Anda di halaman 1dari 6

COMPOUNDING & DISPENSING

“APOTEK RIZKY FARMA”

DOSEN PENGAMPU : Dr. Nur Rasdianah, S.Si., M.Si., Apt.

OLEH

KELOMPOK : III (TIGA)


KELAS : B - S1 FARMASI 2020
KETUA : TIRTA CAHNIA USULI (821420064)
ANGGOTA : EFFI KURNIASIH (821420042)
VIZAY REVANSYAH ALIE (821420051)
RAHMATIA ABDULLAH (821420060)
ELVIRA KUNUTI (821420071)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
A. Definisi Compounding dan Dispensing
Compounding menurut Burch (2017) Compounding adalah pembuatan
sediaan farmasi oleh apoteker untuk memenuhi kebutuhan pasien ketika obat yang
tersedia secara komersial tidak memenuhi kebutuhan tersebut, apoteker harus
mempertimbangkan sifat fisik dan kimia dari masing-masing bahan aktif untuk
menyiapkan obat yang aman
Dispensing adalah proses pemberian obat yang menyangkut kegiatan
penyiapan dan penyerahan obat kepada pasien berdasarkan resep yang di tulis
oleh dokter. Kegiatan ini meliputi interpretasi yang tepat dari resep serta
pemberian etiket dan label obat sesuai dengan yang tertulis pada resep
(Kementerian Kesehatan RI, 2011).
B. Tujuan Compounding dan Dispensing
Tujuan compounding untuk memenuhi kebutuhan terapeutik pada obat
racikan, apoteker harus memahami bahwa obat racikan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan khusus dari pasien, menurut Minghetti (2014), di antaranya
adalah sebagai berikut :
1. Pasien alergi karena eksipien yang terdapat dalam produk obat yang
diproduksi oleh industri farmasi.
2. Peracikan obat untuk pasien pediatri karena industri farmasi tidak
menngembangkan sediaan yang dikhususkan untuk anak.
3. Meningkatkan kepatuhan pasien untuk mendapatkan efek tambahan yang
sinergis.
4. Penggunaan orphan drug, yaitu obat yang telah dikembangkan secara
khusus untuk mengobati kondisi medis yang langka.
5. Obat-obat yang digunakan untuk keperluan penelitian klinis di rumah
sakit.
6. Menyesuaikan terapi/personalisasi terapi.
7. Obat-obatan yang memiliki masalah stabilitas, dalam hal ini penyiapan
obat racikan sangat penting
8. Obat-obatan yang belum dipasarkan, peracik/apoteker dapat meracik obat
tersebut jika zat aktif nya diketahui dan sudah dipasarkan.
Dispensing sediaan steril merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari
tahap validasi, interpretasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket,
penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem
dokumentasi. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan dosis yang tepat dan aman.
Oleh karena itu dalam pelaksanaanya diperlukan tenaga kefarmasian yang terlatih,
fasilitas serta prosedur penanganan khusus. Untuk menjamin keamanan, mutu,
manfaat, dan khasiat obat yang disiapkan dan diserahkan pada pasien, rumah sakit
wajib menyiapkan dan memberikan obat di lingkungan yang aman bagi pasien,
petugas, dan lingkungan. Untuk mencegah kontaminasi, tempat dimana obat
disiapkan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
C. Peran Apoteker dalam Compounding dan Dispensing
Saat seorang apoteker melakukan compounding terdapat hubungan yang
lebih dekat antara seorang apoteker dengan pasien yang menerima obat racikan
dibanding dengan pasien yang hanya menerima obat komersil, karena semakin
banyak obat yang diracik dalam suatu resep maka semakin tinggi pula tingkat
pelayanan kefarmasian yang diberikan untuk seorang pasien (Yancey dkk., 2008).
Oleh sebab itu, seorang apoteker di Indonsia harus memenuhi standar kompetensi
apoteker yang di buat oleh Ikatan Apoteker Indonesia, dalam melakukan
dispensing apoteker harus menguasai kompetensi inti dalam melakukan
dispensing. Kompetensi inti tersebut adalah sebagai berikut (Ikatan Apoteker
Indonesia, 2016).
Apoteker yang melaksanakan praktik kefarmasian di apotek selayaknya
berpedoman kepada Peraturan Menteri Kensehatan Republik Indonesia No 73
Tahun 2016. Dalam peraturan tersebut menetapkan keharusan adanya pelayanan
farmasi klinik di apotek. Kegiatan pelayanan farmasi klinik di apotek contohnya
seperti dispensing dan pelayanan informasi obat (PIO). Pelayanan tersebut
meliputi penyiapan obat, perhitungan jumlah obat sesuai resep, pengambilan obat
sesuai kebutuhan, peracikan obat (bila perlu), pemberian etiket pada obat,
memasukkan obat ke wadah, pemeriksaan ulang obat, pembuatan salinan resep,
dan penyimpanan resep(Gelayee et al, 2017).
D. Hal-Hal yang Perlu diperhatikan dalam Compounding dan Dispensing
Dalam meracik harus diperhatikan dosis, keamanan, dan cara pemberiannya.
Untuk memastikan keamanannya, peracik harus mempertimbangkan sifat kimia
dan fisika bahan obat. Selain itu, peracik juga harus memperhatikan kebersihan
ruangan. Proses kritis saat melakukan compounding seperti menimbang,
menghitung, dan mencampur harus diverifikasi oleh peracik dan dilakukan sesuai
prosedur agar kualitasnya terjamin (United States Pharmacopeia, 2011).
Salah saru hal yang perlu di perhatikan yakni fasilitas, diaman pada bagian
fasilitas ini terbagi dalam beberapa bagian penting, menurut United States
Pharmacopeia (2011) hal yang perlu diperhatikan dalam proses compounding dan
dispensing yaitu :
1. Ruangan
Semua peracikan harus dilakukan di ruang terpisah yang dirancang khusus
untuk peracikan resep. Ruangan harus dirancang dan diatur untuk
mencegah kontaminasi silang antara produk, dan jauh dari bagian di mana
terdapat cukup banyak lalu lintas (gang, pintu masuk dan pintu keluar, dll.)
untuk menghindari kontaminasi produk majemuk dengan debu dan
kotoran, serta tidak mengganggu staf peracikan debu dan kotoran, serta
tidak mengganggu staf peracikan
2. Pencahayaan
Penerangan harus cukup dan ditempatkan dengan benar sehingga seluruh
area ruangan menjadi cukup terang untuk memfasilitasi proses
compounding dan untuk memungkinkan verifikasi pada semua tahap
peracikan
3. Suhu Ruangan
Pemantauan suhu dan kelembapan yang tepat harus dijaga sesuai
kebutuhan untuk komponen tertentu dan bentuk sediaan racikan.
Pemanasan, ventilasi dan sistem pendingin udara harus dikontrol
sedemikian rupa untuk menghindari dekomposisi dan kontaminasi bahan
kimia dan menjaga kualitas dan kemanjuran produk yang tersimpan dan
memastikan keamanan dan kenyamanan staf.
4. Air
Air harus disediakan untuk mencuci tangan dan peralatan dan harus mudah
diakses ke bagian peracikan. Purified water harus digunakan untuk
meracik sediaan obat non steril untuk formulasi yang membutuhkan air.
Sistem pipa harus bebas dari karat yang dapat mengkontaminasi sediaan
5. Furniture
Furniture dan permukaan kerja harus terbuat dari material yang halus,
kedap air dan tidak berpori, sebaiknya stainless steel. Bahan apa pun yang
digunakan untuk permukaan kerja harus mampu menahan pembersihan
dengan desinfektan dan tahan terhadap kerusakan dari produk pembersih
dan desinfektan. Setiap kerusakan harus diperbaiki dan disegel
E. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat.
Bila ditemukan masalah terkait obat, harus dikonsultasikan kepada dokter penulis
resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan
klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2016) ada beberapa hal yang perlu
diperhataikan dalam pengkajian dan pelyanan resep yaitu :
1. Persyaratan administrasi meliputi:
a. nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien
b. nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
c. tanggal Resep; dan
d. ruangan/unit asal Resep.
2. Persyaratan farmasetik meliputi:
a. nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan
b. dosis dan jumlah obat
c. stabilitas dan inkomptabilitas
d. aturan dan cara penggunaan.
3. Persyaratan klinis meliputi:
a. ketepatan indikasi
b. duplikasi pengobatan
c. alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
d. kontraindikasi; dan
e. interaksi Obat
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai termasuk
peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada
setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya
kesalahan pemberian obat (medication error). Resep merupakan perwujudan akhir
kompetensi dokter dalam medical care. Dengan menulis resep berarti dokter telah
mengaplikasikan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilannya di bidang
farmakologi dan teraupetik kepada pasien (Jas, 2015).
Resep juga salah satu sarana interaksi antara dokter dan pasien sehingga
dokter wajib untuk menguasai cara penulisan resep yang benar. Peresepan yang
benar memiliki peran yang besar dalam terapi pengobatan dan kesehatan pasien
(Ansari and Neupane, 2009). Oleh karena itu resep harus ditulis sesuai standar
pelayanan kefarmasian yang telah ditetapkan melalui Keputusan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia untuk mencegah kesalahan komunikasi antara
penulis resep (dokter) dengan pembaca resep (apoteker) agar dapat mengurangi
risiko terjadinya medication eror yang dapat merugikan pasien.

Anda mungkin juga menyukai