BLOK 12 MODUL 1
Obat Bahan Alam
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan yang
berjudul “Obat Bahan Alam” tepat pada waktunya. Laporan ini kami susun dari
berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga terselesaikannya laporan ini, antara lain :
1. dr. Ika Fikriah, M. Kes selaku tutor kelompok 1 yang telah membimbing
kami dalam menyelesaikan DKK.
2. Teman-teman kelompok 1 yang telah menyumbangkan pemikiran dan
tenaganya sehingga DKK 1 dan 2 dapat berjalan dengan baik, serta dapat
menyelesaikan laporan hasil DKK.
3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
angkatan 2019 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu
per satu.
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan ini
sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil DKK ini.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar.................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Skenario............................................................................................. 5
2.2 Identifikasi Istilah Sulit ..................................................................... 5
2.3 Identifikasi Masalah .......................................................................... 6
2.4 Analisa Masalah ................................................................................ 7
2.5 Strukturisasi Konsep ......................................................................... 10
2.6 Learning Objective ............................................................................ 10
2.7 Belajar Mandiri ................................................................................. 10
2.8 Sintesis Masalah ................................................................................ 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
Cerdas Memilih Obat Tradisional
Pada suatu acara reuni kecil teman SMA terjadi pembicaraan antara Ayu
mahasiswa kedokteran Universitas Mulawarman dengan teman SMA bernama
Dara.
Dara: Ayu, ibu saya menderita asam urat darah nilainya selalu tinggi bosan
konsumsi allopurinol terus menerus dan sering kambuh, minggu lalu berhenti
minum obat dan kemarin kambuh lagi habis makan banyak seafood pas acara
keluarga, direkomendasikan temannya minum herbal Merek Jempol sambil
memberikan brosur yang dibawa kepada Ayu, banyak testimoni puluhan orang
asam urat sembuh tapi ragu masa asam urat bisa sembuh hanya konsumsi herbal.
Komposisi tiap herbal ada uji toksisitas dan praklinik mengurangi nyeri dan
komposisi ramuan telah digunakan sebagai ramuan saintifikasi jamu
menurunkan asam urat dan ada uji klinik secara testimoni, pendapat Ayu
bagaimana?
Ayu: Setelah mencermati brosur yang ada kemasan produk, saya meragukan
produk ini, tidak mudah mendapatkan logo fitofarmaka yang lolos uji klinis,
kita harus cerdas memilih obat tradisional, nanti saya coba telusuri, sekarang
mudah pengecekan di BPOM dan mencari sumber informasi ada dimana saja,
saya pinjam brosurnya untuk dipelajari lebih lanjut.
2.2 Identifikasi istilah sulit
1. Allupurinol : obat yang diberikan kepada penderita asam urat atau gout
atritis. Menghambat agar xantin tidak berubah menjadi asam urat. Inhibitor
xantin oksidase ,memblokade pembentukan asam urat. Digunakan sebagai
profilaksis terapi hipourisemia dan asam urat. Menghadapi hiperurisemia.
Mencegah peningkatan kadar asam urat
5
2. Saintifikasi Jamu : suatu uji pada jamu melalui penelitian pada pelayanan
kesehatan(klinik pelayanan jamu). Terdapat riset keamanan dan
kemanfaatan jamu teruji secara ilmiah.
3. Uji toksisitas dan pra klinik : uji yang dilakukan untuk mendeteksi efek
toksik pada obat obat tertentu. Uji praklinik itu terdiri dari uji toksisitas dan
uji farmakodinamik, dilakukan pada hewan ataupun culture (kuman) coba
untuk membuktikan apakah aman. uji praklinik untuk mengetahui
keamanan dan kebenaran bahan uji yang dilakukan melalui uji toksisitas dan
dan aktivitas. Untuk meilhat respon dari sesuatu yang kita uji, layak
digunakan atau tidak.
4. Fitofarmaka : sediaan bahan alam yang telah dibuktikan secara ilmiah dan
produknya sudah distandarisasi. Jamu baru ada empiris, OHT itu sudah ada
penelitian ilmiah dan pra klinik, fitofarmaka itu sudah ditambah uji klinik
5. Uji klinik : sebelumnya udah uji praklinik. untuk memastikan efektifitas,
keamanan dan efek samping pada manusia. Sudah mengikutsertakan subjek
manusia untuk memastikan efek klinis, farmakologis, dan efek
farmakodinamik. Untuk mengetahui Ekresi distribusi dan absorbsi dari obat
yang diuji untuk memastikan obat itu aman untuk dikonsumsi. Sudah setara
obat obat modern dan dapat diresepkan oleh dokter.
2.3 Identifikasi masalah
1. Kenapa asam urat dapat naik ketika setelah memakan seafood?
2. Apakah kandungan obat dapat memberi efek pada asam urat ibu di skenario?
3. Berapa kadar asam urat normal, factor resiko hiperurisemia?
4. Apakah suatu testimony itu dapat membuktikan obat itu aman dikonsumsi?
5. Apa kriteria atau syarat obat tradisional dapat dimasukkan dalam obat
fitofarmaka?
6. Apa symbol yang ada selain symbol pada fitofarmaka?
7. Mengapa untuk mendapat logo fitofarmaka itu susah
8. Apa saja keunggulan dan kerugian obat bahan alam/tradisional?
9. Apa saja yang dicek di BPOM?
6
10. Apa kah ada syarat tersendiri untuk kemasan suatu obat tradisional, dan
apakah ada bahan yang dilarang untuk suaru obat tradisional?
11. Apakah ada ketertuan tertentu untuk dilakukan pada obat uji klinis?
2.4 Analisa Masalah
1. Kenapa asam urat dapat naik ketika setelah memakan seafood?
a. Kadar urat lebih ketika tinggi diatas normal dimana konssntrasi
monosodium itu berlebihan, protein tinggi mengandung kadar purin
tinggi itu meningkatkan kadar asam urat didalam darah sehingga
dapat memicu inflamasi. Purin itu tinggi pada seafood yang
merupakan factor resiko tinggi. Ketika tubuh mengomsumsi purin
tinggi membuat limbah asam urat terlalu tinggi.
b. Daging merah, bayam dan kacang kacangan tinggi purin.
2. Apakah kandungan obat dapat memberi efek pada asam urat ibu di
skenario?
a. Obat herbal tidak diboleh dilebih lebihkan khasiatnya ( tidak boleh
menyembuhkan) tapi dapat dengan kata kata dapat membantu
mengatasi..
b. Kayu secang dan daun kepel dapat membantu menurunkan kadar
asam urat dalam tubuh.
c. Kurang terlalu berpengaruh tapi merupakan obat turun – temurun
dan perlu dilakukan uji agar terbukti.
d. Daun kepel kandungannya ada flavonoid yang membantu
menurunkan kadar asam urat.
e. Kayu secang mirip dengan allopurinol. Temulawak seperti antibiotic.
Kunyit memiliki faktor pada antiinflamasi.
f. Komposisi udah sesuai dengan kemenkes, dari hasil uji klinis ada
penurunan asam urat setelah pemberian obat herbal ini selama 28
hari.
3. Berapa kadar asam urat normal, factor resiko hiperurisemia?
a. Pria : 3,4-7 mg/dl
b. Wanita : 2,4-6 mg/dl
7
c. Anak <18 tahun :5 mg/dl
d. Factor resiko: jenis kelamin, genetic(hiperurisemia), obesitas, dan
makanan banyak purin, penyakit kronik(DM, dll), mengkonsumsi
obat obatan terlarang dan alcohol, gangguan fungsi enzim mengatur
metabolisme purin, usia( diatas 60 tahun resiko lebih besar urisemia
karena degenerasi ginjal sehingga gangguan pada filtrasi di
glomerulus).
4. Apakah suatu testimony itu dapat membuktikan obat itu aman
dikonsumsi?
a. Testimoni itu lebih pada jamu karena dari orang ke orang, untuk
fitofarmaka kurang karena harus melibatkan penelitian untuk
terbukti khasiatnya.
b. Harus dipastikan terdaftar di BPOM brarti sudah layak dikonsumsi
walau tanpa testimoni. Karena bisa saja dilebih-lebihkan oleh orang
yang mengkonsumsi.
5. Apa kriteria atau syarat obat tradisional dapat dimasukkan dalam
obat fitofarmaka?
a. Melalui uji praklinis dan uji klinis bisa dikatakan obat fitofarmaka.
b. Aman sesuai persyaratan, melewati uji praklinis dan klinis, mutu
berlaku, bahan baku teruji(pengolahan sesuai peraturan), memenuhi
persyatan yang berlaku, kemasan sesuai standar. Tidak boleh
menyimpang dari uji klinis sebelumnya.
c. Dimasukkan kategori jamu dulu kemudian datanya sesuai
persyaratan berlaku dan dapat digunakan 3 generasi, dilakukan uji
praklinis. Setelah masuk obat standar lanjut pemeriksaan uji klinis
baru bisa masuk fitofarmaka.
6. Apa symbol yang ada selain symbol pada fitofarmaka?
Logo halal, logo obat,gambar yang mewakili obat tersebut, symbol huruf k :
obat keras, symbol hijau: obat bebas, simbil positif: golongan narkotika,
logo bintang 3: OHT(obat herbal terstandar), logo biru :obat bebas terbatas/
8
obat yang lebih susah didapatkan masyarakat, logo daun: obat herbal(jamu),
obat serpihan salju :fitofarmaka. Cara penyimpanan, logo anatomi tubuh
manusia dan bakteri tidak boleh.
9
perhatian, netto/isi untuk dosis, bagaimana cara penyimpanan, dosis,
tanggal produksi dan kadaluwarsa, logo halal.
b. Bahan yang dilarang itu bahan kimia obat (parasetamol, dll) dapat
disita, tumbuhan, hewan (kodok), mineral, senyawa alcohol.
11. Apakah ada ketentuan tertentu untuk dilakukan pada obat uji klinis?
Tidak ada ketentuan tertentu, Sebelum dilakukan uji klinis, dilakukan uji
toksisitas dan pra klinis terlebih dahulu.
2.5 Strukturisasi Konsep
10
2.6 Learning Objectives
1. Mahasiswa mampu mengetahui Ketentuan dan tata cara melakukan uji
praklinis dan uji klinis
2. Mahasiswa mampu mengetahui Pengelompokkan OBA
3. Mahasiswa mampu mengetahui Registrasi BPOM
4. Mahasiswa mampu mengetahui Aturan Desain Kemasan Obat Bahan Alam
5. Mahasiswa mampu mengetahui Cara memilih obat yg baik dan aman sesuai
kebutuhan
2.7 Belajar Mandiri
Dalam tahap belajar mandiri ini, setiap individu kelompok melakukan
kegiatan belajar baik mandiri maupun kelompok dengan mempelajari semua
hal yang berkaitan dengan learning objectives dari berbagai sumber referensi
yang bisa didapat.
2.8 Sintesis
1. Ketentuan dan Tata Cara Melakukan Uji Praklinis dan Uji Klinis
a. Uji Praklinik
11
Secara umum uji toksisitas obat dibagi dalam 2 bagian yaitu uji
toksisitas in-vitro dan uji toksisitas in-vivo. Berdasarkan lama waktu
terjadinya efektoksik maka uji toksisitas umum dibagi atas tiga
bagian yakni uji toksik maka uji toksisitas umum dibagi atas tiga
bagian yakni uji toksisitas akut, uji toksisitas subkronik dan uji
toksisitas kronik. Kemudian ada uji toksisitas khusus yang meliputi:
uji teratogenik, uji karsinogenik dan uji mutagenik. Hasil yang
diperoleh dari pelaksanaan uji toksisitas dapat memberikan
informasi tentang tingkat keamanan suatu zat/bahan pada hewan
coba atau bahan biologi lainnya sebelum zat/bahan tersebut
digunakan di klinik. Sedangkan uji aktivitas (khasiat) obat adalah
suatu uji untuk menentukan kebenaran khasiat suatu bahan uji yang
dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan metodologi dan
parameter yang ditentukan berdasarkan tujuan penggunaan bahan
uji yang akan dipakai di klinik.
b. Uji Klinik
12
Uji Praklinik adalah suatu uji yang dilakukan dengan tujuan
mengumpulkan informasi toksikologi dan farmakologi untuk
mengetahui keamanan dan khasiat suatu produk uji secara ilmiah
yang dilakukan melalui uji toksisitas dan uji aktivitas.
2. Pengelompokkan OBA
13
A. Jamu
1. Jamu harus memenuhi kriteria:
a) Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
b) Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris
c) Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
2. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian
tradisional dan tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian
umum dan medium
3. Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata- kata: "
Secara tradisional digunakan untuk ...", atau sesuai dengan yang
disetujui pada pendaftaran.
4. Kelompok jamu sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir
a untuk pendaftaran baru harus mencantumkan logo dan tulisan
“JAMU” sebagaimana contoh terlampir.
a) Logo sebagaimana dimaksud ayat (1) berupa
“RANTING DAUN TERLETAK DALAM LINGKARAN”,
dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah/
pembungkus/ brosur.
b) Logo (ranting daun dalam lingkaran) sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dicetak dengan warna hijau di atas
dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras
dengan warna logo.
c) Tulisan “JAMU” sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam
di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok
kontras dengan tulisan “JAMU”
5. Produk obat bahan alam kelompok jamu telah memperoleh
izin edar sebelum keputusan ini ditetapkan masih diperbolehkan
menggunakan penandaan dengan logo lama.
B. Obat Herbal Terstandar
1. Obat Herbal Terstandar harus memenuhi kriteria:
14
a) Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
b) Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ pra klinik
c) Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku
yang digunakan dalam produk jadi memenuhi persyaratan
mutu yang berlaku
2. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian
yaitu tingkat pembuktian umum dan medium.
3. Obat herbal terstandar sebagaimana dimaksud dalam pasal 1
butir b harus mencantumkan logo dan tulisan “OBAT HERBAL
TERSTANDAR” sebagaimana contoh terlampir.
a) Logo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa”
JARI-JARI DAUN (3 PASANG) TERLETAK DALAM
LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas sebelah
kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur.
b) Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dicetak dengan warna hijau di atas
warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan
warna logo.
c) Tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” yang
dimaksud pada ayat (1) harus jelas dan mudah dibaca, dicetak
dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain
yang mencolok kontras dengan tulisan “OBAT HERBAL
TERSTANDAR”.
C. Fitofarmaka
1. Fitofarmaka harus memenuhi kriteria :
a) Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
b) Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ pra klinik
c) Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku
yang digunakan dalam produk jadi
d) Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
15
2. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian
medium dan tinggi.
3. Kelompok Fitofarmaka sebagaimana dimaksud dalam pasal
1 butir c harus mencantumkan logo dan tulisan “FITOFARMAK”
sebagaimana contoh terlampir.
a) Logo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
“JARI-JARI DAUN (YANG KEMUDIAN MEMBENTUK
BINTANG) TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan
ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah/
pembungkus/ brosur.
b) Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dicetak dengan warna hijau di atas
dasar putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan
warna logo.
c) Tulisan “FITOFARMAKA” yang dimaksud pada
ayat (1) harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna
hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang
menyolok kontras dengan tulisan “FITOFARMAKA”.
3. Registrasi BPOM
16
Registrasi akun perusahaan
A. Lokal
1. Nomor Induk Berusaha (NIB)
2. Sertifikat CPOB / CPOTB / CPPOB / rekomendasi hasil audit sarana
produksi dari Direktorat Pengawasan Obat Tradisional dan Suplemen
Kesehatan atau Balai Besar / Balai POM setempat
3. Akte notaris
4. Surat kuasa bermaterai sebagai penanggungj awab akun perusahaan
B. Impor
1. Nomor Induk Berusaha (NIB)
2. Rekomendasi hasil audit sarana distribusi dari Direktorat
Pengawasan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan
3. Sertifikat Good Manufacturing Practice (GMP) dari produsen di
luar negeri
4. Akta notaris
5. Surat kuasa bermaterai sebagai penanggung jawab akun perusahaan
17
A. Registrasi baru
18
4. Perjanjian kerjasama distribusi (jika mencantumkan distributor pada
penandaan/ kemasan)
19
10. Sertifikat analisis gelatin, asal perolehan gelatin, sertifikat bebas
Bovine Spongiform Encephalopathy dan sertifikat halal dari lembaga yang
berwenang
11. Uji kadar lovastatin untuk Monascus sp (Red Yeast) dengan
ketentuan tidak lebih dari 1 % dan bebas citrinin
12. Asal dan proses perolehan bahan-bahan tertentu sesuai ketentuan
yang berlaku
Lain-lain
20
B. Registrasi ulang
Lokal
Impor
C. Registasi variasi
Variasi minor dengan notifikasi
1. Perubahan desain kemasan seperti namun tidak terbatas pada warna
desain kemasan, perubahan tata letak gambar ataupun informasi produk,
perubahan jenis atau ukuran tulisan, logo perusahaan, penghilangan bahasa
21
asing dari penandaan, perubahan bentuk dan/atau dimensi kemasan tanpa
perubahan spesifikasi kemasan dan ukuran
2. Perubahan sistem penomoran bets
3. Perubahan atau penambahan imprint bossing atau tanda lain pada
tablet atau perubahan atau penambahan printing dan/atau tinta yang
digunakan pada kapsul
4. Perubahan metode analisis bahan baku dan/atau produk jadi yang
tidak merubah spesifikasi dan mutu bahan baku maupun produk jadi
5. Perubahan atau penambahan produsen bahan baku yang tidak
merubah spesifikasi dan mutu bahan baku maupun produk jadi
22
5. Perubahan stabilitas terkait batas kadaluwarsa
6. Perubahan teknologi produksi
7. Perubahan atau penambahan tempat produksi dan/atau pengemasan
primer
8. Perubahan nama pendaftar dengan perubahan status kepemilikan
23
4. Aturan Desain Kemasan Obat Bahan Alam
Merk
Ilustrasi
Nomor Registrasi
Nomor registrasi / pendaftaran untuk jenis obat tradisional jamu terdiri dari
9 digit dan diawali dengan POM TR. Badan POM mengeluarkan 1 nomor
registrasi untuk 1 item produk.
Logo jamu harus dicantumkan! BPOM membuat aturan logo ini harus
dicantumkan di bagian kiri atas. penggunaan warna logo juga tidak bisa
dirubah, standard yang digunakan adalah warna hijau tua.
Produsen
24
Komposisi Produk
Netto / Isi
Khasiat yang dicantumkan pada suatu kemasan obat tradisional harus sama
dengan sertifikat yang diberikan oleh BPOM. Khasiat tidak boleh dilebih-
lebihkan/dramatis.
Cara Penyimpanan
Dosis
Seperti obat dokter, obat tradisional juga memiliki aturan dosis yang
dianjurkan. Dosis untuk pengobatan berbeda dengan pencegahan. Dosis
yang berlebihan dalam mengkonsumsi obat tradisional juga akan
menimbulkan efek samping.
25
Nomor Produksi & Expired Date
Logo Halal
26
Untuk mempermudah konsumen memilih obat yang dibutuhkan,
penjelasannya harus jelas, berdasarkan fakta dan tidak boleh dilebih-
lebihkan
4. Nomor registrasi
BPOM mengeluarkan nomor ini dengan 9 digit diawali dengan POM TR
dan 1 nomor registrasi untuk 1 item produk. Ketika mendapatkan nomor ini
berarti produk tersebut sudah aman dan layak diedarkan
5. Logo obat herbal
Logo harus dicantumkan sesuai standard yang dikeluarkan BPOM yaitu
bewarna hijau tua dan berdasarkan tingkatannya (jamu, obat herbal
terstandar ataupun fitofarmaka)
6. Produsen
Hal ini penting diantumkan agar konsumen dapat mengenali reputasi dan
mencari info tentang perusahaan yang mengeluarkan obat tersebut
7. Komposisi produk
Sebuah obat pasti mengandung satu atau lebih bahan obat yang harus
dicantumkan di kemasan menggunakan nama latin beserta berat masing-
masing bahan
8. Peringatan
Hal ini hanya perlu dicantumkan pada beberapa jenis produk seperti
produk penurun tekanan dara, pelangsing, diabetes dan lainnya mengenai
efek samping dari penggunaan obat ini
9. Netto dan Dosis
27
Pencantuman nettot perlu sebagai info yang berkaitan dengan dosis
pemakaian agar tidak berlebihan yang menimbulkan efek samping
10. Cara penyimpanan
Obat herbal memiliki standar tertentu dalam hal penyimpanan agar
kandungan produk tidak mudah kadaluwarsa
11. Nomor Produksi dan Tanggal Kadaluwarsa
Pencantuman kode produksi diperlukan baik oleh produsen maupun
konsumen guna mempermudah mengecek tanggal produksi, ataupun hal
lain seperti pengajuan complaint dari konsumen atas ketidakpuasan isi
produk. Tanggal kadaluwarsa harus dicantumkan guna mempermudah
konsumen dalam menentukan pilihan produk yang akan dikonsumsi.
12. Logo Halal
Bagi beberapa produsen, logo halal berikut nomornya sangat dipentingkan.
Sikap masyarakat Indonesia yang begitu mementingkan kehalalan suatu
produk menjadikan logo halal penting untuk dicantumkan.
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat bahan alam merupakan bahan atau ramuan bahan yang berasal dari
bahan berupa tumbuhan, hewan, bahan mineral, dan sebagainya. Obat ini terdiri
atas tiga macam, yaitu:
- jamu: klaim khasiat berdasarkan bukti data empiris
- obat herbal terstandart: klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah
/praklinik dan telah dilakukan stadarisasi dari bahan baku yang digunakan
dalam produk jadi.
- Fitofarmaka: klaim khasiat harus dilakukan dengan uji klinis dan
telah dilakukan standarisasi dari bahan baku yang digunakan dalam produk
jadi.
Obat-obatan ini diedarkan di wilayah Indonesia wajib memiliki izin edar yang
diberikan oleh Kepala Badan POM, namun dikecualikan untuk:
• Obat tradisional yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan usaha
jamu gendong
• Simplisia dan sediaan alenik untuk keperluan industry dan keperluan
pelayanan pengobatan tradisional
• Obat tradisional yang digunakan untuk penelitian, sampel untuk
registasi dan pameran, dalam jumlah terbatas dan tidak diperjualbelikan
3.2 Saran
Mengingat masih banyak kekurangan dari kelompok kami,baik dari segi
diskusi kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari dosen-dosen yang mengajar baik sebagai
tutor maupun dosen yang memberikan materi kuliah, dari rekan-rekan angkatan
2019 dan dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan. Dan kami berharap
semoga laporan ini bisa berguna bagi para pembaca.
29
DAFTAR PUSTAKA
Pradono, J, dkk. (2019). Bunga Rampai Uji Klinik. Jakarta : Lembaga Penerbit
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Qolbiherbs.com. (2020, 28 Oktober). Ini Yang Harus Ada Di Kemasan Produk
Herbal. Diakses pada 28 April 2021 dari https://qolbiherbs.com/aturan-desain-
penulisan-kemasan-produk-herbal/
30