Anda di halaman 1dari 10

1

PEDOMAN

PENYIMPANAN PRODUK NUTRISI, RADOIAKTIF DAN OBAT SAMPLE

RSU RACHMA HUSADA

JL.Parangtritis Km 16 Patalan Jetis Bantul


Telp: 02746460091

E-mail: rsurachmahusada@yahoo.com

2017
2

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Buku Pedoman penyimpanan produk Nutrisi Farmasi RSU
Rachma Husada ini berhasil disusun. Buku ini diharapkan mampu menjadi pedoman bagi
Instalasi Farmasi dan pihak-pihak yang terkait di lingkungan RSU Rachma Husada dalam
menjalankan kegiatan pelayanan farmasi baik dari aspek pengelolaan perbekalan farmasi
maupun pelayanan farmasi klinik yang bertujuan pada optimalisasi kemanfaatan terapi obat
pasien.

Terima kasih yang sebesar besarnya, kami haturkan kepada para Direksi RSU
Rachma Husada yang telah memberikan dukungan moril dan materiil dalam pembuatan
pedoman ini, para pejabat struktural dan tenaga fungsional di lingkungan RSU Rachma
Husada yang telah memberikan masukan dalam proses penyusunan pedoman ini, serta seluruh
staf di Instalasi Farmasi RSU Rachma Husada yang telah dan akan berpartisipasi aktif mulai
dari proses penyusunan, pelaksanaan sampai pada proses monitoring dan evaluasi pedoman
ini.

Semoga dengan buku pedoman ini, visi untuk menjadi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
yang terdepan dan terpercaya dalam kualitas pelayanan dan pendidikan kefarmasian yang
aman, profesional, cepat, nyaman, memenuhi standar mutu internasional, serta berorientasi
pada keselamatan pasien, dapat segera terwujud.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Bantul, 2017

Kepala Instalasi Farmasi


3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

Surat Keputusan Direktur............................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. LatarBelakang............................................................................... 1
B. Landasan Hukum.......................................................................... 2

BAB II Pedoman ........................................................................................... 3


4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang
menunjang pealyanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan farmasi rumah sakit adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang
berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan
farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan
adanya perubahan pelayanan dari paradigman lama (drug oriented) ke paradigma baru
(patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian. Pelayanan kefarmasian
merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi. Mencegah dan
menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
Untuk membantu rumah sakit mengiplementasikan Standar Pelayanan Rumah
Sakit dalam melaksanakan Pelayanan Kefarmasian, maka perlu disusun suatu pedoman
pengorganisasian komite farmasi terapi rumah sakit. Tim farmasi terapi rumah sakit
merupakan suatu organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis
dengan staf farmasi yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialis yang ada
di rumah sakit dan apoteker wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan
lainnya.

1.2 Landasan Hukum


1. Undang – Undang Dasar Negara RI tahun 1945 pasal 28 II ayat (1) yang
menerangkan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, dan
pasal 34 ayat (3) yang menerangkan bahwa Negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
2. UU RI Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
3. UU RI Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2005 tentang pedoman
penyusunan dan penerapan standar pelayanan minimal.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 159b/Menkes/SK/Per/II/1988 tentang
Rumah Sakit
5

6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang


Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit.
8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 988/MENKES/PER/VIII/2004 tentang
Pencantuman Nama Generik Pada Label Obat.
9. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien
6

BAB II

PEDOMAN TENTANG PENYIMPANAN PRODUK NUTRISI, RADIO AKTIF


DAN OBAT SAMPEL

Penyimpanan produk nutrisi, radio aktif dan obat sampel harus sesuai dengan stabilitas
obat tersebut, bisa dilihat pada brosur masing-masing sediaan.

a. PRODUK NUTRISI
Produk Nutrisi yang ada di RSU Rachma Husada disimpan pada lemari dengan
kondisi yang sesuai dengan stabilitasnya

b. BAHAN RADIO AKTIF


Penyimpanannya harus ditempat yang memiliki peralatan cukup untuk memproteksi
radiasi, tidak dicampur dengan bahan lain yang dapat membahayakan, packing/kemasan
dari bahan radioaktif harus mengikuti ketentuan khusus yang telah ditetapkan dan
keutuhan kemasan harus dipelihara.  Peraturan perundangan mengenai bahan radioaktif
diantaranya :

 Undang-Undang Nomor 31/64 Tentang Ketentuan Pokok Tenaga Atom


 Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja terhadap radiasi
 Peraturan pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang izin Pemakaian Zat Radioaktif dan
atau Sumber Radiasi lainnya
 Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang Pengangkutan Zat Radioaktif

Prinsip dasar dari pembuatan, pengemasan, sterilisasi, pengujian, dan


pengendalian obat di dalam rumah sakit juga berlaku untuk sediaan radiofarmasi.
Instalasi farmasi pada dasarnya tidak terlibat langsung dalam penanganan sediaan
radiofarmasi. Keterlibaan instalasi farmasi dalam penanganan sediaan radiofarmasi
adalah pada saat pemesanan dan penerimaan sediaan tersebut. Setelah sediaan tiba di
instalasi farmasi, maka sediaan tersebut langsung dikelola oleh bagian radio nuklir.
Hal yang penting untuk diperhatikan instalasi farmasi berkaitan dengan sediaan
radiofarmasi adalah mengetahui jumlah sediaan yang dipesan, digunakan dan sisa
stok.

c. OBAT SAMPEL
7

Obat sample adalah obat-obatan yang belum teruji secara klinis karakteristik
biofarmasi, farmakologi, farmakokinetik, terapi klinik dari obat, dan/ atau belum
memiliki ijin dari Badan POM RI. Tidak diperkenankan menggunakan obat-obatan
sample di RSU Rachma Husada.

Perbekalan farmasi donasi adalah perbekalan farmasi yang diberikan secara cuma-
cuma atau gratis dari perusahaan farmasi untuk digunakan di rumah sakit tanpa imbalan
apapun. Perbekalan farmasi ini dapat dijadikan aset rumah sakit. Perbekalan farmasi uji
coba adalah perbekalan farmasi baru yang diberikan secara cuma-cuma untuk diuji coba
efektivitasnya. Pengelolaan perbekalan farmasi jenis ini diproses sama seperti
perbekalan farmasi yang dibeli secara reguler.

BAB III
8

TATALAKSANA

1. PRODUK NUTRISI
A. ASERING

Indikasi:

Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam
berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.

Komposisi:

Setiap liter asering mengandung:


 Na 130 mEq
 K 4 mEq

 Cl 109 mEq

 Ca 3 mEq

 Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:
1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang
mengalami gangguan hati
2. Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus

3. Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi
dengan isofluran

4. Mempunyai efek vasodilator

5. Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml


RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko
memperburuk edema serebral

B. KA-EN 3A & KA-EN 3B

Indikasi:
9

1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit
dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan
asupan oral terbatas
2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

3. Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A

4. Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

C. Otsu-NS

Indikasi:
1. Untuk resusitasi
2. Kehilangan Na > Cl, misal diare

3. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum,


insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)

D. Otsu-RL

Indikasi:

1. Resusitasi
2. Suplai ion bikarbonat

3. Asidosis metabolik

Pemberian nutrisi parenteral umumnya dimulai pada hari ke III pasca-bedah/trauma.


Jika keadaan membutuhkan koreksi nutrisi cepat, maka pemberian paling cepat 24 jam pasca-
trauma/bedah. Jika keadaan ragu-ragu dapat dilakukan pemeriksaan kadar gula. Jika kadar
gula darah < 200 mg/dl. pada penderita non diabetik, nutrisi parenteral dapat dimulai.
Nutrisi parenteral tidak diberikan pada keadaan sebagai berikut:
       24 jam pasca-bedah/trauma
       gagal napas
       shock
       demam tinggi
       brain death (alasan cost-benefit)
Vena perifer yang dipilih sebaiknya pada lengan, oleh karena pemberian melalui vena
tungkai bawah resiko flebitis dan trombosis vena dalam lebih besar. Seperti telah dijelaskan
diatas bahwa karbohidrat diperlukan sebagai sumber kalori. Dalam pemenuhan kalori adalah
10

suatu keharusan dan multak ada dekstrose, sehingga mengurangi proses glukoneogenesis.
Sebagai sumber kalori lain adalah emulsi lemak. Jika akan diberikan emulsi lemak sebaiknya
terbagi sama banyak dalam hal jumlah kalori. Misalnya dibutuhkan jumlah kalori 1200 maka
perhitungannya sebagai berikut:
600 kcal = glukosa 150 gram
600 kcal = fat 70 gram
Kombinasi ini menghindari keadaan hiperosmolar dan hiperglikemia. Pemberian
emulsi lemak harus hati-hati dan sebaiknya diberikan seminggu sekali. Lebih baik jika
dilakukan pemeriksaan fungsi hepar secara teratur.

A. Metode pemberian Pemberian Nutrisi Parenteral


1. Nutrisi parenteral parsial, pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena.
Sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat di penuhi melalui enteral.
Cairan yang biasanya digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam amino

2. Nutrisi parenteral total, pemberian nutrisi melalui jalur intravena ketika kebutuhan
nutrisi sepenuhnya harus dipenuhi melalui cairan infus. Cairan yang dapat digunakan
adalah cairan yang mengandung karbohidrat seperti Triofusin E1000, cairan yang
mengandung asam amino seperti PanAmin G, dan cairan yang mengandung lemak
seperti Intralipid

3. Lokasi pemberian nutrisi secara parenteral melalui vena sentral dapat melalui vena
antikubital pada vena basilika sefalika, vena subklavia, vena jugularis interna dan
eksterna, dan vena femoralis. Nutrisi parenteral melalui perifer dapat dilakukan pada
sebagian vena di daerah tangan dan kaki.

Anda mungkin juga menyukai