Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Disusun Oleh :
1. Annisa Kesumawati (06101381924034)
2. Ayu Agustin (06101181924005)
3. Chyntia Meliana Siregar (06101281924016)
4. Farah Attiyah Nurrahmah (06101381924047)
5. Fatimah Az’zahra Hadi Pasha (06101281924023)
6. Grace Artha Paulina Pakpahan (06101281924020)
7. Indah Khovivah (06101281924065)
8. Marisa (06101281924032)
9. Novia Aquaristy Hutabarat (06101181924011)
10. Rakhel Dwi Melinda (06101181924013)
11. Sella Devyanti (06101281924027)
12. Wicke Fatry Aldila (06101381924054)
13. Yeni Fitryana (06101281924062)

Dosen Pengampuh :
1. Rodi Edi, S.Pd., M.Si.
2. Maefa Eka Haryani, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020/2021
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
karena telah memberikan kesempatan kepada kami sebagai penulis untuk menyelesaikan
makalah yang berjudul “Hakikat Belajar dan Pembelajaran”.

Dalam menulis makalah ini, Alhamdulillah kami selaku penulis tidak mendapat
kendala apapun terkait makalah ini, sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan dengan baik
dan tepat waktu. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata
kuliah ini, karena telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini dan semua orang
yang terlibat yang telah memberikan dorongan dan motivasi sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Kami juga menyampaikan kepada para pembaca, jika dalam penulisan makalah ini
terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan, untuk itu kami dengan senang hati
menerima kritik, masukan dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga apa yang di harapkan kami dapat dicapai dengan
sempurna.

Indralaya, 25 Januari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................................3

BAB I........................................................................................................................................................4

A.Latar Belakang..................................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah……………………………………………...…………………………………5

C. Tujuan……………………………………………………………………………………………..5

BAB II....................................................................................................................................................6

A. Definisi Ketengikan…………………………………………………………………………….6

B. Definisi Antioksidan……………………………………………………………………………6

C. Alasan Antioksidan Sangat Dibutuhkan dalam Pengawetan Makanan………………………...6

D. Macam-macam Tipe Antioksidan………………………………………………………………7

E. Peran Antioksidan dalam Makanan serta Efek Perlindungannya………………………………7

F. Aplikasi Antioksidan dalam Makanan...………………………………………………8


G. Metode Penentuan Antioksidan……………………………………………………….8
BAB III………………………………………………………………………………………………..11

Kesimpulan……………………………………………………………………………………...….11

Saran………………………………………………………………………………………………...11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS


adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.

Dalam pendidikan, revolusi di bidang teknologi komunikasi dan informasi ternyata


telah mempengaruhi kehidupan manusia modern, yang ditandai dengan munculnya
istilah-istilah seperti e-learning, e-book sampai e-education. Revolusi ini semakin
populer karena otak manusia sekarang sudah terbiasa dengan konsep ruang dan waktu
yang bersifat relatif.

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting
dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005)
menyebutkan bahwa bagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui
kegiatan belajar.

Proses belajar pada hakekatnya juga merupakan kegiatan mental yang tidak dapat
dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak
dapat disaksikan. Manusia hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-
gejala perubahan perilaku yang tampak. Oleh karena itu, George R. Knight (1982: 82)
menganjurkan lebih banyak kebebasan untuk berekspresi bagi peserta didik dan
lingkungan yang lebih terbuka sehingga peserta didik dapat mengerahkan energinya
dengan cara yang efektif. Lebih lanjut, peserta didik sebagai makhluk yang dinamis
harus diberi kesempatan untuk menentukan harapan dan tujuan mereka dan guru
pendidik lebih berperan sebagai penasehat, penunjuk jalan, dan rekan seperjalanan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengajukan makalah yang


berjudul “Hakikat Belajar dan Pembelajaran” yang nantinya dapat memperjelas
pengertian dan hakekat dari belajar.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan yang dimaksud dengan hakikat belajar?


2. Apa itu antioksidan?
3. Mengapa antioksidan sangat dibutuhkan dalam pengawetan makanan?
4. Apa saja macam-macam tipe dari antioksidan?
5. Apa peran antioksidan dalam makanan dan efek perlindungannya terhadap penyakit?
6. Bagaimana aplikasi antioksidan dalam makanan?
7. Apa saja metode penentuan antioksidan yang diisolasi oleh substrat?

1.3 TUJUAN MASALAH

1. Mengetahui arti dari ketengikan


2. Mengetahui definisi dari antioksidan
3. Mengetahui alasan antioksidan sangat dibutuhkan dalam pengawetan makanan
4. Mengetahui macam-macam tipe dari antioksidan
5. Mengetahui peran antioksidan dalam makanan serta efek perlindungannya terhadap
penyakit
6. Mengetahui aplikasi antioksidan dalam makanan
7. Apa saja metode penentuan antioksidan yang diisolasi oleh substrat?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI KETENGIKAN

Ketengikan (rancidity) merupakan kerusakan atau perubahan bau dan flavor


dalam lemak atau bahan pangan berlemak. Sebagai salah satu produk pangan
berlemak kacang rentan terhadap ketengikan selama penyimpanan. Lama pemanasan
minyak dapat mengakibatkan perubahan nilai angka peroksidanya, sehingga akan
mempengaruhi kualitas pada bahan yang digoreng. Disamping itu ketersediaan
oksigen dalam kemasan ditengarai juga akan mempengaruhi terjadinya proses
ketengikan.

5
2.2 DEFINISI ANTIOKSIDAN
Dalam arti luas, antioksidan adalah segala zat yang dapat melindungi bahan
(tidak hanya makanan) dari autoksidasi, terlepas dari mekanisme tindakannya. Lebih
tepatnya, senyawa semacam itu harus disebut oksidasi inhibitor, dan hanya zat yang
menghambat oksidasi melalui reaksi dengan radikal bebas yang seharusnya disebut
antioksidan. Potensi pemulungan radikal bebas merupakan metode penting untuk
penentuan aktivitas antioksidan.

2.3 ALASAN ANTIOKSIDAN SANGAT DIBUTUHKAN


Autoksidasi lipid dimulai dari radikal bebas. Hidroperoksida yang dihasilkan
oleh autoksidasi adalah terurai, sehingga dapat menghasilkan radikal bebas yang
memulai reaksi oksidasi lebih lanjut. Pada awalnya, konsentrasi radikal bebas sangat
rendah dan oksidasinya lambat. Secara bertahap, konsentrasi hidroperoksida dan
produk oksidasi lainnya pun meningkat. Konsentrasi radikal bebas terbentuk
bersamaan dengan dekomposisi yang meningkat dan dengan demikian laju oksidasi
keseluruhan pun meningkat secara eksponensial. Penyimpanan bahan makanan yang
mengandung lemak dibatasi oleh periode oksidasi yang lambat, dimana nilai sensoris
masih dapat diterima. Tahap oksidasi yang sangat lambat pada awal penyimpanan
disebut periode induksi. Periode induksi dan waktu simpan dapat diperpanjang
dengan penambahan antioksidan. Namun, antioksidan ini tidak mampu sepenuhnya
menghilangkan reaksi oksidasi walaupun saat mereka aktif dalam memperpanjang
waktu penyimpanan.

2.4 MACAM-MACAM TIPE ANTIOKSIDAN

Kelompok Senyawa Mekanisme Aksi Contoh Inhibitor


No.
1 Antioksidan Bereaksi dengan radikal Propyl gallate, tokoferol
bebas
2 Deaktivator Bereaksi dengan Sistein,
hidroperoksida hidroperoksida selenomethionine
3 Sinergis Regenerasi dari sebuah Ascorbyl palmitate
antioksidan
4 Pemadam oksigen Transformasi dari oksigen Karoten
singlet singlet ke oksigen triplet
5 Agen chelating Mengikat logam berat Polifofat, asam sitrat
menjadi komplek yang

6
tidak aktif

2.5 ANTIOKSIDAN DALAM MAKANAN DAN EFEK PERLINDUNGANNYA


TERHADAP PENYAKIT
Sampai saat ini, manusia mengonsumsi makanan rendah lemak tak jenuh
ganda, sementara sejumlah besar mengandung berbagai fenolik zat yang dikonsumsi
secara teratur. Kandungan radikal bebas seperti diet in vivo adalah rendah. Dalam
Beberapa dekade terakhir, konsumsi lemak tak jenuh ganda, misalnya minyak nabati,
telah meningkat beberapa kali, terutama sebagai pencegahan terhadap beberapa
penyakit kardiovaskular. Cara terbaik Mencegah penyakit kardiovaskuler adalah
dengan meningkatkan konsentrasi antioksidan dalam darah dengan menjaga
konsentrasi radikal bebas pada tingkat rendah. Ini adalah cara paling mudah untuk
dicapai dengan meningkatkan asupan antioksidan pada makanan. Radikal bebas yang
ada dalam darah adalah lipofilik (radikal peroksi lipid) dan hidrofilik (diproduksi
dengan dekomposisi hidrogen peroksida, anion superoksida, atau bentuk oksigen aktif
lainnya); oleh karena itu, kita dapat mengolah makanan dengan menambahkan
lipofilik (tokoferol, karoten) dan antioksidan hidrofilik (asam askorbat) agar radikal
bebas yang ada dalam darah tetap berada pada tingkat rendah. Asam lemak tak jenuh
ganda mudah teroksidasi pada in vivo yang menghasilkan pembentukan radikal bebas.
Aktivitas berbagai antioksidan (misalnya tokoferol, sulfur, dan senyawa selenium)
sangat penting dalam pencegahan kanker. Oleh karena itu, penerapan antioksidan
dalam makanan yang berfungsi untuk menekan radikal bebas sangat penting dalam
pencegahan beberapa penyakit kronis.

2.6 APLIKASI ANTIOKSIDAN DALAM MAKANAN


Lemak hewani, seperti lemak babi, lemak sapi, atau lemak susu, hanya
mengandung antioksidan alami dalam jumlah yang sangat rendah; oleh karena itu,
stabilitasnya terhadap oksidasi rendah meskipun tingkat ketidakjenuhannya relatif
rendah. Untungnya, antioksidan sintetis dan alami sangat aktif dalam menstabilkan
lemak hewani. Paling seringkali, campuran antioksidan dan sinergis digunakan untuk
stabilisasi. Antioksidan nonpolar menunjukkan hasil yang baik, tetapi antioksidan
polar juga dapat digunakan. Ketika lemak distabilkan dengan antioksidan polar, maka
dapat digunakan untuk menyiapkan makanan, misalnya untuk memasak atau
memanggang. Aktivitas antioksidan sebagian hilang dengan ekstraksi antioksidan ke

7
dalam fase air. Antioksidan nonpolar tidak kehilangan aktivitasnya di bawah kondisi
serupa, karena mereka tetap dalam fase lipidic; dikatakan bahwa mereka memiliki
efek carry-through yang baik.

Minyak nabati agak sulit untuk distabilkan karena kandungan lemak tak jenuh
ganda yang tinggi asam. Keuntungannya adalah karena terdapat antioksidan
alamimdalam minyak nabati tersebut, seperti tokoferol. Tambahan antioksidan fenolik
biasanya menunjukkan efisiensi yang terbatas, tetapi penambahan sinergis sangat
membantu. Ascorbyl palmitate, fosfolipid, atau asam polivalen organik berguna
sebagai inhibitor pada minyak nabati. Kebanyakan minyak tak jenuh ganda diolah
dengan asam fosfat, sitrat, atau asam polivalen lainnya selama pemrosesan (mereka
ditambahkan dalam tahap penghilangan bau) sehingga beberapa sinergis sisa sering
muncul dalam minyak sulingan. Minyak yang mengandung antioksidan alami tingkat
tinggi, seperti minyak zaitun, minyak wijen, minyak beras dan lain-lain, sudah cukup
stabil dalam penyimpanan tanpa stabilisasi tambahan. Penambahan lebih lanjut dari
tokoferol ke kebanyakan tak jenuh ganda minyak nabati tidak efisien, karena
kandungan alaminya dalam minyak sangat mendekati optimal. Tokoferol asetat
terkadang ditambahkan untuk meningkatkan aktivitas vitamin, bukan untuk
memperpanjang umur simpan.

2.7 PENENTUAN ANTIOKSIDAN YANG DIISOLASI DARI SUBSTRAT


2.7.1 Metode Spektrofotometri
Metode spektrofotometri sangat sederhana dan tidak memerlukan
peralatan yang mahal. Biasanya redoks kapasitas antioksidan digunakan dan
sampelnya direaksikan dengan agen pengoksidasi yang sesuai dan redoks
indikator. Perubahan warna kemudian direkam. Metode lain adalah reaksi
dengan garam besi, yang direduksi menjadi garam besi. Senyawa yang
bereaksi dengan besi atau sisa besi garam kemudian ditambahkan, dan
pewarnaan kompleks diukur. Penentuan tokoferol menggunakan reagen
Emmerie-Engel adalah contoh tipikal.
Metode lain yang sangat umum adalah reaksi antioksidan dengan
kompleks fosfomolibdat dan pengukuran warna biru molibden yang dihasilkan
oleh reduksi. Reaksi ini, diusulkan oleh Folin dan Ciocalteu, tidak spesifik
untuk zat polifenol karena dapat diterapkan pada semua turunan fenolik. Tidak
hanya untuk senyawa orto- atau para-disubstitusi tetapi juga untuk asam

8
askorbat. Metode spektrofotometri tidak cukup selektif, karena semua
senyawa polifenol biasanya bereaksi sama dan ditentukan. Oleh karena itu,
mereka hanya cocok dalam kasus di mana satu antioksidan telah digunakan
atau setelah pemisahan sebelumnya atau jika penentuan antioksidan total
sudah cukup.

2.7.2 Metode Kromatografi


Antioksidan dapat ditentukan dengan gas atau kromatografi cair,
terutama setelah derivatisasi (sililasi hidroksil fenolik). Metode penentuan
standar tersedia. Kolom semipolar dikemas dengan Carbowax 20 M sudah
memuaskan. Metode tersebut dapat digabungkan dengan identifikasi
menggunakan massa detektor spektrometri. Analisis menggunakan HPLC
telah banyak digunakan dalam tiga dekade terakhir. Antioksidan paling baik
ditentukan dengan menggunakan kromatografi fase balik pada silika
oktadekilasi gel dengan deteksi ultraviolet. Untuk penentuan zat yang sangat
polar, seperti propil galat atau asam askorbat, fase langsung dapat diterima.
Kromatografi lapis tipis (KLT) sering digunakan sebelum pengembangan
HPLC, dan beberapa metode standar berdasarkan TLC masih tersedia. TLC
dapat digunakan dengan peralatan canggih seperti TLC-FID performa tinggi.

2.7.3 Metode Elektrokimia


Metode elektrokimia didasarkan pada penentuan jumlah energi listrik
yang diperlukan mengoksidasi substrat. Penentuan ketiga tokoferol,
menggunakan voltametri pulsa, adalah contoh tipikal. Metode kromatografi
dapat digabungkan dengan metode elektrokimia, untukm isalnya, untuk
menggunakan HPLC yang dilengkapi dengan detektor elektrokimia.
Metodenya sangat sensitif dan selektif.

BAB III
PENUTUP

9
A Kesimpulan
Ketengikan merupakan kerusakan atau perubahan bau yang terjadi pada pangan
berlemak. Ketengikan dapat dicegah dengan menambahkan antioksidan ke dalam pangan
yang berlemak tersebut. Antioksidan adalah zat yang dapat melindungi bahan dari
autoksidasi. Fungsi dari antioksidan ini adalah sebagai penghambat oksidasi sehingga
mampu memperpanjang waktu penyimpanan makanan (sebagai bahan pengawet).

B Saran
Diharapkan dalam pengawetan pangan maupun yang lainnya, antioksidan yang
digunakan harus sudah sesuai dengan standar kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

10
Bintoro, N., Maharani, D.M., Rahardjo, B. (2012). Kinetika Perubahan Ketengikan
(Rancidity) Kacang Goreng Selama Proses Penyimpanan. Jurnal Agritech,
32(1) : 15-17.
Rahman, M.S. 2007. Handbook of Food Preservation 2nd ed. USA : CRC Press.

11

Anda mungkin juga menyukai