Anda di halaman 1dari 42

Konseling Klinik Sanitasi Indoor & Outdoor

NO. DOKUMEN : 036/004-UKM/PKM-


DMJ/I/2017
NO. REVISI :0
SOP
TANGGAL : 07 Januari 2017
TERBIT
HALAMAN : 1-2

PUSKESMAS dr. Hj Herni Wiwik H


DARMARAJA NIP. 19710301 200212 2 002

Pengertian : Klinik Sanitasi adalah upaya memadukan pelayanan promotif, preventif, kuratif,
rehabilitative dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat
Tujuan : untuk mengetahui faktor resiko penyakit serta analisis perilaku dan lingkungan
terhadap penyakit yang berbasis lingkungan
Kebijakan : SK kepala Puskesmas No 440/0034.PKM-DMJ/I/2017 tentang Kebijakan yang
Menjelaskan bahwa pimpinan Puskesmas, penanggung jawab dan pelaksana wajib
memfasilitasi kegiatan pembangunan berwawasan kseehatan dan kegiatan
puskesmas.
Referansi : Buku Pedoman Klinik Sanitasi

Prosedur/Langkah Klinik Sanitasi Indoor


: Langkah awal
1. Persiapkan Kohort Konseling Klinik Sanitasi, Lembar Balik, Juklak, Juknis
materi lingkungan sehat
2. Petugas poliklinik memberi kartu rujukan terhadap pasien yang menderita
penyakit berbasis lingkungan untuk ke Klinik Sanitasi
3. Petugas sanitarian menerima kartu rujukan dari petugas poli klinik dan
memperlajari kartu status/rujukan tentang diagnosis penyakit pasien
4. Menyalin dan mencatat nama penderita atau keluarganya, karakteristik
penderita yang meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan dan alamat serta
diagnosis penyakitnya ke dalam buku register
5. Melakukan wawancara atau konseling dengan penderita/keluarga penderita
tentang kejadian penyakit, keadaan lingkungan dan perilaku yang diduga
berkaitan dengan kejadian penyakit (format terlampir)
6. Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau perilaku yang
berkaitan dengan kejadian penyakit yang diderita
7. Memberikan saran tindak lanjut sesuai permasalahan bila diperlukan,
membuat kesepakatan dengan penderita atau keluarganya tentang jadwal
kunjungan lapangan
Langkah akhir
1. Petugas mengisi buku laporan kegiatan, buku register kesling
Bagan Alir -
Hal-hal yang -
perlu diperhatikan
Unit Terkait BP Umum dan KIA
Dokumen Terkait -
Rekaman Historis NO Isi Perubahan Tanggal di berlakukan
Perubahan
Pembinaan Lingkungan Sehat

NO. DOKUMEN : 037/004-UKM/PKM-


DMJ/I/2017
NO. REVISI :0
SOP
TANGGAL : 07 Januari 2017
TERBIT
HALAMAN : 1-2

PUSKESMAS dr. Hj Herni Wiwik H


DARMARAJA NIP. 19710301 200212 2 002

Pengertian : Adalah upaya pembinaan (pengawasan maupun penyehatan) terhadap lingkungan


baik lingkungan permukiman, tempat-tempat umum dan juga tempat pengelolaan
makanan dalam upaya mengendaikan faktor risiko terjadinya penyakit menular
maupun tidak menular akibat kualitas lingkunganyang tidak memenuhi syarat
kesehatan.
Dilakukan juga sebagai kegiatan luar gedung klinik sanitasi

Ruang lingkup kegiatan luar gedung klonik sanitasi (Pembinaan Lingkungan


Sehat):
 Penyediaan/penyehatan air bersih dan sanitasi dalam rangka pencegahan/
penanggulangan PML diare /cacingan /kulit/kusta/frambusia
 Penyehatan perumahan dalam rangka pencegahan penyakit ISPA/TB paru
 Penyehatan lingkungan permukiman dalam rangka pencegahan PMTL
(DBD /Malaria/Filariasis)
 Penyehatan lingkungan tempat kerja dalam rangka pencegahan dan
penanggulangan keracunan pestisida
 Pembinaan dan pengawasan kulaitas kesling TTU dan TPM dalam upaya
mengendalikan faktor resiko lingkungan terhadap penyakit menular
berbasis lingkungan di TTU dan TPM

Tujuan : Terwujudnya lingkungan (Pemukiman TTU dan TPM ) sehat melalui upaya
penyehatan kualitas kesehatan lingkungan dimasyarakat dalam mewujudkan
Sumedang Sehat 2013 Berbasis Budaya Sunda

Kebijakan : SK kepala Puskesmas No 440/0034.PKM-DMJ/I/2017 tentang Kebijakan yang


Menjelaskan bahwa pimpinan Puskesmas, penanggung jawab dan pelaksana wajib
memfasilitasi kegiatan pembangunan berwawasan kseehatan dan kegiatan
puskesmas.
Referansi : Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan

Prosedur/Langkah 1. Kunjungan lapangan Klinik Sanitasi


: a. Mempelajari hasil wawancara atau konseling di dalam gedung
(Puskesmas)
b. Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan
lapangan yang diperlukan (Formulir kunjungan lapangan, media
penyuluhan dan alat sesuai jenis penyakitnya)
c. Memberitahukan/ menginformasikankedatangan kepada perangkat
desa/ kelurahan dan petugas kesehatan/ bidan desa
d. Melakukan pemeriksaan dan pengamatan lingkungan dan perilaku
dengan mengacu pada penyakit /masalah yang ada
e. Membantu menyimpulkan hasil kunjungan lapangan
f. Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran
g. Jika permasalahan menyangkut sekelompok keluarga atau kampung
informasikan hasilnya kepasa lintas program/lintas sektor terkait untuk
dapat ditindaklanjuti secara bersama
2. Pengembangan Klinik Sanitasi
a. Advokasi, koordinasi dan sosialisasi (melalui minggon, rakor,
lokbul,dll baik Lintas Sektor kecamatan maupun Lintas Program di
Puskesmas)
b. Capacity building
 Penguatan kapasitas LS/LP tk Kecamatan
 Pelatihan kader-kader lingkungan sehat
c. Implementasi
 Identifikasi masalah lingkungan
JAGA, saran CTPS, Pengelolaan air minum dan air bersih,
pengelolaan sampah dan limbah cai, rumah sehat, TTU, TPM
juga potensi wilayah
 Pemetaan wilayah
- Akses terhadap sarana sanitasi dasar (Jamban, SAB, Tempat
sampah,SPAL, TTU, TPM )
- Akses terhadap potensi wilayah

 Pemicuan demi terwujudnya kondisi:


- Stop BAB sembarangan
- Cuci tangan pakai sabun
- Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga
- Pengelolaan sampah
- Pengelolaan limbah Cair Rumah Tangga
 Pleno
 Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat
d. Monev dan pendampingan
 Audit Sanitasi/ Inspeksi Sanitasi
 Workshop
 Surveilans kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan
sampel lingkungan)
 Gebyar
 Dan lain-lain sesuai spesifik wilayah

Bagan Alir -
Hal-hal yang -
perlu diperhatikan
Unit Terkait -
Dokumen Terkait -
Rekaman Historis NO Isi Perubahan Tanggal di berlakukan
Perubahan
Pembinaan Dan Pengawasan Sanitasi
Makanan Jajanan

NO. DOKUMEN : 039/004-UKM/PKM-


DMJ/I/2017
NO. REVISI :0
SOP
TANGGAL : 07 Januari 2017
TERBIT
HALAMAN : 1-2

PUSKESMAS dr. Hj Herni Wiwik H


DARMARAJA NIP. 19710301 200212 2 002

Pengertian : Melakukan pengawasan sanitasi makanan jajanan di wilayah kerja puskesmas.


Tujuan : Memperoleh data makanan jajanan yang ada baik perorangan maupun sentra
makanan jajanan baik di dalam gedung maupun di luar gedung.
Kebijakan : SK kepala Puskesmas No 440/0034.PKM-DMJ/I/2017 tentang Kebijakan yang
Menjelaskan bahwa pimpinan Puskesmas, penanggung jawab dan pelaksana wajib
memfasilitasi kegiatan pembangunan berwawasan kseehatan dan kegiatan
puskesmas.
Referansi : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 942 Tahun 2003 tentang persyaratan
hygiene sanitasi makanan jajanan.
Prosedur/Langkah 1. Membuat jadwal kegiatan pada setiap awal tahun
: 2. Menginformasikan rencana kegiatan pada pertemuan lintas sektor untuk
meminta dukungan dari instansi terkait
3. Membuat surat permohonan dukungan dari instansi terkait
4. Membuat surat edaran kepada semua pedagang makanan tembusan kepada
Camat, Lurah, dan pemilik gedung ( untuk makjan yang berda di dalam gedung
)
5. Menyiapkan formulir – yang dibutuhkan
6. Membuat surat tugas
7. Melakukan pendataan
8. Membuat laporan pendataan
9. Laporan pendataan meliputi :
- Jumlah pedagang makanan jajanan di luar gedung maupun di dalam
gedung
- Pemetaan penyebaran pedagang makanan jajanan dan penyebaran sentra
makanan jajanan
Bagan Alir -
Hal-hal yang -
perlu diperhatikan
Unit Terkait -
Dokumen Terkait Formulir Pendataan, Buku Register Kesling
Rekaman Historis NO Isi Perubahan Tanggal di berlakukan
Perubahan
Pelaksanaan Inspeksi Sanitasi Air

NO. DOKUMEN : 038/004-UKM/PKM-


DMJ/I/2017
NO. REVISI :0
SOP
TANGGAL : 07 Januari 2017
TERBIT
HALAMAN : 1-2

PUSKESMAS dr. Hj Herni Wiwik H


DARMARAJA NIP. 19710301 200212 2 002

Pengertian : Inpeksi sanitasi (IS) adalah suatu kegiatan untuk menilai keadaan suatu sarana
penyediaan air bersih guna mengetahui berapa besar kemungkinan sarana tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan serta pengaruhnya terhadap kesehatan masyarakat.
Tujuan : Tujuan umum : pemutusan mata rantai penularan penyakit melalui intervensi
penyehatan air

Tujuan khusus :
1. Diperolehnya memutuskan mata rantai penularan penyakit diare melalui
penyehatan air
2. Diperolehnya peran serta masyarakat dalam rangka penggulangan Kejadian
Luar Biasa (KLB)
3. Diperolehnya kualitas air
4. Diperolehnya perbaikan kualitas air, sanitasi dan lingkungannya setelah
Kejadian Luar Biasa (KLB)
Kebijakan : SK kepala Puskesmas No 440/0034.PKM-DMJ/I/2017 tentang Kebijakan yang
Menjelaskan bahwa pimpinan Puskesmas, penanggung jawab dan pelaksana wajib
memfasilitasi kegiatan pembangunan berwawasan kseehatan dan kegiatan
puskesmas.
Referansi : Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 736 Tahun 2010 Tentang tatalaksana
pengawasan kualitas air minum
Prosedur/Langkah Pra kejadian luar biasa
: 1. Pengumpulan data dasar sarana air bersih dan sanitasi
a. Inventarisasi semua saranan penyediaan air bersih dan jamban
diwilayah kerja, sarana tersebut diberi kode dan nomor urut menurut
jenis dan wilayah
b. Membuat peta : memberi tanda pada peta, sarana apa yang ada, berapa
jumlahnya, keadaan sarana, lingkungan dan kualitas air
c. Perilaku penduduk dalam pengolahan air bersih dan pembuangan
kotoran
2. Perencanaan penyehatan air
Hasil pengumpulan data dibuat perencanaan penyehatan air dan
mengajukan rencana kepada instansi yang bersangkutan
3. Pengawasan Kualitas Air (PKA)
Melaksanakan inspeksi sanitasi dan pengambilan dan pemeriksaan sampel
air dilaboratorium dari sarana tersebut

Kegiatan Pokok PKA :


a. Inspeksi sanitasi
b. Pengambilan dan pengiriman sampel air
c. Pemeriksaan sampel
4. Tindak lanjut
a. Perbaikan kualitas air
1. Aerasi, penyaringan, sedimentasi, koagulasi, dan desinfeksi
2. Perbaikan sarana air bersih dilingkungan
b. Pembinaan pemakai air
1. Penyuluhan penyehatan air
2. Peningkatan kegiatan pokmair
5. Pencatatan dan pelaporan
Bagan Alir -
Hal-hal yang -
perlu diperhatikan
Unit Terkait -
Dokumen Terkait Pedoman Inspeksi Sanitasi air minum
Rekaman Historis NO Isi Perubahan Tanggal di berlakukan
Perubahan
Pengambilan Sampel Air

NO. DOKUMEN : 040/004-UKM/PKM-


DMJ/I/2017
NO. REVISI :0
SOP
TANGGAL : 07 Januari 2017
TERBIT
HALAMAN : 1-2

PUSKESMAS dr. Hj Herni Wiwik H


DARMARAJA NIP. 19710301 200212 2 002

Pengertian : Pemeriksaan contoh air, baik air bersih, air minum maupun air limbah secara kimia
atau bekteriologi. Air tersebut bisa bersumber dari air sumur (SGL), air sumur
pompa tangan (SPT), perlindungan mata air (PMA), perpipaan (PP) dan lainnya.
Pemeriksaan secara bakteriologi ( E coli pada air ).
Pemeriksaan secara kimia tergantung parameter yang akan dibutuhkan untuk
diperiksa
Tujuan : Agar kualitas air yang dipakai dapat diketahui kualitasnya sehingga dapat
memenuhi syarat kesehatan , baik itu yang layak dikonsumsi, atau digunakan,
sesuai NAB (Nilai Ambang Batas), baik secara kimia maupun bakteriologi
Kebijakan : SK kepala Puskesmas No 440/0034.PKM-DMJ/I/2017 tentang Kebijakan yang
Menjelaskan bahwa pimpinan Puskesmas, penanggung jawab dan pelaksana wajib
memfasilitasi kegiatan pembangunan berwawasan kesehatan dan kegiatan
puskesmas.
Referansi : Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492 Tahun 492 Tahun 2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum
Prosedur/Langkah Cara kerja pengambilan sampel air
: Secara kimia :
1. Sterilkan tangan dengan kapas yang telah diberi alcohol
2. Buka tutup jerigen kemudan buka kran, masukan air kedalam jerigen, bilas
jerigen 3 kali sebelum akan dimasukan sampel air
3. Masukan sampel air secara perlahan, air mengalir ke dinding jerigen,
hindari gelembung udara atau aerasi pada jerigen
4. Isi sampai penuh, jangan ada aerasi/gelembung udara bila ditutup
5. Tutup jerigen
6. Beri label

Pengambilan Sampel Air Bakteriologi :


1. Sterilkan tangan dengan kapas dan alkohol
2. Api Bunsenkan kran 3 kali
3. Buka bungkus botol sampel
4. Buka tutupnya dan api bunsenkan 3 kali di bagian atas botol
5. Buka kran, masukan sampel air ke botol bilas 3 kali
6. Isi botol sampai penuh kemudian 1/4 bagian dibuang
7. Sisakan ¾ bagian didalam botol
8. Pengambilan sampel harus aerasi
9. Api bunsenkan bagian atas botol 3 kali
10. Lalu tutup rapat
11. Beri label

Tulisan Label :
1. Kode sampel : menggunakan angka atau huruf
2. Tanggal pengambilan sampel : kapan sampel air diambil
3. Jam pengambilan sampel :waktu sampel air diambil
4. Keadaan cuaca : keadaan waktu sampel air diambil, apakah cuaca cerah,
mendung, berawan atau hujan.
5. Nama pemilik sampel : nama yang diambil sampel airnya
6. Alamat : isi dengan jelas dan lengkap
7. Tujuan pemeriksaan : untuk pemeriksaan secara kimia
Sumber air : tulis darimana sumber air berasal. Misal : SGL, SPT,PMA, dll

Bagan Alir -
Hal-hal yang -
perlu diperhatikan
Unit Terkait -
Dokumen Terkait -
Rekaman Historis NO Isi Perubahan Tanggal di berlakukan
Perubahan
Pemantauan Lingkungan Fisik
Puskesmas
No. : 110/004-UKP/PKM-
Dokumen DMJ/II/2017
SOP No. Revisi : 0
Tgl Terbit : 06 Februari 2017
Halaman :1/2
PUSKESMAS dr. Hj Herni Wiwik H
DARMARAJA NIP. 197103012002122002
1. Pengertian Kegiatan yang dilakukan untuk memastikan lingkungan fisik puskesmas
dalam kondisi bersih pada ruangan/gedung dan halaman dalam keadaan
siap untuk digunakan, higienis dan nyaman.

2. Tujuan Sebagai acuan untuk memastikan pemantauan lingkungan secara fisik


yaitu mengenai kebersihan lingkungan Puskesmas Darmaraja selalu
terjaga sehingga proses pelayanan berlangsung dengan nyaman dan
higienis.

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Rawat Inap Darmaraja Nomor
440/0005/PKM-DMJ/I/2016 tentang Pemantauan Keamanan
Lingkungan Fisik Puskesmas.

4. Referensi Permenkes nomor 46 tahun 2013 tentang Akreditasi Puskesmas.

5. Langkah- 1. Mengidentifikasi lingkungan kerja


langkah A. Sanitarian
1. Mengidentifikasi semua ruangan, gudang dan halaman untuk
membuat jadwal pemeliharaan lingkungan kerja.
2. Membuat jadwal pemantauan sesuai identifikasi lingkungan
kerja yaitu jadwal pemeliharaan ruangan, gedung dan
halaman.
3. Mengkoordinasi dengan bagian ruangan.
4. Menginformasikan jadwal ke petugas yang terkait.
2. Melaksanakan pemeliharaan sesuai jadwal
A. Petugas kebersihan atau pelaksana kebersihan
1. Menerima informasi jadwal pemantauan lingkungan
fisik/kebersihan ruangan/halaman setiap bulan dari
sanitarian.
2. Melaksanakan kebersihan sesuai jadwal
 Jika pelaksanaan sesuai jadwal maka meminta sanitarian
untuk melakukan verifikasi.
 Jika pelaksanaan tidak sesuai jadwal maka meminta
informasi ke koordinator ruangan kapan bisa dilakukan
kebersihan ruangan.
B. Sanitarian dan koordinator unit
1. Menerima informasi telah dilaksanakan pemeliharaan
lingkungan.
2. Memonitor atau melakukan pengawasan pelaksanaan
pemantauan lingkungan fisik tempat kerja.
 Jika pemantauan lingkungan fisik telah sesuai,
menandatangani cheklist pemantauan lingkungan kerja.
 Jika pemantauan lingkungan fisik tidak sesuai maka
meminta untuk dilaksanakan ulang.

6. Bagan Alir
Identifikasi Informasi jadwal ke
Membuat jadwal
lingkungan kerja tiap ruangan

Tidak sesuai
Pelaksanaan Petugas
Sanitarian
kebersihan kebersihan
memantau melaksanakan
diulang sesuai
lingk fisik kebersihan sesuai
jadwal
jadwal

sesuai

Tandatangan
cheklist
pemantauan
lingkungan

7. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
8. Unit terkait  Semua ruangan

 Petugas Sanitasi

9. Dokumen  Form pemantauan lingkungan fisik


terkait
10. Rekam Historis
Perubahan No Yang Diubah Isi Perubahan Tgl Mulai
Diberlakukan
Inventarisasi Pengelolaan Penyimpanan
Dan Penggunaan Bahan Berbahaya
No. : 114/004-UKP/PKM-
Dokumen DMJ/II/2017
SOP No. Revisi : 00
Tgl Terbit : 06 Februari 2017
Halaman :½
PUSKESMAS
dr. Hj Herni Wiwik H
DARMARAJA
NIP. 19710301 200212 2 002
1. Pengertian Suatu rangkaian kegiatan yang mencakup pencatatan atau pendaftaran,
penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan/penggunaan, pengolahan bahan yang
karena sifat kimia maupun kondisi fisiknya berpotensi menyebabkan gangguan
pada kesehatan manusia, kerusakan properti dan atau lingkungannya.
2. Tujuan Sebagai acuan untuk menerangkan mekanisme inventarisasi, pengelolaan,
penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Rawat Inap Darmaraja Nomor
440/0092/PKM-DMJ/I/2017 tentang Inventarisasi, Pengelolaan, Penyimpanan
dan Penggunaan Bahan Berbahaya.
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas
5. Langkah- 1. Sanitarian
langkah a. Mengidentifikasi semua bahan berbahaya untuk penanganan dan
penyimpanan sesuai ketentuan.
b. Menerima informasi telah dilaksanakan pengelolaan bahan
berbahaya
c. Memonitor atau melakukan pengawasan pelaksanaan pengelolaan
bahan berbahaya
d. Melakukan verifikasi di cheking monitoring
2. Pengelola Barang
a. Menginventarisir semua bahan berbahaya sesuai ketentuan yang
berlaku
3. Petugas Laboratorium
a. Membuat jadwal monitoring penggunaan bahan berbahaya
b. Mengkoordinasikan dengan petugas terkait
c. Menginformasikan hasil monitoring kepetugas terkait
6. Bagan Alir 1. Sanitarian

Pengidentifikasian
Menerima informasi
bahan berbahaya

Monitor pelaksanaan
pengelolaan bahan
berbahaya

2. Petugas lab

Koordinasi dengan petugas


terkait

7. Hal-hal yang Dilaksanakan sesuai SOP


perlu
diperhatikan
8. Ruang terkait 1. Sanitarian
2. Pengelola Barang
3. Petugas Laboratorium
9. Dokumen Catatan tindakan
terkait
10. Rekaman
Historis
Perubahaan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl. Mulai
diberlakukan
Pemantauan Pelaksanaan Kebijakan
Dan Prosedur Penanganan Limbah
Berbahaya
No. : 116/004-UKP/PKM-
Dokumen DMJ/II/2017
SOP No. Revisi :0
Tgl Terbit : 06 Februari 2017
Halaman : 1/2
PUSKESMAS dr. Hj Herni Wiwik H
DARMARAJA NIP. 19710301 200212 2 002
11.Pengertian Setiap kegiatan yang berkaitan dengan penanganan bahan dan limbah
berbahaya dalam lingkup UPT Puskesmas Rawat Inap Darmaraja

12.Tujuan Sebagai acuan untuk memastikan pelaksanaan penanganan bahan dan


limbah berbahaya tidak menimbulkan pencemaran dan membahayakan
lingkungan sekitar sehingga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan
dapat ditelusuri penyebabnya

13.Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Rawat Inap Darmaraja Nomor
440/0093/PKM-DMJ/I/2017 tentang Pengendalian dan Pembuangan
Limbah Berbahaya.

14.Referensi Peraturan Pemerintah RI No. 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan


Limbah Berbahaya dan Beracun

15.Langkah- A. Pengumpulan Limbah Berbahaya


langkah PetugasLaboratorium
a. Mengumpulkan limbah berbahaya yang secara periodik
dihasilkan oleh unit tersebut.
b. Melaporkan kepada sanitarian mengenai hasil identifikasi
tersebut.
c. Mengangkut limbah berbahaya dari unitnya ke tempat sampah
khusus pembuangan sementara limbah berbahaya.
d. Petugas laboratorium dan sanitarian memverifikasi limbah
berbahaya yang sudah ditampung dan memberikan simbol/label
dengan checklist inventaris limbah berbahaya).
e. Masa simpan sementara adalah maksimal 90 hari sesuai
persyaratan atau bila limbah berbahaya sudah mencapai 50
kg/hari.
B. Pengelolaan Limbah Berbahaya Oleh pihak Ketiga
a. Pihak ketiga sebagai pengumpul/pengelola limbah berbahaya
harus memiliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup republik
Indonesia.
b. Pihak transportir harus mempunyai izin dari Dirjen Perhubungan
Darat Kementerian Perhubungan Darat RI dan mendapat
rekomendasi dari Kementerian Lingkungan Hidup RI. Izin sesuai
dengan jalur transportasi yang dilalui limbah berbahaya.
c. Adanya surat bentuk kerjasama antara puskesmas dengan pihak
ketiga perihal pembuangan limbah berbahaya.
d. Berita acara serah terima limbah berbahaya harus selalu
dilampirkan setiap pihak ketiga mengambil limbah berbahaya dari
tempat penyimpanan sementara di puskesmas.

16.Bagan Alir
sanitarian dan petugas Mengangkut limbah ke
Pengumpulan limbah tempat pembuangan
terkait mengidentifikasi
berbahaya di unit
limbah berbahaya yang sementara khusus limbah
terkait
dihasilkan berbahaya

Petugas memverifikasi
Pengelolaan oleh pihak
limbah yang sudah
ketiga yang telah bekerja
ditampung dan memberi
sama
label

Berita acara pengambilan


limbah berbahaya dari
tempat penyimpanan
sementara Puskesmas

17.Hal – hal yang Pelaksanaan sesuai SOP


perlu
diperhatikan

18. Ruang terkait 1. Petugas sanitarian


2. R. laboratorium
Tgl Mulai
No3. R. pelayanan
Yang Diubah
puskesmas Isi Perubahan Diberlakukan
4. Pihak ketiga pengumpul limbah berbahaya
19. Dokumen Form monitoring
terkait

20. Rekaman
Historis
Perubahan
Pengendalian Dan Pembuangan
Limbah Berbahaya
No. : 115/004-UKP/PKM-
Dokumen DMJ/II/2017
No. Revisi :0
SOP
Tgl Terbit : 06 Februari 2017
Halaman : 1/3
PUSKESMAS dr. Hj Herni Wiwik H
DARMARAJA NIP. 19710301 200212 2 002
1. Pengertian Limbah bahan beracun dan berbahaya adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracunyang karena sifat
dan ataukonsentrasinya dan atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau
membahayakan lingkungan hidup,kesehatan,kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya.
2. Tujuan 1. Untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah bahan beracun
berbahaya
2. Agar dapat dilakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah
tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Rawat Inap Darmaraja Nomor
440/0093/PKM-DMJ/I/2017 tentang Pengendalian dan Pembuangan Limbah
Berbahaya
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas.

5. Langkah- 4. Pemilihan Limbah


langkah Dilakukan pemilihan jenis limbah medis mulai dari sumber yang
terdiri dari limbah infeksius,.limbah benda tajam,.limbah farmasi.
Kategori limbah beracun dan berbahaya berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
- Menyebabkan infeksi
- Bersifat korosif
5. Pengumpulan Limbah Medis
- Pengumpulan limbah medis dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan tempat yang tertutup rapat.
- Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada
musim hujan palinglama 48jam dan musim kemarau paling lama
48 jam.

6. Persyaratan Pewadahan Limbah Medis


- Terbuat dari bahan yang kuat,cukup ringan,tahan karat,kedap air
dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian
dalamnya,misalnya fiberglass.
- Disetiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat
pewadahan yang terpisah dengan limbah non medis.
- Kantong plastik diangkat tiap hari atau kurang sehari apabila 2/3
bagian telah terisi limbah.
- Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat
khusus (safety box) seperti botol atau karton yang aman
- Tempat pewadahan limbah medis infeksius yang tidak langsung
kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan
desinfektan apabila akan dipergunakan kembali,sedangkan untuk
kantong plastikyang telah dipakai dan kontak langsung dengan
limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi
- Tempat limbah memiliki minimal 2 macam tempat, limbah
medis (warna kuning ) dan satunya lagi untuk non medis (warna
hitam)
- Semua limbah dari ruang gigi,kia,UGD dianggap sebagai limbah
medis
- Semua limbah dari kantor biasanya berupa alat-alat tulis
dianggap sebagai limbah non medis
- Tempat pewadahan non medis sebagai berikut:
a. Terbuat dari bahan yang kuat,cukup ringan,tahan karat,kedap
air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian
dalamnya misalnya fiberglass
b. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa
mengotori tangan
c. Terdapat minimal 1 buah untuk setiap ruangan atau sesuai
dengan kebutuhan
- Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi
3x24jam atau apabila bagian kantong sudah terisi limbah maka
harus diangkut supaya tidak menjadi perindukanvector penyakit
atau binatang pengganggu
7. Tempat Penampungan Sementara
- Jika terdapat insenerator maka limbah harus dibakar selambat
lambatnya 24jam
- jika tidak mempunyai insenerator,limbah medis harus melalui
kerjasama dengan puskesmas atau pihak lain yang memiliki
insenerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya
24jam apabila disimpen pada suhu ruang
8. Transportasi
- Pengangkutan limbah keluar Puskesmas menggunakan
kendaraan khusus
- Kantong limbah medis sebelum dimasukkan ke kendaraan
pengangkut harus diletakan dalam countainer yang kuat dan
tertutup.
- Kantong limbah medis harus aman dari jangkauan manusia
maupun binatang
- Petugas yang menangani limbah harus menggunakan alat
perlindungan diri yang terdiri dari topi/helm,masker,pelindung
mata ,pakaian panjang .
9. Pengolahan
6.1 Lokasi pengolahan
Pengolahan limbah bahan beracun dan berbahaya dapat
dilakukan didalam lokasi penghasil limbah atau diluar
penghasil limbah.Syarat lokasi pengolahan pengolahan didalam
area penghasil harus:
- Daerah bebas banjir
- Jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter
- Jarak dengan wilayah terlindungi seperti cagar alam hutan
lindumg min 300meter
- Jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas
umum minimum 300 meter
6.2 Fasilitas Pengolahan
Sistem keamanan harus menerapkan system operasi meliputi:
- System keamanan fasilitas
- System pencegahan terhadap kebakaran
- System penanggulangan kadaan gawat darurat
- System pengujian peralatan
- Pelatiham karyawan
6.3 Pengolahan limbah
Proses inserenasi dengan cara melakukan pembakaran materi
limbah menggunakan alat khusus insenerator dengan efisiensi
pembakaran harus mencapai 99,99% atau lebih artinya jika suatu
materi limbah,bahan beracun dan berbahaya ingin dibakar
dengan berat 100kg maka abu sisa pembakaran tidak boleh
melebihi 0,01kg atau 10gr.
6. Bagan Alir
Pemilihan Pengumpulan Persyaratan
limbah limbah medis pewadahan
limbah medis

Tempat
Pengolahan
penampungan
limbah medis
sementara limbah

7. Hal-hal yang Dilaksanakan sesuai SOP


perlu
diperhatikan
8. Unit terkait 4. R. Laboratorium
5. R. Gawat Darurat
6. R. KIA-KB dan Imunisasi
7. R. Kesehatan Gigi dan Mulut
8. R. Rawat Inap
9. R. PONED
9. Dokumen Catatan tindakan
terkait
10. Rekaman
Historis No Yang diubah Isi Perubahan Tgl. Mulai
Perubahaan diberlakukan
Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan (TPM)

NO. DOKUMEN : /004-UKM/PKM-


DMJ/I/2017
NO. REVISI :0
SOP
TANGGAL : 07 Januari 2017
TERBIT
HALAMAN : 1-1

PUSKESMAS dr. Hj Herni Wiwik H


DARMARAJA NIP. 19710301 200212 2 002

Pengertian : Pengawasan tempat pengolahan makanan adalah penilaian terhadap tempat-tempat


yang memproduksi makanan. Higiene sanitasin makanan adalah upaya untuk
mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang
mungkin bisa menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
Tujuan : Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pelaksanaan pengawasan dan
pembinaan terhadap pemilik usaha tempat pengelolaan makanan.
Kebijakan : SK kepala Puskesmas No 440/0034.PKM-DMJ/I/2017 tentang Kebijakan yang
Menjelaskan bahwa pimpinan Puskesmas, penanggung jawab dan pelaksana wajib
memfasilitasi kegiatan pembangunan berwawasan kesehatan dan kegiatan
puskesmas.
Referansi : Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 715 Tahun 2013 tentang
persyaratan sanitasi jasaboga
Prosedur/Langkah 1. Sanitarian menyiapkan alat dan bahan untuk pengawasan tempat
: pengolahan makanan
2. Kasubag Tata usaha membuatkan surat tugas kegiatan pengawasan tempat
pengelolaan makanan
3. Sanitarian meminta izin kepada pemilik usaha pengelolaan makanan
dengan menunjukkan surat tugas
4. Sanitarian mengisi formulir pemeriksaan tempat pengelolaan makanan
5. Sanitarian mengisi kesimpulan dan saran pada buku TPM

Bagan Alir -
Hal-hal yang -
perlu diperhatikan
Unit Terkait -
Dokumen Terkait -
Rekaman Historis NO Isi Perubahan Tanggal di berlakukan
Perubahan
Pemeriksaan Tempat-Tempat Umum (TTU)

NO. DOKUMEN : /004-UKM/PKM-


DMJ/I/2017
NO. REVISI :0
SOP
TANGGAL : 07 Januari 2017
TERBIT
HALAMAN : 1-1

PUSKESMAS dr. Hj Herni Wiwik H


DARMARAJA NIP. 19710301 200212 2 002

Pengertian : Pengawasan sanitasi Tempat-Tempat Umum adalah kegiatan pengawasan terhadap


tempat-tempat umum agar tercipta kondisi tempat umum yang memenuhi syarat
kesehatan, bebas dari faktor resiko penyakit dan kecelakaan terhadap masyarakat
di dalam tempat-tempat umum maupun terhadap masyarakat di sekitar/diluar
tempat-tempat umum tersebut.
Tujuan : Sebagai acuan bagi petugas dalam melakukan pengawwwasan dan pembinaan
terhadap masyarakat dan pengelola tempat-tempat umum, sehingga terciptanya
kondisi tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan lingkungan.
Kebijakan : SK kepala Puskesmas No 440/0034.PKM-DMJ/I/2017 tentang Kebijakan yang
Menjelaskan bahwa pimpinan Puskesmas, penanggung jawab dan pelaksana wajib
memfasilitasi kegiatan pembangunan berwawasan kesehatan dan kegiatan
puskesmas.
Referansi : Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 288 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penyehatan sarana dan bangunan umum
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405 Tahun 2002
tentang Persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri.
Prosedur/Langkah 1. Sanitarian menyiapkan alat dan bahan pemeriksaan
: 2. Kasubag Tata usaha membuatkan surat tugas kegiatan pengawasan sanitasi
tempat tempat umum
3. Sanitarian membawa surat tugas kegiatan
4. Sanitarian dan lintas program mendatangi tempat-tempat umum
5. Sanitarian meminta izin kepada pengelola TTU
6. Sanitarian melakukan pengawasan sanitasi sesuai check list formulir
pemeriksaan
7. Sanitarian mengisi kesimpulan dan saran pada buku TTU

Bagan Alir -
Hal-hal yang -
perlu diperhatikan
Unit Terkait Petugas Promosi Kesehatan
Dokumen Terkait -
Rekaman Historis NO Isi Perubahan Tanggal di berlakukan
Perubahan
Pemeriksaan Rumah dan Sanitasi

NO. DOKUMEN : /004-UKM/PKM-


DMJ/I/2017
NO. REVISI :0
SOP
TANGGAL : 07 Januari 2017
TERBIT
HALAMAN : 1-1

PUSKESMAS dr. Hj Herni Wiwik H


DARMARAJA NIP. 19710301 200212 2 002

Pengertian : Pemeriksaan rumah dan sanitasi adalah rangkaian kegiatan dalam melakukan
penilaian lingkungan terhadap rumah dan sarana sanitasi yang dimiliki tiap
keluarga, guna mendapatkan kesimpulan memenuhi syarat atau tidak memenuhi
persyaratan kesehatan.
Tujuan : Sebagai acuan bagi petugas dalam memantau dan membina keadaan rumah dan
sanitasi secara berkala dalam usaha meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan
di masyarakat.
Kebijakan : SK kepala Puskesmas No 440/0034.PKM-DMJ/I/2017 tentang Kebijakan yang
Menjelaskan bahwa pimpinan Puskesmas, penanggung jawab dan pelaksana wajib
memfasilitasi kegiatan pembangunan berwawasan kesehatan dan kegiatan
puskesmas.
Referansi : Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 829 Tahun 1999 tentang
persyaratan kesehatan perumahan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang
kesehatan lingkungan.
Prosedur/Langkah 1. Sanitarian membina kader tentang cara pengisian formulir rumah sehat
: 2. Sanitarian melakukan koordinasi dengan kader tentang rencana kegiatan
pemeriksaan rumah dan sanitasi di wilayahnya
3. Kader kesehatan lingkungan mendapatkan surat tugas dari Desa untuk
melaksanakan pemeriksaan rumah dan sanitasi
4. Kader kesehatan lingkungan mengisi formulir rumah sehat berdasarkan
hasil wawancara dan observasi
5. Kader mengumpulkan formulir rumah sehat kepada sanitarian
6. Sanitarian membuat kesimpulan data hasil rekapan formulir rumah sehat.
Bagan Alir -
Hal-hal yang -
perlu diperhatikan
Unit Terkait -
Dokumen Terkait -
Rekaman Historis NO Isi Perubahan Tanggal di berlakukan
Perubahan
Pengendalian Dan Pembuangan
Limbah Medis Dalam Pandemi
Covid19
No.
:
Dokumen
No. Revisi :0
SOP
Tgl Terbit :
Halaman : 1/3

UPTD
PUSKESMAS
RAWAT INAP
DARMARAJA dr. Hj Herni Wiwik H
NIP. 19710301 200212 2 002
3. Pengertian Limbah bahan beracun dan berbahaya adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracunyang karena sifat
dan ataukonsentrasinya dan atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau
membahayakan lingkungan hidup,kesehatan,kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya.
4. Tujuan 11. Untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah bahan beracun
berbahaya dalam kasus Covid 19
12. Agar dapat dilakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah
tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.
13. Kebijakan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/104/2020 Tentang Penetapan Infeksi Novel Corona Virus
sebagai penyakit yang dapat menimbulkan wabah dan Upaya
Penanggulangannya.
14. Referensi Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Corona Virus Disease (Covid 19)

15. Langkah- 10. Pemilihan Limbah


langkah Dilakukan pemilihan jenis limbah medis mulai dari sumber yang
terdiri dari limbah infeksius,.limbah benda tajam,.limbah farmasi.
Kategori limbah beracun dan berbahaya berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
- Menyebabkan infeksi
- Bersifat korosif
11. Pengumpulan Limbah Medis
- Pengumpulan limbah medis dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan tempat yang tertutup rapat.
- Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada
musim hujan palinglama 48jam dan musim kemarau paling lama
48 jam.

12. Persyaratan Pewadahan Limbah Medis


- Terbuat dari bahan yang kuat,cukup ringan,tahan karat,kedap air
dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian
dalamnya,misalnya fiberglass.
- Disetiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat
pewadahan yang terpisah dengan limbah non medis.
- Kantong plastik diangkat tiap hari atau kurang sehari apabila 2/3
bagian telah terisi limbah.
- Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat
khusus (safety box) seperti botol atau karton yang aman
- Tempat pewadahan limbah medis infeksius yang tidak langsung
kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan
desinfektan apabila akan dipergunakan kembali,sedangkan untuk
kantong plastikyang telah dipakai dan kontak langsung dengan
limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi
- Tempat limbah memiliki minimal 2 macam tempat, limbah
medis (warna kuning ) dan satunya lagi untuk non medis (warna
hitam)
- Semua limbah dari ruang gigi,kia,UGD dianggap sebagai limbah
medis
- Semua limbah dari kantor biasanya berupa alat-alat tulis
dianggap sebagai limbah non medis
- Tempat pewadahan non medis sebagai berikut:
d. Terbuat dari bahan yang kuat,cukup ringan,tahan karat,kedap
air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian
dalamnya misalnya fiberglass
e. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa
mengotori tangan
f. Terdapat minimal 1 buah untuk setiap ruangan atau sesuai
dengan kebutuhan
- Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi
3x24jam atau apabila bagian kantong sudah terisi limbah maka
harus diangkut supaya tidak menjadi perindukanvector penyakit
atau binatang pengganggu
13. Tempat Penampungan Sementara
- Jika terdapat insenerator maka limbah harus dibakar selambat
lambatnya 24jam
- jika tidak mempunyai insenerator,limbah medis harus melalui
kerjasama dengan puskesmas atau pihak lain yang memiliki
insenerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya
24jam apabila disimpen pada suhu ruang
14. Transportasi
- Pengangkutan limbah keluar Puskesmas menggunakan
kendaraan khusus
- Kantong limbah medis sebelum dimasukkan ke kendaraan
pengangkut harus diletakan dalam countainer yang kuat dan
tertutup.
- Kantong limbah medis harus aman dari jangkauan manusia
maupun binatang
- Petugas yang menangani limbah harus menggunakan alat
perlindungan diri yang terdiri dari topi/helm,masker,pelindung
mata ,pakaian panjang .

16. Bagan Alir


Pemilihan Pengumpulan Persyaratan
limbah limbah medis pewadahan
limbah medis

Tempat
Pengolahan
penampungan
limbah medis
sementara limbah

17. Hal-hal yang Dilaksanakan sesuai SOP


perlu
diperhatikan
18. Unit terkait 10. R. Laboratorium
11. R. Gawat Darurat
12. R. KIA-KB dan Imunisasi
13. R. Kesehatan Gigi dan Mulut
14. R. Rawat Inap
15. R. PONED
19. Dokumen Catatan tindakan
terkait
20. Rekaman
Historis No Yang diubah Isi Perubahan Tgl. Mulai
Perubahaan diberlakukan
Disinfeksi Permukaan di Tempat
Tempat Kerja
No. : ...........-UKP/PKM-
Dokumen DMJ/IV/2020
No. Revisi :0
SOP
Tgl Terbit : 01 April 2020
Halaman : 1/3

UPTD
PUSKESMAS
RAWAT INAP
dr. Hj Herni Wiwik H
DARMARAJA
NIP. 19710301 200212 2 002
1. Pengertian Disinfeksi permukaan di tempat kerja adalah proses pengurangan
kemungkinan mikroorganisme ke tingkat bahaya yang lebih rendah pada
permukaan yang terindikasi kontaminasi oleh mikroorganisme yang
pelaksanaannya di lakukan di tempat kerja.
2. Tujuan Sebagai panduan dalam melakukan disinfeksi permukaan di
tempat kerja
3. Kebijakan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/104/2020 Tentang Penetapan Infeksi Novel Corona Virus
sebagai penyakit yang dapat menimbulkan wabah dan Upaya
Penanggulangannya.
4. Referensi Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Corona Virus Disease (Covid 19)

5. Langkah- Jenis disinfeksi yang dapat digunakan adalah :


langkah - Bleaching (pemutih) dengan takaran 2 sendok makan per 1 liter air
- Karbol dengan takaran 2 sendok makan per 1 liter air
- Pembersih lantai dengan takaran 1 tutup botol per 5 liter air
Langkah-langkah melakukan disinfeksi:
1. Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sepertisarung
tangan dan masker sekali pakai, sarung tangan harus dibuang setelah
setiap melakukan disinfeksi.
2. Persiapan tisu, kain mikrofiber (MOP) dan botol sprayer
3. Persiapan cairan disinfektan yang akan digunakan sesuai dengan
takaran yang telah ditetapkan

4. Bagi penggunaan kain mikrofiber (MOP) rendam kain MOP ke


dalam air yang telah berisi cairan disinfektan. Lakukan pengelapan
pada permukaan datar dan biarkan tetap basah selama 10 menit
5. Bagi penggunaan botol sprayer,isi botol dengan cairan disinfektan
yang telah diencerkan . semprotkan cairan disinfektan .
6. Lepaskan APD dan lanjutkan dengan cuci tangan pakai sabun

6. Hal-hal yang - APD


perlu - Jenis dan takaran disinfektan

diperhatikan
7. Unit terkait -
8. Dokumen -
terkait
9. Rekaman
Historis No Yang diubah Isi Perubahan Tgl. Mulai
Perubahaan diberlakukan
PROTOKOL KESEHATAN DI
KOLAM RENANG
No. : ………-UKM/PKM-
Dokumen DMJ/VII/2020
SOP No. Revisi : 00
Tgl Terbit : 01 Juli 2020
Halaman :1-2
PUSKESMAS
dr. Hj Herni Wiwik H
DARMARAJA
NIP. 19710301 200212 2 002
11. Pengertian Kolam renang adalah suatu usaha bagi umum yang menyediakan tempat
untuk  berenang, berekreasi, berolahraga serta jasa pelayanan lainnya,
menggunakan air  bersih yang telah diolah.
12. Tujuan Sebagai panduan protocol kesehatan di kolam renang dalam penerapan
Adaptasi Kebiasaan Baru dalam mencegah penyebaran Covid19.
13. Kebijakan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 45 Tahun 2020 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Adaptasi Kebiasaan Baru Dalam Rangka Penanganan
Corona Virus
14. Referensi a. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Disease (COVID 19)
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian
Kesehatan.
b. Pedoman Tata Kelola Kepariwisataan Era Baru (New Normal) Dinas
Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten
Sumedang
15. Langkah- a. Air kolam renang menggunakan desinfektan dengan clorin 1-10
langkah ppm atau bromin 3-8 ppm sehingga pH (kadar keasaman) air
mencapai 7,2-8, dilakukan setiap hari dan hasilnya diinformasikan
di papan informasi agar dapat diketahui oleh konsumen.
b. Pengelola wajib memasang wastafel/tempat cuci tangan di lokasi
masuk dan di tempat-tempat strategis di lokasi.
c. Jam operasional maksimal 8 jam dimulai jam 09.00 WIB
d. Seluruh pengunjung dan pekerja diwajibkan menggunakan masker
e. Petugas tiket wajib memakai masker,faceshield, sarung tangan dan
menyiapkan Thermo Gun (Pengukur Suhu) serta membuat
himbauan jaga jarak antrian 1 sampai 2 meter.
f. Pengelola wajib memberlakukan pembatasan jumlah pengunjung
maksimal 50% dari daya tampung bangunan
g. Jika ditemukan pengunjung dengan suhu di atas 38°C (2 kali
pemeriksaan dengan jarak 5 menit) tidak diperkenankan masuk
dan diminta untuk melakukan pemeriksaan kesehatan ke
Puskesmas
h. Pemeriksaan suhu badan juga berlaku untuk setiap pekerja
sebelum masuk kerja
i. Semua pekerja yang masuk harus dalam keadaan sehat.
j. Pembersihan dan disinfeksi dilakukan terhadap seluruh permukaan
di sekitar kolam renang, seperti tempat duduk, lantai, dan
sebagainya, terutama pada ruang/bagian-bagian yang bayak
dipergunakan dan atau disentuh orang setiap 4 jam sekali
k. Jarak aman di antara pengunjung harus dijaga saat di ruangan
ganti.
l. Jumlah pengunjung dibatasi agar bisa saling jaga jarak.
m. Wajib menggunakan peralatan pribadi.
n. Masker digunakan sebelum dan sesudah berenang.
o. Pengelola memberikan himbauan dan informasi tentang protocol
kesehatan kepada pengunjung.
p. Pengelola juga harus membatasi jumlah pengunjung yang masuk
dalam suatu periode waktu
q. Pengunjung mengisi formulir self assessment risiko, bila hasilnya
masuk dalam kategori risiko besar tidak diperkenankan berenang.
r. Kapasitas kolam dalam suatu waktu hanya 50%
s. Kolam renang diberi jarak antar perenang dengan jarak aman.
16. Bagan Alir -

17. Hal-hal yang Dilaksanakan sesuai SOP


perlu
diperhatikan
18. Ruang terkait 16. Kecamatan dan Muspika
17. Puskesmas

19. Dokumen -
terkait
20. Rekaman
Historis
Perubahaan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl.
Mulaidiberlaku
kan
PROTOKOL KESEHATAN
DI OBJEK WISATA
No. : ………-UKM/PKM-
Dokumen DMJ/VII/2020
SOP No. Revisi : 00
Tgl Terbit : 01 Juli 2020
Halaman :1-2
PUSKESMAS
dr. Hj Herni Wiwik H
DARMARAJA
NIP. 19710301 200212 2 002
1. Pengertian Objek wisata adalah sebuah tempat rekreasi/tempat berwisata. Objek
wisata dapat berupa objek wisata alam seperti gunung, danau, sungai,
pantai, laut, atau berupa objek wisata bangunan seperti museum, benteng,
situs peninggalan sejarah, dll
2. Tujuan Sebagai panduan protocol kesehatan di Objek Wisata dalam penerapan
Adaptasi Kebiasaan Baru dalam mencegah penyebaran Covid19.
3. Kebijakan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 45 Tahun 2020 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Adaptasi Kebiasaan Baru Dalam Rangka Penanganan
Corona Virus
4. Referensi a. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Disease (COVID 19)
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian
Kesehatan.
b. Pedoman Tata Kelola Kepariwisataan Era Baru (New Normal) Dinas
Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten
Sumedang
5. Langkah- a. Jam operasional maksimal 8 jam dimulai jam 09.00 WIB
langkah b. Pengelola wajib memasang wastafel/tempat cuci tangan di lokasi
masuk dan di tempat-tempat strategis di lokasi.
c. Seluruh pengunjung dan pekerja diwajibkan menggunakan masker
d. Petugas tiket wajib memakai masker,faceshield, sarung tangan dan
menyiapkan Thermo Gun (Pengukur Suhu) serta membuat
himbauan jaga jarak antrian.
e. Jika ditemukan pengunjung dengan suhu di atas 38°C (2 kali
pemeriksaan dengan jarak 5 menit) tidak diperkenankan masuk
dan diminta untuk melakukan pemeriksaan kesehatan ke
Puskesmas
f. Pemeriksaan suhu badan juga berlaku untuk setiap pekerja
sebelum masuk kerja
g. Pembersihan dan disinfeksi dilakukan terhadap seluruh permukaan
di sekitar tempat wisata, seperti tempat duduk, meja, lantai, dan
sebagainya, terutama pada ruang/bagian-bagian yang bayak
dipergunakan dan atau disentuh orang setiap 4 jam sekali
h. Pengelola wajib memberlakukan pembatasan jumlah pengunjung
maksimal 50% dari daya tampung bangunan
i. Jarak aman di antara pengunjung harus dijaga
j. Jumlah pengunjung dibatasi agar bisa saling jaga jarak.
k. Bagi pengelola objek wisata yang menyediakan jasa makan dan
minum agar memperhatikan panduan Protokol Kesehatan bagi
usaha jasa makanan dan minuman.
l. Pengelola memberikan himbauan dan informasi tentang protocol
kesehatan kepada pengunjung.
6. Bagan Alir -

7. Hal-hal yang Dilaksanakan sesuai SOP


perlu
diperhatikan
8. Ruang terkait 1. Kecamatan dan Muspika
2. Puskesmas

9. Dokumen -
terkait
10. Rekaman
Historis
Perubahaan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl.
Mulaidiberlaku
kan
PROTOKOL KESEHATAN
PENGELOLA USAHA JASA
MAKANAN DAN MINUMAN
No. : ………-UKM/PKM-
Dokumen DMJ/VII/2020
SOP No. Revisi : 00
Tgl Terbit : 01 Juli 2020
Halaman :1-2
PUSKESMAS
dr. Hj Herni Wiwik H
DARMARAJA
NIP. 19710301 200212 2 002
1. Pengertian Usaha jasa makanan dan minuman adalah sector usaha yang menyediakan
makanan dan minuman, termasuk didalamnya Restoran, rumah makan,
caffe, dan lain lain.
2. Tujuan Sebagai panduan protocol kesehatan di Usaha jasa makanan dan minuman
dalam penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru dalam mencegah penyebaran
Covid19.
3. Kebijakan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 45 Tahun 2020 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Adaptasi Kebiasaan Baru Dalam Rangka Penanganan
Corona Virus
4. Referensi a. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Disease (COVID 19)
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian
Kesehatan.
b. Pedoman Tata Kelola Kepariwisataan Era Baru (New Normal) Dinas
Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten
Sumedang
5. Langkah- a. Jam operasional maksimal 8 jam dimulai jam 09.00 WIB
langkah b. Pengelola wajib memasang wastafel/tempat cuci tangan di
lokasi masuk dan di tempat-tempat strategis di lokasi.
c. Seluruh pengunjung dan pekerja diwajibkan menggunakan
masker
d. Petugas Security atau petugas di gerbang masuk wajib
memakai masker,faceshield, sarung tangan dan menyiapkan
Thermo Gun (Pengukur Suhu) serta membuat himbauan jaga
jarak antrian.
e. Jika ditemukan pengunjung dengan suhu di atas 38°C (2 kali
pemeriksaan dengan jarak 5 menit) tidak diperkenankan masuk
dan diminta untuk melakukan pemeriksaan kesehatan ke
Puskesmas
f. Pemeriksaan suhu badan juga berlaku untuk setiap pekerja
sebelum masuk kerja
g. Pembersihan dan disinfeksi dilakukan terhadap seluruh
permukaan seperti tempat duduk, meja, lantai, dan
sebagainya.
h. Jarak aman di antara pengunjung harus dijaga
i. Jumlah pengunjung dibatasi agar bisa saling jaga jarak.
j. Petugas kassa wajib memakai masker, faceshield dan sarung
tangan
k. Seluruh karyawan pengolah makanan wajib memakai masker,
faceshield dan sarung tangan khusus pengolah makanan
l. Pengelola wajib memberlakukan pembatasan jumlah
pengunjung maksimal 50% dari daya tampung bangunan
m. Pengelola memberikan himbauan dan informasi tentang
protocol kesehatan kepada pengunjung.
n. Bagan Alir -

o. Hal-hal yang Dilaksanakan sesuai SOP


perlu
diperhatikan
p. Ruang terkait 1. Kecamatan dan Muspika
2. Puskesmas

q. Dokumen -
terkait
r. Rekaman
Historis
Perubahaan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl.
Mulaidiberlaku
kan
PROTOKOL KESEHATAN
DI SANGGAR, TEMPAT
SENAM,SPA,SARANA OLAHRAGA
No. : ………-UKM/PKM-
Dokumen DMJ/VII/2020
SOP No. Revisi : 00
Tgl Terbit : 01 Juli 2020
Halaman :1-2
PUSKESMAS
dr. Hj Herni Wiwik H
DARMARAJA
NIP. 19710301 200212 2 002
1. Pengertian Sanggar adalah suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu
komunitas atau sekumpulan orang untuk melakukan suatu kegiatan.
Tempat senam adalah tempat yang dipergunakan sekumpulan orang untuk
melakukan senam.
Spa merupakan suatu rangkaian perawatan yang terdiri dari terapi pijat
seluruh badan.
Sarana Olahraga adalah sarana yang dipergunakan sekumpulan orang
untuk melakukan olahraga.
2. Tujuan Sebagai panduan protocol kesehatan di sanggar, tempat senam, Spa, sarana
olahraga dalam penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru dalam mencegah
penyebaran Covid19.
3. Kebijakan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 45 Tahun 2020 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Adaptasi Kebiasaan Baru Dalam Rangka Penanganan
Corona Virus
4. Referensi a. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Disease (COVID 19)
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian
Kesehatan.
b. Pedoman Tata Kelola Kepariwisataan Era Baru (New Normal) Dinas
Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten
Sumedang
5. Langkah- a. Jam operasional maksimal 8 jam dimulai jam 09.00 WIB
langkah b. Pengelola wajib memasang wastafel/tempat cuci tangan di
lokasi masuk dan di tempat-tempat strategis di lokasi.
c. Seluruh pengunjung dan pekerja diwajibkan menggunakan
masker
d. Petugas tiket wajib memakai masker,faceshield, sarung tangan
dan menyiapkan Thermo Gun (Pengukur Suhu) serta membuat
himbauan jaga jarak antrian.
e. Jika ditemukan pengunjung dengan suhu di atas 38°C (2 kali
pemeriksaan dengan jarak 5 menit) tidak diperkenankan masuk
dan diminta untuk melakukan pemeriksaan kesehatan ke
Puskesmas
f. Pemeriksaan suhu badan juga berlaku untuk setiap pekerja
sebelum masuk kerja
g. Pembersihan dan disinfeksi dilakukan terhadap seluruh
permukaan di sekitar tempat wisata, seperti tempat duduk,
meja, lantai, dan sebagainya, terutama pada ruang/bagian-
bagian yang bayak dipergunakan dan atau disentuh orang
setiap 4 jam sekali
h. Pengelola wajib memberlakukan pembatasan jumlah
pengunjung maksimal 50% dari daya tampung bangunan
i. Jarak aman di antara pengunjung harus dijaga
j. Jumlah pengunjung dibatasi agar bisa saling jaga jarak.
k. Bagi pengelola sanggar,senam,spa, sarana olahraga yang
menyediakan jasa makan dan minum agar memperhatikan
panduan Protokol Kesehatan bagi usaha jasa makanan dan
minuman.
l. Pengelola memberikan himbauan dan informasi tentang
protocol kesehatan kepada pengunjung.
a. Bagan Alir -

b. Hal-hal yang Dilaksanakan sesuai SOP


perlu
diperhatikan
c. Ruang terkait 1. Kecamatan dan Muspika
2. Puskesmas

d. Dokumen -
terkait
e. Rekaman
Historis
Perubahaan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl.
Mulaidiberlaku
kan
PROTOKOL KESEHATAN
DI HAJATAN
No. : ………-UKM/PKM-
Dokumen DMJ/VII/2020
SOP No. Revisi : 00
Tgl Terbit : 01 Juli 2020
Halaman :1-2
PUSKESMAS
dr. Hj Herni Wiwik H
DARMARAJA
NIP. 19710301 200212 2 002
1. Pengertian Hajatan adalah acara seperti resepsi dan selamatan.
2. Tujuan Sebagai panduan protocol kesehatan di Hajatan dalam penerapan Adaptasi
Kebiasaan Baru dalam mencegah penyebaran Covid19.
3. Kebijakan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 45 Tahun 2020 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Adaptasi Kebiasaan Baru Dalam Rangka Penanganan
Corona Virus
4. Referensi a. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Disease (COVID 19)
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian
Kesehatan.
b. Pedoman Tata Kelola Kepariwisataan Era Baru (New Normal) Dinas
Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten
Sumedang
5. Langkah- a. Pengelola wajib memasang wastafel/tempat cuci tangan di
langkah lokasi masuk dan di tempat-tempat strategis di lokasi.
b. Seluruh pengunjung dan pekerja diwajibkan menggunakan
masker
c. Petugas penerima tamu wajib memakai masker,faceshield,
sarung tangan dan menyiapkan Thermo Gun (Pengukur Suhu)
serta membuat himbauan jaga jarak antrian.
d. Jika ditemukan pengunjung dengan suhu di atas 38°C (2 kali
pemeriksaan dengan jarak 5 menit) tidak diperkenankan masuk
dan diminta untuk melakukan pemeriksaan kesehatan ke
Puskesmas
e. Pembersihan dan disinfeksi dilakukan terhadap seluruh
permukaan di sekitar tempat wisata, seperti tempat duduk,
meja, lantai, dan sebagainya, terutama pada ruang/bagian-
bagian yang bayak dipergunakan dan atau disentuh orang
setiap 4 jam sekali
f. Jarak aman di antara para undangan harus dijaga
g. Penyelenggara memberikan himbauan dan informasi tentang
protocol kesehatan kepada para undangan
h. Memberlakukan pembatasan jumlah pengunjung maksimal
50% dari daya tampung bangunan

i. Bagan Alir -

j. Hal-hal yang Dilaksanakan sesuai SOP


perlu
diperhatikan
k. Ruang terkait 1. Kecamatan dan Muspika
2. Puskesmas

l. Dokumen -
terkait
m. Rekaman
Historis
Perubahaan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl.
Mulaidiberlaku
kan
PROTOKOL KESEHATAN
PAGELARAN SENI PERTUNJUKAN
PANGGUNG
No. : ………-UKM/PKM-
Dokumen DMJ/VII/2020
SOP No. Revisi : 00
Tgl Terbit : 01 Juli 2020
Halaman :1-2
PUSKESMAS
dr. Hj Herni Wiwik H
DARMARAJA
NIP. 19710301 200212 2 002
1. Pengertian Pagelaran seni pertunjukan panggung yaitu karya seni yang melibatkan
aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu.
2. Tujuan Sebagai panduan protocol kesehatan di Hajatan dalam penerapan Adaptasi
Kebiasaan Baru dalam mencegah penyebaran Covid19.
3. Kebijakan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 45 Tahun 2020 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Adaptasi Kebiasaan Baru Dalam Rangka Penanganan
Corona Virus
4. Referensi a. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Disease (COVID 19)
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian
Kesehatan.
b. Pedoman Tata Kelola Kepariwisataan Era Baru (New Normal) Dinas
Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten
Sumedang
5. Langkah- Bagi Penyelenggara/Panitia:
langkah 1. Sebelum Pelaksanaan kegiatan, Panitia harus berkoordinasi
dengan Pemerintah setempat (RT, RW, Kepala Desa, Kecamatan,
Koramil dan Polsek) paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja
sebelum pelaksanaan.
2. Menyiapkan dan memfasilitasi Protokol Kesehatan (sesuai tatanan
new normal).
3. Pembersihan dan disinfeksi dilakukan terhadap seluruh permukaan
di sekitar tempat pertunjukan, seperti tempat duduk, meja, lantai,
dan sebagainya, terutama pada ruang/bagian-bagian yang bayak
dipergunakan dan atau disentuh orang setiap 4 jam sekali
4. Pengelola wajib memberlakukan pembatasan jumlah pengunjung
minimal 50% dari daya tampung
5. Membentuk TIM Protokol kesehatan (Satgas) sebagai Tim yang
akan menertibkan Jalannya Kegiatan sesuai tatanan New Normal.
6. Waktu pelaksanaan:
Sianghari Mulai Jam 08.00 s/d. 15.00,
Malam hari Mulai Jam 19.30 s/d. 22.30
Dan/atau sesuai izin dari pihak yang berwajib setempat.
7. Grup seni yang ditampilkan wajib memiliki Izin dari dinas terkait,
dan panitia wajib memanfaatkan grup seni yang ada di wilayah
Kabupaten Sumedang.
8. Panitia harus menyiapkan Thermo Gun, Disinfektan, Air dan Sabun
untuk cuci tangan, dan Ruang isolasi.
9. Apabila saat pengukuran didapatkan suhu tubuh lebih dari 38◦ C ,
maka petugas harus segera melaporkan yang bersangkutan kepada
Puskesmas setempat.
10. Uang saweran harus dimasukan kedalam Amplop.
11. Selalu menjaga keamanan, ketertiban, dan kebersihan lingkungan.

Bagi Seniman :
1. Pakai masker standar kesehatan.
2. Jaga jarak antara seniman yang satu dengan yang lainnya.
3. Pakaian/Kostum seniman hanya untuk satu kali pentas.
4. Diupayakan Pakai Sarung Tangan sesuai standar kesehatan.
5. Jumlah pelaku seni/seniman yang pentas diatas Panggung maksimal 12
orang. Sedangkan yang pentas dibawah Panggung maksimal 9 orang.
6. Microphone hanya untuk satu orang, satu Mic serta memakai sarung
Mic.
Bagi Pengunjung :
1. Pakai Masker Standar Kesehatan .
2. Jaga Jarak antara penonton dengan penonton lainnya, minimal 1 (satu)
meter
3. tidak ada kontak fisik antara penonton yang satu dengan penonton
lainnya.
4. Menjaga ketertiban, keamanan, dan kebersihan serta tidak boleh
membawa anak usia balita.
7. Bagan Alir -

8. Hal-hal yang Dilaksanakan sesuai SOP


perlu
diperhatikan
9. Ruang terkait 1. Kecamatan dan Muspika
2. Puskesmas
10. Dokumen -
terkait
11. Rekaman
Historis
Perubahaan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl.
Mulaidiberlaku
kan
PENANGANAN LIMBAH VAKSINASI
SUB PIN POLIO
No. Dokumen : /SOP-MFK/Pusk

No.Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit : 31 Maret 2023

Halaman :1

PUSKESMAS
dr.Hj Herni Wiwik H
DARMARAJA
NIP. 19710301200222002

1. Pengertian Penanganan Limbah Vaksinasi Sub Pin Polio adalah Tata Cara penanganan limbah
yang bahan beracun dan berbahaya dengan kategori infeksius dari aktifitas pelayanan
imunisasi Polio di fasyankes atau Pos Pelayanan Imunisasi Polio yang ditunjuk.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah Untuk Melakukan Penanganan Limbah
Vaksinasi Sub Pin Polio.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Puskesmas nomor 800/040/SK24/VII/2022/Pusk
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Puskesmas
Cicalengka DTP.
4. Referensi 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun;
2. Permen-LH No. 56 tahun 2015 tentang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 tahun 2016 tentang Manajemen Puskesmas;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2019 tentang Puskesmas;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 tahun 2022 tentang Akreditasi.
5. Prosedur A. Persiapan Alat dan Bahan:
Alat : Alat Pelindung Diri ( sarung tangan, masker )
Bahan : Plastik kuning, Plastik Klip, Hand sanitazer, Larutan klorin
B. Pelaksanaan :
1. Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (Sarung tangan dan masker)
2. Petugas menyiapkan plastik klip dan kantong plastic warna kuning;
3. Petugas memasukan vial vaksin yang sudah terbuka atau terpakai ke dalam
plastik klip;
4. Petugas di Puskesmas memasukan plastic klip yang berisi vial vaksin dari pos
PIN ke dalam kantong plastik warna kuning dan di ikat serta diberi tanda khusus
nOPV2;
5. Petugas memasukan kantong plastic warna kuning ke dalam container khusus
yang kuat anti bocor dan tertutup;
6. Petugas mencatat dan menyimpan container di TPS Limbah B3 Puskesmas;
7. Petugas melepas Alat Pelindung Diri (sarung tangan dan masker);
8. Petugas melaksanakan 6 langkah Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).
6. Unit terkait Pengelola vaksinasi dan petugas lapangan di Sub PIN Polio

7. Rekaman Historis
Perubahan
Tanggal Mulai
No Yang Dirubah Isi Perubahan
Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai