limbah pada umumnya langsung dialirkan pada selokan dan dibuang pada lubang peresap tanpa diolah terlebih dahulu sehingga pencemaran (sampah) air tanah dan yang dihasilkan oleh Rumah bisa Sakit mengakibatkan Umum Daerah lingkungan. Sementara itu limbah
Kabupaten Bima, karena letaknya masih dalam wilayah Kota Bima maka proses pengangkutannya dibantu oleh mobil sampah kota bima.
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 86
Pihak RSUD menyediakan penampungan kemudian diangkut oleh petugas akhir kebersihan dengan truk sampah ke tempat penampungan
Page 87
3.2. Pengelolaan Limbah Cair Sistem pembuangan air limbah harus dipisahkan dengan sistem pembuangan air hujan, namun sering dijumpai limbah dari rumah tangga dibuang ke dalam sistem pembuangan air hujan yang dapat mengakibatkan polusi/ pencemaran lingkungan hidup. Sarana pembuangan limbah Kabupaten Bima dapat dibedakan menjadi pembuangan limbah manusia dan pembuangan limbah rumah tangga. Pembuangan limbah manusia menggunakan sarana berupa jamban keluarga, MCK atau bentuk-bentuk sarana lainnya.
Sedangkan pembuangan limbah rumah tangga langsung dialirkan ke
saluran
drainase
lingkungan,
sungai tetapi
dan
tempat
terbuka tempat
(halaman,kebun,sawah,dll).
Akan
dibeberapa
khususnya di daerah pelosok Kabupaten Bima masih dijumpai masyarakat yang buang tinja di tempat yang tidak semestinya seperti di gunung, kebun, sungai, selokan, pinggir pantai,dll Dengan demikian maka perlu adanya perencanaan mengenai pengolahan air limbah pada wilayah Kabupaten Bima. Pengolahan air limbah direncanakan dengan menggunakan sistem setempat atau sistem terpusat agar tidak mencemari daerah tangkapan air/ resapan air baku. Saat ini Sistem Pengelolaan Air Limbah permukiman di Kabupaten Bima dilakukan dengan Sistem pengelolaan air limbah setempat (On-Site Sistem) yaitu sistem penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara individual dan/atau komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan, yang pengolahannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber. Sedangkan sistem off-site atau dikenal dengan istilah sistem terpusat atau sistem
sewerage, yaitu
sistem
yang
menggunakan
perpipaan
untuk mengalirkan air limbah dari rumah-rumah secara bersamaan dan kemudian dialirkan ke IPAL tidak ada di Kabupaten Bima sehingga
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 88
Page 89
Pengelolaan air limbah yang kurang baik menyebabkan sumber wabah penyakit dan menimbulkan pencemaran Lingkungan, seperti pencemaran air, tanah dan pengaruh langsung yang sering dirasakan ialah mengganggu segi estetika yaitu timbulnya bau dan pemandangan yang buruk. Disamping itu, masih kurangnya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi/jamban dan masih banyak masyarakat buang air besar ( BAB ) disembarang tempat seperti sungai, kebun, halaman rumah, merupakan masalah yang timbul di masyarakat saat ini. Upaya penanganan pengelolaan Air Limbah di Kabupaten Bima belum maksimal dilaksanakan karena belum adanya Instalasi Pengolahan Air limbah serta Dasar Hukum banyak ditemukan kendala juga belum ada, sehingga masih dan masalah yang terjadi antara lain
No
(1)
A.
B. Teknis Operasional : 1. Perencanaan Ketersediaan dokumen perencanaan Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) 2011 (Master Plan, FS, DED) Dinas PU Terbatas, tdk Pemb. MCK Penambahan dipelihara SAB & Sarana tersebar di
Page 91
serta kurang SAB msh byk masy BAB di Sembarang tmpat krn kurang pengetahuan ttg PHBS -
Kec. Sosialisasi PHBS & Pemb. SAB dan Sanitasi Pemb. Sanitasi melalui Proyek berbasis masy, spt WSLIC-2, dll Peren. disesuaikan dg dana yg ada -
Sanitasi yg sehat, serta penyuluhan ttg PHBS, sehingga masy. Lebih sadar akan pentingnya Sarana Sanitasi
- Truk Tinja - IPLT - Lain lain b Rehabilitasi dan Peningkatan Kapasitas : - Truk Tinja - IPLT - Lain lain c Operasi dan Pemeliharaan : - Truk Tinja - IPLT C. Pembiayaan : - Sumber-sumber Pembiayaan - Alokasi APBD - Tarif Retribusi - Mekanisme penarikan Retribusi - Realisasi penerimaan Retribusi - Lain lain Peraturan Per-uu an - Kelayakan Pakai - Penerapan Sanksi - Lain lain Peran serta Masy. dan Swasta : - Kampanye/Penyuluhan
D.
E.
- Keterlibatan Swasta - Partisipasi aktif Masyarakat - Lain lain Sumber Data : RPIJM Kabupaten Bima 2010-1014
Terkait -
3.2.1. Landasan Hukum/Legal Operasional Landasan Operasional sistem penanganan limbah cair (tinja) adalah Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4161) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699), Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419), PP No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air PP Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan B3 PP Nomor 18 tahun 1999 jo PP No.85 tahun 1999 tentang Pengelolaan LB3
Peraturan Daerah Kabupaten Bima No.6 Tahun 2011 tentang pengelolaan ar minum dan penyehatan lingkungan berbasis masyarakat (AMPL-BM)
Peraturan Daerah No.06 Tahun 2011 sampai saat ini baru sampai tahap sosialisasi dan menunggu Peraturan Bupati sebagai aturan pelaksananya
3.2.2. Aspek Institusional Mengacu pada peraturan yang berlaku selama ini, belum ada aturan secara implisit mengenai sistem pengelolaan limbah cair di kabupaten Bima, tapi dengan lahirnya Perda No.07 Tahun 2011 tentang AMPL maka Lembaga atau dinas yang berkaitan dengan penanganan limbah cair di Kabupaten Bima adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Kesehatan diatur secara umum. Berdasarkan ketentuan Perda tsb bahwa : - Dibentuk kelompok Kerja AMPL-BM ditingkat Kabupaten dan Kecamatan - Bertugas mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi terkait dengan operasionalisasi kebijakan - Sebagai pengelola AMPL-BM ditingkat desa maka dibentuk kelompok pengelola AMPL-BM tingkat desa 3.2.3. Cakupan Pelayanan Prasarana dan sarana pengelolaan limbah cair di Kabupaten Bima masih terbatas pada skala rumah tangga saja, baik yang diperuntukan bagi tempat pembuangan limbah(tinja) manusia
maupun untuk pembuangan limbah rumah tangga, sedangkan untuk skala yang lebih besar/ luas seperti IPAL dan IPLT belum ada. Termasuk dalamnya tempat-tempat usaha rata-rata belum memiliki sarana pengolah limbah terutama pada industri kecil dan industri rumah tangga. Hal ini tidak jarang menimbulkan rasa ketidaknyaman bagi masyarakat terutama sekitar areal usaha Data yang menggabarkan tentang cakupan pelayanan penanganan
limbah cair di Kabupaten Bima dapat dilihat dalam tabel di bawah ini
Tabel 3.12 Cakupan Pelayanan Air Limbah Sistem On Site Kabupaten Bima Tahun 2010
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Puskesmas Sape Lambu Wera Ambalawi Wawo Langgudu Palibelo Belo Woha Bolo Madapangga Monta Parado Donggo Soromandi Sanggar Tambora Pai Ngali Lambitu
Jaga/ MCK
10.014 7.134 4.547 3.239 4.003 6.529 5.957 3.115 10.519 9.520 6.021 6.876 2.010 4.098 2.674 2.577 1.323 473 2.604 1.151 94.384
Cakupan 76,07 82,23 74,84 56,97 95,04 88,55 88,54 87,80 87,67 87,64 85,09 79,84 87,24 81,10 77,26 75,07 67,50 42,84 85,80 83,53 81,55
Keterangan
Berdasarkan data di atas bahwa tolok ukur perhitungan jumlah jamban MCK, jaga permanen, semi permanen dan cubluk) berdasarkan jumlah Puskesmas yang ada di Kabupaten Bima (20 Puskesmas) sehingga diperoleh cakupan sanitasi (jamban) sisten on site mencapai 81,55. Tingganya cakupan sanitasi (jamban) di Kabupaten Bima sebagai akibat dari adanya intervensi berbagai program seperti WSLIC-2 Paket F, WSLIC Paket G (STBM), Unicef, dll. Akan tetapi sarana sanitasi yang ada masih banyak yang belum memenuhi standar kesehatan karena dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan kurangnya kesadaran masyarakat pengguna. Berdasarkan hasil Inspeksi sanitasi, bahwa sarana sanitasi (jamban) yang memenuhi standar kesehatan mencapai 54,7 % dari total sarana yang
terbangun,
sehingga
perlu
segera
diintervensi
agar
tidak
3.2.4. Aspek Teknis dan Teknologi 3.2.4.1.Sistem system Sanitasi sistem terpusat/offsite
terpusat atau sistem sewerage, yaitu sistem yang menggunakan perpipaan untuk mengalirkan air limbah dari rumah-rumah secara bersamaan dan kemudian dialirkan ke IPAL. Biasanya sistem off site diterapkan pada kawasan - Kepadatan > 100 org/ha Bagi kawasan berpenghasilan rendah dapat menggunakan sistem septik tank komunal (descentralised water treatment) dan pengaliran dengan konsep perpipaan shallow sewer. Dapat juga melalui sistem kota/modular bila ada subsidi tarif. Bagi kawasan terbatas untuk pelayanan 5001000 sambungan rumah disarankan menggunakan basis modul. Sistem ini hanya menggunakan 2 atau 3 unit pengolahan limbah yg paralel.
Off site system belum sehingga istilah ini masyarakat tidak pernah dibangun di Kabupaten Bima dikalangan
populer
3.2.4.2 system
Sistem
setempat/onsite
Sanitasi sistim on-site atau dikenal dengan sistem sanitasi setempat yaitu fasilitas sanitasi individual seperti septik tank atau cubluk, akan tetapi yang biasa kita temukan dimasyarakat kabupaten Bima banyak dari sarana tsb dalam waktu tertentu bisa mencemari air tanah karena lubang pembuangan tinja tidak kedap air. Sistem on site ini idealnya diterapkan pada:
Kepadatan < 100 org/ha Kepadatan > 100 org/ha sarana on site dilengkapi pengolahan tambahan seperti kontak media dengan atau tanpa aerasi Jarak sumur dengan bidang resapan atau cubluk > 10 m
Instalasi pengolahan lumpur tinja minimal untuk melayani penduduk urban > 50.000 jiwa atau bergabung dengan kawasan urban lainnya
3.2.5. Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Penanganan Limbah Cair Peran masyarakat dan jender dalam penangan limbah cair selama ini cenderung sifatnya personal artinya tidak diatur secara sistematis dalam kelembagaan formal. namun demikian lewat Sanitarian Puskesmas sedang diterapkan sistem Sanitation Marketing
pedesaan dengan sistem cash dan kredit. Capaian hasil kegiatan Sanitasi Marketing Plan (SMP) Kabupaten Bima sebagimana terlihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 3.13 Jumlah Jamban Berdasarkan Hasil Kegiatan sanitasi Marketing Plan Program STBM di Kabupaten Bima Tahun 2010
No.
1
Kecamatan
2
Desa
3
Jumlah Jamban
4
Keterangan
5
1 2 3 4 5 6 7
Dengan potensi dan karakteristik masyarakat Kabupaten Bima yang heterogen merupakan aset dalam upaya meningkatkan
kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan. Sejak 10 tahun terakhir Pemerintah Kabupaten Bima dan kemudian didukung oleh segenap elemen masyarakat telah menerapkan satu program yaitu Program Jumat Bersih, di mana setiap hari jumat masyarakat melakukan gerakan bersama dalam rangka operasi
kebersihan lingkungan yang dimotoring oleh seluruh Kepala Desa dalam menggerakkan seluruh warganya agar perduli dengan lingkungan. Kemudian peran serta wanita dalam penanganan limbah cair dan limbah rumah tangga sangat diperlukan karena mereka keseharian yang berurusan dengan dapur dan sampah/ limbah, wanita menyadari akan pentingnya membuang limbah itu pada tempatnya atau mengumpulkannya ke tempat penampungan kemudian di buang ke tempat nya Dengan adanya kesadaran dari ibu-ibu rumah tangga dengan tidak sembarangan membuang limbah itu juga bagian dari peran jender dalam menjaga kebersihan dan pengelolaan limbah rumah tangga. Sisi lainnya disadari bahwa banyak sarana sanitasi yang dibangun baik oleh Pemerintah maupun non Pemerintah tidak dimanfaatkan sebagaimana menunjukan mestinya rendahnya dan terkesan serta tidak terawat, hal ini hal peran masyarakat dalam
pemeliharaan sarana. 3.2.6. Permasalahan Dari uraian permasalahan diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai beikut: 1. Kurangnya perhatian serta sosialisasi peraturan perundangundangan mengenai sistem pengelolaan air limbah. 2. Belum adanya Study dan Master Plan Sistem Pengelolaan Air Limbah. 3. Kurangnya Sumber Dana APBD II mengakibatkan kurangnya ketersediaan data pada SKPD terkait 4. Kebiasaan dan Kesadaran Masyarakat yang relatif rendah tentang pentingnya bak pengolahan air limbah di setiap rumah tangga. Persepsi dari sebagian masyarakat yang menganggap
sarana sanitasi air limbah belum menjadi kebutuhan yang mendesak. Sebagian masyarakat lebih mudah limbahnya ke saluran/ sungai atau membuang karena keterbatasan
ekonominya belum mampu menyediakan sarana sanitasi sendiri. Untuk itu, bagaimana menurunkan tingkat pencemaran tersebut atau setidaknya mempertahankan kondisi perairan yang ada agar tidak
tercemar
penyakit melalui air (waterborne desease) sehingga masyarakat aman dari sebaran penyakit yang berbasis lingkungan. 5. Mengingat kesehatan 6. Masih bercampurnya fungsi saluran drainase dengan fungsi pembuangan air limbah (saluran air limbah rumah tangga menyatu dengan saluran drainase) 7. Tidak ada standarisasi tempat penampungan limbah yang berwawasan lingkunga n 8. Belum ada data yang akurat terhadap jumlah septic tank yang memenuhi standar teknis dan yang tidak 9. Belum terbangunnya IPLT
10. Belum ada IPAL
terbatasnya
kemampuan,
masih
banyak
(mencemari lingkungan) Usulan dan Prioritas Pengelolaan Air Limbah Usulan beberapa program Pengelolaan Air Limbah di Kabupaten Bima yang meliputi 1. Studi dan Master Plan Penataan Pengelolaan Air Limbah pada Wilayah Pengembangan Tengah. (WP) Bima Bagian
2. Detail Desain Pengelolaan Air Limbah, melalui skala prioritas Tahun Pertama, Tahun ke 2 dan Tahun ke 3 3. Pelaksanaan Fisik Pengelolaan Air Limbah melalui skala prioritas
Tahun Pertama, Tahun ke 2 dan Tahun ke 3 4. Supervisi Pengelolaan Air Limbah melalui skala prioritas Tahun Pertama, Tahun ke 2 dan Tahun ke 3. 5. Pemantauan O&P secara berkala Pengelolaan Air Limbah
3.3. Pengelolaan Persampahan (Limbah Padat) Sampah adalah benda padat yang timbul dari kegiatan manusia yang dibuang karena tidak dipergunakan atau tidak diinginkan lagi oleh pemiliknya. Permasalahan sampah timbul disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu pertumbuhan penduduk, pertumbuhan dan ekonomi, kesejahteraan penduduk, pola konsumsi masyarakat dan perilaku penduduk, aktivitas fungsi kota, kepadatan penduduk bangunan, serta kompleksitas problem transportasi. Faktor- faktor tersebut disamping mempengaruhi jumlah timbulan sampah juga berpengaruh terhadap komposisi sampah. Berdasarkan sumbernya sampah dapat dibedakan atas sampah domestik (rumah tangga), sampah institusional (sekolah, kantor, dll.), sampah komersial (pasar, toko, dll.), sampah industri, sampah aktivitas perkotaan (penyapuan jalan, lapangan, dll.), sampah rumah sakit, sampah pertanian dan peternakan, sampah konstruksi, dsb. Sedangkan komposisi sampah secara umum meliputi sampah organik, kertas, logam, kaca, tekstil, plastik/ karet, dsb. Pengelolaan sampah pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dengan jalan penyingkiran sampah sehingga berkurang volume dengan banyaknya. Pengelolaan sampah meliputi elemen penyimpanan di tempat-tempat penghasil sampah, depo-depo pengumpulan sampah, di tempat pembuangan sementara dan sampah ke tempat-tempat pengangkutan
pembuangan akhir, pemanfaatan kembali atau daur ulang, dan pengolahan/ pemusnahan. Sarana pengolahan sampah diantaranya adalah truk pengangkut sampah, transfer depo, tempat pembuangan sementara (TPS), incinerator, tungku pembakar, dan
tempat pembuangan akhir (TPA). Pengelolaan Penggunaan sampah kembali di Kabupaten dan Bima Daur menerapkan (recycle), sistem guna
mengatasi masalah sampah pada masa mendatang yang diprediksi akan terus bertambah.
Sistem
pengolahan
sampah
3R
tersebut, kompos.
akan
dilakukan jenis
pengolahan sampah sesuai jenisnya. Seperti, untuk jenis sampah organik akan diolah menjadi pupuk Sedangkan, sampah plastik dan logam akan diolah kembali. Tujuannya adalah untuk mengurangi tumpukan sampah yang nantinya dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Dalam memperlancar sistem pengolahan sampah tersebut, akan menentukan lokasi yang sesuai dengan persyaratan kriteria teknis lingkungan. Persyaratan tersebut antara lain, pemenuhan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan, upaya pengelolaan lingkungan, pemantauan lingkungan. Penyediaan tempat pengolahan sampah pola 3R dapat mengurangi masalah sampah yang terus menumpuk. Sebab, jika tidak demikan dapat menimbulkan masalah lingkungan. Manajemen Pengelolaan persampahan di Kabupaten Bima saat ini belum dikelola dengan baik sehingga tidak bisa ditampilkan data-data mengenai persampahan itu sendiri, baik dari segi sarana- prasarana pengangkut maupun TPA dan TPS nya "Sistem pengolahan ini akan diterapkan setelah perpindahan
Pemerintahan Kabupaten Bima ke Woha. Sedangkan pembiayaan akan diusahakan melalui bantuan dari Departemen Pekerjaan Umum dan melalui Pemprovinsi Nusa Tenggara Barat maupun bantuan lain yang legal. Dalam jangka pendek pengelolaan sampah di Kabupaten Bima adalah dengan penyediaan Tempat Pembuangan sementara (TPS) dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). 3.3.1. Landasan Operasional 1. Hukum/Legal
Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2. Undang Undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang
3. Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan 4. Undang Undang Perumahan dan Permukiman 5. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. 6. Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air 7. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah 8. PP Nomor 16 Tahun 2005 tentang Sistem penyediaan Air Minum 9. PP Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Amdal 10. PP Nomor 18 jo 85/1999 Tentang Limbah B3 11. Undang-undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah 12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Pengelolaan Persampahan Sebaran lokasi dan kriteria TPS, dan/atau TPA ditentukan berdasarkan persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah melalui SNI Nomor 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah, dan peraturan perundangundangan terkait lainnya. Kondisi saat ini penyebaran penduduk di Kabupaten Bima tidak begitu merata. Sebagian besar masyarakat tinggal di daerah pusat kota. Sehingga jika peletakan TPS didasarkan pada luas wilayah, hal ini tidak menguntungkan. Terutama karena di daerah pedesaan yang masih memiliki lahan kosong cukup luas, masyarakat biasanya membuang sampah di lahan-lahan kosong tersebut. Untuk itu Nomor 2 Tahun 1992 Tentang
alternatif ke dua yaitu peletakan TPS berdasarkan jumlah timbulan sampah untuk wilayah yang dilayani. Pemilihan dan penetapan lokasi lahan sebagai calon lokasi tempat pembuangan sampah (TPA) harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu kriteria regional, kriteria penyisih, dan kriteria penetapan sebagai berikut : 1. Kriteria meliputi: regional
Kondisi Geologi, yaitu tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan dengan daerah yang mempunyai sifat bahaya geologi yang dapat merusak fasilitas TPA. Daerah yang dianggap tidak layak adalah daerah formasi batu pasir, batu gamping, atau dolomit berongga dan batuan berkekar lainnya (jointed rocks). Kondisi Hidrogeologi, yaitu lokasi TPA tidak boleh terletak di tempat yang mempunyai muka air kurang dari 3 meter, tidak boleh mempunyai kelulusan tanah lebih besar dari 10 cm/det serta harus berjarak lebih dari 100 meter terhadap sumber air minum di hilir aliran. Lereng, yaitu lokasi TPA tidak boleh terletak pada bukit dengan lereng tidak stabil dan akan dinilai layak apabila terletak di daerah landai yang agak tinggi, bekas tambang terbuka dengan kemiringan 0-20%. Tidak layak di daerah dengan depresi yang berair, lembah rendah dan tempat yang berdekatan dengan air permukaan dengan kemiringan alami lebih besar dari 20%. Tata Guna Tanah, yaitu TPA yang digunakan untuk sampah organik tidak boleh terletak di radius 3.000 meter dari landasan lapangan terbang untuk pesawat turbo jet dan 1.500 meter untuk landasan pesawat lain, karena akan menarik kehadiran burung. Selain itu, tidak boleh terletak di wilayah peruntukan bagi lokasi sarana dan daerah lindung perikanan, satwa liar, dan pelestarian tanaman. Daerah Banjir, yaitu lokasi TPA berada di daerah banjir dengan daur 25 tahun. 2. Kriteria penyisih Lokasi dilakukan TPA (SNI dengan mengikuti yang Tata Cara Pemilihan T-11-1991-03), melakukan
pembobotan berdasarkan kesesuaian iklim, utilitas yang tersedia, lingkungan biologis, kondisi tanah, hidrogeologis, dan tata guna lahan. 3. Kriteria penetapan merupakan kriteria berkaitan dengan
kewenangan instansi terkait untuk menetapkan lokasi terpilih sesuai dengan kebijakan dan ketentuan setempat yang berlaku.
Aspek
struktur sampah
pemerintahan sanitasi
Kabupaten meliputi
Bima, sub
urusan sektor
yang
Pengelolaan persampahan di Kabupaten Bima ini belum ada penanganan oleh pemerintah, baik dari sisi kelembagaan dan penyediaan oleh sarana dan prasarana dari persampahan. sampai Selama ini penanganan persampahan masih dikelola sendiri secara individual masyarakat mulai pewadahan pembuangan. Walaupun sebenarnya institusi pemerintah yang mempunyai tugas yang berkaitan dengan persampahan sudah ada, namun program yang dilakukan belum menyentuh bidang persampahan. Pelayanan kebersihan untuk kabupaten Bima saat ini relative masih rendah, hal ini dilihat dari luas layanan kebersihan yang hanya mencakup di daerah Perkotaan saja, dari 18 (dua belas) Kecamatan yang ada baru 4 (empat) kecamatan yang bisa terlayani, dengan prosentase cakupan untuk tahun 2006 sebesar 1,0% terhadap jumlah penduduk terlayani persampahan dan Tahun 2007 sebesar 1,5 % terhadap jumlah penduduk terlayani persampahan. Sedangkan empat untuk Daerah/kecamatan yang berada diluar
kecamatan tadi, baru dapat terlayani sebagian kecil saja bahkan ada daerah yang belum sama sekali tersentuh pelayanan, tentunya hal ini akan menjadi suatu bahan acuan bagi Pemerintah Pusat maupun Daerah, Serta Peran serta Masyarakat dan Dunia usaha/Swasta untuk
terus
mengangkat
masalah
Kebersihan jumlah
lingkungan
khususnya
pelayanan persampahan sebagai Isu Central. Dengan meningkatnya penduduk, perkembangan teknologi serta meningkatnya taraf hidup masyarakat cenderung menyebabkan bertambahnya
volume sampah yang dihasilkan dengan karakteristik lebih bervariasi, sehingga perlu pengelolaan sampah yang lebih baik dan tepat. Dengan demikian maka institusi pemerintah harus segera memulai penanganan sampah agar tidak menjadi gangguan bagi lingkungan pada masa yang akan datang. Kondisi Sistem Sarana Persampahan Yang Ada Teknis) (Aspek Operasional di Pengelolaan Bima selain berasal dari dan Prasarana Pengelolaan
sampah
Kabupaten
daerah permukiman (sampah rumah tangga) serta sampah yang berasal dari pertokoan, hotel, pasar, restoran, sekolah, jalan dan sebagainya. Dari data yang diperoleh dari Kantor-kantor Kecamatan sebagai pengelola kebersihan dan hasil pengamatan di lapangan tahun 2007, timbulan Sampah Kabupaten Bima secara keseluruhan pada saat ini adalah sebesar 1266,96 3 m /hari. Berdasarkan wilayah administrasi kecamatan baru 4 kecamatan (Kecamatan Woha, Bolo, Monta dan Sape) yang memiliki truk angkutan sampah dengan pelayanan pengelolaan sampah di Kabupaten Bima sampai dengan Tahun 2007 baru mencapai 45,3 M lainnya yang
3
tidak memiliki sarana angkutan sampah, pengelolaannya masih dibuang di sembarang tempat atau dibakar. Upaya pengurangan sampah melalui kegiatan 3R (reduce, reuse, recyle) sudah dilakukan di Kecamatan Sape dengan kapasitas 10 m3/hari dengan luas lahan 100 m2.
2. Daerah Pelayanan dan Kondisi Spesifik Daerah pelayanan masih pada kawasan kawasan tertentu disekitar Ibukota Kecamatan-kecamatan (IKK) dan dibuang di TPSTPS yang ada karena belum memiliki TPA sampah. Juga masih terbatasnya sarana pengangkutan tingkat pelayanan masih rendah (truk) sampah. Sehingga
wilayah
perkotaan sampai
persampahan
mengangkut sampah sekitar 45,3 M3/hari atau sekitar 3,55% dari seluruh timbulan sampah yang ada di Kabupaten Bima. 3. Prasarana Sarana Berdasarkan dan yang ada bahwa volume
3
data
sampah
yang
dihasilkan dari sumber sampah yaitu rumah tangga, pasar dan pertokoan setiap hari sebanyak 1266,96 m diangkut dengan
menggunakan truk dan dibuang di tempat pengumpulan sampah sementara. Sementara itu jumlah tempat pengumpulan sampah sementara yang ada sebanyak 10 unit dan truk 5 unit sedangkan transfer depo dan pewadahan belum tersedia. Data yang ada di Kabupaten Bima saat ini adalah data tahun 2007 mengenai bawah ini : Tabel 3.14 Sistem Pelayanan Persampahan di Kabupaten Bima Tahun 2007
No. 1. Pengelolaan
Sistem Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bima khususnya di 18 kecamatan saat ini adalah pembuangan sampah secara langsung di atas tanah logok atau diatas tanah datar ( Open Dumping )
sistem
pelayanan
persampahan,
akan
tetapi
Uraian
Satuan
Volume
Ket.
2.
Teknik Operasional
a. Cakupan pelayanan b. Perkiraan timbunan sampah c. Timbunan sampah yang terangkut - Permukiman - Non Permukiman - Total d. Kapasitas pelayanan TPA e. Kapasitas pelayanan pengumpulan sampah 1,5 % m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari 86 m3 1124 62 24 86 -
3.
Pembiayaan
Biaya Pengelolaan - Pengumpulan sampah - Pengolahan sampah - Pendapatan retribusi Rp/thn Rp/thn Rp/thn 300.000.000 -
4.
4. 5. 6.
7.
8. 9.
3.3.4. Aspek Teknis dan Teknologi 3.3.4.1.Tempat Penampungan Sementara (TPS) Data mengenai Tempat Penampungan Sementara gambaran singkat metode tahun 2007 saja, akan tetapi (TPS) di jelasnya
Kabupaten Bima saat ini belum tersedia, yang ada hanya pembuangan sampah yang masih banyak digunakan
saat ini oleh mayarakat adalah metode Open Dumping ( pembuangan sampah langsung diatas tanah logok atau diatas tanah datar ). Dan pada umumnya masyarakat memusnahkan sampah dengan cara dibakar sehingga volume sampah yang harus diangkut ke tempat pembuangan relative kurang. Cara ini disamping memerlukan tanah luas juga kurang memenuhi syarat kesehatan serta mempunyai resiko lingkungan tinggi.
Karena belum ada pengelolaan di bidang persampahan maka kondisi sistem sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang dilakukan oleh pemerintah belum tersedia, hanya pewadahan yang diadakan sendiri oleh masyarakat yang pada umumnya tidak layak. 3.3.4.2.Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Saat ini Kabupaten Bima belum memiliki TPA karena Ibukota Kabupaten masih menyatu dengan Kota Bima yang dimekarkan beberapa tahun yang lalu sehingga TPA sekarang menjadi miliknya Kota Bima. 3.3.5. Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan Sampah Peran serta masyarakat sangat penting dalam pengelolaan persampahan. Peran serta masyarakat tersebut antara lain adalah dengan melakukan hal-hal sebagai berikut : 1) Membersihkan lingkungan rumah sendiri, pekarangan dan perkebunan masing-masing 2) Membersihkan jalan dan lingkungan sekitarnya serta tidak membuang sampah di sembarang tempat 3) Menyediakan tong sampah atau kantong-kantong sampah 4) Kegiatan ibu-ibu PKK 5) Siswa dengan pramukanya Dalam penanganan pengelolaan persampahan di Kabupaten Bima peran serta masyarakat bisa dikatakan masih kurang karena Hal ini juga tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah. yang ada sebelumnya
dikarenakan sarana dan prasarana pendukung seperti mobil sampah, TPS dan TPA yang kurang tersedia sehingga terkesan peran serta masyarakat dalam pengelolan persampahan masih sendiri- sendiri
3.3.6. Permasalahan dalam Pengelolaan Sampah Permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Bima, dapat dikelompokkan dalam beberapa aspek, sbb: Tabel 3.16 Permasalahan Pengelolaan Sampah
No. Aspek
- Pengaturan
1.
Dasar Hukum (Kebijakan)
2.
Pendanaan
3.
Teknis Operasional
4.
Sosial
5.
Kelembagaan
belum efektif berlaku, meskipun saat ini Kabupaten Bima telah memiliki Perda No.6 pengelolaan ar minum dan penyehatan lingkungan berbasis masyarakat - (AMPL-BM) Dukungan APBD II, APBD I dan APBN terhadap masalah persampahan cukup rendah - Tempat Pemrosesan Akhir persampahan di Kabupaten Bima belum ada, sehingga dapat memicu pembuangan sampah bukan pada tempatnya - Penanganan sampah sampah sifatnya masih dilakukan - Jumlah TPS belum merata tersebar diseluruh kecamatan karena beberapa alasan, diantaranya; lahan yang dijadikan TPS tidak tersedia - Beberapa kecamatan dalam pengelolaan persampahannya hanya menimbun dan membakar saja serta adapula yang membuangnya disembarang tempat spt kesungai, selokan, jalan, taman, dsb. rendahnya kesadaran dan kepedulian - Masih masyarakat dalam menjaga kebersihan - Retribusi persampahan belum jalan seiring dengan kurangnya sarana transportasi pengangkutan sampah - Perhatian semua komponen dalam pengelolaan sampah baik pemerintah sebagai pengambil
Ket.
3.4. Pengelolaan Drainase Drainase lingkungan direncanakan untuk : Pertama, untuk mengalirkan air hujan dan mencegah genangan yang terlalu lama dan merupakan upaya preventif terhadap banjir. Kedua, mencegah agar
menggenangi badan jalan yang akan memperpendek umur jalan. Memperlancar pergerakan sehingga menjamin kegiatan ekonomi berjalan sebagaimana mestinya. Pada drainase dasarnya, sudah banyak pembangunan saluran
Desa. Namun sejalan dengan perkembangan kota dan pemekaran wilayah serta kurangnya kesadaran masyarakat membuat saluran drainase yang telah terbangun menjadi tidak berfungsi, bahkan ada yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah, sehingga kapasitas saluran tidak mampu menampung air limpahan, khususnya pada curah hujan tinggi mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada titik titik tertentu khususnya pada kawasan padat penduduk dan kemiringan (slope) rendah. Disamping itu, permasalahan yang muncul saat ini diakibatkan juga oleh proses sedimentasi yang cukup serius pada sungai sebagai buangan akhir dan sebagian besar saluran belum dilengkapi dengan bangunan tanggul dan yang paling penting faktor tingkat pemeliharaan yang rendah dan sistem pengaliran belum terarah/tidak terpadu (saluran persiltersier
sekunder hingga ke saluran induk/primer). Kabupaten Bima pada umumnya memiliki drainase yang baik (tidak tergenang), pengaruh pasang surut hanya seluas 7 Ha (0,002%) dari luas wilayah. Kondisi tergenang terus menerus dijumpai hanya seluas 287 Ha (0,066%), itupun dikarenakan belum tersedianya saluran drainase yang memadai dan merata di seluruh wilayah. (Sumber: RTRW Kabupaten Bima tahun 2005). 3.4.1. Landasan Operasional Hukum/Legal
Pengaturan tentang rencana program investasi infrastruktur Sub Bidang Drainase mengacu Umum nomor kepada Keputusan Menteri Pekerjaan
239/KPTS/1987 tentang Fungsi Utama Saluran Drainase sebagai drainase kota dan fungsi utama sebagai pengendalian banjir. Selain itu harus memperhatikan
keterpaduan pelaksanaannya dengan prasarana dan sarana kota lainnya (persampahan, air limbah, perumahan dan tata bangunan serta jalan kota), sehingga dapat meminimalkan biaya pelaksanaan, biaya operasional dan pemeliharaan. Program dan kegiatan SubBidang Drainase bertujuan untuk mencapai masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari genangan. Dalam Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan, tidak lepas dari perencanaan kota itu sendiri. Beberapa peraturan telah ada dan perlu diperhatikan dalam membuat Rencana Induk, agar tidak timbul halhal yang bertentangan. Beberapa peraturan yang yang penting dan telah dibuat di Kabupaten Bima antara lain : 1. Rencana Detail Tata Ruang Ibu Kota ( RDTR ) dan sebagian Rencana Teknik Ruang Ibukota ( RTR ) Kabupaten Bima, 2. Rencana Detail Tata Ruang Ibukota Kecamatan ( RDTRK ) di 4 ( Empat ) Kecamatan yang ada di Kabupaten Bima. Dalam penyusunan Rencana Induk Drainase haruslah mengacu pada peraturanperaturan tersebut agar tidak menyimpang atau berbenturan dengan rencana induk lainnya. Aturan secara umum mengenai AMPL Kabupaten Bima yang di dalamnya juga memuat tentang drainase adalah 1. Peraturan Daerah Kabupaten Bima No.6 Tahun 2011 tentang pengelolaan ar minum dan penyehatan lingkungan berbasis masyarakat (AMPL-BM) 2. Rancangan Peraturan Bupati Bima tentang petunjuk teknis pelaksanaan Perda Kabupaten Bima No.6 Tahun 2011 tentang pengelolaan AMPL-BM 3.4.2. Institusional Aspek
Penanganan drainase di Kabupaten Bima dikelola oleh Bidang Cipta Karya Dinas pekerjaan Umum
3.4.3. Cakupan Pelayanan Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk dikabupaten Bima yang cepat menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan kawasan jasa/industri yang selanjutnya menjadi kawasan terbangun. Kawasan perkotaan yang terbangun memerlukan adanya dukungan prasarana dan sarana yang baik yang mejangkau kepada masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah. Perkembangan perumahan dan permukiman yang sangat pesat sering kurang terkendali dan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang maupun konsep pembangunan yang berkelanjutan, mengakibatkan banyak kawasan- kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air (retarding pond) dan bantaran sungai dihuni oleh penduduk. Kondisi ini akhirnya meningkatkan volume air permukaan yang masuk ke saluran drainase dan sungai. Hal-hal kemampuan polder-polder, Beberapa tersebut drainase di atas membawa dampak rendahnya dan untuk untuk sarana mengeringkan kawasan terbangun, pengatur) ditempuh
rendahnya kapasitas seluruh prasarana pengendali banjir (sungai, pompa-pompa, misi yang di pintu-pintu kabupaten Bima mengalirkan air ke laut. dapat mewujudkan visi penanganan drainase adalah: Membina penyelenggaraan pelayanan prasarana dan drainase untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat - Membina pelaksanaan pembangunan dan mengembangkan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan permukiman mendukung pencegahan pencemaran lingkungan Mendorong daerah peningkatan kapasitas yang kelembagaan efektif dan pemerintah efisien dan dan masyarakat terciptanya
yang
Mendorong ke Mendorong
kemampuan aktif
pembiayaan dalam
menuju proses
pembangunan prasarana dan sarana drainase Mendorong peningkatan peran dunia usaha, perguruan tinggi melalui penciptaan iklim kondusif bagi pengembangan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan permukiman Secara umum kondisi saluran yang ada di beberapa Desa/Kecamatan di Kabupaten Bima dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.17 Kondisi Saluran yang Ada Kabupaten Bima Tahun 2007
Nama Jalan/Lokasi Salura n 2 ec.Bolo,Sape& Woha Panja ng (m) 3
3850 M
No 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kondisi B 10 S 11 R 12 -
Ds.Taloko Sanggar
Ds.Rade Madapangga
Ds. Rato Kec. Bolo Ds. Ncera Kec. Belo Depan Kantor Camat Bolo Ds. Ngali Kec. Belo Ds. Wadukopa Kec. Soromandi Ds. Maria Kec. Wawo
8. 9.
10
3.4.4. Aspek Teknis dan Operasional Fungsi Drainase Perkotaan secara umum diuraikan sebagai berikut; Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan
sehingga
- Mengalirkan air permukaan ke badan air penerima terdekat secepatnya. Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik. Meresapkan air pemukaan untuk menjaga kelestarian air tanah (konservasi air). Melindungi prasarana dan sarana yang sudah terbangun Berdasarkan fungsi layanan sistem drainasi dibagi menjadi 3 yang meliputi; a) Sistem drainase lokal : Yang termasuk sistem drainase lokal adalah saluran awal yang melayani komersial. suatu Sistem kawasan pasar, ini kota tertentu areal seperti dari komplek dan ha. 10 permukiman, areal perkantoran, areal kurang industri
melayani
Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi tanggung jawab masyarakat, pengembang atau instansi lainnya. b) Sistem drainase utama : Yang termasuk dalam sistem drainase utama adalah saluran drainase warga primer, masyarakat. sekunder, tersier beserta bangunan besar pelengkapnya yang melayani kepentingan Pengelolaan merupakan tanggung jawab pemerintah kota. c) Pengendalian banjir (Flood Control) : Adalah ruas sungai yang melintasi wilayah kota yang berfungsi mengendalikan aliran air sungai, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. Pengelolaan/pengendalian banjir merupakan tugas dan tanggung jawab dinas pengairan (Sumber Daya Air). Dan berdasarkan fisiknya sistem drainasi dibagi menjadi: a) Sistem saluran primer : Adalah saluran utama yang menerima masukan aliran dari saluran sekunder. Dimensi saluran ini relatif besar. Akhir saluran primer adalah badan penerima air. sebagian
Adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran tersier dan limpasan air dari permukaan sekitarnya, dan meneruskan air ke saluran primer. Dimensi saluran tergantung pada debit yang dialirkan.
c)
Adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran drainase lokal. Pembangunan sistem drainase perkotaan perlu memperhatikan fungsi drainase yang dilandaskan pada sebagai prasarana kota konsep berwawasan lingkungan.
Konsep ini antara lain berkaitan dengan usaha konservasi sumber daya air, yang pada prinsipnya adalah mengendalikan air hujan supaya lebih banyak meresap ke dalam tanah yang dan tidak banyak terbuang sebagai aliran permukaan antara lain dengan membuat bangunan resapan buatan, kolam retensi dan penataan lansekap. 1. Rencana Induk Rencana induk sitem drainase perkotaan adalah perencanaan menyeluruh sistem drainase pada satu wilayah perkotaan, untuk perencanaan 25 tahun. Lingkupnya adalah sistem drainase utama saja yang berada dalam satu daerah administrasi kota/perkotaan. 2. Studi Kelayakan Studi kelayakan sistem drainase perkotaan adalah perencanaan sistem drainase pada satu atau lebih daerah pengaliran air, untuk waktu perencanaan 5 atau 10 tahun. Lingkupnya diarahkan pada daerah prioritas yang telah ditentukan dalam rencana induk drainasse perkotaan. Kajian yang dilakukan meliputi kelayakan teknis, kelayakan keuangan/sosial ekonomi, kelayakan kelembagaan seta kelayakan lingkungan.
3. Perencanaan Teknis Perencanaan teknis dibuat untuk daerah prioritas yang telah mempunyai studi kelayakan atau rencana kerangka (outline plan). Jangka waktu
perencanaan untuk 2 sampai 5 tahun. Rencana teknis harus membuat persyaratan teknis dan gambar teknis, kriteria perencanaan dan langkah- langkah perencanaan konstruksi sistem drainase perkotaan. 4. Prinsip-Prinsip Utama Beberapa prinsip utama yang harus diletakkan sebagai dasar pembangunan sistem drainase perkotaan, antara lain : Kapasitas sistem harus mencukupi, baik untuk melayani air hujan yang akan dialirkan ke badan penerima air (laut, sungai) atau diresapkan ke dalam tanah. Bilamana kapasitas tidak mencukupi, maka sistem akan menemui kegagalan dan terjadilah banjir atau genangan. Untuk mencapai sistem Tata yang letak memadai, sistem dilakukan hidrologi dan hidrolika memenuhi untuk kriteria perluasan perkotaan sistem. dan memiliki kesempatan Dalam kapasitas berdasarkan prinsip
pelaksanaannya harus diperhatikan segi hidraulik dan tata letak dalam kaitannya dengan prasarana lain. Stabilitas sistem harus terjamin, baik dari segi struktural, keawetan sistem dan kemudahan dalam operasi dan pemeliharaannya. Dalam pelaksanaannya diperlukan prinsip-prinsip struktural yang harus dipenuhi, Mengalirkan gravitasi, secara termasuk gravitasi, cara bentuk struktur yang memudahkan operasi dan pemeliharaan. sistem ini tanah, lebih drainase perkotaan dalam sistem jalur sedapat mungkin menggunakan sistem pengaliran secara mengingat ekonomis pengoperasian dan pemeliharaannya Minimalisasi pembebasan harus pengembangan mencari drainase perkotaan diusahakan
terpendek ke badan penerima air. Hal ini agar pembebasan tanah dapat ditekan sekecil mungkin.
Pembangunan, peningkatan, dan pemeliharaan jaringan drainase selama ini cukup intensif di wilayah Kabupaten Bima, terutama di pinggir jalan-jalan
utama, saluran drainase sebagiannya merupakan saluran irigasi yang berfungsi untuk mengairi sawah, dan ada juga saluran irigasi beralih fungsi sebagai saluran drainase. Saluran drainase untuk saat ini berfungsi sebagai penggelontor saluran/ drainase kota pada daerah permukiman penduduk tetapi tidak efektif karena sedimentasi pada saluran drainase cukup banyak maka sulit apabila hanya digelontor saja sehingga harus dibersihkan secara langsung. Sedimentasi saluran dan tersumbatnya saluran drainase oleh sampah, mengakibatkan timbulnya genangan air di beberapa titik jalan pada saat musim hujan, yaitu meliputi kawasan Kec. Sape, Woha, Tambora dan Kec. Ambalawi 3.4.5. Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan Drainase di Kabupaten Bima rata-rata bermasalah, yang dalam hal ini disebabkan karena diantaranya pengaruh sedimentasi saluran, timbunan sampah dan sebagiannya bila datang hujan pada saat air laut pasang, maka saluran drainase tak bisa mengalir secara lancar ke sungai dan bahkan meluap sehingga mengakibatkan banjir di mana-mana. Hal itu diperparah dengan budaya buang sampah yang masih rendah membuat drainase penuh dengan sampah. Peran serta masyarakat didalam mendukung penanganan Drainase hanya dilakukan pada saat tertentu saja seperti jumat bersih, hari ulang tahun kemerdekaan Bangsa Indonesia yang kegiatannya dilakukan secara gotong royong dengan membersihkan saluran yang ada. Peran masyarakat yang lain datang dari anak-anak mahasiswa yang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN), kampanye kebersihan lingkungan saat posyandu, kader desa siaga, dll. Para kader Posyandu dan Kader Desa Siaga bisa diharapkan banyak untuk memberikan bimbingan terhadap masyarakat khususnya para ibu rumah tangga
didalam hal memberikan informasi betapa pentingnya kegiatan menjaga Saluran Drainase yang telah ada. Apabila Kegiatan ini dapat berjalan sesuai
dengan
yang
diharapkan
maka
porsentasi
kualitas
kesehatan dan
termasuk pihak
dalamnya
menjaga
memelihara sarana yang dibangun. swasta dalam penanganan drainase masih terbatas, terutama pada lingkungan perumahan sendiri-sendiri. Sehingga diharapkan semua pemilik kepentingan/ pemangku kebijakan melakukan kesepakatan/ kesediaan untuk aktif dalam pembangunan organisasi pengelola/ pemeliharaan saluran drainase perkotaan ini, seperti: lembaga masyarakat (Karang taruna, PKK dll). 3.4.6. Permasalahan Pada drainase dasarnya, sudah banyak pembangunan saluran
Desa. Namun sejalan dengan perkembangan kota dan pemekaran wilayah serta kurangnya kesadaran masyarakat membuat saluran drainase yang telah terbangun menjadi tidak berfungsi, bahkan ada yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah, sehingga kapasitas saluran tidak mampu menampung air limpahan, khususnya pada curah hujan tinggi mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada titik titik tertentu khususnya pada kawasan padat penduduk dan kemiringan ( slope ) rendah. Disamping itu, permasalahan yang muncul saat ini diakibatkan juga oleh proses sedimentasi yang cukup serius pada sungai sebagai buangan akhir dan sebagian besar saluran belum dilengkapi dengan bangunan tanggul dan yang paling penting faktor tingkat pemeliharaan yang rendah dan system pengaliran belum terarah/tidak terpadu ( saluran persiltersier sekunder hingga ke saluran induk/primer ). Adapun permasalahan secara jelasnya dapat diuraikan dibawah ini:
3.4.6.1. Lahan
Alih
Fungsi
Akibat kebutuhan lahan yang sangat besar untuk pengembangan permukiman, sering kurang terkendali, tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang maupun konsep pembangunan berkelanjutan. Akibatnya banyak kawasan-kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air (retarding pond), lahan basah (wet
air.
dengan produk pengaturan yang mengatur pembangunan di areal lahan basah (wet land).
3.4.6.2. Belum adanya Ketegasan Fungsi Sistem Drainase Permasalahan drainase masih sering dijumpai di kota-kota
berkaitan dengan kualitas air yang dialirkan. Selama ini belum ada kejelasan apakah fungsi saluran drainase untuk sistem pematusan air hujan apakah juga untuk pembuangan air limbah dapur dan cuci (grey
sistem
drainase berbeda dengan sistem air limbah yang tentunya akan membawa masalah pada daerah hilir aliran. Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang dibuang ke saluran akibat penanganan sampah secara parsial oleh pengelola sampah dan masyarakat.
3.4.6.3.
Kelengkapan
Perangkat
Peraturan Aspek hukum yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan rencana penyediaan prasarana dan sarana drainase di daerah adalah:
Keterlibatan, koordinasi dan peran serta instansi lain yang bertanggung jawab terhadap utilitas yang ada harus ditetapkan dalam suatu peraturan. Jalur, posisi dan kedalaman pipa-pipa gas, minyak, air bersih, listrik, telepon dan utilitas lainnya harus diketahui agar dapat saling menunjang kepentingan masingmasing.
masyarakat
dan
swasta dan
harus swasta
dapat dapat
dijelaskan. Kedudukan dan status mereka harus tertuang dalam peraturan daerah sehingga masyarakat mengetahui tugas, tanggung jawab dan wewenangnya. - Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas dan kualitas personil yang dibutuhkan dalam melaksanakan penanganan drainase harus dirumuskan dalam peraturan daerah. Peraturan menyangkut pencegahan daerah mengenai air ketertiban perlu tanah secara umum yang seperti dan penanganan pengambilan drainase disiapkan,
besar-besaran,
Drainase
Belum
Pembangunan sistem drainase utama dan lokal yang belum terpadu terutama pada sistem drainase yang dibangun oleh swasta/pengembang yang tidak selaras dengan pembangunan drainase makro yang lingkupnya lebih luas dari wilayah tersebut. Hal itu disebabkan karena tidak adanya Master Plan sebagai acuan pengembangan drainase Adapun Permasalahan dan Upaya penanganan yang dilakukan oleh Pemda Kabupaten Bima saat ini dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 3.18. Permasalahan dan Upaya Penanganan Kabupaten Bima Tahun 2007
No
1
A.
B.
Teknis Operasional :
Belum tersedi a menging at lokasi tersebar di 18 Kecamatan & Ibukota Kabupaten masih 2. Peningkatan/Pembangu dalam taraf na n Saluran Baru a Pemasangan Turap - Turap kayu - Turap beton/beton - Batu kali/batu bata
Pemeliharaan Bangunan Pelengkap - Gorong-gorong - Pintu Air - Pompa - Talang - Jembatan - Waduk
Penghijauan
Masyara k at -
3. a
Pemasangan Turap - Turap kayu - Turap beton/beton c Pemeliharaan Saluran - Primer - Sekunder - Tersier
Tidak ada
Tidak ada
Hanya oleh pem saja, kurang dukungan masy & pd saat musim kering, byk drainase beralih fungsi
Pemeliharaan Bangunan Pelengkap Gorong-gorong - Pintu Air - Pompa - Talang - Jembatan - Waduk 4. Rehabilitasi Saluran dan Bangunan a Pemasangan Turap - Turap kayu - Turap beton/beton - Batu kali/batu bata b Rehabilitasi Saluran - Primer - Sekunder - Tersier c Rehabilitasi Bangunan Pelengkap - Gorong-gorong - Pintu Air - Pompa - Talang - Jembatan - Waduk C. Pembiayaan : - Sumber sumber pembiayaan - Alokasi APBD D. Peraturan/Per-uu-an : - Kelayakan pakai - Penerapan sanksi E. Peran Serta Masy. :
d
Semua Pihak
Terbatas
Kampanye/Penyuluhan - Keterlibatan Swasta Penyuluha - Partisipasi Kurang n Aktif Masyaraka Sumber Data: RPIJM Thn 2010-2014 Kabupaten Bima
air adalah 152 m . Tahun 2009, jumlah pelanggan PDAM adalah sebanyak 10.808. Sebanyak 94,18% dari jumlah pelanggan tersebut adalah rumah tempat tinggal,
sisanya
adalah
badan
sosial,
rumah
sakit,
tempat
ibadah,
perusahaan/industri, umum dan instansi pemerintah. Kebutuhan pertambahan air jumlah yang makin meningkat dan sejalan dengan ragam
penduduk
berkembangnya
pemikiran dan mendapat perhatian lebih serius secara dini. Hal ini terkait dengan ketersediaan air yang semakin menipis bersamaan dengan makin berkurangnya jumlah mata air di satu sisi, dan makin berkurangnya pohon- pohon besar yang merupakan pendukung persediaan air. Untuk lebih jelasnya penggunaan air di Kabupaten Bima Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel di bawah ini Tabel 3.19. Banyaknya dan Nilai Air Minum yang Disalurkan Melalui PDAM dirinci Menurut Jenis Pelanggan 2009
No.
1
Tahun
Banyaknya Pelanggan
3
Jenis Pelanggan
2
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Rumah Tempat Tinggal Hotel dan Obyek Wisata Badan Sosial, Rumah Sakit, Tempat Ibadah Perusahaan/lndustri& Pertokoan Umum Instansi Pemerintah Lain-lain Susut/Hilang dalam Penyaluran Jumlah
Berdasarkan data PDAM Kabupaten Bima Tahun 2010 maka prosentasi pelayanan air minum oleh PDAM Kabupaten Bima mencapai 15,59 % artinya 84,41 % masyarakat Kabupaten Bima menggunakan sistem di luar PDAM seperti SGL, SPT, Sumur pompa Listrik, mata air dan sumber air bersih lainnya.
masyarakat (AMPL-BM) 2. Rancangan Peraturan Bupati Bima tentang petunjuk teknis pelaksanaan Perda Kabupaten Bima No.6 Tahun 2011 tentang pengelolaan AMPL-BM 3. Undang Undang No 6 Tahun 1969 tentang Perusahaan Daerah.
4. Undang Undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. 5. PP No 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistim Air Minum. 6. Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah No 8 Tahun 2000 tentang Pedoman Akutansi PDAM. 7. Peraturan Organ dan Menteri Dalam Negeri no 2 Tahun 2007 tentang
Kepegawaian PDAM 8. Perda no 4 Tahun 1994 tentang Ketentuan pokok Badan Pengewas,Direksi & Kepegawaian PDAM 9. Kepts Tata Cara Menteri Dalam Negeri No 35 Tahun 2005 tentang
Penyusunan Tarif Air Minum. 10. Keputusan Menteri Dalam Negeri No 20 Tahun 2002 tentang Asset yang dipisahkan.
3.5.2. Institusional
Aspek
Penyediaan air minum dengan sistim perpipaan gravitasi dan non gravitasi di Kabupaten Bima secara kelembagaan biasa menjadi tanggung jawab PDAM Kabupaten Bima, akan tetapi ada juga sebagiannya mendapatkan dana bantuan dari beberapa program seperti WSLIC-2 (Dinkes), Unicef (Bappeda), dll. Sementara itu sistem air non perpipaan pada umumnya dibangun dan dikelola secara individual dan bahkan ada juga secara bersama-sama oleh masyarakat desa. Kemudian mengenai Kualifikasi SDM Bagian Produksi PDAM Kabupaten Bima sebagimana tertera pada tabel di bawah ini :
2011
Tabel 3.20. Jumlah & Kualifikasi SDM Bagian Produksi PDAM Kabupaten Bima Pendidikn Formal/Non Formal
5
No.
1
Nama Pegawai/Staff
2
Umur(Tahun)
3
Jabatan
4
Masa Kerja
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Ramadhan M. Ikbal Saala Muhammad M. Ali Sularto M Sobri Husniati Muhammad Firdaus Sumardin Irwan Gunawan Damrin Rifai Baharudin Dastrriyono Mahdin
49 30 49 49 44 41 41 38 29 29 37 39 40 44
Kabag Produksi Kasie Laboratorium Operator IPA Nungga Operator Pompa Raba Kodo Operator Pompa Raba Kodo Operator Pompa Penatoi Operator Pompa Sakuru Operator Pompa Naru Sape Operator Pompa Jatiwangi Operator Pompa Wawo Operator IPA Nungga Operator Pompa Monta Operator Pompa Cenggu Operator Instalasi Oi Sii
STM D3 AKATIRTA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMP SMP SD
26 11 26 25 20 20 9 10 8 8 5 14 12 10
Page 120
15
Abdul Latif
46
SD
Page 120
disalurkan ke hidran umum (HU) yang selanjutnya dimanfaatkan oleh masyarakat dengan mengambil air dari hidran umum tersebut. Cakupan pelayanan PDAM Kabupaten Bima berdasarkan profil tahun 2010 sebagaimana dalam dabel di bawah ini :
Page 121
Wilayah
2
Lua s Wilay ah
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sape Belo Bolo Palibelo Langgudu Monta Wawo Wera Madapangga Sanggar Woha Kota Bima
618,6 5 76,18 101,41 76,15 283,18 45 1 225,27 647,5 189,09 72 0 75,25 222,25
Jml Estima Jml Pddk si Pddk Wil 80% Ad Pelayan (Jiw m 4 5 6 an a) 81.373 68.345 54.676 19.342 13.694 10.955 41.526 39.022 31.218 23.715 20.947 16.758 29.786 12.874 10.299 32.931 21.250 17.000 17.692 15.755 12.604 27.575 16.167 12.934 27.729 24.083 19.266 11.528 8.437 6.750 40.146 36.746 29.397 125.766 110.662 88.529 395.54 2 316.43 4
S R
7
HU
8
2 31 5 1 19 11 9 4 13 44 13 9
Jml Jiwa Yg dilaya 9 ni 2.148 30 6 5.992 2.433 1.826 2.971 7.184 3.895 2.828 69 6 9.792 31.649 71.719
Keterang
12
3,9 3 2,7 9 19,19 14,52 17,73 17,48 57,00 30,11 14,68 10,31 33,31 35,75 19,75
2,6 4 1,5 8 14,43 10,26 6,1 3 9,0 2 40,60 14,12 10,20 6,0 4 24,39 25,17 12,66
Jumla 488.11 h 1 Sumber Data : PDAM Tahun 2010 Rasio SR : 1 SR = 5.1 JIWA Rasio HU : 1 HU = 100 JIWA
Page 122
IKK SANGGAR
Penduduk SR HU % Pelayanan
Penduduk SR HU % Pelayanan
IKK BOLO
P.SANGEANG
: 41.900 Jiwa : 571 Unit : 29 Unit : 14.88%
KOTA BIMA
Penduduk SR HU % Pelayanan
DOMPU
Instalasi Pengolahan Air DAM PELAPARADO
MADAPANGGA MONTA
SIMPASAI
SAPE
IKK MONTA
Penduduk SR HU % Pelayanan
IKK PARADO
Penduduk SR HU % Pelayanan
LANGGUDU
IKK SAPE
Penduduk SR HU % Pelayanan
PARADO
IKK PALIBELO
Daerah pelayanan yang mendapat suplay air dari SPAM Dam Pelaparado Penduduk SR HU % Pelayanan
IKK WOHA
Penduduk SR HU % Pelayanan
IKK BELO
Penduduk SR HU % Pelayanan
IKK LANGGUDU
Penduduk SR HU % Pelayanan
IKK WAWO
Penduduk SR HU % Pelayanan
Page 123
P.KOMODO
SANGGAR BOLO
AMBALAWI
RABA BIMA
Beberapa bentuk Instalasi Pengolahan Air oleh PDAM Kabupaten Bima, sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini: Gambar 3.1
INSTALASI PENGOLAHAN AIR DIWUMORO SAPE Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
Page 124
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) 2011 TABEL 3.22. CAKUPAN AIR BERSIH KABUPATEN BIMA TAHUN 2010
Cakupan penduduk yang dilayani SAB Jumlah
1 2 3
No
Puskesmas
Cakupan (%)
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
SAPE LAMBU WERA AMBALAWI WAWO LANGGUDU PALIBELO BELO WOHA BOLO MADAPANGGA MONTA PARADO DONGGO SOROMANDI SANGGAR TAMBORA PAI NGALI LAMBITU Jumlah
44.919 26.857 20.841 17.180 13.818 22.125 20.875 9.541 30.780 38.273 24.347 26.448 8.078 14.160 10.025 10.756 7.309 3.318 10.487 4.395 364.532
82,32 77,81 81,13 89,75 84,59 80,63 82,39 79,54 69,78 87,61 84,40 75,95 87,85 72,70 73,34 79,66 82,50 70,06 84,96 75,44 80,28
kabupaten Bima
Tahun
2009 sebesar
yang dilayani oleh PDAM Kabupaten Bima. Akan tetapi dari hasil inspeksi sanitasi oleh Dinkes Kabupaten Bima, sarana air bersih yang memenuhi syarat 71,52% dan SAB yang tidak memenuhi syarat sebesar 28,48 %. 3.5.4 Aspek Teknis dan Operasional Dalam rangka pelayanan air bersih pemerintah Kabupaten
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
Page 125
3.5.4.1. Perpipaan
Sistem
Non
Pelayanan air bersih dengan sistem non perpipaan adalah sistem pemenuhan kebutuhan air yang diperoleh langsung dari sumbernya, tanpa melalui jaringan penyalur/ pipa. Sumber air bersih non perpipaan berasal dari air tanah yang dimanfaatkan melalui pembuatan sumur gali (SGL), sumur pompa tangan (SPT) dan sumur pompa listrik (SPL). Selain itu juga dapat dari air pemukaan (sungai dan mata diperoleh air) yang
dimanfaatkan langsung oleh masyarakat dengan cara mengambil langsung dari sumbernya. Sumber air bersih dari non perpipaan adalah dari alam, maka ketersediannya sangat bergantung pada kondisi alam. Oleh karena itu, proyeksi pemenuhannya tidak dapat diperhitungkan, hanya dengan cara melestarikan sumberdaya alam yang ada. Pencanangan upaya pelestarian alam dapat dijadikan usaha yang tepat untuk menjaga kelangsungan sumberdaya air agar dapat memenuhi kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat 3.5.4.2.Sistem Perpipaan Selain sistem non perpipaan, kebutuhan air bersih di Kabupaten Bima dipenuhi dengan sistem perpipaan. Pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan adalah sistem pemenuhan kebutuhan air bersih yang diperoleh melalui sistem jaringan yang dikelola dan didistribusikan (dalam hal ini adalah PDAM Kabupaten Bima). Dalam mendukung sistem pelayanan jaringan air bersih di Kabupaten Bima terdapat banyak sumber air yang dapat digunakan sebagai suplai air bersih untuk kebutuhan masyarakat, sumber air yang tersedia di Kabupaten Bima yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan penduduk terhadap air bersih
Page 126
meliputi :
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) 2011 Tabel 3.23. Sumber AIR PDAM Kabupaten Bima
JENIS SUMBER AIR BAKU MA
1 2 3
NO
PDAM
SB
4
AP
5
MAP
6
JENIS INTAKE
9
JENIS TRANSMISI
10
(Ltr/dtk)
8
STATUS
13
KET
14
A PDAM Kabupaten Bima 1 KOTA - IPA Nungga - Oi' Si'i - Penaraga Sadia Jatiwangi Penatoi Kodo II 60 6 5 3.5 4 10 5 5 43 3 5 3.5 4 10 0 0 Gallery Broncap t Sumur Perpompaa Sumur n Perpompaa Sumur Sumur Sumur Sumur n Perpompaa n Perpompaa n Perpompaa n Perpompaa n 10 0 40 12 5 5 5 8 0 0 10 3 4 5 Sumur Sumur Sumur Sumur Broncap t Broncap t Sumur Perpompaa n Perpompaa n Gravitasi Pengolahan lkp Perpompaa n Gravitasi Gravitasi Perpompaa n SIPAS SIPAS Elevated Elevated Ground Elevated Ground Ground Elevated Gravitasi Pengolahan Gravitasi lkp SPL Ground Ground Elevated Aktif Aktif Aktif
- Santi 2 IKK Kecamatan Sape - Naru Sape - Sangia - IPA Sumi Kecamatan Wawo - Maria Wawo Kecamatan Wera - Tawali Wera - Ntoke Wera Kec. Palibelo - palibelo
Elevated Aktif Elevated Aktif Elevated Aktif Elevated Belum Elevated Dikelola Belum Dikelola Aktif Rusak Rusak Aktif Aktif Aktif Aktif
Page 127
5 2.5 11 4 3.5 3
0 2.5 11 3 3.5 3
50 10 10 0 5 5 5 7
0 0 8 0 4 0 5 5
Belum Aktif Belum Aktif Aktif Rusak Aktif Belum Aktif Aktif Aktif
Keterangan : MA= Mata Air, SB=Sumur Bor, AP= Air Permukaan, MAP= Mata Air Pom Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 128
3.5.5 Permasalahan
Permasalahan mendasar yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Bima (PDAM) dalam pengelolaan dan pelayanan air pada masyarakat : Unit Pengambilan Air Baku 1. Kurangnya sosialisasi tata guna air dan cenderung hanya dimanfaatkan untuk sektor pertanian sehingga berakibat PDAM tidak bisa memanfaatkan air baku secara optimal sesuai porsinya. Terutama pada air baku jenis mata air, air permukaan dan bendung. 2. Fluktuasi debit antara musim hujan dan musim kemarau cukup tajam 3. Masih terdapat adanya penebangan hutan secara liar yang berakibat pada berkurangnya daerah daerah tangkapan air. Unit Pengolahan / Produksi 1. SDM pada unit pengolahan /produksi, terutama pada level operator kurang memadai, 2. Jumlah Pegawai sudah tidak memenuhi rasio terhadap jumlah pelanggan yaitu 3. Tingkat 1,4 : 100, seharusnya 0.8 : 100 ( 0,8 pegawai lebih rendah daripada pembiayaan melayani 100 pelanggan) pendapatan Sample pengelolaan PDAM Kabupaten Bima dalam tahun 2009, hasil perbandingan Pendapatan dan Pembiayaan pada tahun 2009, PDAM Kabupaten Bima merugi sebesar Rp. 2.303.224.444,4. Kurangnya kapasitas produksi air akibat terbatasnya perolehan air baku. 5. Biaya produksi air relatif tinggi,terutama pada unit unit produksi yang menggunakan sistem perpompaan. ( Tarif Dasar Air belum mencapai BEP ) Unit Distribusi / Pelayanan 1. gnya pipa pipa untuk pelayanan.
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
2.
pipa
dan
water
meter
yang
telah
Page 130
terutama pada pipa jenis ACP dan GIP tingginya angka kebocoran.
3. Kurangnya water meter untuk distribusi air dan katup katup pengatur air. 4. Masih kurana kurangnya akurasi angka penjualan air, tingginya angka kebocoran air dan berpengaruh pada pendapatan 5. As Build Drawing/Gambar tata laksana tidak lengkap
ke dalam bagi
kecil/
limbah yang dihasilkannya pun belum begitu menimbulkan efek masyarakat jika dan lingkungan. Dalam penanganan limbahnya belum tertangani dengan baik, dan hal ini akan menjadi masalah penanganan terkait dengan tetap dibiarkan segi dan tanpa ada upaya Data SKPD di mempertimbangkan belum lingkungan.
penanganannya
dimaksud berada di Kota Bima yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Bima.
No. 1
Asal Sumber 4
Penanganan 5
Page 131
Padat
Page 132
Pencucian Alat
Cair
3.6.2.2 Kualitas Air Limbah Untuk mengetahui kualitas air limbah pada saluran drainase Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Bima ini dilakukan pengambilan sampel pada tanggal 19 Mei 2009 dan selanjutnya diuji di Balai Laboratorium Kesehatan Mataram dan diperoleh hasil pada tabel 3.21. berikut ini. Tabel 3.25. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air limbah RSUD Kabupaten Bima.
No Parameter Metod e
3
Hasil
I.
Fisika 1. Suhu 2. Kekeruhan SNI-06-24131991 SNI-06-24131991 SNI-06-6989-112004 SNI-06-25031991 APHA 5520 C 2005 Suhu Udara 30 C 6,0-9,0 75 100 30 28,4 C 4,25 NTU 7,17 23 mg/L 52 mg/L 258 mglL 755 mg/L
II.
Berdasarkan data pada tabel 2.7. diketahui bahwa parameterparameter yang diuji tersebut masih dibawah Nilai Ambang Batas yang telah Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
Page 133
ditetapkan mengacu pada Kep. 58/MEN LH/12/1995. Kecuali untuk parameter kimia organik yaitu TSS yang melebihi baku mutu yang ditetapkan. Hal ini diperkirakan kondisi pengelolaan septik tank belum memadai. 3.6.2.3.Kualitas Air Sumur Bor Sebagai bahan acuan kualitas air sumur bor yang digunakan untuk aktifitas kantor clan rumah sakit, maka dilakukan pengambilan sampel air dekat ruang radiologi yang kemudian dilakukan uji laboratorium kualitas air sumur bor bekerjasama dengan Balai Laboratorium Kesehatan Mataram. Adapun hasilnya pada tabel berikut ini. Tabel 3.26. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Sumur Bor RSUD Kabupaten Bima.
No Parameter Metode
3
Kelas I
4
Hasil
8
I.
Fisika
II
SNI-06-2413- Devisiasi Devisiasi Devisiasi Devisias 91 3 3 3 i 5 SNI-06-241391 SNI-06-241391 SNI-06-241391 6-9 6-9 6-9 5-9 SNI-06-241391 10 10 20 20 0,5 0,06 0,5 600 0,3 0,1 0,06 1,5 0,06 1,5 -
28,3 OC 5 TCU 0,65 NTU Kapodt Tdk Berasa 6,45 0,03 mgll < 0,02 mgA. 10,008 mgA. 0,3 mglL 3,30 mgA.
SNI-06-6989112004 SNI-064. N02-N 24805. Fluorida 1991 SNI-0624T96. Khlorida 1991 APHA 4500 7. Besi N02 B 8. Mangan 2005 SNI-069. Kesadahan 2482Buku Putih CaCO Sanitasi 3
Kab. Bima
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) 2011 Sumber: Data DPPL RSUD Kabupaten Bima 2009.
Page 135
3.6.2.4. Air Limbah Kimia Tabel 3.27 Air Limbah Rumah Sakit Tanggal Uji :19 - 05 - 2009
NO
1
PARAMETER
2
METODE
3
BATAS MAKSIMUM AIR LIMBAH RUMAH SAKIT KEP-58 / MEN 4 LH / 12 / Suhu Udara 30C -
HASIL
5
II
KIMIA ORGANIK 1. pH* 2. BOD5 3. COD 4. TSS 5. TDS 6. Zat Organik SM-06-6989-112004 SNI-06-25031991 APHA 5520 C 2005 6,0 - 9,0 75 100 30 7,17 23 mg / L 52 mg / L 258 mg / L 755 mg / L
3.6.2.5.Limbah Padat Limbah padat (sampah) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima terbagi menjadi 2 yaitu sampah medis dan non medis dengan pembagian sebagai berikut. Sampah Medis : Sampah yang dihasilkanberasal dari ruang pasien, ruang clan Medis Sampah yang dihasilkan berasal dari kantor/administrasi, dapur, halaman dan taman. pengobatan/ tindakan, ruang perawatan ruang bedah/operasi.
Sampah Non
Page 136
NO
1
PARAMETER
2
METODE
3
HASIL
5
I II
FISIKA Suhu KIMIA ANORGANIK 1. pH* 2. BOD5 3. COD 4. TSS 5. NH3 Bebas 6. Phospat ( P04 ) SNI-06-2413-1991 SNI-06-2503-1991 APHA 5520 C 2005 SNI-06-2413-1991 SNI-06-2479-1991 SNI-06-2413-1991 28,6C 7,53 17,1mg / L 31mg / L 224mg / L 12,Emg /
APHA 4500 P 2005 Sumber: Data DPPL RSUD Kabupaten Bima 2009.
NO
KECAMATA N
2
JUMLAH
1 2 3 4 5 6
7 Sape 8 Lambu 9 Wawo 10 Langgudu 11 Bolo 12 Madapangga Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
5 4 5 4 4 3 3 7 5 6 6 5 7
401 112 305 474 316 331 87 654 365 210 510 626 379 Page 137
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) 2011 13 14 15 16 17 18 Belo Palibelo Monta Parado Sanggar Tambora Belo Ngali Palibelo Monta Parado Sanggar Tambora 156 156 312 347 156 120 96 604 9 4 4 7 3 5 5 3 95 160 160 319 350 161 125 99 6144
1 2
Berdasarkan
PHBS selama ini lebih diarahkan pada penyuluhan kesehatan pada kelompok masyarakat dan massa, di mana kegiatan ini merupakan kerja sama antara Dinkes dan puskesmas setempat. Secara keseluruhan pada 18 kecamatan total kegiatan penyuluhan yang diarahkan pada kelompok masyarakat sebanyak 6049, sedangkan yang diarahkan pada massa berjumlah 95 kali kegiatan. Sementara itu kecamatan yang paling banyak melakukan penyuluhan di Kabupaten Bima adalah kecamatan Sape TABEL 3.30. CAKUPAN DESA SIAGA AKTIF KABUPATEN BIMA TAHUN 2010
NO KECAMAT AN
1 2
JUMLA H DESA
3
POSKESD POLIND ES 5 ES 6
7 2 5 6 4 3 13 5 4 5 7 2 5 6 4 3 13 5 4 5
POSYANDU
7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Donggo Lambitu Soromandi Woha Ambalawi Sape Wera + Pai Lambu Wawo Langgudu 9+2
8 5 6 15 6 17 12 9 12
33 9 25 47 26 29 +7 56 30 17 44
Page 138
Tambora 5 5 Jumlah 168 113 (Kab/Kota) Sumber: Subdin Promkes Dinkes Kab Bima
TABEL 3.31. CAKUPAN DESA SIAGA AKTIF KABUPATEN BIMA TAHUN 2010
NO
1
KECAMATAN
2
JUMLAH DESA
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Donggo Lambitu Soromandi Woha Ambalawi Sape Wera Lambu Wawo Langgudu Bolo Madapangga Belo Palibelo Monta Parado Sanggar Tambora
8 5 6 15 6 9 17 12 9 12 12 10 4 9 12 5 6 5
8 5 6 15 6 9 17 12 9 12 12 10 4 9 12 5 6 5
2 5 5 8 6 8 4 4 9 9 0 10 2 9 0 5 6 5 97
CAKUPAN DESA SIAGA AKTI 6 25% 100 % 83% 53% 100 % 89% 24% 33% 100 % 75% 0% 100 % 50% 100 % 0% 100 % 100 % 100 % 60%
Page 139
Rp.195.405.907.664 atau sekitar 20% diantaranya dialokasikan untuk langsung dialokasikan langsung pembangunan sebesar 31% dan terjadi devisit
anggaran mencapai Rp.5.600.000.000,Selengkapnya mengenai komposisi pendapatan dan realisasi Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Bima dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Page 140
DAERAH
TAHUN ANGGARAN 20062010
No. Urut 1 1. 1.1 1.2 1.3
Anggaran
Uraian
2 PENDAPATAN DAERAH -Pendapatan Asli Daerah -Dana Perimbangan -Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Jumlah Pendapatan 21.116.852.714 399.008.824.778 104.696.200 420.230.373.692 20.344.945.210 477.817.048.997 42.046.023.833 540.208.018.040 17.059.351.137 540.890.062.306 12.346.023.833 570.295.437.276 20.023.918.876 534.554.600.314 92.540.151.332 647.118.670.522 23.052.319.479 529.461.370.327 60.673.826.966 613.187.516.772 19.169.052.677 398.507.860.231 104.696.200 417.781.609.108 22.047.568.329 464.740.286.911 17.981.091.405 504.768.946.645
Realisasi
2009
6
2006
3
2007
4
2008
5
2010
7
2006
8
2007
9
2008
10
2009
11
2010
12
2. 2.1 2.2
BELANJA DAERAH -Belanja Tidak Langsung -Belanja Langsung Jumlah Belanja Surplus/ Defisit 264.643.246.066 152.923.972.333 417.567.218.399 2.663.155.294 247.475.103.107 280.905.314.935 528.380.418.042 11.827.599.998 304.972.500.403 272.114.936.873 577.087.437.276 (6.792.000.000) 371.676.780.402 286.866.890.120 658.543.670.522 (11.425.000.000) 425.753.806.013 193.033.710.759 618.787.516.772 (5.600.000.000) 258.969.192.547 142.051.087.977 401.020.280.524 16.761.328.584 254.219.531.342 235.868.793.302 490.088.324.644 14.680.622.001 324.912.557.808 273.745.212.559 598.657.770.367 (18.603.795.291) 371.676.780.402 286.866.890.120 658.543.670.522 (11.424.999.999) 425.753.806.013 193.033.710.759 618.787.516.772 (5.600.000.000)
3. 3.1 3.2
PEMBIAYAAN DAERAH -Penerimaan Pembiayaan -Pengeluaran Pembiayaan Pembiayaan Neto 136.844.706 2.800.000.000 (2.663.155.294) 14.098.173.290 14.075.000.000 23.173.290 13.117.000.000 6.325.000.000 6.792.000.000 13.300.000.000 1.875.000.000 11.425.000.000 6.500.000.000 900.000.000 5.600.000.000 136.844.706 2.800.000.000 (2.663.155.294) 14.098.173.290 10.575.000.000 3.523.173.290 24.203.795.291 5.600.000.000 18.603.795.291 13.300.000.000 1.875.000.000 11.425.000.000 6.500.000.000 900.000.000 5.600.000.000
Page 138
3.3
(0)
11.850.773.288
14.098.173.290
18.203.795.291
(0)
Page 139
1. PENDAPATAN DAERAH 1.1 Pendapatan Asli Daerah 23,127,319,479.00 23,052,319,479.00 1.1.1 Pajak Daerah 1,968,922,479.00 1,968,922,479.00 1.1.2 Retribusi Daerah 10,318,841,800.00 10,318,841,800.00 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang 1.1. dipisahkan 3 2,145,000,000.00 2,070,000,000.00 1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah 8,694,555,200.00 8,694,555,200.00 1.2 Dana Perimbangan 532,066,932,019.00 529,461,370,327.00 1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak 23,307,609,327.00 1.2.2 Dana Alokasi Umum 449,582,361,000.00 449,582,361,000.00 1.2.3 Dana Alokasi Khusus 56,571,400,000.00 56,571,400,000.00 1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 63,979,492,882.00 60,673,826,966.00 1.3.1 Hibah 0.00 0.00 1.3.2 Dana Darurat 0.00 0.00 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan 1.3. Pemerintah Daerah Lainnya 3 13,920,426,966.00 1.3.4 0.00 1.3. 5 1.3. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 0.00 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 8,753,400,000.00 Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal dan Percepatan Pemb. Daerah 38,000,000,000.00
25,913,171,019.00
84,512,177,800.00
10,123,039,182.00
15,856,453,700.00
38,000,000,000.00 613,187,516,772.00
Jumlah 619,173,744,380.00 2. BELANJA DAERAH 2.1 Sanitasi Belanja Tidak Langsung Buku Putih
Kab. Bima
Page 140
425,753,806,013.00 425,753,806,013.00 2.1.1 Belanja Pegawai 378,295,243,690.00 378,295,243,690.00 2.1.2 Belanja Bunga 0.00 0.00 2.1.3 Belanja Subsidi 0.00 0.00 2.1.4 Belanja Hibah 12,004,110,000.00 12,004,110,000.00 2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 13,059,800,000.00 13,059,800,000.00 Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/ 2.1. Kabupaten/ Kota dan Pemerintahan Desa 6 21,194,652,323.00 2.1.7
21,194,652,323.00
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/ Kabupaten/ Kota Dan Pemerintah Desa 0.00 2.1.8 Belanja Tidak Terduga 1,200,000,000.00 1,200,000,000.00 2.2 Belanja Langsung 198,982,438,367.00 193,033,710,759.00 2.2.1 Belanja Pegawai 0.00 2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 0.00 2.2.3 Belanja Modal 0.00
0.00
Page 141
3. PEMBIAYAAN DAERAH 3.1 Penerimaan Pembiayaan 6,500,000,000.00 6,500,000,000.00 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun 3.1. Anggaran Sebelumnya (SILPA) 1 6,500,000,000.00 3.1.2 0.00 3.1. 3 Pencairan Dana Cadangan 0.00 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 0.00 0.00
6,500,000,000.00
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah 0.00 0.00 3.1.5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 0.00 3.1.6 Penerimaan Piutang Daerah 0.00 0.00 3.2 Pengeluaran Pembiayaan 937,500,000.00 900,000,000.00 3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan 0.00 0.00 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah 3.2. Daerah 2 937,500,000.00 900,000,000.00 3.2.3 0.00 3.2.4 0.00 PT. Bank NTB PD. Wawo PDAM BPR - LKP BPR - Pesisir LKP Nipa, Maria dan Sanggar KSO Merpati Pembayaran Pokok Utang 0.00 Pemberian Pinjaman Daerah 0.00 Pembiaya an 5,562,500,000.00 Neto 5,600,000,000.00 3. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (SILPA) 0.00 0.00
0.00
Page 142
Alokasi
Rp. 56.571.400.000.,
Sebagaian besar dana tersebut untuk pembiayaan kegiatan di bidang kesehatan, pendidikan dan pekerjaan umum. Realisasi dana mencapai 100 % b. Jumlah Dana DAU : Alokasi dan Realiasai (PU, Kesehatan, Pendidikan, dlll) Untuk progranm Alokasi Umum kegiatan AMPL tahun 2010 dukungan Dana
(DAU) di Kabupaten Bima mencapai Rp. 449. 582.361.000., Realisasi mencapai 100 %. Sebagaian besar langsung (70 %) digunakan untuk belanja tidak
Page 143
(Rutin). Sisanya digunakan untuk belanja pembangunan (belalanja langsung) yang meliputi : belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal. c. Target dan Realisasi PAD Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan llain lain pendapatan asli daerah yang syah 23.127.319.479. Ralisasi sebesar 100% target tahun 2010 sebesar Rp.
2011
Tabel 3.34 SUMBER PEMBIAYAAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN BIMA TAHUN 2010
RINCIAN SUMBER BIAYA
1
Dina s Kesehat
2 212.050.00 0
BAPPED A
3 1.205.000.0 00
BUMD
4
Dina s Kesehat
5
Dina s Kimpras
6 4.335.900.000
BPMD
7 2.478.094. 85
Tota l
11 8.231.044.8 50 2.998.324.575, 35 3.397.006.0 00 2.623.119.112, 00 13.356.000, 00 17.262.850.53 7,35
APBN Murni (Tugas pembantuan. Dekonsentrasi, BOK dll) APBD kabupaten/ kota murni Donor/hibah (Unicef) Rumah tangga/swada ya Nonmasyarakat Sumber pemerintah
163.200.000, 81.571.000, 2.130.432.575, 00 00 35 1.290.208.000 2.106.798.00 ,00 0,0 286.413.000, 12.168.31 00 2,0
Tota 212.050.000 2.944.821.000, 2.118.966.31 81.571.000,0 . ,00 00 2,0 0 6 466.332.575,3 l Sumber Data : Hasil Analisa Pokja AMPL-BM Kabupaten Bima
2.324.537.80 0,00
Jadi total anggaran yang dialokasikan bagi pembiayaan kegiatan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2010 sebesar Rp.17.262.850.537,35. Dana tersebut bersumber dari : APBN Murni, APBD Kabupaten Bima, Negara Donor (Hibah), swadaya masyarakat dan sumber non pemerintah lainnya, dan pengalokasiannya tersebar pada berbagai Dinas instansi baik Pemerintah maupun non Pemerintah.
Page 143
Analisa Belanja
Berdasarkan hasil penelusuran terhadap data data belanja publik bidang AMPL tahun 2010, kegiatan AMPL tersebar pada beberapa instansi terkai, yaitu Dinas Kesehatan, Dinas PU, BPMDes, Bappeda, Badan Lingkungan Hidup. Disamping itu pada beberapa kegiatan terdapat peranserta masyarakat melalui kontribusi langsun berupa tenaga kerja, material lokal dan lokasi pembangunan sarana, maupun uang tunai terutama sebagai iuran atas penggunaan/pemakaian jasa pelayanan air minum dari Perusahaan daerah (PDAM). kegiatan sersebar pada seluruh wilayah kabupaten Bima (18 Kecamatan, Desa). 168 Lokasi
Sumber pendanaan sebagaian besar berasal dari dana pusat (DAU, DAK). Selanjutnya beberapa kegiatan bersumber dari bantuan/hibah luar negeri (negara/lembaga kontribusi/swadaya masyarakat. Tabel 3.35. Program/kegiatan bidang AMPL Tahun 2010, sbb : Program/Kegia Jumlah dana
97.800.00 08.390.00 0 38.845.00 0 38.250.00 0 19.300.00 0 15.400.00 03.580.00 0 24.000.00 0 130.000.0 00 654.448.0 00 289.834.0 00 18.005.00 08.661.00 0 Page 212.050.0 00 30.551.00 144 0 13.356.00 0
donor),
APBD
Kabupaten,
dan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
tan Dukungan Fasilitator Masyarakat program WES Pelatihan Tukang Desa program WES Pelatihan Badan Pengelola sarana AMPL Desa Lokakarya penyusunan Silabus PHBS Dukungan Pokja AMPL Rakor dan Monev reguler Lokakarya penyusunan NSPM pelaksanaan tugas Pokja AMPL Refres pemicuan CLTS - Bappeda Dukungan WES bantuan UNICEF TA. 2010 Bappeda (APBD Kab) Dukungan PNPM PISEW TA. 2010 Bappeda (APBD Kab) Pembangunan sarana air minum perpipaan grafitasi desa sari, desa panda, desa teta, desa bumi pajoprogram WES TA. 11 Pembangunan sarana air minum 2010 (partisipasi masyarakat) 12 Program Penyehatan Lingkungan 13 Bimtek UKS dan Penjaringan Anak Sekolah 14 Kegiatan Buku Putih Sanitasi STBM WSLIC 2 15 Penyediaan Biaya Operasional & Pemeliharaan WSLIC Kab. Bima 2 16 Pertemuan Penyusunan RLT STBM WSLIC 2
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) 2011 Refresh Pemicuan CLTS - Dikkes Rapat Persiapan Kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun Pelaksanaan Kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun Dana Pendukung Bantuan Unicef Dikes (APBD Kab) Pembangunan MCK program PNPM-MP di kec Sape, Sanggar dan Lambu 21 Pembangunan Drainase program PNPM-MP di Kec Lambu dan sanggar dan Air Belo 22 Peningkatan Bersih dan Perpipaan Bantuan PNPMMP Desa Ntoke Kec. Wera 23 Pembangunan sarana air minum (Pompa Tangan) Bantuan PNPMDesa Boro Kec. Sanggar 24 MP Pembangunan Sumur Bor/SGD Desa Piong Kec. Sanggar 25 Pembangunan Sarana Air Bersih di 15 Desa di 8 Kecamatan Bantuan Dana DAK 26 Dana Pendukung Program Pembangunan Sarana Air Bersih (APBD Kabupaten) 27 Pembangunan Drainase dan MCK di 44 Desa di 9 Kec program PISSEW 28 PNPM Dana Pendukung program PNPM-PISSEW - Dinas PU (APBD Kab) 29 Pembangunan MCK di 6 Desa di 5 Kec (Dana DAK) 30 Dana Pendukung Program Pembangunan MCK (APBD Kab) 31 Pembangunan IPAL di 5 Desa di 4 Kec (Dana DAK) 32 Dana Pendukung Program Pembangunan IPAL (APBD Kabupaten) 33 Dana Pendukung Progran Unicef - Dinas PU (APBD Kab) 34 Kontribusi masyarakay/Iuran masyarakat pengguna jasa pelayanan air minum 35 Pembangunan sarana PDAM air bersih desa Maria Utara, wawo (bantuan PDT/APBN) 36 Pembangunan sarana air bersih desa Maria Utara, wawo (kontribusi masyarakat) 37 Penyediaan sarana prasarana pengolahan persampahan 38 Konservasi sumberdaya air dan g pengendalian kerusakan sumber air 39 Pembangunan sarana sanitasi/jamban keluarga (swadaya masyarakat) sarana air minum dan sanitasi program 40 Pembangunan PNPM Sumber Perdesaan data : Hasil Analisa Pokja AMPL-BM Kabupaten Bima (kontribusi masyarakat) 17 18 19 20 3.580.00 0 2.090.00 0 12.420.00 0 22.904.00 0 1.157.691.4 00 943.316.7 50 213.191.8 00 95.990.10 0 134.008.6 00 873.950.0 00 70.000.00 0 4.335.900.0 00 454.200.0 00 353.100.0 00 34.310.00 0 300.000.0 00 30.000.00 0 10.000.00 0 2.118.966.3 12 1.205.000.0 00 286.423.0 00 297.330.0 00 315.791.0 00 1.968.600.0 00 66.103.00 0
3.7.2.1 Sumber pembiayaan Sumber pembiayaan program AMPL terdiri dari : Pemerintah (pusat dan daerah); Non pemerintah (negara/lembaga donor, kontribusi masyarakat, dan sumber lainnya)
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 145
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) 2011 Tabel : 3.36 Sumber pembiayaan
SB.1 Pemerintah SB.1.1 Pemerinta Pusat SB.1.1.1 APBN Murni (Tugas pembantuan. Dekonsentrasi, BOK dll) SB.1.3 Pemerintah Kabupaten/Kota SB.1.3.1 APBD kabupaten/kota murni SB.2 Non Pemerintah SB.2.1 Donor/hibah (Unicef) SB.2.4 Rumah tangga/swadaya masyarakat SB.2.5 Sumber Non-pemerintah lainnya
Sumber Biaya
%
65.05 47.68 47.68 17.37 17.37 34.95 19.68 15.20 0.08
Tota l
37.35
100.0 0
47% dari pemerintah pusat melalui dana DAU dan DAK serta dana dana dekosentrasi lainnya. Pemerintah Kabupaten melalui dana APBD Kabupaten Sebesar 17, 37%. Pembiaya dari non pemerintah (34,95%), dimana total sebesar Rp. 6.033.480.112 negara/lembaga donor (Rp. 3.387.005.000), bahkan bantuan/hibah dari
lebih besar dari kemampuan APBD Kabupaten Bima yang sebesar Demikian pula Kontribusi masyarakat sebesar Rp. 2.623. 119.112 (15,20%) sangat membantu keterbatasan kemampuan pemerintah daerah. Peran sumber-sumber non pemerintah lainnya selain yang disebut diatas masih sangat terbatas, hanya Rp. 13.355.000 (0,06%) Tabel diatas menunjukan sumber pembiayaaan dari pemerintah daerah sangat terbatas. Pemerintah daerah Kabupaten Bima masih mengandalkan terutama dukungan dana pemerintah pusat, maupun bantuan negara/lembaga donor.
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 146
3.7.2.2 anggaran
Pengelolaan
Page 147
Pemerintah (Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten) Rumah tangga/masyarakat Non pemerintah lainnya
Pengelola
PA.1 Pemerintah Anggaran PA.1.2 Pemerintah Propinsi PA.1.2.2 Dinas Kesehatan PA.1.3 Pemerintah Kabupaten/Kota PA.1.3.1 BAPPEDA PA.1.3.10 BUMD PA.1.3.2 Dinas Kesehatan PA.1.3.3 Dinas Kimpraswil PA.1.3.5 BPMD PA.1.3.7 Badan Lingkungan Hidup/BAPEDALDA PA.2 Pemerintah Non Pemerintah PA.2.4 Sumber non-pemerintah lainnya PA.3 Rumah tangga/masyarakat
%
86.46 1.23 1.23 85.23 17.06 12.27 0.47 37.46 14.41 3.55 0.08 0.08 13.47
Grand
Sumber data : Hasil Analisa Pokja AMPL-BM Kabupaten Bima Total
37.35
100.0 0
diatas menunjukan, bahwa pengelolaan anggaran Bima 85% hampir (Rp. semuanya oleh dikelola oleh Pemerintah
Kabupaten mencapai
14.712.906.787) dari total anggaran sebesar Rp. 17.262.850.537,35. Masyarakat mengelola anggaran sebesar Rp. 2.324.537.800. Sisanya dikelola oleh pemerintah provinsi sebesar 212.050.000 (1,28%) dan pengelola non pemerintah lainnya sebesar Rp. 13.396.000 (0,08%) Di kabupaten Bima, SKPD pengelola terbesar anggaran AMPL adalah Dinas PU, yaitu sebesar Rp. 6.466.332.575 (37,45%), dari total dana yang dikelola pemerintah kabupaten. Selanjutnya Bappeda 17,06% (Rp. 2.944.821.000), BPMDes 12,27% (Rp. 2.118.966.312), Dinas Kesehatan mengelola anggaran kabupaten hanya sebesar Rp. 81.571.000 (0,47%), lebih kecil dibanding yang dikelola oleh pemerintah provinsi di kabupaten Bima,Page yaitu Buku Putih Sanitasi Kab. Bima 148
Page 149
Masyarakat di kabupaten Bima mengelola anggaran AMPL hanya sebesar Rp. 13,47% anggaran (Rp. 2.324.537.800), Rp. dibanding yang dikelola dari oleh total pemerintah sebesar 14.924.956.737 (86,46%)
AMPL
17.262.850.637.
pada
Tabel
28.4, dari
sisi
pengelolaan masyarakat mengelola jauh lebih kecil dibanding yang dikelola oleh pemerintahi 3.7.2.3 pelayanan Penyelenggaran
Pelayanan bidang AMPL di kabupaten Bima diselenggarakan oleh : kabupaten) Rumah tangga/masyarakat Non pemerintah lainnya
Tabel : 3.38. Penyelenggaran pelayanan
Pemerintah ( pemerintah
Penyelanggara Pelayanan
PL.1 Pemerintah PL.1.3 Pemerintah Kabupaten/Kota PL.1.3.1 BAPPEDA PL.1.3.2 Dinas Kesehatan PL.1.3.3 Dinas Kimpraswil PL.1.3.5 BPMD PL.1.3.7 Badan Lingkungan Hidup/BAPEDALDA PL.1.3.10 BUMD PL.2 Nom Pemerintah PL.2.4 Sumber non-pemerintah lainnya Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
%
86.46 74.18 10.99 1.81 43.42 14.41 3.55 12.27 0.08 0.08 Page 150
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) 2011 PL.3 Rumah tangga/Masyarakat 2,324,537,800 .00 Tot 17,262,850,5
Sumber data : Hasil Analisa Pokja AMPL-BM Kabupaten Bima
13.47
al
37.35
100.0 0
Page 151
di kabupaten Bima diselenggarakan oleh pemerintah. kabupaten Bima terbesar 7.495.785.575 2.488.099.850 Penyelenggaraan 13,47% (Rp. besar dibanding institusi yaitu sebagai intitusi penyelenggara menyerap dana pelayanan BPMDes Dinas (43,42%), (14.41%). pelayaan kemudian
sebesar sebesar
Sedangkan oleh
: Dinas kesehatan maupun BLH. Tingginya masyrakat, masyarakat penyelenggaraan menunjukan kegiatan pelayanan yang hal dilakukan peran ini antara oleh lain ke
semakin
besarnya AMPL,
langsung
peningkatan
dimungkinkan pemberdayaan
masyarakat masyarakat.
3.7.2.4 kegiatan
Jenis
Pada pokoknya jenis kegiatan yang dilksanakan terdiri dari : Kegiatan tidak langsung (kegiatan yang terkait dengan manajerial , penguatan kapasitas, maupun pengawasan dan evaluasi) Kegiatan langsung (kegiatan yang langsung berkaitan dengan pengadaan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat di bidang AMPL)
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 152
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) 2011 Tabel : 3.39. Jenis kegiatan
%
5.93 4.19 0.26 0.12 1.17 0.08 0.02 0.09 94.07 0.31 0.23 25.12 1.72 51.64 15.05
Tot
.00 723,907,000. 00 45,520,000. 00 21,300,000. 00 202,170,000. 00 13,356,000. 00 3,260,000. 00 14,700,000. 00 16,238,637,537 .35 53,491,000. 00 39,215,000. 00 4,335,900,000 .00 297,330,000. 00 8,914,744,225 .35 2,597,957,312 .00 17,262,850,5
37.35
2010
100.0 0
Rp.
tahun
sebesar
94,07% (16.238.637.537) merupakan kegiatan kegiatan langsung , yaitu : terbesar adalah pembangunan insfrastruktur AMPL 51,64% (Rp. 8.914.740.225), masyarakat (Rp. 39.215.000). Kegiatan-kegiatan program, pegawai tidak langsung kapasitas, porsi yang seperti manajemen kualitas, Rp. untuk dan
Page 15015
sebesar
pemberdayaan 4.335.900.000).
penguatan hanya
pengawasan sebesar
pengembangan sistim informasi, dan peningkatan kesejahteraan mendapat (5,98%). anggaran 1.024.213.000 Porsi terbesar penganggaran monitoring
manajerial dan
selanjutnya
kegiatan
pelaporan
sebesar Rp.
202.170.000
(1,17%).
Terkecil
adalah
untuk
peningkatan
Page 15115
menujukan, bahwa
masih didominasi untuk kegiatan/pembangunan sarana fisik yang diimbangi dengan kebijakan pemberdayaan masyarakat pemeliharaan dan keberlanjutan sarana. Kegiatan untuk sanitasi proposional dikaitkan dengan persoalan kebutuhan masyarakat akan air bersih. Kegiatan pembersayaan masyaarakat untuk air bersih hanya 0,23% (Rp. 39.215.000), sedangkan dari total anggaran. 3.7.2.5 anggaran Mata pemberdayaan masyarakat untuk sanitasi menyerap 25,12% (Rp.4.335.900.000)
Kegiatan AMPL tahun 2010, dapat kelompoka ke dalam beberapa mata anggaran : Mata anggaran , yaitu : Mata anggaran Ivestasi Mata anggaran Operasional Dan mata anggaran untuk pemeliharaan
Tabel : 3.40. Mata anggaran
MA.1.2 Bangunan/kontruksi MA.1.3 Pengadaan alat-alta MA.2 Operasional MA.2.1 Gaji MA.2.1.2 Gaji Pegawai non pemerintah MA.2.2 Honorarium MA.2.1.1 Honorarium PNS MA.2.2.2 Honorarium non PNS MA.2.3 Bahan habis pakai, obat-obatan/bahan kimia MA.2.4 Perjalanan MA.2.5 Akomodasi MA.2.6 Utilities (telepon, listrik, air) MA.2.7 Biaya opersional lainnya MA.3 Pemeliharaan Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
Mata Rincian Anggaran MA.1 Investasi 13,634,665,275 Anggaran (Rp) Beberapa AMPL yang dilaksanakan tahun 2010 :
.35 13,294,635,275 .35 340,030,000. 00 3,601,075,262 .00 17,830,000. 00 17,830,000. 00 450,725,350. 00 437,185,350. 00 13,540,000. 00 166,913,220. 00 650,533,680. 00 156,475,700. 00 2,126,716,312 .00 31,881,000. 00 27,110,000. 00
%
78.98 77.01 1.97 20.86 0.10 0.10 2.61 2.53 0.08 0.97 3.77 0.91 12.32 0.18 0.16 Page 15215
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) 2011 MA.3.3 Pemeliharaan alat-alat (termasuk perbaikan dan suku 27,110,000. cadang) 00 Tota 17,262,850,5
0.16
37.35
100.0 0
Page 15315
Anggaran untuk kegiatan yang bersifat investasi mendapat porsi paling besar : 78,98% (Rp. 13.364.665.275), yaitu untuk pembangunan sarana fisik, dan pengadaan alat-alat. Untuk biaya operasional sebesar Rp. 3.601.075.262 (20,86%), sedangkan mata anggaran untuk pemeliharaan teralokasi hanya sebesar Rp.27.110.000 (0,16%) dari total dana sebesar Rp. 17.262.850.537. Dari yang Tabel 28.7 diatas menunjukan ada pengalokasian kebijakan tidak proposional, dan tidak sejalan dengan
bahwa progrm pembangunan AMPL harus berkelanjutan sehingga dapat memberi manfaat yang optimal bagi masyarakat. Biaya pemeliharaan yang sedikit dikhawatirkan sejumlah sarana yang dibangun tidak akan terpelihara dengan baik, sehingga mempegaruhi dibangun. usia dan keberlanjutan kwalitas sarana yang
3.7.2.6 Program
Jenis
Jenis program yang dilaksanakan terdiri dari : minum Program lingkungan penyehatan Program air bersih dan air
Page 15415
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) 2011 Tabel 3.41. Jenis Program
PR.1.1 Peningkatan akses air bersih PR.1.2 Peningkatan kualitas air bersih/air minum PR.1.5 Pembangunan sarana air bersih PR.1.6 Penyediaan Dana penunjang kegiatan pembangunan Air Bersih PR.1.7 Penyediaan Prasarana dan Sarana Air Minum bagi Berpengha Lingkungan PR.2Masyarakat Program Penyehatan
%
38.53 12.27 1.83 23.91 0.49 0.02 58.11 5.46 1.72 18.13 0.08 3.44 29.27 3.36 1.01 0.86 1.35 0.14
PR.2.1 Pembangunan drainase PR.2.2 Penanganan/pengolahan persampahan PR.2.4 Peningkatan akses jamban PR.2.5 Gerakan cuci tangan serta pembinaan dan pengawasan m kualitas PR.2.23 sanitasi Dana Pendukung Operasional kegiatan PNPM-PISEW 14,510,000.00 PR.2.25 Penataan Lingkungan Pemukiman Penduduk Perdesaan PR.3 Program yang menyangkut capacity building PR.3.1 Administrasi dan manajemen PR.3.4 Capacity buiding PR.3.5 Pengawasan (monitoring dan evaluasi) PR.3.6 Program capacity building (penunjang) lainnya
Tota
Sumber data : Hasil Analisa Pokja AMPL-BM Kabupaten Bima
100.0
Program
peningkatan
sanitasi
atau
penyehatan
mendapat alokasi anggaran lebih besar, sebesar 58,11% (Rp. 10.091.738.150). Program 6.650.970.378 (38,53%). capacity building hanya sebesar (3,36%). Rp. air bersih dan air minum Sedangkan program anggaran lebih sedikit, yaitu sebesar Rp.
580.142.000
yang berkualitas.
Page 15615
3.7.2.7 Jenjang Kegiatan Program/ kegiatan AMPL di kabupaten Bima tahun 2010, dilaksanakan pada jenjang Provinsi, Kabupaten, Kecamatan maupun Desa.
Tabel
Jenjang kegiatan
Grand Sumber data : Hasil Analisa Pokja AMPL-BM Kabupaten Total Bima
Porsi terbesar dari belanja AMPL tahun 2010 Desa/masyarakat, 15.484.305.537, 17.262.850.357. yaitu dari pada total 89,70% dana jenjang
37.35
atau 2010
100.0 0
Rp. Rp.
tahun
pemerintah
hanya
sebesar Rp. 1.350.671.500 (7,82%) Tabel 37 diatas sudah menunjukan bahwa belanja AMPL di Kabupaten Bima tahun 2010 (tingkat dilaksanakan dan melibatkan rakyat paling bawah Sejalan dengan kebijakan pengentasan desa).
3.7.2.8 manfaat
Penerima
Rumah tangga/masyarakat;
pemerintah
Page 15815
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) 2011 Tabel 3.43. Penerima manfaat
%
5.46 70.53 24.01
Grand Sumber data : Hasil Analisa Pokja AMPL-BM Kabupaten Bima Total
37.35
100.0 0
Penerima manfaat terbesar adalah rumah tangga/masyarakat, yaitu sebesar 70,53% (Rp. 24% (Rp. 4.144.671.38 7) Tabel diatas menunjukan, bahwa masyarakat/rumah sudah tangga porsi sebagai sasaran dari penerima pembangunan AMPL mendapat 12.174.862.400). Instansi pemerintah sebesar
pelayanan yang maksimal. Porsi instansi pemerintah lebih besar manfaat sarana daan prasaraan umum, karena dalam rangka tugas tugas pelayanan kepada masyarakat yang harus dilaksanakannya.
dalam penanganan sanitasi. Untuk menunjang penanganan sanitasi di kota, selama ini masih sangat tergantung oleh alokasi dana pemerintah yang sangat terbatas, sedangkan sektor swasta belum banyak berperan. Padahal penanganan sanitasi sebenarnya bukan hanya melulu diemban oleh pemerintah akan tetapi swasta memiliki kewajiban turut serta
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
serta sektor swasta dalam pembiayaan pengelolaan dengan para pelaku usaha.
sanitasi
Page 16016
2. Proporsi dana untuk sanitasi dalam struktur belanja langsung APBD minim. sangat
Hal ini terkait dengan besaran APBD Kabupaten Bima sendiri yang masih relative kecil dan sumber pendapatannya masih sangat tergantung dari Dana Alokasi Umum yang dianggarkan oleh Pemerintah Pusat, sedangkan kontribusi PAD masih amat sangat kecil dimana berdasarkan data terakhir tahun 2010 hanya sebesar 3,76% dari total Bima APBD. Sementara dengan dan begitu disisi lain Pemerintah kompleksnya urusan pelaksanaan Kabupaten dihadapkan harus begitu sehingga
permasalahan pemerintahan
pembangunan yang
banyaknya
diemban
pembangunan dilakukan sesuai prioritas yang telah disusun dalam dokumen perencanaan daerah 3. Dokumen perencanaan sanitasi yang komprehensif belum ada sehingga arah kebijakan masih multi sektor. Berdasarkan pengalaman pelaksanaan pembangunan selama ini, masalah pembiayaan sanitasi sebenarnya harus muncul sejak dari proses perencanaan, akan tetapi yang terjadi kurangnya sinkronisasi program antar berbagai sektor, sehingga belum ada tahapan dan target yang jelas kedepan sebagai acuan dalam penyusunan pembiayaan sanitasi. Kondisi saat ini cukup sulit mengukur besaran pembiayaan dalam struktur APBD dengan program dan kegiatan yang tidak terstruktur dengan baik. 4. Dukungan masyarakat dalam penanganan sanitasi masih rendah. Banyak sekali sarana air bersih dan sanitasi yang telah dibangun selama ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan air bersih dan sanitasi, baik oleh pemerintah maupun non pemerintah, akan tetapi tidak sedikit sarana yang dibangun tersebut jadi monumen belaka. Hal ini menunjukan
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
rendahnya
Page 16116
ke depan perlu dibangun strategi yang mampu membangkitkan rasa kepedulian masyarkat yang tinggi terhadap sarana yang dibangun.
Page 16216
Melalui Lokakarya AMPL Tahun 2007 disepakati visi pembangunan sektor AMPL berbasis masyarakat di Kabupaten Bima adalah: Terpenuhinya Kebutuhan Lingkungan (AMPL)
Air
Minum
dan
Penyehatan
penyehatan lingkungan (sanitasi dasar) 85% dari total kebutuhan Didalamnya terkandung upaya untuk mencapai kondisi tersebut dengan kemampuan sendiri dari sisi pengelolaan baik fisik maupun non fisik dengan tetap mengutamakan kualitas hasil pembangunan yang dicapai. Sejalan dengan hal Development Goals tersebut, salah satu target
Millenium
(MDGs), adalah mengurangi separuh proporsi penduduk tanpa akses berkelanjutan pada air minum yang aman dan sanitasi dasar sebelum akhir 2015 . Dengan angka dasar cakupan Air minum (air bersih yang dapat diolah menjadi air minum) Tahun 2009 Buku untuk Putih Sanitasi Kab. Bima sebesar 51,8%, Page maka
16316
diharapkan 80%.
sampai dengan
Tahun
2015
dapat
dicapai
target
cakupan air minum (bersih) sebesar Sementara itu cakupan jamban keluarga per tahun 2009 adalah sebanyak 85.713 atau sebesar 73,69%. Dengan demikian sampai dengan tahun 2015 target yang ingin dicapai adalah 95%.
Page 16416
4.1.2. AMPL
Misi Pembangunan
Misi yang dicanangkan dalam melaksanakan pembangunan AMPL adalah: 1. Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi yang memadai. 2. Mengubah perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat 3. Mengupayakan 4. Memperkuat masyarakat (KPP/UPS) 4.2. Strategi Penanganan Sanitasi Kota. Strategi penanganan sanitasi di Kabupaten Bima dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat 2. Meningkatkan persampahan pelayanan terpenuhinya kapasitas kebutuhan pasokan AMPL air di baku tingkat secara berkelanjutan untuk layanan air minum pengelola sarana
3. Meningkatkan kapasitas dan fungsi drainase kota 4. Meningkatkan perumahan sarana dan prasarana lingkungan dan permukiman di wilayah Kabupaten Bima
5. Berkurangnya luas dan lama genangan air yang disebabkan banjir dan rob. 6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas penanganan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan. 7. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan. 8. Meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan kawasan permukiman. 9. Meningkatkan derajat kesehatan
Page 16516 Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
Setelah mengetahui kondisi eksisting kualitas sanitasi dan kesehatan setiap kawasan, melalui beberapa studi, untuk menetapkan prioritas penanganan sanitasi di tiap-tiap
kawasan tersebut.
Page 16616
Penetapan strategi penanganan sanitasi ini melalui tahapantahapan yaitu: Analisis faktor Lingkungan Internal dan Eksternal Kabupaten Bima berkaitan dengan potensi dan kendala pengembangan penanganan Sanitasi kota; Menyusun beberapa dikembangkan di Kabupaten Bima Menetapkan Kabupaten Bima strategi sanitasi jangka menengah alternatif strategi yang dapat
Strategi penanganan sanitasi ini mencakup beberapa strategi sektoral dan subsektor air seperti limbah, drainase lingkungan, swasta, drainase monev kota, dan persampahan, keterlibatan
penganggaran/kemampuan pembiayaan. 4.3. Rencana Peningkatan Pengelolaan Limbah Cair/Domestik 1. Penerapan program pemasaran sanitasi / sanitation marketing plan dalam penanganan masalah limbah cair Kab. Bima 2. Pemerintah Kab. Bima perlu membuat off site system (Sewerage System) untuk pengelolaan air limbah. 3. Membangun 4. Pemanfaatan sumber masyarakat 5. Pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah terpadu (IPLT) dan tinja perbaikan sebagai MCK Komunal lingkungan menjadi untuk dengan basis masyarakat biogas sehingga dapat energi alternatif pengganti bahan bakar
sebagai bagian dari upaya penanganan sanitasi yang aman terhadap lingkungan 6. Pendanaan untuk pengelolaan Lumpur tinja dapat ditingkatkan sehingga bisa diminimalisir permasalahan lingkungan sebagai
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 16716
4.3.1. Sistem Terpusat (Offsite System) Sampai saat ini Kabupaten Bima belum memiliki sistim pengolahan limbah cair rumah tangga dengan sistim terpusat (off site). Melihat dari implementasi
Page 16816
Sistim
terpusat
di
kota
lain
misalnya
maka
ke
depan
perlu
dipikirkan untuk dapat menyediakan cakupan pelayanan penanganan air limbah rumah tangga maupun air limbah industri dengan Sistim terpusat. terpusat Mungkin dalam tidak skala terpusat pada kecamatan atau satu tempat, namun beberapa kecamatan
sebagai percontohan. Sehingga setiap bagian wilayah kota dapat ditempatkan satu Sistim terpusat. Walaupun Sistim ini akan jauh lebih mahal namun kemudahan evaluasi. Sistim terpusat ini memiliki keunggulan yaitu terutama dalam kontrol penanganan, monitor dan
4.3.2. Sanimas
Sistem
Sistim sanimas yang dikenalkan pertama-tama di Indonesia ini akan menjadi terkenal ke seluruh dunia karena PBB akan mengadopsi Sistim ini kepada 124 negara anggota-nya, karena dinilai cukup sukses dan mudah untuk replikasi. Sistim ini digunakan untuk pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat pada wilayah tertentu, mengelola sanitasi secara bersama- sama. Disebut juga pengolahan limbah yang berbasis pada masyarakat (SANIMAS) yaitu dengan membuat pengolah limbah rumah tangga secara komunal. Meskipun Sistim ini belum pernah diuji coba di Kab. Bima namun pengalaman daerah lain menunjukan bahwa kesulitan implementasi di masyarakat adalah kendala ketersediaan lahan, terutama di permukiman kumuh perkotaan, termasuk pada kawasan pinggiran sungai. untuk pengelolaan limbah tinja, memerlukan terpadu, yaitu penataan kawasan. Sehingga yang pilihan strategi untuk meningkatkan kualitas sanitasi, khususnya penanganan Pada kawasan yang sering
tergenang, tidak menutup kemungkinan untuk menyediakan sanimas dua lantai, dimana lantai satu digunakan untuk penempatan tangki sedangkan lantai dua untuk fasilitas toilet. Model ini Page sudah Buku septik Putih Sanitasi Kab. Bima 16916
diterapkan di kawasan pesisir pantai di Jakarta. 4.3.3. Sistim System) Setempat (Onsite
Page 17017
Berdasarkan standar tersebut, maka perkiraan kebutuhan septiktank dan jumlah tangki truk tinja yang diperlukan adalah Tabel 4.1 Perkiraan Kebutuhan Truk Tangki Tinja untuk Perumahan Swadaya Tahun 2009 dan 2010 2014 2014
No. Kecamatan Kebutuhan Septiktank 735 1.853 3.932 3.810 1051 588 3.351 1.281 1.949 1.704 3.390 1.634 422 835 541 547 1.487 1.420 22.649 Kebutuhan Truk Tinja kapasitas Kebutuhan Septiktank 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 6 972 1.881 4.977 3.981 1.732 978 4.430 1.685 2.955 1.860 4.980 2.204 541 1.272 589 582 1.702 1.914 28.649 Kebutuhan Truk Tinja kapasitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Wera Ambalawi Wawo Sape Lambu Langgudu Lambitu Belo Palibelo Woha Monta Parado Madapangga Bolo Donggo Soromandi Sanggar Tambora Jumlah
0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1
11
Sumber : hasil perhitungan dan analisis, 2007 Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
Page 17117
Dari asumsi-asumsi di atas, maka dapat diperkirakan pula bahwa setiap harinya total volume limbah domestik yang masuk ke IPLT adalah sejumlah volume
Page 17217
lumpur tinja per harinya. Selain itu dapat diperkirakan pula bahwa Kabupaten Bima hingga tahun 2013 membutuhkan 10 unit truk tangki tinja (asumsi truk tangki tinja dapat mengangkut volume 8 m ). Sistim pembuangan air kotor, pada prinsipnya terbagi atas dua macam Sistim: pertama Sistim pembuangan mandiri (individual system), yang dikenal dalam bentuk septic tank dan sejenisnya. kedua Sistim pembuangan bersama (communal system), yang dikenal dalam bentuk: WC.Umum (MCK), saluran pembuangan (sewerage system), septic tank individual dengan peresapan ke sumur peresapan dan sejenisnya. Kondisi yang ada di Ibukota Kabupaten Bima masih menggunakan Sistim yang pertama dan sebagian penduduk juga masih memanfaatkan aliran air yang lain. Rencana penanganan pembuangan air kotor di Ibukota Kabupaten Bima ini bisa dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Air Kotor dari Kamar Mandi, Dapur dan Cucian Besarnya volume buangan diperkirakan sebesar 80% dari kebutuhan air bersih rumah tangga. Dengan demikian dapat diperkirakan volume limbah cair/air kotor di Ibukota Kabupaten Bima adalah sebagai berikut: Air kotor ini dibuang ke sumur peresapan pada masing-masing rumah, setelah agar melalui bak pengendap/alat pengendap/alat penyaring penyaring pada ini masing-masing rumah. Bak diperlukan
3
pasir dan lain-lain) yang terbawa air kotor bisa tertahan di bak pengendap tersebut. b. Air WC/kakus. Kotor dari
peresapan. Pada penggunaan sumur peresapan, volume/ukuran dan konstruksi tanki septik harus benar-benar bisa memproses air kotor selama 3 hari sebelum dialirkan ke sumur peresapan. Jarak sumur peresapan dengan sumur sumber air bersih harus dijaga agar air bersih tidak tercemar oleh air
Page 17417
kotor. Jarak ini tergantung pada arah aliran air tanah dan jenis tanahnya, bila arah aliran air kotor dari sumur peresapan menuju ke sumber airbersih maka jarak harus semakin jauh. Untuk tanah yang mengandung pasir jarak antara sumur peresapan dan sumber air bersih relatif bisa lebih dekat. Pada umumnya jarak minimum yang paling aman adalah 10 m. Untuk daerah pemukiman yang sudah padat, nantinya dapat digunakan Sistim peresapan bersama dengan kapasitas pelayanan tiap sumur peresapan untuk 10 keluarga. Sementara pencanangan pengelolaan limbah cair pada Wilayah Kabupaten Bima dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.2 Pencanangan Pengelolaan Limbah Cair Kabupaten Bima
NO. 1 BWK BWK1 Lingkungan 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 Jumlah 2 BWK2 2,1 2,2 2,4 2,5 2,6 3 BWK3 Jumlah 3,1 3,2 3,3 3,4 3,5 Jumlah Jumlah Penduduk Tahun 2007 0 3,027 6,675 13,133 13,409 331 36,575 892 4,123 4,013 2,713 3,249 20,798 4,857 448 311 2,888 8,504 65,877 Air Limbah 339,024 747,600 1,470,896 1,501,808 37,072 4,096,400 99,904 461,776 449,456 303,856 363,888 2,329,376 543,984 50,176 34,832 323,456 952,448 7,378,224 2 Unit 700 m3 Bangunan Pengolahan Waduk Penampunga n
4 Unit
1.200 m
1 Unit
300 m3 2.200 m
3
Sumber :RPIJM,2010-2014
Page 17517
c.
Limbah cair yang berasal dari industri diwajibkan untuk menyediakan Sistim pengolahan air limbah sebelum dibuang ke sungai atau saluran yang berada
Page 17617
di wilayah perencanaan. Industri yang berskala besar sebelum beroperasi harus menyertakan dokumen Amdal maupun UKL/UPL, agar tidak terjadi penurunan daya dukung lingkungan di Ibukota Kabupaten Bima. 4.4. Rencana Peningkatan Pengelolaan Sampah (Limbah Padat). Rencana penempatan lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Ibukota Kabupaten Bima terletak di Desa Keli dengan luas 5,986 Ha Pola pelayanan persampahan yang cukup sesuai adalah dengan menggunakan pola pengumpulan dan pengangkutan secara komunal, dengan tingkat pelayanan minimal 75%. Beberapa standar yang digunakan dalam menghitung volume timbunan sampah akibat berkembangnya kegiatan permukiman antara lain: Tingkat pelayanan 90% Timbulan sampah domestik ltr/jiwa/hari = 75% = 2,28
2010
2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Page 17717
No.
Kecamatan
Dump Truck 8 m3 0 0 0
17 18
Tabel. 4.4 Proyeksi Jumlah TPA dan TPS Tahun 2031 NO 1 2 3 8 9 4 10 5 6 7 11 12 13 14 15 16 17 18 KECAMATAN Wawo Sape Lambu Langgudu Lambitu Monta Parado Woha Belo Palibelo Bolo Madapangga Donggo Soromandi Sanggar Tambora Wera Ambalawi Jumlah TPS 17 54 21 22 10 22 10 60 22 25 34 20 16 12 12 10 21 12 400 Tabel 4.5 TPA 1
1 1 5
3 Kg/KK
Jumlah
Ambalawi
10,553
14,774
Page 17817
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Belo Bolo Donggo Lambitu Lambu Langgudu Mada Pangga Monta Palibelo Parado Sanggar Sape Soromandi Tambora Wawo Wera Woha JUMLAH
24,570 39,709 16,315 6,088 38,876 39,578 30,964 34,493 24,133 8,868 12,038 57,503 8,859 12,622 16,468 30,026 45,479 464,180
4,914 7,942 3,263 1,522 6,479 6,596 6,193 6,899 4,827 1,774 2,408 11,501 1,772 2,524 3,294 6,005 9,096 90,525
14,742 23,825 9,789 4,566 19,438 19,789 18,578 20,696 14,480 5,321 7,223 34,502 5,315 7,573 9,881 18,016 27,287 271,574
4,423 8,339 2,937 2,283 1,944 3,958 1,858 2,070 7,240 2,128 3,611 15,526 2,658 3,029 3,952 4,504 10,915 83,484
2,948 3,574 2,937 2,740 972 1,979 1,858 2,070 3,620 2,128 2,167 6,900 3,189 757 2,964 1,802 15,008 58,668
5,897 7,148 3,916 2,740 3,888 1,979 2,787 2,070 5,792 2,660 2,167 10,351 3,189 757 3,952 1,802 21,830 83,978
28,010 42,886 19,578 12,328 26,241 27,705 25,081 26,905 31,132 12,238 15,168 67,279 14,352 12,117 20,750 26,123 75,040 497,704 332
19 29 13 8 17 18 17 18 21 8 10 45 10 8 14 17 50
Sebaran
lokasi
dan
kriteria dan
TPST,
dan/atau
TPA
berdasarkan
persyaratan
ketentuan-ketentuan
ditetapkan pemerintah melalui SNI Nomor 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah, dan peraturan perundangundangan terkait lainnya. Kondisi saat ini penyebaran penduduk di Kabupaten Bima tidak begitu merata. Sebagian besar masyarakat tinggal di daerah pusat kota. Sehingga jika peletakan TPS didasarkan pada luas wilayah, hal ini tidak menguntungkan. Terutama karena di daerah pedesaan yang masih memiliki lahan kosong cukup luas, masyarakat biasanya
Untuk itu alternatif ke dua yaitu peletakan TPS berdasarkan jumlah timbulan sampah untuk wilayah yang dilayani.
4.5. Rencana Peningkatan Pengelolaan Saluran Drainase Lingkungan. Hingga Tahun 2013, diperkirakan Kabupaten Bima membutuhkan tambahan jaringan drainase sepanjang 433,74 Km, yang terletak di kedua sisi jaringan jalan. Secara rinci per kecamatan mengenai prediksi kebutuhan tambahan pelayanan drainase permukiman dijelaskan dalam Tabel 4.5. Tabel 4.6 Perkiraan Kebutuhan Jaringan Drainase untuk Perumahan Swadaya Tahun 2010 dan 2014
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Kecamatan Wera Ambalawi Wawo Sape Lambu Langgudu Lambitu Belo Palibelo Woha Monta Parado Madapangga Bolo Donggo Soromandi Sanggar Tambora Jumlah 2010 Panjang Luas Saluran Saluran 6,35 0,38 12,53 0,75 30,32 1,82 30,10 1,81 9,51 0,57 3,88 0,23 27,51 1,65 9,81 0,59 17,49 1,05 12,04 0,72 29,90 1,79 14,34 0,86 2,22 0,13 6,35 0,38 3,41 0,20 3,47 0,21 11,87 0,71 10,20 0,61 241,30 14,46 2014 Panjang Luas Saluran Saluran 8,72 0,52 13,81 0,83 43,77 2,63 32,81 1,97 11,32 0,68 4,78 0,29 37,30 2,24 14,85 0,89 23,55 1,41 14,60 0,88 41,80 2,51 18,04 1,08 3,41 0,20 8,72 0,52 3,89 0,23 3,82 0,23 13,02 0,78 17,14 1,03 315,35 18,92
Rencana dalam mengatasi penambahan limpasan air hujan pada Bagian Wilayah Kota (BWK), maka diperlukan adanya kolam kolam
yang
berfungsi
melindungi
wilayah drainase
terbangun wilayah
pengendali).
Kebutuhan kolam penampungan disesuaikan dengan kondisi topografi wilayah dengan dengan hasil hitungan berikut. Tabel 4.7 Kebutuhan Kolam Penampungan (Bendali)
Wilayah Lingkungan
1.2 1.3 BWK 1 1.4 1.5 1.6 2.1 2.2 BWK 2 2.3 2.4 Pusat Perkantoran 2.5 2.6 BWK 3 3.1 Luas lahan (m2) 2,021,473.66 2,855,555.94 3,387,175.80 3,100,806.20 2,241,697.39 4,155,400.71 2,762,963.69 2,164,377.10 1,200,844.93 500,000.00 3,765,749.73 2,490,663.79 7,053,809.64 CH (mm/hari ) 70.1875 70.1875 70.1875 70.1875 70.1875 70.1875 70.1875 70.1875 70.1875 70.1875 70.1875 70.1875 70.1875 Koeff Run Off 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 Durasi (jam) 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Qlimp (mm3/jam ) 5320.5818 7515.9125 8915.1526 8161.4188 5900.2176 10937.145 7272.2068 5696.7082 3160.6614 1316.0156 9911.571 6555.5049 18565.847 D (m) 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 Luas Bendali (m2) 10,641.16 15,031.82 17,830.31 16,322.84 11,800.44 21,874.29 14,544.41 11,393.42 6,321.32 2,632.03 19,823.14 13,111.01 37,131.69
Untuk membuat suatu program dan prioriatas pembangunan saluran drainase, terlebih dahulu harus dilihat kebijakan Rencana Umum Tata Ruang. Saluran drainase air hujan secara fisik sebagian sudah hanya kondisi dan kemampuan menyalurkan air hujan masih perlu ditingkatkan lagi. Pada umumnya menyalurkan air hujan masih perlu
ditingkatkan saluran
lagi. saluran
saluran saluran
drainase drainase
air kota
hujan juga
bercampur juga dengan saluran air limbah rumah tangga. Selain memanfaatkan saluran irigasi yang kemudian dibuang ke sungai. Dengan demikian pengembangan jaringan drainase air hujan perlu didukung oleh kebijaksanaan sebagai berikut :
Perlindungan wilayah
terhadap
sungai
sungai
yang
mengalir
di
hujan dari semua jaringan drainase primer kota, sehingga perlu dijaga kelestariannya. Saluran digunakan drainase yang mempunya pungsi koleksi bila pula sebagai saluran irigasi yang mempunyai fungsi
distribusi, dan sebaliknya harus memenuhi syarat syarat teknis yang dapt ditetapkan oleh pihak pihak berwenang. Perlu dengan dibuat
Outfall yang
lebih
banyak
menuju
sungai
mempertimbangkan topografi wilayah, sehingga air hujan secepatnya tersalurkan ke sungai dan memperkecil kemungkinan terjadinya genangan. Pembangunan dan pengembangan jaringan drainase harus mampu mengallirkan air hujan dengan sesuai kapasitas Saluran Drainase yang telah ada ditingkatkan fungsinya menjadi lebih baik. Dengan mempertimbangkan hal hal pokok seperti tersebut diatas, maka strategi pengembangan jaringan drainase air hujan adalah : 1. Perlindungan terhadap sungai yang berfungsi sebagai saluran drainase induk dilakukan dengan jalan menggunakan wilayah sungai sebagai satuan wilayah pengelolaan dengan memandang pengelolaan sungai diwilayah kota harus memperhatikan dan merupkan bagian dari pengelolaan wilayah sungai dari hulu hingga hilir beserta lingkungannya sebagai satu kesatuan system. 2. Pembangunan dan pengembangan saluran drainase yang berfungsi pula sebagai saluran harus tetap memiliki fungsi utama saluran pemutusan kawasan dengan tetap menjamin saluran tersebut memiliki akses drainase yang jelas, yang dilengkapi dengan katup katup pengatur pemutusan, serta mengutamakan pola alur saluran yang menuju sungai sebagai saluran induk
sependek mungkin. 3. Pembangunan peningkatan pengembangan saluran saluran drainase, termasuk ada drainase yang telah
secepatnya
Saluran dihindakan kerusakannya akibat adanya erosi dan kecepatan maksimum aliran didalam badan saluran. Saluran harus terjamin bersih dengan konstruksi yang
pada kecepatan
minimum baik pada daerah slope maupun datar. Saluran harus mampu menampung kapasitas air hujan pada periode kapasitas ulang banjir yang diperkirakan sesuai dengan dengan melihat situasi drainase terakhir
pembangunan dan kepadatan daerah permukiman. Sistim drainase pada khususnya diarahkan dengan menggunakan pola sebagai berikut : 1. Air limpasan mengalir secara gravitasional dari catchment area ke saluran saluran drainase, baik itu saluran drainase lahan, perkotaan maupun drainase jalan. Dari saluran saluran tersebut air dialirkan secara gravitasional ke badan penerima air (sungai). Sistim ini dapat diberlakukan untuk daerah yang berada cukup jauh dari badan penerima air, misalnya daerah permukiman, perkotaan, perdagangan dan lain lain. 2. Untuk daerah sekitar sungai, air limpasan dapat mengalir secara langsung ke badan penerima air ( sungai ). 5.1.2 Prioritas Kabupaten Bima Hasil Review Master Pembangunan Plan Sistim Saluran Drainase 2002, yang
Drainase
Tahun
mencakup analisis layout, analisis hidrologi serta analisis hidrolika dan perencanaan, memberikan kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut : 1. Saluran alami limpasan adalah yang dijadikan sebagai penerima debit
saluran irigasi yang terdapat di daerah perencanaan. 2. Analisis layout saluran drainase menghasilkan peta peta sebagai berikut :
1). Peta dasar a. Peta saluran drainase eksisting skala 1 : 20000 b. Peta daerah genangan, skala 1 : 20000 2). Peta Review Master Plan, skala 1 : 15000 Dari Peta in dibuat pula peta per zona : a. Peta Review Master Plan Peta Review Master Peta Review Zona 1, b.
3). Analisis Hidrolika dan Perencanaan Teknis mencakup saluran drainase, gorong gorong dan Embung. Hasil evaluasi dimensi saluran drainase pada Master Plan Sistim Drainase Kabupaten Bima 2002 menunjukkan : Dimensi saluran di awal atau permulaan saluran, sesuai dengan debit air hujan yang melimpas kedalam salruan tersebut. Dalam mendesain gorong gorong ini harus diperhatikan agar dimensi tepat dengan debit air yang
melewatinya, agar itdak terjadi arus berbalik Backflow kearah hulu saluran yang disebabkan oleh dimensi gorong gorong lebih kecil dari debit air yang masuk. Embung Gerunung untuk pada saluran yang berfungsi tidak drainase, sebab untuk pada penggelontoran, penggelontoran diperlukannya
perencanaan saluran drainase telah ditetapkan standar kecepatan minimum dan kemiringan saluran minimum sehingga air di saluran tersebut selalu mengalir, sehingga terjadi pembersihan saluran secara alami oleh aliran air (self cleaning) 5.1.3 Usulan dan Prioritas Program Sub-Bidang Drainase
1. 2. 3. 4.
Master Plan Drainase Peningkatan sarana dan prasarana drainase Pembuatan SIG dan pemetaan jaringan drainase Sosialisasi peraturan perundangan untuk masyarakat Pelaksanaan Fisik Pembangunan Sistem Drainase
mengguga h
kesadara n
5.
6.
4.6. Rencana Pembangunan Penyediaan Air Minum. Kebutuhan air bersih didasarkan pada jumlah penduduk yang akan dilayani, yaitu diasumsikan yang akan menjadi pelanggan PDAM untuk kebutuhan sebesar 100% dari jumlah penduduk. Apabila prakiraan jumlah penduduk yang akan menjadi pelanggan air bersih dari PDAM adalah untuk tiap tahap (5 tahun) berturut-turut 40%, 60%, 80% dan 100%, maka dapat diketahui debit air bersih yang dibutuhkan sebagai berikut: Jumlah penduduk tahun 2012 = 40.331 jiwa Jumlah penduduk tahun 2017 = 54.111 jiwa Jumlah penduduk tahun 2022 = 61.275 jiwa Jumlah penduduk = 68.860 jiwa Tabel 4.8 Kebutuhan Air Bersih di Ibukota Kabupaten Bima Tahun 2012-2027
Banguna n Pengamb il Air Baku 10,3 liter/det 22,71 liter/det 44,69 liter/det 45,63 liter/det 1,13 liter/det 124,4 liter/det 3,04 liter/det 14,03 liter/det 19,76 liter/det 13,66 liter/det 9,23 liter/det 11,05 liter/det 70,77 liter/det Dia 300 mm 200-300 mm Pipa Transmi si Air Baku Instalasi Produksi Pipa Transmi si Air Bersih Bak Penampung
tahun 2027
NO
BWK Lingkunga n BWK1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 Jumlah
Kebutuhan Air
889,938 1,962,450 3,861,102 3,942,246 97,314 10,753,050.0 0 262,248 1,212,162 1,707,552 1,179,822 797,622 955,206 6,114,612.0 0
1200 m3
BWK2
700 m3
BWK3
2,500,176.0 0 19,367,838.00
28,94 liter/det
300 m3
Untuk menjaga ketersediaan sumber daya air yang berkelanjutan di wilayah Kabupaten Bima perlu dilakukan pendistribusian rencana penggunaan air. Penggunaan air terbesar di wilayah Kabupaten Bima adalah untuk irigasi pertanian, disamping untuk pemenuhan kebutuhan air bersih dan pariwisata. Kebutuhan air untuk irigasi pertanian dipenuhi oleh ketersediaan air permukaan dan bendungan dengan rencana distribusi penggunaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 4.9 Rencana Penggunaan Mata Air di Wilayah Kabupaten Bima
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Nama Sumber Mata Air Mada Oi Soli Oi Tede Oi Beringin Oi Madapangga Oi Oi Oo Mada Oi Rora Oi Oi Mudu Tampuro Oi Poon Oi Nanga NaE Sori Panihi Oi Wobo Oi Fanda Oi Ntoke Oi Pai Diwu Moro Oi Pela Oi So Wuwu Oi Rade Oi Kala Tembaju Oi Toloribo Oi Roko Oi Ngawu Tangga Sie Lokasi Desa Tonda Campa Monggo Ndano Bajo Oo Padende Mbawa Piong Piong Labuan Kananga Kawinda Nae Maria Talapiti Ntoke Pai Dalam Rato Pelaparado Tolo Uwi Rade Kecamatan Madapangga Madapangga Madapangga Madapangga Donggo Donggo Donggo Donggo Sanggar Sanggar Tambora Tambora Wawo Ambalawi Wera Wera Lambu Monta Monta Madapangga Woha Woha Monta Monta 30 20 2 1 Debit (L/dtk) 150 57 15 175 5 1 15 17 200 25 2000 350 10 37 55 65 1 1 7 Penggunaan Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian dan Air MinumPertanian Air Minum Pertanian Pertanian Kelauta n Pertanian Kelauta n Air Minum dan Kelautan Permandian/ Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian
No 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Nama Sumber Mata Air Oi Sori Kadi Oi Panas Oi Kambuu Oi Karano Keke Oi Mada Karumbu Oi Kalo Rupe Oi Labolo Oi Rora Kecil Oi Nanga Kai Oi Ncoha Oi Monca Oi Mada Masa Oi Witi Jo Nangga Oi Jangka Oi Roo Oi Wadukinda Oi Oi Foo Ncinggi
Lokasi Desa Diha Parado Kecamatan Monta Monta Monta Belo Belo Langgudu Langgudu Donggo Padende Woro Kawinda Sangia Parangina Parangina Bala Donggo Bolo Madapangga Donggo Sape Sape Sape Sape Wera Wawo Wawo Boke Sape
Debit (L/dtk) 4 4 30 3 20 20 75 50 15 5 5 15 25
Penggunaan
15 20 20 10
Pemecahan
Dalam rangka meminimalisir berbagai permasalahan air minum khususnya di bawah tugas dan tanggung jawab PDAM Bima, langkahlangkah penangananya adalah sebagai berikut : Menekan tingkat kehilangan air dengan menurunkan angka kebocoran secara bertahap dari 49% menjadi 20% melalui kegiatan revisi/Pergantian jaringan pipa, terutama pada pipa-pipa yang telah melampaui umur teknis diwilayah pelayanan Merevisi dan mengganti water meter pelanggan yang rusak. Mengganti water meter produksi air dan menambah water meter distribusi Menyesuaikan ratio pegawai dan pelanggan melalui perluasan
pelayanan dan penambahan sambungan rumah. 4.6.2 Hasil-hasil dicapai : Dari realisasi yang ingin
kegiatan
yang
diuraikan
dalam
3
langkah
langkah
pemecahan masalah maka akan diperoleh, minimal angka kehilangan air dapat diselamatkan sebesar 1.599.978 M dan bila disuplai
kepelanggan maka akan dapat menghasilkan nilai jual sebesar Rp. 4.377.539.808,- pertahunnya, sehingga dalam setiap tahunnya PDAM Kabupaten Bima dapat memenuhi kewajibannya ( PAD dan Kewajiban lainnya ) Untuk pengembangan pelayanan PDAM Kabupaten produksi Bima telah mengupayakan penambahan distribusi utama, melalui kapasitas dan jaringan Kec.
Minum (SPAM) Pelaparado (Wilayah Pelayanan Kec. produksi 50 lt/dtk dan 10 lt/dtk.
Woha, Kec. Belo,Kec. Palibelo) dan IKK Parado dengan kapasitas Guna pengoptimalan pemanfaatan Sistim air minum tersebut diatas, diharapkan Rumah. 4.6.3. Peran Masyarakat. Serta Pemerintah Daerah dapat memberikan dukungan pendanaan untuk pemasangan pipa pelayanan dan Sambungan
Upaya meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan SPAM di Kabupaten Bima dilakukan melalui : Diperkotaan dengan melaksanakan sosialisasi tentang keberadaan PDAM dan air minum termasuk komponen komponen perangkat Pengelolaan air minum kepada semua pihak sehingga diharapkan akan tumbuh rasa kesadaran dan kepedulian untuk menjadi Mitra Kerja Sama. Diperdesaan dengan membentuk kelompok kelompok pelayanan terhadap mata rantai pengelolaan air minum, Memberikan peluang pada swasta
air minum yamg dikelola oleh masyarakat sendiri. Pada saat ini sudah terdapat oleh pemerintah/NGO. 8 Kelompok masyarakat yang mengelola pelayanan air minum pedesaan dari hasil pembangunan
4.6.4 saran
Saran-
Untuk merealisasikan kegiatan Penyehatan PDAM Kabupaten Bima, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, terutama Pemerintah Daerah dan DPRD Kabupaten Bima menyangkut pendanaan kegiatan: 1. Revisi dan pergantian water meter pelanggan 2. Optimalisasi sistim dan perluasan cakupan pelayanan. 3. Penambahan produksi kapasitas
Pendanaan kegiatan pembangunan dalam item 1. 2. 3 tersebut diatas dapat dikoordinasikan melalui program RPIJM dukungan pendanaan APBD II, APBD I dan APBN. Selengkapnya permasalahan air minum yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bima, adalah bawah ini : sebagimana tertera di dalam rangka meraih
Tujuan Strategis
melestarikan/ m engoptimalka n sumber air yang ada. Perbaikan kualitas air - perbaikan sarana air bersih.
Sasaran
- Penambahan SAB Pada tahun 2015 untuk 25,23 % penduduk. -Rehabilitasi SAB 8.452 unit. Perbaikan kualitas air bersih untuk 29,094 unit SAB
Kebijakan Strategis
Penyelamatan sumber daya air, Optimalisasi sumber air yang telah ada. Pembangunan/reh ab ilitasi SAB dan perbaikan kualitas air bersih.
1. Konservasi lahan di wilayah tangkapan air. (pemetaan lokasi tangkapan air, dimana saja) 2. Inventarisasi sumber- sumber air baru Perlindungan sumber mata air. 3. Pembangunan/rehab ilit asi SAB 4. Perbaikan kualitas air bersih.
Program Strategis
Kegiatan Strategis
Penghijauan dan konservasi lahan didareah tangkapan mata air. 2. Pembinaan sosialekonomi masyarakat di sekitar kawasan hutan, termasuk kelembagaannya. 3. Pembangunan/rehaabili tasi sarana air bersih 4. Perbaikan kualitas air bersih 5. Pembinaan badan pengelola sarana air bersih 6. 1. Peningkatan peran Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL berbasis masyarakat ; 2. Revitalisasi dan mengembangkan lembagalembaga desa dan/ atau membangun lembaga baru 1.
Prosentase masyarakat terlibat dalam proses pembangunan AMPL setiap tahun meningkat secara signifikan.
1. Peningkatan kesadaran masyarakat akan perlunya memecahkan masalah secara bersama. 2. Penguatan Kelembagaan tingkat desa dalam Page 177
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) 2011 pembangunan partisipatif sesuai kebutuhan desa 3. Inventarisasi dan evaluasi terhadap kinerja lembaga lembaga desa. 4. Menyusun peraturan di tingkat Kabupaten, Kecamatan, dan Desa, mengenai pembangunan AMPL-BM. 1. Pendataan dan kajian potensi ekonomi 2. Melakukan kajian sektor andalan desa/ kecamatan. 3. Melakukan kajian potensi SDM 4. Memberikan pelatihan sesuai kebutuhan 5. Melakukan sosialisasi dan advokasi AMPL 6. Memciptakaan / memperluas jaringan pemasaran. 7. Memberikan pelatihan untuk mendidik dan/atau meningkatkan kualitas produksi barang. 8. Pelatihan/ 1. Kajian / evaluasi ketepatan jenis Page 178
Keterbatas an kemampua n ekonomi dan kesadaran masyarak at sehingga swadya masyarak at rendah
Meningkatk an kemampuan masyarakat sehingga mampu berswada ya dalam melaksanakan pembangunan di sektor AMPL
Pada tahun 2015 masyarakat mampu swadayadalam pembangunan dan pengelolaan sarpras AMPL
Penerapan teknologi
Peningkatan upaya
1. Inventarisasi potensi ekonomi masyarakat desa 2. Pelatihan keterampilan untuk meningkatkan kapasitas dan kreatifitas masyarakat. 3. Sosialisasi dan advokasi AMPL 4. Menciptakan kesempatan kerja 5. Menumbuhkan semangat keswadayaan masyarakat - Pendataan jenis teknologi
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) 2011 sarana tidak berkelanjutan. guna. sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan serta kondisi masyarakat desa pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna sektor AMPL diterapkan - Pengembangan teknologi pengolah air - Mencari/ mengembangka n teknologi alternatif. - Peningkatan kemampuan SDM masyarakat. diterapkan selama ini. 2. Supporting masyarakat umum/ aparat pemerintah untuk melakukan inovasi dan/ atau mengembangkan teknologi alternatif. 3. Pelatihan teknis untuk mengoperasikan sarana air minum yang dibangun termasuk kecakapan praktis melakukan perbaikan
Page 179
4.7.1 Pemahaman Kebijakan Pembangunan harus mampu mengubah perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat : - Penyuluhan / sosialisasi PHBS kepada masyarakat oleh pihak terkait - Penanaman kebiasaan masyarakat untuk berperilaku PHBS ; - Sebagian masyarakat belum bisa melaksanakan perilaku hidup sehat dan bersih sehingga dibutuhkan suatu upaya dengan cara menanamkan kebiasaan hidup bersih dan sehat memberikan contoh hidup sehat sejak dini dan mensosialisasikan kepada masyarakat sehingga meningkatkan kebersihan lingkungan dan meningkatkan kehidupan masyarakat ; Kendala yang dihadapi : - Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup bersih & sehat ; - Kurangnya sosialisasi pemerintah tentang perilaku hidup bersih dan sehat oleh pemerintah ; - Sulitnya mengubah perilaku masyarakat untuk PHBS Upaya untuk mengatasi kendala : - Penyuluhan PHBS ; - Pembuatan aturan agar masyarakat bertanggungjawab; - Pengadaan sarana pendukung PHBS baik secara swadaya maupun lewat dana APBD II, I, APBN dan BLN 4.7.2 Hambatan dan Solusi Penyuluhan Kesehatan (Promkes) A. Hambatan 1. Sumber dana APBD II sangat minim sehingga program kegiatan khususnya PHBS tidak jalan berdampak pada rendahnya cakupan 2. Keterbatasan kemampuan penyuluh pada tenaga penyuluh Buku Putih Sanitasi Page Kab. Bima 180
kesehatan Puskesma s
Page 181
3. Jabatan fungsional penyuluh hingga kini belum diberdayakan sehingga berdampak pada kinerja petugas 4. Sarana pendukung penyuluhan (media cetak & elektronik ) masih sangat terbatas terutama di Puskesmas serta belum mendekati kesehatan 5. Sampai standar daerah sebagai bagian no. dari 114 kegiatan tentang promkes promosi promosi (PHBS) (Kepmenkes
kesehatan daerah) tahun 2010 kegiatan-kegiatan ditingkat Puskesmas sangat rendah karena anggaran program nyaris terpakai habis untuk kegiatan kuratif dan rehabilitasi seperti persalinan dan posyandu 6. Peran badan usaha dan pihak swasta sangat diharapkan lebih optimal untuk mendukung kegiatan promosi kesehatan di wilayah Kab. Bima dengan segala bentuk dan strateginya 7. PHBS di wilayah Kab. Bima baru dilaksanakan pada tatanan rumah tangga, institusi, sementara 4 tatanan lainnya (tatanan pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan sarana
kesehatan, tatanan tempat umum) belum optimal 8. Kemitraan dengan LSM dan instansi lain (pemerintah maupun swasta) yang terkait program PHBS belum berkesinambungan hanya bersifat insidentil pada kegiatan-kegiatan tertentu 9. Kegiatan program kurang fokus dan sulit dievaluasi pada semua tatanan B. Solusi 1. 2. Perlu diadakan pendidikan dan pelatihan promosi kesehatan bagi tenaga promosi Puskesmas Adanya baik komitmen promkes berupa dukungan maupun anggaran promkes bagi tingkat
Page 182
terpenuhinya anggaran bagi Primkes (cetak maupun elektronik) untuk kabupaten puskesmas, termasuk juga bagi terselenggaranya kegiatan PHBS
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima
Page 183
3. Sudah saatnya komitmen yang mendukung upaya promotif dan prefentif tidak hanya pada tatanan teoritis tetapi betul-betul direalisasikan 4. Kesinambungan perhatian program yang terfokus agar mendapat lebih dan prioritas kegiatan lebih diarahkan pada
promotif sehingga dapat meminimalisir terjadinya berbagai insiden penyakit yang berbasis lingkungan.
Page 184
Issue Strategis Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
Tujuan Strategi s Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan meningkatnya kesehatan lingkungan
Tabel 4.11 STRATEGI Kebijakan PENYEHATAN LINGKUNGAN KAB. Sasaran Program BIMA Strategis Strategis
Pada tahun 2015 derajat kesehatan masyarakat meningkat dan lingkungan menjadi sehat 1 . Peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat 2 . Peningkatan upaya penyehatan lingkungan 2. Penyehata n lingkunga n 1. Penyadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat ;
Kegiatan Strategis
1. Pendidikan hidup bersih dan sehat di kalangan murid sekolah di tingkat sekolah dasar dan rumah tangga. 2. Pembekalan PHBS pada perguruan Tinggi untuk program pengabdian masyarakat. 3. Penyusunan kurikulum muatan lokal hidup bersih dan sehat ; 4. Sosialisasi PHBS ; 5. Pembangunan klinik sanitasi di seluruh wilayah kerja Puskesmas ; 6. Stimulasi pembangunan prasarana dan sarana sanitasi lingkungan ; 1. Pembangunan sarana dan prasarana sanitasi dasar 2. Melakukan monitoring dan evaluasi pembangunan sarana sanitasi dasar dengan melibatkan masyarakat. 3. Melakukan pemeliharaan sarana sanitasi dasar yang telah ada oleh masyarakat .
1. Peningkatan pembangun an sarana dan prasarana sanitasi dasar 2. Peningkatan pemantauan kualitas
Page 183
Page 184
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi yang terkoordinasi dan pro-poor melalui penyusunan kebijakan yang efektif dan terkoordinasi, penguatan kelembagaan, perencanaan strategis dan peningkatan kesadaran. Sebagai langkah awal perencanaan strategis sektor sanitasi, Pokja AMPLBM Kabupaten Bima akan menyusun Buku Putih yang akan memetakan kondisi sanitasi saat ini. Dokumen ini mencakup tidak hanya profil sanitasi kabupaten, fasilitas yang ada, cakupan dan penyediaan layanan serta informasi mengenai kelembagaan dan keuangan tetapi juga analisis awal mengenai pemetaan area berisiko dan penetapan kawasan urban, periurban, dan rural. Penilaian area berisiko ini diperlukan untuk pemilihan dan pelaksanaan intervensiintervensi yang diperlukan oleh pemerintah kabupaten dalam menetapkan usulan prioritas program/kegiatan. Kesalahan untuk menciptakan sebuah proses penentuan area yang menjadi target kegiatan telah banyak menyebabkan pendanaan bagi pembangunan sektor sanitasi tidak dapat digunakan secara efektif bagi area-area yang memiliki tingkat risiko sanitasi tinggi. Sementara itu, penetapan area sebagai kawasan urban, peri-urban dan rural dilakukan untuk memberikan arahan zona pelayanan dan teknologi saat penyusunan rencana strategi sanitasi pemilihan
5.1 Area berisiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya 5.1.1. Area beresiko berdasarkan data Ehra
Page 186
Study
EHRA
(Environmental Kesehatan
Health
Risk
Assessment)
dilaksanakan
atau untuk
Penilaian
Resiko
Lingkungan
mendapatkan data yang akurat dan valid tentang kondisi sanitasi saat ini baik ditingkat kota/ kabupaten, kecamatan maupun desa, atau merupakan sebuah studi yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang mempunyai resiko pada kesehatan masyarakat. Perolehan data langsung ditingkat desa memiliki beberapa keuntungan antara lain : 1) Program perbedaanpembangunan perbedaan sanitasi muncul dapat antar mengakomodasi desa, sehingga yang
pendekatan yang diterapkan dapat disesuaikan, 2) Pembangunan sanitasi dapat memiliki tolok ukur yang dapat diuji oleh masyarakat atau pemangku kepentingan (stakeholder) di tingkat desa, yang dengan mudah mengobservasi pencapaian pembangunan. Hal ini dapat digunakan dalam proses advokasi, baik ke tingkat lebih tinggi (kabupaten atau kecamatan) ataupun secara horizontal pada sesama warga atau pemangku kepentingan di tingkat desa. Studi EHRA mendalami berhubungan dengan kondisi sanitasi dan perilaku yang
sanitasi di tingkat rumah tangga. Hal yang ingin diketahui mencakup akses dan kondisi sarana sanitasi yang telah ada, antara lain air bersih, jamban, air buangan dan saluran pembuangan air, serta sampah/ limbah padat. Studi EHRA juga mengamati perilaku anggota rumah tangga dalam menggunakan fasilitas yang ada, dan mempelajari perilaku mereka dalam hubungannya dengan risiko kesehatan lingkungan. Apabila data kuantitatif yang terkumpul handal, maka data EHRA dapat membantu penentuan prioritas isu dalam penyusunan strategi sanitasi kota (SSK). Hal-hal yang diteliti dalam studi sanitasi ini mencakup :
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima 2011
pembuangan
sampah,
ketersediaan
jamban
dan
saluran
pembuangan limbah.
Page 188
2. Perilaku dengan higienitas dan sanitasi meliputi : Cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak dan pembuangan sampah. Penanggungjawab dalam pelaksanaan study EHRA adalah Pokja AMPL-BM Kabupaten Bima, sedangkan liding sektornya adalah Dinas Kesehatan kab. Bima dan 20 Puskesmas. Hasil EHRA ini di harapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan Buku Putih Sanitasi dan Perencanaan pembangunan sanitasi di tingkat kabupaten, serta mampu mengakomodasi variable-variabel yang muncul dari kondisi sanitasi kabupaten pada 18 kecamatan dan 38 desa Area beresiko sanitasi di Kab. Bima ditentukan dengan cara pemberian skoring pada 38 desa di 18 Kecamatan melalui proses random sampling. Dari 38 desa yang menjadi lokasi study ehra tersebut dianggap mewakili 168 desa yang ada di Kab. Bima Hasil studi EHRA yang dipilih dan disepakati anggota Pokja AMPL-BM Kab. Bima sebagai indikator penentu area risiko sanitasi, yaitu: a. Kualitas dan kuantitas sumber air minum. b. Cuci Tangan Pakai Sabun pada 5 waktu penting dari Ibu yang memiliki balita. c. Pembuangan sampah dengan melihat penerimaan layanan sampah dan pemilahan sampah. d. Kondisi jalan depan rumah yaitu lebar jalan 1 m atau < 1 m e. Jamban dan BAB dengan melihat keamanan septik tank, keberadaan air dan keberadaan sabun. f. Saluran air dan kebanjiran dengan melihat keberadaan saluran air, kondisi saluran air dan warna air. g. Kotoran anak dengan melihat kemampuan anak menggunakan jamban dan keamanan penanganan kotoran anak.
Page 189
2011
Tabel 5.1 Area Berisiko Sanitasi Kabupaten Bima berdasarkan Data EHRA
Page 188
Dari data tabel tersebut di atas diperoleh gambaran bahwa: jumlah desa dengan tingkat resiko sangat tinggi (skor 4) sebanyak 3 desa, kemudian desa dengan tingkat resiko tinggi (skor 3) sebanyak 5 desa, desa dengan tingkat resiko sedang (skor 2) sebanyak 17 desa, desa dengan tingkat resiko rendah (skor 1) sebanyak 13 desa, sedangkan desa yang tidak beresiko (skor 0) tidak ada. Jadi jumlah desa secara keseluruhan yang menjadi lokasi pelaksanaan study Ehra sebanyak 38 desa. TABEL 5.2 HASIL STUDY EHRA TERHADAP RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KAB. BIMA Skor Resiko Desa Hasil Study Ehra No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Kecamatan
MONTA PARADO BOLO MADAPANGGA WOHA BELO PALIBELO WAWO LANGGUDU LAMBITU SAPE LAMBU WERA AMBALAWI DONGGO SOROMANDI SANGGAR TAMBORA Jumlah 1 1 17
Sangat Tinggi (Skor 4) Tinggi (Skor 3) Sedang (Skor 2) Rendah (Skor 1) Tdk Beresiko (Skor 0)
Ket.
1 1 1 1 1
1 2 1 3 3 1 3 2 1 1 1 1
1 1
1 1 1 2 2 1 13 0
Page 189
Berdasarkan hasil study Ehra bahwa desa dengan resiko sangat tinggi (skor 4) berada masing-masing di kecamatan Monta, Woha dan Sape, sedangkan desa dengan resiko tinggi (skor 3) masing-masing berada di kecamatan: Parado, Bolo,
Page 190
Madapangga,
Wawo
dan
kecamatan
lambu,
sementara
itu
desa
dengan resiko sedang (skor 2) tersebar di 17 kecamatan dan desa dengan resiko rendah (skor 1) tersebar pada 13 kecamatan sebagaimana tertera pada tabel di atas, serta area yang tidak beresiko dengan (skor 0) tidak dijumpai di kab. Bima. Penyebab utama timbulnya risiko antar lain : 1. Kesadaran dan ketidak tahuan Masyarakat tentang kesehatan dan kebersihan lingkungan. 2. Ketersediaan Air Baku dan Kualitas air untuk memenuhi kebutuhan hidup akan air bersih masih rendah 3. Pengelolaan Limbah padat (sampah) yang masih belum memadai karena TPA di Kabupaten Bima belum ada 4. Masih banyak masyarakat yang BABS yaitu yang belum terlayani oleh sarana sanitasi (jamban) 5. Sarana Sanitasi dan Pembuangan Limbah cair (tinja) yang ada masih banyak yang belum memenuhi standar kesehatan 6. Pola Hidup Masyarakat yang kurang memperhatikan segi PHBS 7. Kondisi pemukiman yang kumuh dan tidak sehat
Page 191
2011
Page 191
Page 191
beresiko
berdasarkan
data
Data sekunder yang digunakan untuk menilai area beresiko berasal dari berbagai instansi/SKPD anggota Pokja AMPL-BM Kab. Bima. Data Sekunder ini menjadi indikator suatu area/wilayah beresiko sanitasi atau tidak. Indikator adalah: a. domestik penilaiannya penduduk sebagai indikasi banyaknya limbah
Kepadatan
dihuni oleh masyarakat menengah ke bawah. b. Cakupan dan akses sarana air bersih baik layanan oleh PDAM maupun non PDAM, dibandingkan dengan total jumlah penduduk merupakan faktor terpenting beresiko tidaknya sanitasi di suatu Desa. c. Kemiskinan dalam suatu wilayah desa menjadi hal yang penting dalam menentukan resiko sanitasi, karena masyarakat yang tidak mampu akan lebih berpotensi tidak mampu mengatasi masalah sanitasi d. Kepemilikan jamban pribadi di masing-masing rumah tangga. Warga yang tidak memiliki akses terhadap jamban pribadi beresiko lebih besar terkena penyakit spt penyakit diare.
Page 192
Tabel 5.3 Area Berisiko Sanitasi Kabupaten Bima berdasarkan Data Sekunder
Page 193
Page 194
Page 195
Sumber Data : Hasil Kajian Data Sekunder Pokja AMPL-BM Bima, 2011
Page 196
Berdasarkan tabel skor data sekunder tersebut di atas didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Sebanyak 1 desa yaitu Desa Nisa Kecamatan Woha teridentifikasi beresiko sangat tinggi (skor tertinggi = 4), yaitu ditunjukkan dengan warna merah. 2. Wilayah desa dengan resiko tinggi (nilai 3) sebanyak 22 desa yaitu ditunjukkan dengan warna kuning. 3. Daerah dengan resiko sedang (nilai 2) teridentifikasi 115 desa yaitu ditunjukkan dengan warna hijau. 4. Jumlah desa dengan tingkat resiko sanitasi rendah (skor 1) teridentifikasi 30 Desa yaitu ditunjukkan dengan warna biru 5. Jumlah desa yang tidak beresiko sanitasi (skor 0) tidak ada di kab. Bima Penjelasan lebih lanjut sebagaimana tertuang pada tabel di bawah ini TABEL 5.4 SKOR DATA SEKUNDER TERHADAP RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KAB. BIMA Skor Resiko Desa Hasil Study Ehra Kecamatan Sangat Tinggi Sedang Rendah Tdk
Tinggi (Skor 4) (Skor 3) (Skor 2) (Skor 1) Beresiko (Skor 0)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Ket.
MONTA PARADO BOLO MADAPANGGA WOHA BELO PALIBELO WAWO LANGGUDU LAMBITU SAPE LAMBU WERA AMBALAWI DONGGO
1 -
7 5 5 -
8 3 9 10 13 7 8 2 7 11 11 7 1 8
4 2 3 1 1 1 5 6 1 4 -
Page 197
Sumber Data : Hasil Kajian Data Sekunder Pokja AMPL-BM Bima, 2011
Page 197
2011
Peta 5.2 Area beresiko Sanitasi Kab. Bima berdasarkan Data Sekunder
Page 198
Page 198
5.1.3. Area beresiko berdasarkan Persepsi SKPD Penilaian atau Persepsi stakeholders berasal dari penilaian secara subyektif masing-masing SKPD anggota Pokja AMPL-BM Kab. Bima terhadap kondisi sanitasi di setiap Desa. Penilaian dengan memberikan skoring mulai dari sanitasi tidak beresiko (nilai 1), sanitasi kurang beresiko (nilai 2), sanitasi resiko sedang (nilai 3), resiko sanitasi tinggi (nilai 4). Skoring terhadap setiap Desa itu berdasarkan prosentase data sekunder yang sebelumnya sudah indikatornya, yaitu a. Tingkat kepadatan penduduk dalam suatu wilayah berdasarkan penilaian kumulatif masing-masing SKPD b. Kemiskinan c. dalam suatu wilayah desa berdasarkan penilaian komulatif masing-masing SKPD Cakupan dan akses sarana air bersih baik layanan oleh PDAM maupun non PDAM, berdasarkan penilaian SKPD merupakan faktor terpenting beresiko tidaknya sanitasi di suatu Desa. Menurut SKPD, dari keseluruhan indikator, akses air bersih mendapatkan penilaian d. Cakupan dan akses jamban dan rumah tangga miskin atau kemiskinan sebagai faktor penting selanjutnya untuk menentukan sanitasi di suatu Desa beresiko atau tidak dengan memberikan penilaian SKPD di Kab. Bima yang memberikan penilaian terhadap resiko kesehatan lingkungan yaitu : 1. Kantor Bappeda 2. Badan lingkungan Hidup 3. Bagian Humas dan Protokol Setda Kab. Bima 4. Dinas Kesehatan 5. Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa 6. Dinas Kehutanan 7. Dinas Pekerjaan Umum
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima 2011 Page 199
pada dinilai
Page 200
Tabel 5.5 Area beresiko sanitasi Kab. Bima berdasarkan persepsi SKPD:
Page 201
Keterangan :
Resiko Sangat Tinggi (skor 4) Resiko Tinggi (skor 3) Resiko Sedang (skor 2) Resiko Rendah (skor 1) Tidak Beresiko (skor 0) penilaian subyektif SKPD terhadap resiko kesehatan
Dari
hasil
lingkungan yang diukur berdasarkan indikator tersebut di atas dapat dijabarkan dalam tabel di bawah ini
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima 2011 Page 202
TABEL 5.6 HASIL PERSEPSI SKPD TERHADAP RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KAB. BIMA No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Kecamata n
MONTA PARADO BOLO MADAPANGG A WOHA BELO PALIBELO WAWO LANGGUDU LAMBITU SAPE LAMBU WERA AMBALAWI DONGGO SOROMANDI SANGGAR TAMBORA Jumlah
Ket.
1 8 2 1 3 6 2
11 5 12 8 7 6 8 2 9 5 9 10 10 6 7 1 4 5 125
2 1 6 2 1 1 2 15
5 28
Sumber Data : Hasil Kajian Persepsi SKPD Pokja AMPL-BM Bima, 2011
Berdasarkan tabel tersebut di atas diketahui bahwa hasil kesepakatan SKPD : 1) Jumlah desa dengan tingkat resiko sangat tinggi (skor 4) disepakati 28 desa 2) Jumlah desa dengan tingkat resiko tinggi (skor 3) sebanyak 125 desa 3) Jumlah desa dengan tingkat resiko sedang (skor 2) sebanyak 15 desa 4) Jumlah desa dengan tingkat resiko rendah (skor 1) disepakati tidak ada 5) Jumlah desa yang tidak beresiko (skor 0) disepakati tidak ada
2011
Peta 5.3 Area beresiko sanitasi Kab. Bima berdasarkan persepsi SKPD
Page 204
Sumber Peta : Hasil Kajian Persepsi SKPD Pokja AMPL-BM Bima, 2011
Page 204
Area Beresiko Kabupaten Bima berdasarkan persepsi SKPD, study Ehra, dan Data Sekunder Area beresiko Kab. Bima muncul berdasarkan hasil skoring dengan mendasarkan pada gabungan indikator dari berbagai data yang meliputi: o Data sekunder: tingkat kepadatan penduduk, jumlah rumah tangga miskin, daerah aliran sungai, daerah banjir, akses air bersih dan akses jamban o Studi EHRA, o Persepsi SKPD. Hasil akhir penilaian terhadap area berisiko untuk Kabupaten Bima yang telah ditetapkan oleh Pokja AMPL-BM setelah dilakukan serangkaian observasi (kunjungan lapangan) terhadap desa-desa yang dinilai tidak berisiko, kurang beresiko, resiko sedang, resiko tinggi dan resiko sangat tinggi, kemudian dipadukan dengan data-data hasil Persepsi SKPD tentang tingkat resiko suatu desa terhadap masalah kesehatan lingkungan dan kesimpulan data-data sekunder dari berbagai SKPD, maka melahirkan kesimpulan ahir area beresiko Kab. Bima. Pemetaan Desa berisiko dilakukan untuk mendapatkan 5 klasifikasi Desa, berdasarkan risiko sanitasi yang didasarkan pada data sekunder, informasi dari studi EHRA dan persepsi SKPD menjadi bahan masukan untuk menentukan hasil final Desa berisiko. Kemungkinan terdapat perbedaan dengan draf yang diperoleh, perbedaan inilah yang dijadikan bahan diskusi Pokja. Area berisiko tinggi adalah Desa, yaitu berdasarkan informasi yang tersedia, di mana desa tersebut memiliki potensi resiko terhadap kesehatan. Dengan demikian desa tersebut perlu intervensi untuk memperkecil potensi terjadinya kasus kejadian penyakit. Membandingkan informasi tentang risiko dan dampak yang ada di suatu Desa, hasilnya bisa memberikan tambahan informasi berguna tentang penyebab timbulnya kasus penyakit di Desa tersebut. Kategori area Kecamatan dan Desa berisiko berdasarkan data sekunder, studi EHRA dan Persepsi SKPD dari data yang didapat adalah 1. Kecamatan yang beresiko sangat tinggi meliputi Kecamatan Buku PutihLambitu, Sanitasi Kab. Page Ambalawi dan Kecamatan Soromandi
Bima 2011 205
2.
Kecamatan yang beresiko tinggi meliputi kecamatan Monta, Parado, Bolo, Madapangga, Woha, Palibelo, Wawo, Langgudu, Sape, Lambu, Wera, Donggo, Sanggar dan Tambora 3. Kecamatan dengan resiko sedang meliputi kecamatan Belo
Page 206
4. Kecamatan dengan tingkat resiko rendah dan tidak beresiko tidak ada, selengkapnya sebagaimana tertera pada tabel di bawah ini :
Page 207
Tabel 5.7 Area Beresiko Kabupaten Bima berdasarkan study Ehra, Data Sekunder dan persepsi SKPD
Page 208
Sumber Data : Hasil Kajian Persepsi SKPD, Ehra,Data Sekunder Pokja AMPL-BM Bima, 2011
Page 209
Grafik 5.1
Sumber Grafik: Hasil Kajian Persepsi SKPD, Ehra,Data Sekunder Pokja AMPL-BM Bima, 2011
Berdasarkan data tersebut di atas dan hasil Study Ehra, Persepsi SKPD dan Data Sekunder diketahui bahwa desa-desa di Kab. Bima dapat digambarkan: 1. 17 % daerah Kab. Bima (desa) dinyatakan resiko sangat tinggi (skor 4) 2. 54 % daerah Kab. Bima (desa) dinyatakan resiko tinggi (skor 3) 3. 26 % daerah Kab. Bima (desa) dinyatakan resiko sedang (skor 2) 4. 3 % daerah Kab. Bima dinyatakan (desa) resiko rendah (skor 1) 5. 0 % daerah Kab. Bima (desa) dinyatakan tidak beresiko (skor 0)
Page 210
2011
Peta 5.4 Area Beresiko Kabupaten Bima berdasarkan study Ehra, Data Sekunder dan persepsi SKPD
Sumber Peta: Hasil Kajian Persepsi SKPD, Ehra,Data Sekunder Pokja AMPL-BM Bima, 2011
Page 211
Tabel 5.8 Kecamatan dan Desa berisiko tinggi dan sangat tinggi berdasarkan Data sekunder, Persepsi SKPD Dan EHRA No
1 2
Nama Kecamatan
Lambitu Soromandi
Desa
Keterangan
Kaboro,Teta, Kaowa Resiko sangat tinggi Wadukopa, Sai, sampungu Resiko sangat tinggi Rite, Talapiti, Resiko sangat tinggi 3 Ambalawi Tolowata, Mawu Tolotangga, Sie, Resiko tinggi 3 Monta Sakuru, Tolouwi, Wilamaci, Pela, Lere, parado rato, Kanca 4 Parado Resiko tinggi Sanolo, sondosia, Timu, Resiko tinggi 5 Bolo Leu, Kananga, nggembe, Woro, Campa, Resiko tinggi 6 Madapangga Rade, Monggo, Ndano, bolo, Mada Tenga, Rabakodo, Resiko tinggi 7 Woha Samili, kalampa, Risa, Talabiu, Roi, Dore, Nata, Resiko tinggi 9 Palibelo Ntonggu, Teke, Tarlawi, Raba, Resiko tinggi 10 Wawo Ntori, Kambilo, Maria Laju, doro Oo, Wawo Resiko tinggi 11 Langgudu Rada, Karumbu, Dumu Boke, Jia, Naru, Resiko tinggi 12 Sape Bugis, parangina, Sangia, Kowo, Simpasai, sumi, Resiko tinggi 13 Lambu Nggelu, Lambu, Hidirasa, Melayu, Ntoke, Pai, bala, Oi Resiko tinggi 14 Wera Tui, Wora, tadewa, Nanga Rora, Palama, Mbawa, Resiko tinggi 15 Donggo Oo, Doridungga, Kala, Mpili Piong, Boro, Taloko 16 Sanggar Resiko tinggi Labuan Kananga, Oi Resiko tinggi 17 Tambora Panihi, Sumber Data : Hasil Kajian Persepsi SKPD, Ehra,Data Kawinda Toi Sekunder Pokja AMPL-BM Bima, 2011
Penyebab utama timbulnya risiko kesehatan pada kecamatan dan desa tersebut antar lain : 1. Tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang PHBS kurang 2. Kualitas dan kuantitas SAB belum mampu memberikan
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima 2011 Page 212
Page 213
3. Pengelolaan Limbah padat (sampah) yang masih belum memadai karena TPA di Kabupaten Bima belum ada 4. Masih banyak masyarakat yang BABS yaitu yang belum terlayani oleh sarana sanitasi (jamban) 5. Sarana Sanitasi dan Pembuangan Limbah cair (tinja) yang ada masih banyak yang belum memenuhi standar kesehatan, dan 6. Dibeberapa tempat kondisi pemukiman yang kumuh dan tidak sehat
5.1.4. Desa
Klasifikasi
Dalam menentukan pilihan teknologi sanitasi yang akan diterapkan dalam suatu wilayah maka seluruh Desa akan diklasifikasi berdasarkan beberapa area, berdasarkan dokumen dari World Bank Policy Research
Page 214
Page 214
Page 214
Page 215
Page 216
Page 217
Page 218
5.2 Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Jender di Area Prioritas. Untuk mendapatkan sebuah penilaian yang kredibel dan obyektif tentang kajian PMJK dibutuhkan data dan informasi yang valid, untuk yang dalam itu diperlukan serangkaian survey dan observasi langsung dan komprehensif terhadap kondisi partisipasi terencana
masyarakat, jender dan kemiskinan, permasalahan dan solusinya upaya penanganan sistem sanitasi skala kota beserta prospek pengembangannya di masa yang akan datang. Penilaian tentang kondisi sanitasi masyarakat lewat PMJK di kab. Bima dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif yang mengadopsi Methodology for Participatory Assessment (MPA). MPA atau MPA-PHAST di Kab. Bima pertama kali diperkenalkan oleh Program WSLIC-2 Tahun 2002, merupakan metodologi selama yang ini menjaring baik yang informasi secara partisipasi kepada masyarakat tentang peran serta dalam berbagai kegiatan pembangunan dibiayai oleh Pemerintah bantuan luar. 5.2.1 PMJK Study daerah, Pemerintah Pusat maupun
Keterlibatan jender dan partisipasi masyarakat miskin sangat penting dalam mengelola sanitasi. oleh karena itu dalam setiap proses pembangunan yang terkait dengan sanitasi salah satu aspek yang perlu diberdayakan adalah aspek jender dan kemiskinan. Hasil studi Pemberdayaan Masyarakat, Aspek Jender dan Kemiskinan (PMJK) menunjukkan bahwa kerlibatan semua unsur masyarakat termasuk keseimbangan jender, dan masyarakat miskin dalam sebuah program lebih mendorong hasil yang maksimal. Pendekatan ini juga dinilai merupakan pintu peningkatan kapasitas masyarakat.
Buku Putih Sanitasi Kab. Bima 2011 Page 219
Beberapa kelompok masyarakat seperti Gapotan dan kelompok Perempuan Usaha Kecil, kelompok masyarakat program PNPM dan Access menilai bahwa kelompok mereka telah diberdayakan terutama dalam proses perencanaan
Page 220
program, pelaksana serta monitoring dan evaluasi. Pada kelompok PNPM telah dilibatkan lebih jauh melalui kelompok pemakai dan pegguna sarana dan prasarana yang dibangun. Namun demikian hampir semua responden (30 responden) sepakat dari sisi kuantitas, khusus untuk program yang terkait dengan sanitasi yang telah ada dimasyarakat masih sangat kurang, ini ditunjukkan dengan adanya pembangunan MCK yang masih minim, sarana air bersih yang tidak memadai, saluran drainase yang tidak sampai pada daerah yang terpencil dan sistim pengolahan sampah yang belum memiliki manajemen persampahan mulai dari bak sampah, hingga ke proses pengangkutan sampai Pembuangan Akhir (TPA). penampung ke Tempat
Study
PMJK
dengan
Tabel 5.10 Hasil Analisa Survei Partisipasi Masyarakat, Jender dan Kemiskinan (PMJK) dengan Metodologi MPA No Tolls/ Alat Temuan dan Analisa Skoring
Page 221
Ladder 2 Perencanaa - Musyawarah Desa: dominan n diikuti laki2, biasanya tdk dibayar dan tdk membutuhkan - keahlian husus Penyediaan bahan/ material: pada tahap ini, karena membutuhkan tenaga yg cukup maka biasa dilakukan oleh laki2 tp kadang dibantu perempuan kegiatan ini kadang dibayar - & tdk membutuhkan keahlian husus Pelaksanaa Pada tahap implementasi: n pengerjaan MCK & SAB lainnya biasa dilakukan oleh tukang dibantu masyarakat sekitar sarana, dominan dilakukan laki2 karena pd tahap ini
DIV 10 skor 3 Yg akan dtg: Kesamaan hak & kesempatan antara lk2 dan perempuan dlm bekerja
Page 222
Pada tahap ini: biasa yang berperan dlm membersihkan sarana adalah perempuan dan tdk dibayar. Akan tetapi jk SAB nya perpipaan gravitasi mk yg biasa membersihkan & merawat 2 Kontribusi Tenaga - Pekerjaan yg berat biasa dilakukan lk2 karena diyakini tenaganya lebih kuat spt: menggali sumur, mengangkat kayu, pikul pipa,dll sedangkan perempuan biasanya membantu lk2 dlm mengangkat material yg Material - ringan dan menyiapkan konsumsi Material yg biasa disiapkan masy Lokal (in kind) - spt: batu, kerikil, Uang(in pasir cash) Kontribusi berupa uang tunai biasa dikeluarkan masy jk sarana Dalam hal pengambilan 3 Hak Suara & keputusan di desa dlm Pengambilan berbagai kegiatan Keputusan pembangunan: ide prakarsa, jenis tehnologi, sosialisasi, tingkat pelayanan, operasi dan pemeliharaan dominan dilakukan oleh Kades, Kadus, Tomas sedangkan masyarakat miskin & perempuan kurang diberi Sumber : Dikes
Kesehatan,2011
H3 skor 3, Yg akan dtg: masy diharuskan berkontribusi dlm jml yg sm agar tdk terjd kecemburuan sosial
VC 6 skor 5, Yg akan dtg semua hrs dilibatkan secara penuh krn sm2 mempunyai hak dan kesempatan berdasarkan hasl musyawara
Dari hasil studi PMJK yang didasarkan pada 3 kategori diatas Yaitu (Ladder 2, Kontribusi, Hak Suara & Pengambilan Keputusan) data yang diperoleh bahwa partisipasi masyarakat telah nampak dengan komposisi keterlibatan laki-laki dan perempuan adalah 7 : 3 dalam setiap aktivitas sanitasi baik yang berbentuk kontribusi tenaga, material lokal, maupun biaya serta kegiatan pengambilan keputusan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Sumber : Dokumentasi Kegiatan sarana Pengembangan Air Minum Bappeda Tahun 2010
Dalam setiap pengambilan keputusan kegiatan pembangunan do- minan dilakukan laki2 dari perempuan, demikian pula Keterlibatan Orang miskin dalam setiap kegiatan AMPL yang dilakukan oleh pemerintah menunjukan perbandingan antara orang kaya dan orang miskin yaitu 4 : 6, ini menunjukan bahwa terjadi ketimpangan peran serta antara masyarakat berpenghasilan rendah dengan masyarakat mampu.
Sumber : Dokumentasi Kegiatan sarana Pengembangan Air Minum Bappeda Tahun 2010
Page 222
5.3 Komunikasi untuk Peningkatan Kepedulian Sanitasi Sebagai salah satu komponen penyebarluasan informasi tentang sanitasi dan kesehatan lingkungan media elektronik seperti televisi dan radio harusnya memiliki andil besar untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang sanitasi dan kesehatan lingkungan. Hasil studi komunikasi dan pemetaan media di Kabupaten Bima menunjukan umumnya media massa (Radio, Koran dan TV lokal) yang berperasi di kabupaten Bima rata-rata berformat hiburan dengan segmentasi audiens atau sasaran audiencenya segala umur, dengan jangkauan siaran mencakup kabupaten dan kota di Pulau Sumbawa yaitu Kota Bima, Kabupaten Bima, Dompu, dan beberapa wilayah di Kabupaten Sumbawa serta mampu menjangkau beberapa wilayah di Propinsi NTT yaitu di Sumba bagian barat Para pelaku media sepakat bahwa dengan target audiens dan jangkauan siaran yang luas menjadikan media massa sangat potensial untuk menyebarluaskan informasi terkait dengan sanitasi dan penyehatan lingkungan kepada masyarakat. Namun demikian, keberpihakan media massa dalam hal penyediaan ruang (space/spot) yang diperuntukan khusus untuk meyiarkan program sanitasi dan penyehatan lingkungan masih kurang, dimana isu ini hanya diangkat by order oleh pihak pemerintah. Hanya media televisi lokal, BimaTV telah menyediakan ruang (space) khusus berupa talk show Dokter kita. Beberapa media massa menyebutkan iklan pada prinsipnya masyarakat telah untuk menyediakan space untuk layanan
penyebarluasan informasi ataupun kampanye tentang sanitasi dan kesehatan, tetapi sejauh ini belum dimanfaatkan. Menurut pihak penyelenggara media radio, tidak dimanfaatkannya space iklan ataupun program lainnya yang secara khusus menyiarkan informasi sanitasi dan kesehatan dikarenakan kurang respon positif dari pemerintah daerah untuk memanfaatkan media seperti hanya
mensoalisakan informasi tentang sanitasi dan kesehatan. Sebenarnya pihak penyelenggara media sangat mengharapkan kerja sama dari pemerintah Selain itu, kurangnya kerja sama antara pemerintah daerah dengan beberapa media massa menyebabkan media tidak bisa memperoleh data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Selama ini media massa biasanya mendapatkan data tentang sanitasi dan kesehatan dari literature yang tersedia di internet, serta hasil peliputan langsung di masyarakat 5.4 Keterlibatan Sektor Swasta dalam Layanan Sanitasi 5.4.1. Sektor Persampahan a. Pengepul Sampah Sampah-sampah yang ada saat ini biasanya berasal dari
permukiman (rumah tangga) dan non permukiman (pasar, industri dan tempat- tempat/fasilitas umum lainnya). Akan tetapi sampah yang ada di Kab. Bima belum dapat diukur secara pasti volume sampah yang terkumpul pada TPS dan yang terangkut, karena TPA belum ada. Hasil studi keterlibatan swasta dalam pengelolaan sanitasi terdapat kecamatan (sampah) 15 di Kabupaten sampah Bima yang mengindentifikasikan tersebar dibeberapa pengepul
di Kabupaten Bima, rata-rata mereka memulai 5-10 orang, peralatan yang dimiliki hanya
menjalankan usahanya sejak kurang lebih 20 tahun, memiliki jumlah personel berupa timbangan dengan kapasitas 500 kg, semua unit usaha ini tidak memiliki modal awal karena para pengusaha memulai usahanya dengan modal kepercayaan yang sudah terjalin lama dengan penyalur utama yang berada di Jawa Timur (Surabaya dan Banyuwangi). Dari hasil usaha ini rata-rata keuntungan yang diperoleh 5-10 juta tiap bulannya, dengan klasifikasi sampahnya
sebagai berikut : Kategori I (besi Tua, Tembaga, Alumunium dan kuningan) Kategori II (Plastik, Botol, Kaleng dan kertas)
Sampah yang dikumpulkan berasal dari 14 kecamatan (kecuali Sanggar dan Tambora), dan distribusinya langsung diantarkan pada pengepul, rata-rata pengepul sampah tidak memiliki usaha sampingan walaupun dalam sistim produksinya tidak ada proses daur ulang sampah, sehingga sampah yang akan dikirim keluar kota tersebut masih dalam bentuk semula. Beberapa responden sepakat bahwa koordinasi dan kemitraan usaha ini masih memerlukan dukungan dari Pemerintah. Persoalan yang timbul akibat kurangnya antara karena lain menurut terjadi setiap koordinasi dan luasan kemitraan ini rsponden adalah penumpukan lokasi usaha,
langsung akan mendapatkan teguran dari pemerintah melalui teguran ringan berupa surat peringatan sampai pengangkutan barang bekas oleh Pol PP (Polisi Pamong Praja) yang diperintahkan oleh pihak kecamatan. Saat ini aturan yang diberlakukan oleh pemerintah daerah adalah harus menjaga kebersihan dan keindahan jalan dan lingkungan, barang tidak boleh menumpuk melebihi kapasitas hingga berserakan dijalan dan mengganggu tempat umum. Responden mengharapkan tersedianya Lokasi tersendiri yang terpisah dari permukiman agar kegiatan produksi mereka tidak mengganggu lingkungan sekitar, tersedianya sarana pengangkut yang memadai dan terjangkau agar barang bekas dapat diangkut dengan mudah keluar kota untuk dijual, tersedianya alat pengepres barang bekas agar bisa meminimalisasi ruang yang dibutuhkan untuk menampung barang bekas. b. Hotel Kondisi alam yang dimiliki oleh Kabupaten Bima seperti daerah pantai dan pegunungan cukup menarik perhatian para wisatawan luar maupun dalam negeri, hal ini ditunjukan dengan banyaknya
jumlah hotel yang terbangun di Kabupaten Bima adalah 6 unit. Salah satu yang telah dibangun adalah Hotel Kalaki Beach yang baru berdiri selama satu tahun terakhir dengan penghasilan perbulannya adalah sebesar 20 Juta rupiah. Dengan melihat
jumlah kamar dan rata-rata jumlah wisatawan yang datang dapat digambarkan bahwa kondisi persampahan yang ada telah melalui proses yang benar, mulai dari pengumpulan sampai pembuangan dengan sistim penampungan yang akan langsung di buang pada Bak sampah yang telah disiapkan oleh pemerintah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Bak Sampah Berdasarkan data yang ada, kondisi sanitasi & air bersih dari dari hotel di Kab. Bima telah memenuhi syarat kesehatan, artinya ketersediaan bak sampah, SPAL , sarana jamban dinyatakan aman bagi lingkungan
Sumber air bersih yang digunakan oleh pihak hotel adalah berasal dari PDAM dengan metode menggunakan bak penampungan dengan kapasitas penampungan rata-rata 500 Liter, yang mampu mencukupi kebutuhan air bersih selama 3 hari.
5.4.2 Cair
Sektor Limbah
Peluang bisnis sanitasi terutama limbah cair (jamban) sebenarnya cukup menarik karena masih banyak masyarakat yang belum terlayani oleh sarana sanitasi hususnya jamban, berdasarkan data yang ada dari sarana jamban yang terbangun masih banyak yang belum memenuhi di standar di kesehatan. Bima Jadi peluang adalah bisnis yang mungkin lakukan Kab. Pemasaran Sanitasi
(Sanitation Marketing Plan). Keberadaan usaha lain dalam hal penangan limbah cair (jamban) di Kab. Bima seperti usaha penyedot tinja, pengolahan limbah cair ke dalam Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja ( IPLT ) belum ada. Program pemasaran sanitasi di Kab. Bima pertama kali diperkenalkan oleh Program Sanitasi Total berbasis Masyarakat
(STBM) Tahun 2010, yang meliputi seluruh desa-desa eks WCLIC-2 (Tahun 2002-2007). Program pemasaran sanitasi ini cukup mendapat perhatian dari masyarakat Sanitarian di pada Kab. 20 Bima karena langsung dimotoring oleh Puskesmas yang ada di kab. Bima dan bersama dengan Tim pemicu
dikoordinir oleh Tim Sanitasi Dinas Kesehatan Kab. Bima. Tim Pemicu di tingkat Sanitasi Kabupaten
kecamatan dalam kegiatan kampanye Pemasaran sanitasi selalu bekerja sama dalam upaya membebaskan desa dan Kecamatan dari buang air besar sembarangan. Hal ini merupakan sebuah upaya bersama dalam memutus mata rantai penularan pernyakit yang berbasis lingkungan. Gambar : 5.3 Kegiatan Pemasaran Sanitasi Kab. Bima
Program Pemasaran sanitasi yang ditawarkan kepada masyarakat memiliki beberapa tipe, akan sangat tergantung dari masyarakat dalam memilih tipe jamban yang dikehendaki sesuai dengan kemampuan, yaitu : Tipe ke- I yaitu WC Sehat Murah dengan harga Rp. 850.000,Tipe ke- II yaitu WC Ekonomis dengan harga Rp. 675.000,Tipe ke- III yaitu WC Tumbuh Sehat 1 dengan harga Rp. 497.000,Tipe ke- IV yaitu WC Tumbuh Sehat 2 dengan harga Rp. 375.000,Sumber dana saat ini terbatas pada dana pribadi Tim Sanitasi Kab. Bima (Dinkes) yang dikelola bersama-sama dengan Sanitarian Puskesmas setempat Mengenai model sanitasi (jamban ) yang ditawarkan pada masyarakat adalah sebagaimana tertera pada tabel berikut ini :
2011
Page 230
Page 230
Agar tidak menimbulkan pencemaran bagi air tanah oleh tinja maka program pemasaran sanitasi menggunakan pasangan buis beton yang kedap air bg tempat penampung kotoran, dan dlm waktu tertentu akan dilakukan pengu- rasan oleh masyarakat pengguna. Harapannya : Adanya kepedulian pemerintah dan dunia usaha untuk bergerak dalam usaha layanan sanitasi (sedot tinja) karena saat ini
di Kab. Bima belum ada usaha penyedotan tinja baik oleh swasta maupun Pemerintah umber : Subdin PL Dinkes Kab. Bima
Kabupaten Bima tidak memanfaatkan Tangki Septik (94 %) sehingga tingkat pencemaran tanah dan air tanah sangat besar resikonya, sedangkan yang menggunakan jamban septiktank sebesar 6 % dari total responden, selengkapnya sebagaimana pada grafik 5.2 berikut :
Kab.
Bima
memanfaatkan
jamban Page
231
sederhana dan belum memenuhi standar kesehatan dalam BAB, sehingga rentan menimbulkan
Page 232
resiko lingkungan (pencemaran air permukaan, tanah dan udara). Penyebab utama dari keadaan tersebut adalah tingkat kesadaran masyarakat yang kurang dan ditambah dengan faktor ekonomi yang tidak mendukung. Usaha atau langkah-langkah lain yang perlu untuk dipikirkan oleh Pemerintah Kabupaten Bima dalam pengelolaan limbah cair domestik yang menyeluruh dan terintegrasi adalah : Kerja sama dengan Pemerintah Kota Bima dalam pengurasan tangki septik, karena akibatnya memungkinkan SPT terjadinya sebagai pencemaran air tanah, apalagi diketahui fakta bahwa sebagian masyarakat memanfaatkan sumur bor, SGL dan akses untuk mendapatkan air bersih, jadi perlu menerapkan suatu strategi kampanye terkait pentingnya mengelola limbah cair domestik secara baik dan benar, dengan cara pengurasan tangki septik secara rutin/berkala sesuai dengan kapasitas lubang penampung kotoran Diketahui bahwa perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa kuras tangki septik belum ada di Kab. Bima maka perlu ada upaya Pemerintah dalam menarik dunia usaha agar bergerak dan mulai merintis usaha penyedotan tinja. Dukungan Pemerintah Kabupaten Bima dalam Strategi lebih dalam Pemasaran Sanitasi (sanitation marketing plan) perlu tidak mampu baik dalam hal kebijakan maupun
diprioritaskan karena lebih terjangkau oleh masyarakat yang penganggaran Pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu (IPLT) di Kab. Bima sebagai bahan pencampur media tanam, atau dapat digunakan sebagai bahan campuran pupuk tanaman, dalam program penghijauan taman kota. Membangun sinergi di antara semua pihak yang terkait dalam pengelolaan limbah cair, sehingga terbangun kepeduan yang
Buku Putih Sanitasi Kab. sama dalam penanganan limbah cair di Kab. Bima Bima 2011 Page 233
BAB VI PENUTU P
6.1. Kesimpulan Dokumen Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bima merupakan
gambaran kondisi faktual sanitasi saat ini dirangkum dari berbagai sumber yang meliputi; data sekunder dan data primer. Berdasarkan hasil rangkuman data tersebut maka dapat dirumuskan beberapa poin sebagai kesimpulan adalah sebagai berikut : 6.1.1 Sampah 1. Pengelolaan sampah di Kab. Bima terkendala dengan belum
dibangunnya Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), sehingga sampahsampah yang ada hanya diproses secara sederhana oleh masyarakat seperti dibakar, dikubur atau dibuang ditempat terbuka 2. Keterlibatan dunia usaha dalam pengelolaan limbah padat (sampah) di Kab. Bima belum terorganisir dengan baik, saat ini tempat pengepul sampah dominan ada di wilayah Kota Bima. 3. Cakupan dihitung pelayanan dengan tepat sampah dari di Kab. Bima belum mampu yang total volume sampah baik
terangkut maupun tidak, karena data dari SKPD terkait belum ada. 4. Jumlah armada sampah yang ada saat ini sebanyak: 4 unit roda 4 yang melayani 4 kecamatan sedangkan 14 kecamatan lainnya tidak tersentuh sama sekali, sementara itu armada sampah roda 3 yang ada kurang efektif dijadikan sebagai pengangkut sampah. 6.1.2 Limbah Cair 1. Cakupan limbah cair (jamban) Kab. Bima yang memenuhi syarat
Buku Putih Sanitasi Kab. kesehatan mencapai 54,7 % Bima 2011 Page 234
2. Pengelolaan
air limbah
domestik
belum menggunakan
sistem
Sanitation
Marketing
Plan
(SMP)
yang
merupakan salah satu program unggulan dari Program STBM 4. Pengelolaan limbah cair (tinja) di Kab. Bima mengalami kendala dengan belum tersedianya sarana dan prasarana pendukung seperti usaha penyedotan tinja baik dilakukan oleh pemerintah maupun swasta 5. Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu (IPLT) di Kabupaten Bima belum dibangu n 6. Pendanaan bidang AMPL Tahun 2010 mencapai 0,44 % dari total biaya pembangunan Kab. Bima
sewerage
sehingga dalam saluran drainase masih bercampur antara air hujan dengan air limbah rumah tangga (grey water). 2. Banyak pengerukan 3. Data cakupan drainase pada instansi terkait di Kab. Bima tidak lengkap sehingga kesulitan dalam akumulasi tingkat layanan saat ini saluran drainase yang kurang berfungsi karena pendangkalan sebagai akibat sedimentasi dan minimnya upaya
6.1.4 Sektor Air Minum & Sektor Lain 1. Cakupan pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bima tahun 2009 mencapai 15,59 % 2. Cakupan air bersih secara keseluruhan Kab. Bima mencapai 71,52 % termasuk yang dilayani oleh PDAM
Buku Sanitasi Kab. 3. Putih Sosialisasi sanitasi di sekolah belum berjalan optimal Bima 2011 Page 235
4. Peran media dalam publikasi isu sanitasi di Kab. Bima relatif kecil
Page 236
5. Tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya PHBS relatif rendah 6. Kab. Bima memiliki 2 RSUD dan 20 Puskesmas, tapi belum memiliki insenerator sebagai penghancur sampah kimia rumah sakit 7. Kabupaten Bima telah menyusun regulasi tentang AMPL yaitu: - Perda Kab. Bima no. 7 Tahun 2011 tentang Pengelolaan AMPL - Peraturan Pelaksana Bupati Bima No.14 Tahun 2011 tentang Aturan
Pengelolaan AMPL 6.2. Rekomendasi Dari penjelasan yang dipaparkan pada bab-bab di atas, beberapa hal ditetapkan sebagai rekomendasi penanganan sanitasi di Kab. Bima, adalah sebagai berikut : 6.2.1 Sampah 1. Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) diharapkan
dapat diprioritaskan dalam waktu yang tidak terlalu lama 2. Armada pengangkut sampah sacara bertahap diharapkan bisa menjangkau 18 kecamatan yang ada di Kab. Bima 3. Perlu dikembangkan pengelolaan sampah melalui program TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu). 4. Konsep pengelolaan sampah dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di Kab. Bima perlu diupayakan 6.2.2 Limbah Cair
1. Pemerintah Kab. Bima perlu membuat off site system (Sewerage System) untuk pengelolaan air limbah.
Buku Putih Sanitasi Kab. 2. Pemerintah Kab. Bima 2011
Bima
perlu
memprogramkan
Instalasi Pengolahan Limbah terpadu (IPLT) sebagai bagian dari upaya penanganan sanitasi yang aman terhadap lingkungan
Page 238
3.
Dalam
melepaskan
masyarakat
dari
BABS
diperlukan
pengembangan program Sanitation Marketing Plan (SMP) 6.2.3 Drainase kapasitas pembiayaan pembangunan sarana
1. Meningkatkan
prasarana drainase dan berbagai sumber pendanaan. 2. Peningkatan koordinasi dengan berbagai instansi, dunia usaha serta melibatkan peran serta masyarakat dalam penanganan drainase 3. Perlunya pengendalian tata guna lahan di kawasan hulu (konservasi) hingga hilir serta peningkatan aspek operasional dan pemeliharaan sungai dan drainase. 4. Keterpaduan penanganan dengan sektor terkait dalam hal : pengendalian banjir, air limbah dan persampahan 5. Integrasi perencanaan : Master Plan, Outline Plan Drainase dan Keterpaduan Sistem Makro & Mikro. 6. Mengupayakan adanya pengurangan tingkat genangan terutama pada musim hujan pada kawasan-kawasan rawan banjir 6.2.4 Sektor Air Minum & Sektor Lain
1. Dalam memperluas cakupan layanan air bersih, pemerintah Kab. Bima diharapkan adanya strategi pengembangan sistem SAB baik perpipaan gravitasi 2. maupun non gravitasi serta SAB lainnya dalam memenuhi kebutuhan air minum bagi masyarakat Pembangunan bidang air minum perlu diprioritaskan dengan pengalokasian anggaran yang memadai bagi terwujudnya Kab. Bima yang Maja Labo Dahu 3. Pembelajaran sanitasi sejak usia dini sedapat mungkin dapat digalakkan kepada anak-anak mulai ditingkat dasar
Buku Putih Sanitasi Kab. dalam Bima 2011
Page 240
5. Promosi peluang usaha bidang sanitasi perlu dikembangkan oleh berbagai elemen, sehingga terjalin sinergisitas antara pemerintah dan swasta dalam penanganan sanitasi di Kab. Bima
Page 241