Disusun oleh:
FAKULTAS FARMASI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Apotek
2.1.1 Definisi Apotek
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Apotek” adalah toko
tempat meramu dan menjual obat berdasarkan resep dokter serta
memperdagangkan barang medis. Apotek adalah suatu tempat tertentu,
tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian penyaluran perbekalan farmasi
kepada masyarakat (Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indionesia
Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek 2009).
Definisi Apotek menurut Peraturan Pemerintah No 51 TAhun
2009, Apotek merupakan suatu tempat terminal distribusi obat perbekalan
farmasi yang dikelola Apoteker sesuai standar dan etika kefarmasian
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang
pekerjaan kefarmasian 2009).
Apotek merupakan fasilitas pelayanan kefarmasian tempat
Apoteker melaksanakan praktik kefarmasian (Permenkes, 2016). Dimana
yang dimaksud dengan pelayanan kefarmasian yaitu suatu pelayanan yang
langsung serta bertanggung jawab pada pasien yang berhubungan dengan
sediaan farmasi dengan tujuan memperoleh hasil yang nyata untuk
meningkatkan kualitas kesehatan kehidupan pasien.
Memastikan pelayanan
profesi sesuai dengan
kebutuhan pelanggan.
Memastikan penataan
produk dan
ketersediaan barang di
apotek.
Membuat laporan
pemakaian Obat
Narkotika dan
psikotropika serta
mengawasi pemakaian
Obat Narkotika dan
psikotropika.
Mengelola kegaiatan
pemberdayaan dan
peningkatan potensi
karyawan untuk
memastikan
tercapainya
produktifitas.
Memastikan
ketersediaan/stok
barang barang di
Apotek untuk
kebutuhan penjualan
bebas dan resep.
Administrasi Melakukan
pengarsipan dan
pencatata laporan
resep masuk.
Melakukan laporan
keuangan Apotek baik
melalui resep atau
pembelian Obat bebas.
2.1.3 Tugas Dan Fungsi Apotek
a. Lokasi
Pemerintah daerah kabupaten/kota dapat mengatur persebaran
apotek diwilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kefarmasian
b. Bangunan
Bangunan apotek harus memiliki fungsi keamanan,
kenyamanan, dan kemudahan dalam pemberian
pelayanan kepada pasien serta perlindungan dan
keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang
cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia.Selain itu
bangunan juga harus bersifat permanen dapat
merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat
perbelanjaan, apartment, rumah toko, rumah kantor,
rumah susun, dan bangunan yang sejenis.
c. Sarana, Prasarana, dan Peralatan
Prasarana apotek paling sedikit terdiri atas:
1. Instalasi air bersih.
2. Instalasi listrik.
3. System tata udara.
4. System proteksi kebakaran.
2. Pengadaan
Guna menjaga mutu pelayanan kefarmasian, penyediaan sediaan
farmasi perlu menggunakan jalur legal atau sah menurut ketentuan hukum
yang berlaku.
3. Penerimaan
Penerimaan adalah aktivitas guna memastikan kesamaan jenis
spesifikasi, kuantitas, kualitas, jangka pengiriman serta nilai jual yang
tercantum di surat pesanan dengan keadaan fisik yang diperoleh.
4. Penyimpanan
Penyimpanan obat merupakan aktivitas dalam menyimpan serta
melindungi obat yang diterima dengan upaya menempatkan di tempat
yang terlindungi terhindar dari pencurian dan mampu mempertahankan
mutu obat.
2.1.7 Pemusnahan
Pemusnahan Obat adalah suatu tindakan perusakan dan pelenyapan
terhadap obat, kemasan, dan/atau label yang tidak memenuhi standar
dan/atau persyaratan keamanan, khasiat, mutu, dan label sehingga tidak
dapat digunakan lagi. Pemusnahan dilaksanakan oleh Industri Farmasi,
PBF, Instalasi Farmasi Pemerintah, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah
Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu Pengetahuan, Dokter atau
Toko Obat dengan kriteria sebagai berikut:
1. Obat expired ataupun rusak dimusnahkan sesuai
jenis serta bentuk sediaan yang dilaksanakan oleh
apoteker tenaga farmasi sebagai saksi mata yang
legal dan dibuatkan berita acara sebagai bukti.
2. Pemusnahan obat expired/hancur yang terkandung
narkotika ataupun psikotropika dimusnahkan oleh
apoteker serta dinas kesehatan kabupaten / kota
sebagai saksi.
3. Resep dimusnahkan oleh apoteker dan petugas lain
sebagai saksi. Resep yang dimusnahkan merupakan
resep yang sudah disimpan ≥5 tahun, pemusnahan
dapat dilaksanakan dengan bermacam cara salah
satunya adalah di bakar lalu dibuatkan berita acara
yang selanjutnya melaporkan kepada dinkes
kab/kota.
4. Pemusnahan serta penarikan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai yang tidak terpakai harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
5. Sediaan farmasi yang tidak mencukupi
standar/ketentuan hukum yang berlaku
dilaksanakan penarikan oleh kepemilikan
persetujuan edar atas instruksi pencabutan dari
BPOM (mandatory recall) ataupun atas inisiatif
sukarela dari pemilik persetujuan edar (voluntary
recall) sambil tetap menyampaikan pernyataan
kepada Kepala BPOM.
6. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai dilaksanakan pada produk yang persetujuan
edarnya diputuskan oleh Menteri.
7. Pengendalian Pengendalian dilaksanakan guna
menjaga jenis serta jumlah ketersediaan sesuai
keperluan pelayanan, menggunakan sistem
pemesanan maupun pengadaan, pengaturan
penyimpanan serta pengeluaran. Dengan maksud
untuk mencegah produk lebih, kurang, kosong,
rusak, expired date, hilang dan retur pesanan.
Pengendalian persediaan dilaksanakan dengan
memakai kartu stok baik secara manual maupun
elektronik. Kartu stok setidaknya harus berisi
identitas obat, tanggal kadaluarsa, total pendapatan,
total pengeluaran serta persediaan yang tersisa.
8. Pencatatan dan pelaporan Pencatatan dilaksanakan
dalam tiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan serta bahan medis habis pakai termasuk
pengadaan yaitu surat pesanan dan faktur,
penyimpanan yaitu kartu stok, penyerahan yaitu
nota penjualan ataupun kwitansi serta catatan lain
sesuai keperluan. Pelaporan diantaranya yaitu:
a. Pelaporan internal yaitu pelaporan yang
dikenakan guna keperluan pengelolaan
apotek, termasuk laporan keuangan, barang
serta yang lainnya.
b. Pelaporan eksternal adalah laporan yang
dilakukan guna terpenuhinya kewajiban
sesuai ketentuan hukum yang berlaku
termasuk pelaporan tentang narkotika,
psikotropika, beserta laporan lainnya.
2.2 Obat
1. Obat Bebas
4. Obat Narkotika
Sediaan serbuk
Serbuk merupakan campuran kering bahan Obat atau zat kimia
yang dihaluskan untuk pemakaian oral/dalam atau untuk
pemakaian luar. (Syamsuni, 2006)
Tablet
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Tablet adalah sediaan
padat yang mengandung bahan Obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan
cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke
dalam cetakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan
tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja (tahan
karat) (Farmakope Indonesia Edisi IV 1995).
Pil (Pilulae)
Pillulae berasal dari kata "pila" menurut FI Ill pilulae adalah suatu
sediaan yang berupa massa bulat mengandung satu atau lebih
bahan Obat yang digunakan untuk Obat dalam dan bobotnya 50-
300 mg per pil (ada juga yang menyebutkan bobot pil adalah 1-5
g).(Syamsuni, 2006).
Kapsul
Sediaan Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari Obat dalam
cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang kapsul
umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati
atau bahan lain yang sesuai (Gatri dan Ega Priani, 2016).
Suppositoria
Supositoria adalah sediaan padat yang biasa digunakan melalui
dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak, atau
meleleh pada suhu tubuh (Anonim, 1995). Bentuk dan ukurannya
harus sedemikian rupa sehingga dengan mudah dapat dimasukkan
ke dalam lubang atau celah yang diingankan tanpa menimbulkan
kejanggalan dalam penggelembungan begitu masuk dan harus
bertahan untuk suatu waktu dan suhu tertentu (Rahmawati, 2008).
Salep/unguenta
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai Obat luar. Bahan obatnya harus larut atau
terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (Farmakope
Indonesia Ill); salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk
pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir (Farmakope
Indonesia IV).
Cream (krim).
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu
atau lebih bahan Obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk
sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair
diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak (AIM) atau
minyak dalam air (M/A)( Farmakope Indonesia IV).
Pasta/ salep
Salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat/serbuk,suatu
salep tebal, karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit
yang diolesi.
Gelones/spumae/jelly .
Gel merupakan sediaan setengah padat yang tersusun atas dispersi
partikel anorganik kecil atau molekul organik besar, terpenetrasi
oleh suatu cairan. Jika masa gel terdiri dari jaringan partikel kecil
yang terpisah, digolongkan sebagai sistem dua fase (gel aluminium
hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari
terdispersi relatif besar disebut magma (misalnya magma
bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik,
membentuk semi padat jika dibiarkan dan menjadi cair pada
pengocokan.
Salep Mata (oculenta)
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata dengan
menggunakan dasar salep yang cocok.
Potiones
Obat minum bahasa latin disebut Potiones, merupakan bentuk
sediaan larutan yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam (per
oral), potio juga dapat berbentuk suspensi atau emulsi. Misalnya
Potio alba contra Tussim (Obat batuk putih/OBP) dan Potio nigra
contra Tussim (Obat batuk hitam/OBI-I).
Sirup
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain
yang berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang hampir
jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64 -
dinyatakan lain.
c. Eliksir
66%, kecuali
larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, mengandung selain Obat,
juga zat tambahan seperti gula dan atau zat pemanis lainnya, zat warna, zat
wangi dan zat pengawet; digunakan sebagai Obat dalam. Sebagai pelarut
Oleh karena itu dalam subbab ini penulis menguraikan informasi menegenai
penyimpanan Obat secara khusus agar seluk beluk penyimpanan Obat dapat
lebih di pahami.
cara menempatkan Obat obatan yang diterima pada tempat yang di nilai
pengturan tata ruang dan stok Obat, pengamatan mutu Obat, serta pencatatan
stok Obat, fungsi dari penyimpanan Obat di apotek adalah menjamin mutu
19
a. Aman, yaitu setiap barang / Obat yang disimpan tetap aman dari
orang lain, dicuri karyawan sendiri, dimakan hama (tikus), dan hilang
barang itu sediri rusak dan barang itu rusak lingkungan (polusi).
c. Cepat,
harganya.
e. FIFO ( First In First out)
pengawasan barang .
(Muharomah, 2008).
Bila Obat rusak, mutu Obat menurun dan memberi pengaruh buruk bagi
penderita.
a. Gudang/tempat Penyimpanan:
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
terpisah/ berbeda.
Gudanng rapi, rak dan lantai tidak berdebu dan dinding bersih.
mempunyai trails.
baik.
b. Dokumen Pencatatan
c)
d)
2.2.3.2
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Kartu stok
Pengaturan Persediaan
Obat rusak atau kadaluarsa dipisahkan dari Obat lain yang masih baik
tersebut dikeluarkan tidak mengganggu barang yang Iain dan untuk barang
yang kecil sebainya dimasukkan dalam kontak yang ukurannya agak besar
apanila diperlukan.
2.2.3.3 Sistem Penyimpannn
Obat yang datang lebih awal harus dikeluarkan lebih dahulu dan metode
FEFO ( First Expired First Out) Yang berarti Obat yang lebih awal
sebagai berikut:
berbeda;