DISUSUN OLEH :
NAMA :
1
1. Adellia Muharyati 482011805002 9. Dewi Tri Astuti 482011805025
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul INTERAKSI OBAT.
Penulisan ini ingin mengetahui bahwa bagaimana adanya interaksi obat satu sama lain
yang sering digunakan oleh masyarakat pada umunya atau yang lebih dikenal dengan
polyfarmasi, sehingga dapat mengetahui apa saja yang dapat berinteraksi baik itu obat, makanan,
herbal, suplemen, rokok serta alkohol. Kemungkinan interaksi tersebut terjadi karena adanya
suatu zat yang terkandung sehingga dapat menganggu farmkokinetik maupun farmakodinamik
tubuh dan akhirnya dapat menurunkan cfek ataupun dapat meningkatkan toksisitas obat
Kami menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini kami memiliki
berbagai keterbatasan, dengan keterbatasan yang kami miliki, kami mencoba berusaha
semaksimal mungkin untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Sebagai manusia kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi pembaca pada
umumnya.
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.3 TUJUAN..................................................................................................................5
1.4 METODE.................................................................................................................5
1.5 MANFAAT..............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................6
PENUTUP III....................................................................................................................19
3.1 KEAIMPULAN....................................................................................................19
3.2 SARAN................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................20
4
BAB I
PENDAHULUAN
1. Mendeteksi penyakit
2. Menentukan resiko
3. Memantau perkembangan penyakit
4. Memantau pengobatan dan lain-lain
5. Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensi
membahayakan.
Dalam makalah ini akan dibahas hal yang dapat mempengaruhi pemeriksaan
laboratorium adalah penggunaan obat oleh pasien sebelum dilakukan pemeriksaan.
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasilpemeriksaan hematologi misalnya : asam
folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akanmenurunkan jumlah
eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit.
Pemberiantransfusi darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan
pembacaan morfologi sediaan apusdarah tepi maupun penilaian hemostasis.
Antikoagulan oral atau heparin dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis.
Metode penulisan makalah ini didasarkan pada gabungan dari beberapa literatur dan
pencarian data melalui media internet.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian interaksi obat
Interaksi obat dapat didefinisikan sebagai modifikasi efek satu obat akibat obat
lain yang diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan, atau bila dua atau lebih obat
berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih
berubah. Bagaimanapun, harus diperhatikan bahwa makanan, asap rokok, etanol dan
bahan-bahan kimia lingkungan dapat mempengaruhi cfek obat. Bila mana kombinasi
terapeutik mengakibatkan perubahan yang tidak diinginkan atau komplikasi terhadap
kondisi pasien, maka interaksi tersebut digambarkan sebagai interaksi yang bermakna
klinis. Interaksi obat dapat membahayakan, baik dengan meningkatkan toksisitas obat
atau dengan mengurangi khasiatnya.
Namun, interaksi beberapa obat dapat menguntungkan. Sebagai contoh, efek
hipotensi diuretik bila dikombinasikan dengan beta-bloker dapat berguna dalam
pengobatan hipertensi. Interaksi obat juga meliputi rcaksi fisikokimia diantara obat-obat
parenteral bila dicampur bersama sama, mengakibatkan pengendapan atau inaktivasi.
Bagaimanapun, bab ini akan dititik beratkan interaksi obat yang terjadi di dalam tubuh,
yang berpotensi merugikan perawatan pasien. Interaksi obat dengan tes laboratorium
dapat mengubah akurasi diagnostik tes schingga dapat terjadi positif palsu atau negatif
palsu. Hal ini dapat terjadi karena interferensi kimiawi. Misalnya pada pemakaian
laksativ golongan antraguinon dapat menyebabkan tes urin pada uribilinogen tidak akurat
(Stockley, 1999), atau dengan perubahan zat yang dapat diukur contohnya perubahan tes
tiroid yang disesuaikan dengan terapi estrogen (Shimp dan Mason, 1993)
7
1. Interaksi farmasctis
Adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan
disiapkan sebelum obat di gunakan oleh penderita. Misalnya interaksi antara obat dan
larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat menyebabkan pecahnya emulsi atau
terjadi pengendapan. Contoh lain : dua obat yang dicampur pada larutan yang sama
dapat terjadi reaksi kimia atau terjadi pengendapan salah satu senyawa, atau terjadi
pengkristalan salah satu senyawa dll. Bentuk interaksi :
2. Interaksi Farmakokinetika
Pada interaksi ini obat mengalami perubahan pada : Absorbsi Mekanisme yang
dapat mengubah kecepatan absorbsi obat dalam GI tract dipengaruhi banyak factor
antara lain, berubahnya: kecepatan aliran darah GI, motilitas GI, pH GI, kelarutan
obat, Metabolisme GI, Flora GI, atau Mucosa GI, terbentuknya komplek yang tidak
larut. Distribusi Transport aktif dari beberapa obat anti hipertensi (bethanidine,
Guenethidine, debricoguine) ke pangkal syaraf simpatik yang merupakan tempat
terjadinya efek terapeutik, di inhibisi oleh antidepresan trisiklik (dan mungkin juga
oleh beberapa phenothiazine) sehingga terjadi penurunan kontrol terhadap tekanan
darah. metildopa. Mekanisme tersebut juga menjadi dasar dari interaksi antara
antidepresan trisiklik dengan clonidine.
Metabolisme
Banyak interaksi obat disebabkan oleh perubahan dalam metabolisme
obat. Satu sistem yang terkenal dalam interaksi metabolisme adalah sistem enzim
yang mengandung cytochrome P450 oxidase. Sebagai contoh, ada interaksi obat
bermakna antara sipfofloksasin dan metadon. Siprofloksasin dapat menghambat
cytochrome P450 3A4 sampai sebesar 650. Karena ini merupakan enzim primer
8
yang berperan untuk memetabolisme metadon, sipro bisa meninggikan kadar metadon
secara bermakna. Sistem ini dapat dipengaruhi oleh induksi maupun inhibisi enzim,
sebagaimana dibahas dalam contoh berikut.
Induksi enzim obat A menginduksi tubuh untuk menghasilkan lebih banyak obat
yang memetabolisme obat B. Hasilnya adalah kadar efektif dari obat B akan
berkurang, sementara efektivitas obat A tidak berubah. Inhibisi enzim obat A
menghambat produksi enzim yang memetabolisme obat B, sehingga peninggian obat
B terjadi dan mungkin menimbulkan overdosis. Ketersediaan hayati obat A
mempengaruhi penyerapan obat B.
Ekskresi
Yang disebabkan karena obat/senyawa lain. Hal ini umumnya diukur dari
perubahan pada satu atau lebih parameter farmakokinetika, seperti konsentrasi serum
maksimum, luas arca dibawah kurva, waktu, waktu paruh, jumlah total obat yang
diekskresi melalui urine, dsb.
3. Interaksi Farmakodinamika
Adalah obat yang menyebabkan perubahan pada respon pasien disebabkan karena
berubahnya farmakokinetika dari obat tersebut karena obat lain yang terlihat sebagai
perubahan aksi obat tanpa menglami perubahan konsentrasi plasma. Misalnya
naiknya toksisitas dari digoksin yang disebabkan karena pemberian secara bersamaan
dengan diuretic boros kalium misalnya furosemid.
Kesehatan merupakan hal yang penting dalam kehidupan, bila kita sakit kita tidak
dapat melakukan aktivitas sehari hari seperti biasa apalagi bagi orang orang yang
memang memiliki aktivitas yang banyak atau jadual yangpadat, mereka akan merasa
merugi karena terganggu dan terhambat aktivitasnya. Belum lagi bagi mereka
yangteryata terkena penyakit yang parah maka akan membutuhkan biaya yang mahal
untuk memulihkan keschatannya.Adapun pepatah mengatakan "kesehatan itu mahal
harganya" oleh krena itu kita harus selalu menjaga danmemelihara kesehatan tubuh
kita dengan salah satunya pola hidup sehat mengkonsumsi makan makanan yang
bergizi (sayur, buah, susu), mengkonsumsi multivitamin bila perlu, olahraga yang
teratur, istirahat yang cukup, menghindari atau memiimalkan stress dengan refteshing
9
di akhir pekan dan kegiatan positif lainnya.
Agar dapat memantau keadaan kesehatan, perlu dilakukan tes laboratorium secara
berkala, dengan panelpemeriksaanlaboratojum,sehingga kita tahu bagaimana keadaan
tubuh kita sebenarnya. Teslahoratoyumbisa dilakukan setahun sekali sebagai bagian
dari pemeriksaanrutin, Untuk megetahui parameterkesehatankita. Tapi karena tes
check up gini biasanya tidak murah, maka jarang sekali orang melakukan tes rutin
tahunan. Biasanya tescuma dilakukan bila dokter menemukan indikasi suatu
penyakit. dan harus dipastikan diagnosanya dengan tes lab.
Pada laboratorium tes tes rutin (dan non rutin) yang biasa dilakukan
sebagai berikut : Panel Check Up Keschatan, bertujuan untuk mengetahui kualitas
kesehatan secara umum, baik yang menyangkut fungsi organ maupun keadaan
metabolisme tubuh. Panel Premarital, untuk mendeteksi adanya penyakit menular,
menahun atau diturunkan, yang dapat mampengaruuli kesuburan pasangan
maupunkesehatap rutin. Panel Awal Kehamilan, untuk mengetahui adanya penyakit
yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu hamil maupunjaninnya. Panel Demam,
untuk mengetahui penyebab demam. Panel Torch, untuk mengetahui adanya infeksi
dan status kekebalan terhadap parasit tosoplasina, virusrubella, cytomegalovirus dan
virus herpes tipe 2 yang dapat mempengaruhi janin. Panel Pengelolaan Diabetes
Melltus,untuk memantau hasil pengobatan dan mendeteksi factor
resikokomplikasiDiabetes Mellitus. Panel Lemak, untuk mengetahui kadar berbagai
jenis lemak yang penting dalam proses terjadinya penyumbatan pembuluh darah
(Aterosklerosis).
Setiap laboratorium menentukan nilai 'normal', yang ditunjukkan pada
kolum "Nilai Rujukan' atau 'Nilai Normal" pada laporan laboratorium. Nilai ini
tergantung pada alat yang dipakai dan cara pemakaiannya. Tubuh manusia tidak
seperti mesin, dengan unsur yang dapat diukur secara persis dengan hasil yang selalu
sama. Hasil laboratorium dapat berubah ubah tergantung pada berbagai faktor,
diantaranya : jam berapa contoh darah atau cairan lain diambil, infeksi aktif: tahap
infeksi HIV, dan makanan (untuk tes tertentu, contoh cairan harus diambil dengan
perut kosong tidak ada yang dimakan selama beberapa jam). Kehamilan juga dapat
mempengaruhi beberapa nilai.
10
Oleh karena faktor ini, hasil lab yang di luar normal
mungkin tidak menjadi masalah. Tidak ada standar nilai rujukan: nilai laboratorium
lain dapat berbeda. Jadi angka pada laporan kita harus dibandingkan dengan nilai
rujukan pada laporan, bukan dengan nilai rujukan pada lembaran ini. Bahaslah hasil
yang tidak normal dengan dokter. Untuk informasi Jebih lanjut mengenai jenis tes
dan range angka normal, dapat di lihat pada Lembaran Informasi beberapa
pemeriksaan yang umum dilakukan di laboratorium hitung darah lengkap, tes kimia
darah, gula, lemak darah, fungsi organ ginjal, fungsi hati. Pada tabel ini, bila ada beda
tergantung pada jenis kelamin, angkaditunjukkan sebagai P' untuk perempuan dan 'L'
untuk laki laki.
Beberapa Tes laboratorium yang sering dilakukan diantaranya ialah :
1. Tes darah lengkap
Tes ini mengukur tiap komponen dalam darah. Tes darah lengkap sangat
penting karcna beberapa jenisobat obatan dapat menyebabkan rendahnya jumlah
darah merah atau darah putih, yang kemudian dapatmenyebabkan anemia atau
kelainan darah lain. Tes ini mengukur jumlah sel darah putih, hemoglobin,
hematocritdan platelet dalam darah. Dengan menggunakan tes ini, jumlah sel
darah putih yang tinggi dapat berarti tubuhmelakukan perlawanan terhadap
infeksi yang mungkin tidak terdeteksi: jumlah sel darah merah yang rendah
denganhemoglobin dan hematocrit bisa jadi merupakan anemia akibat konsumsi
obat: dan jumlah platelet yang rendah dapat mempengaruhi pembekuan darah.
2. Skrining kimia darah
Tes ini merupakan skrining umum untuk mengukur apakah organ
organ tubuh anda (jantung, bati, ginjal,pankreas), otot dan tulang, bekerja dengan
benar dengan mengukur kimia kimia tertentu dalam darah. Tes ini penting untuk
mendeteksi infeksi atau efek samping obat Salah satu fokus terpenting dalam tes
ini adalah monitorenzim hati. Hati merupakan organ tubuh penting karena hati
membantu memproses obat obatan, dan karena obat Obatan ini menuntut lebih
banyak dari hati anda, ada kemungkinan terjadi toksisitas hati yang dapat
mempengaruhi kesehatan umum anda. Albumin, alkalin, fosfat dan bilirubin juga
perlu dimonitor untuk memastikan hati anda bekerja dengan baik. Fokus penting
11
lain adalah untuk memonitor tingkat lipid jantung anda. Tes ini membantu
memonitor kolesterol LDL (kolesterol jahat), kolesterol HDL (kolesterol sehat)
serta trigliserida. Mengenal jenis jenis lipid ini sangatlah penting untuk membantu
memonitor kemungkinan penyakit jantung. Tes kimia darah ini sebaiknya
dilakukan setiap tiga bulan, hasilnya dapat diperoleh dalam dua atau tiga hari
kerja.
Tes laboratorium merupakan bagian penting dari perawatan kesehatan
komprehensif dengan membantu memonitor perkembangan penyakit di dalam
tubuh. Tes tes ini dapat menjadi indikator untuk mendeteksi masalah masalah
kesehatan. Namun, ketika anda menggunakan hasil lab sebagai perbandingan
dalam memonitor kesehatan anda, perlu juga untuk memahami bahwa suatu hasil
tes yang tidak terduga belum tentu mengindikasikan adanya masalah kesehatan
yang serius, yang lebih penting adalah untuk melihat tren dari hasil tes dalam
jangka waktut ertentu, daripada hanya berpatokan pada satu hasil tes saja. Selain
itu, terdapat banyak faktor dapat membuat hasil tes darah anda berbeda, ingatlah:
bila anda tidak nyaman dengan tes darah pertama anda, minta dokter untuk
mengulang tes. Penting untuk semua orang untuk memiliki pengertian umum
tentang cara membaca ringkasan hasil tes laboratorium. Namun, lebih penting lagi
untuk berbicara dengan dokter anda mengenai hasil fab anda dan minta
kepadanya untuk mengartikan hasil tes dan bagaimana hasil tersebut dapat
mempengaruhi perencanaan pengobatan anda.
Alkalin Fosfatase
Merupakan suatu enzym yang dibuat di liver, tulang dan plasenta dan
biasanya ada dalam konsentrasi tinggi pada saat pertumbuhan tulang dan didalam
empedu. Enzim ini menghidrolisis ester fosfat dalam medium afkali. Alkalin fosfatase
dilepaskan kedalam darah pada saat luka dan pada aktivitas normal seperti pada
pertumbuhan tulang dan pada saat kehamilan. Tingginya tingkat alkalin fosfat dalam
darah mengindikasikan adanya penyakit dalam tulang atau lever dan konsentrasi akan
12
meningkat jika terjadi obstruksi aliran empedu.
Tes untuk alkalin fosfat dikerjakan untuk mendiagnosa penyakit penyakit
liver atau tulang, atau untukmelihat apakah pengobatan untuk penyakit tersebut
bekerja. Uji alkalin fosfat ada dalam tes darah rutin termasuk dalam bagian tes fungsi
liver. Kisaran normalalkalin fosfat dalam darah adalah 44 sampai 147 1U L.
Obat- obat yang dapat mempengaruhi konsentrasi alkalin fosfat diantaranya ialah :
1. Obat AINS
Dapat menurunkan angka alkalin fosfatase
2. Parasetamol Meningkatkan angka alkalin fosfit Mekanisime : Parasetamol dapat
mengganggu metabolisme sel hati yang dapat menyebabkan nekrosis. Terjadinya
nekrosis ini akan meningkatkan angka alkalin fosfatase.
Bilirubin
Bilirubin (pigmen empedu) merupakan hasil akhir metabolisme dan secara
fisiologis tidak penting, namun merupakan petunjuk adanya penyakit hati dan saluran
empedu. Pembuangan sel darah merah yang sudah tua atau rusak dari aliran darah
dilakukan oleh empedu. Selama proses tersebut berlangsung, hemoglobin (bagian dari
sel darah merah yang mengangkut oksigen) akan dipecah menjadi bilirubin. Bilirubin
kemudian dibawa ke dalam hati dan dibuang ke dalam usus sebagai bagian dari
empedu.
1. Fenobarbital
Dapat menurunkan kadar bilirubin Fenobarbital meningkatkan aktivitas
glukoronil transferase (enzim yang digunakan pada konyugasi dengan asam
glukuronat sehingga dengan cepat diekskresi melalui empedu dan urin)
2. Estrogen, Steroid Anabolik
Dapat meningkatkan kadar bilirubin: Menyebabkan penurunan ekskresi bilirubin.
Hal ini menyebabkan terjadinya hiperbilirubinemia, yangdisebabkan karena
terjadinya gangguan transfer bilirubin melalui membran hepatosit yang sehingga
13
terjadiretensi bilirubin dalam sel, Obat obat yang mempunyai mekanisme yang
sama adalah halotan (anestetik), isoniazid, dan klorpromazin.
1. Furosemid
Furosemid dapat meningkatkan BUN Mekanisme: furosemid
adalah obat golongan diuretik kuat yang dapat menyebabkan ekskresi
glomerularsodium dan air yang tinggi (20 30), sehingga menyebabkan dehidrasi.
Jika terjadi dehidrasi maka alirandarah ke ginjal menjadi berkurang.
2. Vankomisin
Vankomisin dapat meningkatkan Blood Urea Nitrogen
Mekanisme: Vankomisin dapat menyebabkan ginjal tidak bekerja dengan baik,
14
pengeluaran urea nitrogen menjadi terhambat sehingga kadarnya dalamdarah
meningkat. 3.Piroksikam Piroksikam sedikit dapat meningkatan kadar BUN pada
permulaan terapi yang kemudian menetapkadarnya (plateau) seperti halnya pada
pengobatan dengan fenilbutazon, indometasin dan aspirin. Prostaglandin pada
ginjal merupakan hormon dalam pengaturan sirkulasi darah di dalam medula dan
korteks adrenal. Mekanisme kerja:Penghambatan sintesis prostaglandin oleh obat
ains menyebabkan kenaikan kadar Blood Urin Nitrogen.
3. Transaminase
Untuk mendeteksi adanya kerusakan hati, pemeriksaannya dengan
pengukuran SGOT dan SGPT. Keduanyaterdapat dalam sel hati dalam jumlah
yang besar dan ditemukan dalam serum dalam jumlah yang kecil. Kadarnya dalam
serum akan meningkat ketika sel rusak atau membran sel terganggu.
15
indometasin,salisilat, rifampisin, flurazepam, propanolol, kontrasepsi oral, timah,
heparin.
1. Rifampisin
Mekanisme Kerja: Rifampisin dapat meningkatkan hepatotoksik sehingga
menyebabkan peningkatan aktivitasengim transaminase.
Kolesterol
Obat obat yang dapat menurunkan nilai kolesterol : Tiroksin,
estrogen, aspirin, antibiotik (tetrasiklin danneomisin), asam nikotinik, heparin,
kolkisin. Obat obat yang dapat meningkatkan nilai kolesterol : Pil KB, epinefrin,
fenotiazin, vitamin A dan D, sulfonamid,fenitoin (Dilantin). l.Vitamin C dosis
tinggi menurunkan kadar kolestesterol melalui mekanisme: Memperlebar arteri
sehingga memperkecil deposit kolesterol pada dinding arteri Meningkatkan
aktifitas fibrinolisis, yang bertanggungjawab untuk memindahkan penumpukan
kolesterol dari arteri
Trigliserida
Penurunan kadar :P lipoproteinemia kongenital, hipertiroidisme,
malnutrisi protein, latihan. Obat obat yang dapat menurunkan nilai trigliserida :
Asam askorbat, kofibrat (Atromid S), fenformin, metformin. Peningkatan Kadar :
Hiperlipoproteinemia, IMA, hipertensi, hipotiroidisme, sindrom nefrotik,
trombosis serebral,sirosis alkoholik, DM yang tidak terkontrol, sindrom Down's,
stress, diet tinggi karbohidrat, kehamilan.
Metformin
Mekanisme : Metfommin dapat menurunkan absorbsi glukosa dari saluran
lambung usus . Metformin hanyamengurangi kadar glukosa darah dalam keadaan
hiperglikemia serta tidak menyebabkan hipoglikemia biladiberikan sebagai obat
tunggal.
Kreatinin Serum
16
Kreatinin adalah produk sampingan dari hasil pemecahan fosfokreatin (kreatin) di
otot yang dibuang melaluiginjal. Normalnya kadar kreatinin dalam darah 0,6 1,2
mg/dl. Bila fungsi ginjal menurun, kadar kreatinin darahbisa meningkat.
Tujuan Umum :
Untuk mengetahui gambaran lengkap tentang interaksi obat yang terjadi di
ruang rawat ICU RSUP Fatmawati.
Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara jumlah item obat dalam satu
resep dengan jumlah interaksi obat - obat yang terjadi
b. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara jumlah item makanan yang
diberikan dengan interaksi obat - makanan yang terjadi Interaksi Obat-obat
Hasil penelitian pada pasien yang dirawat di ruang ICU bulan Maret April 2010
yang tidak mengalami interaksi obat sejumlah 40 (57,1 %) pasien dan yang mengalami
interaksi obat-obat kategori sedikit (1-3 interaksi) sebanyak 17 (24,3%) pasien, banyak
(4-6 interaksi) sebanyak 10 (14,3 %), dan sangat banyak (> 7 interaksi) sebanyak 3 (4,3
17
%) pasien (gambar 4.11 dan tabel 4.16, data dapat dilihat pada lampiran 13). Interaksi
obat-obat yang banyak terjadi yaitu obat-obat golongan kardiovaskular (digoksin),
diuretik (furosemid) dan insulin. Sebagian besar interaksi yang terjadi merupakan
interaksi farmakodinamik (54,87 %), farmasetik (24,78 %) dan farmakokinetik (20,35
%). Pasien yang banyak mengalami interaksi obat pada umumnya mendapatkan terapi
dengan > 16 macam obat sebanyak 9 pasien (34,6 %) (Data dapat lihat pada lampiran
13), hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak terapi yang diberikan kemungkinan
pasien yang mengalami interaksi juga semakin banyak.
Interaksi Obat-Makanan
Hasil penelitian pada pasien yang dirawat di ruang ICU RSUP Fatmawati bulan
Maret April 2010 pasien yang tidak mengalami interaksi obat makanan 58 (82,9 %)
pasien dan yang mengalami interaksi obat-makanan kategori sedikit (1-2 interaksi)
sebanyak 10 (14,3 %) pasien, banyak (> 5 interaksi) sebanyak 1 (1,4 %) pasien dan
sangat banyak 1 (1,4 %) pasien (gambar 4.13 dan tabel 4.18, data dapat dilihat pada
lampiran 13). Interaksi yang banyak terjadi pada umumnya adalah ketorolak, parasetamol
dan sukralfat. Jenis interaksi yang terjadi berupa interaksi secara farmakokinetik (68,18
%) dan farmakodinamik (31,82 %).
18
BAB III
PENUTUP
19
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei dan penelitian pada 70 orang pasien ICU RSUP
Fatmawati dapat diketahui bahwa jenis interaksi obat obat yang terjadi secara
farmakodinamik (54,87 %), farmasetik (24,78 %) dan farmakokinetik (20,35 %).
Interaksi obat makanan secara farmakokinetik (68,18 %) dan farmakodinamik (31,82
%).
Berdasarkan hasil statistik (Chi Squre Test) ada hubungan antara jumlah item obat
yang diberikan secara bersamaan dengan banyaknya interaksi yang terjadi dan tidak ada
hubungan antara jumlah makanan yang diberikan secara bersamaan dengan banyaknya
interaksi yang terjadi.
3.2 Saran
a. Agar pemberian lebih dari satu macam obat yang menimbulkan inetraksi dapat
memberikan hasil yang diharapkan, maka pemberian obat dilakukan dalam waktu
yang berbeda
b. Agar obat yang diberikan dapat memberikan efek menyembuhkan pada pasien, maka
perlu dilakukan kerjasama yang baik antara dokter, tenaga perawat dan apoteker. Jika
perlu di ruang ICU ditempatkan seorang apoteker
c. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme interaksi obat obat dan
efek dari interaksi obat yang terjadi
DAFTAR PUSTAKA
20
Ganiswara, G.S., 1995.Farmakologi dan Terapi, Ed. IV. Bagian farmakologi Fakultas kedokteran
Universitasindonesia. Jakarta: Gaya Baru
www.dokter.indo.peLid Di download tanggal 9 Mei 2009 Pukul 12:00. Yulinah Elin, dkk.
2008.ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT ISFI Penerbitan.
21