Anda di halaman 1dari 16

8.1.

KONSEP PENGELOLAAN DAS


8.1.1. Pandangan Umum
Konsekuensi percepatan pertumbuhan ekonomi dengan usaha-usaha
perlindungan lingkungan sering menimbulkan konflik-konflik antar
kepentingan. Oleh sebab itu, pengelolaan suatu DAS sedapat mungkin
memberikan suatu kerangka kerja yang praktis dan logis.

Untuk mendukung langkah tersebut kerangka pemikiran pengelolaan


DAS ini didasarkan pada 3 (tiga) dimensi pendekatan analisis yang
terdiri dari :
1. Pengelolaan DAS sebagi proses yang melibatkan langkah-langkah
perencanaan dan pelaksanaan yang terpisah tetapi harus saling
terkait.
2. Pengelolaan DAS sebagai sistem perencanaan pengelolaan dan
sabagai alat implementasi program pengelolaan DAS melalui
kelembagaan yang relevan dan terkait.
3. Pengelolaan DAS sebagai serial aktivitas yang masing-masing
berkaitan dan memerlukan pengelolaan yang spesifik.

Selama ini pengalaman yang dijumpai di lapangan menunjukkan bahwa


kegiatan pengelolaan DAS seringkali dibatasi oleh dimensi
politis/administratif (Negara, Propinsi, Kota/Kabupaten), sehingga
batas-batas ekosistem alamiah terabaikan. Untuk tercapainya

PT. SAKA BUANA YASA SELARAS VIII - 1


Architecs  Planners  Engineers  Management  Consultants
pembangunan DAS yang berkelanjutan kegiatan pembangunan
ekonomi dan perlindungan lingkungan harus diselaraskan.

Diskripsi tentang pembagian DAS yang berbasis pada istilah hulu dan
hilir dipandang masih mempunyai beberapa kelemahan mengingat
batas-batas tersebut kurang begitu jelas dan belum dapat mewarnai
pola pikir yang kondusif dalam konteks konservasi. Oleh sebab itu,
dalam pendeskripsian pembagian wilayah suatu DAS sudah selayaknya
harus memuat pengertian ekosistem dimana penyebutan wilayah
tersebut diistilahkan. Penataan DAS terdiri dari 3 (tiga) bagian utama,
yaitu :
1. Buffer Zone (Kawasan Penyangga), sebagai pengganti istilah
daerah hulu
2. Regulator Zone (Kawasan Pengatur), sebagai pengganti istilah
daerah tengah
3. Development Zone (Kawasan Pengembangan), sebagai pengganti
istilah daerah hilir.

Konsep pengelolaan DAS yang baik perlu didukung oleh kebijakan yang
dirumuskan dengan baik pula. Dalam hal ini kebijakan yang berkaitan
dengan pengelolaan DAS harus mampu mendorong dilaksanakannya
praktik-praktik pengelolaan lahan yang kondusif terhadap pencegahan
degradasi tanah dan air.

Untuk sampai pada maksud tersebut di atas, maka pembangunan suatu


DAS dapat terlanjutkan apabila kebijakan-kebijakan yang melandasi
tercapainya pembangunan yang berkelanjutan tersebut sesuai dengan
prinsip-prinsip pengelolaan DAS yang rasional seperti berikut :

PT. SAKA BUANA YASA SELARAS VIII - 2


Architecs  Planners  Engineers  Management  Consultants
1. Mengenali hal-hal yang menjadi tuntutan mendasar untuk
tercapainya usaha-usaha penyelamatan lingkungan dan
sumberdaya alam.
2. Mempertimbangan dalam kebijaksanaan yang akan dibuat nilai-nilai
jasa lingkungan yang saat ini belum atau tidak diperhitungkan
secara komersial.
3. Menyelaraskan atas konflik-konflik kepentingan yang bersumber
dari penentuan batas-batas dan batas-batas politis/administratif.
4. Menciptakan investasi, peraturan-peraturan, insentif, dan
perpajakan yang mengkaitkan interaksi antara aktivitas tataguna
lahan di buffer zone dan kemungkinan dampak yang ditimbulkan di
regulator zone maupun development zone.

8.1.2. Proses Pengelolaan DAS


Pengelolaan DAS harus dimulai dengan terlebih dahulu mendeskripsikan
permasalahan yang dihadapi, misalnya kemerosotan sumberdaya tanah
dan air, atau permasalahan yang timbul dalam kaitannya dengan
pengelollan sumberdaya hutan yang kemudian diikuti dengan membuat
rencana program pengelolaan atau proyek.
Mengingat kegiatan di suatu DAS merupakan hubungan timbal balik
antara aktivitas manusia dan unsur di dalam DAS (air, tanah, dan
vegetasi), maka mekanisme pelaksanaan pengelolaan DAS merupakan
proses rekrusif antara tahap perencanaan dan implementasi. Karena
informasi yang diperoleh dari implementasi kegiatan dapat
dimanfaatkan kembali sebagai umpan balik (feed back) untuk
penyempurnaan rencana yang telah dibuat sebelumnya.
Gambar 8.1 menyajikan suatu siklus keterkaitan komponen biofisik dan
sosio dalam suatu pengelolaan DAS terpadu. Siklus tersebut
mencerminkan suatu proses rekrusif yang dimaksud agar dicapai suatu

PT. SAKA BUANA YASA SELARAS VIII - 3


Architecs  Planners  Engineers  Management  Consultants
keseimbangan antara sumberdaya yang tersedia dengan
perkembangan kebutuhan yang dilandasi oleh azas konservasi.

Gambar 8.1 Proses Pengelolaan DAS Terpadu

8.1.3. Karakteristik Sub DAS


Berdasarkan data hasil interpretasi landsat tahun 2006 luas Sub DAS
Jangkok adalah 18.684,27 ha yang terdiri bagian hulu luas 13.170,51
ha dan hilir 5.513,76 ha. Dalam jangka waktu tujuh tahun (tahun 1999
s/d 2006) telah terjadi degradasi hutan primer sebesar 1.751,13 ha
(13,30%) atau 250,16 ha (1,90%) per tahun dan sisa hutan lahan
kering primer pada tahun 2006 adalah 11.419,30 ha (86,70%).
Konversi hutan primer terbanyak adalah menjadi hutan lahan kering
sekunder sebesar 1.267,56 ha (72,39%) atau 181,08 ha (10.34%) per
tahun.

Sub DAS Jangkok berbentuk bulu burung dengan besaran nilai


circularity ratio (Re) sebesar 16,38% (memanjang) dengan kerapatan

PT. SAKA BUANA YASA SELARAS VIII - 4


Architecs  Planners  Engineers  Management  Consultants
drainase 1,86 (sedang). Dari kondisi dan bentang alamnya, air Sungai
Jangkok mengalir dari wilayah hulu di Gunung Rinjani dan bermuara di
Selat Lombok dengan aliran perennial/air mengalir sepanjang tahun.
Wilayah pemanfaatan air Sungai Jangkok berada pada lintas
kabupaten/kota, yaitu; Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah dan
Kota Mataram. Kondisi ini mencerminkan bahwa daya guna ( utility)
Sungai Jangkok tergolong tinggi yang ditunjukkan dengan adanya:
tujuh buah bendung DI (0,095 Mm3 untuk 2.985 ha), dua bangunan
suplesi (0,173 Mm3 untuk 13.000 ha), tiga mata air (0,015 Mm3 untuk
315.000 orang). Selain itu, tingginya penggunaan atau daya guna
ditunjukkan dengan tingkat penggunaan air kompleks yaitu untuk:
irigasi sawah, kolam ikan, keramba, pasokan air bersih bagi sekitar
45.000 pelanggan PDAM Menang, kebutuhan domestik/pelayaran
warga, budidaya tanaman kangkung serta industri kecil lainnya. Secara
skematis jaringan sungai dan peta situasi Sub DAS Jangkok ditunjukan
pada Lampiran.

8.1.4. Kondisi Hidrologi Sub DAS


8.1.4.1. Iklim
Iklim adalah keadaan yang mencirikan atmosfir pada suatu daerah
dalam jangka waktu yang cukup lama. Unsur ikiim terdiri dari
temperatur, tekanan, kelembaban, kecepatan angin, lama penyinaran
dan lain-lain. Di atmosfir, setiap unsur ikiim tersebut saling
mempengaruhi. Sepanjang tahun masing-masing unsur iklim di suatu
wilayah mempunyai pola yang spesifik. Data kondisi ikilim Sub DAS
Jangkok dari Stasiun Klimatologi Peninjauan. Data unsur ikiim tersebut
dicari rata-rata bulanan sehingga dapat diketahui pola bulanannya.
a) Temperatur
Temperatur udara dapat didefinisikan secara mikroskopis berkaitan
dengan gerakan molekul sedemikian rupa sehingga makin besar

PT. SAKA BUANA YASA SELARAS VIII - 5


Architecs  Planners  Engineers  Management  Consultants
kecepatan molekul makin tinggi suhunya. Secara makroskopis, suhu
suatu benda dapat didefinisikan sebagai derajat panas suatu benda.
Berdasarkan data yang ada, pada wilayah Sub DAS Jangkok (Stasiun
Peninjauan) temperatur udara minimum adalah 25,53 oC dan
maksimum 27,27oC, dari data tersebut terlihat adanya perbedaan pola
temperatur bulanan sepanjang tahun. Temperatur udara maksimum
pada Sub DAS Jangkok terjadi di bulan Desember dan temperatur
udara minimum terjadi di bulan Juli.
b) Kelembaban
Kelembaban udara suatu daerah menunjukkan banyaknya uap air di
atmosfer sebagai hasil dari penguapan air di permukaan bumi.
Kelembaban udara dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara
tekanan uap air dengan tekanan uap air jenuh pada suhu yang sama
yang dinyatakan sebagai kelembaban nisbi. Kelembaban udara pada
wilayah Sub DAS Jangkok berkisar antara 69,54% - 85,0%.
c) Kecepatan Angin
Kecepatan angin adalah ukuran kecepatan perpindahan massa udara
dari suatu tempat ke tempat lain. Kecepatan angin mempunyai peran
dalam pergerakan massa udara termasuk uap air yang dikandungnya
dari suatu tempat ke tempat lain. Kecepatan angin ditentukan oleh
perbedaan tekanan udara antara suatu tempat dengan tempat lainnya
di muka bumi. Kecepatan angin yang terjadi pada wilayah Sub DAS
Jangkok berkisar antara 0,03 m/det sampai dengan 0,45 m/ det.

8.1.4.2. Curah Hujan


Curah hujan adalah endapan atau deposisi air yang berasal dari
atmosfir. Curah hujan adalah resultan kondisi cuaca pada suatu saat
di suatu daerah. Jumlah curah hujan rata-rata tahunan Sub DAS
adalah Jangkok 2.239,2 mm dengan tipe ikilim agak basah (C). Untuk

PT. SAKA BUANA YASA SELARAS VIII - 6


Architecs  Planners  Engineers  Management  Consultants
tipe ikilim C atau agak basah (Q = 0,38) berarti dalam satu tahun
jumlah bulan kering tiga bulan dan bulan basah delapan bulan.

Iklim di Lombok sangat dipengaruhi oleh angin munson dengan


sejumlah uap air yang dibawanya. Pada bulan Desember – Februari di
wilayah ini bertiup angin munson barat yang membawa uap air dari
Samudera Indonesia yang akan menyebabkan musim hujan pada
sebagian besar wilayah Barat Indonesia, Bali dan Lombok. Bulan Maret
– Mei merupakan masa transisi I. Sebaliknya pada bulan Juni –
Agustus bertiup angin munson timur yang kering yang menyebabkan
musim kemarau di Pulau Lombok. Bulan September – November
musim transisi II (Prawirowardoyo, 1996). Akibatnya adalah curah
hujan yang ada pada wilayah Sub DAS Jangkok lebih tinggi disebabkan
oleh uap air yang dibawa dari angin muson barat menabrak Gunung
Rinjani menyebabkan hujan di Sub DAS Jangkok (hujan orografis).

8.1.4.3. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah hasil penjumlahan banyaknya proses
penguapan air (evaporasi) diatas permukaan tanah dan penguapan
melalui proses fisiologi tanaman (transpirasi). Evapotranspirasi
merupakan komponen yang penting di dalam neraca air sub DAS.
Penting karena pada kondisi tertentu, nilai evapotranspirasi ini dapat
miencapai nilai 85 % dari curah hujan.

Nilai evapotranspirasi di Sub DAS Jangkok (Peninjauan) berkisar


1.054,8 mm per tahun. Bila dibandingkan dengan curah hujannya.
persentase evapotranspirasi terhadap curah hujan Sub DAS Jangkok
memiliki nilai 87% dari luas Sub DAS.

PT. SAKA BUANA YASA SELARAS VIII - 7


Architecs  Planners  Engineers  Management  Consultants
8.1.4.4. Debit Sungai
Debit sungai adalah pergerakan air karena gravitasi di dalam saluran
yang dapat bervariasi dalam ukuran dari saluran kecil yang menetes
sampai sungai besar yang dinyatakan m 3/dtk dan dapat dinyatakan
dalam kedalaman ekuivalen dalam DAS/over catchment dan
dinyatakan dalam mm/hari. Debit sungai merupakan output DAS
sebagai hasil proses perubahan curah hujan oleh DAS.

Penurunan debit rata-rata Sungai Jangkok sebesar 5,6% setiap tahun


menunjukkan adanya potensi kelangkaan air dimasa depan. Pada
tingkat penurunan debit rata-rata tersebut pada tahun 2016 diduga
debit rata-rata Sungai Jangkok bisa menjadi mendekati nol.
Penurunan debit rata-rata Sungai Jangkok sejalan dengan
peningkatan koefisien rejim sungai. Pada tingkat peningkatan
koefisien rejim aliran sebesar 7% setiap tahun, pada tahun 2016
koefisien rejim sungai menjadi 28,44.

Tabel 8.1 Q Rata-rata, KRA, dan C Sub DAS Jangkok Tahun 1998-2007
Tahun
No. Parameter Deviasi Status
1998 2002 2007
1. Q (m3/dt) 1,92 1,36 0,96 Penurunan 50% (5,6% -
per tahun)
2. Koefisien Rejim 11,74 16,74 20,09 Peningkatan 71% Sangat
Aliran (KRA) (7,9% per tahun) Jelek
3. Koefisien 0,23 0,28 0,41 Peningkatan 78% Jelek
Limpasan (C) (8,7% per tahun)
Sumber : Studi Analisis Hidrologis dan Perubahan Tutupan Lahan Kawasan
G. Rinjani, Th. 2008

Hal ini menunjukkan akan semakin besarnya perbedaan debit


maksimum dengan debit andalannya. Akibatnya adalah potensi banjir
dan kekeringan akan semakin besar. Selain itu, kerusakan tutupan
lahan Sub DAS Jangkok juga menyebabkan peningkatan koefisien
aliran sebesar 8,7% setiap tahun. Pada tahun 2016 koefisien limpasan

PT. SAKA BUANA YASA SELARAS VIII - 8


Architecs  Planners  Engineers  Management  Consultants
Sungai Jangkok diperkirakan akan menjadi 59% (59% dari curah
hujan yang turun menjadi limpasan).

8.2. ARAHAN PENGELOLAAN KAWASAN SUB DAS JANGKOK


Arahan pengelolaan Kawasan Sub DAS Jangkok dimasa mendatangkan
meliputi tiga aspek penting yang saling terkait satu dengan lainnya
guna mewujudkan tujuan pengelolaan berkelanjutan pada kawasan ini.
Ketiga aspek tersebut yaitu; hutan, sumber daya air dan tata ruang.

8.2.1. Arahan Kebijakan Pengelolaan Hutan


Memperhatikan pentingnya keberadaan Bendung Jangkok sebagai
daerah tangkapan air utama di Kabupaten Lombok Barat, maka dari sisi
kebijakan pengelolaan hutan sedikitnya terdapat empat arahan
pengelolaan hutan Kawasan Sub DAS Jangkok meliputi:
a. Pengelolaan hutan berbasis DAS yakni dengan mempertimbangkan
integrasi wilayah hulu sampai dengan hilir. Proses perencanaan dan
implementasi serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan hutan,
air, dan ruang hendaknya memperhatikan faktor sosial, ekonomi
dan lingkungan dan institusional yang terkait dengan penekanan
khusus pada hubungan keterkaitan antara daerah hulu dan hilir,
terlebih untuk Pulau Lombok sebagai pulau kecil. Sistem
perencanaan ini hendaknya terintegrasi dalam RTRW baik di tingkat
provinsi maupun kabupaten/kota. Penggunaan batas DAS ini
dimaksudkan untuk melihat keterkaitan ( interrelationship) dan
ketergantungan (interpendencies) antara komponen ekosistem
terutama untuk merespon keterkaitan antara kualitas penutupan
lahan terhadap kondisi tanah dan perilaku air, antara hulu dan hilir,
antara dampak on site dan out site.
b. Mereview masterplan rehabilitasi hutan dan lahan Provinsi NTB.
Keberadaan atau kondisi suatu ekosistem hutan akan sangat

PT. SAKA BUANA YASA SELARAS VIII - 9


Architecs  Planners  Engineers  Management  Consultants
mencerminkan perencanaan daerah dan hal tersebut juga terkait
dengan pola hidup masyarakat serta aspek sosial budaya
masyarakat setempat. Di satu sisi, upaya rehabilitas atau restorasi
hutan tidak mampu secara cepat mengendalikan penurunan laju
banjir dan sedimentasi di wilayah hilir. Laju sedimentasi yang
terukur di suatu outlet DAS sering tidak berkorelasi dengan
berbagai perbaikan ataupun perusakan di wilayah hulu.
Penanggulangan masalah degradasi hutan yang tidak berdasarkan
sumber permasalahan dalam beberapa aspek, termasuk aspek
sosial ekonomi masyarakat pastilah akan menimbulkan
permasalahan lain dan seringkali tidak efektif. Merespon kondisi
tutupan hutan dan DAS saat ini, hendaknya rencana makro dan
mikro rehabilitasi hutan dan lahan di Pulau Lombok khususnya dan
NTB umumnya perlu disusun ulang dengan memperhatikan kondisi
terkini. Rencana makro memetakan tingkat kekritisan hutan dan
sub DAS pada suatu DAS, arahan fungsi kawasan (lindung,
penyangga dan budidaya) serta arahan umum pengelolaan
kawasan. Rencana makro tersebut dijabarkan kedalam rencana
mikro rehabilitasi hutan dan lahan pada sub DAS berjangka
menengah sehingga mudah untuk melihat efektivitas dari
pelaksanaan kegiatan di lapangan. Pengesahan rencana ini oleh
Kepala Daerah (Gubernur dan Bupati) dimaksudkan sebagai
legitimasi politik, yaitu agar dokumen tersebut menjadi acuan
utama dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan serta
perencanaan wilayah multi pihak. Hal penting yang perlu
mendapatkan perhatian dari proses tersebut diatas adalah perlunya
keaktifan dari pemerintah untuk melakukan sosialisasi dan perlunya
penyediaan perangkat hukum untuk menekan dan mengawal
gerakan multi pihak guna melakukan.

PT. SAKA BUANA YASA SELARAS VIII - 10


Architecs  Planners  Engineers  Management  Consultants
c. Penentuan zonasi dan pemantapan kawasan lindung serta penataan
ruang berbasis konservasi. Perubahan penggunaan lahan
merupakan trend yang terjadi di Pulau Lombok yang terjadi sebagai
implikasi dari dinamika penduduk yang sangat tinggi dan hal
tersebut juga terus akan mengancam keberadaan kawasan lindung.
Konversi lahan pada kawasan lindung harus dikontrol secara ketat.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka kebutuhan
untuk penentuan zonasi dan pemantapan kawasan lindung serta
penataan ruang berbasis konservasi mutlak harus dilakukan, hal ini
disebabkan tingkat kecenderungan perubahan penggunaan
lahan/alih fungsi kawasan lindung menjadi budidaya diperkirakan
terus meningkat dalam kurun waktu 15 tahun mendatang.
Penentuan zonasi dan pemantapan kawasan lindung tentunya akan
sangat bermakna dalam rangka mengoptimalkan penggunaan
potensi lahan di tiayah atau pada masing-masing DAS. Kawasan
lindung yang memiliki fungsi hidrologis penting harus dapat
dipertahankan sehingga kelanggengan sumberdaya baik secara
ekologis maupun ekonomis hapat diharapkan. Idealnya kawasan
lindung yang harus ada adalah 30%.
d. Pembiyaan bersama antar daerah; antar kabupaten/kota dan atau
antar provinsi kabupaten/kota. Untuk mengantisipasi rendahnya
anggaran yang tersedia bagi kegiatan rehabilitasi di Kawasan Sub
DAS Jangkok DAS Dodokan maka diperlukan skenario pembiayaan
bersama diantara tiga kabupaten dan kota agar kondisi Kawasan
DAS Jangkok tidaksemakin memburuk.

8.2.2. Arahan Pengelolaan Sumber Daya Air

PT. SAKA BUANA YASA SELARAS VIII - 11


Architecs  Planners  Engineers  Management  Consultants
Mencermati kondisi sumberdaya air saat ini dan pengelolaannya dimasa
mendatang, paling tidak terdapat beberapa ha! yang hendaknya harus
diperhatikan dalam pengeloiaan sumberdaya air, yaitu: sumberdaya air
harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh, baik air hujan, air
permukaan maupun air tanah serta satu kesatuan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan pembangunan hingga pengelolaannya yang
tidak bisa dilihat sebagai persoalan sektoral semata. Selain itu,
sumberdaya air adalah bagian dari lingkungan ekologi lainnya yang
tidak dapat dipisahkan seeperti pertanian, kehutanan, perikanan,
kesehatan, budaya, serta berbagai kegiatan pembangunan lainnya. Hal
lainnya yang perlu mendapatkan perhatian bahwa pembangunan pada
sektor keairan, bukan hanya membangun sarana dan prasarana untuk
pengadaan air tetapi juga memasukkan unsur pemeliharaan daerah
resapan air, pemulihan kemampuan pemurnian kembali, serta
pencegahan kerusakan tata air akibat kebutuhan industri yang
berkembang

Arahan dalam perencanaan pengeloiaan sumberdaya air di bawah ini


adalah suatu bentuk kegiatan atau tindakan antisipasi dalam upaya
menanggulangi permasalahan yang terjadi di Pulau Lombok. Beberapa
arahan tersebut, antara lain:
a. Arahan Konservasi Sumberdaya Air. Beberapa lingkup tindakan
yang diharapkan dapat mendukung upaya konservasi sumberdaya
air meliputi:
 Pelestarian dan perlindungan sumber air, hal ini merupakan
upaya untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya air dalam
memenuhi kebutuhan perkotaan yang terus berkembang.
Berdasarkan hasil kajian, terdapat beberapa upaya yang dapat
dilakukan antara lain; pengendalian pemanfaatan lahan
didaerah tangkapan air berdasarkan RTRW, penetapan alokasi

PT. SAKA BUANA YASA SELARAS VIII - 12


Architecs  Planners  Engineers  Management  Consultants
air secara adil untuk setiap pengguna air (irigasi, air minum,
perikanan, pariwisata dan industri), dan pengendalian
pemanfaatan air tanah, baik untuk kepentingan industri
maupun irigasi pertanian. Khusus untuk meningkatkan
cadangan air tanah perlu diatur agar setiap pengguna air tanah
seperti hotel dan industri atau dalam setiap IMB yang
dikeluarkan harus dilengkapi dengan aturan kewajiban
membuat sumur resapan.
 Pengawetan air
 Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran.
Berdasarkan analisa terhadap kualitas air, beberapa upaya yang
dapat dilakukan antara lain; pencegahan kerusakan
sumberdaya air melalui pengetatan perijinan pembuangan
limbah berdasarkan suatu rencana induk (masterplan) kualitas
air sesuai baku mutu, penanggulangan pencemaran untuk
mencegah meluasnya pencemaran yang terjadi, serta
pemulihan kembali kondisi sumberdaya air dan lingkungan yang
telah tercemar
b. Arahan Pendayagunaan Sumberdaya Air. Lingkup tindakan meliputi:
 Penentuan zonasi penggunaan air,
 Peruntukan air, alokasi dan distribusi air. Pengalokasian air
dimaksudkan untuk dapat menjangkau pemenuhan kebutuhan
berbagai sektor baik saat ini maupun masa mendatang karena
dimasa mendatang kebutuhan air akan meningkat (Prediksi
Kebutuhan Air Th 2020), selain itu juga persaingan antar pihak
dalam memenuhi kebutuhan airnya. Terdapat beberapa hal
yang dapat dipertimbangkan, antara lain: perlunya penyusunan
perencanaan tentang alokasi air untuk memenuhi seluruh
kepentingan dan upaya penyeimbangan antara kebutuhan dan
penyediaan termasuk antisipasi terhadap kekurangan air. Selain

PT. SAKA BUANA YASA SELARAS VIII - 13


Architecs  Planners  Engineers  Management  Consultants
itu, perlu adanya sistem koordinasi alokasi air pada dan
diantara instansi yang berwenang pada setiap tingkatan.
Harapannya Perda tentang irigasi baik di tingkat provinsi
maupun kabupaten/kota akan dapat merespon kondisi ini.
c. Arahan Kelembagaan dan Pemberdayaan Masyarakat dalam
pengelolaan sumberdaya air. Lingkup tindakan meliputi:
 Penataan badan pengelolaan, bentuk koordinasi, badan
pengelolaan (regulator, operator, user) dan wadah koordinasi.
 Sementara itu untuk arahan pemberdayaan masyarakat
meliputi: konservasi sumberdaya air berbasis pemberdayaan
masyarakat, revitalisasi nilai kearifan lokal.
d. Mekanisme imbal jasa lingkungan (insentif dan disinsentif). Demi
keberlanjutan pengelolaan sumberdaya air yang makin kompleks di
kemudian hari, terlebih dalam era otonomi daerah saat ini dimana
kegiatan konservasi kurang mendapatkan perhatian, maka perlu
dicarikan alternatif lain. Beberapa alternatif yang kiranya dapat
menjadi jalan keluar adalah: nilai manfaat air yang diperoleh seperti
halnya dari hasil pajak air bawah tanah perlu sebagian
dikembalikan untuk kegiatan konservasi; biaya konservasi dapat
pula dimasukkan kedalam komponen biaya operasional perusahaan
yang telah mendapatkan manfaat tinggi dari air. Selain itu,
mekanisme jasa lingkungan dapat diterapkan untuk membangun
kesadaran bersama anatara hulu dan hilir seperti tagihan
pelanggan PDAM langsung ditambahkan biaya konservasi
lingkungan atau pada setiap produk air kemasan bahkan pada
setiap pemanfaat lainnya seperti hotel, restoran dan lainnya yang
besaran dan mekanismenya diatur dalam sebuah Peraturan Daerah
(Perda).
e. Arahan Sistem Informasi Sumberdaya Air. Lingkup tindakan
meliputi;

PT. SAKA BUANA YASA SELARAS VIII - 14


Architecs  Planners  Engineers  Management  Consultants
 Informasi spasial dan temporal sumberdaya air, sarana dan
prasarana dan publikasinya,
 Penyeragaman standar dan format basis data sumberdaya air,
 Pemutakhiran data sumberdaya air (tahunan),
 Penyebar luasan informasi sumberdaya air secara berkala,
 Pengembangan sistem peringatan dini (early warning system).

8.2.3. Arahan Penataan Ruang Wilayah


Merespon kondisi Kawasan Sub DAS Jangkok saat ini, disadari bahwa
penataan ruang wilayah merupakan perangkat pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang utama karena merupakan
penapis penting terhadap kegiatan pembangunan dan aktivitas manusia
lainnya yang memberikan dampak bagi keberadaan sumberdaya alam.
Berdasarkan fakta dan analisis bahwa perubahan tutupan hutan di
Kawasan Sub DAS Jangkok telah mengakibatkan penurunan kondisi
hidrologis, dimana hal ini telah dirasakan oleh masyarakat. Maka
diperlukan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas kawasan Sub DAS
Jangkok. Mengingat upaya tersebut diatas mencakup pengelolaan
kawasan yang sangat komplek, banyaknya kepentingan para pihak
yang ada (multistakeholders), dan menuntut konsekuensi pembiayaan
yang besar, maka dibutuhkan sebuah (konsep pengelolaan Kawasan
Sub DAS Jangkok secara terpadu dan berkelanjutan. Konsep
pengelolaan kawasan yang terpadu dan berkelanjutan tersebut disusun
dengan mengacu pada lima pilar, meliputi:
1. Strategi pengelolaan Kawasan Sub DAS Jangkok melalui
peningkatan efektivitas para pihak.
2. Strategi pengelolaan tata guna lahan dan ruang secara
berkelanjutan melalui intergrasi perencanaan para pihak dan
terwujudnya visi bersama dalam pengelolaan Kawasan Sub DAS
Jangkok.

PT. SAKA BUANA YASA SELARAS VIII - 15


Architecs  Planners  Engineers  Management  Consultants
3. Strategi reformasi sektoral dan kebijakan yang mendukung
keseimbangan pertumbuhan ekonomi dan perlindungan ekosistem.
4. Strategi pembiayaan berkelanjutan oleh para pihak dalam
pengelolaan Kawasan Sub DAS Jangkok.
5. Strategi kerjasama multipihak/kolaborasi antar pihak dalam
pengelolaan kawasan (mengacu PP 50 tahun 2007 tentang kerja
sama antar daerah).

Kelima Strategi tersebut diatas, dapat dilakukan dengan pendekatan


pengelolaan DAS. Pengelolaan DAS kedepan harus berangkat dari
permasalahan karakteristik sumberdaya alam didalamnya, seperti letak
geografis terkait dengan pola dan struktur ruang sehingga diperlukan
adanya mekanisme kerjasama antar daerah. Dari sisi sektor pengguna
air, melihat kecenderungan yang tinggi terhadap penggunaan air untuk
kebutuhan multi sektor maka dalam pengelolaannya harus terpadu.
Dari sisi keterkaitan, ada hubungan antara kuantitas dan kualitas air
(baik air permukaan maupun air tanah), antara masyarakat hulu dan
hilir sehingga dalam pengelolaannya membutuhkan kesatuan sistem
yang menyeluruh. Nilai proyeksi untuk tahun 2020 hendaknya menjadi
agenda dan program bersama pemerintah daerah dan para pihak
lainnya untuk menjawab berbagai tantangan tersebut terutama yang
berkaitan dengan kepentingan masa depan sehingga aspek
keberlanjutan dan konservasi merupakan hal penting yang tidak dapat
ditunda lagi penerapannya di lapangan.

PT. SAKA BUANA YASA SELARAS VIII - 16


Architecs  Planners  Engineers  Management  Consultants

Anda mungkin juga menyukai