FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESI MAKASSAR 2022 Tugas Pendahuluan Skrining Resep Farmaseutik 1. Buat rangkuman dan tuliskan hal-hal yang termasuk dalam skrining resep persyaratan farmaseutik berdasarkan Permenkes No. 72,73, dan 74 tahun 2016 tentang pelayanan kefarmasian di rumah sakit, apotek dan puskesmas! Jawab: Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin. Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi beberapa hal, salah satunya pengkajian dan pelayanan Resep. Aspek farmasetis juga penting untuk dipenuhi. Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan harus ditulis dengan jelas dan bisa dibaca oleh apoteker untuk menghindari terjadinya medication error terutama pada tahap prescribing error Apoteker harus melakukan pengkajian Resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Adapun hal-hal yang termasuk dalam skrining resep persyaratan farmasetik, berdasarkan Permenkes No 72, 73, dan 74 tahun 2016 tentang pelayanan kefarmasian di rumah sakit, apotek, dan puskemas, meliputi: Persyaratan farmasetik meliputi: a. Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan; b. Dosis dan jumlah obat; c. Stabilitas dan inkomptabilitas; d. Aturan dan cara penggunaan. (Permenkes RI No. 72, 73, dan 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, Apotek, dan Puskesmas) 2. 2. Jelaskan apa pentingnya hal tersebut diatas di skrining! Jawab: Pada Permenkes RI No. 72, 73 dan 74 yang mengatur tentang pelayanan farmasi klinik di RS, Apotek dan Puskesmas. Selain aspek administrasi, aspek farmasetis juga penting untuk dipenuhi. nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan harus ditulis dengan jelas dan bisa dibaca oleh apoteker untuk menghindari terjadinya medication error terutama pada tahap prescribing error. Karena banyak obat dengan nama yang hampir sama. Selain itu dosis dan jumlah obat; stabilitas; dan inkomptabilitas serta aturan dan cara penggunaan juga penting untuk terpenuhi untuk menghindari medication error. (Permenkes RI No. 72, 73, dan 74 Tahun 2016 tentang StandarPelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, Apotek, dan Puskesmas) 3. Tuliskan apa saja instabilitas yang dapat terjadi dalam dispensing obat dalam resep! Pada resep terdapat beberapa permasalahan yang berpotensi menyebabkan kejadian instabilitas pada sediaan racikan yang akan dibuat diantaranya adanya potensi instabilitas fisik yaitu terjadinya lembab pada serbuk yang dapat menyebabkan serbuk obat menggumpal sehingga obat tidak tercampur dengan baik. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor seperti kelembaban udara yang tinggi dari disuatu ruangan, sirkulasi udara yang tidak seimbang sehingga dapat merangsang pertumbuhan mikroba seperti virus, jamur, bakteri, protozoa, dll. (Sri Arjadi, 2011) 4. Tuliskan inkompatibiltas apa saja yang dapat terjadi dalam dispensing obat dalam resep! Jawab: Inkompatibilitas merupakan suatu peristiwa ketidak campuran atau Ketidak cocokan atau ketidak sesuaian. Dalam sediaan farmasi, inkompatibilitas dapat terjadi antara obat, bahan tambahan, impuritis, kemasan, maupun alat peracik. Secara umum, inkompatibilitas dapat dikategorikan menjadi 3 jenis yaitu inkompatibiltas fisik, inkompatibilitas kimia, dan inkompatibilitas terapetik. a. Inkompatibilitas fisik suatu sediaan dapat diamati langsung. Beberapa indicator terjadinya inkompatibilitas adalah munculnya endapan, perubahan warna, memisahnya fase pada suatu sistem disperse, terjadinya segregasi pada serbuk, dll. Inkompatibilitas fisik dapa pula dipengaruhi oelh inkompatibilitas kimia dari suatu campuran, misalnya pengendapan akibat desolvasi molekul organic non ionic dalam suatu sediaan. Inkompatibilitas fisik sering terjadi pada sistem dispersi, baik suspensi maupun emulsi. Pada sediaan emulsi (baik cair maupun semipadat dalam bentuk krim) pemisahan antara fase minyak dan fase air juga merupakan bentuk inkompatibilitas. Contoh peristiwa ini dapat terjadi ketika dokter meresepkan sediaan racikan semipadat dari 2 sediaan yang berbeda yaitu salep dan gel. Salep terutama dengan basis hidrokarbon merupakan fase minyak yang tidak dapat bercampur dengan gel yang merupakan sediaan dengan basis air. b. Inkompatibilitas kimia dapat terjadi karena adanya interaksi antara senyawa yang satu dengan yang lain. Potensi inkompatibilitas dapat diprediksi dengan melihat gugus fungsional dari masing-masing zat aktif yang akan diracik, serta potensi ketidak campurannya. c. Inkompatibilitas terapetik di dalamnya termasuk interaksi obat. Interaksi Obat merupakan salah satu bentuk ketidaksesuaian Obat yang terjadi di dalam tubuh. Secara umum dampak dari interaksi Obat dapat bersifat minor, mayor, hingga sangat berbahaya (critical). Cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya interaksi Obat dalam suatu resep adalah dengan melakukan pengecekan di literatur seperti Drug h!formation Handbook atau di situs-situs online seperti med-scape drug interaction checker. Interaksi Obat dapat dicegah dengan memberikan jeda pemberian Obat yang pertama dan yang kedua. (Setyani dan Dina, 2019) DAFTAR PUSTAKA Menteri Kesehatan RI. 2016. “Permenkes RI No. 72 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit”. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta. Menteri Kesehatan RI. 2016. “Permenkes RI No. 73 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek”. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta. Menteri Kesehatan RI. 2016. “Permenkes RI No. 74 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas”. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta. Setyani dan Dina. 2019. “Resep dan Peracikan Obat”. Sanata DharmaUniversity Press: Yogyakarta. Sri Arjadi. 2011. " Kualitas Udara dalam Ruang Kerja ". Jurnal Skala Husada, Vol. 8 (2); Denpasar.