0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
192 tayangan6 halaman
Tugas pendahuluan ini membahas tentang skrining resep yang meliputi persyaratan administrasi menurut Permenkes No 72, 73, dan 74 tahun 2016. Skrining resep penting untuk menjamin keselamatan pasien dengan memeriksa nama pasien, dokter, tanggal resep, dan asal resep. Selain itu, tugas ini juga menjelaskan potensi instabilitas dan inkompatibilitas yang dapat terjadi dalam dispensing obat seperti lembab pada serbuk obat
Tugas pendahuluan ini membahas tentang skrining resep yang meliputi persyaratan administrasi menurut Permenkes No 72, 73, dan 74 tahun 2016. Skrining resep penting untuk menjamin keselamatan pasien dengan memeriksa nama pasien, dokter, tanggal resep, dan asal resep. Selain itu, tugas ini juga menjelaskan potensi instabilitas dan inkompatibilitas yang dapat terjadi dalam dispensing obat seperti lembab pada serbuk obat
Tugas pendahuluan ini membahas tentang skrining resep yang meliputi persyaratan administrasi menurut Permenkes No 72, 73, dan 74 tahun 2016. Skrining resep penting untuk menjamin keselamatan pasien dengan memeriksa nama pasien, dokter, tanggal resep, dan asal resep. Selain itu, tugas ini juga menjelaskan potensi instabilitas dan inkompatibilitas yang dapat terjadi dalam dispensing obat seperti lembab pada serbuk obat
1. Buat rangkuman dan tuliskan hal-hal yang termasuk dalam
skrining resep persyaratan administrasi, berdasarkan Permenkes No 72, 73 dan 74 tahun 2016 tentang pelayanan kefarmasian di Rumah sakit, apotek dan puskesmas ! Jawab : Menurut Permenkes RI No. 72, 73, dan 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, Apotek, dan Puskesmas Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin. Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi beberapa hal, salah satunya pengkajian dan pelayanan resep. Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Adapun hal-hal yang termasuk dalam skrining resep persyaratan administrasi, berdasarkan Permenkes No 72, 73, dan 74 tahun 2016 tentang pelayanan kefarmasian di rumah sakit, apotek, dan puskemas, meliputi : 1) Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien; 2) Nama, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf dokter; 3) Tanggal penulisan Resep; dan 4) Ruangan/unit asal resep. 2. Jelaskan apa pentingnya hal tersebut di atas diskrining ! Jawab : Menurut Permenkes RI No. 72, 73, dan 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, Apotek, dan Puskesmas) Pada Permenkes RI No. 72, 73 dan 74 yang mengatur tentang pelayanan farmasi klinik di RS, Apotek dan Puskesmas. Permenkes tersebut sangat penting dalam skrining, karena di dalamnya telah diatur mengenai skrining atau pengkajian resep. Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin. Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan yaitu pengkajian dan pelayanan resep. Dimana Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmaseutik, dan persyaratan klinis sehingga dapat menjamin keselamatan dari pasien. 3. Tuliskan apa saja instabilitas yang dapat terjadi dalam dispensing obat dalam resep ! Jawab : Menurut Sri Arjadi, 2011 Pada resep terdapat beberapa permasalahan yang berpotensi menyebabkan kejadian instabilitas pada sediaan racikan yang akan dibuat diantaranya adanya potensi instabilitas fisik yaitu terjadinya lembab pada serbuk yang dapat menyebabkan serbuk obat menggumpal sehingga obat tidak tercampur dengan baik. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor seperti kelembaban udara yang tinggi dari disuatu ruangan, sirkulasi udara yang tidak seimbang sehingga dapat merangsang pertumbuhan mikroba seperti virus, jamur, bakteri, protozoa, dll. 4. Tuliskan Inkompatibilitas apa saja yang dapat terjadi dalam dispensing obat dalam resep ! Jawab : Menurut Setyani dan Dina, 2019 Inkompatibilitas merupakan suatu peristiwa ketidakcampuran atau ketidakcocokan atau ketidaksesuaian. Dalam sediaan farmasi, inkompatibilitas dapat tcrjadi antara obat, bahan tambahan, impuritis, kemasan, maupun alat peracik. Secara umum, inkompatibilitas dapat dikategorikan menjadi 3 jenis, yaitu inkompatibilitas fisik, inkompatibilitas kimia, dan inkompatibilitas terapetik. 1) Inkompatibilitas fisik suatu sediaan dapat diamati langsung. Beberapa indikator terjadinya inkompatibilitas adalah munculnya endapan, perubahan warna, memisahnya fase pada suatu sistem dispersi, terjadinya segregasi pada serbuk, dll. Inkompatibilitas fisik dapat pula dipengaruhi oleh inkompatibilitas kimia dari suatu campuran, misalnya pengendapan akibat desolvasi molekul organic non ionik dalam suatu sediaan. Inkompatibilitas fisik sering terjadi pada sistem dispersi, baik suspensi maupun emulsi. Pada sediaan emulsi (baik cair maupun semipadat dalam bentuk krim) pemisahan antara fase minyak dan fase air juga merupakan bentuk inkompatibilitas. Contoh peristiwa ini dapat terjadi ketika dokter meresepkan sediaan racikan semipadat dari 2 sediaan yang berbeda yaitu salep dan gel. Salep terutama dengan basis hidrokarbon merupakan fase minyak yang tidak dapat bercampur dengan gel yang merupakan sediaan dengan basis air. 2) Inkompatibilitas kimia dapat terjadi karena adanya interaksi antara senyawa yang satu dengan yang lain. Potensi inkompatibilitas dapat diprediksi dengan melihat gugus fungsional dari masing-masing zat aktif yang akan diracik, serta potensi ketidak campurannya. 3) Inkompatibilitas terapetik di dalamnya termasuk interaksi obat. Interaksi obat merupakan salah satu bentuk ketidaksesuaian obat yang terjadi di dalam tubuh. Secara umum dampak dari interaksi obat dapat bersifat minor, mayor, hingga sangat berbahaya (critical). Cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya interaksi obat dalam suatu resep adalah dengan melakukan pengecekan di literatur seperti drug information handbook atau di situs-situs online seperti med-scape drug interaction checker. Interaksi obat dapat dicegah dengan memberikan jeda pemberian obat yang pertama dan yang kedua. DAFTAR PUSTAKA Menteri Kesehatan RI. 2016. “Permenkes RI No. 72 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit”. Kementerian Kesehatan RI : Jakarta. Menteri Kesehatan RI. 2016 “Permenkes RI No. 73 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek”. Kementerian Kesehatan RI : Jakarta. Menteri Kesehatan RI. 2016. “Permenkes RI No. 74 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas”. Kementerian Kesehatan RI : Jakarta. Setyani dan Dina. 2019. “Resep dan Peracikan Obat”. Sanata Dharma University Press : Yogyakarta. Sri Arjadi. 2011. " Kualitas Udara dalam Ruang Kerja". Jurnal Skala Husada. Vol. 8 (2) ; Denpasar.