Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PRAKTIKUM 1

AKTIVITAS IBADAH DALAM PENCEGAHAN


DAN PENYEMBUHAN PENYAKIT DENGAN CARA “PUASA”

Dosen Pembimbing
Ibu Meilia Rahmawati, M.Keb
Disusun Oleh :
1. Rizki Amalya S (32102000047)
2. Salsabila Lintang P (32102000050)
3. Saulla Roro Kinasih (32102000051)
4. Sovia Elviana Bintia (32102000053)
5. Winneke Ratih L (32102000054)
6. Yunita Setiya Aryani (32102000055)
7. Balqis Mega A (32102000056)
8. Dian Salsabila (32102000057)
9. Dinda Aulia Putri S (32102000058)
10. Sulastri (32102000059)
11. Khunaifa Azkiyati (32102000062)
12. Suci Indah Permata (32102000065)
13. Alya Dharojati Kusuma W (32102000066)
14. Anggita Shalsabiela (32102000067)
15. Putri Yuliana (32102000070)
16. Ratna Fadila Putri (32102000071)

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
TAHUN 2021/2022

KELOMPOK 2 | PUASA 1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh
BismillahirrohmanirrohimAlhamdulillahhirobbil’alamin Puji dan syukur seraya
dilimpahkan kehadiratNya yakni Allah SWT. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Aktifitas Ibadah dalam Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit dengan Cara
“Puasa” Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Adapun tugas ini disusun guna memenuhi tugas praktikum 1 pada LBM 1 blok 25.
Dalam pembuatan makalah ini penulis bertujuan untuk memberitahukan kepada pembaca
tentang Aktivitas Ibadah dalam Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit dengan Cara
“Puasa” . Tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Meilia Rahmawati,
M.Keb selaku pembimbing pada praktikum ini.
Untuk itu semua saran dan kritik yang sifatnya membangun, penulis terima dengan
tangan terbuka. Besar harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi semua untuk menambah ilmu pengetahuan. Aamiin
Wassalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh

Semarang, 20 Desember 2022

Kelompok 2 Kebidanan Reguler

KELOMPOK 2 | PUASA 2
DAFTAR ISI

Judul…………………………………………………………………………………………………....1
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................... 3
BAB 1 ............................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 4
A. LATAR BELAKANG .......................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................... 5
C. TUJUAN............................................................................................................................... 6
BAB II .............................................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 7
1. Definisi Puasa ....................................................................................................................... 7
2. Manfaat ................................................................................................................................ 7
C. Dalil Al Qur’an Mengenai Puasa....................................................................................... 12
D. Cara Pengoptimalan Puasa ............................................................................................... 12
E. Puasa Menuju Kesehatan Jasmani dan Rohani ................................................................ 13
F. Aturan Puasa yang baik bagi kesehatan ........................................................................... 15
G. Kajian Jurnal ................................................................................................................. 16
BAB III .......................................................................................................................................... 24
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................................... 24
KESIMPULAN ........................................................................................................................... 24
SARAN ....................................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 25

KELOMPOK 2 | PUASA 3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Puasa bukanlah ajaran baru yang diterima dari Nabi Muhammad SAW. Dibandingkan
dengan ibadah lain, ibadah puasa dapat digolongkan sebagai ibadah berat dilakukan
karena pantangan diperlukan selama ibadah ini makan dan minum yang bersifat al-
ḥājahal-'udwiyah (kebutuhan). anggota) dengan perkawinan yang bersifat garizaalnau'
(lawan naluri seksual)2 dan hal-hal lain yang dapat saling meniadakan. Puasa dilakukan
dari matahari terbit sampai matahari terbenam.
Melalui puasa, perilaku umat muslim diubah dari ketidaksadaran menuju kesadaran,
dari kecerobohan menuju kehati-hatian. Puasa adalah proses pembiasaan yang ditempuh
untuk mencapai jiwa yang lebih bersih dan tenang. Pada hakikatnya puasa menjadi
pembiasaan jiwa untuk mengendalikan syahwat dan kemaluan, sehingga ia termasuk
sarana pembersihan jiwa.
Menurut bahasa, shiyam atau puasa berarti menahan diri. Sedangkan menurut istilah
syara’ ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya mulai dari terbit fajar
hingga terbenam matahari, karena perintah Allah semata-mata, dengan disertai niat dan
syarat-syarat tertentu.Orang yang berpuasa dari makan, minum dan bersetubuh di siang
hari tetapi tidak menahan diri dari perbuatan dosa dan hal-hal haram lainnya, baik
perkataan maupun perbuatan, maka ia hanya akan mendapatkan rasa haus dan lapar
semata.
Puasa dapat melahirkan kesehatan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW,
“Berpuasalah kamu niscaya akan sehat”. Secara fisik, puasa memiliki efek kesehatan,
seperti membangun sistem kekebalan, sistem pencernaan, sistem reproduksi, dan masih
banyak lagi. Ketika seseorang berpuasa, menurut penelitian para ahli, akan terjadi dua
peristiwa penting dalam tubuhnya. Pertama, rekontruksi sel-sel tubuh. Kedua,
pembersihan tubuh dari racun. Untuk melihat lebih jauh tentang manfaat puasa bagi
kesehatan fisik manusia, ada baiknya kalau kita membaca hasil penelitian yang dilakukan
oleh tiga ahli atau dokter ternama dari Negara barat yang non muslim terhadap puasa.
Ketiga ahli tersebut adalah Allan cott, M.D., ahli dari Amerika, Dr. Yuri Nikolayev,
Direktur Bagian Diet Pada Rumah Sakit Jiwa Moskow, dan Alvenia M. Fulton, Direktur
Lembaga Makanan Sehat “Fultonia” di Amerika.

KELOMPOK 2 | PUASA 4
Perubahan metabolisme selama puasa berbeda tergantung dari lama puasa yang
dikerjakan. Puasa Ramadhan yang dilaksanakan selama satu bulan penuh, termasuk ke
dalam puasa jangka panjang. Puasa sunnah Senin-Kamis, termasuk ke dalam puasa
jangka pendek. Otak memerlukan antara 400-500 kalori/ hari pada periode puasa yang
pendek. Kalori tersebut diperoleh dari hasil pembakaran glukosa antara 100-145 gr dan
digunakan untuk memenuhi energi yang dibutuhkan dalam kondisi basal yaitu sebesar
20% dari suplai total energi. Kebutuhan glukosa otak yang begitu tinggi inilah yang
mengakibatkan protein maupun lemak yang penting bagi tubuh dikorbankan untuk
menjaga kadar gula darah pada saat berpuasa. Akan tetapi, tambahan karbohidrat yang
masuk pada periode puasa pendek (pada saat berbuka puasa, sahur, dan makan keesokan
harinya), mengakibatkan dua hal, yaitu: mobilisasi protein otot tidak akan terjadi, dan hati
tidak akan membuat glukosa lagi, sebab sedikit karbohidrat tadi sudah mencukupi
kebutuhan otak.
Pada dasarnya orang yang berpuasa itu hanya melewatkan saat makan siang dan
mempercepat waktu makan pagi. Orang yang berpuasa juga hanya tidak minum selama 8
sampai 10 jam dan itu tidak membahayakan kesehatan dan tidak menyebabkan dehidrasi
yang buruk bagi tubuh manusia. Sebaliknya, dehidrasi ringan dan penyimpanan air dalam
tubuh bisa meningkatkan kesempatan hidup. Dampak positif lainnya bagi tubuh, puasa
bisa menurunkan kadar gula darah, kolesterol dan mengendalikan tekanan darah. Itulah
sebabnya, puasa sangat dianjurkan bagi perawatan mereka yang menderita penyakit
diabetes, kegemukan dan darah tinggi. Dalam kondisi tertentu, seorang pasien bahkan
dibolehkan berpuasa, kecuali mereka yang menderita sakit diabetes yang sudah parah,
jantung koroner dan batu ginjal. Puasa dapat menjaga perut yang penuh disebabkan
banyak makan adalah penyebab utama kepada bermacam-macam penyakit terutamanya
kegemukan yang menyebabkan timbulnya sub penyakit lain. Maka puasa merupakan
salah satu cara yang dapat memelihara anggota badan daripada semua penyakit kerana
melaluinya unsur-unsur racun di dalam makanan dapat dinetralkan setelah berpadu di
antara satu sama lain.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari puasa?
2. Bagaimana manfaat puasa untuk kesehatan?
3. Bagaimana dasar hukum yang membahas tentang puasa?
4. Bagaimana cara mengoptimalkan puasa?
KELOMPOK 2 | PUASA 5
5. Apa hikmah dari puasa?
6. Seperti apa kajian jurnal yang membahas tentang puasa?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa definisi dari puasa?
2. Untuk mengetahui bagaimana manfaat puasa untuk kesehatan?
3. Untuk mengetahui bagaimana dasar hukum yang membahas tentang puasa?
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mengoptimalkan puasa?
5. Untuk mengetahui apa hikmah dari puasa?
6. Untuk mengetahui seperti apa kajian jurnal yang membahas tentang puasa?

KELOMPOK 2 | PUASA 6
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Puasa
Pengertian puasa ini ada 2, yaitu secara bahasa dan istilah. Dari segi bahasa, puasa
berarti menahan (imsak) dan (kalf) yaitu mencegah dari sesuatu. Jadi, puasa secara bahasa
ini adalah sesuatu yang sifatnya menahan dan mencegah dalam bentuk apapun, termasuk
untuk tidak makan dan tidak minum dengan sengaja. Istilah puasa ini terutama yang
bertalian dengan agama.
Sedangkan arti puasa di dalam bahasa arab disebut sebagai shaum atau jamaknya
adalah shiyam, yang secara bahasa juga berarti al-Imsak atau yang artinya 'menahan diri'
atau 'berpantang dari suatu perbuatan tertentu. Jadi secara sederhana, puasa dapat
diartikan sebagai upaya untuk menahan diri, tidak makan dan tidak minum atau menahan
diri dari suatu perbuatan.
Dengan kata lain, puasa menurut istilah adalah menahan diri dari perbuatan (fi’li)
yang berupa dua macam syahwat (syahwat perut dan syahwat kemaluan serta menahan
diri dari segala sesuatu agar tidak masuk perut, seperti obat atau sejenisnya. Hal itu
dilakukan pada waktu yang telah ditentukan, yaitu semenjak terbit fajar sampai terbenam
matahari.
Adapun pengertian puasa secara terminologi Islam atau istilah adalah upaya menahan
dan mencegah diri dari hal-hal yang Mubah berupa: makan, minum, dan berhubungan
intim dalam rangka untuk taqarrubilallahi (mendekatkan diri kepada Allah Swt.). Jadi
secara syar'i, arti puasa juga dapat diartikan sebagai menahan diri dari segala hawa nafsu,
baik makan ataupun minum, atau bersetubuh (berhubungan badan) sejak waktu fajar
sampai terbenamnya matahari, yang semuanya dilakukan dalam rangka beribadah dan
mendekatkan diri kepada Allah Swt.
2. Manfaat
1. Berpuasa bagi Kesehatan Mata
Mata diciptakan oleh Allah SWT memiliki sebuah tekanan fisiologi yang
disebut dengan tekanan intraokuler. Normalnya tekanan ini memiliki rentang antara
10 - 20 mmHg. Tekanan ini berfungsi untuk menstabilkan bentuk mata, suplai nutrisi
dan sebagai pembiasan cahaya sehingga mata dapat untuk melihat. Tekanan
intraokuler disamakan layaknya tekanan darah dimana saat tekanan menurun atau

KELOMPOK 2 | PUASA 7
naik berpengaruh pada fungsi mata. Kaitannya dengan ibadah puasa Ramadhan,
ibadah ini memiliki pengaruh secara langsung terhadap kesehatan mata. Sebuah
penelitian menjelaskan bahwa puasa Ramadhan mempunya kaitan terhadap
peningkatan tekanan intraokular pada pagi hari baik pada orang sehat maupun orang
dengan gangguan mata. Hal ini berhubungan dengan asupan cairan dan makanan pada
saat sahur. Hasil penelitian lain ditemukan bahwa terjadi perubahan tekanan
intraokuler selama bulan Ramadhan. Oleh karena itu penderita dengan gangguan
tekanan intraokuler (contoh penyakit glaukoma) dianjurkan untuk pembatasan asupan
cairan saat sahur guna mencegah peningkatan tekanan intraokuler, karena ketika
tekanan meningkat akan menimbulkan nyeri disekitar mata.
2. Berpuasa bagi Ibu Hamil
Sebuah studi menerangkan bahwa wanita hamil kurang disarankan untuk
menjalankan puasa Ramadhan karena dapat menimbulkan resiko berat badan janin
lahir rendah (BBLR), meningkatkan hiperemesisgravidarum, ISK dan memicu
penurunan gerakan janin di rahim. akan tetapi beberapa penelitian juga menjelaskan
beberapa pengaruh baik puasa Ramadhan bagi kesehatan ibu hamil di antaranya,
wanita hamil umur 25 - 35 tahun dengan index massa tubuh normal (18.5 - 24.9) dan
tidak memiliki penyakit kronik, tidak terpengaruh oleh puasa Ramadhan. Penelitian
lain menerangkan bahwa puasa Ramadhan tidak berpengaruh terhadap jumlah air
ketuban. Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa puasa Ramadhan bagi
ibu hamil adalah sebuah pilihan.
3. Berpuasa bagi Penderita DM
Diabetes melitus merupakan kumpulan gangguan metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia sebagai akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin atau
keduanya. Hubungannya dengan puasa Ramadhan, terdapat penelitian yang
menjelaskan bahwa sebagian penderita diabetes merasa khawatir menjalankan puasa
karena akan mempengaruhi kadar gula darah. Hal ini terjadi karena dampak
perubahan pola waktu makan, jenis makanan, pengobatan dan gaya hidup sehari-hari
selama bulan Ramadhan. Pada banyak kasus ditemukan terjadi hipoglikemia berat
pada pasien diabetes yang menjalankan puasa Ramadhan, namun kasus ini terjadi
karena pada pasien yang merubah dosis terapi insulinnya. Sebaliknya pada sebuah
studi klasik menjelaskan bahwa puasa Ramadhan tidak mempengaruhi kontrol gula
darah, hanya saja ada penurunan trigliserida dan peningkatan asam urat selama puasa.
Hasil riset diatas didukung oleh sebuah studi yang memaparkan bahwa puasa
KELOMPOK 2 | PUASA 8
Ramadhan aman bagi penderita diabetes tipe 1 dengan catatan penderita dan keluarga
mendapat edukasi yang tepat dan rutin mengontrol kadar gula darah ke layanan
kesehatan
4. Berpuasa bagi Penderita Penyakit Ginjal
Gagal ginjal adalah kerusakan pada ginjal yang ditandai dengan menurunnya
fungsi ginjal. Faktor resiko yang menyebabkan gagal ginjal diantaranya riwayat
keluarga, jenis kelamin, ras (afrikaamerika), umur (lansia), BBLR, obesitas, status
sosial ekonomi, kebiasaan merokok, alkohol dan penyalahgunaan obat, diabetes
melitus, hipertensi. Hubungannya dengan puasa Ramadhan, terdapat beberapa
penelitian yang menerangkan bahwa penderita batu ginjal diperbolehkan puasa akan
tetapi dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter untuk pemeriksaan kondisi
fisik. Penderita gagal ginjal aman untuk melaksanakan puasa Ramadhan karena
beberapa alasan : pertama, puasa Ramadhan dapat menurunkan tekanan darah
sehingga akan meningkatkan kinerja atau fungsi ginjal. Kedua, puasa Ramadhan
dapat menurunkan berat badan dan akan berdampak pada perbaikan fungsi jantung
dan ginjal. Penderita gagal ginjal tetap boleh menjalankan ibadah puasa akan tetapi
tetap dengan pemantauan oleh tim kesehatan terhadap asupan cairan dan obat-obatan.
5. Berpuasa bagi Penderita Gangguan Kolesterol dan Obesitas
Trigliserida dimana menjadi salah satu penyebab penyakit jantung pada wanita. Nilai
normal “lemak total” atau gabungan antara HDL dan LDL yaitu di bawah 200 mg/dl.
Berkaitan dengan ibadah puasa, sebuah studi memaparkan bahwa puasa Ramadhan
dapat menurunkan kadar LDL dan meningkatkan kadar HDL secara signifikan. Proses
penurunan kadar LDL tersebut terjadi pada pertengahan hingga akhir bulan
Ramadhan. Hasil penelitian tersebut didukung penelitian lain yang menyebutkan
bahwa penderita diabetes melitus yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan
mengalami penurunan kadar kolesterol meskipun tidak terlalu signifikan. Penelitian
lain dengan sampel sebanyak 30 remaja sehat yang menjalankan puasa Ramadhan,
menjelaskan bahwa terdapat adanya peningkatan HDL selama bulan puasa karena
pembatasan konsumsi makanan.
6. Pengaruh Puasa terhadap sistem imun
Pengaruh puasa terhadap sistem imun adalah dapat meningkatkan aktivitas
makrofag, menurunkan IgG namun masih dalam rentang normal, efek
menguntungkan pada mycobacterium T, dan lain lain. Manfaat puasa terhadap
fisiologi manusia dapat menurunkan resiko diabetes, CVD, kanker dan penuaan.
KELOMPOK 2 | PUASA 9
Puasa r juga dapat mengurangi berat badan dan massa lemak, terutama pada mereka
yang memiliki gizi lebih atau obesitas
7. Mengobati penyakit radang lambung
Beberapa kelompok dokter menegaskan bahwa puasa mampu membantu,
mengobati dan meringankan penderitaan akibat penyakit-penyakit sistem pencernaan
secara efektif. Seperti: penyakit colon (radang usus besar) dan pembengkakan
empedu. Karena puasa dapat membantu seluruh sistem tubuh beristirahat setelah
mengalami kecapekan berlebihan, yang dijalaninya setiap hari. Sebagaimana puasa
juga membantu usus besar menjadi stabil karena ketenangan batin yang diperoleh
seseorang yang berpuasa. Maka menghilanglah tanda-tanda penyakit usus besar,
seperti sakit pada perut, pembengkakan, gangguan pada usus, serta sembelit (susah
buang air besar). Di samping itu, beberapa studi dan percobaan yang dilakukan para
peneliti muslim, mengisyaratkan bahwa puasa sangat berguna untuk menyembuhkan
radang lambung. Karena puasa berperan menormalkan kadar asam dalam lambung
yang diyakini sebagai sebab utama terjadinya asam lambung, juga mengatur
pengeluaran zat-zat asam yang mencerna di dalamnya.100 Jadi, menurut hemat
penulis keteraturan makan yang dimiliki oleh orang yang berpusa inilah yang bisa
mencegah terjadinya maag dan bahkan bisa mengembalikan fungsi lambung yang
sebelumnya tidak normal.
8. Puasa merupakan cara yang terbaik untuk membersihkan racun yang tertumpuk di
dalam tubuh ataupun racun yang baru masuk melalui makanan yang terkontaminasi.
Karena ketika berpuasa, zat beracun yang tersimpan berpindah ke hati dalam jumlah
besar. Disanalah zat-zat tersebut mengalami oksidasi (peristiwa pelepasan elektron,
baik melibatkan oksigen ataupun tidak) dan bisa dimanfaatkan dengan mengeluarkan
unsur racun dari zat-zat tersebut. Maka hilanglah racun yang ada dan langsung
dikeluarkan dari tubuh melalui saluran pembuangan.
9. Puasa adalah bentuk relaksasi bagi tubuh agar dapat melakukan perbaikan terhadap
kerusakan yang terjadi dalam anggota tubuh.
10. Dengan puasa, tubuh akan mampu menghancurkan zat-zat yang berlebihan dalam
tubuh dan juga melarutkan endapan-endapan yang terdapat dalam jaringan tubuh
manusia.
11. Puasa dapat melancarkan proses pencernaan dan memudahkan penyerapan sari-sari
makanan, serta menstabilkan proses masuknya makanan secara berlebihan.

KELOMPOK 2 | PUASA 10
12. Puasa adalah alat untuk meremajakan dan mengembalikan vitalitas pada berbagai
macam sel dan jaringan dalam tubuh.
13. Puasa adalah teknik pengobatan yang manjur dan paling sedikit resikonya dalam
mengobati berbagai macam penyakit yang terus berkembang. Puasa meringankan
beban dalam sistem sirkulasi, begitu juga dapat menurunkan kadar lemak dan asam
urat dalam darah. Sehingga tubuh pun terjaga dari kemungkinan terjadinya
pembekuan pada pembuluh arteri, encok, dan penyakit-penyakit lainnya yang
berhubungan dengan masalah nutrisi, sirkulasi tubuh, dan penyakit jantung.
14. Apabila menjalankan ibadah puasa dengan melakukan sahur maka tubuh kita akan
mendapatkan pasokan nutrisi sehingga membuat tubuh akan selalu dalam kondisi
yang stabil secara fisik maupun mental. Dan apabila dalam menjalankan ibadah puasa
dengan menjadikan makan berbuka puasanya sekaligus sebagai makan sahur, sudah
cukup menjadi alasan munculnya perpindahan ataupun perubahan energi yang negatif
di dalam tubuh. Sehingga saat berpuasa merasa sangat lapar dan menyebabkan yang
berpuasa menjadi tidak bisa berkonsentrasi serta kehilangan vitalitas tubuhnya.
15. Pentingnya untuk mengikuti anjuran Nabi Muhammad Saw. dalam memperlambat
sahur dan menyegerakan berbuka adalah untuk memangkas waktu berpuasa sebisa
mungkin, karena ketika berpuasa tubuh seseorang dalam memperoleh tenaga
bersandar pada glikogen (sumber energi yang disimpan dalam sel hati dan otot,
glikogen tidak dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lama, simpanan sumber energi
ini akan terkuras habis dalam waktu sehari kecuali bila dipulihkan dengan
mengonsumsi makanan), yang kemudian berubah menjadi glukosa (zat gula yang ada
di dalam darah), karena otak tidak dapat tumbuh kecuali dari gula tersebut. Ketika
gula dalam tubuh berkurang maka hati berusaha menyuplainya dengan gula yang
tersimpan di dalam dirinya. Saat yang tersimpan itu sudah habis, ia melebur lemak-
lemak menjadi tenaga. Ketika terjadi peleburan, menyatulah beberapa zat yang
berbahaya yang menyebabkan otak menjadi pusing. Tetapi menyegerakan berbuka
menghindarkan seseorang dari kepusingan tersebut.
16. Aturan berbuka puasa yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw. yaitu berbuka
puasa dengan memakan kurma, atau buah-buahan yang manis, karena kadar gula yang
terkandung dalam kurma cepat mengembalikan stamina tubuh. Sebaliknya, jika saat
berbuka puasa kita mengkonsumsi makanan yang mengandung zat protein dan lemak,
maka untuk mencerna dan menyerap makanan seperti ini memerlukan waktu yang
lama. Kebutuhan tubuh terhadap energi dalam waktu cepat pun tidak bisa terpenuhi.
KELOMPOK 2 | PUASA 11
Apalagi dengan meningkatnya kadar asam amino (asam yang diperoleh dari protein
yang kita makan) akibat tidak adanya pasokan zat gula ataupun sedikitnya zat gula,
akan menurunkan kadar gula dalam darah.

C. Dalil Al Qur’an Mengenai Puasa


1. Dalil mengenai puasa dijelaskan dalam surah Al Baqarah : 183 yang berbunyi

Yang Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Surat Al Baqarah ayat
183)

2. Hadist tentang puasa

Yang Artinya :
"Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Berpuasalah niscaya kalian
akan sehat.” (Hadits diriwayatkan Ath Thabrani dalam Mu’jamalAusath)

D. Cara Pengoptimalan Puasa


Berdasarkan rekomendasi WHO dan Kemenkes Beberapa cara dapat dilakukan untuk
mengoptimalkan puasa diantaranya adalah
1. Menghargai rasa lapar dan haus dengan konsumsi makanan dan minuman yang tepat
pada saat sahur dan berbuka.

KELOMPOK 2 | PUASA 12
2. Makan secara sadar. Makanan harus mengandung semua kelompok makanan yaitu
mengandung sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Jumlah energi
tergantung kebutuhan (rata-rata orang dewasa ± 2100 kkal).
3. Jumlah energi seharusnya tidak berbeda dengan kondisi tidak puasa, hanya
pengaturan komposisinya saja yang berbeda yaitu dengan komposisi 10 % makanan
pembuka, 40 % makanan utama, 10% makanan penutup (sebelum tidur), 40 % makan
sahur.
4. Makanan sahur juga harus memenuhi syarat yaitu konsumsi cairan yang cukup,
jumlah sesuai kebutuhan, makanan utama sesuai pedoman piring makanku, pilih
makanan yang kaya cairan, cukup tinggi serat dan cenderung lama dicerna. Pada saat
berbuka puasa, makanan yang dikonsumsi harus memenuhi syarat yaitu makanan
pembuka, minuman, makanan utama.
5. Hindari makanan yang mengandung tinggi lemak & sangat manis (dari gula
tambahan). Piring makan selama ramadhan dapat diisi dengan makanan pokok,
protein, buah, sayuran, minyak sehat dan cairan. Bisa juga kita mencontoh porsi
makan ala Rasulullah SAW yaitu 1/3 udara, 1/3 makanan dan 1/3 minuman. Contoh
menu untuk orang dewasa dengan status gizi normal (2100 kkal/hari):
a. 10 % makanan pembuka = 210 kalori : 7 biji kurma , Air putih.
b. 40 % makanan utama = 840 kalori : Nasi putih, Tahu Balado, Rendang daging ,
Sayur Labu, Buah jeruk, Air putih .
c. 10% makanan penutup (sebelum tidur) = 210 kalori: 1 buah alpukat, 40 % makan
sahur = 840 kalori, Nasi putih, Telur Dadar, Pecel Sayur, Tempe bacem, Buah
apel, Susu.
6. Mengoptimalkan gaya hidup selama puasa yaitu: tidur cukup (6-8 jam orang dewasa)
dan melakukan aktivitas fisik yang bisa diintegrasikan dengan tugas sehari-hari).

E. Puasa Menuju Kesehatan Jasmani dan Rohani


Dari segi Jasmaniyah (Fisiologis),berpuasa dapat memelihara kesehatan badan.Sebab
menahan diri dari makan dan minum, yang berarti mengurangi dari waktu yang biasa,
adalah salah satu cara menjaga kesehatan tersebut.Para dokter sepakat menyatakan bahwa
salah satu sumber penyakit terletak pada perut, pencernaan, usus dan lain-lain anggota
badan bagian dalam yang bekerja ketika orang sedang makan. Malah ada beberapa
penyakit yang pengobatannya harus dilakukan dengan mengurangi makan. Karena sebab-
sebab penyakit itu adalah banyak makan dan berhasilnya kelebihan makan yang
KELOMPOK 2 | PUASA 13
bercampur aduk dalam perut dan urat-urat dan kemudian sakit itu akan menghalangi
ibadah , membuat risau hati menghalangi dzikir dan berfikir, mengeluhkan kehidupan dan
memerlukan pengobatan dan dokter, yang semua itu memerlukan biaya dan ongkos.
Sedangkan di dalam lapar (puasa) terdapat apa yang menghalangi semua itu.
Dalam sebuah hadits juga disebutkan :

‫صوموا تصحوا‬
"Berpuasalah kamu , maka kamu akan sehat"

Jadi dalam berpuasa, lapar dan makan sedikit merupakan cara hidup yang sehat
dan menjaga kesehatan tubuh dari berbagai macam penyakit dan juga kesehatan hati dari
penyakit menyimpang dan congkak serta lainnya lagi.
1. Hikmah puasa bagi kesehatan fisik
Manfaat puasa bagi kesehatan dapat dibuktikan secara empiris ilmiah, meski
harus menahan makan dan minum sekitar 12-24 jam. Apabila orang lapar, perutnya
akan memberikan reflex ke otak secara fisiologis. Dengan adanya pemberitahuan tadi,
otak akan memerintahkan kelenjar perut untuk mengeluarkan enzim pencernaan. Zat
inilah yang akan menimbulkan rasa nyeri,khususnya bagi penderita maag. Tapi, bagi
orang yang berpuasa,rasa sakit tersebut tak timbul karena otak tidak memerintah
kepada kelenjar perut untuk mengeluarkan enzim tadi. Dari berbagai penelitian,
berpuasa terbukti memberi kesempatan beristirahat bagi organ pencernaan, termasuk
system enzim maupun hormon. Dalam keadaan tidak berpuasa, system pencernaan
dalam perut terus aktif mencerna makanan, hingga tak sempat beristirahat. Dan,
ampas yang tersisa menumpuk dan bisa menjadi racun bagi tubuh. Selama berpuasa,
sistem pencernaan akan beristirahat dan memberi kesempatan bagi sel-sel tubuh
khususnya bagian pencernaan untuk memperbaiki diri.
2. Hikmah puasa bagi kesehatan psikis (kejiwaan)
Puasa merupakan sarana yang efektif untuk merenovasi jiwa-jiwa yang hampir
terperosok ke dalam lubang-lubang keingkaran, mensucikan diri dari lumuran dosa-
dosa jahiliyah. Dengan kata lain, puasa yang tepat akan bisa mengangkat seseorang
yang telah berkubang dalam maksiat menuju fitrahnya sebagai manusia itu
sendiri.Selain hukumnya wajib, puasa juga dapat menjadi sarana latihan agar mampu
mengendalikan diri,menyesuaikan diri, serta sabar terhadap dorongan-dorongan atau

KELOMPOK 2 | PUASA 14
impuls-impuls agresivitas yang datang dari dalam diri. “Ini (merupakan) salah satu
hikmah puasa di bidang kesehatan jiwa,” kata Dadang Hawari.

F. Aturan Puasa yang baik bagi kesehatan


1. Puasa wishal adalah menyambungkan puasa sehari setelah ia berpuasa tanpa 74
berbuka antara keduanya.
Padahal, kaum muslimin yang berpuasa diperintahkan untuk berbuka setiap
malamnya. Massa standar berpuasa yang berkisar antara 12-14 jam, yaitu dari terbit
fajar hingga terbenamnya matahari. Karena pada waktu sepanjang inilah semua
mekanisme penyerapan dan metabolisme tubuh terstimulasi dengan seimbang.
Sehingga proses penguraian glikogen, oksidasi dan penguraian lemak, serta proses
penguraian protein dan pembentukan glukosa baru dari zat protein tersebut semuanya
terstimulasi. Waktu sepanjang ini juga tidak mengakibatkan munculnya kelainan yang
mengganggu fungsi organ-organ tubuh. Dan pada masa ini pula, otak, sel darah
merah, organ saraf, 79 semuanya hanya bergantung pada glukosa untuk mendapatkan
energi.
2. Melakukan sahur dan menyegerakan berbuka
Mengenai waktu melakukan sahur kebanyakan para ahli menganjurkan untuk
memperlambat makan sahur. Hal ini bertujuan agar energi yang dihasilkan masih bisa
bertahan hingga tengah hari. Sebagaimana yang dianjurkan Nabi Saw. waktu sahur 80
yang baik adalah di akhir waktunya sebelum imsak. Sebuah kesalahan bila ada orang
yang ingin mempercepat sahurnya sebelum tidur, karena hal itu akan mengakibatkan
lapar, lelah, dan demam akibat 81 mengkonsumsi zat gula dalam darah lebih awal
Rasulullah Saw. juga menganjurkan untuk melambatkan sahur. Adanya anjuran untuk
memperlambat sahur dan menyegerakan berbuka puasa adalah untuk memangkas
waktu berpuasa sebisa mungkin, agar masa berpuasa tidak melebihi waktu proses
setelah penyerapan. Selanjutnya, puasa sama sekali tidak akan menyebabkan
gangguan fisik dan juga efek berbahaya bagi mental. Dan berdasarkan hal ini, kita
bisa dengan tegas mengatakan bahwa saat berpuasa yang terhenti adalah proses
pencernaan, bukan proses penyaluran nutrisi. Sel-sel tubuh tetap berfungsi seperti
biasa dan mendapatkan keperluannya dari zat-zat simpanan ini setelah diproses
terlebih dahulu yang kemudian dicerna lagi di dalam sel. Maka berubahlah glikogen
menjadi glukosa, lemak dan protein menjadi asam lemak dan asam amino. Ini semua
merupakan suatu proses yang disebabkan adanya rangkaian rumit dari enzim dan

KELOMPOK 2 | PUASA 15
interaksi biokimia yang sangat teliti, membuat seseorang akan terdiam kagum
mengakui keagungan Allah Swt. dan betapa besar dan Maha Bijaksananya Ia dalam
segala cipataan-Nya. Maka, jelaslah sudah letak keberkahan yang disebut oleh
Rasulullah Saw. di dalam makanan sahur, Karena makan sahur dapat meminimalisir
kemungkinan terjadinya perubahan negatif tersebut dan membuat tubuh selalu dalam
kondisi yang stabil secara fisik maupun mental.

G. Kajian Jurnal
1. Kajian Jurnal 1

 Judul : Pengaruh Puasa Ramadhan Terhadap Kadar Gula Darah pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II
 Penulis : Riandi Alfin, Busjra, Rohman Azzam
 Jurnal : JournalofTelenursing (JOTING), vol 1 (1) (2019).

A. PENDAHULUAN
DM merupakan penyakit degeneratif yang dicirikan dengan ketidakmampuankarbo
untuk bermetabolisme, lipid, & protein sehingga mengacu kepada kondisi peningkatan
gula darah (Black &Hawk, 2014). Penyakit diabetes juga diakibatkan oleh kerusakan
metabolisme karbohidrat yang dikarenakan oleh kurangnya atau ketidakadaan insulin
hormon dari sel beta, atau akibat gangguan fungsi dari insulin (Sutedjo, 2010).
Ketidaknyamanan sebagai tanda timbulnya komplikasi. Penyakit DM sulit Disembuhkan
melainkan dapat dikendalikan melalui pengelolaan diabetes melitus. Berdasarkan Tim
Konsensus Pengelolaan & Pencegahan DM type II Indonesia tahun 2011 terdapat 4 pillar
cara penanggulangan diabetes melitus, diantaranya: Edukasi, Terapi Nutrisi, Latihan fisik,

KELOMPOK 2 | PUASA 16
dan Farmakologis. Dalam terapi Nutrisi, penderita diabetes dapat mengontrol asupan
makanannya dengan cara berpuasa (PERKENI, 2015). Beberapa penelitian telah
dilakukan oleh American Diabetes.
Association ScientificSession yang berkaitan dengan puasa telah mendapatkan hasil
tentang manfaat puasa dan kesehatan tubuh memberikan efek yang baik, termasuk
masalah kesehatan seperti diabetes tipe II. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh Puasa Ramadhan terhadap kadar
gula darah pada penderita diabetes di Puskesmas Kota Purwakarta Jawa Barat.

B. METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif berjenis
QuasiExperiment dengan desain rancangan Pretest-
posttestwithcontrolgroupdesign. Peneliti membandingkan pengaruh puasa
ramadhan terhadap kadar gula darah antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Kelompok intervensi yaitu responden yang mendapatkan perlakuan puasa
Ramadhan dan terapi perawatan standar dari puskesmas, sedangkan kelompok
kontrol hanya mendapatkan terapi perawatan standar dari Puskesmas saja. Alat
penelitian lain yang digunakan adalah alat tulis, lembar observasi dan glukometer.
Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu
memilih beberapa informan sesuai dengan kriteria-kriteria. Jumlah responden
yang berpartisipasi dalam penelitian ini yakni 18 responden dalam masing-masing
kelompok. Analisis univariat hasil penelitian tersaji dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan table silang untuk analisis bivariate, uji statistic yang digunakan
pada penelitian ini adalah uji paired t test atau dependen sample T- test dengan p
value<0.05.

C. HASIL

KELOMPOK 2 | PUASA 17
Hasil uji statistik t dependen menunjukan bahwa ada pengaruh yang
bermakna antara kadar gula darah sebelum dilakukan puasa ramadhandengan
setelah dilakukannya puasa ramadhan pada kelompok intevensi (p=0,000),
(t=4,402), dengan nilai α =0,05. Maka p<α dimana Ho ditolak, yang artinya
intervensi yang diberikan dalam bentuk menjalankan puasa ramadhan
mempengaruhi kadar gula darah. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Puasa ramadhan dan
terapi perawatan standar DM terhadap penurunan kadar gula darah pada
pasien DM tipe II di Puskesmas Kota Purwakarta.

Hasil uji statistik t dependen menunjukan bahwa ada pengaruh antara


kadar gula darah sebelum dilakukan puasa ramadhan dengan setelah
dilakukannya terapi perawatan standar pada kelompok kontrol (p=0,047),
(t=2,14), dengan nilai α =0,05. Maka p<α dimana Ho ditolak, yang artinya
menjalani terapi perawatan yang sesuai dapat mempengaruhi kadar gula
darah. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa adanya
pengaruh pada terapi perawatan standar DM terhadap penurunan kadar gula
darah pada pasien DM tipe II di Puskesmas Kota Purwakarta.

Uji statistik T-Independen menunjukkan nilai (p=0,039), (t=2,147),


sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna kadar

KELOMPOK 2 | PUASA 18
gula darah sesudah melakukan puasa ramadhan pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol.

D. PEMBAHASAN
1. Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Puasa Ramadhan 1 Bulan
pada Kelompok Intervensi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
Penelitian yang dilakukan Bener &Yousafzai (2014) yang dilakukan di
Qatar pada 1301 pasien diabetes diatas 18 tahun. Hasil dari penelitian ini
mengemukakan yakni puasa/shaum selama bulan ramadhan ada keterkaitan
yang bermakna terhadap penurunan glukosa, HbA1C, profil lipid, dan tekanan
darah. Pasien diabetes Islam dapat berpuasa selama bulan ramadhan dan dapat
bermanfaat untuk kesehatan mereka, tentunya setelah berkonsultasi dengan
petugas kesehatan. Peneliti juga berasusmi bahwa puasa ini dapat menjadi
terapi non farmakologis sebagai pengelolaan diet pada penderita diabetes.
Pada saat berpuasa kadar glukosa darah akan turun sehingga menyebabkan
penurunan sekresi insulin, yang kemudian mengakibatkan peningkatan kerja
hormon kontra insulin yakni glukagon dan katekolamin yang menghasilkan
pemecahan glikogen. Setelah beberapa jam berpuasa cadangan glikogen dalam
tubuh akan berkurang.
2. Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Bulan Ramadhan pada
Kelompok Kontrol Pasien Diabetes MellitusType II
Adanya pengaruh pada terapi perawatan standar DM terhadap
penurunan kadar gula darah pada pasien DM tipe II di Puskesmas Kota
Purwakarta. Hal ini tidak sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh
Fatmaningrum (2017) yang menyatakan bahwa tidak adanya pengaruh yang
signifikan pada kelompok control. Menurut asumsi peneliti terdapat beberapa
ketidaksamaan pada penelitian tersebut yang mengakibatkan ketidaksejalanan
antara penelitian peneliti dengan penelitian yang lain. Kadar gula darah dapat
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Jika pada kelompok kontrol
tidak ada pengaruh bisa saja diakibatkan oleh kepatuhan minum obat pada
pasien tidak sesuai. Dan juga kesadaran seseorang terkait dengan kesehatan
diri sendiri yang kurang baik sehingga mengabaikan kestabilan gula darah.
3. Perbedaan Kadar Gula Darah Sesudah Melakukan Puasa Ramadhan antara
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

KELOMPOK 2 | PUASA 19
Terdapat perbedaan yang bermakna kadar gula darah sesudah
melakukan puasa ramadhan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Sedangkan riset yang dilaksanakan Bener &Yousafzai (2014) memperlihatkan
bahwa kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus yang melakukan
puasa selama bulan Ramadhan (1 bulan) mengalami penurunan secara
signifikan dibandingkan dengan sebelum Ramadhan.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini dapat
beberapa hal, yaitu kadar gula darah sebelum dan sesudah puasa ramadhan pada
kelompok intervensi mengalami penurunan. Kadar gula darah pada kelompok
kontrol yang tidak melakukan Puasa Ramadhan mengalami kenaikan namun ada
beberapa responden mengalami penurunan kadar gula darah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Puasa Ramadhan dapat berpengaruh terhadap penurunan
kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe II.

2. Kajian Jurnal 2

 Judul : Pengaruh Puasa Senin-Kamis dan Daud terhadap Kadar Asam Urat
Darah Mencit
 Penulis : Nurul Marfu’ah, Ruskiah Octavia
 Juenal : Journal of Biology Education, Vol 2, No 2 (2019).

A. PENDAHULUAN

KELOMPOK 2 | PUASA 20
Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu
komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Hiperurisemia adalah
keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat serum di atas normal. Kadar
asam urat > 7 mg/dL pada laki-laki dan > 6 mg/dL pada perempuan dipergunakan
sebagai batasan (Putra, 2009). Faktor-faktor yang diduga juga mempengaruhi
penyakit ini adalah diet, berat badan dan gaya hidup. Peningkatan kadar asam urat
dalam darah atau hiperurisemia menurut suatu penelitian merupakan salah satu
prediktor kuat terhadap kematian karena kerusakan kardiovaskuler (Andry dkk.,
2009). Prevalensi asam urat di Indonesia menduduki urutan kedua setelah
osteoarthritis. Prevalensi asam urat di Indonesia diperkirakan 1,6-13,6/100.000
orang, prevalensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya umur (Pipit, 2010).
Puasa adalah salah satu ibadah yang dilakukan orang Islam. Menurut Albab
(2011), puasa dapat digunakan untuk menurunkan kadar glukosa, kolesterol dan
asam urat dalam darah. Menurut hasil penelitian, sebelum puasa kadar asam urat
pada pasien sebesar 7,7 (normalnya di bawah 7 untuk laki laki). Namun
berdasarkan penelitian tersebut tidak disebutkan jenis puasa yang dilakukan. Oleh
karena itu perlu adanya penelitian yang lebih mendalam tentang jenis puasa yang
paling tepat untuk menurunkan kadar asam urat tersebut. Berdasarkan hal tersebut,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara puasa senin-kamis dan
Daud terhadap kadar asam urat darah pada mencit.
B. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian
Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 3 perlakuan dan 3 ulangan.
Masing-masing ulangan terdiri dari 2 ekor mencit, sehingga diperlukan 18 ekor
mencit sebagai hewan percobaan. Perlakuan yang dilakukan meliputi (A) Tidak
Puasa (Kontrol) (B) Puasa senin-kamis dan (C) Puasa Daud.
C. HASIL
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa nilai sig. rata-rata kadar asam
urat mencit adalah 0,51 yang berarti rata-rata kadar asam urat mencit antar
kelompok perlakuan secara statistik tidak berbeda nyata (P > 0,05). Meskipun
demikian, rata-rata kadar asam urat mencit pada kelompok perlakuan mengalami
kenaikan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Rata-rata kadar asam urat
mencit pada perlakuan puasa senin-kamis naik sebesar 0,01% sedangkan rata-rata
kadar asam urat mencit pada kelompok perlakuan puasa Daud naik sebesar 0,02%.
KELOMPOK 2 | PUASA 21
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar asam urat pada mencit
dengan perlakuan puasa senin-kamis dan puasa Daud mengalami kenaikan
daripada kelompok kontrol meskipun secara statistik tidak berbeda nyata.
Kenaikan kadar asam urat ini disebabkan karena berdasarkan pengamatan, mencit
yang dipuasakan mengalami peningkatan nafsu makan. Kelompok mencit yang
dipuasakan Daud mengalami peningkatan nafsu makan lebih tinggi daripada yang
dipuasakansenin-kamis. Hal ini ditunjukkan dengan mencit yang dipuasakan
selalu menghabiskan makanan ketika mereka diberi makanan setelah sore sampai
pagi hari sebelum mereka dipuasakan kembali. Sangat berbeda dengan kelompok
kontrol yaitu mencit yang tidak puasa. Mereka cenderung membuang-buang
makanan yang diberikan dan justru terlihat nafsu makan mereka menurun.

D. PEMBAHASAN
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat
serum di atas normal. Kadar asam urat > 7 mg/dL pada laki-laki dan > 6 mg/dL
pada perempuan dipergunakan sebagai batasan (Putra, 2009). Sedangkan kenaikan
kadar asam urat pada penelitian ini masih dalam batas normal atau bisa dikatakan
bahwa perlakuan puasa baik senin-kamis maupun Daud justru memperbaiki kadar
asam urat dalam darah tidak terlalu rendah (low) seperti terlihat pada kelompok
kontrol. Asam urat dalam tubuh fungsinya antara lain sebagai antioksidan dan
neuroprotektif (melindungi saraf). Tubuh membutuhkan asam urat dalam batasan
normal. Salah satu fungsi asam urat yaitu neuroprotektif, penelitian menunjukkan
bahwa orang dengan penyakit saraf seperti parkinson dan alzheimer memiliki
kadar asam urat yang rendah. Kekurangan asam urat secara mendadak bisa
mencetuskan serangan gout. Karena kelarutan asam urat yang seimbang terganggu
dan akan mempermudah pengkristalan asam urat sehingga bisa menyebabkan

KELOMPOK 2 | PUASA 22
serangan gout. Kelebihan asam urat pun akan berakibat buruk bagi tubuh,
misalnya tubuh rentan terkena penyakit gout dan batu ginjal (Anonim, 2017).
E. KESIMPULAN
Penelitian selanjutnya perlu untuk dilakukan misalnya dengan menambah
lama waktu perlakuan. Hal ini dikarenakan perlakuan puasa adalah salah satu
perlakuan yang hasilnya tidak langsung terlihat nyata seperti perlakuan
menggunakan obat kimia. Dimungkinkan dengan menambah lama waktu
perlakuan akan terlihat pengaruhnya terhadap kadar kolesterol semakin nyata
(signifikan). Selain itu, melakukan penelitian ini terhadap manusia perlu juga
untuk diteliti. Hal ini dikarenakan puasa merupakan kegiatan yang lebih bersifat
spiritual sehingga kemungkinan perlakuan ini tidak memberikan dampak yang
nyata pada hewan, ketika dilakukan pada manusia akan memberikan hasil yang
berbeda.

KELOMPOK 2 | PUASA 23
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Berkaitan dengan manfaat puasa dalam perspektif kesehatan, diantaranya: Puasa merupakan
cara yang terbaik untuk membersihkan racun yang tertumpuk di dalam tubuh ataupun racun
yang baru masuk melalui makanan yang terkontaminasi. Karena ketika berpuasa, zat beracun
yang tersimpan berpindah ke hati dalam jumlah besar. Disanalah zat-zat tersebut mengalami
oksidasi (peristiwa pelepasan elektron, baik melibatkan oksigen ataupun tidak) dan bisa
dimanfaatkan dengan mengeluarkan unsur racun dari zat-zat tersebut. Maka hilanglah racun
yang ada dan langsung dikeluarkan dari tubuh melalui saluran pembuangan. Maka dari itu
Allah Swt. mensyariatkan puasa pada waktu siang bukan pada waktu malam, dari mulai terbit
fajar hingga terbenam matahari, ini merupakan waktu-waktu seseorang sangat aktif, dimana
proses kerja tenaga yang tersimpan dalam bentuk lemak dan glikogen juga terjadi di siang
hari. Maka pada waktu inilah terjadi kenaikan glukosa yang tersimpan dalam hati pada tubuh
yang merupakan makanan yang paling baik bagi otak. Jadi, telah jelas bahwa apabila kita
melakukan puasa sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, maka kita akan senantiasa
memperoleh keberkahan puasa yang akan dirasakan manfaatnya bagi kesehatan jasmani
maupun rohani.

SARAN
Sebagaimana telah diketahui bahwa ibadah puasa merupakan perintah Allah Swt. maka kita
wajib memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun dengan mengikuti Sunnah Rasulullah Saw.
sehingga kita akan memperoleh pahala dan kesehatan. Setelah diketahui bahwa terdapat
banyak manfaat yang diperoleh dari menjalankan ibadah puasa, disarankan kepada mahasiswi
terlebih kebidanan agar membiasakan berpuasa.

KELOMPOK 2 | PUASA 24
DAFTAR PUSTAKA

1. Subrata, S. A., & Dewi, M. V. (2017). Puasa Ramadhan dalam Perspektif Kesehatan:
LiteraturReview. Khazanah: Jurnal Studi Islam Dan Humaniora, 15(2), 241.
2. Islamy, A., & Istiani, N. (2021). Pendidikan Spiritual Ibadah Puasa: Perspektif
Andragogi Sufistik. Studi Multidisipliner: Jurnal Kajian Keislaman, 8(1), 1-18.
3. Citra Palupi, K., Laili, A. F. and Sabrina, N. (2020) ‘Puasa Bergizi Di Tengah
Pandemi’, Tengah Pandemi Jurnal Abdimas, 6(4), p. 238.
4. Adawi, M., Watad, A., Brown, S., Aazza, K., Aazza, H., Zouhir, M., ... &Fiordoro, S.
(2017). Ramadan fastingexertsimmunomodulatoryeffects: Insightsfrom a
systematicreview. Frontiers in immunology, 8, 1144.
5. Brandhorst, S., Choi, I. Y., Wei, M., Cheng, C. W., Sedrakyan, S., Navarrete, G., ... &
Di Biase, S. (2015). A periodic diet thatmimicsfastingpromotesmulti-
systemregeneration, enhancedcognitiveperformance, andhealthspan. Cellmetabolism,
22(1), 86-99.
6. Nurul Marfu’ah, Ruskiah Octavia. (2019). Pengaruh Puasa Senin-Kamis dan Daud
terhadap Kadar Asam Urat Darah Mencit. JournalofBiologyEducation, Vol 2, No 2.
Universitas Darussalam Gontor, Ponorogo, Indonesia.
7. Abd. Wadud, et. al., Qur‟an Hadits (Semarang: Toha Putra, 1994), hlm.70.

KELOMPOK 2 | PUASA 25

Anda mungkin juga menyukai